NOTA KESEPAKATAN ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI BANTEN
NOMOR : 188.341/MoU.06-Huk/2018 NOMOR : 164/11/DPRD/XI/2018 TANGGAL : 3 November 2018
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2019
N O T A K E S E P A K A T A N
ANTARA
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DENGAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN
NOMOR : 188.341/MoU.06-Huk/2018
NOMOR : 164/11/DPRD/XI/2018
TANGGAL : 3 November 2018
TENTANG
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2019
Yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nama : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si.
Jabatan : Gubernur Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
Bertindak selaku dan atas nama Pemerintah Provinsi Banten, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.
2. a. Nama : ASEP RAHMATULLAH
Jabatan : Ketua DPRD Provinsi Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
b. Nama : ADDE ROSI KHOERUNNISA, S.Sos., M.Si.
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
c. Nama : Dra. Hj. MUFLIKHAH
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
d. Nama : Hj. NURAENI, S.Sos, M.Si
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
e. Nama : ALI ZAMRONI, S.Sos
Jabatan : Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten
Alamat Kantor : KP3B, Jalan Palima – Pakupatan, Curug – Serang.
Sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2019, diperlukan
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Tahun
Anggaran 2019 yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah
Daerah untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2019.
Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap KUA Tahun
Anggaran 2019, yang meliputi asumsi-asumsi dasar, kebijakan anggaran
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.
Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019 disusun dalam
Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota
Kesepakatan ini.
Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran
2019.
PIMPINAN GUBERNUR BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN Selaku Selaku, PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,
Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. ASEP RAHMATULLAH KETUA
ADDE ROSI KHOERUNNISA, S.Sos., M.Si. WAKIL KETUA Dra. Hj. MUFLIKHAH WAKIL KETUA
JAYE Hj. NURAENI, S.Sos, M.Si NG RANA WAKIL KETUA ALI ZAMRONI, S.Sos WAKIL KETUA
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................. I – 1
1.1 Latar Belakang Penyusunan Kebijakan
Umum APBD (KUA) ................................... I – 1
1.2 Tujuan Penyusunan KUA ........................... I – 2
1.3 Dasar Hukum Penyusunan KUA ................. I – 4
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH .............. II – 1
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro
Daerah ..................................................... II – 1
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi .................... II – 2
2.1.2 Tingkat Inflasi ................................. II – 5
2.1.3 Kemiskinan ..................................... II – 10
2.1.4 Ketenagakerjaan dan Pengangguran . II – 14
2.1.5 Investasi .......................................... II – 20
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH ............................................. III – 1
3.1 Asumsi Dasar yang digunakan dalam RAPBN
2018 ........................................................ III – 1
3.2 Asumsi Dasar Dalam RAPBD 2019.............. III – 7
3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi ..................... III – 8
3.2.2 Inflasi .............................................. III – 9
3.2.3 Ketenagakerjaan .............................. III – 9
3.2.4 Penanggulangan Kemiskinan ............. III – 9
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 ii
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DAERAH ....................................... IV – 1
4.1 Pendapatan Daerah .................................. IV – 44
4.1.1 Target Pendapatan Daerah.............. IV – 44
4.1.2 Upaya-upaya pemerintah daerah
dalam mencapai target ................... IV – 47
4.2 Belanja Daerah ......................................... IV – 48
4.2.1 Kebijakan Belanja Daerah ............... IV – 50
4.2.2 Kebijakan Belanja Tidak Langsung ... IV – 52
4.2.3 Kebijakan Belanja Berdasarkan
Urusan Pemerintah Daerah ............. IV – 55
4.3 Pembiayaan Daerah.................................. IV – 58
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan .. IV – 59
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan . IV-59
BAB V PENUTUP ......................................................... V – 1
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pertumbuhan PDRB ADHK Tahun 2010 dan
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016-2018 ...... II-5
Tabel 2.2 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten Menurut
Kelompok Pengeluaran Bulan Januari 2018
(2012=100) ................................................. II-8
Tabel 2.3 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Kopta Serang,
Tangerang dan Cilegon Menurut Kelompok
Pengeluaran Bulan Januari 2018 (2012=100) II-10
Tabel 2.4 Proyeksi Inflasi Provinsi Banten Tahun 2018
(%) ............................................................. II-9
Tabel 2.5 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah Maret-September 2017 ........ II-12
Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator
Ketenagakerjaan Tahun 2016-2018 ............... II-16
Tabel 2.7 Persentase Penduduk Bekerja menurut Status
Pekerjaan Utama di Provinsi Banten Februari
2018 ........................................................... II-18
Tabel 3.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Tahun
2019 ........................................................... III-6
Tabel 3.2 Target Indikator Makro Pembangunan
Provinsi Banten Tahun 2019 ......................... III-10
Tabel 4.1 Target Pendapatan Daerah TA 2019 .............. IV-46
Tabel 4.2 Rencana Belanja Tidak Langsung Provinsi
Banten TA 2019 ........................................... IV-55
Tabel 4.4 Pembiayaan Daerah TA 2019 ........................ IV-59
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pertumbuhan Beberapa Lapangan Usaha
Triwulan IV-2017 ......................................... II-3
Gambar 2.2 Sumber Pertumbuhan Beberapa Lapangan
Usaha Triwulanan IV-2017 ............................ II-3
Gambar 2.3 Perkembangan IHK Kota Serang, Tangerang,
Cilegon dan Banten (2012=100) Bulan
Januari 2018 ................................................ II-9
Gambar 2.4 Grafik Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi
Banten Tahun 2011-2017 ............................. II-14
Gambar 2.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Banten dan
Nasional Tahun 2015-2017 ........................... II-15
Gambar 2.6 Presentase Penduduk Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan di Provinsi Banten
Februari 2018 .............................................. II-17
Gambar 2.7 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut
Pendidikan Februari 2017 – Februari 2018 ..... II-19
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM
ANGGARAN (KUA)
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang pedoman penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2019, KUA Tahun Anggaran 2019 disusun
dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah
sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Banten
Nomor 21 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Banten Tahun 2019. Merujuk pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah untuk
kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011, selain memuat pernyataan tentang Kondisi
Ekonomi Makro Daerah, Asumsi Penyusunan APBD, Kebijakan
Pendapatan Daerah, Kebijakan Belanja Daerah, Kebijakan
Pembiayaan Daerah, Kebijakan Umum APBD juga memuat
strategi pencapaian kebijakan tersebut. Strategi pencapaian
dimaksud memuat langkah-langkah nyata dalam mencapai
target yang ditetapkan melalui program-program yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan
pemerintahan daerah.
KUA selanjutnya menjadi pedoman dalam menyusun
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), serta Rencana
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 2
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-
SKPD). KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antara
Pemerintah Daerah dan DPRD selanjutnya digunakan sebagai
acuan dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD.
1.2 TUJUAN PENYUSUNAN KUA
Kebijakan Umum APBD dirumuskan agar proses
penyusunan APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
serta mampu secara komprehensif mensinkronisasikan dinamika
pembangunan pusat dan daerah, sehingga sinergitas pencapaian
tujuan pembangunan pemerintah pusat dan daerah dapat
dipertahankan. Kebijakan Umum APBD juga sekaligus menjadi
indikator kinerja yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas
pelaksanaan pembangunan selama kurun waktu satu tahun
anggaran.
Secara lebih spesifik, tujuan penyusunan Kebijakan Umum APBD
Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019, adalah:
1. Merumuskan kerangka ekonomi makro daerah tahun 2019
yang akuntabel, meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
indikator makro lainya guna dijadikan dasar dalam
perencanaan pembangunan daerah dan penyusunan APBD
tahun anggaran 2019.
2. Menyusun asumsi dasar penyusunan APBD Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2019 yang rasional dan realistis yang akan
digunakan sebagai dasar penyusunan APBD Provinsi Banten
tahun anggaran 2019.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 3
3. Menyusun kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan daerah yang komprehensif dan sistematis untuk
dijadikan dasar dalam penyusunan APBD tahun anggaran
2019.
4. Dasar untuk menentukan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2019;
5. Landasan untuk penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2019;
6. Dasar bagi Tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk menilai
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019;
7. Merupakan dasar dalam pelaksanaan pengawasan terhadap
Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019.
8. Optimalisasi pendapatan dan belanja Daerah terhadap APBD
Provinsi Banten tahun 2019.
9. Meningkatkan mutu pelayanan kepada para pengguna jasa
layanan pemerintah secara optimal.
10. Mewujudkan keterpaduan program nasional dan daerah
dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan
kesejahteraan masyarakat di daerah.
11. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan keuangan
daerah.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 4
1.3 DASAR HUKUM PENYUSUNAN KUA
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019 disusun dengan
berlandaskan pada peraturan perundang-undangan sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 5
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 6
12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6178);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4664);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 7
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5272);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114)
20. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 148).
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 8
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah serta Renja Kerja Pemerintah Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2019;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019;
26. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2007
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2007 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 4);
27. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Banten Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2010 Nomor 1);
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 I - 9
28. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2011 Nomor 1);
29. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 9 Tahun 2011
tentang Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2011 Nomor 9);
30. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun
2016 Nomor 8);
31. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 7 Tahun 2017
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Banten Tahun 2017-2022 (Lembaran Daerah
Provinsi Banten Tahun 2017 Nomor 7);
32. Peraturan Gubernur Banten Nomor 21 Tahun 2018 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun
2019.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 1
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
Kerangka Ekonomi Makro Daerah serta Kerangka Kebijakan
Penganggaran Pembangunan Daerah Tahun Anggaran 2019
memberikan Gambaran Perkembangan dan Kerangka Perekonomian
Daerah Provinsi Banten yang telah dicapai sampai dengan tahun 2017
dan perkiraan capaian tahun 2018, serta langkah–langkah kebijakan
pokok dalam penganggaran daerah Tahun 2019.
Kerangka Ekonomi Makro Daerah Tahun 2019 berkaitan erat dengan
arah kebijakan dan perkembangan berbagai kinerja ekonomi makro
tahun berjalan 2018, dan prospeknya pada tahun 2019, yang sangat
dipengaruhi oleh Kebijakan dan Kinerja Makro Ekonomi Nasional dan
Daerah pada tahun-tahun sebelumnya.
2.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO
DAERAH
Pencapaian indikator makro ekonomi daerah sebagai bagian dari alat
ukur berupa penanda keberhasilan pembangunan. Indikator
sebagaimana dimaksud meliputi pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, kemiskinan dan juga ketenagakerjaan. Kinerja
ekonomi sangat dipengaruhi oleh inflasi dan juga pertumbuhan
investasi baik dalam bentuk penanaman modal atupun pembangunan
infrastruktur.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 2
Selanjutnya perkembangan capaian indikator ekonomi makro daerah
diuraikan sebagai berikut:
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator makro yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu daerah pada suatu periode tertentu. Manfaat PDRB selain
sebagai dasar perhitungan laju pertumbuhan ekonomi, juga untuk
melihat struktur ekonomi suatu wilayah, sebagai proksi pendapatan
perkapita, dan sebagai indikator disparitas sosial. Dengan kata lain
suatu data PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu
daerah/wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya
sehingga besarnya PDRB sangat tergantung pada potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan teknologi di daerah/wilayah
tersebut.
Perekonomian Banten berdasarkan besaran Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan IV-2017
mencapai Rp 146,72 triliun dan atas dasar harga konstan 2010
mencapai Rp 104,97 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar
5,75% Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua
lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan
Usaha Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh 10,37 persen.
Pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Pertambangan dan
Penggalian yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,34
persen dan 1,95 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 3
Transportasi dan Pergudangan sebesar 10,37 persen, diikuti
Konstruksi sebesar 9,46 persen, dan Jasa Lainnya sebesar 8,90
persen.
Gambar 2.1
Pertumbuhan Beberapa Lapangan Usaha
Triwulanan IV-2017
Sumber : BPS Provinsi Banten, Nomor : 12/02/36/Th.XII, 5 Februari 2018
Gambar 2.2
Sumber Pertumbuhan Beberapa Lapangan Usaha
Triwulanan IV-2017
Sumber : BPS Provinsi Banten Nomor: 12/02/36/Th.XII, 5 Februari 2018
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 4
Struktur PDRB Banten menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku pada triwulan IV-2017 tidak menunjukkan perubahan yang
berarti. Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Transportasi dan Pergudangan
masih mendominasi PDRB Banten.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Banten
triwulan IV-2017, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan
tertinggi sebesar 1,37 persen, diikuti Konstruksi sebesar 0,93 persen;
dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor sebesar 0,92 persen; Real Estate sebesar 0,73 persen; dan
Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,67 persen
Pertumbuhan Ekonomi Kumulatif Triwulan I s.d IV-2017 Terhadap
Kumulatif Triwulan I s.d IV-2016 (c-to-c) Ekonomi Banten Triwulan I
s.d IV-2017 dibandingkan dengan triwulan I s.d IV 2016 secara
kumulatif tumbuh 5,71 persen (c-to-c). Pertumbuhan terjadi pada
hampir semua komponen pengeluaran, kecuali komponen Perubahan
Inventori yang terkonstraksi sebesar -0,48 persen. Pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 8,93 persen; diikuti Konsumsi Rumahtangga (KRT)
sebesar 4,72 persen; Konsumsi Pemerintah sebesar 4,51 persen;
konsumsi lembaga non profit sebesar 3,28 persen, dan Total Net
Ekspor sebesar 1,43 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2018 Terhadap Triwulan I-2017 (y-
on-y) Ekonomi Banten triwulan I-2018 dibanding triwulan I-2017 (y-
on-y) tumbuh 5,95 persen. Pertumbuhan didukung oleh hampir semua
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 5
lapangan usaha kecuali Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta
Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan masing-
masing sebesar 3,24 persen dan 0,75 persen. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Informasi dan Komunikasi sebesar 8,80 persen, diikuti
Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 8,75 persen; dan Real Estate
sebesar 8,45 persen.
Tabel 2.1 Pertumbuhan PDRB ADHK Tahun 2010 dan Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2016-2018 (YoY)
URAIAN TAHUN 2016 TAHUN 2017 TW I 2018*
PDRB Banten (miliar) 368,216 389,24 105,25
Pertumbuhan Ekonomi (%)
5.52 5.71 5.95
Keterangan: * adalah angka proyeksi Bappeda Provinsi Banten
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 47/08/36/Th.XI, 7 Agustus 2017
2.1.2 Tingkat Inflasi
Memasuki bulan Desember tahun 2017, harga barang barang/jasa
kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami
kenaikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka Indeks Harga
Konsumen (IHK) dari 137,51 pada bulan November menjadi 138,47
pada bulan Desember atau terjadi perubahan indeks (inflasi) sebesar
0,70 persen. Lima dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami
kenaikan indeks, yaitu berturut-turut: kelompok bahan makanan yang
naik sebesar 1,83 persen; kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan naik sebesar 1,25 persen; kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau yang naik sebesar 0,64 persen;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 6
kelompok kesehatan naik sebesar 0,09 persen serta kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,01 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan
indeks adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
turun sebesar 0,10 persen; kelompok sandang turun sebesar 0,18
persen; Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada bulan
Desember ini adalah telur ayam ras, tarif angkutan udara, cabe
merah, angkutan antar kota dan daging ayam ras. Laju inflasi tahun
kalender tercatat sebesar 3,98 persen, sedangkan inflasi “Year on
Year” (IHK Desember 2017 terhadap Desember 2016) tercatat
sebesar 3,98 persen
Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik terhadap 417 jenis
barang dan jasa serta hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2017 di
Kota Serang, Tangerang dan Cilegon baik secara mingguan, dua
mingguan maupun bulanan, diketahui pada bulan Desember 2017 ini
sebanyak 216 komoditas mengalami perubahan harga. Rincian
lengkapnya adalah 141 komoditas mengalami kenaikan harga dan
sisanya sebanyak 75 komoditas mengalami penurunan harga. Hal
tersebut diatas menyebabkan inflasi pada Desember 2017 sebesar
0,70 persen, dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari
137,51 pada bulan November menjadi 138,47 pada bulan Desember.
Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap
inflasi Banten berturut-turut sebagai berikut: kelompok bahan
makanan sebesar 0,3988 persen; kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 0,2044 persen; kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,1249 persen; kelompok
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 7
kesehatan sebesar 0,0048 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga sebesar 0,0011 persen; kelompok sandang sebesar -0,0074
persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar -0,0266 persen. Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga yang cukup tinggi selama bulan Desember 2017
antara lain jengkol, tarif angkutan udara, tomat buah, cabe rawit,
cabe merah dan telur ayam ras. Sementara komoditas yang
mengalami penurunan harga paling banyak antara lain adalah
lada/merica, buncis, vitamin, ikan selar/tude dan ketimun
Memasuki bulan Januari tahun 2018, harga barang/jasa kebutuhan
pokok masyarakat di Banten secara umum mengalami kenaikan. Hal
ini terlihat dari meningkatnya angka Indeks Harga Konsumen (IHK)
dari 138,47 pada bulan Desember menjadi 138,77 pada bulan Januari
atau terjadi perubahan indeks (inflasi) sebesar 0,22 persen.
Enam dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks,
yaitu berturut-turut: kelompok bahan makanan yang naik sebesar
1,26 persen; kelompok sandang naik sebesar 0,24 persen; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,22 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik sebesar
0,16 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
yang naik sebesar 0,11 persen serta kelompok kesehatan naik
sebesar 0,10 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang
mengalami penurunan indeks adalah kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan turun sebesar 0,97 persen;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 8
Tabel 2.2 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Januari 2018 (2012=100)
Sumber: BPS Provinsi Banten
Nomor: 18/04/36/Th.XII, 2 April 2018
a. Perkembangan Inflasi Kota Serang, Tangerang dan Cilegon Bulan
Januari 2018
Pada bulan Januari 2018, perkembangan harga barang dan jasa
(inflasi) di tiga kota IHK di Banten adalah sebagai berikut : Kota
Serang 0,91 persen, Kota Tangerang 0,04 persen dan Kota
Cilegon 0,41 persen. Laju inflasi tahun kalendernya adalah Kota
Serang 0,91 persen; Kota Tangerang 0,04 persen dan Kota
Cilegon 0,41 persen.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 9
Tabel 2.3 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Kota Serang, Tangerang dan Cilegon
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Januari 2018 (2012 = 100)
Sumber: BPS Provinsi Banten, Nomor: 18/04/36/Th.XII, 2 April 2018
Gambar 2.3
Perkembangan IHK Kota Serang, Tangerang, Cilegon dan Banten
(2012=100) Bulan Januari 2018
Sumber: BPS Provinsi Banten, Nomor: 18/04/36/Th.XII, 2 April 2018
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 10
Tabel 2.4 Proyeksi Inflasi Provinsi Banten
Tahun 2018 (%)
Indikator 2016 2017 2018 (Angka Proyeksi)*
Optimis Moderat Pesimis
Inflasi (Persen)
2.77 3.98 2.94 4.50 5.50
Keterangan: * adalah angka proyeksi Bappeda Provinsi Banten
Sumber:, No. 01/01/36/Th.XII, 2 Januari 2018
2.1.3 Kemiskinan
a. Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Angka kemiskinan Provinsi Banten hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) bulan September 2017 sebesar 5,59 persen.
Angka ini berarti terjadi kenaikan 0,14 poin dibanding semester
sebelumnya yang sebesar 5,45 persen. Kenaikan angka
kemiskinan sebesar 0,14 poin sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk miskin sebanyak 24,79 ribu orang dari 675,04
ribu orang pada Maret 2017 menjadi 699,83 ribu orang pada
September 2017. Persentase penduduk miskin baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan mengalami peningkatan.
Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,52 menjadi
4,69 dan persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari
7,61 pada Maret 2017 menjadi 7,81 pada September 2017
Jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan juga mengalami peningkatan. Di perkotaan
bertambah 24,64 ribu orang (dari 391,03 ribu orang pada Maret
2017 menjadi 415,67 ribu orang pada September 2017).
Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan hanya
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 11
bertambah sebanyak 160 orang (dari 284,00 ribu orang pada
Maret 2017 menjadi 284,16 ribu orang pada September 2017).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditi non makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada
September 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan
terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 70,92 persen sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang
sebesar 70,47 persen. Lima komoditi makanan yang
berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan
adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging sapi dan
daging ayam ras. Lima komoditi makanan penyumbang terbesar
Garis Kemiskinan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter,
telur ayam ras, roti dan mie instan. Sementara komoditi non
makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan
dan perdesaan adalah sama yaitu biaya perumahan, bensin,
listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi. Pada periode Maret-
September 2017, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) keduanya
mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun
secara persentase dan jumlah penduduk miskin di Banten
mengalami penambahan, tetapi rata-rata pengeluaran penduduk
miskin justru semakin mendekati Garis Kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga
semakin menyempit.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 12
b. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret-September 2017
Persentase penduduk miskin di Banten pada bulan September
2017 mencapai 5,59 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk miskin pada Maret 2017, maka selama enam bulan
terjadi peningkatan sebesar 0,14 poin setelah rilis semester
sebelumnya menunjukkan angka 5,45 persen. Persentase
penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan
mengalami peningkatan. Persentase penduduk miskin di
perkotaan naik dari 4,52 menjadi 4,69 dan persentase penduduk
miskin di perdesaan naik dari 7,61 pada Maret 2017 menjadi 7,81
pada September 2017. Sejalan dengan kenaikan tingkat
kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Banten pada periode
yang sama bertambah sebesar 24,79 ribu orang dari 675,04 ribu
orang pada Maret 2017 menjadi 699,83 ribu orang pada bulan
September 2017.
Tabel 2.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
Maret- September 2017
DAERAH/TAHUN JUMLAH PENDUDUK
MISKIN (RIBU)
PENDUDUK
MISKIN
(1) (2) (3)
Perkotaan
Maret 2017
September 2017
391,03
415,67
4,52%
4,69%
Perdesaan
Maret 2017 277,58 7,61%
September 2017 284,00 7,81%
Perkotaan+Perdesaan
Maret 2017 657,74 5,45%
September 2017 675,04 5,59%
Sumber: Berita Resmi Statistik 05/01/36/Th.XI, 2 Januari 2018
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 13
c. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2011 - 2017
Selang periode Maret 2011 sampai September 2017, jumlah
penduduk miskin di Provinsi Banten cukup fluktuatif. Pada
September 2013, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan
tertinggi sebesar 3,86 persen dibanding periode sebelumnya. Hal
ini disebabkan inflasi umum yang relatif tinggi akibat kenaikan
harga BBM pada bulan Juli 2013. Namun, pada Maret 2014
jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang cukup
besar, yaitu dari 677,51 ribu orang pada September 2013
menjadi 622,84 ribu orang. Penduduk miskin di Provinsi Banten
pada September 2014 bertambah 4,23 persen dibanding periode
sebelumnya. Periode Maret 2015 jumlah penduduk miskin masih
mengalami kenaikan sebesar 53,21 ribu orang. Pada periode-
periode selanjutnya, penduduk miskin di Banten terus
mengalami penurunan, hingga pada September 2016 persentase
penduduk miskin mencapai 5,36 persen atau berkurang
sebanyak 370 orang. Pada Maret 2017, penduduk miskin di
Banten meningkat sebanyak 17,3 ribu orang dari periode
sebelumnya. Kenaikan jumlah penduduk miskin kembali terjadi
pada periode September 2017 yaitu dari 675,04 menjadi 699,83
atau terjadi penambahan sebanyak 24,79 ribu orang miskin.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 14
Gambar 2.4 Grafik Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten
Tahun 2011-2017
Sumber: Berita Resmi Statistik 05/01/36/Th.XI, 2 Januari 2018
2.1.4 Ketenagakerjaan dan Pengangguran
Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2018 sebesar 5,62 juta
orang, naik sekitar 108 ribu pekerja jika dibandingkan dengan
keadaan Februari 2017. Pada periode yang sama juga terjadi
peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 7,75 persen
menjadi 7,77 persen. TPT lulusan SMP menempati posisi tertinggi
dibanding jenjang pendidikan lain yaitu 12,02 persen pada Februari
2018. Lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di
Banten adalah sektor industri dan sektor perdagangan, masing-
masing sebesar 21,49 persen dan 19,35 persen Berdasarkan status
pekerjaan, sebagian besar penduduk bekerja di Banten berstatus
buruh/karyawan (2,93 juta orang). Jumlah pekerja formal di Banten
lebih tinggi dibanding pekerja informal. Persentase pekerja formal
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 15
mengalami sedikit penurunan dari 55,54 persen pada Februari 2017
menjadi 55,25 persen pada Februari 2018
a. Angkatan Kerja, Penduduk Yang Bekerja Dan Pengangguran
Gambaran ketenagakerjaan Provinsi Banten periode Februari
2017 - Februari 2018 memperlihatkan kondisi angkatan kerja
mengalami sedikit peningkatan dari 5,97 juta orang pada
Februari 2017 menjadi 6,09 juta orang pada Februari 2018.
Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut disebabkan oleh
peningkatan jumlah penduduk bekerja maupun jumlah
pengangguran. Jumlah penduduk bekerja naik dari 5,51 juta
orang menjadi 5,62 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja mengalami penurunan dari 67,23 persen menjadi 67,06
persen. Menurunnya TPAK ini merupakan indikasi adanya
penurunan suplai tenaga kerja.
Gambar 2.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Banten dan Nasional
Tahun 2015-2017
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 30/05/36/Th.XI, 7 Mei 2018
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 16
Tabel 2.6 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan
Tahun 2016-2018
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 30/05/36/Th.XI, 7 Mei 2018
Secara stuktur sektoral tenaga kerja, selama periode Februari
2017 - Februari 2018 tidak mengalami banyak perubahan.
Penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor industri
dan sektor Perdagangan. Kedua sektor ini masing-masing
menyerap kurang lebih dua puluh persen penduduk bekerja di
Banten.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 17
Gambar 2.6 Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
di Provinsi Banten Februari 2018
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 30/05/36/Th.XI, 7 Mei 2018
b. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Berdasarkan Tabel 2.7 di bawah tampak bahwa sebagian besar
penduduk bekerja di Banten berstatus sebagai buruh/karyawan
yaitu sebesar 2,9 juta. Jumlah buruh/karyawan menurun sekitar
5 ribu orang dalam satu tahun terakhir. Begitupun mereka yang
berusaha dibantu buruh tetap juga mengalami penurunan yang
justru paling besar yakni 62 ribu. Peningkatan jumlah pekerja
terjadi pada berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 18
Tabel 2.7 Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
di Provinsi Banten Februari 2018
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 30/05/36/Th.XI, 7 Mei 2018
Status pekerjaan utama dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk menyusun 2 kelompok kegiatan ekonomi yakni formal dan
informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berusaha
dibantu buruh tetap dan mereka yang berstatus
buruh/karyawan. Sementara sisanya digolongkan ke dalam
kegiatan informal. Persentase pekerja formal di Provinsi Banten
lebih tinggi dibanding pekerja informal. Pada Februari 2018,
pekerja formal tercatat sebanyak 3,1 juta orang atau sebesar
55,25 persen. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibanding
tahun sebelumnya yang sebesar 55,54 persen. Dengan kata lain
penyerapan tenaga kerja pada periode satu tahun terakhir lebih
banyak terjadi pada kegiatan ekonomi informal.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 19
c. Pencari Kerja Menurut Pendidikan
Dilihat dari komposisi pencari kerja menurut pendidikan, pencari
kerja di Provinsi Banten didominasi oleh mereka yang
berpendidikan rendah. Persentase pencari kerja yang
berpendidikan rendah (SMP ke bawah) maupun tinggi (diploma
dan sarjana) meningkat dibanding tahun lalu. Sementara itu,
persentase pengangguran yang berpendidikan menengah
(SMA/SMK) mengalami penurunan dari 44,68 persen menjadi
43,55 persen.
Gambar 2.7 Tingkat Pengangguran terbuka menurut pendidikan
Februari 2017 - Februari 2018
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 30/05/36/Th.XI, 7 Mei 2018
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 20
2.1.5 Investasi
Investasi merupakan salah satu komponen pembentuk pertumbuhan
ekonomi. Secara sederhana, investasi diartikan sebagai pengeluaran
barang modal yang diarahkan untuk menunjang kegiatan produksi
atau perluasan produksi. Ini menjadikan investasi mempunyai
multiplier effect yang luas karena tidak hanya mendorong sisi
produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi.
Berdasarkan data realisasi investasi BKPM Investasi di Provinsi Banten
pada tahun 2017 menempati urutan lima besar setelah DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Timur dengan porsi sebesar 8,1
persen dari Investasi secara Nasional. PMA dan PMDN di Provinsi
Banten pada Tahun 2017 mencapai Rp. 55, 8 Triliun Rupiah. Jumlah
tersebut terdiri atas PMDN sebesar Rp.15,14 Triliun dan PMA sebesar
USD 3.047,5 Juta.
Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa pulau jawa masih menjadi
tujuan investasi utama dengan porsi investasi secra nasional tahun
2017 yang mencapai 56,1 persen. Selanjutnya pada Triwulan I 2018,
Realisasi Investasi (PMDN dan PMA) di Provinsi Banten telah
mencapai Rp. 15,5 Triliun atau setara 8,4 persen dari komposisi
investasi secara nasional.
2.1.5.1. ICOR Sektoral
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah tambahan kapital
yang dibutuhkan untuk setiap penambahan unit keluaran. Rasio ini
mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang ditambah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 II - 21
terhadap penambahan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Penghitungan dalam konteks ini menggunakan persamaan dimana
penambahan modal dinyatakan sebagai investasi dan penambahan
pengeluaran dinyatakan sebagai penambahan PDB.
ICOR Indonesia Pada Tahun 2016 5,91 persen, sedangkan rata rata
ASEAN 3,5 persen. Banyaknya praktik mark-up dan korupsi,
kebocoran anggaran pembangunan yang cukup tinggi juga menjadi
masalah bagi kondisi Indonesia yang hal tersebut juga terjadi
berbagai daerah di Indonesia termasuk di Provinsi Banten. ICOR juga
menjadi salah satu indikasi tingkat efisiensi perekonomian suatu
negara karena semakin kecil ICOR berarti suatu investasi mampu
menghasilkan output yang semakin besar. Indonesia masih berada
pada tingkat ICOR tertinggi di ASEAN.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 1
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR
PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH
3.1. ASUMSI DASAR PADA RAPBN 2018
Target pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana telah
ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 pertumbuhan ekonomi
diperkirakan mampu mencapai 8,0 persen di tahun 2019. Namun
demikian pencapaian pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak
terlepas dari kondisi perekonomian global yang sekaligus menjadi
tantangan dan peluang atau bahkan resiko. Secara singkat dapat
digambarkan bahwa perekonomian Indonesia dihadapkan pada hal-
hal sebagai berikut :
a. Tantangan Global
Dinamika perekonomian global menyebabkan gejolak tersendiri
terhadap perekonomian negara lain termasuk indonesia. Menurut
Sri Mulyani (Menteri Keuangan) terdapat 3 tantangan ekonomi
global 2018. Hal pertama yang harus diwaspadai adalah
pemulihan ekonomi yang masih dibayangi oleh ketidakpastian.
Kedua, restrukturisasi ekonomi di China yang berpotensi
mempengaruhi perekonomian global. "Pertama, pemulihan
ekonomi itu sendiri yang selama ini masih dibayangi
ketidakpastian. Kedua, restrukturisasi perekonomian di China
yang sekarang terus menghadapi trade off antara stabilitas dan
kontinuitas atau sustainability dengan kemampuan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 2
mereka adjust di dalam komposisi pertumbuhan
ekonomi. Balancing yang dilakukan China akan memengaruhi
seluruh dunia,". Ketiga, kebijakan ekonomi di Amerika Serikat
(AS), terkait dengan pengumuman pengganti Janet Yellen dan
arah kebijakan Federal Reserve ke depan. "Meski selama ini
komunikasi sudah cukup baik, namun dengan kepemimpinan
yang baru tentu akan membawa juga beberapa perubahan pada
cara komunikasi dan arahnya sendiri,".Selain itu, saat ini Amerika
Serikat (AS) juga akan mengeluarkan kebijakan pajak baru. Hal
ini dinilai cukup signifikan mengubah tarif pajak maupun insentif
bagi pengusaha di Negeri Paman Sam."Secara internasional,
perlu melihat arah kebijakan perpajakan di AS. Di Eropa
walaupun sudah menunjukkan tanda pemulihan, namun secara
politik jauh dari stabil. Kalau lihat di Jerman yang diasumsikan
sebagai daerah paling stabil, belum mampu membentuk
pemerintahan baru setelah pemilu. Proses Brexit yang sudah
terjadi. Amerika, Eropa, dan China yang harus diperhatikan".
Hal tersebut juga senada dengan yang diungkapkan oleh Wakil
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau International
Monetary Fund (IMF) Tao Zhang bahwa ada tiga tantangan besar
yang dihadapi ekonomi global. Ketiga tantangan itu yakni
ketegangan di depan perdagangan, risiko fiskal dan keuangan,
serta perjuangan yang sedang berlangsung untuk mencapai
pertumbuhan inklusif.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 3
b. Tantangan Domestik
Pada tahun 2019, Pemerintah masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan antara lain penurunan angka kemiskinan menuju 1
digit, penurunan ketimpangan antar kelompok pendapatan, dan
peningkatan IPM. Perlu adanya peningkatan akses pelayanan
dasar penduduk dimana masih 11,7 juta penduduk belum
mampu mengakses sanitasi layak dan air bersih dan penduduk
miskin yang cenderung lebih rendah jenjang pendidikanya serta
kurang terperhatikan jaminan kesehatannya. Dalam rangka
pengurangan kesenjangan antar wilayah diperlukan adanya
pembangunan konektivitas nasional dan jaringan logistic sector
unggulan, keterpaduan transportasi dan keselamatan
transportasi, sarana dan prasarana komunikasi yang mendukung
daya saing, peningkatan aksesibilitas perdesaan, SDM di Daerah
dan Desa dalam rangka penyediaan sarana prasarana
konektivitas, peningkatan system logistic perikanan, dan
pengelolaan kawasan perikanan. Terkait dengan nilai tambah
ekonomi diperlukan adanya peningkatan dari pemanfaatan hasil
pertanian, perikanan, dan kehutanan, daya saing produk
industry, optimalisasi nilai tambah jasa produktif, peningkatan
produktivitas tenaga kerja, serta optimalisasi pemanfaatan iptek
dan hasil inovasi. Tantangan dan permasalahan selanjutnya yaitu
kebutuhan energi primer yang terus meningkat yaitu sekitas
7,4% setiap tahunnya, konsumsi pangan yang terus meningkat,
pemenuhan kebutuhan air yang belum terpenuhi untuk rumah
tangga, industry dan pertanian serta suplai air yang menurun,
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 4
dan isu lingkungan hidup yaitu perlu adanya peningkatan indeks
kualitas lingkungan hidup, serta perencanaan pembangunan
rendah karbon.
Berdasarkan fokus tersebut, tema yang ditetapkan dalam RKP
tahun 2019 adalah “Pemerataan Pembangunan untuk
Pertumbuhan Berkualitas”.
Penyusunan RKP Tahun 2019 masih menggunakan pendekatan
money follows program yaitu Holistik-Tematik, Integratif, dan
Spasial. Prioritas Pembangunan Nasional dan program prioritas
pada Tahun 2019, yaitu :
1. Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan
Peningkatan Pelayanan Dasar
a. Percepatan Pengurangan Kemiskinan;
b. PelayananKesehatan dan Gizi Masyarakat;
c. Pemerataan layanan Pendidikan berkualitas;
d. Akses masyarakat terhadap perumahan dan permukiman
layak;
e. Tata Kelola Layanan Dasar.
2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan
konektivitas dan kemaritiman
a. Peningkatan konektivitas;
b. Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika;
c. Pengembangan pusat kegiatan di Wilayah Timur dan
Pembangunan Desa;
d. Pembangunan Daerah Afirmasi;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 5
e. Pembangunan Konektivitas untuk mendukung
Pembangunan Sektor Unggulan Hulu Hilir Perikanan.
3. Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri
dan Jasa Produktif
a. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Produk Pertanian;
b. Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Industri Pengolahan;
c. Peningkatan Nilai Tambah /Efisiensi Jasa Produktif;
d. Percepatan Peningkatan Keahlian Tenaga Kerja;
e. Pengembangan IPTEK dan Inovasi untuk meningkatkan
Produktivitas.
4. Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan dan Sumber Daya Air
a. Peningkatan Produksi dan Pemenuhan Kebutuhan Energi;
b. Peningkatan Produksi, Akses dan Kualitas Konsumsi
Pangan;
c. Peningkatan Kualitas dan Aksesibilitas Sumber Daya Air;
d. Peningkatan daya dukung Sumber Daya Air dan Daya
Tampung Lingkungan;
e. Pemantapan Regulasi dan Penguatan Kelembagaan
Energi, Pangan dan Sumber Daya Air.
5. Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu
a. KAMTIBMAS dan Keamanan SIBER;
b. Kesuksesan Pemilu
c. Pertahanan Wilayah Nasional;
d. Kepastian Hukum dan Reformasi Birokrasi;
e. Efektivitas Diplomasi.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 6
Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019
pada kisaran 5,4 -5,8 persen. Sementara berdasarkan proyeksi
Bank Indonesia yang disampaikan pada rapat kerja dengan
badan anggaran DPR mengenai kerangka ekonomi makro dan
pokok-pokok kebijakan fiskal 2019, memproyeksikan
pertumbuhan ekonmi pada angka 5,2-5,6 persen. Pertumbuhan
didorong dengan meningkatnya investasi, beberapa aspek
ekspor yang membaik dan membaiknya beberapa faktor
perekonomian, seperti membaiknya harga komoditas, naiknya
kegiatan investasi swasta, harga komoditas tinggi, stimulus fiskal
pemerintah dan membaiknya kegiatan investasi di swasta. Laju
Inflasi, IHK sebesar 2,5 – 4,5 persen, Nilai tukar rupiah
(RP/USD) 13.800-14.100.
Selanjutnya target makro pembangunan Nasional sebagaimana
tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019, pada tahun 2019
ditargetkan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Tahun 2019
NO URAIAN TARGET
1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 76,3
2 Indeks Gini Ratio 0,36
3 Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 8 persen
4 Inflasi 3,5 persen
5 Tingkat Kemiskinan 7,0 – 8,0 Persen
6 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,0 – 5,0 Persen
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 7
3.2. ASUMSI DASAR PADA RAPBD 2019
Penyusunan program prioritas pembanguan didasarkan pada isu-isu
strategis daerah sebagaimana telah dimuat dalam RKPD Provinsi
Banten Tahun 2019. Adapun isu strategis tahun 2019 sebagai
berikut:
1. Mengurangnya Kesenjangan Wilayah Melalui Pembangunan
Insfrastruktur
2. Peningkatan Daya Saing Daerah Melalui Aksesibilitas Dan Mutu
Pendidikan Dan Kesehatan
3. Pengurangan Pengangguran Melaluli Peningkatan Keterampilan
4. Pengurangan Kemiskinan Melalui Jaminan Sosial Dan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
5. Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan Melalui Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Berdasarkan isu-isu strategis tersebut, prioritas pembangunan
Provinsi Banten Tahun 2019 diarahkan pada:
1. Peningkatan Infrastruktur Wilayah
2. Peningkatan Akses, Mutu Pendidikan,Kesehatan Dan Sosial
3. Peningkatan Ekonomi Dan Kesempatan Berusaha
4. Peningkatan Tatakelola Pemerintahan
Selanjutnya berdasarkan isu strategis dan prioritas pembangunan
Tahun 2019 yang telah ditetapkan, Pemerintah Provinsi Banten
telah menetapkan tema pembangunan:
“PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK PERCEPATAN
PERTUMBUHAN EKONOMI”.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 8
Penyusunan rancangan RKPD Tahun 2019 menggunakan asumsi
ekonomi makro sebagai berikut :
3.2.1. Pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019 bahwa
perekonomian Indonesia diperkirakan akan kembali
melanjutkan momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Proses konsolidasi dan restrukturisasi ekonomi yang antara
lain melalui perbaikan iklim investasi dan peningkatan
infrastruktur, akan mulai menunjukkan hasil. Aktivitas
perekonomian dan perdagangan global yang meningkat,
dengan didukung oleh kenaikan harga komoditas meski
cenderung terbatas, akan mampu memberikan dorongan
terhadap perekonomian domestik.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2019 diperkirakan mampu
mencapai 5,2-5,6 persen melalui kebijakan yang menyeluruh
dan tepat sasaran
Kerangka besar arah kebijakan ekonomi makro Indonesia
untuk tahun 2019 dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut :
1. Mencapai pertumbuhan ekonomi 5,6 %, harus didorong
dari investasi dan konsumsi rumah tangga. Sektor utama
yang memberikan kontribusi utama pertumbuhan ekonomi
yaitu industry pengolahan terutama non migas, pertanian,
perdagangan informasi dan komunikasi, konstruksi, dan
jasa keuangan; sedangkan sector prioritas yaitu industry
pengolahan, pertanian, dan pariwisata;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 9
2. Menjaga stabilitas ekonomi melalui stabilitas harga,
stabilitas system keuangan, dan neraca pembayaran
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan berupa produktivitas ekonomi, reformasi
structural, inklusif pemerataan, dan keberlangsungan
lingkungan.
3.2.2. Inflasi
Pada Tahun 2019, Pemerintah menargetkan dapat
mengendalikan tingkat inflasi pada kisaran 3,7%. Selanjutnya
Pemerintah Provinsi Banten memperkirakan dapat
mengendalikan inflasi pada angka 4,2 persen.
3.2.3. Ketenagakerjaan
Target secara nasional untuk dapat mengurangi
pengangguran ada pada angka 4,5 - 5,0 persen. target
tersebut lebih baik bila dibandingkan tingkat pengangguran
Provinsi Banten, dimana pada Februari 2017 masih tercatat
sebesar 7,77 persen. Angka tersebut juga masih sangat
fluktuatif yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh urbanisasi
dan iklim bahkan pada Februari 2016 angka pengangguran
terbuka di Provinsi Banten masih mencapai 7,75 persen. Pada
Tahun 2019 sebagaimana tertuang pada RPJMD 2017-2022,
Pemerintah Provinsi Banten menargetkan pengurangan
angka pengangguran pada kisaran 8,2 persen.
3.2.4. Penanggulangan Kemiskinan
Angka kemiskinan di Provinsi Banten dapat dibilang sangat
baik bila dibandingkan dengan rata-rata nasional. Pada
Tahun 2019 Pemerintah Pusat menargetkan tingkat
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 III - 10
kemiskinan secara nasional pada angka 7,0-8,0 persen.
Terkait dengan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah
Provinsi Banten memiliki unit khusus yang
mengkoordinasikan penanggulangan kemiskinan yaitu Tim
Koordinasi penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Selanjutnya
Pemerintah Provinsi Banten juga telah mengupayakan
strategi penanggulangan kemiskinan baik melalui belanja
dalam bentuk program kegiatan maupun program belanja
tidak langsung dalam bentuk hibah, bantuan keuangan,
maupun skema pendanaan lainnya.
Tingkat kemiskinan pada Maret 2017 sebesar 5,45 persen
namun angka tersebut kembali meningkat pada September
2017 yaitu sebesar 5,59 persen Namun demikian Pemerintah
Provinsi Banten sesuai dengan target pada RPJMD 2017-2022
pengurangan angka kemiskinan tahun 2019 ditargetkan
hingga hingga mencapai 5,0 persen. Target ekonomi makro
Provinsi Banten pada tahun 2019 sebagaimana tertuang pada
RPJMD 2017-2022 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Target Indikator Makro Pembangunan Provinsi Banten Tahun 2019
NO INDIKATOR EKONOMI TARGET 2019
Nasional Banten
1. Indeks Pembangunan Manusia (%) 76,3 72,20
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 8,0 6,2
3. Persentase Penduduk Miskin (%) 7,0 - 8,0 5,0
4. Persentase Pengangguran Terbuka (%) 4,5 - 5,0 8,2
5 Inflasi (%) 3,5 4,2
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 1
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN
PEMBIAYAAN DAERAH
Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 38 Tahun
2018 tentang pedoman penyunan APBD Tahun Anggaran 2019,
Kebijakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah
dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019 terkait dengan
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun
Anggaran 2019 merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum
penerimaannya.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi
daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012
tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan
Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 2
Kerja Asing.
b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah
didasarkan pada data potensi pajak daerah dan
retribusi daerah serta memperhatikan perkiraan
pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019 yang
berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah
dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.
Pemerintah Daerah mengupayakan peningkatan
pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah
dan retribusi daerah. Trend pendapatan daerah selama
tiga tahun terakhir menunjukkan senantiasa
menunjukkan peningkatan.
c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah
yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi
daerah, pemerintah daerah akan melakukan kegiatan
penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah
dan retribusi daerah, penentuan besaran pajak daerah
dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan
kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah
kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta
pengawasan penyetorannya.
d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan
Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen),
termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 3
pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana
transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 8 ayat (5) Undang- Undang Nomor 28 Tahun
2009.
e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, yang
menjadi bagian provinsi, dialokasikan paling sedikit
50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan
kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh
aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009. Selanjutnya, pelayanan kesehatan masyarakat
yang didanai dari pajak rokok mempedomani Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.
f) Dalam rangka mendukung pendanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah daerah
menggunakan pendapatan yang bersumber dari pajak
rokok yang merupakan bagian provinsi maupun bagian
kabupaten/kota, sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen) dari alokasi pelayanan kesehatan yang
ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Pajak Rokok Untuk Pendanaan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 4
Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016.
g) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan
Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan
penerangan jalan sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 56 ayat (3) Undang- Undang Nomor 28 Tahun
2009.
h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi
Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, penegakan hukum,
penatausahaan, biaya dampak negatif dari
perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing,
dan kegiatan pengembangan keahlian dan
keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam
peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.
i) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi
Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai
peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan
pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah
Nomor 97 Tahun 2012.
j) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari
hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) yang diterima oleh Satuan Kerja
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 5
Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD
yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-
Badan Layanan Umum Daerah (PPK- BLUD),
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok
pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah,
obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek
pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.
2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan memperhatikan potensi penerimaan Tahun
Anggaran 2019 dengan memperhitungkan rasionalitas nilai
kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan
perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat
lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun
2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.
Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan:
a) bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan
fungsi pemupukan laba (profit oriented) adalah mampu
menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka
meningkatkan PAD; dan
b) bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan
fungsi kemanfaatan umum (public service oriented)
adalah mampu meningkatkan baik kualitas maupun
cakupan layanan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 6
3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:
a) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,
dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD,
jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa
Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa
Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya.
b) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik
Pemerintah Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD,
dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD,
jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Dana Kapitasi JKN
pada FKTP, rincian obyek Dana Kapitasi JKN pada
masing-masing FKTP dengan mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ
tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.
c) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi
daerah dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok
PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke
dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening
berkenaan.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 7
d) Pendapatan dari pengembalian dianggarkan pada akun
Pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang
Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek
sesuai kode rekening berkenaan.
b. Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana
perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH)
a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak
Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan
dan Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh)
yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh
Pasal 21 dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-
Pajak Tahun Anggaran 2019. Apabila Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi
DBH-Pajak Tahun Anggaran 2019 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan
pada tren realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga)
tahun terakhir yaitu Tahun Anggaran 2017, Tahun
Anggaran 2016 dan Tahun Anggaran 2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 8
Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun
Anggaran 2019 ditetapkan dan/atau terdapat
perubahan setelah Peraturan Daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2019 ditetapkan, Pemerintah Provinsi
Banten akan menyesuaikan alokasi DBH-Pajak
dimaksud pada Peraturan Daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bila Pemerintah
Provinsi Banten tidak melakukan Perubahan APBD
Tahun Anggaran 2019.
Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)
dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut
provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2019.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut
provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2019 belum
ditetapkan, penganggaran pendapatan DBH-CHT
didasarkan pada tren realisasi pendapatan DBH- CHT 3
(tiga) tahun terakhir yaitu Tahun Anggaran 2017,
Tahun Anggaran 2016 dan Tahun Anggaran 2015.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 9
provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2019
ditetapkan dan/atau terdapat perubahan setelah
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019
ditetapkan, Pemerintah Provinsi Banten harus
menyesuaikan alokasi DBH-CHT dimaksud dengan
terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran
2019 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah
tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau
dicantumkan dalam LRA bila Pemerintah Provinsi
Banten tidak melakukan Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2019.
b) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-
SDA) yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-
Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-Perikanan,
DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-
Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai dengan
Peraturan.
c) Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi
DBH-SDA Tahun Anggaran 2019.
Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran
2019 belum ditetapkan, penganggaran pendapatan dari
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 10
DBH-SDA didasarkan pada tren realisasi pendapatan
DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu Tahun Anggaran
2017, Tahun Anggaran 2016 dan Tahun Anggaran
2015, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak
stabilnya harga dan hasil produksi (lifting) minyak bumi
dan gas bumi Tahun Anggaran 2019.
Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 mengenai Alokasi DBH-SDA di
luar Dana Reboisasi yang merupakan bagian dari DBH-
Kehutanan atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-SDA di luar Dana Reboisasi yang
merupakan bagian dari DBH Kehutanan ditetapkan
dan/atau terdapat perubahan setelah peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan,
Pemerintah Provinsi Banten menyesuaikan alokasi DBH-
SDA dimaksud pada peraturan daerah tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 atau
dicantumkan dalam LRA apabila Pemerintah Provinsi
Banten tidak melakukan Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2019. Apabila terdapat pendapatan lebih
DBH-SDA di luar Dana Reboisasi Tahun Anggaran 2019
seperti pendapatan kurang salur tahun-tahun
sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun Anggaran
2018, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam
peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA bila
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 11
Pemerintah Provinsi Banten tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2019.
d) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk
daerah induk dan daerah otonom baru karena
pemekaran, didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019.
Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum
ditetapkan, penganggaran DAU didasarkan pada alokasi
DAU Tahun Anggaran 2018. Apabila Peraturan Presiden
ditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2019 ditetapkan, Pemerintah Provinsi Banten
akan menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturan
daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019
atau dicantumkan dalam LRA bila Pemerintah Provinsi
Banten tidak melakukan perubahan APBD Tahun
Anggaran 2019.
3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau informasi resmi
mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2019 yang
dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Dalam hal Rancangan KUA dan Rancangan PPAS
disepakati bersama antara kepala daerah dengan DPRD
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 12
sebelum Peraturan Presiden mengenai rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau sebelum adanya informasi
resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2019 yang
dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan,
penganggaran DAK langsung ditampung dalam
mekanisme pembahasan rancangan peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2019. Apabila Peraturan
Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau informasi resmi mengenai alokasi DAK Tahun
Anggaran 2019 melalui portal Kementerian Keuangan
dipublikasikan setelah peraturan daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2019 ditetapkan, Pemerintah Provinsi
Banten menganggarkan DAK dimaksud dengan terlebih
dahulu melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2019 dengan
pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan
APBD tahun anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA
bila Pemerintah Provinsi Banten tidak melakukan
perubahan APBD tahun anggaran 2019.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Dana Otonomi Khusus dianggarkan sesuai dengan
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 13
Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Otonomi
Khusus Tahun Anggaran 2019. Apabila Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum
dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2019
belum ditetapkan, maka penganggaran Dana Otonomi
Khusus tersebut didasarkan pada alokasi Dana Otonomi
Khusus Tahun Anggaran 2018 dengan memperhatikan
realisasi Tahun Anggaran 2017. Dalam hal Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Umum dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun
Anggaran 2019 tersebut ditetapkan setelah peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2019 ditetapkan,
maka Pemerintah Provinsi Banten menyesuaikan Dana
Otonomi Khusus dimaksud dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang
penjabaran APBD Tahun Anggaran 2019 dengan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA
bila Pemerintah Provinsi Banten tidak melakukan
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019.
2) Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun
Anggaran 2019 dianggarkan sesuai dengan Peraturan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 14
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran
2019. Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak
dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2019 belum ditetapkan,
penganggaran Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas
Bumi tersebut didasarkan pada penganggaran Dana
Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran
2018 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran
2017. Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak
dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2019 tersebut ditetapkan
setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran
2019 ditetapkan, Pemerintah Provinsi Banten
menyesuaikan Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas
Bumi dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan
perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2019 dengan pemberitahuan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung
dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun
Anggaran 2019 atau dicantumkan dalam LRA bila
Pemerintah Provinsi Banten tidak melakukan Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2019.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 15
3) Pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari
badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar
negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang
tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi
pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak
ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD
setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud. Untuk
kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari
pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada
perjanjian hibah antara Kepala Daerah/pejabat yang diberi
kuasa selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat
yang diberi kuasa selaku penerima, sedangkan untuk
penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga
didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga
selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yang diberi
kuasa selaku penerima. Dari aspek teknis penganggaran,
pendapatan tersebut di atas dianggarkan pada akun
Pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah, dan diuraikan ke dalam jenis, obyek dan rincian
obyek pendapatan masing-masing nama pemberi hibah
sesuai kode rekening berkenaan.
4) Pendapatan sumbangan yang bersumber dari pihak
ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam
negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang
tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 16
pengeluaran atau pengurangan kewajiban
pihak ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkan
dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan
dimaksud. Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan
tersebut di atas dianggarkan pada akun Pendapatan,
kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan
diuraikan ke dalam jenis, obyek dan rincian obyek
pendapatan masing-masing nama pemberi sumbangan
sesuai kode rekening berkenaan.
2. Belanja Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja
daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah dan
pelaksanaan tugas organisasi yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah tersebut
diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga
satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya, belanja daerah untuk urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar
dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis
standar belanja dan standar harga satuan regional.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 17
Pemerintah Provinsi Banten menetapkan target capaian kinerja
setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja
perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi
yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan
keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud
ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.
a. Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Belanja Pegawai
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok
dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas
dan gaji keempat belas.
b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan
pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai
Tahun 2019.
c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan
kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan
keluarga dan mutasi pegawai dengan
memperhitungkan acress yang besarnya maksimum
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 18
2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanja
pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. Dalam
rangka peningkatan kesejahteraan PNSD, Pemerintah
Provinsi Banten meningkatkan tarif Tambahan
Penghasilan PNSD atau tunjangan kinerja.
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan
bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan
dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD
Tahun Anggaran 2019 dengan mempedomani Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan.
e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan
kerja dan kematian bagi PNSD dibebankan pada APBD
dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor
70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 19
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan
kerja dan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah serta Pimpinan dan Anggota DPRD, dibebankan
pada APBD disesuaikan dengan yang berlaku bagi
pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan
persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan
terlebih dahulu dengan peraturan Kepala Daerah
sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
Standar satuan biaya Tambahan Penghasilan PNSD
dimaksud memperhatikan aspek efisiensi, efektivitas,
kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas.
g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah
Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian
dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 20
h) Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD, dan Tunjangan Khusus Guru
PNSD di Daerah Khusus yang bersumber dari APBN
Tahun Anggaran 2019 melalui DAK Non Fisik
dianggarkan dalam APBD provinsi dan kabupaten/kota
pada kelompok Belanja Tidak Langsung, jenis Belanja
Pegawai, obyek Gaji dan Tunjangan, dan rincian obyek
belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.
2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD mempedomani peraturan Kepala
Daerah yang mengatur tata cara penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan
bantuan sosial, yang telah disesuaikan dengan Pasal 298
ayat (4) dan ayat (5) Undang- Undang Nomor 23 Tahun
2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD,
serta peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah
dan bantuan sosial.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 21
3) Belanja Bagi Hasil Pajak
a) Penganggaran dana bagi hasil pajak daerah yang
bersumber dari pendapatan pemerintah provinsi
kepada pemerintah kabupaten/kota mempedomani
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Besaran
alokasi dana bagi hasil pajak daerah yang bersumber
dari pendapatan pemerintah provinsi dianggarkan
secara bruto, sebagaimana maksud Pasal 17 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah
tersebut memperhitungkan rencana pendapatan pajak
daerah pada Tahun Anggaran 2019, sedangkan
pelampauan target Tahun Anggaran 2018 yang belum
direalisasikan kepada pemerintah kabupaten/kota
ditampung dalam perubahan APBD Tahun Anggaran
2019 atau dicantumkan dalam LRA bila Pemerintah
Provinsi Banten tidak melakukan perubahan APBD
Tahun Anggaran 2019.
4) Belanja Bantuan Keuangan
a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah
kepada pemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan
dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan
daerah setelah alokasi belanja yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan dipenuhi oleh
pemerintah daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2019.
Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 22
pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan
fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah yang tidak tersedia dan/atau menerima
manfaat dari pemberian bantuan keuangan tersebut,
serta dalam rangka kerjasama antar daerah sesuai
kemampuan keuangan masing-masing daerah.
Pemberian bantuan keuangan bersifat umum dan
bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat
umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal
dengan menggunakan formula antara lain variabel:
pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah
penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan
dengan peraturan Kepala Daerah. Bantuan keuangan
yang bersifat khusus digunakan untuk membantu
capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah
penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima
bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat
khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi
bantuan.
Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi
bantuan keuangan harus diuraikan daftar nama
pemerintah Kabupaten/Kota selaku penerima bantuan
keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan
keuangan sesuai kode rekening berkenaan.
b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 23
dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 2019 dan
dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan,
obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik
dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima
bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan
keuangan kepada partai politik berpedoman kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014
tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran Dalam APBD dan Tertib Administrasi
Pengajuan, Penyaluran dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan
Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata
Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD dan
Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan
Partai Politik.
c) Sistem dan prosedur penganggaran, pelaksanaan dan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 24
pertanggungjawaban belanja bantuan keuangan
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah, dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 47 dan Pasal 133
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan
peraturan perundang-undangan lainnya.
5) Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara
rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun
Anggaran 2018 dan kemungkinan adanya kegiatan-
kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,
diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja
tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat
bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana
sosial, kebutuhan mendesak lainnya yang tidak
tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada
Tahun Anggaran 2019, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.
b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 25
1) Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk
program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan
pemerintah daerah kepada kepentingan publik serta
mendorong inovasi daerah. Penyusunan anggaran belanja
pada setiap program dan kegiatan untuk urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan
dengan SPM dan berpedoman pada standar teknis dan
harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan
kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak
terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan
pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan
standar harga satuan regional.
2) Belanja Pegawai
a) Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,
penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, rasionalitas
dan efektifitas dalam pencapaian sasaran program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu
pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target
kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal
tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non
PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 26
pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD
dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan
kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan
kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian
Tambahan Penghasilan bagi PNSD, pemberian Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b) Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke
dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja
honorarium dan rincian obyek belanja honorarium
PNSD dan/atau Non PNSD. Besaran honorarium bagi
PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan
dengan keputusan Kepala Daerah.
3) Belanja Barang dan Jasa
a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dianggarkan
dalam kegiatan yang besarannya ditetapkan dengan
keputusan Kepala Daerah.
b) Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan bagi Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri, yaitu pegawai tidak
tetap, pegawai honorer, staf khusus dan pegawai lain
yang dibayarkan oleh APBD, dianggarkan dalam APBD
dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016.
c) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 27
ketiga/masyarakat, hanya diperkenankan dalam rangka
pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat
perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi.
d) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan
dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai
dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi
sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2018.
e) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan
oleh BPJS yang diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah hanya berupa pelayanan medical check
up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun,
termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua anak)
dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan
dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
SKPD yang secara fungsional terkait sebagaimana
maksud Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000
tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah.
Selanjutnya, pengembangan pelayanan kesehatan di
luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan
yang disediakan oleh BPJS yang diberikan kepada
Pimpinan dan Anggota DPRD hanya berupa pelayanan
medical check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun, tidak termasuk istri/suami dan anak dalam
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 28
rangka pemeriksaan kesehatan dan dianggarkan dalam
bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secara
fungsional terkait sebagaimana maksud Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Hak
Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota
DPRD. Berkaitan dengan itu, pelaksanaan medical
check up dimaksud dilakukan di dalam negeri dengan
tetap memprioritaskan Rumah Sakit Umum Daerah
setempat, Rumah Sakit Umum Pusat di Provinsi atau
Rumah Sakit Umum Pusat terdekat.
f) Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage,
pemerintah daerah melakukan integrasi Jaminan
Kesehatan Daerah dengan Jaminan Kesehatan
Nasional. Penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
seluruh penduduk, terutama bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004, Undang- Undang Nomor 24
Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 29
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan
kesehatan melalui BPJS Kesehatan yang bersumber
dari APBN, dianggarkan dalam bentuk program dan
kegiatan pada SKPD yang menangani urusan
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
g) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor milik pemerintah
daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai
amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-
masing peraturan daerah.
h) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran
berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan
jasa dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat
(5) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2018, serta peraturan perundang- undangan lain
di bidang hibah dan bantuan sosial. Pengadaan belanja
barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan
dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 30
barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang
terkait dengan pengadaan/pembangunan barang/ jasa
sampai siap diserahkan.
i) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan
dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar
negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah
harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja
dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan
dengan substansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil
kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeri
berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun
2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2016
tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi
Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
j) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan daerah, penganggaran belanja perjalanan
dinas harus memperhatikan aspek
pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum,
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 31
khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai
dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan
tersebut hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Wali kota/Wakil Wali
kota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan pejabat
yang diberikan kedudukan atau hak keuangan dan
fasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya.
2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya
riil. Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak
menggunakan fasilitas hotel atau tempat
penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan
diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai
dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan
dibayarkan secara lumpsum.
4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan
secara lumpsum.
Standar satuan uang harian perjalanan dinas,
besarannya harus rasional sesuai dengan
pengeluaran untuk kebutuhan transportasi lokal,
uang makan dan uang saku di daerah tujuan.
Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas
ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan memperhatikan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 32
aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas,
kepatutan dan kewajaran serta rasionalitas.
k) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang
mengikutsertakan Non PNSD diperhitungkan dalam
belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran
perjalanan dinas dimaksud mengacu pada ketentuan
perjalanan dinas yang ditetapkan dengan peraturan
Kepala Daerah.
l) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yang
terkait dengan pengembangan sumber daya manusia
bagi:
1) pejabat daerah dan staf pemerintah daerah;
2) pimpinan dan anggota DPRD; serta
3) unsur lainnya seperti tenaga ahli,
diprioritaskan penyelenggaraannya di masing-masing
wilayah provinsi/ kabupaten/kota yang bersangkutan.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar, atau
sejenisnya di luar daerah dapat dilakukan secara
selektif dengan memperhatikan aspek urgensi, kualitas
penyelenggaraan, muatan substansi, kompetensi
narasumber, kualitas advokasi dan pelayanan
penyelenggara serta manfaat yang akan diperoleh
guna efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 33
daerah serta tertib anggaran dan administrasi oleh
penyelenggara.
m) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat,
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,
sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenis
lainnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset
daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah
tersedia milik pemerintah daerah dengan
mempedomani Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 6
Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan
Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka
Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.
n) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang
berada dalam penguasaan pengelola barang,
pengguna barang atau kuasa pengguna barang
berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan
barang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Barang Milik Daerah.
4) Belanja Modal
a) Perangkat Daerah agar memprioritaskan alokasi
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 34
belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2019 untuk
pembangunan dan pengembangan sarana dan
prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan
pelayanan publik serta pertumbuhan ekonomi daerah.
Perangkat Daerah agar melakukan upaya peningkatan
alokasi belanja modal, mengingat alokasi belanja
modal secara nasional pada Tahun Anggaran 2018 Rp
217,48 triliun atau 19,26% dari total belanja daerah,
dengan uraian untuk pemerintah provinsi Rp 59,40
triliun atau 16,99% dari total belanja daerah, dan
untuk pemerintah kabupaten/kota Rp 158,08 triliun
atau 20,28% dari total belanja daerah.
b) Penganggaran pengadaan barang milik daerah
dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan
kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektif,
transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel
dengan mengutamakan produk-produk dalam negeri.
Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang
milik daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan
barang milik daerah dan daftar kebutuhan
pemeliharaan barang milik daerah yang disusun
dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas
dan fungsi OPD serta ketersediaan barang milik daerah
yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang
milik daerah merupakan salah satu dasar bagi
Perangkat Daerah dalam pengusulan penyediaan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 35
anggaran untuk kebutuhan barang milik daerah yang
baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta
penyusunan RKA-PD. Perencanaan kebutuhan barang
milik daerah dimaksud berpedoman pada standar
barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga,
penetapan standar kebutuhan oleh
Gubernur/Bupati/Wali kota berdasarkan pedoman yang
ditetapkan Menteri Dalam Negeri sebagaimana diatur
dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat
(6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014.
Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung
dan bangunan milik daerah mempedomani Peraturan
Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara. Selanjutnya, untuk efisiensi
penggunaan anggaran, pembangunan gedung kantor
baru milik pemerintah daerah tidak diperkenankan,
sejalan dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-
841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal
Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor
Kementerian Negara/Lembaga, dan membatasi
pengadaan kendaraan dinas, kecuali penggunaan
anggaran tersebut terkait langsung dengan upaya
peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik.
c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan
umum mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 36
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya
Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum Yang Bersumber dari APBD serta
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016.
d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya (aset
tak berwujud) yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan
pemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal
kapitalisasi aset (capitalization threshold). Nilai aset
tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanja
modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut
siap digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 37
c Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal
53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07,
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin Teknis
Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang
Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual.
e) Pembangunan Sport Center akan dilaksanakan lebih
dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan
tahun jamak sesuai peraturan perundang-undangan.
Secara rinci kegiatan tahun jamak tersebut dituangkan
dalam Nota Kesepahaman (MoU) antara Kepala Daerah
dan DPRD Provinsi Banten.
f) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal
aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang
memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset
(capitalization threshold), dan memperpanjang masa
manfaat atau yang memberikan manfaat ekonomi
dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau
peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor
7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 38
Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011.
5) Surplus/Defisit APBD
Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran
pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.
a) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan
untuk pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang
yang jatuh tempo, penyertaan modal (investasi)
daerah, pembentukan dana cadangan, dan/atau
pemberian pinjaman kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial.
Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial
tersebut diwujudkan dalam bentuk program dan
kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait
dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
b) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah
daerah menetapkan penerimaan pembiayaan untuk
menutup defisit tersebut, yang bersumber dari sisa
lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman daerah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 39
dan penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan
1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada
penghitungan yang cermat dan rasional dengan
mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun
Anggaran 2018 dalam rangka menghindari kemungkinan
adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2019 yang
tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang
direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud harus
diuraikan pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA
Tahun Anggaran 2018
2) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam
APBD pada akun pembiayaan, kelompok penerimaan
pembiayaan daerah, jenis penerimaan kembali investasi
pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian
obyek dana bergulir dari kelompok masyarakat penerima.
b. Pengeluaran Pembiayaan 1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, dapat
dianggarkan investasi jangka panjang non permanen
dalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Dana
bergulir dalam APBD dianggarkan pada akun pembiayaan,
kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, jenis investasi
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 40
pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian
obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat
penerima. Dalam penyaluran dana bergulir, dapat
dilakukan kerjasama dengan BUMD Lembaga
Keuangan Perbankan, Lembaga Keuangan Non Perbankan
atau Lembaga Keuangan lainnya.
2) Analisis investasi harus sudah disusun sebelum melakukan
investasi. Analisis investasi tersebut dilakukan oleh
penasehat investasi yang independen dan profesional,
dan ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
Investasi Pemerintah Daerah.
Penyertaan modal pada badan usaha milik negara/daerah
dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan
peraturan daerah tentang penyertaan modal. Penyertaan
modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah
tercantum dalam peraturan daerah tentang penyertaan
modal pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkan
peraturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaran
penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah
penyertaan modal yang telah ditetapkan pada peraturan
daerah tentang penyertaan modal.
Dalam hal jumlah penyertaan modal melebihi jumlah
penyertaan modal yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang penyertaan modal dimaksud, harus
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 41
terlebih dahulu dilakukan perubahan peraturan daerah
tentang penyertaan modal tersebut.
3) Modal yang disetor dan/atau penambahan penyertaan
modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dapat
dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan,
sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi,
tumbuh dan berkembang. Khusus untuk BUMD sektor
perbankan, pemerintah daerah dapat melakukan
penambahan penyertaan modal dimaksud guna
menambah modal inti sebagaimana dipersyaratkan Bank
Indonesia dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio
(CAR).
4) Pemerintah daerah yang merupakan pemegang saham
pengendali, dapat melakukan penyertaan modal kepada
BUMD Perseroda guna memenuhi kepemilikan saham
menjadi 51% (lima puluh satu persen) atau lebih,
sebagaimana dimaksud Pasal 339 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014.
5) Dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan
pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) sesuai Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan KUR, pemerintah daerah dapat melakukan
penyertaan modal kepada BUMD Lembaga Keuangan
Perbankan milik pemerintah daerah.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 42
Dalam hal pemerintah daerah melakukan program KUR
Daerah, pemberian subsidi bunga dapat dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6) Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable
Development Goal’s (SDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupan
pelayanan air minum perpipaan di wilayah perkotaan
sebanyak 80% (delapan puluh persen) dan di wilayah
perdesaan sebanyak 60% (enam puluh persen),
pemerintah daerah perlu memperkuat struktur
permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Penguatan struktur permodalan tersebut dilakukan
dengan menambah penyertaan modal pemerintah daerah
yang antara lain bersumber dari pemanfaatan laba bersih
PDAM.
Penyertaan modal dimaksud dilakukan untuk
penambahan, peningkatan, perluasan prasarana dan
sarana sistem penyediaan air minum, serta peningkatan
kualitas dan pengembangan cakupan pelayanan. Selain
itu, pemerintah daerah dapat melakukan penambahan
penyertaan modal guna peningkatan kuantitas, dan
kapasitas pelayanan air minum kepada masyarakat untuk
mencapai SDG’s dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
PDAM akan menjadi penyedia air minum di daerah
sebagai implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
85/PUUXI/2013 yang membatalkan Undang-Undang
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 43
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Untuk itu
pemerintah daerah dapat melakukan penambahan
penyertaan modal kepada PDAM dalam rangka
memperbesar skala usaha PDAM. Bagi PDAM yang skala
usahanya belum sesuai dengan fungsi PDAM sebagai
penyedia air minum di daerah, agar dipertimbangkan
untuk melakukan penggabungan PDAM dimaksud.
7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit
anggaran sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61
ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011.
c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan
1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan
(SILPA) Tahun Anggaran 2019 bersaldo nihil.
2) Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan
daerah tentang APBD menghasilkan SILPA Tahun Berjalan
positif, pemerintah daerah harus memanfaatkannya untuk
penambahan program dan kegiatan prioritas yang
dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
3) Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan
daerah tentang APBD menghasilkan SILPA Tahun Berjalan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 44
negatif, pemerintah daerah melakukan pengurangan
bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang
bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan
program dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau
pengurangan volume program dan kegiatannya.
4.1. Pendapatan Daerah
4.1.1 Target Pendapatan Daerah
Dalam Kebijakan Umum APBD Provinsi Banten TA 2019, Pendapatan
Daerah ditargetkan sebesar Rp. 11.831.983.759.800,00 yang
meliputi:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari Pajak Daerah
ditargetkan meningkat 8 persen dari tahun sebelumnya.
Peningkatan target tersebut dicadangkan dari pajak kendaraan
bermotor (PKB) dan biaya balik nama kendaraan bermotor
(BBNKB), Retribusi Daerah mengalami penyesuian dengan
memperhatikan realisasi tahun 2016 serta prediksi capaian tahun
anggaran 2017, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan pada posisi yang relative meningkat, dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada posisi yang menurun hal
tersebut disebabkan pemerintah provinsi banten tidak menarget
tuntutan perbendaharan dan tuntutan ganti rugi sebagai potensi
pendapatan asli daerah dan denda keterlambatan pajak;
2) Dana Perimbangan yang terdiri dari : Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) dengan perkiraan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 45
yang rasional dan terukur Pemerintah Provinsi Banten
menargetkan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak serta Dana
Alokasi Umum sama dengan tahun sebelumnya, dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) berupa DAK Non Fisik ditargetkan
bersumber dari Bantuan Operasional sekolah Dan Tunjangan
Profesi Guru PNSD. Selanjutnya DAK Fisik akan dialokasikan
apabila telah memiliki dasar hukum ataupun telah dicantumkan
dalam Perpres tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2019.
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah hanya ditarget bersal dari
hibah pihak ketiga yaitu PT Jasa Raharja.
4.1.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2019 ditargetkan sebesar
Rp. 7.344.821.272.800,00 dengan rincian sebagai berikut:
1) Pajak Daerah ditargetkan sebesar Rp. 6.967.729.412.400,00
2) Retribusi Daerah ditargetkan sebesar Rp. 18.569.771.200,00
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan yang
ditargetkan sebesar Rp. 55.300.000.000,00 dan
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang ditargetkan
sebesar Rp. 303.222.089.200,00
4.1.1.2 Dana Perimbangan
Dana Perimbangan ditargetkan sebesar Rp. 4.481.092.487.000,00
dengan rincian sebagai berikut:
1) Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak yang ditargetkan
sebesar Rp. 711.779.997.000,00
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 46
2) Dana Alokasi Umum yang ditargetkan sebesar Rp.
1.140.003.353.000,00
3) Dana Alokasi Khusus ditargetkan sebesar Rp.
2.629.309.137.000,00
4.1.1.3 Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah yang ditargetkan dalam
tahun 2019 adalah sebesar Rp. 6.070.000.000,00 Jumlah dana
tersebut diperoleh dari Pendapatan hibah
Secara lengkap target pendapatan daerah Provinsi Banten TA 2019,
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Target Pendapatan Daerah TA 2019
NO URAIAN PLAFON ANGGARAN
SEMENTARA
1 PENDAPATAN 11.831.983.759.800,00
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 7.344.821.272.800,00
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 6.967.729.412.400,00
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 18.569.771.200,00
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
55.300.000.000,00
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 303.222.089.200,00
1.2 DANA PERIMBANGAN 4.481.092.487.000,00
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
711.779.997.000,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 1.140.003.353.000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 2.629.309.137.000,00
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
6.070.000.000,00
1.3.1 Pendapatan Hibah 6.070.000.000,00
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 47
4.1.2 Upaya Pencapaian Target Pendapatan Daerah
Dalam rangka pencapaian target pendapatan daerah tahun
2019 tersebut, upaya-upaya yang akan dilakukan Pemerintah
Provinsi Banten adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan sistem administrasi Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain;
b. Koordinasi dan pembinaan pengelolaan pendapatan
daerah;
c. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah dengan
berpegang kepada prinsip keadilan dan tidak
memberatkan masyarakat;
d. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar
pajak daerah melalui sosialisasi, penyuluhan dan razia
pajak daerah;
e. Pengembangan sistem layanan Samsat Online untuk
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor tahunan;
f. Perluasan jangkauan layanan pembayaran pajak
kendaraan bermotor dengan membentuk gerai-gerai
Samsat, Bis Samsat Keliling dan Samsat Drive Thru;
g. Peningkatan kompetensi aparatur pemungut pajak
daerah;
h. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
pembayaran pajak daerah;
i. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 48
j. Penataan bidang perencanaan, pelaporan dan evaluasi
pendapatan.
k. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah pada Perangkat Daerah atau Unit
Pelayanan Teknis yang memberikan pelayanan langsung
kepada masyarakat. Selain meningkatkan daya saing
untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,
melalui fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktek-praktek bisnis yang sehat berdasarkan prinsip
efisiensi dan produktivitas, dimana pendapatan badan
layanan umum daerah memungkinkan untuk langsung
digunakan kembali membiayai pelayanan, langkah ini juga
dapat memperluas potensi penerimaan retribusi daerah.
4.2. Belanja Daerah
Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan
wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Berpedoman pada
peraturan tersebut, maka belanja daerah dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2019 diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan
dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada
standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 49
1.1. Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar meliputi:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman;
e. Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan
Masyarakat; dan
f. Sosial
1.2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar meliputi:
a. Tenaga Kerja
b. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
c. Pangan
d. Lingkungan Hidup
e. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
f. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
g. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
h. Perhubungan
i. Komunikasi dan Informatika
j. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
k. Penanaman Modal
l. Kepemudaan dan Olahraga
m. Statistik
n. Persandian
o. Kebudayaan
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 50
p. Perpustakaan
q. Kearsipan
2. 0. Urusan pemerintahan pilihan meliputi:
a. Kelautan dan Perikanan
b. Pariwisata
c. Pertanian
d. Kehutanan
e. Energi dan Sumber Daya Mineral,
f. Perdagangan
g. Perindustrian
h. Transmigrasi
3. 0. Urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang
a. Administrasi Pemerintahan
b. Pengawasan
c. Perencanaan
d. Keuangan
e. Kepegawaian
f. Pendidikan dan Pelatihan
g. Penelitian dan Pengembangan
4.2.1. Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja
yang setiap input sumber daya diarahkan pada pencapaian
output, outcomes, dan impact sesuai dengan indicator kinerja
yang telah ditetapkan. Penerapan azas efisiensi dan efektifitas
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 51
belanja merupakan langkah strategis dalam
mengoptimalisasikan belanja daerah.
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 direncanakan sebesar
Rp. 12.139.659.759.800,00 yang antara lain ditujukan untuk:
1) Prioritas pembangunan Provinsi Banten Tahun 2019
meliputi:
a) Peningkatan Infrastruktur Wilayah
b) Peningkatan Akses, Mutu Pendidikan,Kesehatan Dan
Sosial
c) Peningkatan Ekonomi Dan Kesempatan Berusaha
d) Peningkatan Tatakelola Pemerintahan
2) Mensinergikan program pembangunan usulan Masyarakat
yang disampaikan dalam mekanisme perencanaan
pembangunan bottom-up melalui Forum Konsultasi Publik,
Forum Renja SKPD, Rapat Koordinasi Bidang, Musrenbang,
maupun aspirasi masyarakat yang dijaring dari hasil kajian
permasalahan pembangunan daerah yang diperoleh DPRD
berdasarkan hasil reses yang dituangkan dalam daftar
permasalahan pembangunan melalui pokok-pokok pikiran
DPRD. Sinergi progam pembangunan diperlukan karena
dari tahapan proses perencanaan, kebutuhan Belanja
Daerah nilainya selalu lebih besar dibandingkan dengan
kemampuan keuangan daerah.
3) Penyelarasan kegiatan dilakukan untuk percepatan
pencapaian indikator kinerja program;
4) Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 52
daerah dilakukan dengan mengacu Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2019.
4.2.2. Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Dalam Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019 ini
direncanakan alokasi anggaran Belanja Tidak Langsung
sebesar Rp.7.633.783.770.600,00. Rincian belanja tidak
langsung sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai sebesar Rp. 2.218.718.430.000,00
dialokasikan untuk penyediaan gaji dan tunjangan,
Tunjangan Profesi Guru PNSD, Tambahan Penghasilan Guru
PNSD, Tambahan Khusus Guru, Tunjangan Komunikasi
Intensif Pimpinan dan Anggota DPRD, serta tambahan
penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan
perundang- undangan.
2. Belanja Hibah
Belanja Hibah dalam Kebijakan Umum APBD Tahun
Anggaran 2019 direncanakan sebesar Rp.
2.393.598.836.000,00 dan Belanja Bantuan Sosial sebesar
Rp.105.979.000.000,00.Penganggaran Belanja Hibah
tersebut diberikan kepada :
a. Pemerintah sebesar Rp. 118.390.000.000,00
b. Badan, Lembaga, dan Organisasi Kemasyarakatan sebesar
Rp. 300.078.850.000,00
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 53
c. Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah sebesar
Rp.1.975.129.986.000,00
3. Belanja bantuan sosial yang diberikan kepada individu,
keluarga, masyarakat, dan kelompok masyarakat diarahkan
untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Adapun peruntukkan bantuan sosial pada
tahun 2019 diberikan kepada :
a. Rumah Tangga Sasaran sebesar Rp. 87.500.000.000,00
b. Jaminan sosial lanjut usia sebesar Rp.1.500.000.000,00
c. Jaminan sosial dengan kecacatan sebesar
Rp.1.013.000.000,00
d. Pemenuhan kebutuhan dasar anak dalam panti Rp.
766.000.000,00
e. Belanja Bantuan Sosial kepada Individu dan/atau
Keluarga yang Tidak Direncanakan sebesar
Rp.15.000.000.000
f. Belanja Bantuan Sosial Kepada Masyarakat sebesar
Rp.200.000.000,00
4. Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota
Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota yang dalam
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019
direncanakan sebesar Rp.2.502.794.028.200,00
penganggarannya berpedoman pada Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Tata cara penganggaran dana bagi hasil tersebut
telah memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 54
dan retribusi daerah pada tahun 2019, sedangkan
pelampauan target tahun 2018 yang belum direalisasikan
kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah
kabupaten/kota akan ditampung dalam P-APBD TA. 2019.
5. Belanja Bantuan Keuangan.
Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dalam
Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2018 adalah
sebesar Rp. 320.000.000.000.00.
Proporsi signifikan dari Bantuan Keuangan diperuntukkan
bagi kegiatan yang mendukung Urusan Wajib Pelayanan
Dasar atau yang bersifat khusus, dimana pemanfaatan
Bantuan Keuangan tersebut ditetapkan terlebih dahulu oleh
Pemerintah Provinsi untuk membantu capaian kinerja
Program Prioritas Pemerintah Daerah Provinsi Banten yang
mendukung Pelayanan Dasar.
Selanjutnya Bantuan Keuangan Pemerintah Desa sebesar
Rp.61.900.000.000,00 dan Bantuan Keuangan Kepada
Partai Politik tahun 2018 sebesar Rp.5.793.476.400,00
6. Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga digunakan untuk
mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap
darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk
program dan kegiatan. Pengalokasian belanja tidak terbuka
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 55
telah memperhatikan peraturan daerah nomor 1 tahun
2015 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Belanja Tidak Terduga tahun 2019 sebesar Rp.
25.000.000.000,00
Rencana Belanja Daerah Tahun 2019, dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Rencana Belanja Tidak Langsung Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2019
NO URAIAN PLAFON ANGGARAN
SEMENTARA
2.1 Belanja Tidak Langsung 7.633.783.770.600,00
2.1.1 Belanja Pegawai 2.218.718.430.000,00
2.1.2 Belanja Hibah 2.393.598.836.000,00
2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 105.979.000.000,00
2.1.4 Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
2.502.794.028.200,00
2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa dan
Partai Politik
387.693.476.400,00
2.1.6 Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000,00
4.2.3. Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintah Daerah
Belanja Langsung pada tahun anggaran 2018 direncanakan
sebesar Rp. 4.505.875.989.200,00 Penganggaran Belanja
Langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan,
yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat. Dalam rangka melaksanakan urusan
konkuren pemerintahan daerah yang meliputi urusan wajib
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 56
dan urusan pilihan, dengan prioritas penganggaran sebagai
berikut, dengan rincian sebagai berikut :
1. Penganggaran biaya operasional sekolah untuk
mewujudkan pendidikan gratis di Provinsi Banten.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan serta urusan
kebudayaan;
2. Pemenuhan layanan dasar kesehatan, pembangunan
gedung rumah sakit, pengadaan lahan rumah sakit, dan
pembiayaan jamkesmaskin;
3. Pembangunan jalan dan jembatan, pemeliharaan jalan dan
jembatan, dan sarana prasarana sumber daya air;
4. Peningkatan kualitas insfrastruktur kawasan kumuh,
kawasan strategis provinsi, dan kawasan kumuh lainnya,
pengelolaan dan pengembangan jaringan air bersih,
sanitasi dan persampahan serta pembangunan gedung
perangkat daerah;
5. Pencegahan dini potensi kerawanan sosial, pendidikan
politik masyarakat, penegakkan perda, penanggulangan
kebencanaan, perlindungan sosial, dan penanganan pakir
miskin;
6. Upaya pengurangan pengangguran, pengawasan dan
pelatihan ketenagakerjaan, dan peningkatan kualitas BLKI;
7. Pemberdayaan masyarakat desa, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, kependudukan, dan
pengendalian kependudukan dan keluarga berencana;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 57
8. Peningkatan ketahanan pangan, pengendalian pencemaran
lingkungan, pengelolaan dan konservasi hutan;
9. Pemenuhan sarana dan prasarana terminal type b dan
fasilitas keselamatan kereta api, pengendalian dan
pengamanan lalu lintas dan kualitas layanan perhubungan;
10. Penyediaan dan pengelolaan jaringan komunikasi,
pengembangan teknologi informasi, dan keterbukaan
informasi publik;
11. Pembinaan dan pemberdayaan KUKM, pengembangan dan
pemasaran produk pariwisata dan ekonomi kreatif;
12. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, dan kesehatan masyarakat
veteriner;
13. Peningkatan produksi dan daya saing perikanan;
14. Pengembangan budaya baca, pembinaan perpustakaan,
koleksi buku, dan kualitas layanan perpustakaan;
15. Pemberdayaan pemuda dan olah raga serta peningkatan
prestasi olah raga;
16. Peningkatan kualitas layanan investasi dan kerjasama
investasi dan penanaman modal;
17. Pengawasan, rekomendasi, dan standarisasi perizinan
energi dan sumber daya mineral;
18. Pengembangan perdagangan, peningkatan daya saing
industri, pelayanan standarisasi industri, pembangunan
pusat distribusi, dan pembangunan sentra IKM;
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 58
19. Pelaksanaan urusan penunjang pemerintahan yang
meliputi administrasi pemerintahan, kepegawaian,
perencanaan pembangunan, keuangan, litbang dan diklat.
1.1. PEMBIAYAAN DAERAH
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Pembiayaan atau “financing” adalah setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Fungsi
pembiayaan merupakan bagian dari sistem pengelolaan keuangan
negara yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan,
penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban,
sebagai perwujudan dari APBD.
Di dalam pengelolaan keuangan daerah dan khususnya yang
berkaitan dengan fungsi otorisasi bahwa anggaran daerah yang
merupakan bagian dari anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Oleh karena itu, berkaitan dengan kebijakan
penganggaran daerah tahun 2018 mengupayakan adanya anggaran
berimbang dengan menempatkan SiLPA tahun sebelumnya sebagai
alat untuk menutupi defisit, namun estimasi SiLPA tersebut belum
dapat dihitung secara definitif karena kegiatan masih berjalan dan
perhitungannya dilakukan pada akhir tahun anggaran.
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 IV - 59
4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan dicadangkan untuk menutup
surplus/(defiSit) anggaran yang pada tahun anggaran 2019
diposisikan sebesar Rp.(307.676.000.000,00)
Penerimaan pembiayaan daerah tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp.
457.676.000.000,00 yang bersumber dari SiLPA tahun anggaran
sebelumnya.
4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Pada APBD Tahun Anggaran 2019 direncanakan pengeluaran
pembiayaan sebesar Rp150.000.000.000,00 untuk PT Banten Global
De (BGD) Rp. 25.000.000.000,00 dan Penyertaan Modal ke Bank
Bantenvelopment sebesar Rp.125.000.000.000,00
Rincian Pembiayaan Daerah TA 2019 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pembiayaan Daerah TA 2019
NO URAIAN PLAFON ANGGARAN
SEMENTARA 3 PEMBIAYAAN DAERAH 307.676.000.000,00
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 457.676.000.000,00
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
457.676.000.000,00
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 150.000.000.000,00
3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 150.000.000.000,00
PEMBIAYAAN NETTO 307.676.000.000,00
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 V - 1
BAB V
PENUTUP
Dokumen Kebijakan Umum APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2019 ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 38 tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011. Kebijakan Umum
APBD Tahun Anggaran 2019 yang disepakati bersama dengan DPRD
pada dasarnya merupakan kebijakan politik pemerintahan daerah
dalam proses penyusunan anggaran, yang meliputi kebijakan
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah sebagai
landasan atau dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2019.
Substansi KUA Tahun Anggaran 2019 disusun berdasarkan
Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun 2019. Kebijakan Umum
APBD ini diharapkan mampu mensinkronisasikan dan
mengintegrasikan dinamika pembangunan pemerintah pusat dan
daerah serta upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat dan
dunia usaha dalam pembangunan melalui prinsip penganggaran
yang akuntabel, transparan, profesional dan proporsional.
Substansi Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019
memuat pernyataan target pencapaian kinerja dari program-
program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah termasuk
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA) TA 2019 V - 2
pembiayaannya, kebijakan dan prioritas yang mendasari rencana
pembangunan yang akan dicapai pada tahun 2019 mendatang,
permasalahan atau hambatan dan tantangan yang telah terjadi dan
yang akan dihadapi dalam menjalankan kegiatan pembangunan di
daerah.
Dokumen Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2019 ini
disusun untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2019.