Muslims in Chechnya
Muslims in Chechnya suffer from terrorism and oppression just as much as Muslims from other
lands do. Yet very little is mentioned about our Chechen brothers and sisters. They experience
severe torture as the world is completely silent. The majority of the world knows very little-if any- of
their daily trifles. So, it is our duty to reveal the true, ruthless side of Russia and the great adversity
that our Chechen Muslims experience every day. Then, we must make an effort to put an end to this
injustice, as well as others inflicted upon Muslims.
"They are very cold...winter is not there yet but is fast approaching. They live in tents surrounded by
mud, and their blankets and clothes are frequently soaked in rainwater. Many have complained of
unexplained arrests and torture by Russian soldiers..."
-October 3rd 2000, BBC aired a report on Chechen refugees.
"Russian forces in Chechnya arbitrarily detain, torture, and kill civilians in a climate of lawlessness."
-Human Rights Watch
Aslan Maskadov Presiden Muslim Yang Ikut
Berperang Melawan Russia
Mungkin sejarah tentang perang cechnya 1 masih sangat sedikit sejarah atau media yang membahas
tentang ini, namun di sini TS mau mencoba membuat trit yang membahas tentang kehebatan gerilya
para pejuang muslim cechnya bersama dengan presidennya Aslan Maskadov dalam rangka
memerdekakan diri dari cengkraman rusia, banyak media barat maupun pihak rusia sendiri yang
memelintir berita bahkan menyembunyikan kekalahan rusia selama perang cechnya I, namun
dengan ini ane mau share cerita sebenarnya.
Aslan Maskadov
Aslan Aliyevich Maskhadov (21 September 1951 - 8 Maret 2005) adalah pemimpin gerakan
perlawanan muslim di Republik Chechnya, Rusia. Ia dipuji oleh beberapa kalangan berkat
kemenangan Chechnya di Perang Chechnya Pertama, yang menjamin kemerdekaan de facto
sementara bagi Chechnya. Pada Januari 1997, Maskhadov terpilih sebagai Presiden Chechnya
dengan janjinya untuk merdeka dari Rusia. Menyusul mulainya Perang Chechnya Kedua, Maskhadov
kembali memimpin gerakan gerilya melawan pasukan Rusia. Ia dilaporkan tewas di sebuah desa di
utara Chechnya pada Maret 2005.
Aslan maskadov menjadi imam sholat pada saat gerilya
Maskhadov lahir di Kazakhstan tahun 1951, saat masyarakat Chechnya mengungsi ke wilayah
tersebut. Keluarganya kembali ke Chechnya tahun 1957. Maskhadov bergabung dengan Tentara
Merah, berlatih di negara tetangga Georgia dan lulus dari Sekolah Artileri Tbilisi pada 1972. Ia lulus
dari Akademi Militer Leningrad pada 1981 dan dia menjadi seorang yang ditugaskan untuk pertama
kalinya ke Hongaria bersama sebuah regimen artileri gerak sendiri. Pada tahun 1990, Maskhadev
menjabat sebagai komando lokal pasukan roket dan altileri Soviet di Vilnius, Lithuania, di mana
beliau membantu penindasan gerakan kemerdekaan Lithuania yang gagal. Ia pensiun dari tentara
Rusia pada 1992, dengan pangkat kolonel dan kembali ke kampung halamannya di Chechnya.
Setelah keruntuhan Uni Soviet, Maskhadov menjadi Kepala Staf tentara Chechnya yang baru saja
terbentuk di bawah perintah mantan jenderal Soviet Dzhokhar Dudayev. Maskhadov merupakan
figur militer senior pada kubu Chechnya saat Perang Chechnya Pertama (1994-1996) dan dia dikenal
berperan penting pada kemenangan Chechnya melawan pasukan Rusia. Ia memimpin delegasi
Chechnya pada berbagai pembicaraan damai dengan Rusia yang menyerukan genjatan senjata untuk
mengakhiri perang. Pada 17 Oktober 1996, Maskhadov dilantik menjadi perdana menteri sementara
Chechnya setelah pembunuhan Dudayev oleh pasukan Rusia. Ia menjadi kandidat presiden pada
pemilu bulan Januari 1997 denagn kandidat lainnya Shamil Basayev, seorang komando lapangan
dengan pengikutnya yang banyak. Maskhadov menang mutlak dan Presiden Rusia pada saat itu Boris
Yeltsin mengucapkan selamat. Yeltsin berjanji akan membangun hubungan dengan Chechnya
(namun masih menolak untuk mengakui Chechnya yang merdeka).
Sejarah Perang Chechnya
Secara ringkas, sejarah perang Chechnya bisa dibagi kepada dua fase, yakni Perang Chechnya I dan
Perang Chechnya II. Perang Chechnya I adalah perang antar Rusia dengan Chechnya antara tahun
1994-1996 dan berakhir dengan kemerdekaan Chechnya secara de fakto dari Rusia.
Setelah kampanye awal pada tahun 1994-1996, memuncak pada penghancuran kota Grozny.
Pasukan federal Rusia berhasil menguasai wilayah-wilayah pegunungan Chechnya tapi berhasil
dipukul mundur oleh pasukan mujahidin yang bergerilya dan mujahidin juga menyerang di wilayah-
wilayah daratan, meskipun jumlah pasukan Rusia berlimpah, juga persenjataan dan pasukan udara.
Hal itu berakibat pada merosotnya moral pasukan federal dan hampir seluruh wilayah Rusia jatuh ke
dalam konflik brutal yang menuntut pemerintahan Boris Yeltsin mengumumkan gencatan senjata
pada tahun 1996 dan menandatangani perjanjian damai setahun kemudian.
walaupun dengan jumlah yang sedikit para pejuang cechnya berhasil memenangkan perang cechnya I.
Gambar di atas menunjukkan helikopter rusia yang berhasil ditembak jatuh pejuang cechnya
Dalam kesaksiannya, Komander Khattab--Legenda Jihad Chechnya--menceritakan bagaimana dia
bisa sampai berjihad di Chechnya dan kemudian bergabung dan berjuang bersama. Komander
Khattab bahkan di awal jihad Chechnya menyangka bahwa yang terjadi di Chechnya adalah
pemberontakan, yang dipimpin jenderal komunis bernama Jauhar Dudayev. Karena yang kami tahu
penduduk Rusia adalah penganut Komunisme. Setelah kami mendengar berita yang sebenarnya
kami mengatur kunjungan ke Chechnya untuk melihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya
kami berangkay ke Chechnya dengan 12 orang mujahid asal Dagestan.
Komander Khattab memilih kota Vedeno untuk dijadikan markaz melatih para mujahidin dan mereka
mulai melakukan serangan pertama ke konvoi tentara Rusia yang bergerak ke luar kota Vedeno.
Allahu Akbar, akhirnya mujahidin berhasil memenangkan pertempuran. Pada tanggal 30-10-1995
konvoi pasukan Rusia keluar dari Vadeno setelah kalah dalam pertempuran sengit di bagian Selatan
kota Vedeno. Setelah itu Jauhar Dudayev mengumunkan selesainya perang terbuka dan mulai
mengumumkan perang gerilya yang dinyatakan akan berlangsung selama 48 tahun dari 50 tahun.
Pengumuman itu menghancurkan semangat pasukan Rusia. Dia mengumumkan bahwa perang
berlangsung 50 tahun, sudah berlalu 2 tahun dan masih ada waktu 48 tahun. Setelah itu Jauhar
Dudayev mulai melancarkan banyak serangan dan berhasil masuk ke ibu kota Chechnya, Grozny.
Akhirnya setelah serangan demi serangan, pasukan Rusia menyatakan mundur dari Chechnya dan
mempersiapkan diri baik-baik untuk menyerang kembali Chechnya.
Moskow segera mengirimkan bantuan dana, perlengkapan militer, dan persenjataan. Rusia
menunda seluruh penerbangan sipil ke Grozny ketika mereka melalukan blokade militer ke
Chechnya. Mereka melakukan serangan dan membombardir ibu kota Grozny. Pasukan Jauhar
Dudayev memukul mundur serangan tersebut.
Di pegunungan Selatan, Rusia melancarkan serangan pada 15 April 1994 dengan konvoi sekitar 200-
300 kendaraan. mujahidin Chechen mempertahankan kota Argun, memindahkan markas militer
mereka untuk mengepung kota Shali, kemudian Serzhen-Yurt, kemudian mereka menuju ke
pegungungan. Akhirnya para mujahidin ini bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Shamil
Basayev, Rahimahullah di Vedeno. Setelah berada di Vedeno komandan mujahidin Chechnya
menarik mundur pasukan ke Dargo dan kemudian membawanya ke Benoy.
Para mujahidin banyak yang membentuk unit-unit pasukan lokal untuk mempertahankan wilayah
mereka dari serangan pasukan federal Rusia. Banyak remaja belasan tahun yang bergabung dengan
pasukan mujahidin dan sejak saat itu semangat jihad menggelora di dada kaum muslimin Chechnya.
Komander Khattab menceritakan : Setelah itu, kami pun para mujahidin melakukan persiapan,
konsolidasi, membangun kamp-kamp dan melatih para pemuda yang siap mendukung jihad
Chechnya. Khattab dan seluruh mujahidin Chechnya sibuk mempersiapkan diri untuk jihad panjang
di sana. Khattab pernah menanyakan kepada penduduk setempat apakah mereka pernah
mendapatkan bantuan dari lembaga-lembaga internasional ? Mereka menjawab
Palang Merah Internasional pernah datang memberi kami 3 kg gula untuk waktu 2
tahun. Juga 4 kg tepung. Ini adalah bantuan dari lembaga bantuan dunia. Tentu saja
akhirnya masyarakat Chechnya lebih bisa menerima kehadiran mujahidin di tengah-
tengah mereka. Mereka menganggap kami sebagai keluarga mereka sendiri.
Setelah kejatuahn Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja
tercapai ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia.
Namun kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas
Chechnya, Moskow kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan
seorang presiden boneka yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan
kampanye media propaganda, dan menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan
rakyat Chenchen.
Namu, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di
seantero Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan.
Anak-anak muda Chencehn tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang.
Chechnya masih terjajah oleh Russia.
Sejarah Rakyat Chenchen
Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana
terjadi peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara
wilayah Kaukasus. Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam
melawan penjajahan Russia waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang
Ingush, dan secara kolektif disebut “Vainakh” yang artinya “rakyat kami.”
Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah
orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat
dan bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka
sangat sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani
mengambil hak dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang
Chechnya dan Russia sampai saat ini.
Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke
Sentral Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan
diikuti oleh para pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat
Chenchen. Mereka dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka
kemudian adalah desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar
30% dari jumlah keseluruhan mereka 4000.000 orang di wilayah itu.
Perang Chechnya I dan II
Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua
perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi
terjadinya perang kedua.
Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin.
Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden
Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991,
mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak
Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau
bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen.
Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada
Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen.
Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang
yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang
Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti
sampai sekarang.
Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang
pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh
kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai
pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin.
Akar Gerakan Rakyat Chenchen
Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika,
atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun
1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah
mengikuti Angkatan Udara Russia.
Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnya—hanya lebih banyak sedikit dari
Chechnya—berani mendeklrasikan kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini,
Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya.
Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat
Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak
heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat
Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang
Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah
menjadi trend.
Russia dan Islam
Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai
Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan
selalu saja lewat kekerasan.
Sampai saat ini, Islam dinilai dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat
Islam dijadikan seperti 'Second Class People'. Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas
disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea 'Islamphobia' dan mengaitkan
golongan Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap
beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara
keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi
agama kedua terbesar di negara ini. (sa/iol)
Prev: Muhammad Alexander Pertz: Finding the Story of Islam in the American Boy Book
Next: Chechnya
Muslim Chechnya: Dari Perang Russia &
Anak Muda
SETELAH kejatuhan Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja tercapai
ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia. Namun
kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas Chechnya, Moskow
kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan seorang presiden boneka
yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan kampanye media propaganda, dan
menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan rakyat Chenchen.
Namun, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di seantero
Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan. Anak-anak muda
Chenceh tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang. Chechnya masih terjajah oleh
Russia.
Sejarah Rakyat Chenchen
Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana terjadi
peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara wilayah Kaukasus.
Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam melawan penjajahan Russia
waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang Ingush, dan secara kolektif disebut
―Vainakh‖ yang artinya ―rakyat kami.‖
Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah
orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat dan
bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka sangat
sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani mengambil hak
dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang Chechnya dan Russia sampai
saat ini.
Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke Sentral
Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan diikuti oleh para
pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat Chenchen. Mereka
dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka kemudian adalah
desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar 30% dari jumlah
keseluruhan mereka 4000.000 orang di wilayah itu.
Perang Chechnya I dan II
Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua
perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi
terjadinya perang kedua.
Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin.
Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden
Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991,
mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak
Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau
bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen.
Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada
Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen.
Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang
yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang
Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti
sampai sekarang.
Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang
pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh
kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai
pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin.
Akar Gerakan Rakyat Chenchen
Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika,
atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun
1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah
mengikuti Angkatan Udara Russia.
Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnya—hanya lebih banyak sedikit dari
Chechnya—berani mendeklrasikan kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini,
Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya.
Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat
Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak
heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat
Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang
Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah
menjadi trend.
Russia dan Islam
Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai
Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan
selalu saja lewat kekerasan.
Sampai saat ini, Islam dinilai dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat
Islam dijadikan seperti ‗Second Class People‘. Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas
disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea ‗Islamphobia‘ dan mengaitkan
golongan Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap
beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara
keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi
agama kedua terbesar di negara ini. [sa/islampos/iol]
Chechnya: Sejarah,
Perjuangan dan Masa Depan
Setelah kejatuahn Uni Soviet, sebenarnya aspirasi rakyat Chenchen hampir saja tercapai
ketika rakyat Chenchen memenangkan Perang Chenchen pertama atas Russia. Namun
kemudian, ketika Vladimir Putin melancarkan perang kedua kalinya atas Chechnya, Moskow
kembali menguasai Chechnya secara de facto, dan menempatkan seorang presiden boneka
yang mengakibatkan segala kekacauan, melancarkan kampanye media propaganda, dan
menerapkan taktik pecah belah pada perjuangan rakyat Chenchen.
Namu, rakyat Chenchen tak pernah berhenti. Mereka berjuang dari desa ke kota di seantero
Chechnya, dan kebijakan pro-Moskow di negara ini tak pernah mempan. Anak-anak muda
Chencehn tetap pergi ke hutan, bergabung dengan para pejuang. Chechnya masih terjajah
oleh Russia.
Sejarah Rakyat Chenchen
Rakyat Chenchen dikenal sebagai Nokhchi, yaitu orang yang berasal dari desa dimana terjadi
peperangan dengan Russia di abad ke-18. Mereka menghuni sebelah utara wilayah Kaukasus.
Jumlahnya sangat kecil, namun mereka sangat vokal dalam melawan penjajahan Russia
waktu itu. Rakyat Chenchen juga dikenal sebagai orang Ingush, dan secara kolektif disebut
―Vainakh‖ yang artinya ―rakyat kami.‖
Pada abad ke-16, datanglah orang-orang Cossaks ke wilayah itu. Orang Cossaks adalah
orang-orang Russia yang meyebar ke seantero Russia. Mereka adalah para penjahat dan
bandit yang tinggal di perbatasan selatan kerajaan Russia. Jumlah asalnya mereka sangat
sedikit, namun karena dukungan dari kerajan Russia, maka mereka berani mengambil hak
dari rakyat Kaukasus asli. Inilah yang melatarbelakangi perang Chechnya dan Russia sampai
saat ini.
Pada Februari 1943, rakyat Chenchen diangkut dengan kereta roda untuk ternak ke Sentral
Asia oleh para tentara Russia. Ini terjadi pada masa pemerintahan Stalin dan diikuti oleh para
pemimpin Russia lainnya.. Ini dikenal sebagai deportasi paksa rakyat Chenchen. Mereka
dipaksa untuk membuat jalan dan jembatan. Namun yang didapat mereka kemudian adalah
desa mereka dibakar. Banyak yang tewas saat itu, mungkin hampir sekitar 30% dari jumlah
keseluruhan mereka 4000.000 orang di wilayah itu.
Perang Chechnya I dan II
Perang Chechnya sebenarnya adalah bentuk rasa malu Russia pada decade 1990-an. Kedua
perang ini dipicu oleh kepentingan berbeda, namun hasil perang pertama memengaruhi
terjadinya perang kedua.
Perang pertama Chechnya terjadi pada Desember 1994, dilakukan oleh pemerintahan Yeltsin.
Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan Chechnya sebagai bagian dari Russia. Presiden
Dzhokhar Dudaev, memenangkan pemilu yang jujur dan bersih pada Oktober 1991,
mendeklarasikan kemerdekaan Chechnya pada November di tahun yang sama, dan menolak
Moskow. Sampai musim semi 1994, Chechnya adalah satu-satunya negara yang tak mau
bergabung. Maka perang pun berkumandang terhadap Muslim Chenchen.
Putin mengklaim bahwa Russia sedang memerangi teroris. Perang pertama berakhir pada
Agustus 1996. Perang ini menewaskan lebih dari 100.000 rakyat sipil dan tentara Chenchen.
Perang kedua yang meletus pada musim gugur 1999, adalah sebagai balas dendam perang
yang terjadi selama 1994-1999. Russia mengklaim, bahwa Shamil Basayev, seorang pejuang
Chechnya telah membom serangkaian apartemen di Russia, sesuatu yang tak pernah terbukti
sampai sekarang.
Sampai sekarang, jumlah korban Muslim Chenchen tidak pernah diketahui. Namun yang
pasti, korban mulai dari umur 10 sampai 60 tahun. Jika perang pertama didasari oleh
kalkulasi yang salah, maka perang kedua dilakukan lebih brutal dan sinis sebagai
pembentukan kekuatan rejim baru di sekitar Putin.
Akar Gerakan Rakyat Chenchen
Gerakan Islam rakyat Chenchen muncul ketika Mikhail Gorbachev menerapkan perestroika,
atau semacam reformasi Russia. Momentum gerakan Islam Chenchen terjadi pada tahun
1991. Dzhokhar Dudayev, presiden terpilih Chechnya, baru saja kembali dari Estonia setelah
mengikuti Angkatan Udara Russia.
Di Estonia, Dudayev melihat 1,6 juta rakyatnya—hanya lebih banyak sedikit dari
Chechnya—berani mendeklrasikan kemerdekaan dari Soviet. Sedangkan selama ini,
Chechnya telah menderita dan dijajah selama hampir dua dekade lamanya.
Kaum Sufi juga disebut sebagai pihak yang banyak berandil besar dalam perjuangan rakyat
Chechnya. Rakyat Chehcnya mulai memeluk Islam pada abad 17 sampai abad 19. Tidak
heran kemudian jika sufisme menjadi identitas yang paling dominan dalam masyarakat
Chenchen. Paham Sufi Nqshabandiyah banyak tersebar di Chechnya. Namun operasi perang
Chechnya pada tahun 1994, Russia banyak menghabisi kaum Salafi yang saat itu tengah
menjadi trend.
Russia dan Islam
Sejak permulaan perang kedua Chechnya di tahun 1999, Moskow telah berusaha menguasai
Muslim di negeri ini. Bahkan sejak zaman Tsar. Namun sejak itu pula, cara yang dilakukan
selalu saja lewat kekerasan.
Sampai saat ini, Islam dinilai dengan pandangan negatif. Ada juga yang merasakan umat
Islam dijadikan seperti ‗Second Class People‘. Pandangan terhadap Islam seperti ini jelas
disebabkan pengaruh media barat yang meyebarkan idea ‗Islamphobia‘ dan mengaitkan
golongan Islam sebagai kumpulan teroris yang tak berdasar. Umat Muslim Russia dianggap
beraliran Wahabi, dan ini tentu saja sebuah perkara buruk. Namun toh begitu, secara
keseluruhan, pemeluk agama Islam di negeri ini mencapai 20 juta jiwa dan Islam menjadi
agama kedua terbesar di negara ini. (sa/iol)
Kemunculan Malaikat Yang Membantu Pejuang
Chechnya...
Kemunculan Malaikat Yang Membantu Pejuang Chechnya...
Dalam berjihad di jalan Allah swt, kejadian pelik dan aneh seringkali berlaku. Kejadian seperti ini
sudah
pun dirakam oleh Allah swt dalam al-Quran sejak 1,400 tahun yang lampau. Peristiwa di Badar {1}
dan semasa di Perang Hunain menyaksikan segerombolan bantuan malaikat turun membantu
Rasulullah saw dan para sahabat di medan perang. Kejadian aneh ini disaksikan sendiri oleh para
sahabat dan terdapat kesaksian mereka terkandung dalam hadis sahih Bukhari dan Muslim.
Tiada yang mampu dikatakan selain daripada memanjatkan kesyukuran kepada Allah swt dan
laungan takbir. Kejadian bantuan daripada tentera Allah ini turut sama berlaku di beberapa tempat
terpilih seperti yang diberitakan berlaku di pergunungan Chenchya.
Inilah keistimewaan yang Allah swt berikan kepada pejuang-pejuang yang sentiasa meletakkan
agama Allah di tempat paling atas berbanding perkara-perkara lain. Tiada sebab untuk Allah swt
tidak memberi pertolongan sekiranya hal sedemikian memberi kemenangan kepada Islam. Maha
Suci Allah Yang Maha Pemberi Pertolongan.
Ikutilah penceritaan daripada seorang Mujahiddin yang menjadi saksi kepada kejadian aneh ini.
Moga Allah swt melimpat gandakan pahala kepada mereka dan menempatkan mereka di syurga
yang telah dijanjikan.
Kesaksian Para Malaikat Memberi Bantuan
Kami berperang dalam satu batalion bersama komandan operasi, dan selama perjalanan kembali
dari Grozny menuju ke sebuah gunung tiba-tiba muncul jet pejuang Rusia yang menerjunkan ratusan
tentaranya. Kami mulai bersiap siaga. Pada waktu itu kami dalam keadaan berkaki ayam pada malam
yang gelap gelita serta di atas tanah yang dipenuhi salji.
Tentara-tentera Rusia tersebut mendarat di atas gunung sedangkan kami berada dibawahnya. Hal ini
membuat sudut pandangan kami menjadi tidak jelas, sedangkan bagi pihak mereka sangat jelas.
Oleh sebab posisi mereka yang berada di atas kami menyebabkan kami tiada tempat untuk
berlindung.
Tapi tiba-tiba mereka diliputi kekacauan dan ketakutan dan mereka pun mulai menembak. Dan aku
bersumpah atas nama Allah, kami melihat mereka menembak ke atas, padahal posisi kami di bawah.
Kemudian keadaan tiba-tiba berubah menjadi tenang dan hening. Kami pun menunggu hingga
setengah jam. Komandan Khattab berkata,
“Saya ingin beberapa orang untuk mendaki gunung bagi mengetahui apa yang sedang terjadi dan
mengapa mereka menghentikan tembakan”.
Seluruh mujahidin mengangkat tangannya. Maka komandan Khattab hanya memilih tujuh
mujahiddin untuk mendaki ke atas. Setelah satu jam menunggu, kami mendengar tujuh mujahiddin
yang ditugaskan untuk menyiasat melaungkan takbir di atas gunung. Laungan takbir tersebut
memecahkan kesunyian malam.
Laungan takbir
Dengan rasa ingin tahu kami pun mendapatkan mereka. Sampai di atas gunung, segera kami
bertanya kejadian sebenarnya. Sesaat kemudian seluruh Mujahidin bertakbir. Ternyata kami
menemukan kejadian yang mengejutkan, ratusan tentara Rusia telah terpenggal.
Melihat keadaan tentara-tentara Rusia tersebut, kami beranggapan mayat mereka dipenggal dengan
pedang yang begitu tajam, atau paling tidak mungkin dengan gergaji elektrik. Kami yakin tidak
mungkin seorang manusia mampu melakukannya. Tambahan pula, tentera Russia terkenal dengan
kecekapan dan kemahiran mereka dalam selok-belok peperangan.
Satu lagi kejadian aneh di mana senjata api mereka iaitu Kalashinkov masih tergengam di tangan
mereka dan tidak sedikitpun mengalami kerosakan. Pisau-pisau dan senjata mereka yang lain pun
masih lagi elok.
Jumlah tentara Rusia yang terpenggal ada sekitar ratusan orang. Melihat kepada hal sedemikian,
kami menyedari bahawa sesungguhya Allah telah mengirim para malaikat-Nya untuk menolong
kami.
Allahuakbar. Dengan kisah ini diharapkan agar kita semua dapat menerima pengajaran bahawa Allah
sentiasa disisi kita dan pastinya akan memberikan bantuan tatkala kita memerlukan. Marilah kita
sama-sama mendoakan kejayaan kepada saudara kita yakni para pejuang Palastine yang sedang
berperang dengan Zionis Ibni Yahudi Laknatullah.
Mengenal Para Gerilyawan Chechnya
Para pejuang Chechnya yang tak kenal lelah dalam bertempur ini patut kita hargai perjuangan
mereka, bagaimana mereka berjuang tidak saja untuk tanah air mereka namun juga untuk agama
mereka, menjaga kehormatan sebagai Muslim yang terus saja dihinakan oleh tentara-tentara Rusia
yang tanpa hentinya melakukan pengeboman, penyerangan dan membunuhi warga sipil,
memperkosa para wanitanya, melindas mereka dengan tank, para bayi yang menangis kehilangan
kakinya, orang-orang tua renta yang menangisi harta bendanya ludes digilas dan dihancurkan tanpa
ampun oleh tentara Rusia itu, merekalah para pejuang yang telah membela tanah air mereka,
meskipun fitnah dan adu domba sering kali dilakukan oleh Rusia untuk melemahkan mereka. Berikut
adalah beberapa pejuang Chechnya yang perlu kita apresiasi perlawanannya yang sebagian dari
mereka telah syahid.
Syekh Abdul Halim Sadulayev : Pada awalnya ia adalah seorang ulama, sebagian masa kecilnya ia
habiskan di kota Argun dan disanalah ia mempelajari islam, sehingga orang-orang menambahkan
gelar syekh didepannya karena pendalamannya tentang agama islam, pergaulannya dengan
detasemen-detasemen tempur pejuang Chechnya membuat ia merubah pola pikirnya untuk
bergabung dengan mereka, setelah dirinya diangkat untuk menggantikan Aslan Maskhadov,
pemimpin pejuang Chechnya sebelumnya, ia pun merubah pola pikir para pejuang yang sebelumnya
hanya berfokus pada tanah air mereka, yaitu Chechnya menjadi lebih meluas, yaitu ia ingin
membebaskan seluruh wilayah Kaukasus dari cengkraman Rusia. Istrinya pun sempat diculik dan
dibunuh secara brutal namun itu tidak menyurutkan perjuangannya sampai akhirnya ia syahid
setelah baku tembak dengan FSB(Dinas Intelijen Rusia).
Movsar Barayev : Ia adalah keponakan dari Arbi Barayev, salah satu dari pejuang Chechnya,
namanya tidak begitu dikenal sebelmu-sebelumnya, sampai akhirnya dunia memblow-up
performanya saati ia memimpin sekelompok bersenjata melakukan penyanderaan di sebuah gedung
teater di Moscow pada 2002, tuntutannya jelas yaitu menghimbau kepada Rusia untuk
menghentikan perang di Chechnya, kelompok bersenjata yang ia pimpin ia namakan sebagai Suicidal
Death Squad, selama tiga hari melakukan aksi penyanderaan sampai akhirnya unit Spetnaz(Pasukan
Khusus Rusia) melakukan aksi penyergapan yang berujung pada tewasnya ratusan penonton yang
disebabkan oleh racun yang dimasukkan kedalam saluran pendingin ruangan oleh Paukan Rusia itu
sendiri, Movsar Barayev pun tewas setelah baku tembak dengan aparat.
Ruslan Gelayev : Pasukan Rusia menjulukinya sebagai Black Angel karena ia selalu berpakaian hitam-
hitam dan kekejamannya yang suka mengeksekusi orang khususnya tentara Rusia membuat mereka
gentar namun disatu sisi mereka pun sangat bernafsu untuk menghabisinya, pada saat
pemerintahan Presiden Dzokhar Dudayev (Presiden pertama Chechnya) ia pun sempat menjadi
pemimpin unit pasukan khusus yaitu unit Borz(Wolf), kekejamannya pun ia perlihatkan setelah
mengultimatum pasukan Rusia agar menghentikan untuk menggempur desa Shatoy, setelah
sebelumnya ia pun sempat mengeksekusi 8 tentara Rusia lainnya, pada perang Chechnya 2, gelayev
mengalami banyak kemunduran, sempat diturunkan pangkatnya pula oleh Aslan Maskhadov dan
terkepung oleh tentara Rusia di Komsomolskoye dan banyak mengalami miskomunikasi, salah
satunya adalah saat ia mengharapkan bantuan kedatangan kendaraan yang akan mengangkutnya
yang dijanjikan oleh Arbi Barayev, namun kendaraan itu tidak pernah datang dan akhirnya ia pun
terpaksa habis-habisan berjuang dengan pasukan seadanya. Dengan kondisi terkepung ia pun
mencoba untuk melarikan diri ke Georgia, namun nasib naas menimpanya saat ia kepergok oleh
pasukan patroli Rusia dan ditembaki hingga tewas.
Syamil Basayev : Namanya diambil dari Imam Syamil, kerap orangtuanya pun berharap ia bisa
menjadi seperti Imam Syamil, Basayev merupakan pejuang paling radikal diantara para pejuang
Chechen lainnya, ia pun terkenal akan duet mautnya dengan emir kahthab dan dijuluki sebagai
warlords(dewa perang), namanya mulai mencuat saat ia melakukan penyergapan di sebuah rumah
sakit Budionovsk(selatan Rusia), karirnya di bidang kemiliteran dimulai saat ia mendaftarkan diri
pada dinas militer Uni Soviet, namun hanya sebagai petugas pemadam kebakaran karena
diskriminasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap etnis Chechen, karir perjuangan yang sebenarnya
baru ia rasakan saat bergabung dengan pasukan Dzokhar Dudayev untuk kemerdekaan Chechnya
setelah sebelumnya pernah bertempur pula di Abkhazia, Basayev sempat dituduh mendalangi aksi
pengeboman di apartemen, dan stasiun kereta api di wilayah Rusia, namun ia membantahnya tetapi
ia bertanggung jawab bahwa aksi penyanderaan di sebuah sekolah di Beslan, Rusia adalah hasil
rancangannya. Basayev tewas saat kendaraan yang ia kendarai tiba-tiba meledak dan membunuh
dirinya, menurut pihak Rusia agennya yang menaruh bahan peledak dikendaraanya, tetapi hal ini
dibantah oleh kavkaz center(media pejuang chehchen) bahwa ini murni kecelakaan.
Jenderal Rusia Pembantai Umat Islam
Chechnya Itu Alami Kecelakan Parah
Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya menyatakan bahwa Panglima Angkatan
Udara Rusia Jenderal Vladimir Shamanov, Sabtu kemarin (30/10) terluka parah dalam sebuah
"kecelakaan" di selatan ibukota Moskow.
Jenderal Shamanov – yang dianggap sebagai pahlawan di Rusia karena catatan militernya –
namun oleh banyak LSM dirinya dianggap penjahat karena terlibat dalam pelaksanaan
kejahatan perang dan pelanggaran HAM terhadap muslim Chechnya.
Insiden kecelakaan yang menimpa Shamanov terjadi ketika mobil BMW dari Kementerian
Rusia yang dinaiki Jenderal Shamanov, mengalami tabrakan dengan sebuah truk di wilayah
Tula, sekitar 200 km selatan Moskow.
Hasil kecelakaan itu menewaskan pengemudi selain melukai petugas lain yang berpangkat
kolonel di Angkatan Udara. Sedangkan jenderal Shamanov sendiri (53 tahun) menurut
laporan departemen pertahanan Rusia, dinyatakan mengalami luka parah namun tidak
membahayakan hidupnya.
Jenderal Shamanov termasuk tokoh kontroversial di Rusia, dan dia telah menerima
peringatan pada bulan Oktober 2009, karena "mencoba penyalahgunaan kekuasaan" setelah ia
mengirim pasukan untuk mencegah pemeriksaan terhadap pabrik yang dimiliki oleh
saudaranya.
Pada tahun 2007, "Human Rights Watch" menyatakan bahwa jenderal Shamanov terlibat
dalam pelanggaran berat hak asasi manusia di Chechnya.(fq/imo)
Al Furqan – Minggu, 31 Oktober 2010 15:39 WIB
Mujahidin Chechnya Hadapi Pertempuran Berat
Diposting Kamis, 21-05-2009 | 20:59:40 WIB
Pertempuran intensif terjadi selama
beberapa hari ini di daerah pegunungan
Provinsi Nokhchicho, Chechnya.
Sumber kavkazcenter melaporkan
pertempuran sengit terjadi di sekitar desa
Vedeno, Elistanzhi dan Eshelhatoi. Tentara
musuh (Rusia dan anteknya) menggunakan
senjata berat dengan didukung oleh
helikopter tempur. Beberapa kali serangan
dari udara dilancarkan ke arah basis pertahanan mujahidin.
Pertempuran yang sangat menegangkan tercatat hari Senin, menurut sumber KC, baku
tembak terjadi sehari penuh di dekat desa Elistanzhi dan Eshelhatoi.
Data akurat mengenai situasi riil di zona perang tidak diketahui secara pasti. Menurut data
yang diperoleh dari mujahidin, 4 penjajah Rusia tewas dan 5-8 tentaranya terluka.
Menurut laporan KC, 4 mujahidin telah syahid dalam 5 hari terakhir pertempuran. Belum ada
laporan lagi mengenai keadaan selanjutnya. (muslimdaily.net/dnkr/kc)
Rontoknya Helikopter Rusia di
Chechnya Oleh : Ari Subiakto
Selama berlangsungnya Perang Chechnya, sebagai salah satu negara dengan angkatan bersenjata
terkuat di dunia, pihak pasukan federal Rusia tentunya menguasai sepenuhnya supremasi udara atas
wilayah Chechnya. AU Rusia dengan bebas dan leluasa dapat membombardir semaunya desa-desa
dan kota-kota di wilayah Chechnya dengan serangan roket, rudal udara-ke-darat, dan bom-bom
tandan, yang tidak hanya menghancurleburkan bangunan-bangunan, tetapi juga menewaskan
banyak warga sipil yang tak berdosa.
Sementara di pihak lain, para pejuang muslim Chechnya sama sekali tidak memiliki kekuatan udara.
Jangankan kekuatan udara, untuk menghadapi pertempuran yang sama sekali tidak imbang
melawan pasukan Rusia yang berkekuatan besar, mereka harus menghadapi kendala kekurangan
persenjataan dan amunisi. Namun hal itu tidak berarti bahwa para pejuang muslim Chechnya tidak
mampu berbuat apa-apa untuk menghadapi dan melawan kekuatan udara Rusia. Fakta di lapangan
membuktikan bahwa pasukan pejuang Chechnya yang tidak memiliki kekuatan udara ini mencatat
sejumlah kemenangan yang cukup signifikan dalam menghadapi AU Rusia.
Untuk mendukung operasi militer pasukan daratnya di Chechnya, AU Rusia memang mengerahkan
jenis pesawat jet dan helikopter tempur yang memang spesifik bagi tugas-tugas dukungan serangan
darat (close air support). Jenis pesawat jet tempur yang dikerahkan Rusia di Chechnya adalah tipe
pemburu-pembom (fighter-bomber) Sukhoi Su-24 Fencer, dan tipe serang darat (ground-attack)
Sukhoi Su-25 Frogfoot. Sementara untuk jenis helikopter tempur, Rusia mengerahkan jenis Mi-24
Gunship, serta helikopter transport jenis Mi-8 dan Mi-26 yang meskipun dipergunakan untuk
mengangkut personil pasukan, namun biasanya telah dilengkapi cantelan (pod) untuk menggotong
rudal atau tabung peluncur roket.
Helikopter tempur jenis Mi-24 sebagai unit pendukung pasukan darat Rusia di Chechnya.
Dalam Perang Chechnya II yang berlangsung antara tahun 1999 – 2002, para pejuang muslim
Chechnya tercatat telah berhasil menembak jatuh sedikitnya 11 pesawat jet tempur dan 45
helikopter Rusia (Wikipedia). Jumlah itu tidak termasuk yang jatuh karena faktor cuaca, human error,
mengalami kegagalan fungsi, atau dihancurkan di darat. Jenis helikopter yang paling sering ditembak
jatuh adalah jenis Mi-8 yang sebagian besar hingga menewaskan seluruh awak dan penumpangnya
yang tak jarang adalah para perwira tinggi militer Rusia di Chechnya.
Seperti yang terjadi pada tanggal 17 September 2001, sebuah rudal permukaan-ke-udara (surface-
to-air missile) yang ditembakkan oleh grup khusus pejuang muslim Chechen, berhasil menembak
jatuh sebuah helikopter transport Mi-8 jenis VIP tepat di atas pusat ibukota Grozny, yang
menyebabkan tewasnya 13 personil militer Rusia yang sebagian besar adalah perwira militer senior,
termasuk 2 orang jenderal, yang hendak kembali ke Moskow. Mereka adalah Mayor Jenderal
Anatoly Pozdnyakov (anggota Staf Umum AD Rusia), Mayor Jenderal Pavel Varfolomeyev (deputi
direktur staf Kementerian Pertahanan Rusia), dan 8 orang kolonel, yaitu; Igor Abramov, Igor
Khakhalkin, Yuri Makhov, Vladimir Smolennikov, Sergei Toryanik, Nikolai Lyubimsky, Igor Tribuntsov
dan Vladimir Talayev, plus 3 orang awak helikopter itu sendiri.
Selanjutnya tanggal 27 Januari 2002, sebuah helikopter milik Kementerian Dalam Negeri Rusia jenis
Mi-8 ditembak jatuh dengan misil 9K38 Igla, dan meledak dekat Shelkovskaya di Distrik
Nadterechny, Chechnya, sehingga menewaskan 14 orang penumpangnya. Termasuk di antara
mereka yang tewas adalah 2 orang perwira senior Rusia, yaitu Letnan Jenderal Mikhail Rudchenko
(deputi Menteri Dalam Negeri) dan Mayor Jenderal Nikolai Goridov (deputi komandan Tentara
Dalam Negeri), ditambah 3 orang kolonel, yaitu; Kolonel Oriyenko, Stepanenko, dan Trafimov.
Helikopter Rusia jenis Mi-8 tercatat yang paling banyak ditembak jatuh di Chechnya.
Tanggal 19 Agustus 2002, satu tim pejuang muslim Chechen dengan menggunakan sistem senjata
MANPAD (man-portable air-defense system), berhasil merontokkan satu helikopter Mi-26 yang
kemudian jatuh di atas sebuah ladang ranjau di pangkalan militer Khankala, Chechnya, hingga
menewaskan 127 dari 145 orang tentara Rusia di dalamnya. Insiden ini merupakan peristiwa dengan
jumlah korban tewas terbesar sepanjang sejarah penerbangan helikopter sekaligus merupakan
bencana penerbangan paling mematikan yang pernah diderita oleh pasukan angkatan bersenjata
Rusia.
Sistem senjata anti-pesawat buatan Rusia jenis 9K38 Igla yang ditembakkan oleh pejuang Chechnya
dari salah satu blok reruntuhan apartemen bertingkat lima di dekat pangkalan Khankala ini
merupakan jenis misil permukaan-ke-udara pencari panas (heat-seeking). Senjata ini sukses
menghantam helikopter transport kelas berat Rusia jenis Mi-26 yang kelebihan muatan itu, sehingga
langsung menyebabkannya jatuh dan terbakar. Saat itu, helikopter ini tengah mengangkut para
personil prajurit dan perwira yang berasal dari unit-unit AU Rusia yang berpangkalan di kota
Mozdok. Meski sebenarnya didesain hanya untuk mengangkut sebanyak 80 personil tentara, namun
pada saat kejadian, helikopter Mi-26 ini ternyata dijejali hingga 145 orang.
Menurut keterangan Pavel Felgenhauer, “Misil tersebut menghantam salah satu mesin dari Mi-26
saat tengah mendekati Khankala, ketika oleng pesawat ini jatuh tepat di atas sebuah ladang ranjau
yang menjadi perimeter pertahanan markas besar militer pasukan federal Rusia di Chechnya
tersebut. Sebagian mereka yang selamat, berusaha meninggalkan bangkai Mi-26, namun dilaporkan
tewas oleh ledakan ranjau anti-personil yang dipasang oleh tentara Rusia sendiri.”
Sebelum meledak, bagian dalam helikopter itu dibanjiri oleh bahan bakar yang tumpah, dan pintu
utama tidak mau terbuka. Hanya kru yang berjumlah 5 orang dan 29 penumpang yang berhasil lolos
keluar melalui lubang keluar kokpit yang sempit. Sedikitnya 4 orang tentara Rusia yang berhasil
selamat, menyusul tewas keesokan harinya karena menderita sejumlah luka bakar yang amat parah.
Peristiwa ini mengundang kritik dan menyebabkan komandan aviasi AD Rusia, Kolonel Jenderal
Vitaly Pavlov, kemudian mundur dari jabatannya pada bulan September 2002.
Pada tanggal 11 September 2006, kembali sebuah helikopter Mi-8 ditembak jatuh. Kali ini jatuh di
dekat kota Vladikavkaz, dan menewaskan 12 personil militer Rusia. Di antara yang tewas adalah 3
orang perwira tinggi, yaitu Letnan Jenderal Pavel Yaroslavtsev (deputi kepala logistik AD), Letnan
Jenderal Viktor Guliaev (deputi kepala unit medis AD), dan Mayor Jenderal Vladimir Sorokin (kepala
logistik Distrik Militer Kaukasus Utara).
Terakhir tanggal 27 April 2007, lagi-lagi sebuah helikopter militer Rusia jenis Mi-8 yang berangkat
dari timur kota Gudermes dan tengah mengangkut pasukan khusus, jatuh di pegunungan sebelah
selatan Chechnya, hanya karena tembakan senapan otomatis ringan pejuang Chechnya. Seluruh
penumpangnya yang berjumlah 20 orang tewas. Mereka terdiri dari 15 personil pasukan komando
GRU Spetsnaz dan dua orang perwiranya yang ditugaskan untuk membantu pasukan federal Rusia
yang tengah diserang oleh para pejuang di dekat desa Shatoy, ditambah 3 orang kru yang terdiri dari
pilot, yaitu Letnan Kolonel Sergei Korolev, navigator, Kapten Vyacheslav Kudryashov, dan perwira
mekanik, Letnan Senior Nikolai Sidygalov.
Dari beberapa contoh di atas, senjata yang dipergunakan oleh para pejuang muslim Chechnya untuk
merontokkan helikopter-helikopter tempur Rusia ternyata cukup bervariasi. Dari mulai yang
tercanggih yang memang diperuntukkan bagi fungsi pertahanan anti-pesawat, yaitu sistem peluncur
rudal permukaan-ke-udara (MANPAD) jenis 9K38 Igla buatan Rusia, hingga menggunakan rudal anti-
tank (anti-tank guided missiles) atau roket peluncur granat (RPG) yang ditembakkan ke udara,
bahkan hanya oleh tembakan senapan otomatis ringan yang dilepaskan oleh para pejuang dari
darat.
Komandan Khattab sedang melatih sejumlah pejuang Chechnya menggunakan
senjata peluncur misil anti-pesawat.
Begitu banyaknya pesawat atau helikopter tempur Rusia di Chechnya yang rontok ditembak jatuh,
membuktikan bahwa keunggulan supremasi udara dalam kondisi tertentu ternyata masih dapat
ditaklukkan oleh unit-unit sekelas prajurit infantri ringan. Karena menurut sebagian analis militer,
penggunaan helikopter tempur dan pesawat jet serang darat dalam pertempuran kota yang
didominasi oleh gedung-gedung bertingkat atau wilayah pegunungan, sangatlah riskan untuk
dilakukan. Berkaca dari pengalaman di medan perkotaan dan pegunungan, sesuai dengan tugas dan
fungsinya sebagai pendukung pasukan di darat, dalam melancarkan serangannya, helikopter tempur
atau pesawat jet serang darat sesekali pasti akan melakukan manuver terbang rendah di atas
gedung-gedung bertingkat atau diantara lembah-lembah pegunungan. Manuver ini tentu saja akan
menyebabkannya menjadi mangsa empuk bagi personil infantri ringan bersenjata peluncur rudal
anti-pesawat, roket, atau hanya senapan mesin, yang bersembunyi di atas atap-atap gedung
bertingkat atau di celah-celah bebatuan pegunungan. Resep ini telah dibuktikan oleh Mujahidin
Somalia di kota Mogadishu saat merontokkan helikopter tempur Amerika, atau oleh para Mujahidin
Afghanistan di wilayah pegunungan dalam melawan tentara Uni Soviet selama berlangsungnya
Perang Afghanistan (1979 – 1989). Dengan begitu, sebenarnya sama sekali tidak ada alasan bagi
kekuatan militer negara-negara adidaya untuk memandang remeh kemampuan tempur unit-unit
infantri ringan, terlebih bila unit-unit itu dikenal dengan nama “MUJAHIDIN”.