MODEL PEMBELAJARAN KALIGRAFI DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIGRAFI
AL-QURAN DI PESANTREN LEMKA SUKABUMI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Oleh :
UMMI KHAIRIAH
NIM.11150110000157
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/ 1441 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi Berjudul “Model Pembelajaran Kaligrafi Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran Di Pesantren Lemka Sukabumi” disusun
oleh Ummi Khairiah, NIM. 11150110000157, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 14 September 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Syamsul Aripin, MA
NIDN : 2014118101
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Model
Pembelajaran Kaligrafi Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Kaligrafi Al-Quran Di Pesantren Lemka Sukabumi” yang disusun oleh Ummi
Khairiah, Nomor Induk Mahasiswa 11150110000157, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji
kebenarannya oleh pembimbing skripsi pada tanggal 14 September 2020
Jakarta, 14 September 2020
Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Syamsul Aripin, MA
NIDN : 2014118101
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“MODEL PEMBELAJARAN KALIGRAFI DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS KALIGRAFI AL-QURAN DI PESANTREN LEMKA
SUKABUMI”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Ummi Khairiah
NIM. 11150110000157
Di Bawah Bimbingan
Dr. Syamsul Aripin, MA
NIDN : 2014118101
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ummi Khairiah
Tempat/Tgl.Lahir : Bontang, 10 November 1996
NIM : 11150110000157
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : “Model Pembelajaran Kaligrafi Dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-
Quran Di Pesantren Lemka Sukabumi”
Dosen Pembimbing : Dr. Syamsul Aripin, M.Ag
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan
skripsi, karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama
lembaga dan lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus
disalin ke dalam huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman
penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin
ا
Ś ث
ḥ ح
Kh خ
Ź ذ
Sy ش
Ṣ ص
ḍ ض
ṭ ط
Ť ظ
᾽ ع
Ģ غ
H ة
2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
A
I
3. Mȃdd (Panjang)
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
ا Ᾱ ى …
Ῑ ى
و Ṹ
4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah
/t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah
/h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti
oleh kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:
Wahdat al-wujứd atau Wahdatul =وحدةالوجود
wujứd.
5. Syaddah (Tasydḭd)
Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh : rabbanả, al-ḫaqq,
ảduwwun.
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sambung/hubung. Contoh: al - zalzalah (az zalzalah)
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),
7. Penulisan
a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti a;if, contoh: akaltu, ȗitya.
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof,
contoh:
ta’kulȗna atau syai’un.
8. Huruf Capital
Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukat pada kata
Contoh :
al-Qur’an =القران
al –madinatul al munawwar = المدينة المنورة
al – Mas’ud =المسعودي
i
ABSTRAK
Ummi Khairiah (11150110000157) “Model Pembelajaran Kaligrafi
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran Di
Pesantren Lemka Sukabumi”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Model Pembelajaran
Kaligrafi Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi
Al-Quran Di Pesantren Lemka Sukabumi” dan memiliki tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui model pembelajaran apa saja yang
diterapkan dalam menulis ayat-ayat Al-Qur‟an di Pesantren Lemka
Sukabumi, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pada
pelaksanaan model pembelajaran di Pesantren Lemka Sukabumi.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: 1)
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif 2) Subjek penelitian ini adalah
Guru kaligrafi dan siswa Pesantren Lemka Sukabumi 3) Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. 4) Teknik
analisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kaligrafi yang tepat dapat menjadikan pembelajaran menulis
kaligrafi Alquran yang efektif dan efisien, membuat siswa paham dan
mengerti cara menulis kaligrafi dengan mudah seperti yang telah diajarkan
di kelas menggunakan model – model pembelajaran yang digunakan di
Pesantren Lemka Sukabumi. Di dalam implementasi model pembelajaran
kaligrafi ini guru akan mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri
siswa atau lebih ke ranah psikomotorik.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Kaligrafi Alquran, Psikomotorik
ii
ABSTRACT
Ummi Khairiah (11150110000157) "Calligraphy Learning Model in an
Effort to Improve the Ability to Write Al-Quran Calligraphy at Pesantren
Lemka Sukabumi"
This study aims to determine "Calligraphy Learning Models in an
Effort to Improve the Ability of Writing Al-Quran Calligraphy at Lemka
Sukabumi Islamic Boarding School" and has the aim of reaserch, namely to
find out what learning models are applied in writing Al-Qur'an verses at
Pesantren Lemka Sukabumi. , to determine the supporting and inhibiting
factors in the implementation of the learning model at Pesantren Lemka
Sukabumi.
The research methodology used in this study include : 1) The type of
research is qualitative research 2) The subjects of this study are calligraphy
teachers and students of the Lemka Sukabumi Islamic Boarding School 3)
Data collection using observation, interview, and documentation
techniques. 4) The analysis technique uses a qualitative descriptive analysis
technique.
The results of this study indicate that using the right calligraphy
learning model can make learning to write Koran calligraphy effective and
efficient, making students understand and understand how to write
calligraphy easily as taught in class using the learning models used in
Pesantren Lemka. Sukabumi. In implementing this calligraphy learning
model, the teacher will be able to develop the potential that exists in
students or more in the psychomotor realm.
Keywords: Learning Model, Quran Calligraphy, Psychomotor
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum, Wr. Wb.
Segala puja dan puji bagi Allah Swt. yang selalu memberikan
nikmat, rezeki, kesehatan jasmani maupun rohani dan kita selalu
meminta pertolongan-Nya. Sebab yang bisa menolong kita hanyalah
Allah Swt. Karena Allah lah sebaik- baiknya penolong. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan atas nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad Saw. Keluarganya, sahabatnya, dan untuk seluruh
umat islam dimanapun berada.
Alhamdulillah, penulis mengucapkan banyak rasa syukur
kepada Allah Swt. Atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Begitu besar hambatan dan rintangan
dalam pembuatan skripsi ini akan tetapi dengan adanya pertolongan
dari Allah Swt. Skripsi ini akhirnya dapat di selesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Model Pembelajaran Kaligrafi Dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran Di Pesantren
Lemka Sukabumi”
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir selama menempuh
jenjang Pendidikan di Perguruan tinggi, dan juga sebagai persyaratan
dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd) di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak berhutang budi
kepada pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Terima kasih kepada kedua Orang Tua ayahanda
tersayang, Drs. H. Munir Abdullah dan ibu tercinta Siti
Nurahmawaty, S.Pdi, kakak, adik dan keluarga besar
yang selalu memberikan motivasi dalam pembuatan
skripsi baik dukungan materi maupun non materi yang
iv
telah banyak membantu untuk bisa sampai akhir dalam
penulisan skripsi ini.
2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin
Umar Lubis, Lc., M.A.
3. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr. Sururin,
M.Ag.
4. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Abdul Haris,
M.Ag.
5. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs.
Rusdi Jamil, M.Ag.
6. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Syamsul Aripin,
M.Ag, yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan, bimbingan dan doa kepada penulis.
Bapak sangat berjasa dalam membantu penulis untuk
terus melangkah walau banyak kesulitan yang dihadapi
penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah
selalu memberikan keberkahan dalam hidup bapak dan
selalu berada dalam lindungan-Nya.
7. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Drs. Aminuddin
Yaqub, M.Ag yang telah bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk membantu sepenuhnya dalam proses
pembuatan skripsi ini.
8. Semua Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang
telah membantu penulis dalam bentuk dorongan motivasi
9. Bapak Piminan Pesantren Lemka Sukabumi Dr. Didin
Sirojuddin, AR. M.Ag.
10. Seluruh Ustaz dan Ustazah Pesantren Lemka Sukabumi.
11. Sahabat Lemka Angkatan 2014/2015.
v
12. Santri Lemka Angkatan 2019/2020.
13. Sahabat saya Amelia Sholeha yang setia menemani
selama penelitian di Pesantren Lemka Sukabumi
14. Sahabat seperkelasan, sepermainan, seperilmuan,
sepergokilan, seperanehan, “Teman Masa Muda” (Siti
Amalia dan Widya Wibowo)
15. Seluruh mahasiswa PAI UIN Jakarta angkatan 2015
khususnya mahasiswa PAI D, yang telah memberikan
dukungan kepada penulis selama berkuliah di UIN Syarif
hidayatullah Jakarta.
16. Teman kosan yang tiada henti mensuport dan motivasi
dikala susah ataupun jenuh dalam mengerjakan skripsi Siti
Nur Ajijah dan Mita Ulfayanti yang suatu hari nanti kita
akan bercerita tentang hari ini.
17. Untuk teman sejatiku Kurniawan Kholik yang menemani
dan tak henti – hentinya memberi support dan dukungan,
trimakasih tetap bertahan dan mendengarkan setiap keluh
kesahku.
Penulis menyadari bahwa pembuatan karya ilmiah ini baru
pertama kali penulis lakukan. Tentunya ada beberapa kalimat
yang tidak sempurna baik isi, maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu, selama masih hidup penulis akan berusaha terus
menerus belajar dan membuka diri untuk menerima kritikan
dan saran yang membangun sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan penulis dalam melanjutkan penulisan karya
ilmiah dikemudian hari.
Wassalamu‟alaikum, Wr.Wb
Jakarta, 14 September 2020
Penulis
Ummi Khairiah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian .................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10
A. Model Pembelajaran Kaligrafi .......................................................... 10
1. Definisi Model Pembelajaran ........................................................ 10
2. Definisi Kaligrafi dan Sejarah ....................................................... 11
3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kaligrafi ................................ 12
4. Model Pembelajaran Kaligrafi ...................................................... 13
B. Kemampuan Menulis Kaligrafi ......................................................... 17
1. Definisi Menulis Kaligrafi ............................................................. 17
2. Jenis Tulisan Kaligrafi ................................................................... 18
C. Model Pembelajaran Kaligarfi di Pesantren Lemka Sukabumi ........ 22
D. Hasil Penelitian Relevan ................................................................... 26
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 29
vii
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 29
B. Metode Penelitian.............................................................................. 30
C. Sumber Data ...................................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 31
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 39
F. Keabsahan Data ................................................................................. 40
G. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 42
A. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 42
1. Profil dan Sejarah Singkat Pesantren ............................................ 42
2. Identitas Pesantren ......................................................................... 43
3. Visi, Misi, Tujuan dan Moto Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka
Sukabumi .............................................................................................. 44
4. Data Sarana dan Prasarana ............................................................. 45
5. Jumlah dan Data Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Karyawan 46
B. Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 47
1. Perencanaan pembelajaran metode demonstrasi ........................... 48
2. Model Pembelajaran Kaligrafi Menggunakan Metode Demonstrasi
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran
di Pesantren Lemka Sukabumi ............................................................. 48
3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Kaligrafi dengan Menggunakan
Metode Demonstrasi ............................................................................. 51
C. Faktor Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Metode Demonstrasi . 51
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 53
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 60
A. Kesimpulan ....................................................................................... 60
B. Implikasi ............................................................................................ 61
C. Saran .................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian………………………………………………………29
Tabel 3.2 Instrumen Pengumpulan Data untuk Guru……………………………32
Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data untuk Kepala Bidang Pendidikan dan
Pelatihan………………………………………………………………35
Tabel 3.4 Untuk Kepala Pimpinan Pesantren……………………………………35
Tabel 3.5 Instrumen Angket Pengumpulan Data untuk Siswa………………..…36
Tabel 3.6 Data Dokumentasi………………………………………………..……39
Tabel 4.1 Jumlah Sarana dan Prasarana……………………………………….…45
Tabel 4.2 Jumlah Data Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Karyawan…….…..47
Tabel 4.3 Jumlah Data Siswa………………………………………………….…47
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1…………………………………………………………………..18
Gambar 2.2…………………………………………………………….…….19
Gambar 2.3…………………………………………………………….…….19
Gambar 2.4…………………………………………………………….…….20
Gambar 2.5…………………………………………………………….…….20
Gambar 2.6…………………………………………………………….…….21
Gambar 2.7…………………………………………………………….…….21
Gambar 4.1…………………………………………………………….…….56
Gambar 4.2…………………………………………………………….…….59
Gambar 4.3…………………………………………………………….…….59
Gambar 4.4…………………………………………………………….…….59
Gambar 4.5…………………………………………………………….…….59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : SURAT KETERANGAN
Lampiran 2 : HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Lampiran 3 : STRUKTUR ORGANISASI
Lampiran 4 : SILABUS PEMBELAJARAN KALIGRAFI KHAT TSULUS
Lampiran 5 : HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR
Lampiran 6 : WAWANCARA KEPALA BIDANG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
Lampiran 7 : WAWANCARA PIMPINAN PESANTREN
Lampiran 8 : FOTO KEGIATAN PESANTREN KALIGRAFI ALQURAN
LEMKA SUKABUMI
Lampiran 9 : UJI REFERENSI
Lampiran 10 : BIODATA PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seni kaligrafi yang merupakan kebesaran seni Islam, lahir di tengah-
tengah dunia arsitektur dengan segar-bugar. Ini dapat dibuktikan pada
anekaragaman hiasan kaligrafi yang memenuhi masjid-masjid dan bangunan -
bangunan lainnya, yang ditumpahkan dalam panduan ayat-ayat Al-Qur‟an
yang mulia, hadis-hadis atau kata-kata hikmat para ulama bijaksana. Demikian
pula mushaf-mushaf Al-Qur‟an banyak ditulis dengan pelbagai model
kaligrafi yang disapu corak-corak hias pusparagam mempesona.1
“Khat/Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk
huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah
tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis,
bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis;
menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagimana untuk
menggubahnya.”2
Kaligrafi merupakan tulisan seni Islam yang sejalan dengan datangnya
sejarah Islam yang memiliki bentuk keindahan jika dilihat seseorang langsung
mengenali bentuk tersebut.”
Kaligrafi sebagai salah satu cabang seni yang memiliki akar, asal-usul, dan
sejarah yang panjang, selain memiliki banyak macam yang menunjukkan
puncak artistiknya yang menarik perhatian karena kehebatannya.3
Dalam apresiasinya, kaligrafi lebih sering menjadi alat visual ayat – ayat
Al-Qur‟an, sehingga bukan hanya menambah keindahan ayat, tetapi
juga dapat mengetuk hati pemikatnya. Sebuah lukisan kaligrafi ayat Al-Qur‟an
yang indah menarik dapat merubah gaya hidup dan mampu mengajak
seseorang kepada amal saleh.4
1 D.Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Jakarta: MULTI KREASI SINGGASANA, 1992),
h. 4.
2 Fauzi Salim Afifi, Cara Mengajar KALIGRAFI, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2009), h. 141,
cet. Ke-2
3 Ibid, h. 2
2
Semenjak dunia Barat bangun untuk membangkitkan era modern, saat
takjub dengan apa saja yang ada disekelilingnya, ia pun melihat suatu kitab,
yaitu Alquranul Karim , dihapal oleh banyak manusia dari pelbagai ras, warna
kulit dan lidah yang tersebar di Asia mencakup Rusia, Cina, India dan negara-
negara lain; atau dari Afrika yang terbentang dari pesisir utara, tengah sampai
bagian selatan; bahkan sampai bumi Eropa.5
Di Indonesia, kaligrafi hadir sejalan dengan masuknya agama Islam
melalui jalur perdagangan pada abad ke 7 M, lalu menyebar ke pelosok
nusantara sekitar abad ke 12 M. Pusat – pusat kekuasaan Islam seperti
Sumatera, Jawa, Madura, dan Sulawesi menjadi candradimuka bagi eksistensi
kaligrafi dalam perjalanan dari pesisir pantai merambah ke pelosok – pelosok.6
Sejalan dengan itu dalam menjaga kebudayaan Islam, sebagai umat Islam
yang baik kita dianjurkan untuk menumbuh kembangkan seni kaligrafi Islam
kepada anak cucu dan penerus pelopor Islam agar mampu menjaga dan
melestarikan kebudayaan Islam tersebut yaitu Seni Kaligrafi di Indonesia.7
Seni menulis indah atau kaligrafi ialah salah satu dari berbagai macam seni
budaya Islam yang hidup. Namun perintah menulis, juga membaca bahkan
mendominasi tempat tertua diantara ajaran – ajaran Islam. Hal ini dijelaskan
dalam wahyu pertama Al-Qur‟an :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
4 Departemen Agama RI, Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri Pondok Pesantren,
(Jakarta: Departemen Agama, 2001), h. 7
5 Fauzi Salim Afifi, Ibid. h. 95
6 Ibid. h. 95
7 Ibid, h. 95
3
Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.8
Dalam ayat tersebut terkandung penghormatan besar diberikan kepada
penuntut ilmu, sebab secara inplisit, eksistensi keilmuan telah diakui dengan
tegas. Ayat ini juga dapat menggugah rasa ingin menggubah bagi siapa saja
yang memandang penting arti kertas, tinta, kalam, (pena) dan tulisan indah.9
Oleh karena itu tak dipungkiri lagi, bahwa kaligrafi telah mendapat
perlindungan di oleh pameran diberi semangat pada level tertinggi sepanjang
sejarah, menjadi faktor nyata yang benar-benar penting dalam mewujudkan
karya cipta Islam dan memanifestikan dirinya pada seluruh pemikiran seni
Islam dalam wujud lukisan-lukisan di berbagai sarana yang diikuti oleh
pameran-pameran atau pertunjukkan-pertunjukkan yang luas. Al-Qur‟an
sebagai firman Allah, selalu menjadi obyek pengabdian dan fokus sorotan
kejeniusan artistik Islam. Ini tidak sekedar mengangkat setinggi-tingginya
kaligrafi ke puncak kesakralan seni, bahkan membuat beratus-ratus salinan
Al-Qur‟an sempurna dicetak dan dilukis sebagai bukti produksi terbagus hasil
akhir dari seni itu sendiri. 10
Pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan as Sunah memiliki
pokok bahasan yang sangat luas. Hal ini beranjak pada cara kita mempelajarai
sumber pendidikan Islam itu sendiri yang meliputi pendidikan tauhid,
pendidikan ibadah, pendidikan akhlaq, pendidikan seni budaya dan lain
sebagainya. Salah satu pendidikan seni yang dihasilkan dari pendidikan Islam
diantaranya seni kaligrafi Islam atau yang sering disebut dengan tulisan indah
Al-Qur‟an.11
Khat Arab atau kaligrafi Islam di dalamnya tidak terlepas dari menulis
huruf – huruf Al-Qur‟an yang ditulis sesuai dengan kaidah – kaidah kaligrafi
itu sendiri. Sehingga dalam mempelajarinya perlu keseriusan dan ketelitian.
Banyak jenis kaligrafi Islam yang terkenal pada saat ini, yaitu di antaranya:
8 Departemen Agama RI,
9 Fauzi Salim Afifi, Ibid. h. 95
10
Ibid, h. 96
11
Fauzi Salim Afifi, Ibid. h. 96
4
Khat Naskhi, Khat Tsulus, Khat Farisis, Khat Riq‟ah, Khat Diwani, Khat
Diwani Jali, Khat kufi.12
Dalam mengembangkan kesenian Islam tersebut maka banyak lembaga-
lembaga Islam ataupun lembaga sekolah yang membuka atau menerapkan
metode pembelajaran kaligrafi. Adanya lembaga-lembaga tersebut yang akan
menunjang tercapainya para penerus Islam untuk tetap menjaga dan
meneruskan kebudayaan seni Islam.
Keberhasilan proses pemebelajaran dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor
internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri yang meliputi dua aspek
diantaranya aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis
yang meliputi intelegensi siswa, sikap, bakat, minat, motivasi dan keaktifan
siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa
diantaranya faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial yang
meliputi kondisi sekolah, sarana kelas, keadaan cuaca,waktu belajar yang
digunakan, dan lain-lain.
Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi model pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Kaligrafi merupakan satu karya seni Islam yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan. Pentingnya dalam dunia pendidikan ialah
sebagai pendidik dalam pelajaran agama Islam khususnya, guru diharuskan
mampu menuliskan kaligrafi atau tulisan Al-Qur‟an dengan bentuk sesuai
kaidah dan para siswa dengan mudah untuk membacanya. Di kalangan
masyararakat khususnya dalam Islam hanya sebagian yang mengetahui atau
mempelajari kaligrafi sehingga minat untuk belajar kaligrafi masih kurang.
Oleh karena itu peran penting kaligrafi dalam dunia pendidikan maka kaligrafi
dimaksudkan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah – sekolah agama
ataupun umum.
Pemasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah mengenai
pembelajaran siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang belum optimal.
12 Hasyim Muhammad, Qawa;idul Khatthil „Arabi, (Darul Qalam, Baghdad, 1980) h. 2
5
Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi atau kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran menyebakan aktivitas belajar
kurang sehingga berdampak rendahnya prestasi belajar siswa. Model yang
digunakan oleh guru pada umumnya merupakan model pembelajaran
konvensional.
Banyak dari kalangan masyarakat, sekolah/madrasah ataupun lembaga
yang masih belum memahami metode/model yang tepat dalam menulis
kaligrafi Arab dengan baik. Rendahnya prestasi siswa pada materi alat ukur
dapat menghambat ketercapaian tujuan pendidikan.
Rendahnya kemampuan guru maupun siswa dalam menulis kaligrafi yang
baik sesuai dengan kaidah yaitu dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi yang diberikan, kurangnya
motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sarana yang kurang
mendukung dan metode ataupun media pembelajaran yang kurang
mendukung.
Maka sejalan dengan itu dengan permasalahaan dugaan di atas maka
peneliti akan mengangkat model pembelajaran yang tepat untuk menulis
kaligrafi dan mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model
pembelajaran yang ada di Pesantren Lemka Sukabumi. Pesantren Kaligrafi Al-
Qur‟an Lemka mempunyai model pembelajaran kaligrafi yang berbeda
dengan yang diajarkan diluar agar dapat menulis kaligrafi Arab dengan baik.
Di Pesantren Kaligrafi Al-Qur‟an Lemka Sukabumi adalah salah satu
pesantren yang memiliki model pembelajaran kaligrafi khusus yaitu model
pembelajaran dengan berbagai metode pembelajarannya yang mengajarkan
pendidikan kaligrafi ataupun mengembangkan tradisi tulis – menulis kaligrafi
Alquran. Dengan menggunakan buku – buku master kaligrafi terkenal yaitu
diantaranya, Hasyim Muhammad Al Baghdadi, Muhammad Syauqi, Syirin,
dan Didin Sirojuddin, yang menjadi kiblat tulisan – tulisan kaligrafi di
pesantren tersebut untuk diajarkan kepada santri – santri.
“Satu gaya kaligrafi sudah ditentukan secara ketat aturan-aturannya.
Keserasian antar huruf, merangkai, komposisi, sentakan, bahkan jarak spasi
6
mesti diukur dengan serasi. Jika tidak, hasilnya ngawur.”13
Oleh karenanya
sejalan dengan perkataan tersebut bapak tokoh kaligrafi Indonesia KH Dr.
Didin Sirojuddin, AR, M.Ag, mendirikan Pesantren Kaligrafi Al-Qur‟an
Lemka.
Cara menulis kaligrafi dan bagaimana menentukan mana yang tidak perlu
ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan menetapkan bagaimana cara
mengubahnya. Pembelajaran kursus Kaligrafi baik di sekolah, sanggar atau
pondok pesantren sangat ditekankan. Bila dilihat dari esensinya jelas termasuk
dalam kelompok ilmu agama. Karena pelaksanaan pembelajaran kursus
Kaligrafi disekitar tulis menulis huruf-huruf Al-Qur‟an (huruf Arab).
Di samping itu, dalam perspektif agama Islam menulis kaligrafi
merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk memperjuangkan
agama Allah dari sisi keindahan tulisan. Sehubungan dengan itu Rasulullah
selalu memotivasi kepada segenap umat muslim agar minat menulis Al-
Qur‟an tetap lestari sepanjang masa, Rasulullah bersabda mengutip dari
Sirojuddin dengan riwayat al-Dailami yang artinya: “Barang siapa menulis
„Bismillah al-Rahman al-Rahim‟ dengan tulisan yang indah (kaligrafi) maka
ia berhak masuk surga”.14
Sejalan dengan terjadinya fenomena di atas dengan itu Pesantren Kaligrafi
Al-Qur‟an Lemka ini membantu untuk para pendidik ataupun masyarakat
yang tidak bisa menuliskan Al-Qur‟an dengan indah, maka diadakannya
dengan metode – metode pengajaran yang diajarkan di pesantren lebih intensif
agar para santri apabila telah selesai mengemban pendidikan dari pesantren
tersebut sudah dipastikan dapat menuliskan ayat – ayat Al-Qur‟an yang sesuai
dengan kaidah dan penulisan yang benar atau dapat terbaca dengan benar.
Salah satunya penggunaan metode demonstrasi yang diajarkan di
Pesantren Lemka Sukabumi ini berbeda yaitu metode demonstrasi yang dapat
diterapkan dengan syarat memiliki ke ahlian untuk mendemonstrasikan
13 Hasil Wawancara dengan Pak Didin Sirojuddin Pada tanggal 22 November 2019, pukul
17.00 WIB di Lemka
14
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, (Jakarta:
Studio Lemka, 2002), h. 52
7
penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti yang
sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru
dan pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan siswa diberi kesempatan
melakukan latihan keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru.
Metode demonstrasi ini sangat efektif membantu siswa mencari jawaban atas
pertanyaan seperti : bagaimana prosesnya ? Terdiri dari unsur apa ? Cara mana
yang paling baik ? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ? Melalui
pengamatan induktif.15
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan mendeskripsikannya dalam bentuk karya ilmiah skripsi dengan
judul “Model Pembelajaran Kaligrafi Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran Di Pesantren Lemka
Sukabumi”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditulis oleh peneliti, maka yang akan di
identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Minat terhadap pembelajaran menulis kaligrafi bagi siswa masih minim.
2. Banyak siswa yang masih menganggap bahwa menulis kaligrafi Alquran
tidak mudah.
3. Para pengajar belum mengetahui metode efektif untuk mengajarkan
kaligrafi di madrasah/lembaga pendidikan.
4. Terdapat siswa yang sudah mampu menulis kaligrafi, namun penulisannya
masih belum sesuai dengan kaidah yang benar.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terfokus dan tidak melebar, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Dalam skripsi ini peneliti dibatasi hanya pada
implementasi penerapan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan
15 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2004), cet. Ke-2, h. 65 - 66
8
kemampuan menulis kaligrafi yang diajarkan pada siswa di Pesantren Lemka
Sukabumi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana model pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan
menulis kaligrafi Alquran di Pesantren Lemka Sukabumi ?
2. Apa saja faktor pendukung pada pelaksanaan model pembelajaran
kaligrafi?
3. Apa saja faktor penghambat pada pelaksanaan metode demonmodel
pembelajaran kaligrafi
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui model pembelajaran kaligrafi yang diterapkan
dalam menulis ayat-ayat Al-Qur‟an di Pesantren Lemka Sukabumi
dengan kaidah yang benar.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung pada pelaksanaan model
pembelajaran kaligrafi di di Pesantren Lemka Sukabumi.
c. Untuk mengetahui penghambat pada pelaksanaan model pembelajaran
kaligrafi di Pesantren Lemka Sukabumi.
2. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui manfaat dari penilitian ini penulis akan
memaparkannya sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadikan model
pembelajaran kaligrafi sebagai bahan model pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam mengembangkan pelajaran kaligrafi.
b. Manfaat Praktis
1) Sekolah
9
a) Dapat memberi sumbangan perbaikan pembelajaran dan
peningkatan prestasi bagi Pesantren Lemka Sukabumi
b) Sebagai acuan bagi para peneliti yang lain yang tertarik akan
masalah model pembelajaran kaligrafi sehingga dapat
diterapkan atau dikembangkan di sekolah lain.
2) Guru
a) Dapat menjadi acuan model pembelajaran pada penerapan
kaligrafi di lembaga pendidikan.
b) Mengetahui sejauh mana fungsi dan teori-teori dalam belajar
kaligrafi.
c) Memberi gambaran model pembelajaran kaligrafi model
pembelajaran kaligrafi dalam belajar dan mengajar nantinya.
d) Menyemangati untuk lebih eksis dan berkompetensi dalam
mengajarkan kaligrafi.
c. Siswa
a) Dapat menambah pengetahuan bagi siswa agar dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
b) Menambah pengalaman bagi penulis.
c) Memberi saran agar lebih semangat untuk mencintai seni
kaligrafi.
d. Peneliti
a) Sebagai bahan kelengkapan wawasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti.
b) Sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 Pendidikan
Agama Islam
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Kaligrafi
1. Definisi Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa
setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.16
Model pembelajaran menurut Suprijono dalam bukunya model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan
teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di kelas. Model pembelajaran dapat di artikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru dikelas. Model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencananakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial.17
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan
guru mengembangkan model-model pembelajaran yang beriorentasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada
dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajarsecara
16
Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 67.
17
Suprijono Sudjana, Nana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung :
Sinar Baru Algensindo 2009) , h. 46
11
aktif dan menyenangkan sehingga dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal.18
Dari penjelasan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
model pembelajaran ialah suatu pendekatan proses pembelajaran dengan
strategi, metode atau prosedur untuk mendapatkan informasi, ide,
keterampilan dan cara berpikir bagi peserta didik.
2. Definisi Kaligrafi dan Sejarah
Ungkapan kaligrafi (dari bahasa Inggris yang disederhanakan,
calligraphy) diambil dari kata Latin “kalios” yang berarti indah dan
“graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata “kaligrafi”
adalah: kepandaian menulis elok, atau tulisan elok. Bahasa Arab sendiri
menyebutnya khat yang berarti garis atau tulisan indah. Garis lintang,
equator atau khatulistiwa terambil dari kata Arab “khattul istiwa”,
melintang elok membelah bumi jadi dua bagian yang indah.19
Seni kaligrafi ialah seni tulisan tangan yang halus, indah, dan
berseni. Seni kaligrafi lahir bersamaan dengan kelahiran islam dan
berkaitan erat dengan Alquran. Seni kaligrafi penting sebagai lambang
peradaban masyarakat islam. Melalui seni kaligrafi, ayat-ayat Alquran
akan lebih mudah dipelajari dan dipahami. Seni kaligrafi lahir bersamaan
dengan kelahiran islam dan berkaitan erat dengan Alquran. Seni kaligrafi
penting sebagai lambang peradaban masyarakat islam. Melalui seni
kaligrafi, ayat-ayat Alquran akan lebih mudah dipelajari dan dipahami.20
Kaligrafi ialah seni tulisan indah. Menurut Israr, kata-kata
kaligrafi (kalligraphia) berasal dari bahasa Yunani. Kalios artinya indah
dan graphia artinya coretan atau tulisan. Seseorang yang ahli dalam
kaligrafi disebut kaligrafer dan dia adalah seniman. Istilah
18 Aununrrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta 2009), h. 140
19
D.Sirojuddin AR, Ibid h. 1
20
M. Alamin dan Achmad Rizal, Jurnal Semnasteknomedia Online, (Yogyakarta: Stimik
Amikom, 2016), h. 4
12
kaligrafi digunakan untuk semua jenis tulisan, tetapi yang sering dikenal
sema ini adalah untuk tulisan latin.21
Dengan pengertian diatas bahwa dijelaskan tulisan yang tidak
indah tidak disebut khat atau kaligrafi, melainkan hanya tulisan yang
biasa.
3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kaligrafi
Dalam setiap pembelajaran pasti ada tujuan dan manfaat sehingga hasilnya
bisa maksimal. Begitu pula dalam pembelajaran Kaligrafi sebagai
berikut:22
a. Tujuan Pembelajaran Kaligrafi
1) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
melalui penelahaan jenis, bentuk, dan sifat fungsi, alat, bahan,
proses dan teknik dalam membuat produk karya seni.
2) Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresif,
kepekaan rasa estetik, kreatif, ketrampilan dalam menghargai
terhadap hasil karya seni
3) Secara estetis, kaligrafi memiliki unsur keindahan, hias dan
elastisitas bentuk serta kekayaan ragam aksesoris dan iluminasinya
yang menumbuhkan rasa estetika yang mendalam
4) Kejelasan tulisan dan keindahan kaligrafi memudahkan informasi
dan komunikasi baik dikalangan guru maupun peserta didik.
b. Manfaat Pembelajaran Kaligrafi
1) Salah satu sarana komunikasi antar manusia yang telah berhasil
membawa warisan budaya berabad-abad lamanya
2) Salah satu medium kebudayaan yang lahir dari agama, sosial,
ekonomi sebagai media ilmu dan penelitian ilmiah
3) Merupakan kepanjangan dari pikiraan manusia
4) Salah satu sarana penyampai sejarah sepanjang masa
21 C.Israr, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985) h.
135
22
Fauzi Salim Afifi, Ibid, h. 20
13
5) Salah satu sarana informasi dan cabang estetika yang bernilai
budaya.
4. Model Pembelajaran Kaligrafi
Pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan atau pengajaran
yang telah ditetapkan, selain adanya hubungan antara guru dan murid,
diperlukan juga adanya hubungan edukatif yang salah satu cirinya adalah
adanya suatu metode yang dinilai efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karenanya untuk menerapkan suatu metode perlu dikaji
nilai efisiensi metode yang bersangkutan.23
Metode mengajar secara umum banyak sekali. Penggunaan masing
- masing disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu mempertimbangkan aspek –
aspek relevansi, diantaranya relevansi dengan materi dan waktu.
Diantaranya metode – metode tersebut ialah sebagai berikut :
a. Metode ceramah
b. Metode demonstrasi
c. Metode tanya jawab
d. Metode drill/pemberian tugas
e. Metode SAS
f. Metode Karyawisata
Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dapat diterapkan secara
maksimal beberapa metode dari metode – metode tersebut yang dianggap
sesuai dengan materi pelajaran yang tidak hanya di bidang tulisan tetapi
juga di bidang wawasan seni Islam dengan tidak mengesampingkan
keterkaitan penguasaan guru terhadap materi dan kemampuan
menggunakan metode yang dipilihnya. Namun pada umumnya, materi
pelajaran kaligrafi lebih banyak menentukan disamping faktor – faktor
lainnya.24
23 Syahruddin, Kaligrafi Alquran dan Metodologi Pengajarannya, (Jakarta: Sabit Kaligrafi
Plus, 2001), h. 42.
24
Syahruddin, Ibid, h. 44
14
Jika mengacu kepada materi – materi yang diprogramkan pada di
Pesantern Kaligrafi Alquran Lemka (Lembaga Kaligrafi Alquran) maka
metode – metode yang digunakan sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode Ceramah, menurut Zainuddin Dja‟far adalah “suatu
metode yang mana cara menyampaikan pengertian – pengertian materi
dilaksanakan dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.”25
Metode ini cukup popular karena selain penggunaanya yang luas,
metode ini cukup fleksibel dan santai serta murah sehingga bisa
dijalankan secara sederhana.
Sebagaimana dimaklumi, dalam realitasnya, metode ini
mempunyai titik kelemahan di balik keungggulan – keunggulannya:
Diantaranya keunggulannya adalah sebagai berikut:
a. Materi yang disampaikan sebanyaknya dalam waktu relative
singkat.
b. Penguasaan kelas lebih mudah, kendatipun siswa/santri jumlahnya
relative banyak.
c. Memupuk semangat kebersamaan dan merangsang para
siswa/santri untuk melaksanakan tugas – tugas pekerjaan.
d. Penggunaan waktu lebih fleksibel.26
Adapun kekurangan metode ini adalah, antara lain: adanya
kecenderungan para siswa/santri bersifat pasif, dan sulit bagi guru
mendeteksi sampai di mana kemampuan atau pemahaman mereka
terhadap materi yang disampaikan.
Bertolak dari kekurangan metode tersebut maka seharusnya guru
dapat mengkombinasikan dengan metode lainnya, misalnya Tanya
jawab, diskusi dan lain – lain.
25 Zainuddin Dja‟far, Didaktik Metodik, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 1995), cet. Ke-2, h.
26.
26
Zainuddin Dja‟far, Ibid, h. 28.
15
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif,
sebab sangat membantu para siswa/santri untuk memperoleh jawaban
dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode ini
digunakan dalam menyajikan materi kepada siswa/santri dengan cara
memperagakan isi atau maksud yang dikandung materi yang disajikan.
Metode ini sering digunakan/dipraktekkan rasulullah ketika
mengajarkan praktek – praktek agama.27
Metode ini, kerapkali divariasikan dengan metode ceramah atau
metode lainnya karena materi pelajaran menulis huruf tidak hanya
menerapkanskill tetapi juga mengkaji makna – makna yang mendalam
yang terkandung dalam kaligrafi. Selain itu, mengajarkan kaligrafi,
membutuhkan penjelasan – penjelasan secara verbal baik di awal
maupun diakhir.
Seperti halnya metode ceramah, metode ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Diantaranya kelebihannya ialah mempermudah
pemusatan minat dan perhatian siswa/santri yang tertuju kepada apa
yang didemonstrasikan mempermudah mereka memahami materi yang
disajikan,28
atau memperjelas pengertian menghindari verbalisme.
Sedangkan kekurangannya – khususnya dalam pembelajaran kaligrafi
ialah, guru yang kurang cermat dan teliti atau bahkan kurang
mendalami kaedah penulisan kaligrafi akan mengakibatkan
siswa/santri jadi bingung atau bahkan kurang puas ketika mereka
membandingkan tulisan/khat yang ada dalam buku panduan. Oleh
karena itu guru atau asistennya dituntut mempersiapkan diri merka
dengan matang sebelum tampil di depan kelas.29
3. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar dalam bntuk
komunikasi dua arah. Antara guru dengan peserta didik sama – sama
27 Ramayulis “Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 164.
28
Zainuddin Dja‟far, ibid, h. 31.
29
Syahruddin, op.cit, h. 48
16
aktif. Dalam hal ini guru diharuskan aktif dalam melontarkan
pertanyaan – pertanyaan dan siswa/santri berusaha menjawabnya dan
berlaku pula sebaliknya. Dalam hal ini guru mudah mengukur dan
mengetahui perkembangan kognisi siswa/santri
4. Metode Drill atau Latihan
Metode ini lebih banyak melibatkan siswa/santri. Mereka harus
mengulang – ulang terus apa yang telah diperoleh oleh guru
pembimbing atau apa yang telah dimilikinya. Unsure utama dari
penggunaan metode ini adalah motivasi. Jika motivasi tidak
ditingkatkan, maka semangat dan keinginan mengulang – ulang akan
menurun.
Dalam pembelajaran kaligrafi, unsure utama bagi siswa/santri
adalah latihan. Ketika seorang guru telah memaparkan teori sekaligus
prakteknya di depan kelas tentang cara menulis huruf, baik huruf
tunggal maupun bersambung, maka tukas siswa/santri adalah
mengulang – mengulang terus apa yang telah dipaparkan itu, baik
ketika pembelajaran berlangsung maupun di luar jam pelajaran (di
rumah).30
5. Metode SAS
Metode SAS atau Struktur Analisa dan Sintesa merupakan aktivitas
yang harus ditanamkan pada siswa/santri agar mereka mampu
menerapkan teori kemudian menghubungkan konsep dan
menggunakan kaedah yang telah dikuasai atau dimilikinya dengan cara
menguasai formulasi kemudian menyusunnya kembali seperti halnya
bentuk semula, atau kepada bentuk lain, sehingga tercipta konsep –
konsep baru., Misalnya, setelah mereka siswa/santri melihat dan
mengamati bentuk – bentuk huruf ha misalnya, dan sedikit banyak
telah menguasai kaedahnya, mereka mencoba mengurai goresan
pergoresan huruf tersebut kemudian disambung atau disusun kembali
30 Syahruddin, Ibid, h. 49.
17
seperti semula, dan atau mencoba bentuk- bentuk lain dari huruf
tersebut sehingga mereka menemukan gaya baru.31
6. Metode Karyawisata
Memperkaya wawasan tentang kreasi seni Islam dan
perkembangan kaligrafi di zaman ini dengan mengunjungi tempat –
tempat seperti Bait Alquran, galeri, pameran kaligrafi dan lain – lain
termasuk karya wisata. Sangat menarik, disamping mengamati
perkembangan kaligrafi juga dapat menghilangkan kejenuhan
sekaligus mencari suasana baru yang selama ini hanya berkutat di
kelas.
Demikian beberapa metode pengajaran kaligrafi yang sering dan harus
lebih optimal digunakan di lembaga – lembaga dan sanggar, terutama
Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) sebagai suatu upaya transformasi
pengetahuan dan skill pada siswa/santri yang merupakan salah satu langkah
nyata pelestarian dan sosisalisasi kaligrafi. Dalam prakteknya metode –
metode tersebut kerap dan memang selayaknya dikombinasikan.32
Misalnya,
metode ceramah diselingi dengan metode demonstrasi dan pemberian tugas.
B. Kemampuan Menulis Kaligrafi
1. Definisi Menulis Kaligrafi
Kegiatan tulis menulis mendapatkan ruh dari Alquran dan
semangat mempelajarai kandungan Alquran menyebabkan kegiatan baca
dan tulis mendapat perhatian penting dari Nabi SAW. Sehingga pernah
Nabi SAW mewajibkan kepada tawanan perang ketika selesai berperang
setiap tawanan harus mengajarkan sepuluh anak/pemuda Madinah untuk
membaca dan menulis.33
Al-qur‟an sebagai sumber utama ajaran islam harus dipelajari,
dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Proses tersebut dapat dilakukan
dengan jalan membaca dan mempelajari tulisan ayat-ayat Al-Qur‟an.
31 Ibid, h. 49
32
Syahruddin, Ibid, h. 52
33
Didin Sirojuddin, AR, Gores Kalam Butir – Butir Pemikiran Sekitar Pengembangan
Pengembangan Seni Kaligrafi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Lemka, 1994), h. 1
18
Dengan menulis, siswa dapat membaca kembali huruf-huruf yang
ditulisnya. Selain itu, siswa akan lebih cepat dan tahan lama untuk
mengingatnya. Kondisi ini pada gilirannya akan memudahkan siswa untuk
menghayati dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur‟an. Terlebih lagi jika
anak telah mampu untuk menerjemahkannya.34
Penulis menyimpulkan bahwa definisi dari menulis kaligrafi ialah
kemampuan menulis tulisan yang indah dengan menggunakan kaidah yang
telah ditentukan.
2. Jenis Tulisan Kaligrafi
Setiap gaya khat (kaligrafi) memiliki karakter yang perlu diingatkan
kepada para siswa. Karakter-karakter ini harus dijelaskan dengan
mengemukakan arah, analisa, solusi dan perbandingan satu sama lain.35
a) Riq‟ah, huruf – hurufnya kaku, tegak lurus, menukik, vertikal, miring, dan
beberapa bagiannya cekung. Khat ini digunakan sebagai tulisan harian di
sekolah, kantor untuk pelbagai kebutuhan, urusan bisnis dan rumah tangga
karena kecepatan goresan dan kaidah – kaidahnya yang simple.
Gambar 2.1 Riq‟ah
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
b) Naskhi, karakterya nampak secara jelas pada lengkungan – lengkungan
yang mirip busur atau setengah lingkaran, yang digunakan untuk menyalin
mushaf Alquran, buku pelajaran, dan kebudayaan, surat kabar, majalah
34 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Alquran & Hadis (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departeman Agama Islam, 2009) h. 134
35
Fauzi Salim Afifi, Ibid, h. 12-16
19
dan iklan karena keindahan dan kejelasannya terutama karena terdapat
harakat yang sering menyertainya. Naskhilah yang pertamakali diajarkan
di madrasah.
Gambar 2.2 Naskhi
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
c) Sulus, lebih membutuhkan banyak pengamatan, ujicoba dan latihan
tangan. Dalam latihan sulus, gerakan – gerakan tangan diperlancar
adakalanya dengan menggoreskan tepinya, dan kala lainnya dengan cara
meliukkan tipis tebalnya. Digunakan dalam rupa – rupa medium kaligrafi
dan sampul buku, banyak pula digunakan untuk mendekorasi interior
masjid.
Gambar 2.3 Tsulus
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
20
d) Diwani, khat yang selalu ditulis diatas garis. Gaya ini membutuhkan
latihan untuk menguasai huruf tunggal dan cara menggoresnya secara
telaten. Digunakan untuk urusan iklan, spanduk dan brosur dagang, tema
pameran atau lebel dagang atau pesan – pesan mainan dan teater.
Gambar 2.4 Diwani
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
e) Diwani Jali, Menurut Israr bahwa, khat ini dibuat oleh khattat Shahla
Basya pada zaman pemerintahan Kerajaan „Utsmaniyyah. Khat ini
dianggap sebagai konsekuensi dari Khat Diwani baias. Khat ini disebut
Jali yang berarti jelas karena ada kelainan yang jelas dari segi bentuk
tulisannya. Tujuan penggunannya adalah untuk tulisan resmi kerajaan dan
surat menyurat kepada pemerintahan asing. Anatomi Diwani Jali pada
dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamnetal, padat, dan
terkadang bertumpuk-tumpuk.36
Gambar 2.4 Diwani Jali
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
36
Israr, Sejarah Kesenian Islam Jilid 2, (Jakarta: PT Royal Standard 1985). h. 47
21
f) Farisi, gaya khat ini disebut juga khat nutaraqis (menari-nari) karena
membutuhkan tarian tangan dalam pengolahan huruf-hurufnya.
Gambar 2.6 Farisi
(Sumber : https://www.pustaka-kaligrafi.com)
g) Kufi, Khat Kufi merupakan sejenis khat yang populer selain khat Nasakh.
Menurut Israr bahwa, nama Kufi diambil bersaman dengan nama sebuah
kota yaitu al Kuffah yang terletak di Mesopotamia. Secara umum, fitur-
fitur yang ada pada bentu huruf khat Kufi adalah bersegi, tegak, dan
bergaris lurus. Bentuknya yang berunsur geometri yaitu lurus dan tegak
amat sesuai diukir di paduan-paduan, ubin dan batu pada bangunan-
bangunan seperti masjid dan sejenisnya.37
Gambar 2.7 Kufi
(Sumber : https://gambartulisanhd.blogspot.com)
37 Ibid, h. 55
22
C. Model Pembelajaran Kaligarfi di Pesantren Lemka Sukabumi
Penerapan model pembelajaran kaligrafi di Pesantren Lemka Sukabumi
sebagai berikut :
a. Pengajaran diberikan dalam bentuk bimbingan dan pengarahan
b. Kegiatan harian terfokus pada tugas – tugas mandiri
c. Menguasai seluruh aliran dan gaya kaligrafi secara bertahap.
d. Bimbingan penguasaan huruf diberikan kepada santri yang memiliki
modal dasar atau nol, dan bimbingan pendalaman dan kreatifitas
pengolahan karya kepada santri yang sudah memiliki dasar kuat.
e. Belajar dan praktik menulis dan melukis di berbagai media
f. Praktik mengajar melalui latihan pembinaan/pelatihan dan mengajar orang
lain.
g. Mengikuti aneka lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan kesempatan.
h. Latihan mengembangkan wawasan dan apresiasi
i. Mengikuti program ekstravaganza dan safari seni.
j. Latihan kesanggaran
k. Membuat karya – karya master untuk program pameran dan pemasaran.38
Metode efektif yang digunakan di Pesantren Lemka Sukabumi ialah
metode demonstrasi, metode demonstrasi yang digunakan di Pesantren Lemka
Sukabumi berbeda dari metode demonstrasi yang diajarkan di sekolah –
sekolah.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif, sebab
sangat membantu para siswa/santri untuk memperoleh jawaban dengan
mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode ini digunakan dalam
menyajikan materi kepada siswa dengan cara memperagakan isi atau maksud
yang dikandung materi yang disajikan. Metode ini sering
digunakan/dipraktekkan rasulullah ketika mengajarkan praktek – praktek
agama.39
38 Departemen Informatikan dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal Kaligrafi Alquran
Lemka Sukabumi, Jawa Barat, Mengaji dan Berkreasi di Kampus Seniman Muslim, (Jakarta:
Studio Lemka, 2002), h. 16
39
Ramayulis, ibid, h. 164.
23
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu
cara mengajar yang pada umumnya menggabungkan penjelasan verbal dengan
suatu kerja fisik atau pengoprasian peralatan, barang atau benda. Orang yang
mendemonstrasikan (guru, murid atau orang luar) mempertunjukkan sambil
menjelaskan tentang:
a) Cara-cara melakukan kerja fisik atau cara – cara menggunakan peralatan;
b) Hal-hal yang harus diamati/diperlihatkan ketika kerja fisik atau
penggunaan peralatan itu diselenggarakan;
c) Alas an-alasan mengapa hal itu dilakukan dan mengapa pula hasilnya
demikian; dan
d) Kepentingannya dilakukan langkah demi langkah atau tahap demi tahap
dalam demonstrasi tersebut.40
Metode ini, kerapkali divariasikan dengan metode ceramah atau metode
lainnya karena materi pelajaran menulis huruf tidak hanya menerapkan skill
tetapi juga mengkaji makna – makna yang mendalam yang terkandung dalam
kaligrafi. Selain itu, mengajarkan kaligrafi, membutuhkan penjelasan –
penjelasan secara verbal baik di awal maupun diakhir.
1. Manfaat Penggunaan Demonstrasi
Dari penggunaan demonstrasi dapat ditarik beberapa manfaat bagi
kepentingan pengajaran, di antaranya:
a) Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru, sehingga murid dapat mengamati hal – hal itu seperlunya yang
berarti perhatian murid menjadi terpusat kepada proses belajar semata-
mata.
b) Dapat mengurangi kesalahan – kesalahan atau kekeliruan – kekeliruan
dalam “menangkap dan mencerna” bila dibandingkan dengan hanya
membaca di dalam buku, karena murid telah memperoleh gambaran yang
jelas dari hasil pengamatannnya.
40 Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: BUMI AKSARA,
1996), h. 144
24
c) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri
murid dapat terjawab pada waktu murid mengamati proses demonstrasi.
d) Menghindari “coba – coba dan gagal” yang banyak memakan waktu
belajar, di samping praktis dan fungsional, khususnya bagi murid – murid
yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya
sesuatu.
2. Langkah – Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir;
2. Menyiapkan garise besar langkah – langkah demonstrasi yang akan
dilakukan;
3. Melakukan uji coba demonstrasi
b. Tahap pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya:
1. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa;
3. Mengemukakan tugas – tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal – hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.41
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan – kegiatan yang merangsang siswa
untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan – pertanyaan yang
mengandung teka – teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memerhatikan demonstrasi.
41 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013), h.
198
25
2. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
Yakinlah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa.
c) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan memberikan tugas – tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untukdak. Selain memberikan tugas yang
relvan, ada baiknya guru dansiswa melakukan evaluasi bersama tentang
jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.42
4. Kelebihan Metode Demonstrasi
a. Karena terjadinya verbalisme akan dapat dihindari karena siswa disuruh
langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik karena siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c. Dengan cara mengamati secara langsung, siswa akan memiliki kesempatan
untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian,
siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
5. Kekurangan Metode Demonstrasi
a. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang karena
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Untuk menghasilkan
pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya
terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan –bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan metode ceramah.
c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu,
42 Abdul Majid, , Ibid, h. 199
26
demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus
untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.43
Seperti halnya metode ceramah, metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Diantaranya kelebihannya ialah mempermudah pemusatan
minat dan perhatian siswa/santri yang tertuju kepada apa yang
didemonstrasikan mempermudah mereka memahami materi yang
disajikan,44
atau memperjelas pengertian menghindari verbalisme.
Sedangkan kekurangannya – khususnya dalam pembelajaran kaligrafi
ialah, guru yang kurang cermat dan teliti atau bahkan kurang mendalami
kaedah penulisan kaligrafi akan mengakibatkan siswa/santri jadi bingung
atau bahkan kurang puas ketika mereka membandingkan tulisan/khat yang
ada dalam buku panduan. Oleh karena itu guru atau asistennya dituntut
mempersiapkan diri merka dengan matang sebelum tampil di depan
kelas.45
D. Hasil Penelitian Relevan
1. Mohamad Mospawi (2018) jurnal yang berjudul “Pelatihan Menulis
Kaligrafi Arab Bagi Siswa Sd No. 76/Ix Desa Mendalo Darat Kec. Jaluko
Kab. Muaro Jambi”, jurnal tersebut merupakan penelitian kualitataif
dengan penelitian yang mana masih menemukan begitu banyak siswa yang
belum mampu menulis kaligrafi Arab dengan baik dan benar, apalagi
kalau sudah disebut dengan istilah seni kaligrafi, boleh dikatakan belum
ada siswa pada SD tersebut yang mampu melakukannya dengan benar.
Namun setelah peneliti malakukan penelitian dan pengabdian di SD
tersebut menerapkan beberapa metode yaitu metode demonstrasi, metode
latihan, metode ceramah, metode penugasan, dan metode praktek sehingga
meningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa tentang menulis
kaligrafi Arab. Dengan identitas jurnal yaitu Jurnal Karya Abdi
Masyarakat Volume 2 Nomor 1.
43 Abdul Majid, Ibid, h. 199 – 200
44
Zainuddin Dja‟far, ibid, h. 31.
45
Syahruddin, Op.cit h. 48
27
Persamaan : Dari segi pembahasan terdapat persamaan yaitu tentang
belajar menulis kaligrafi atau menulis arab (ayat – ayat Al-Qur‟an) sesuai
kaidah.
Perbedaan : Terdapat perbedaan yaitu penelitian pengabdian kepada
masyarakat ini hanya mengajarkan dasar – dasar kaligrafi saja, sedangkan
penelitian yang saya buat ialah Penerapan Metode Pembelajaran Kaligrafi
Terhadap Kemampuan Menulis Ayat-Ayat Al-Qur‟an Di Pesantren Lemka
Sukabumi, untuk mengetahui santri bisa menuliskan ayat – ayat Al-Qur‟an
yang sesuai dengan kaidah yang benar.
2. Yusuf Firdaus Hasibuan (2009), Skripsi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Latihan Kaligrafi Lembaga
Kaligrafi Al-Quran (LEMKA) terhadap Kemampuan Menulis Ayat – ayat
Alquran” peneliti mengangkat pengaruh metode yang diajarkan kepada
siswa untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi diri.
Persamaan : Adapun persamaan dalam skripsi tersebut adalah sama –sama
untuk mengembangkan potensi jasmani dan ruhani dalam seni kaligrafi .
Perbedaan : Terdapat perbedaannya ialah dalam penelitian skripsi tersebut
mengangkat penelitian tentang pengaruh pendidikannya dalam minat bakat
yang dimiliki santri
3. Nunung Mufarrihah (2012) dari skripsi yang berjudul “Hubungan Antara
Minat dengan Prestasi Seni Kaligrafi Santri”, skripsi UIN Jakarta yaitu
dengan meneliti minat dan prestasi hasil belajar di Pesantren Kaligrafi
Alquran Lemka
Persamaan : Terdapat persamaan pada penelitian ini ialah sama – sama
ingin mengetahui apakah hubungan minat dan prestasi seni kaligrafi akan
diminati oleh para santri.
Perbedaan : ialah pada penelitian skripsi tersebut menggunakan penelitian
kuantitatif.
28
E. Kerangka Berpikir
Setiap pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kemampuan
motorik yaitu penguasaan keterampilan (acquiring skills) sesuai dengan
bidang – bidang tertentu. Metode yang digunakan pada pembelajaran kaligrafi
yang digunakan melibatkan para ahli atau expert sebagai trainer yang mampu
mentransformasikan skill yang dimiliki para santri.
Dalam pemilihan efektivitas metode demonstrasi yang digunakan dikelas
sangat sesuai dengan taori dan kebutuhan di kelas. Minat menjadi unsur utama
dalam pendidikan kaligrafi, dan menjadi motor atau penggerak aktifitas
perhatian (interest/attention) selama kegiatan berlangsung. Minat sifatnya
labil dan berada dalam jiwa setiap individu santri. Cara kerja minat dengan
tiga komponen asasi (esensi minat) yang terdiri dari kognisi, emosi dan konasi
yang saling mempengaruhi sesuai dengan fungsi – fungsinya. Komponen
kognisi tiap individu santri mempengaruhi emosi, dan komponen emosi tiap
individu santri mempengaruhi konasi dalam melakukan kegiatan fokusnya –
latihan menulis ayat – ayat Al-Quran dan begitulah seterusnya. Untuk itu,
pemilihan metode demonstrasi pada pembelajaran kaligrafi yang tepat menjadi
kebutuhan yang tidak ada habisnya. Jadi, pemahaman atas kebutuhan
peningkatan minat dan kemampuan santri untuk menulis ayat – ayat Al-Quran
sangat prioritas.
29
PETA KONSEP
PEMBELAJARAN
KALIGRAFI
MODEL
PEMBELAJARAN
KALIGRAFI
IMPLEMENTASI
METODE DEMONSTRASI
MINAT SISWA
KEBERHASILAN METODE
DEMONSTRASI
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren Lemka Sukabumi yang terletak di JL.
Bhineka Karya No.53, RT.03/RW.06, Karamat, Kec. Gunung Puyuh, Kota
Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama delapan bulan dari
bulan November 2019 – Agustus 2020
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Kegiatan November 2019
Desember 2019
Januari 2020
Februari 2020
Maret 2020
Agustus 2020
Memberi surat kepada pembimbing skripsi
15 November 2019
Izin lokasi
penelitian
19 November 2019
Studi
pendahul
uan
penelitia
n
19 November 2019
Penyusunan Bab I
1-3
13 - 27 Desember 2019
Penyusunan Bab III
data
10 Januari 2020
Penyebaran Angket
20 Januari 2020
Pengolahan Data
1 Februari 2020
Penyusunan Bab III - IV
03 Maret - 6 Juli 2020
30
Penarikan kesimpulan Bab 5
10 Agustus 2020
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode kualitatif
dan deskriptif analisis. Metode penelitian kualitatif, juga biasa disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang
alamiah (natural setting).46
Penelitian kualitatif ini ialah menemukan
pengetahuan yang baru dalam bidang tertentu.47
Jenis metode penelitian juga yang dipilih adalah deskriptif
analisis, adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut adalah
suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum.48
Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat
penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulannya.
C. Sumber Data
a. Sumber Primer : Sumber primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sumber primer
dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisilk), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan sumber primer
yaitu dengan metode survei, metode observasi dan wawancara secara
langsung dan juga angket sebagai penguat data.
46
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALVABETA, 2014), h. 1
47
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 107.
48
Sugiyono, Ibid, h. 29
31
b. Sumber Sekunder : sumber sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Sumber sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.49
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
yangdigunakan dalam penelitian kualitatif ialah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah bentuk alat pengumpulan data yang lain
dilakukan dengan cara observasi/pengamatan. Observasi dilakukan sesuai
dengan kebutuhan penelitian mengingat tidak setiap penelitian
menggunakan alat pengumpulan data demikian.50
. Pengamatan ini
biasanya untuk menggali informasi berkenaan dengan ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan kejadian atau peristiwa, waktu dan
perasaan. Pengamatan dilakukan juga untuk mengetahui gambaran
realistis pelaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti
prilaku manusia, dan sebagai evaluasi dengan melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti
ialah mencari informasi mengenai sejarah dan profil Pesantren Kaligrafi
Alquran Lemka Sukabumi, baik dari kondisi sekolah dari segi fasilitas,
tenaga pendidik, dan kependidikan, peserta didik, serta sarana dan
prasarana.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Wawancara bermakna
49 Hasil Penelitian observasi pada kamis 28 November 2019 pada pukul 09.00 WIB
50
P. Jogo Subagyo, S.H, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) h. 62
32
berhadapan langsung antara interviewers dengan responden, dan
kegiatannya dilakukan secara lisan.51
Wawancara pada penelitian ini ialah kepada siswa kelas A
Pesantren Lemka Sukabumi dan kepala pimpinan pesantren yaitu Bapak
Didin Sirojuddin A.R M.Ag, kepala bidang pendidikan dan pelatihan oleh
Hilmi Munawar S.Pd.I., beberapa guru kaligrafi yang mengajar yaitu
bapak H. Ohan Jauharuddin, S.Ag, M.Pd, Awaluddin, S.Pd, Ali
Mu‟tamar, S.Kom dan dan Hilmi Munawar S.Pd.I, yang telah ditentukan
oleh peneliti secara langsung. Adapaun kisi – kisi wawancara dengan guru
di Pesantren Alquran Lemka Sukabumi sebagai berikut:
1) Untuk guru
Tabel 3.2
Instrumen Pengumpulan Data untuk Guru
Model Pembelajaran Kaligrafi dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Kaligrafi Al-Qur‟an di Pesantren Lemka Sukabumi
No
.
Pokok Pertanyaan Sub Pokok
Pertanyaan
Indikator Nomor
Soal
Jumlah
Soal
1
Langkah – langkah
yang harus
digunakan agar
model pembelajaran
kaligrafi dapat
berhasil terhadap
pembelajaran
penulisan ayat –
1. Perencanaan
1. Merumuskan tujuan
pembelajaran yang
harus dicapai oleh
peserta didik secara
jelas, baik dari sisi
kemamuan atau
kegiatan untuk
mencaai tujuan
pembelajaran.
1 1 item
51 P. Jogo Subagyo, ibid, h. 39
33
.
ayat Al-Quran
2. Mempersiapkan garis
besar mengenai
langkah – langkah
model pembelajaran
kaligrafi pada
kegiatan belajar
mengajar.
2 1 item
3. Memperhitungkan
efesiensi waktu.
3 1 item
2. Pelaksanaan
2. Pengatur tempat
duduk agar
pembelajaran efektif
4 1 item
2. Memberikan stimulasi
kepada siswa
5 1item
3. Menciptakan suasana
kelas yang nyaman
sejuk, harmonis dan
kondusif
6 1 item
4. Meyakinkan bahwa
siswa mengikuti
pembelajaran dengan
fokus
7 1 item
5. Evaluasi 1. Memberikan tugas –
tugas tertentu yang
ada kaitannya dengan
model pembelajaran
kaligrafi yang telah
dipelajarai
8 1 item
2. Melakukan evaluasi 9 1 item
34
untuk perbaikan
proses pembelajaran
kedepannya.
3. Teori yang dipakai
dalam pembelajaran
kaligrafi
4. Kelas yang kondusif
5. Penggunaan metode
demonstrasi yang
efektif
10
11
13
1 item
1 item
1 item
2. Faktor Pendukung
yang mempengaruhi
penggunaan Model
Pembelajaran
Kaligrafi dalam
Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Menulis Kaligrafi
Al-Qur‟an di
Pesantren Lemka
Sukabumi
1. Kemampuan siswa
dalam
mengimplementasi
penulisan ayat – ayat
Alquran/kaligrafi yang
sesuai dengan kaidah
2. Penggunaan metode
yang lain
12
14
1 item
1 item
3. Faktor Penghambat
dalam menggunakan
model pembelajaran
kaligrafi
1. Penggunaan metode
demonstrasi yang
sesuai dengan jumlah
siswa
15
1 item
35
Jumlah 17
2) Untuk Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Tabel 3.3
Instrumen Pengumpulan Data untuk Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
No. Indikator
1. Minat dan bakat siswa belajar kaligrafi
2. Perangkat Kurikulum, silabus dan RPP
3. Penggunaan metode pembelajaran kaligrafi
4. Buku panduan belajar kaligrafi
5. Program penunjang pembelajaran kaligrafi
6. Standar nilai kelulusan pembealajaran kaligrafi
7. Evaluasi
3) Untuk Kepala Pimpinan Pesantren
Tabel 3.4
Instrumen Pengumpulan Data Kepala Pimpinan Pesantren
No. Indikator
1. Fasilitas, sarana dan prasarana Pesantren Kaligrafi
36
Alquran Lemka
2. Proses kebijakan perekrutan guru kaligrafi
3. Kompetensi guru yang memadai
4. Prestasi siswa yang dihasilkan oleh Pesantren Kaligrafi
Alquran Lemka
5. Peningkatan kualitas Pesantren Kaligrafi Alquran
Lemka
Tabel 3.5
Untuk Siswa
Model Pembelajaran Kaligrafi dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis
Kaligrafi Al-Qur‟an di Pesantren Lemka Sukabumi
No. Pokok
Pertanyaan
Sub Pokok Pertanyaan Nomor
Item
Jumlah
1. Langkah –
langkah yang
digunakan
dalam
impilikasi
metode
demonstrasi
dalam upaya
meningkatkan
kemampuan
menulis
kaligrafi
Alquran
3. Ketertarikan siswa
tentang kaligrafi dan
metode demonstrasi
yang diajarkan.
4. Perhatian dan
keseriusan siswa
belajar di kelas
5. Guru melaksanakan
pretest sebelum
memulai pembelajaran
1, 3, 5
2, 4, 9
6
3 item
3 item
1 item
37
2. Pelaksanaan
metode
demonstrasi
1. Guru mempersiapkan
peralatan yang akan
digunakan dalam
metode demonstrasi
2. Guru menjelaskan
huruf dengan Bahasa
yang mudah dipahami
3. Memberikan
kesempatan untuk
siswa menjadi aktif
4. Guru mengajar sangat
berkompetensi
5. Guru menyampaikan
materi dengan menarik
7, 15
8
10
12
13
2 item
1 item
1 item
1 item
1 item
3. Evaluasi 1. Diakhir pembelajaran
guru dan siswa
melakukan evaluasi
bersama
2. Siswa mampu
mengimplementasikan
materi yang telah
diajarkan
11
19
1 item
1 item
4. Faktor
pendukung
1. Guru memiliki
kemampuan
16 1 item
38
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data pendukung yang membantu
perolehan data tentang segala yang berkaitan dengan Pesantren Kaligrafi
Alquran Lemka, baik berupa catatan – catatan, kurikulum diklat, dan
segala yang berhubungan dengan pesantren sekaligus kegiatannya.
Perolehan data dari dokumentasi ini secara khusus disertai dengan foto –
foto yang relevan yang akan dijabarkan dalam bab empat, yaitu Potret
singkat Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka: Menguak sisi dalam
pesantren.
dalam
pembelajaran
kaligrafi
memnafaatkan waktu,
tanya jawab dan
menyimpulkan
2. Wawasan bertambah
setelah mempelajari
kaligrafi
17, 18
2 item
5. Faktor
penghambat
dalam
pembelajaran
kaligrafi
1. Jumlah siswa yang ada
sudah efektif dalam
menggunakan metode
demonstrasi
2. Penggunaan dan
pemanfaatan media
teknologi
14
20
1 item
1 item
Jumlah soal 20 item
39
Tabel 3.6
Dokumentasi
No.
Indikator
1. Sejarah Pesantren
2. Struktur Organisasi
3. Sarana dan Prasarana
4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Data Siswa
6. Silabus
7. Foto kegiatan siswa
8. Foto – foto penelitian dengan guru dan
siswa
9. Foto hasil karya siswa awal pelajaran dan
setahun setelah pembelajaran
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, data kemudian diolah dan dianalisis. Dalam
menganalisis data ketika wawancara berlangsung peneliti langsung
menganalisis terhadap data – data yang langsung diperoleh dari hasil
wawancara dengan menulis catatan – catatan kecil yang dapat dimaksudkan
sebagai narasi dalam laporan hasil akhir. Dengan menganalisis data
disesuaikan dengan metode pengumpulannya. Analisis data kualitatif
dilakukan melalui 3 tahap: (a) Reduksi Data, yaitu proses penyerdehanaan
yang dilakukan melalui seleksi dan memfokuskan data mentah menjadi data
yang bermakna, (b), Paparan Data, yaitu proses penampilan data secara lebih
40
sederhana dalam bentuk naratif, (c), Penyimpulan, yaitu proses
menyimpulkan inti dari sajian data yang telah terorganisirdalam bentuk
pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian
yang luas.52
F. Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif berbeda
dengan penelitian kuantitatif. Jadi keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji creability (validitas interbal), transferability (validitas eksternal),
dependability (realibilitas), dan confirmability (objektivitas).53
Masing – masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan atau
pengecekan sendiri – sendiri. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pemeriksaan atau pengecekan data dengan teknik – teknik sebagai berikut;
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negative dan membercheck. 54
2. Triangulasi
Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan pemeriksaan atau
pengecekan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Pemeriksaan
yang dilakukan oleh peneliti ialah :
a) Triangulasi data, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan
data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini
diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.
b) Triangulasi metode, yaitu dengan cara penggunaan berbagai metode
untuk meneliti. Dalam hal inipeneliti menggunakan metode
wawancara yang ditunjang dengan metode observasi saat wawancara
52 Kisyani Laksono dan Tatag Yuli Eko Siswono, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018), 74-75
53
Sugiyono, ibid, h. 121
54
Sugiyono, Ibid. h. 121
41
dilakukan, dan peneliti menggunakan metode observasi ditunjang
dengan dokumen pada saat melakukan observasi.
c) Triangulasi pengamat, yaitu dengan cara adanya pengamat di luar
peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam
penelitian ini dosen pembimbing dan guru di Pesantren Alquran
Lemka bertindak sebagai pengamat yang memberikan masukan
kepada peneliti terhadap hasil pengumpulan data.
3. Pengujian Transferability
Usaha dalam membangun keteralihan dalam penelitian ini
dilakukan dengan uraian rinci.55
Peneliti berusaha untuk mencari dan
mengumpulkan kejadian yang terjadi di lapangan terkait dengan
Implementasi metode demonstari yang digunakan di Pesantren Lemka
Sukabumi dengan menguraikan secara rinci dan seteliti mungkin. Hal
tersebut akan menuntut peneliti agar dapat dilaporkan hasil penelitian
4. Pengujian Dependability/Reliabilitas
Dalam hal ini peneliti berusah untuk mempertajam uraian yang lebih
konkrit. Dengan mengungkapkan data wawancara dan dokumen dengan
berulang- ulang terhadap responden, meminta pendapat dan pertimbangan
peneliti lain yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan pencatatan data
atau informasi dengan alat mekanis leptop/computer.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.56
Penulis dapat mengambil hipotesis tindakan sebagai berikut: terdapat model
pembelajaran kaligrafi dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis
kaligrafi Al-quran di Pesantren Lemka Sukabumi.
55 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. Ke-29, h. 337
56
Sugiyono, Ibid, h. 96
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Profil dan Sejarah Singkat Pesantren
Tepatnya ada hari Kamis malam Jum‟at, 11 Juli 1996, di Bandung.
Sebuah gagasan mendirikan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka
dilemparkan secara terbuka oleh Drs. H.D, Sirojuddin AR, M.Ag. di
hadapan 70-an ulama Alquran, pejabat, dan tokoh Jawa Barat pada saat
perumusan Sistem Pembinaan MTQ Jawa Barat atas prakarsa Pemda c.q.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ).
Gagasan tersebut, seperti diistilahkan Sirojuddin, pada mulanya lebih
merupakan “proyek mewujudkan mimpi jadi kenyataan”. Dikhayalkan
dua tahun ke belakang, ketika memikirkan keinginan “memberi makna”
pada usianya yang ke-40 di tahun 1997. Di bulan April dan Mei 1994,
saat melaksanakan ibadah haji, unek – unek yang belum ketahuan
formatnya itu dilampiaskan berulang – ulang di hadapan Ka‟bah: “Ya
Allah, besarkanlah Lemka sekiranya itu akan bermaslahat”. Lemka
(Lembaga Kaligrafi Alquran) yang didirikan dan dipimpinnya sejak tahun
1985 merupakan wadah pengembangan kaligrafi yang di representatif di
Indonesia. Dari lembaga ini terlahir ratusan guru dan juara – juara
kaligrafi pada pelbagai event lomba nasional dan ASEAN. Beberapa kali
lomba dan pameran kaligrafi telah sukses di prakarsainya. Bahkan sejak
mengkordinasi Sayembara Kaligrafi Festival Istiqlal II ‟95 sampai 1998,
Lemka telah mendorong 52 sanggar kaligrafi yang tersebar di seluruh
kawasan Indonesia. Pengalaman dan potensi – potensi yang dimiliki
Lemka dengan penyelenggara Kursus Kaligrafi intensif sebanyak 20
gelombang sampai 1996 memiliki 36 guru khat, dan Ketuanya yang
adalah Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional dan ASEAN dan pembina
di 10 propinsi, memberi dorongan untuk mewujudkan satu kampus
terpadu untuk pembinaan kaligrafi dikonsentrasikan. Tempat yang
ditawarkan pada kumpulan para ulama Alquran dan pejabat dan tokoh
43
Jawa Barat itu adalah Sukabumi, yang disambut serentak dan didorong
untuk selekasnya direalisasikan, mengingat pesantren model seperti ini
baru pertamakali ada di Indonesia, menyusul pesantren – pesantren
tahfizh tilawah, dan tafsir Alquran.
Beberapa nama dipertimbangkan kembali untuk pusat pembinaan
tersebut: Pesantren Kaligrafi Alquran, Kampus Perguruan Kaligrafi
Alquran, Kampus Pendidikan Kaligrafi Alquran, Kampus Pembinaan
Kaligrafi Alquran. Nama yang ditetapkan kemudian adalah Ppesantren
Kaligrafi Alquran Lemka.
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang peresmian pemasangan
billboardnya dilaksanakan hari Ahad bulan Ramadhan, 26 Januari 1997
oleh Camat Gunung Puyuh Drs. Sutisna Wirawan dan tahun ajaran
pertamanya dibuka Ahad, 9 Agustus 1998, merupakan harta wakaf milik
kaum muslimin dan bukan merupakan “harta kiai atau pemimpin
Pesantren”. Para pemimpin dan pengelola Pesantren diangkat oleh
Yayasan Badan Wakaf Lemka atas dasar profesinalisme dan
komitmennya pada perjuangan dan sunnah Pesantren; bukan berdasarkan
keturunan dan tidak sedikit pun punya hak atas harta kekayaan Pesantren.
2. Identitas Pesantren
a. Nama Pesantren : Pesantren Kaligrafi Alquran
LEMKA Sukabumi
b. Alamat : Jl. Bhineka Karya No. 53, Rt.
003/06,
Kelurahan Karamat,
Kecamatan Gunung Puyuh,
Kota Sukabumi,
Jawa Barat – Indonesia,
Kode Pos 43122
Tlp/Fax (0266) 231754 / (021)
7496279
44
c. Yayasan / Pengelola : Yayasan Badan Waqaf Lemka
dengan Akte Notaris Ny. Lanny
Ratna Ekowati Soebroto. SH,
Nomor 27.
d. Luas Tanah : 230 X 42 m2
e. Luas Bangunan : 134 X 36 m2
f. Luas Lapangan Olahraga : 18 X 10 m2
g. Lapangan Bola : 20 X 12 m2
h. Status tanah & bangunan : Milik Sendiri
i. Waktu Belajar : Pagi, Pukul 09.00 s.d 12.00
j. Jenis Pengembangan diri/ekstra kurikuler :
a) Mikro Teaching
b) Muhadarah/Diskusi Seni
c) Extravaganza (Rihlah Karyawisata)
d) Tilawatil Quran dan Bahsul Masail
e) Duplikasi Karya
f) Nasakhih Khatatin
g) Marawis dan Hadrah
h) Memanah
i) Bulu Tangkis
j) Futsal
k) Voli
k. Di Lokasi ini terdapat juga Madrasah/Sekolah lain yaitu TKA/TPA
Plus. Pesantren Lemka memiliki luas tanah 230 X 42 m2
3. Visi, Misi, Tujuan dan Moto Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka
Sukabumi
a. Visi Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi
Menjadi pusat pendidikan kaligrafi Alquran terkemuka di dunia untuk
merespon perkembangan zaman.
45
b. Misi Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi
a) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan kaligrafi untuk
menciptakan para khattat, guru khat dan pelukis kaligrafi
professional
b) Membangun, mengembangkan dan memperkuat jaringan kegiatan
lomba, penel;itian seminar, dan pameran kaligrafi baik untuk
tingkat Nasional maupun Internasional.
c) Memfasilitasi kegiatan dan program pengembangan kader dan
sanggar kaligrafi daerah di seluruh Indonesia
c. Tujuan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi
d. Menghasilkan para khattat, guru khat dan pelukis kaligrafi yang
mampu menerapkan ilmu dan keterampilannya secara baik,
sistematis, dan ilmiah sesuai dengan kaidah-kaidah khattiyah.
e. Mengabdikan dan menyebarluaskan ilmu dan keterampilan
kaligrafi menuju kejayaan Islam.
f. Mewujudkan masyarakat pecinta kaligrafi Alquran yang diridhoi
Allah SWT.
d. Motto Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi
Menulis dan melukis untuk membangun kreativitas.
4. Data Sarana dan Prasarana
KBBI menyatakan bahwa sarana adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Dan prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).57
Tabel 4.1
Jumlah Sarana dan Prasarana
57 https://pelayananpublik.id/2019/08/12/pengertian-sarana-dan-prasarana-fungsi-hingga-
contohnya. diakses pada tanggal 11 Agustus 2020, pukul 15.00 WITA
No. Jenis
Prasarana
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Jumlah
Ruang
Kondisi
Rusak
Ket.
46
5. Jumlah dan Data Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Karyawan
Data pendidik adalah sistem pendataan yang berjumlah beberapa
pengajar yang berada di dalam sebuah lembaga pendidikan. Tenaga
kependidikan Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan bahwa jenis tenaga
pendidikan disebutkan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang belajar.
Menurut Hasibuan, pengertian karyawan adalah setiap orang yang
menyediakan jasa (baik dalam bentuk pikiran maupun dalam bentuk
tenaga) dan mendapatkan balas jasa ataupun kompensasi yang besarannya
telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam hal ini karyawan yang dimaksud
ialah yang membantu memnuhi kebutuhan yang diperlukan di sekolah
seperti pembersih sekolah ataupun menyiapkan makanan atau minuman
para pendidik
1. Ruang Kelas 4
2. Perpustakaan 1
3. Ruang Media
Lemka
1
4. Gedung
Pena/Kantor
Guru
1
5. Gedung
Pelatihan
1
6. Kantor Tata
Usaha
4
7. Mushollah
dan Mesjid
2
8. Koperasi 1
9. Dapur
Produksi
1
47
Tabel 4.2
Jumlah Data Pendidik, Tenaga Pendidik dan Karyawan
NO Pendidikan Terakhir Jumlah
1. S3 1
2. S2 4
3. S1 20
4. SMA/SEDERAJAT 40
Tabel 4.3
Jumlah Data Siswa
B. Analisis Hasil Penelitian
Data yang peneliti peroleh ialah data dari hasil observasi, wawancara,
angket dan dokumentasi. Sesuai dengan fokus masalah yang dibahas pada
skripsi ini peneliti menyampaikan hasil interview dengan beberapa pengajar,
kepala bidang pelatihan dan pendidikan, pimpinan pesantren dan siswa
mengenai implementasi metode demonstrasi terhadap kemampuan menulis
ayat –ayat Alquran di Pesantren Lemka Sukabumi. Berikut adalah paparan
analisis hasil penelitian
No Keterangan Jumlah
1. Laki - Laki 105
2. Perempuan 60
Jumlah 165
48
1. Perencanaan pembelajaran metode demonstrasi
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan
pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran,
tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah
masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi
perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan
dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah, sebagaimana hasil dari
wawancara dengan ustad Hilmi Munawar, S.Pd.I, beliau mengatakan bahwa
pada tahapan perencanaan guru – guru kaligrafi juga harus menyusun
program – program perencanaan pembelajaran. Namun Pesantren Kaligrafi
Alquran Lemka berbeda dengan sekolah pada umumnya, silabus yang
dimiliki pesantren ialah silabus yang dibuat oleh langsung dari pesantren
karena pesantren mempunyai pengajaran tersendiri yang tidak mengacu pada
silabus pendidikan formal pada umumnya.58
Seperti halnya kelender
pendidikan, perhitungan pekan efektif dan jam tatap muka, yaitu perencaan
program tahunan, program mingguan dan program harian dan terakhir silabus
yang telah dibuat oleh pihak pesantren, kemudian dikembangkan oleh guru –
guru kaligrafi itu sendiri.
2. Model Pembelajaran Kaligrafi Menggunakan Metode Demonstrasi
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Kaligrafi Al-Quran
di Pesantren Lemka Sukabumi
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ialah upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun baik di dalam
silabus ataupun rencana pembelajaran. Karena itu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menunjukkan penerapan langkah – langkah metode dan strategi
kegiatan belajar mengajar.
Dalam penyusunan pelaksanaan pembelajaran di kelas guru kaligrafi
menyesuaikan silabus yang telah dibuat oleh Pesantren Kaligrafi Alquran
LEMKA Sukabumi.
58Hasil wawancara dengan guru kaligrafi Hilmi Munawar, S.Pd.I, Senin 9 Maret 2020, pukul
16.00 WIB di Perpustakaan Pesantren Lemka
49
Tahapan awal dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan
dengan durasi kurang lebih 20 menit, dalam tahapan ini guru membuka
pembelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kemudian
berdoa bersama.59
Setelah itu guru membuka pelajaran guru memberikan
pretest atau pengulangan materi untuk mengingat kembali pelajaran
sebelumnya60
. Dengan menanyakan materi huruf yang sebelumnya yang
belum dipahami dan menunjuk salah satu siswa untuk maju kedepan kelas
dan menulis ulang materi huruf sebelumnya.
Tahapan kedua adalah kegiatan inti dengan durasi kurang lebih 160 menit.
Dalam tahapan ini guru kaligrafi melakukan serangkaian aktivitas
pembelajaran dengan menjelaskan materi yang diajarkan dengan
menggunakan metode demonstrasi. Pertama, pembelajaran kaligrafi ini
dibuat semenarik mungkin karena belajar di Pesantren Kaligrafi Alquran
LEMKA harus bernuansa rekreatif.61
Adapun tahapan model pembelajaran
kaligrafi dengan metode demonstrasi dalam upaya meningkatkan kemampuan
menulis kaligrafi al-quran di pesantren lemka sukabumi ialah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Guru menjelaskan materi huruf yang akan diajarkan menggunakan metode
ceramah yang dimulai dengan menceritakan kisah para kaligrafi ataupun
asal usul huruf yang akan dituliskan, karena sebagian huruf dari kaligrafi
mempunyai asal usul tersendiri dari hurufnya. Dengan begitu para siswa
akan tertarik mengikuti pembelajaran dengan seksama.
c. Guru menuliskan materi huruf yang akan diajarkan di papan tulis dengan
menggunakan media papan tulis hitam dan menggunakan kapur.
Perbedaan metode demonstrasi pembelajaran kaligrafi di Pesantren Lemka
Sukabumi berbeda dengan metode demonstrasi pada umumnya, karena
menggunakan proyektor dan kamera beresolusi tinggi agar para siswa
59 Hasil observasi di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka, ruang kelas A Kamis, 28 November
2019 pukul 09.00 WIB
60
Hasil wawancara dengan guru kaligrafi Ustad Ali Mu‟tamar, Jum‟at, 06 Maret 2020 pukul
08.00 WIB di Gedung Pena Pesantren Lemka
61
Hasil wawancara dengan guru kaligrafi Ustad Hilmi Munawar, Jum‟at 06 Maret 2020 pukul
16.00 WIB di Perpustakaan Pesantren Lemka
50
lebih detail dalam melihat tulisan yang dipraktekkan langsung oleh guru
dengan bantuan proyektor. Kemudian siswa memperhatikan sejenak ketika
guru menuliskan Dengan menulis menggunakan kapur atau di kertas
muqohar dan guru mempraktekkan penulisan huruf dari yang ketebalan,
tipis, kemiringan, panjang dan pendeknya huruf, oleh karena itu alasan
untuk menggunakan metode demonstrasi dalam implementasi
pembelajaran kaligrafi ini dianggap sangat tepat dalam pengajarannya.
Berikut adalah gambar guru sedang menerangkan dan menuliskan huruf
tunggal “alif” awal dan akhir dan huruf “ba” tunggal khat tsulus.
d. Setelah guru selesai menulis para siswa kemudian menuliskan kembali
huruf yang telah diajarkan di buku masing – masing
e. Ketika siswa menulis, ada pendamping pengajar yang membantu
mengoreksi ataupun mengjarkan huruf yang disampaikan guru dan
pendamping pengajar tiap kelas terdiri dari 2 - 3 orang pendamping
pengajar. Hal ini dilakukan agar para siswa cepat memahami huruf.
f. Setelah siswa mencoba menulis di buku masing – masing, kemudian guru
memanggil salah satu siswa untuk mencoba mempraktekkan penulisan
huruf yang telah diajarkan di papan tulis.
g. Siswa yang maju kedepan kelas untuk menuliskan dan mempraktekkan
langsung apa yang telah diajarkan oleh guru, kemudian akan langsung
dikoreksi bersama huruf yang telah ditulis. Hal ini dilakukan terus
menerus sehingga dapat melekat lebih lama dalam ingatan siswa.
h. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menutup pembelajaran.
i. Siswa diberikan tugas menulis ayat yang diumumkan dari kantor pesantren
dengan pengeras suara setiap selesai kelas.
j. Para siswa harus mengerjakan dan dikumpulkan atau dikoreksi kepada
pengoreksi khat atau mentornya masing – masing untuk mengoreksi tugas
yang yang telah diberikan pada sore hari selesai sholat ashar.
Pesantren Kaligrafi Alquran LEMKA ialah pesantren yang mempunyai
kurikulum tersendiri dan memiliki metode pembelajaran yang berbeda dari
sekolah atau pesantren umum. Metode demonstrasi yang sangat efektif
51
digunakan di pesantren ialah pada saat pembelajaran tiap kelas memiliki
masing-masing pendamping pengajar yang mana pendamping pengajar
tersebut akan mendatangi tiap siswa untuk melihat kembali atau mengorkesi
kembali tulisan yang telah ditulis oleh siswa, metode demonstrasi ini sangat
efektif pada upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi al-quran di
pesantren lemka sukabumi. Setelah selesai pembelajaran di kelas
3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Kaligrafi dengan Menggunakan Metode
Demonstrasi
Evaluasi dalam pembelajaran kaligrafi dengan menggunakan metode
demonstrasi diukur melalui :
1. Tes tertulis harian, tes yang dimaksud ialah tes yang dilakukan ketika
siswa diberi tugas selesai pembelajaran dikelas, kemudian dikoreksi pada
sore hari yaitu dengan mentor masing – masing. Hal ini dilakukan dari
hari senin – rabu.
2. Tes mingguan dilaksanakan setiap seminggu sekali yang dilaksanakan
setiap hari kamis. Tes yang wajib dilakukan setiap siswa.
3. Tes ujian akhir tiap per satu khat. Tes ini dilakukan menentukan hasil
nilai belajar pada akhir pembelajaran yang siswa tulis dan kerjakan
dengan menggabungkan tiap khat yang telah di pelajari.
Pembelajaran kaligrafi ini adalah pembelajaran utama di pesantren
Lemka. Dengan diadakannya tes tertulis harian, mingguan, selesai
pembelajaran tiap per satu khat dan ujian akhir, guru dapat melihat
perkembangan para siswa dengan tulisannya, kerapian huruf, susunan huruf
dan keindahan kalimat yang ditulis oleh siswa. Sangat mudah menilai secara
langsung erkembangan tulisan siswa yang menonjol perubahannya.
C. Faktor Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Menulis kaligrafi Alquran bukanlah hal yang mudah, membutuhkan suatu
proses yang panjang yang membutuhkan keinginan yang kuat, ketertarikan,
kesungguhan dan ketekunan. Oleh karena itu dalam mempelajarinya
dibutuhkan metode demonstrasi yang sesuai agar tercapai keberhasilan dalam
52
pembelajaran kaligrafi. Berhubung menulis kaligrafi Alquran merupakan
suatu proses yang panjang, maka dalam pelaksanaan metode demonstrasi
tentu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran kaligrafi
dengan menggunakan metode demonstrasi dikelompokkan menjadi dua
kategori, meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat.
1) Faktor Pendukung
- Upaya yang dapat mengoptimalkan metode demonstrasi ialah
dengan menggunakan media pendukung yaitu pemanfaatan
teknologi menggunakan leptop dan proyektor, guna media tersebut
ialah memudahkan para siswa dalam belajar dengan lebih seperti
mendetailkan huruf, memperjelas huruf dan siswa akan lebih fokus
pada huruf yang dijelaskan
- Keadaan lingkungan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Lokasi
Pesantren Kaligrafi Alquran ini cukup strategis dilihat dari
lingkungan yang asri dan berbau dengan alam merupakan suatu
kefektifan dalam mempelajari kaligrafi, kaligrafi ialah salah satu
seni Islam, dengan adanya kelas yang terbuka dan berbaur dengan
alam membuat siswa merasa nyaman belajar dan sangat efektif
dalam metode demonstrasi dan membuka wawasan siswa.
2) Faktor Kendala
- Ada sebagian guru yang masih kurang memanfaatkan teknologi
sehingga membuat pembelajaran terkadang membosankan.
- Kurangnya metode demonstrasi adalah peserta didik didalam
mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak praktek.
- Jika para siswa malas dalam mempraktekkan langsung metode
demonstrasi yang digunakan atau jarang kembali menulis ulang
tulisan huruf yang telah diajarkan dikelas, sudah dipastikan tulisan
kaligrafi siswa tersebut akan jelek.
53
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari penjelasan hasil penelitian diatas, bahwa penggunaan metode
demontrasi memberikan pembelajaran yang efektif dan efisien didalam
pembelajaran kaligrafi. Dengan metode demonstrasi yang digunakan dengan
praktek menulisan dari kemiringan, ketebalan, tipis, panjang dan pendeknya
huruf yang membuat tulisan indah dipraktekkan langsung tulisan huruf yang
sesuai kaidah oleh guru akan membuat jiwa dan pikiran lebih berkesan dan
selalu teringat pada siswa yang membawa pengaruh besar pada siswa.
“Metode demontrasi sudah pasti digunakan di Pesantren Lemka
karena metode tersebut sangat dianjurkan bahkan diwajibkan
dikuasai dalam pengajaran di pesantren karena metode ini sangat
berpengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran di kelas.”62
Dari penelitian tersebut juga dengan hasil wawancara, angket dan
observasi yang peneliti lakukan, bahwa implementasi metode demonstrasi
dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi Alquran di
pesantren lemka sukabumi sangat efektif dan efisien. Penggunaan metode
demonstrasi dapat diterapkan yaitu dengan syarat memiliki keahlian untuk
mendemonstrasikan penggunaan alat kaligrafi yang digunakan.
Hasil yang diperoleh melalui wawancara kepada siswa menunjukkan
bahwa model pembelajaran kaligrafi dengan menggunakan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi al-
quran di pesantren lemka sukabumi termasuk baik. Hal ini dibuktikan
dengan persentase yang tinggi pada jawaban siswa yaitu sebagai berikut:
Ketertarikan atau minat siswa merupakan faktor yang sangat penting untuk
melakukan sesuatu yang disenanginya atau disukainya, dengan adanya
ketertarikan yang tumbuh dalam dirinya siswa akan selalu belajar dengan
bersungguh - sungguh dan gigih demi satu tujuan yang ingin dicapainya.
Mereka akan selalu memperdalam suatu kegiatan dengan selalu belajar
dengan tekun, rajin dan terus menerus akan menimbulkan perasaan senang
pada dirinya. Memperhatikan penjelasan guru merupakan kewajiban seorang
siswa sekaligus bentuk rasa hormat, patuh dan bakti pada guru.
62 Hasil Wawancara dengan Hilmi Munawar, S.Pdi, Senin, 9 Maret 2020
54
Memperhatikan penjelasan guru dengan khidmat ini termasuk ke dalam
perilaku terpuji oleh karenanya mendatangkan pahala dan kebaikan bagi
siswa. Memperhatikan guru sangat berpengaruh besar pada keberhasilan
siswa dalam menulis kaligrafi Alquran, jika siswa melewatkan penjelasan
huruf yang di demonstrasikan oleh guru maka akan berpengaruh pada tulisan
kaligrafi siswa tersebut.
Belajar di kelas tentu telah menjadi menu harian untuk Bapak/Ibu Guru
dan para siswa di sekolah. Sebagai fasilitator utama di kelas, guru sangat
berperan untuk membuat menu harian ini selalu segar, menarik, dan tidak
membosankan. Dengan suasana kelas yang menyenangkan, siswa akan
menikmati kegiatan belajar mereka tanpa adanya perasaan tertekan,
menunjukkan bahwa guru dikelas sudah menguasai dan mampu mengajar
dengan menyenangkan di kelas dengan baik. Dipertegas dengan wawancara
oleh guru yaitu rasa nyaman, harmonis dan kondusif tergantung bagaimana
guru membawakan pelajaran dan melihat dari reaksi para siswa dengan
memperhatikan secara seksama apa yang diajarkan.63
Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang
mandiri dan produktif. Dalam persentase terlihat bahwa hampir seluruh
siswa sangat diperhatikan dan dibimbing oleh guru langsung.
Metode demonstrasi adalah adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik atau cara
guru dalam mengajar dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada
siswa suatu proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya
maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang relevan
63 Hasil Wawancara dengan Ali Mu‟tamar, S.Kom, Jumat, 06 Maret 2020, pukul 10.00 WIB
55
dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam
memahami materi.
Pembelajaran kaligrafi, guru diwajibkan menyiapkan peralatan untuk
melakukan metode demonstrasi. Adapun alat yang digunakan sebagai
berikut:64
1) Kapur yang digunakan ialah kapur warna warni, agar guru lebih mudah
menjelaskan ketebalan, tipis, kemiringan tiap bentuk yang ada di huruf.
2) Papan tulis hitam/hijau ini memudahkan guru mempraktekkan huruf
dengan jelas dan mudah membentuk huruf dengan bantuan kapur.
3) Pena handam atau qalam alat ini wajib digunakan di Pesantren Lemka
Sukabumi, guna menuliskan khat.
4) Tinta, tinta yang digunakan di Pesantren Lemka Sukabumi ialah tinta
yang telah diberi wadah dan dicampur dengan benang ataupun spon agar
meresap dan tidak membuat tulisan menjadi melebar. Pemilihan tinta
yang bagus juga akan mempengaruhi keindahan bentuk khat.
5) Kamera, guna kamera ialah menyorot tulisan tangan langsung dari guru,
agar mempermudah para siswa melihat praktek langsung bentuk huruf
dari tahap ke tahap.
6) Proyektor yang menghubungkan dengan kamera agar para siswa melihat
layar lebar yang disorot oleh kamera
Berbeda dengan pembelajaran pada umumnya metode demonstrasi yang
digunakan oleh Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka ini sangat berbeda
karena guru menjelaskan dari bagian huruf hijaiyah, perhuruf, perkata
kemudian menjadi kalimat yang ditulis dan dipraktekkan langsung oleh guru
di papan tulis dengan menggunakan papan tulis blackboard dan masih
menggunakan kapur agar mempermudah guru menuliskan atau
mempraktekkan huruf yang ditulis dengan memperhatikan tebal, tipis dan
kemiringan huruf kaligrafi. Berikut contoh tahapan penulisan huruf “ba an
alif” akhir.
64 Lihat lampiran h.101
56
Gambar 4.1
Dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa menyukai metode
demonstrasi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis
kaligrafi alquran hanya saja metode demonstrasi yang digunakan di
Pesantren Lemka ini berbeda yaitu dengan menggunakan kamera beresolusi
tinggi dan proyektor.
Guru menggunakan kapur tulis sebagai alat menulis huruf dan papan tulis
hitam sebagai media yang digunakan untuk menulis dan menjelaskan huruf
kaligrafi dengan menggunakan metode demonstrasi. Namun ada sebagian guru
yang mengajar dengan mempraktekan langsung tulisan dengan menggunakan
kamera yang disorot dan hasilnya akan langsung ke proyektor yang terlihat
besar dan jelas. Pesantren telah menyediakan alat – alat tersebut dan sudah
tersedia dikelas. Namun berbeda dengan alat dan bahan yang digunakan siswa
untuk menulis berupa pena tulis yang biasa disebut handam/qalam pada
kalangan pelajar kaligrafi yang digunakan untuk menulis diatas media kertas,
mengenai kertas pada kaligrafer memiliki banyak pilihan kertas yaitu ada
kertas biasa, kertas coklat, sampul, art paper, kertas karton atau muqohar.65
Kaligrafi merupakan tulisan indah. Kaligrafi yang digunakan dalam
penulisan Alquran ialah khat naskhi, khat tersebut sangat mudah diapahmi
namun jika dipraktekkan langsung dengan menggunakan kalam khusus
kaligrafi maka tidak semudah yang dibayangkan. Pesantren Kaligrafi Alquran
Lemka adalah pesantren kaligrafi pertama yang berdiri di Indonesia, siswa
yang belajar di pesantern tersebut adalah siswa yang berasal dari berbagai
65 Muqahar adalah kertas yang digunakan para kaligrafi yaitu kertas daur ulang yang diolah
kembali agar dapat menulis kaligrafi dengan nyaman dan indah.
57
daerah yang ada di Indonesia ataupun dari Asia. Guru yang mengajarpun harus
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh para siswa yaitu dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah panutan pembelajaran
yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional
siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila
diperlukan. pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Cara belajar siswa aktif pada
Pesantren Kaligrafi Alquran yaitu dengan mengajak para siswa untuk maju
kedepan kelas dengan mempraktekkan secara individu menulis ulang dipapan
tulis dan menjelaskan ulang tiap goresan yang ditulis dari bentuk, tebal, tipis,
panjang maupun lengkungan yang dibuat.
Setelah selesai pembelajaran guru dan siswa melakukan evaluasi untuk
proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
yaitu dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal yang
tidak dimengerti oleh siswa. Dipertegas pada wawancara guru yaitu guru
melakukan evaluasi pembelajaran sesuai yang diajarkan pada saat itu dengan
melihat kemampuan siswa, apakah mereka berhasil melakukan tugasnya
dengan baik ataupun menulis huruf yang telah diajarkan langsung dipraktekkan
di depan kelas dengan menulis di papan tulis dan juga mengevaluasinya
dengan cara memberi arahan bagaimana belajar dengan baik ataupun menulis
dengan benar sesuai kaidah.
Metode drill juga sangat berperan penting dalam keberhasilan pembelejaran
kaligrafi yaitu lebih banyak melibatkan siswa/santri. Mereka harus mengulang
– ulang terus apa yang telah diperoleh oleh guru dikelas. Seperti siswa selalu di
tekatkan pada ujian ujian latihan seminggu sekali, sebulan sekali dan per 3
bulan sekali. Agar tulisan melekat dan siswa selalu mengingat tulisan yang
telah diajarkan
58
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka merupakan pesantren pertama yang
khusus mengajarkan tentang kaligrafi, jadi tak dipungkiri lagi bahwa guru –
guru yang mengajar di pesantren tersebut adalah guru – guru yang profesional.
Dengan menguasai gaya-gaya huruf (seperti Naskhi, Tsulus, Farisi, Diwani,
Diwani Jali, Riq‟ah, dan Kufi ditambah gaya-gaya kaligrafi kontemporer),
sanggup menyusun jadi karya yang indah melalui belajar, latihan, dan
eksperimen yang terus-menerus. Siswa merasakan bahwa guru – guru kaligrafi
di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka memiliki keprofesionalan dalam
mengajar dengan baik.
Keunikan pembelajaran kaligrafi di Pesantren Lemka ini ialah di waktu
yang senggang para siswa tetap belajar dengan kaligrafi seperti:
1. Setelah selesai sholat subuh siswa mengaji kitab Nasahih Khototin, yaitu
kitab tentang akhlak seorang khotot
2. Setelah selesai kelas siswa mengerjakan tugas yang wajib dikerjakan dan
akan disetor pada sore hari kepada guru mentoring masing dan akan
dikoreksi secara langsung.
3. Setelah sholat isya adanya kegiatan pelatihan micro teaching, guna melatih
kemampuan mengajar dikelas.
4. Diskusi seni66
Siswa diajarkan untuk memanfaatkan waktu belajar di Pesantren Lemka
Sukabumi ini dengan baik dalam waktu yang singkat yaitu 1 tahun. Jadi
kegiatan aktivitas siswa tidak akan kosong.
Guru juga memanfaatkan waktu untuk berdiskusi, tanya jawab,
menyimpulkan dan waktu berkomentar dengan baik hal ini dilakukan agar
berkolaborasi dengan metode pembelajaran yang lainnya yaitu seperti
Ada yang sama sekali tidak mengerti kaligrafi sampai yang hanya baru
mengenal tulisan kaligrafi tanpa tau cara membentuk tulisan yang indah. Ada
juga yang mengenal tulisan kaligrafi akan tetapi tidak sesuai dengan bentuk
kaidah yang baik dan benar.
66 Hasil Observasi Penelitian
59
Gambar 4.2 Gambar 4.3
Gambar Tulisan Ujian Awal Salah Satu Siswa
Setelah peneliti kembali beberapa bulan tulisan siswa tersebut menjadi
indah dengan bentuk yang rapi dan sesuai dengan bentuk kaidah yang
seharusnya.
Gambar 4.4 Gambar 4.5
Tulisan Setelah Beberapa Bulan Belajar di Pesantren Lemka Sukabumi
Terlihat pada pernyataan guru yang menyatakan bahwa metode demonstrasi
sangat efektif pada pembelajaran kaligrafi karena metode ini menggunakan
pengajaran langsung kepada siswa atau tatap muka. Siswapun mampu
mengimplementasikan penulisan ayat – ayat Alquran dengan baik dan sesuai
kaidah.
Adapun faktor pendukung yang mempengaruhi metode demonstrasi dalam
pembelajaran penulisan ayat – ayat Alquran yaitu dengan menggunakan
60
teknologi yaitu proyektor dan kamera yang beresolusi tinggi yang digunakan
guru untuk menuliskan huruf secara detail kepada siswa. Guru menganggap
bahwa semakin canggih perekembangan zaman guru juga dituntut mampu
memanfaatkan media teknologi.
Dari uraian hasil penelitian diatas bahwa metode demonstrasi adalah metode
yang efektif dan efisien dalam pembelajaran penulisan kaligrafi/ayat – ayat
Alquran. Dengan praktek secara langsung siswa menjadi lebih paham dan
melekat pada jiwa dan berkesan hal ini sangat berpengaruh besar dalam
perkembangan penulisan kaligrafi Alquran.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan serangkaian tahap penelitian, peneliti dapat
menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul model pembelajaran kaligrafi
dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi al-quran di pesantren
lemka sukabumi. Kesimpulan tersebut terdiri dari beberapa poin sebagai
jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
yakni sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil penelitian pada analisis hasil wawancara bahwa model
pembelajaran kaligrafi dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis
kaligrafi Alquran di Pesantren Lemka Sukabumi dengan menggunakan
metode demonstrasi merupakan metode yang tepat dan efektif. Dapat
dilihat Dari langkah – langkah yang digunakan dalam metode demonstrasi
dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi Alquran di
Pesantren Lemka Sukabumi. Pertama pada perencanaan guru merumuskan
tujuan pembelajaran dan kesiapan siswa sebelum memulai siswa
melakukan pengulangan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai.
Kedua pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelejaran guru
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada metode demonstrasi
dan proses pembelajaran siswa fokus mengikuti pembelajaran. Terlihat
juga pada pemberian tugas kepada siswa dibuktikan dengan hasil evaluasi
pemberian tugas.
2) Faktor pendukung yang mempengaruhi metode demonstrasi dalam
pembelajaran penulisan ayat – ayat Alquran yaitu dengan menggunakan
teknologi yaitu proyektor dan kamera yang beresolusi tinggi yang digunakan
guru untuk menuliskan huruf secara detail kepada siswa. Guru menganggap
bahwa semakin canggih perkembangan zaman guru juga dituntut mampu
memanfaatkan media
61
teknologi yang masih kurang.
3) memanfaatkan teknologi sehingga membuat pembelajaran terkadang
membosankan. Kurangnya metode demonstrasi adalah peserta didik
didalam mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak
praktek.Jika para siswa malas dalam mempraktekkan langsung metode
demonstrasi yang digunakan atau jarang kembali menulis ulang tulisan
huruf yang telah diajarkan dikelas, sudah dipastikan tulisan kaligrafi siswa
tersebut akan jelek.
Dari hasil yang dilakukan oleh peneliti model pembelajaran kaligrafi
dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi Alquran di Pesantren
Lemka Sukabumi, mampu meningkatkan tulisan kaligrafi para siswa dengan
metode demonstrasi yang digunakan dan dianggap sangat efektif dan
bermanfaat dalam meningkatkan kualitas menulis kaligrafi para siswa.
B. Implikasi
Implikasi merupakan keterlibatan atau keadaan terlibat, sehingga ada
akibat dan konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya peneliti ini.
Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti jelaskan di atas, maka implikasi
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan guru memiliki kemampuan menguasai model dan metode
pembelajaran dengan baik.
2. Penggunaan metode demonstrasi bukan hanya untuk pembelajaran
penulisan kaligrafi Alquran namun berkaitan dengan pembelajaran yang
dapat digunakan pada pembelajaran fiqih ataupun lainnya.
3. Keterampilan mengimplementasikan metode – metode pembelajaran yang
tepat, efektif dan menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mempunyai
harapan dan mengajukan saran – saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka, ketika dalam proses
belajar harus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi
62
khususnya dalam praktek penulisan huruf tidak membuat kegaduhan atau
bercanda di dalam kelas, karne ini akan berdampak pada keberhasilan
belajar jika melewatkan penjelasan guru.
2. Bagi guru Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka, diharapkan mampu
menguasai dan memanfaatkan media teknologi agar siswa lebih cepat
dalam perkembangan ilmu kaligrafinya dan mampu menggunaan metode
demonstrasi untuk pemula dalam menuliskan kaligrafi.
3. Bagi kepala pimpinan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka dan kepala
Bidang Pendidikan dan Pelatihan, diharapkan terus memberikan
pembinaan, motivasi dan pengawasan kepada guru dan siswa.
4. Bagi pemerintah, diharapkan pembelajaran kaligrafi lebih dikembangkan
di dunia pendidikan, agar para siswa mampu mengembangkan potensi
yang dimiliki.
5. Bagi masyarakat, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia mengenal
kebudayaan Islam, dan terkhusus orang Islam mampu
mengembangkannya.
6. Bagi peneliti, peneliti menyadari bahwa peneliti memiliki banyak
kekurangan. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
63
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, Fauzi Salim, Cara Mengajar Kaligrafi Pedoman Guru, Jakarta: Darul
Ulum Press, 2002.
Afifi, Fauzi Salim, Cara Mengajar KALIGRAFI, Jakarta: Darul Ulum Press,
2009, cet. Ke-2
Aununrrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta 2009.
Alamin M. dan Achmad Rizal, Jurnal Semnasteknomedia Online,
Yogyakarta: Stimik Amikom, 2016.
Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Daradjat, Zakiah, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
BUMI AKSARA, 1996.
Dja’far, Zainuddin, Didaktik Metodik, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah,
1995.
Departemen Agama RI, Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri
Pondok Pesantren, Jakarta: Departemen Agama, 2001.
Departemen Informatikan dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal
Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi, Jawa Barat, Mengaji dan
Berkreasi di Kampus Seniman Muslim, (Jakarta: Studio Lemka,
2002,
https://pelayananpublik.id/2019/08/12/pengertian-sarana-dan-prasarana-
fungsi-hingga-contohnya. diakses pada tanggal 11 Agustus 2020, pukul
15.00 WITA
Israr, Sejarah Kesenian Islam Jilid 2, Jakarta: PT Royal Standard 1985.
Israr, C, Dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab , Jakarta: Yayasan
64
Masagung, 1985.
Laksono Kisyani dan Tatag Yuli Eko Siswono, Penelitian Tindakan Kelas,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.
Lutfi, Ahmad, Pembelajaran Alquran & Hadis Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departeman Agama Islam, 2009.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2013.
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2014.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, Cet. Ke-29.
Muhammad, Hasyim, Qawa;idul Khatthil ‘Arabi, Darul Qalam, Baghdad,
1980.
Ramayulis “Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
1994.
Sirojuddin, Didin AR, Gores Kalam Butir – Butir Pemikiran Sekitar
Pengembangan Pengembangan Seni Kaligrafi Islam Di Indonesia,
Jakarta: Lemka, 1994.
Sirojuddin, D. AR, Seni Kaligrafi Islam, Jakarta: MULTI KREASI
SINGGASANA, 1992.
Sudjana, Suprijono Nana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung : Sinar Baru Algensindo 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. ALVABETA,
2014.
65
Subagyo, P. Jogo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Syahruddin, Kaligrafi Alquran dan Metodologi Pengajarannya, (Jakarta:
Sabit Kaligrafi Plus, 2001.
Syahruddin, Kaligrafi Alquran dan Metodologi Pengajarannya, Jakarta:
Sabit Kaligrafi Plus, 2001.
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan
Media, Jakarta: Studio Lemka, 2002.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2004, cet. Ke-2
66
67
68
HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kelas : Naskhi (A)
Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2019
Materi : Khat Naskhi
Objek Pengamatan : Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas.
No. Aspek Yang Diamati Deskripsi
1. Pra Pembelajaran - Guru mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa
sudah siap menerima
pelajaran, terlihat pada siswa
sudah mempersiapkan alat dan
buku pembelajaran.
2. Kegiatan membuka
pembelajaran
- Guru membuka pembelajaran
dengan memimpin untuk
membaca basmalah dan doa.
3. Kegiatan inti pembelajaran
a. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
- Guru menjelaskan materi
huruf dengan menuliskan
materi huruf yang akan
diajarkan di papan tulis yang
menggunakan media papan
tulis hitam dan menggunakan
kapur kemudian siswa
memperhatikan sejenak ketika
guru menuliskan huruf
dipapan tulis
- Setelah guru selesai menulis
69
b. Penugasan
c. Penilaian
para siswa kemudian
menuliskan kembali huruf
yang telah diajarkan di buku
masing – masing
- Ketika siswa menulis, ada
juga pendamping pengajar
yang membantu mengoreksi
ataupun mengjarkan huruf
yang disampaikan guru dan
pendamping pengajar tiap
kelas terdiri dari 2 -3 orang
pendamping pengajar. Hal ini
dilakukan agar para siswa
cepat memahami huruf.
- Siswa diberikan tugas menulis
ayat yang diumumkan dari
kantor pesantren dengan
pengeras suara setiap selesai
kelas dan para siswa harus
mengerjakan dan
dikumpulkan atau dikoreksi
kepada pengoreksi khat atau
mentornya masing – masing
untuk mengoreksi tugas yang
yang telah diberikan
- Penilaian dilakukan
berdasarkan hasil ujian
mingguan siswa yang
dilakukan setiap pada hari
kamis dari jam 08.00 – 12.00
siang.
70
Catatan : Kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Guru berupaya
membimbing siswa dalam pembelajaran ialah setelah selsai kelas yaitu
,menulis huruf dengan sambungan huruf dengan menulis surah Alquran yang
telah ditentukan dan dikerjakan setiap hari selama satu tahun.
PENULIS
28 NOVEMBER 2019
71
F. Struktur Organisasi
PIMPINAN PESANTREN Dr.K.H. Didin Sirojuddin AR, M.Ag
BENDAHARA UMUM
Ketua : H. Iman Syaiful Mu’minin, S.Pd.I
Sekertaris : Gunawan
Bid. I Pendidikan & Latihan
Ketua : Hilmi Munawar, S.Pdi
Sekertaris : H. Isep Misbah,
S.Ag
Sekertaris II : Dodi, S.Pd.I
Bid. II Penelitian &
Pengembangan
Ketua : Boby Es Syawal, S.Ag
Sekertaris : Dede Syamsuddin
A, S.Ag
Bid. III Pembinaan Spritual,
Intelektual &
Kemasyarakatan
Ketua : Drs. Ece Abidin
Sekertaris : Husen Fakhrudin
Bid. IV
Pengembangan Usaha
Ketua : Poniman
Sekertaris : Rabiatul
Adawiyah, S.E
Bid. V Humas & Kontak
Kelembagaan
Ketua : H. Mauludin
Anwar, S.Ag
Sekertaris : H. Momon
Abdurrahman, S.Ag
Bid. VI Administrasi &
Kepengasuhan
Ketua : H. Ohan
Jauharuddin, S.Ag, M.Pd
Sekertaris : M.
Syamsuddin, S.Pd.I
Ibadah &
Keasramaan
Mukhlisin
Panji Bagas R
Dian Fitriani
Maratus
Sholeha
Protokoler
Ali Mu’tamar
Nasiqin
Perlengkapan &
Kerumahtanggaan
M. Dedi Setiawan
Jafan Irsyandi
Bid. Pembinaan
Teguh Prastio
( Koord. Naskah)
Agung Sukoco
(Koord. Hiasan
Mushaf)
Abdurrohim
(Koord. Dekorasi)
Cucu Suharto
(Koord.
Kontemporer)
Husain Al-
Musta’shimy
(Koord. Tezhib)
Keamanan
M. Rabudin,
S.Pd.I
Zikrullah
Afrina Yarlis,
S.Pd
Maratul
Kamilah
Kebersihan &
Lingkungan
Awaludin, S.Pd
Ivo Milawati,
M.Pd
Kesehatan
M. Yasirman
Siti Aisyah,
S.Pd
Olahraga
Akromakum
M. Rahman
Perpustakaan
M. Hasan S. Sy, M.H
Amelia Soleha
72
SILABUS PEMBELAJARAN KALIGRAFI KHAT TSULUS
73
SILABUS PEMBELAJARAN KALIGRAFI KHAT TSULUS
74
SILABUS PEMBELAJARAN KALIGRAFI KHAT TSULUS
75
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR
Hari/Tanggal : Jum’at, 06 Maret 2020
Nama Responden : Ali Mu’tamar, S.Kom
Jabatan : Pengajar
Tempat : Ruang Kelas
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf yang akan diajarkan, bapak merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus di capai oleh siswa ?
Jawaban : Ya, saya mempersiapkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan
dengan melihat materi yang akan diajarkan contohnya, materi huruf tunggal,
dengan mengajarkan materi huruf tunggal huruf tengah dan akhir, guru sudah
memperhitungkan bahwa huruf yang diajarkan seluruh siswa telah memahami
huruf yang diajarkan.
2. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf bapak mempersiapkan langkah – langkah metode
demonstrasi terlebih dahulu ?
Jawaban : Saya mempersiapkan langkah – langkah metode tersebut dengan
menguji cobanya terlebih dahulu dimalam hari, agar apa yang akan diajarkan
di kelas nantinya tidak sembarangan atau terlihat tidak menguasai huruf yang
akan diajarkan
3. Pertanyaan : Apakah bapak memperhitungkan efesiensi waktu yang
dibutuhkan untuk penggunaan metode demonstrasi ?
Jawaban : Untuk metode demonstrasi saya memaksimalkan waktu 1 jam
untuk mendemonstrasikan, menjelaskan dan mencontohkan, agar para siswa
memiliki waktu yang lama 1,5 jam untuk mencoba di buku latihan masing –
masing dan selebihnya akan diuji cobakan mempraktekkan langsung di papan
tulis.
76
4. Pertanyaan : Sebelum pembelajaran kaligrafi dengan metode
demonstrasi, apakah terlebih dahulu bapak mengatur posisi duduk siswa
agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran ?
Jawaban : Ya, saya mengatur posisi duduk siswa terlebih dahulu agar para
siswa memperhatikan huruf yang saya demonstrasikan terlihat oleh seluruh
siswa. Yaitu dengan posisi duduk siswa berjajar dan saya yang akan
memposisikan diri untuk menulis dibagian atas jadi seluruh siswa mampu
melihat dari arah samping kiri kanan ataupun dibelakang tampak terlihat jelas
5. Pertanyaan : Bagaimana cara bapak memberikan stimulasi kepada para
siswa agar bisa menarik perhatian siswa untuk berpikir ?
Jawaban : Yaitu dengan memberi pre test sebelum memulai pembelajaran,
dengan menanyakan materi huruf yang akan diajarkan atau menceritakan
kisah sejarah huruf yang akan ditulis, karena sebagian huruf kaligrafi ada asal
usul huruf tersebut sehingga membuat para siswa penasaran dan bertanya dan
semakin penasaran dengan huruf huruf yang lainnya juga
6. Pertanyaan : Sudahkah bapak menciptakan suasana kelas yang nyaman,
harmonis dan kondusif ?
Jawaban :Rasa nyaman, harmonis dan kondusif tergantung bagaimana guru
membawakan pembelajaran dan melihat dari reaksi para siswa dengan
memperhatikan secara seksama apa yang diajarkan. Contohnya dengan
terlebih dahulu didahului dengan metode ceramah dengan bercerita tentang
sejarah, asal usulu huruf yang akan diajarkan agar para siswa dikelas
termotivasi dan membuka wawasan tentang kaligrafi
7. Pertanyaan : Apakah bapak sudah yakin bahwa siswa bapak mengikuti
pembelajaran dengan fokus ?
Jawaban : Tergantung dari pembawaan guru pada saat mengajar, ketika guru
menjelaskan atau mempraktekan huruf dengan baik dan jelas, insyaa Allah
siswa juga akan mengikuti pembelajaran dengan fokus
8. Pertanyaan: Setelah mendemonstrasikan penulisan kaligrafi, apakah
bapak memberikan tugas –tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
77
materi tersebut ? Jawaban : Ya, setelah guru menjelaskan dan selesai
mendmonstrasikan huruf yang diajarkan, guru memberikan langsung
tugas yang harus dikerjakan para siswa yaitu dengan memberikan soal
menuliskan ayat Alquran
9. Pertanyaan : Apakah diakhir pelaksanaan pembelajaran bapak
melakukan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran kedepannya ?
Jawaban : Saya melakukan evaluasi perbaikan pembelajaran sesuai yang
diajarkan pada saat itu dengan melihat kemampuan siswa, apakah mereka
berhasil melakukan tugasnya dengan baik ataupun menuliskan huruf yang
telah diajarkan langsung dipraktekkan didepan kelas dengan menulis di papan
tulis dan juga mengevaluasinya dengan cara memberikan arahan bagaimana
belajar dengan baik ataupun menulis dengan benar sesuai kaidah dan
memaksimalkan tugas tugas yang diberikan guru baik dikelas ataupun diluar
kelas.
10. Pertanyaan : Dalam mengajar dengan metode demonstrasi, apakah bapak
mengacu pada teori – teori tentang teori pembelajaran ?
Jawaban : Ya, saya mengacu pembelajaran yang ada di pesantren, terutama
pada metode demonstrasi, ini yang berbeda pada pembelajaran di pesantren
Lemka, yaitu cara pengajarannya berbeda dengan pesantren pada umumnya
masih memegang teguh pengajaran terdahulu, dengan mengemas kembali
agar para siswa memahami pembelajaran dengan baik.
11. Pertanyaan : Apa yang bapak lakukan untuk membuat kelas yang
kondusif?
Jawaban : Memberikan tantangan kepada para santri yaitu dengan
memberikan soal ayat Alquran dengan batasan waktu. Dengan cara
memberikan batasan waktu para siswa dengan fokus mengerjakan soal yang
diberikan, karena fokusnya siswa mengerjakan soal terkadang membuat kelas
menjadi sangat hening dan nyaman.
12. Pertanyaan : Apakah siswa sudah mampu mengimplementasikan
penulisan ayat – ayat Alquran dengan baik dan sesuai kaidah ?
78
Jawaban : Jika para siswa selalu mengikuti pembelajaran dengan baik di
kelas, siswa sudah pasti mampu mengimplementasikan penulisan kaligrafi
dengan baik dan sesuai kaidah.
13. Pertanyaan : Apakah dalam penggunaan metode demonstrasi
efektif menjadikan siswa mampu menulis dengan baik ?
Jawaban : Saya rasa sangat efektif dikarenakan pengajaran yang diterapkan
di pesantren ini lebih banyak pengajaran langsung kepada siswa atau tatap
muka, jadi para guru langsung mempraktekan penulisan huruf didepan para
siswa langsung dengan adanya program koreksian yang diadakan diluar jam
kelas.
14. Pertanyaan : Apakah ada metode yang lain digunakan dalam
pembelajaran penulisan ayat –ayat Alquran, sebutkan !
Jawaban : Ya ada metode lain yang saya gunakan yaitu dengan memberikan
lembaran kertas yang didalamnya sudah tertulis soal yang diberikan yaitu
dengan metode menjiplak, kenapa menjiplak, ya dalam pembelejaran
kaligrafi, metode menjiplak sangat diwajibkan dalam keberhasilan
pembelajaran kaligrafi, cara ini digunakan agar para siswa dengan cepat dan
mampu menuliskan kaligrafi sesuai kaidah yang benar.
15. Pertanyaan : Apakah penggunaan metode demonstrasi cocok untuk
jumlah siswa dalam kelas ?
Jawaban : Jadi kami memiliki 4 kelas yang masing masing kelas terdiri dari
40-43 perkelasnya, karena pesantren Lemka memiliki ruangan kelas yang
terbuka dan luas, menurut saya cukup efektif karena kami mengajar tidak
hanya sendiri akan tetapi terdiri dari 3 pengajar inti dan empat pengajar
pendamping, yang pertama yaitu dengan pengajar yang membuka
pembelajaran mempersiapakan kesiapan siswa dan mengabsen, pengajar
kedua yaitu dengan mengajarkan teori huruf tunggal dan pengajar ketika yaitu
dengan mengajarkan huruf sambung, dan sisanya pengajar pendamping yaitu
sebagai pendampig pengajar dengan mendatangi para siswa yang belum
79
mengerti huruf yang diajarkan. Pesantren menggunakan 9 pengajar tersebut
agar seluruh siswa yang ada dikelas mendapatkan fasilitas belajar yang efektif
16. Pertanyaan : Apa faktor pendukung yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrai terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Teknologi, dengan menggunakan teknologi dan mengikuti sesuai
perkembangan zaman metode demonstrasi sangatlah cocok, seperti
menggunakan proyektor sangat efektif menjelaskan huruf lebih detail.
17. Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrasi terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Kurangnya fasilitas yang memadai, peserta didik didalam
mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak melakukan
praktek, jika siswa tidak dilatih atau tidak mengoreksikan hasil tulisannya
setiap hari maka peulisan kaidah akan kembali jelek.
80
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Maret 2020
Nama Responden : Awaludin, S.Pd
Jabatan : Pengajar
Tempat : Ruang Kelas
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf yang akan diajarkan, bapak merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus di capai oleh siswa ?
Jawaban : Ya, rumusan tujuan yang saya ajarkan adalah agar para siswa
memshami dari apa yang di demonstrasikan pengajar dan mampu menulis
sesuai dengan kaidah.
2. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf bapak mempersiapkan langkah – langkah metode
demonstrasi terlebih dahulu ?
Jawaban : Sebelum memulai kelas saya mempersiapkan langkah metode
terlebih dahulu dengan mencoba menulis atau meniru huruf yang akan di
ajarkan keesokan harinya di kelas.
3. Pertanyaan : Apakah bapak memperhitungkan efesiensi waktu yang
dibutuhkan untuk penggunaan metode demonstrasi ?
Jawaban : Efesiensi waktu sangat saya perhitungkan untuk penggunaan
metode demonstrasi
4. Pertanyaan : Sebelum pembelajaran kaligrafi dengan metode
demonstrasi, apakah terlebih dahulu bapak mengatur posisi duduk siswa
agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran ?
Jawaban : Untuk posisi duduk telah diatur oleh pesantren dengan posisi
duduk berjajar yaitu laki – laki berada disebelah kanan dan perempuan
disebelah kiri, saya hanya mengikuti aturan dari pesantren, jika posisi duduk
diubah juga boleh dilakukan dengan kesepakatan kelas bersama.
81
5. Pertanyaan : Bagaimana cara bapak memberikan stimulasi kepada para
siswa agar bisa menarik perhatian siswa untuk berpikir ?
Jawaban : Dengan memberikan tantangan susunan huruf, saya rasa ini lebih
efektif untuk memberi rangsangan para siswa untuk berpikir.
6. Pertanyaan : Sudahkah bapak menciptakan suasana kelas yang nyaman,
harmonis dan kondusif ?
Jawaban : Ya, saya rasa sudah.
7. Pertanyaan : Apakah bapak sudah yakin bahwa siswa bapak mengikuti
pembelajaran dengan fokus ?
Jawaban : Menurut saya, fokus siswa itu sudah saya perhitungkan dan
mereka hanya fokus dalam waktu 15 menit, selebihnya saya membuat
suasana kelas dengan memberikan tantangan atau memberi tugas.
8. Pertanyaan: Setelah mendemonstrasikan penulisan kaligrafi, apakah
bapak memberikan tugas –tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
materi tersebut ?
Jawaban : Selalu memberikan tugas 15 menit dengan menuliskan dikertas
dan menyusun bentuk huruf.
9. Pertanyaan : Apakah diakhir pelaksanaan pembelajaran bapak
melakukan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran kedepannya ?
Jawaban : Evaluasi selalu saya lakukan diakhir pembelajaran dan kesimpulan
materi yang disampaikan
10. Pertanyaan : Dalam mengajar dengan metode demonstrasi, apakah bapak
mengacu pada teori – teori tentang teori pembelajaran ?
Jawaban : Untuk teori pembelajaran khusus kaligrafi mengacu pada tulisan
kaidah teori pembelajaran timur tengah seperti dari Mesir, Turki dan daerah
lainnya yang menjadi kiblat kaligrafi.
11. Pertanyaan : Apa yang bapak lakukan untuk membuat kelas yang
kondusif?
82
Jawaban : Dengan memberi pertanyan yang ringan hingga berat sehingga
membuat para siswa untuk fokus dan berpikir, karena para siswa mencari tau
informasi ataupun berpikir membuat kelas menjadi kondusif.
12. Pertanyaan : Apakah siswa sudah mampu mengimplementasikan
penulisan ayat – ayat Alquran dengan baik dan sesuai kaidah ?
Jawaban : Jika para siswa selalu mengikuti pembelajaran dengan baik dan
paham serta diiringi latihan rutin, insyaa Allah siswa sudah pasti mampu
mengimplementasikan penulisan kaligrafi dengan baik dan sesuai kaidah.
13. Pertanyaan : Apakah dalam penggunaan metode demonstrasi
efektif menjadikan siswa mampu menulis dengan baik ?
Jawaban : Menurut saya kurang efektif dengan menggunakan tulisan biasa,
sebaiknya mengkolaborasikan metode pembelajaran yang lainnya, seperti
metode ceramah, metode praktek. Dengan ceramah ataupun penjelasan dapat
memperkuat daya ingat siswa hingga 80% dan ditambah dengan praktek 20%
akan berhasil. Oleh karena itu siswa juga dianjurkan banyak mencoba,
mencontoh dan menjiplak.
14. Pertanyaan : Apakah ada metode yang lain digunakan dalam
pembelajaran penulisan ayat –ayat Alquran, sebutkan !
Jawaban : Metode simulasi, metode talaki, metode ceramah, metode
percobaan, metode koreksian, metode pemberian tugas, metode menjiplak
15. Pertanyaan : Apakah penggunaan metode demonstrasi cocok untuk
jumlah siswa dalam kelas ?
Jawaban : Ya, sangat cocok.
16. Pertanyaan : Apa faktor pendukung yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrai terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Media pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan
mengikuti sesuai perkembangan zaman metode demonstrasi sangat cocok,
seperti menggunakan proyektor dan kamera beresolusi tinggi sangat efektif
untuk menjelaskan huruf lebih detail.
83
17. Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrasi terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Kurangnya media yang memadai seperti infokus kamera, peserta
didik didalam mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak
melakukan praktek, jika siswa tidak dilatih atau tidak mengoreksikan hasil
tulisannya setiap hari maka penulisan kaidah akan menurun kualitas
tulisannya.
84
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR
Hari/Tanggal : Jum’at, 06 Maret 2020
Nama Responden : Hilmi Munawar, S.Pd.I
Jabatan : Pengajar
Tempat : Ruang Kelas
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf yang akan diajarkan, bapak merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus di capai oleh siswa ?
Jawaban : Setelah guru mendapatkan silabus, guru sudah mulai merumuskan
tujuan pembelajaran dengan menguji coba tulisan yang akan diajarkan besok
hari di kelas
2. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf bapak mempersiapkan langkah – langkah metode
demonstrasi terlebih dahulu ?
Jawaban : Untuk metode demonstrasi saya sudah mempersipkan langkah –
langkahnya terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran dengan melihat
materi apa yang akan diajarkan hari ini, yaitu dengan mempersiapkan teknik
yang akan diajarkan dari huruf tunggal, huruf sambung.
3. Pertanyaan : Apakah bapak memperhitungkan efesiensi waktu yang
dibutuhkan untuk penggunaan metode demonstrasi ?
Jawaban : Khusus pembeljaran kaligrafi efesiensi waktu sudah diperhitugkan
dan ditetapkan sejak 2008 hingga sekarang, yaitu dari metode demonstrasi
yang diajarkan oleh guru di kelas dari jam 08.30 – 11.30, dan metode
demonstrasi yang diajarkan langsung kepada siswa atau biasa disebut talaqi,
metode demonstrasi dengan bertatap muka secara langsung siswi akan lebih
leluasa memperhatikan huruf yang dipraktekan secara ekslusif kepada siswa
yaitu pada sore hari dengan koreksian tugas. Jadi materi, praktek dan evaluasi
ada salam satu hari.
85
4. Pertanyaan : Sebelum pembelajaran kaligrafi dengan metode
demonstrasi, apakah terlebih dahulu bapak mengatur posisi duduk siswa
agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran ?
Jawaban : Untuk posisi duduk saya serahkan ke ketua kelas untuk mengatur
posisi siswa agar semuanya merasa nyaman dan terlihat jelas dikelas baik
ketika guru mengajar atau mempraktekkan huruf. Karena diawal pertemuan
sudah dijelaskan di stadium general bagaimana posisi duduk yang baik
seorang khatat, atau biasa disebut khutbatul arsh, jadi ketika siswa masuk
kedalam kelas sudah tau posisi duduknya masing – masing.
5. Pertanyaan : Bagaimana cara bapak memberikan stimulasi kepada para
siswa agar bisa menarik perhatian siswa untuk berpikir ?
Jawaban : Yang pertama, diawal pembelajaran guru meberikan cerita
motivasi, yang kedua pembelajaran kaligrafi ini dibuat semenarik mungkin
karena belajar di pesantren Lemka harus bernuansa rekreatif, yang terlihat
dari kelasnya saja, bahwa kelas di Lemka lebih terbuka dan tidak ada
dindingnya, karena diambil dari teori mutakhir dan lebih memberikan
inspirasi serta imajinasi yang aktual yang teorinya juga diambil dari Doktor
Kuribayasi Jepang, yang mengatakan bahwa “kelas itu bukan tembok” oleh
karenanya Lemka menganut teori tersebut dan membuat kelas - kelas yang
ada di Lemka dengan nuansa gazebo, pesantren Lemka percaya bahwa
dengan adanya kelas terbuka, para siswa akan lebih leluasa mengekspresikan
imajinasinya.
6. Pertanyaan : Sudahkah bapak menciptakan suasana kelas yang nyaman,
harmonis dan kondusif ?
Jawaban : Ya, menurut saya dengan adanya ruangan kelas yang terbuka
membuat para siswa belajar dengan nyaman, untuk kelas yang harmonis dan
kondusif, menurut saya itu tergantung bagaimana cara pembawan guru dalam
mengajar, dan juga rata – rata siswa yang belajar adalah siswa yang menyukai
pelajaran kaligrafi sehingga kelas sangatlah kondusif dengan memperhatikan
guru dengan seksama di kelas.
86
7. Pertanyaan : Apakah bapak sudah yakin bahwa siswa bapak mengikuti
pembelajaran dengan fokus ?
Jawaban : Saya yakin bahwa siswa sudah fokus dalam pembelajaran, hanya
saja dalam praktek bahwa apakah mereka memperhatikan atau tidak, karena
fokus itu sendiri tergantung siswa memperhatikan dengan seksama atau tidak,
namun sekarang kami sebagai guru mengemas kembali metode demonstrasi
dengan grabbing atau merangkul agar para siswa fokus dengan guru.
8. Pertanyaan: Setelah mendemonstrasikan penulisan kaligrafi, apakah
bapak memberikan tugas –tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
materi tersebut ?
Jawaban : Ya, siswa diberikan tugas setiap hari oleh guru setelah selesai
pembelajaran dengan memberi soal ayat, untuk diaplikasikan dari
pembelajaran yang didapatkan dikelas.
9. Pertanyaan : Apakah diakhir pelaksanaan pembelajaran bapak
melakukan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran kedepannya ?
Jawaban : Untuk mengetahui perbaikan pembelajaran kedepannya ialah
dengan melihat hasil belajar siswa dari kalkulasi persemester dan melihat
kekurangan pembelajaran selama satu semester.
10. Pertanyaan : Dalam mengajar dengan metode demonstrasi, apakah bapak
mengacu pada teori – teori tentang teori pembelajaran ?
Jawaban : Teori pembelajaran kaligrafi ini khusus maka, kami mengikuti
teori – teori terdahulu yang telah di terapkan oleh pesantren.
11. Pertanyaan : Apa yang bapak lakukan untuk membuat kelas yang
kondusif ?
Jawaban : Menerapkan kelas yang kondusif ini sangatlah mudah dengan
mempraktekan penulisan dan detail maka para siswapun akan memperhatikan
penulisan dengan seksama dan sangat jarang ditemuka siswa membuat
kegaduhan ataupun bising dikelas.
12. Pertanyaan : Apakah siswa sudah mampu mengimplementasikan
87
penulisan ayat – ayat Alquran dengan baik dan sesuai kaidah ?
Jawaban : Setiap tahun dengan melihat grafis yang ada di pesantren, yang
setiap tahun tidak lebih dari 5%, karena semua yang masuk ke dalam
pesantren Lemka adalah siswa yang menyukai kaligrafi maka mereka sangat
antusias menerapkan pembelajaran dikelas dengan menulis ulang hingga
masa pendidikan selesai, tidak terlepas dari itu maka bisa dikatakan setelah
lulus dari pesantren, siswa sudah bisa menulis atau menerapkan kaidah
dengan baik dan sesuai kaidah.
13. Pertanyaan : Apakah dalam penggunaan metode demonstrasi
efektif menjadikan siswa mampu menulis dengan baik ?
Jawaban : Ya, menurut saya dengan adanya metode demonstrai dipagi hari
dalam kelas dan di sore hari metode talaqi, siswa sudah sangat mampu
menulis dengan baik
14. Pertanyaan : Apakah ada metode yang lain digunakan dalam
pembelajaran penulisan ayat –ayat Alquran, sebutkan !
Jawaban : Metode talaki, metode ceramah, metode tanya jawab, metode
kelompok.
15. Pertanyaan : Apakah penggunaan metode demonstrasi cocok untuk
jumlah siswa dalam kelas ?
Jawaban : Dengan jumlah siswa yang ada tiap kelasnya sudah cukup, karena
selain ada guru inti juga ada guru pendamping pengajar, dengan skala 1
pendamping sama dengan 10 santri khusus di kelas. Sehingga seluruh siswa
terpantau atau terpenuhi kebutuhan belajarnya dikelas contohnya dalam hal
koreksian dikelas yang mereka belum pahami atau meeka dapati oleh
pengajar inti.
16. Pertanyaan : Apa faktor pendukung yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrai terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Kurangnya media pembelajran, dengan menggunakan media
pembelajaran dengan teknologi dan mengikuti sesuai perkembangan zaman
metode demonstrasi sangatlah cocok, seperti menggunakan proyektor dan
88
kamera resolusi tinggi, sangat efektif menjelaskan huruf lebih detail. Dan
juga panduan buku kaidah yang berbentuk PDF yang tersimpan di handphone
ataupun leptop yang bisa dibawa dan dia akses dimanapun.
17. Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrasi terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Kurangnya fasilitas yang memadai, peserta didik didalam
mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak melakukan
praktek, jika siswa tidak dilatih atau tidak mengoreksikan hasil tulisannya
setiap hari maka peulisan kaidah akan kembali jelek.
89
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAJAR
Hari/Tanggal : Senin, 09 Maret 2020
Nama Responden : H. Ohan Jauharuddin, S.Ag, M.Pd
Jabatan : Pengajar
Tempat : Ruang Kelas
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf yang akan diajarkan, bapak merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus di capai oleh siswa ?
Jawaban : Ya, saya merumuskan tujuan pembelajaran agar siswa memahami
kaidah huruf, teknik menggores agar tercapai tujuan yang di inginkan
2. Pertanyaan : Apakah sebelum melaksanakan metode demonstrasi pada
materi huruf bapak mempersiapkan langkah – langkah metode
demonstrasi terlebih dahulu ?
Jawaban : Untuk persiapan metode demokrasi saya menjelaskan terlebih
dahulu alat yang akan digunakan para siswa untuk menulis dari pena yang
sesuai dengan kebutuhan khat, lalu kemiringan dari pena yang akan
digunakan untuk menggoreskan huruf.
3. Pertanyaan : Apakah bapak memperhitungkan efesiensi waktu yang
dibutuhkan untuk penggunaan metode demonstrasi ?
Jawaban : Untuk efesiensi waktu sangat dioptimalkan dalam menjelaskan
mempraktekkan dan menguji coba hasil pemahaman siswa.
4. Pertanyaan : Sebelum pembelajaran kaligrafi dengan metode
demonstrasi, apakah terlebih dahulu bapak mengatur posisi duduk siswa
agar siswa lebih fokus dalam pembelajaran ?
Jawaban : Untuk posisi duduk seorang kaligrafer ialah yang membuat siswa
itu nyaman dan terlebih duduk dengan menghadap guru, dan pesantren juga
mengaturnya sesuai keinginan guru atau kesepakatan bersama dikelas.
90
5. Pertanyaan : Bagaimana cara bapak memberikan stimulasi kepada para
siswa agar bisa menarik perhatian siswa untuk berpikir ?
Jawaban : Terkhusus di pesantren lemka, karena sistem pembelajaran
berbeda dengan sistem pembelajaran pada umumnya, untuk memberikan
stimulus pada siswa, setelah penjelasan dan praktek huruf siswa diminta
untuk maju untuk menulis ulang huruf yang telah diajarkan, setelah selelsai
maka dilakukan evaluasi bersama siswa dengan siswa dengan cara
mengoreksi huruf yang telah dituliskan siswa.
6. Pertanyaan : Sudahkah bapak menciptakan suasana kelas yang nyaman,
harmonis dan kondusif ?
Jawaban : Karena pesantren Lemka adalah kampus seniman yang mana
kelasnya bernuansakan alam terbuka yang membuat para siswa merasa
nyaman dan harmonis di kelas. Prinsip di Lemka kelas adalah suasana yang
terbuka tidak harus selalu didalam ruangan tertutup karena semua bisa
dijadikan kelas, termasuk alam terbuka di sawah atau tempat wisata yang
berbaur dengan alam. Dan suasana inilah yang membuat para siswa di
pesantren Lemka nyaman, harmonis dan kondusif.
7. Pertanyaan : Apakah bapak sudah yakin bahwa siswa bapak mengikuti
pembelajaran dengan fokus ?
Jawaban : Untuk membuktikan bahwa para siswa fokus dalam pembelajaran
dengan melihat hasil evaluasi pemberian tugas.
8. Pertanyaan: Setelah mendemonstrasikan penulisan kaligrafi, apakah
bapak memberikan tugas –tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
materi tersebut ?
Jawaban : Ya, siswa diberikan tugas setiap hari oleh guru.
9. Pertanyaan : Apakah diakhir pelaksanaan pembelajaran bapak
melakukan evaluasi untuk perbaikan pembelajaran kedepannya ?
Jawaban : Untuk evaluasi dilihat dari hasil goresan siswa dengan pemberian
tugas yang dilakukan setiap hari dan dikoreksikan masing – masing mentor
91
yang dibagi menjadi 1 mentor 3 siswa. Namun untuk evaluasi juga rutin
diadakan ujian mingguan, ujian bulanan dan ujian akhir.
10. Pertanyaan : Dalam mengajar dengan metode demonstrasi, apakah bapak
mengacu pada teori – teori tentang teori pembelajaran ?
Jawaban : Ya, pesantren Lemka mempunyai teori -teori pembelajaran
tersendiri dan selalu berkembang setiap tahunnya.
11. Pertanyaan : Apa yang bapak lakukan untuk membuat kelas yang
kondusif ?
Jawaban : Dengan memberikan evaluasi bersama membuat kelas menjadi
kondusif.
12. Pertanyaan : Apakah siswa sudah mampu mengimplementasikan
penulisan ayat – ayat Alquran dengan baik dan sesuai kaidah ?
Jawaban : 99 % seluruh siswa yang belajar di Pesantren Lemka sudah
dipastikan mampu menulis dengan baik dan sesuai kaidah, karena sistem
pembelajaran yang digunakan.
13. Pertanyaan : Apakah dalam penggunaan metode demonstrasi
efektif menjadikan siswa mampu menulis dengan baik ?
Jawaban : Ya, menurut saya sangat efektif.
14. Pertanyaan : Apakah ada metode yang lain digunakan dalam
pembelajaran penulisan ayat –ayat Alquran, sebutkan !
Jawaban : Metode simulasi, metode ceramah, metode talaki.
15. Pertanyaan : Apakah penggunaan metode demonstrasi cocok untuk
jumlah siswa dalam kelas ?
Jawaban : Kelas di pesantren Lemka sudah disesuaikan dengan suasana alam
yang terbuka sehingga membuat kelas menjadi kondusif dan sngat cocok
dengan jumlah siswa yang ada.
16. Pertanyaan : Apa faktor pendukung yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrai terhadap pembelajaran menulis ayat – ayat Alquran ?
92
Jawaban : Menggunakan media pembelajaran yaitu proyektor dan kamera,
dengan begitu kebutuhan yang sangat di inginkan siswa tercapai, dan
mengikuti perkembangan zaman.
17. Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang mempengaruhi penggunaan
metode demonstrasi terhadap pembelajaran menulis ayat –ayat Alquran ?
Jawaban : Kurangnya fasilitas yang memadai, kurangnya guru
menggunakan media pembelajaran.
93
WAWANCARA KEPALA BIDANG PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
Hari/Tanggal : Senin, 9 Maret 2020
Nama Responden : Hilmi Munawar S.Pd.I
Jabatan : Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Tempat : Ruang Perpustakaan
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah siswa yang akan menjadi santri Lemka harus sudah bisa
kaligrafi ?
Jawaban : Tidak mesti harus bisa kaligrafi, karena di lemka yang terpenting
adalah orang yang datang ke Lemka hanya perlu keinginan yang kuat karena
jika sudah datang ke Lemka dia akan mengikuti sendirinya sistem pendidikan
yang diterapkan di pesantren, jadi bakat disini bisa dikatakan berada di urutan
17
2. Pertanyaan :Apakah pembelajaran di Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka
mempunyai perangkat kurikulum dan perangkat seperti Silabus dan RPP ?
Jawaban : Ya sudah pasti ada, tapi silabusnya dibuat oleh pesantren sendiri,
karena pesantren mempunyai pengajaran tersendiri yang tidak mengacu pada
silabus pendidikan formal pada umumnya.
3. Pertanyaan : Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran kaligrafi ?
Jawaban : Metode demonstrasi sudah pasti karena metode tersebut sangat
dianjurkan bahkan diwajibkan dalam pengajaran di pesantren karena metode
ini sangat berpengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran di kelas, dan
yang kedua adalah metode talaki, atau biasa yang disebut dengan bertatap
muka secara langsung, jadi di pagi hari siswa belajar dengan metode
demonstrasi dan di sore hari siswa belajar langsung dengan guru dengan
menggunakan metode talaki
4. Pertanyaan : Apakah ada buku panduan khusus dalam pembelajaran ?
Jawaban : Ada buku panduan khusus, pesantren menyediakan buku panduan
khusus untuk siswa dari yang dasar hingga ke tingkat tinggi, dan untuk buku
94
panduan khusus pesantren mengacu pada buku atau kitab acuan dari eropa
atau timur tengah dikarenakan kaidah huruf kaligrafi yang di pelajari berasal
dari sana.
5. Pertanyaan : Apakah pesantren mempunyai program studi banding bagi
santri, apa tujuannya?
Jawaban : Ya, pesantren mempunyai program studi banding. Yang pertama
ke Baitul Qur’an dengan tujuan para siswa diajak melihat berbagai macam
bentuk mushaf dari zaman ke zaman, kedua ke galeri seni Pak A.D Pirous di
Bandung yaitu dengan tujuan membuka wawasan para siswa untuk melihat
berbagai macam lukisan yang bernafaskan spritual islam, ketiga taman bunga
nusantara yang berada di daerah cianjur, tujuannya ialah dengan membawa
para siswa melukis di alam terbuka agar para siswa lebih berekpresi dan
mendapatkan banyak imajinasi untuk melukis, keempat pasar seni ancol
untuk tujuan melihat berbagai macam seni rupa dan yang terakhir ke pondok
halimun di daerah kota sukabumi. Tujuan utama dari mendatangi berbagai
tempat tersebut ialah bagian dari khazanah pengembangan kaligrafi, terutama
pada kaligrafi terapan.
6. Pertanyaan : Apakah pesantren mempunyai standar yang telah ditentukan
nilainya untuk kelulusan santrinya?
Jawaban : Pesantren mempunyai standar kelulusan tersendiri dengan melihat
hasil akhir ujian para siswa yaitu dengan menguasai 7 jenis khot wajib yang
telah diajarkan, jika para siswa menguasai 7 jenis khot tersebut maka akan
memenuhi standar kelulusan yang telah ditentukan oleh pesantren. Jika siswa
belum memenuhi standar kelulusan yang diterapkan oleh pesantren maka
akan diberikan remedial.
7. Pertanyaan : Bagaimana evaluasi pembelajaran yang diterapkan di Pesantren
Kaligrafi Al-Qur’an Lemka ?
Jawaban : Evaluasi yang diterapkan di pesantren ialah dengan melihat secara
keseluruhan hasil belajar siswa, dengan melihat output yang dihasilkan, jika
output yang dihasilkan kurang baik, maka sistem pembelajaran akan
95
direvisi, begitupun sebaliknya, jika output yang dihasilkan baik, maka kami
tidak akan merevisi sistem pembelajaran yang telah teruj
96
WAWANCARA PIMPINAN PESANTREN
Hari/Tanggal : Senin, 06 Juli 2020
Nama Responden : Dr. KH. Didin Sirojuddin, AR, M.Ag
Jabatan : Kepala Pimpinan Pesantren
Tempat : Lemka
Hasil Wawancara :
1. Pertanyaan : Apakah dengan fasilitias, sarana dan prasarana di pesantren
menunjang keefektifan pembelajaran kaligrafi ?
Jawaban : Ya, dengan fasilitas, sarana dan prasarana cukup memadai, karna
syarat – syarat kaligrafi itu dikembangkan, dengan pembinaan dan
pembelajaran yang ada di pesantren yaitu termasuk sarana, peralatan,
ditunjang oleh kader/pelatih/guru yang berkompeten. Termasuk cara
menyalurkan atau mengimplementasikan hasil belajar para siswa di kelas
yaitu dengan cara siswa di anjurkan untuk mengikuti lomba – lomba.
Hasilnya pun akan terlihat dari kejuaraan yang diraih oleh siswa.
2. Pertanyaan : Bagaimana proses kebijakan dalam perekrutan guru kaligrafi ?
Jawaban : Pesantren Lemka selalu melihat siswa – siwa yang memiliki
potensi. Ada diantara siswa yang memiliki kelebihan dan keunikan daripada
yang lain, yaitu terlihat dari estetik tulisan atau lukisan yang menonjol dari
anak tersebut, aktif dalam berbagai kegiatan kaligrafi contohnya mengikuti
pameran – pameran atau sudah sering menjuarai perlombaan, namun yang
paling penting ialah calon guru memiliki wawasan tentang kaligrafi yang
begitu luas, Akan tetapi tentu saja lebih memilih yang mempunyai loyalitas
terhadap pesantren yaitu pengabdian penuh terhadap pesantren. Maka
diantara siswa yang terlihat sangat kuat jiwa pengabdiannya untuk pesantren
akan menjadi catatan atau pertimbangan bagi pesantren. Sehingga calon guru
yang akan dipilih dan dianggap sempurna maka pihak pesantren akan
97
mencatat dan mempertimbangkan kader – kader/ calon guru yang memiliki
kriteria tersebut. Ketika telah memilih para calon siswa yang akan di
delegasikan sebagai calon guru akan di uji dan melihat tipe – tipe guru yaitu
guru biasa berbicara, guru yang baik menerangkan, guru yang hebat ialah
mendemonstrasikan, dan guru yang agung memberikan motivasi. Jika dari
salah satu sifat tersebut dimiliki oleh calon guru. Namun kriteria khusus yang
direkrut oleh pesantren ialah minimal calon guru sanggup
mendemonstrasikan dan menjelaskan ilmu kaligrafi di depan muridnya.
Sehingga guru mampu mengoreksi, menyalahkan dan menelaah tulisan
sendiri. Diharapkan calon guru juga mampu sebagai motivator, yaitu sebagai
penyemangat para siswa dan sebagai teladan seperti gurunya. Kriteria –
kriteria yang disebutkan ialah sebagai pedoman untuk memilih calon guru di
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka.
3. Pertanyaan : Apakah guru kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka
sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh guru kaligrafi ?
Jawaban : Apa yang telah diajarkan di pesantren ialah sesuai dengan cita –
cita ideal para penuntut ilmu pelajaran kaligrafi, maka apa yang diajarkan di
pesantren disesuaikan dengan kriteria yang dijadikan pedoman pesantren
lemka ialah yang pertama, “al ahdab at tahlimiyah” yaitu tujuan pengajaran
dan tujuan keilmuan, “al ahdab at-tarbiyah” yaitu tujuan pendidikan, yang
dimaksud ialah yang akan ditulis dan diajarkan oleh calon guru kaligrafi
adalah tulisan Alquran maka yang dididik disini ialah menanamkan sifat
bersih/suci lahir dan batin. Ketiga, “al ahdab al amaliyah” yaitu tujuan
praktis, kaligrafi yang diajarkan harus bias dengan segala keperluan
contohnya, iklan, catatan, pengumuman, semuanya di buat dengan indah,
bukan semata hanya menjadi teori akan tetapi dapat dipraktekkan. Keempat
“al ahdab al faniyah” yaitu tujuan estetis, lemka mengajarkan bahwa
kaligrafi itu digunakan untuk keindahan, hiasan, maka tulisan yang bagus dan
indah digunakan untuk membuat orang lain senang karena keindahannya.
Contohnya tulisan kaligrafi di masjid, lukisan di kanvas dan hiasan – hiasan
yang lainnya. Terakhir “al ahdab an – nafiyah” yaitu tujuan ekonomis,
98
kaligrafi harus jadi sumber usaha, dengan kaligrafi seorang khatat bisa
mendapatkan pundi – pundi rupiah, karya yang bisa dijual. Dengan tujuan
yang diatas sebagai pedoman di pesantren Lemka, akan menjadikan para
siswa belajar pengetahuan kaligrafi di pesantren dengan kaffah.
4. Pertanyaan : Bagaimana prestasi yang telah dihasilkan para siswa keluaran
Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka ?
Jawaban : Prestasi yang dihasilkan dari pesantren Lemka ini dapat dilihat
dari kejuaraan – kejuaraan lomba, selain itu para alumni dan siswa
menyebarkan dan menjual karyanya di berbagai kesempatan, Tetapi yang
paling menonjol dalam prestasi dapat dilihat pada pengumuman –
pengumuman lomba, hampir seluruh lomba – lomba kaligrafi yang ada di
Indonesia di dalamnya selalu ada alumni atau siswa Lemka. Terakhir pada
MTQ Nasional, dari 24 finalis, Lemkanya itu ada 21 orang, kemudian dari
190 peserta alumni Lemka ada lebih 90 orang peserta lemka dari 34 propinsi,
dan yang tidak ada alumni Lemkanya hanya 4 propinsi. Kemudian pada
lomba peraduan menulis khat ASEAN, ada 4 juara 1 pada satu golongan
seluruhnya di pesantren Lemka, bahkan di lomba – lomba ASEAN seperti di
Malaysia atau Internasional yaitu Turki, Yordania dan Irak . Melihat dari itu
semua terlihat jelas bahwa prestasi yang dihasilkan para alumni dan siswa
sangat menonjol. Hal ini menjadi sangat istimewa jika dilihat dari latar
belakang jika siswa yang mengikuti perlombaan apabila membawa nama
Lemka, terlihat membawa harapan untuk tampil menjadi juara di perlombaan
– perlombaan. Maka Lemka sangatlah dicari dan banyak diminati banyak
orang.
5. Pertanyaan : Bagaimana langkah kedepannya dalam meningkatkan kualitas
Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka ini ?
Jawaban : Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka belum begitu sempurna,
terutama dari sarana, yaitu gedung, walaupun hanya ada 11 gedung termasuk
masjid. Tetapi masih bisa menampung para peminat pelajaran kaligrafi di
Pesantren Lemka, sehingga Lemka masih terus berjuang untuk menata dan
menyempurnakan kekurangan – kekurangannya. Kedua, untuk
99
pengembangan gedung, terkendala soal lahan ynag terlalu sempit, berangkat
dari itu Pesantren Lemka sedang memperluas. Namun dalam hal itu tidaklah
mudah, karena tidak semua pemilik tanah disekitaran pesantren mau dengan
mudah melepas tanahnya. Jikalau ada yang melepas tanahnya itupun dengan
permohonan yang cukup lama dan memberi harga tanah dengan harga yang
sangat tinggi. Ketiga, yaitu tentang kredibilitas pelajaran kaligrafi di Lemka,
walaupun pesantren merasa cukup dan memumpuni untuk kebutuhan toko
tetapi sebetulnya, Lemka masih belum cukup menampung inspirasi program
diantaranya misalnya kaligrafi harus diajarkan dan mampu di aplikasikan
pada segala macam media, seperti perunggu, tanah, bahkan kayu, yang tidak
sepenuhnya bisa diberikan Lemka karena kurangnya waktu belajar. Di
Pesantren Lemka wajib belajarnya hanya satu tahun, untuk penuntut ilmu
yang memumpuni dan sempurna waktu yang diberikan sangatlah kurang. Jadi
waktu belajar mengajar di Lemka selama setahun tersebut hanyalah sebagai
pondasi atau dasar belajar kaligrafi. Inilah kekurangan waktu belajar di
Pesantren Lemka karena waktu belajar normal yang memumpuni untuk
belajar kaligrafi di luar negeri bagian Timur Tengah atau di Arab mereka
belajar bertahun – tahun. Untuk khat naskhi mereka belajar 3 tahun, khat
tsulus belajar selama 4 tahun dan begitu seterusnya. Tapi di Pesantren Lemka
tidak mungkin karena tuntutan lomba, misalnya dalam satu waktu tiap siswa
harus menguasai 7 gaya tradisional, 5 gaya lukisan kontemporer dan mereka
harus mempelajari itu semua dan ada di lapangan. Maka dalam satu tahun
mereka tidak sanggup menguasainya dianggap belum berhasil. Dalam hal ini
sangat tidak mungkin mampu mempelajarinya dalam satu tahun bahkan hal
ini sempat dikritik oleh pihak luar karena pembelajaran yang terburu – buru
dan terlalu cepat. Karena mereka mempunyai tradisi belajar kaligrafi bertahun
–tahun. Walaupun hal ini dianggap kekurangan justru pembelajaran di
Pesantren Lemka sangatlah tepat bagi beberapa tokoh kaligrafi di luar negeri,
seperti Nasheer Al-Zahri.
100
Namun ini semua adalah perjalanan, saya sendiripun masih terus mencari
pembelajaran yang sempurna untuk belajar kaligrafi, sehingga baik metode
ataupun sarana akan terus dikembangkan
101
FOTO ALAT DAN BAHAN
102
FOTO DOKUMENTASI & KEGIATAN PESANTREN KALIGRAFI
ALQURAN LEMKA SUKABUMI
103
104
105
BIODATA MAHASISWA
Ummi Khairiah, wanita berdarah bugis
dilahirkan di Bontang Kalimantan Timur, 10
November 1996. Anak ketiga dari lima bersaudara
pasangan dari Drs. H. Munir Abdullah dan Sitti
Nurahmawaty, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 009 Bontang
Utara, Madrasah Tsanawiyah Al – Amin Bontang,
dan Madrasah Aliyah Negeri Bontang. Alumni
Pesantren Kaligrafi Alquran LEMKA Sukabumi
2014/2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan
pendidikan jenjang perkuliahan S1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan tamat pada tahun 2020. Pengalaman
organisasi penulis dapatkan selama kuliah mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) Ciputat, dan
selama perkuliahan mendapatkan prestasi di perlombaan Olimpiade Alquran IIQ
Jakarta se-Indonesia sebagai Juara II Kaligrafi Kontemporer, sebagai peserta di
perlombaan PIONIR PTKIN se-Indonesia di Malang sebagai peserta cabang
Kaligrafi Naskah dan selalu menjuarai perlombaan Musabaqah Khattil Quran
cabang Naskah dan Kontemporer tingkat Kota Bontang Kalimantan Timur.
.