PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluh kehutanan memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan
kapasitas dan kemandirian serta partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian hutan.
Penyuluh berupaya dan bergiat mengajak, membimbing dan memfasilitasi masyarakat agar
dapat berdaya dan mandiri sehingga, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya
sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin
Dalam tataran praktek, penyuluh kehutanan diharapkan mampu menyampaikan
berbagai materi penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan dan juga menyampaikan
berbagai masukan demi penyempurnaan dan pengembangan sistem penyuluhan dalam
suatu forum diskusi. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang mutlak bahwa penyuluh
kehutanan harus memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi yang memadai.
Agar komunikasi dan presentasi yang dilaksanakan berjalan efektif, seorang
penyuluh diharapkan mampu memahami teknik komunikasi dan presentasi yang efektif
sehingga dapat mendukung perannya sebagai fasilitator, mediator, informator, motivator
dan konsultan masyarakat.
B. Maksud dan Tujuan
Penyampaian mata diklat ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pada
calon penyuluh ahli mengenai bagaimana komunikasi dan presentasi yang efektif, dengan
tujuan agar dapat diimplemantasikan dalam suatu kegiatan penyuluhan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan mata diklat ini meliputi pengertian, tujuan, unsur, dan
bentuk komunikasi; paradigma pemberdayaan; perubahan model komunikasi, hambatan-
hambatan komunikasi; komunikasi efektif; dan presentasi efektif.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 1
D. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta diharapkan dapat menjelaskan
komunikasi dan presentasi yang efektif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
E. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelajaran, diharapkan peserta diklat dapat menjelaskan:
1. Pengertian, tujuan, unsur, dan bentuk komunikasi.
2. Paradigma pemberdayaan.
3. Perubahan model komunikasi.
4. Hambatan-hambatan dan keberhasilan komunikasi.
5. Komunikasi efektif.
6. Presentasi efektif.
F. Pokok Bahasan
Pokok Bahasan yang akan di sampaikan dalam bahan ajar ini adalah:
1. Pengertian, tujuan, unsur, dan bentuk komunikasi.
2. Paradigma pemberdayaan.
3. Perubahan model komunikasi.
4. Hambatan-hambatan dan keberhasilan komunikasi.
5. Komunikasi efektif.
6. Presentasi efektif.
PENGERTIAN, TUJUAN, UNSUR DAN BENTUK KOMUNIKASI
Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
“sama”. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Dengan demikian, dua atau lebih
orang dikatakan melakukan komunikasi apabila terjadi kesamaan makna dalam diri
mereka. Namun demikian pengertian ini masih bersifat dasariah artinya bahwa
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif,
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 2
yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan dan kegiatan,
dan lain-lain.
Secara paradigmatis, beberapa pakar memberikan definisi komunikasi yang
beragam antara lain sebagai berikut:
Rogers (1986) mendefinisikan komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah
tingkah laku mereka.
Berelson dan Steiner (dalam Mulyana, 2001) Komunikasi merupakan tindakan
atau proses transmisi informasi, gagasan emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol/kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi
pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan, dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut sehingga terjadi
perubahan perilaku.
Komunikasi merupakan aktivitas yang bertujuan. Ada hal yang ingin dicapai oleh
seseorang ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Adapun tujuan dilakukannya
komunikasi adalah terjadinya perubahan sikap (attitude change), perubahan
pendapat/pengetahuan (opinion/knowledge change), perubahan perilaku (behavior
change), dan perubahan sosial (social change).
Dari pengertian dan tujuan komunikasi sebagaimana dijelaskan di atas dapat
diuraikan unsur-unsur komunikasi, yakni:
1. Source (Sumber),
Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan
atau bahkan suatu Negara. Dalam konteks penyuluhan, biasanya yang dominan
berperan sebagai sumber adalah penyuluh, namun demikian secara transaksional
petani atau anggota masyarakat juga dapat berperan sebagai sumber.
2. Message (Pesan)
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau non verbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 3
komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan
bentuk atau organisasi pesan. Simbol yang terpenting adalah kata-kata (bahasa).
Pesan juga dapat dirumuskan secara non-verbal, seperti melalui tindakan atau
isyarat anggota badan.
3. Channel (Saluran atau Media)
Alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada
penerima. Mengingat tingkatan cara berpikir, cara kerja, cara hidup dan
keterbukaan petani terhadap hal-hal baru tidaklah sama, maka kecakapan penyuluh
dalam memilih saluran akan menjamin suksesnya komunikasi penyuluhan
kehutanan.
4. Receiver (Penerima)
Orang yang menerima pesan dari sumber. Receiver boleh jadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam konteks
penyuluhan, biasanya yang sering berperan sebagai receiver adalah petani atau
masyarakat, namun demikian secara transaksional penyuluh juga dapat berperan
sebagai receiver.
5. Effect (Pengaruh atau Dampak)
Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya
penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap dan tingkah laku, dan
sebagainya.
Komunikasi dapat termanifestasi ke dalam berbagai bentuk. Effendy (2000)
menyatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi mengacu pada tatanan komunikasi yang
dicerminkan oleh sejumlah para pelaku komunikasi yang terlibat dalam proses
komunikasi (satu orang, dua orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang
bertempat tinggal secara tersebar), yaitu:
1. Komunikasi Pribadi (Personal communication)
a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal communication)
2. Komunikasi Kelompok (Group communication)
a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small group communication)
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking)
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 4
3. Komunikasi Massa (Mass communication)
a. Komunikasi Media Massa Cetak
b. Komunikasi Media Massa Elektronik
4. Komunikasi Medio
Lain-lain media tidak termasuk media massa (surat, telepon, pamflet, poster,
spanduk, dan lain-lain)
PARADIGMA PEMBERDAYAAN
Konsep pemberdayaan sebenarnya berawal dari Barat. Kata pemberdayaan sendiri
merupakan terkemahan dari kata empowerment. Kata empowerment mengandung dua arti.
Pengertian adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give
ability to or enable. Dalam pengertian pertama, diartikan sebagai memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam
pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau
keberdayaan. Seringkali untuk mencapai apa yang diinginkan dalam pengertian pertama,
perlu diawali dengan berbagai upaya yang terkandung dalam pengertian kedua.
Pemberdayaan masyarakat, di berbagai negara berkembang, lebih ditekankan pada
pengertian kedua. Pengertian yang kedua ini mengandung tiga sisi penting, yaitu; pertama,
pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi berkembang. Setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena kalau
demikian pasti punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Penguatan ini
meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut berbagai penyediaan berbagai masukan,
serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat makin
berdaya. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan
pemantapan, pembudayaan dan pengalaman.
Ketiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Proses pemberdayaan harus
mencegah pihak yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya mengadapi
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 5
yang kuat. Oleh karena itu, dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan
pemihakan kepada yang lemah merupakan hal yang sangat mendasar. Melindungi
merupakan upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
eksplorasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena
pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri. Dengan
demikian tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah kehidupan yang
lebih baik secara sinambung.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang konsep pemberdayaan masyarakat,
dapat dirangkum bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan sebagai proses untuk
mendorong, memotivasi, dan mestimulasi masyarakat agar memiliki kekuatan atau
berdaya, serta upaya untuk mengembangkan dan memperkuat potensi yang dimiliki
masyarakat dalam rangka untuk mencapai kemandirian dan kehidupan yang lebih baik atau
sejahtera secara sinambung (berkelanjutan).
Secara sederhana, Ife (1995) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti
menyediakan dan menyiapkan sumberdaya, peluang dan kesempatan, pengetahuan dan
keterampilan kepada warga dengan tujuan meningkatkan kapasitas mereka sehingga
mereka mampu menentukan masa depannya sendiri, berpartisipasi dan mempengaruhi
lingkup kehidupan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dengan daya yang dimilikinya
diharapkan semua orang mempunyai pilihan dan kemampuan untuk memilih dan memiliki
kontrol atas sumberdaya yang mereka butuhkan untuk memperbaiki kondisi hidupnya.
Paradigma pemberdayaan masyarakat menekankan pada peran serta aktif
masyarakat. Dalam hal ini pembangunan diorientasikan pada arah pembangunan yang
berkeadilan yang berpusat pada rakyat. Dalam paradigma ini peran individu bukan sebagai
obyek melainkan sebagai pelaku (subyek) yang menetapkan tujuan, mengendalikan
sumberdaya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan
yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan
kekhasan masyarakat setempat. Pengembangan ekonomi atau ekonomi suatu daerah di
berbagai bidang menghendaki peran serta aktif masyarakat yang sebesar-besarnya dalam
kehidupan ekonomi sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara mandiri oleh
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 6
anggota masyarakat. Campur tangan birokrasi pemerintah dalam pengambilan keputusan
secara bertahap mengalami pergeseran dan makin minimal.
Pemberdayaan, dalam implementasinya, ditafsirkan secara berbeda bergantung cara
pandang yang digunakan. Dari sisi ilmu sosiologi, pemberdayaan ditekankan pada upaya
mengurangi diskriminasi sosial yang dialami oleh sekelompok orang karena perbedaan ras,
etnik, religi, dan gender. Dari sisi pembangunan ekonomi, pendekatan pemberdayaan
memfokuskan kepada upaya untuk memobilisasi kemampuan sendiri golongan miskin,
dibandingkan sekedar menyediakan program kesejahteraan soial untuk mereka. Sementara
dalam bidang politik, pemberdayaan adalah perjuangan untuk penegakkan hak-hak sipil
serta keetaraan gender.
Satu hal yang esensial dalam pemberdayaan adalah ketika individu atau masyarakat
diberikan kesempatan untuk membicarakan dan memutuskan apa yang penting untuk
perubahan yang mereka butuhkan. Ini akan berimplikasi kepada sisi supply dan demand
tentang pembangunan, perubahan lingkungan dimana masyarakat miskin hidup, dan
membantu mereka membangun dan mengembangkan karakter mereka sendiri.
Pemberdayaan bergerak mulai dari masalah pendidikan dan pelayanan kepada persoalan
politik dan kebijakan ekonomi. Pemberdayaan berupaya meningkatkan kesempatan-
kesempatan pembangunan, mendorong hasil-hasil pembangunan, dan memperbaiki
kualitas hidup manusia.
PERUBAHAN MODEL KOMUNIKASI: DARI LINEAR KE KONVERGEN
Komunikasi telah lama dipergunakan oleh pelbagai pihak dalam pembangunan.
Ada periode di mana para penggiat pembangunan sangat percaya pada kehebatan
komunikasi untuk pembangunan, ada pula masa di mana para ahli tidak menganggap
komunikasi penting. Sampai tahun 1970-an, para ahli, pengambil kebijaksanaan, dan
adminitrator pembangunan memandang komunikasi sebagai kekuatan besar untuk
pembangunan (Melkote dalam Lubis, 2005).
Model komunikasi yang dipergunakan juga berubah sesuai dengan perubahan
strategi pembangunan yang di anut. Pada awal-awal ”gerakan pembangunan”, media
komunikasi menjadi kendaraan pengangkut bagi pesan-pesan pembangunan yang telah
dikemas oleh penguasa. Pendekatan ini disebut oleh Rogers (1977) sebagai ”paradigma
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 7
dominan” dari modernisasi dan pembangunan. Model komunikasi yang dipakai pada masa
itu dikenal sebagai model komunikasi linear, dengan unsur utama Sumber, Pesan, Saluran,
dan Penerima (SMCR) dengan segala variannya, seperti tercantum pada gambar di bawah
ini:
(Umpan Balik)
Model Komunikasi Linear
Aplikasi dari model ini dalam menghantar teknologi adalah model penyuluhan
vertikal (Uphoff. 1995).
Penelitian
Penyuluh
Petani
Model Vertikal
Pada model ini, segala informasi yang akan disalurkan
kepada petani dirancang oleh suatu lembaga di tingkat
pusat. Informasi ini kemudian diberikan kepada
penyuluh untuk disampaikan kepada petani. Jadi dalam
hal ini, lembaga penelitian dan/atau pengambil
kebijaksanaan merupakan Sumber, yang memproduksi
Pesan, dan penyuluh berperan sebagai Saluran untuk
menyampaikan pesan tadi kepada petani, yang adalah
Penerima. Jadi, teknologi didifusikan dari ”pusat” ke
”daerah”.
Para ahli tak lagi percaya pada pendekatan ini, khususnya untuk kegiatan pertanian
dan pengelolaan sumberdaya alam. Kegiatan ini mempunyai banyak dimensi, sehingga
mustahil pusat (ilmuan, pengambil kebiijaksanaan) menjadi penguasa tunggal dalam
pengambilan keputusan. Karenanya, keputusan haruslah diambil melalui negosiasi oleh
para pihak yang berururusan dengan sumberdaya tersebut.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 8
SUMBER PENERIMA
SALURAN
PESAN
SUMBER PENERIMA
SALURAN
PESAN
Tak puas dengan komunikasi model SMCR, model komunikasi lain dimunculkan
oleh Everret M. Rogers dan Lawrence Kincaid (Rogers, 1986). Mereka menamakan model
ini sebagai model konvergen (convergence model of communication).
Model Komunikasi Konvergensi
Pada model ini, tidak ada lagi sumber arau penerima, semuanya adalah partisipan
yang aktif mempertukarkan informasi. Tujuan akhir dari proses komunikasi adalah
memperoleh pengertian bersama (MU = Mutual Umderstanding), yang pada gilirannya
bisa menjadi persetujuan/kesepakatan bersama dan akhirnya bertindak bersama. Karena
keduanya adalah partisipan, maka posisi pelaku komunikasi adalah setara.
Sejalan dengan perubahan pendekatan pembangunan dari paradigma modernisasi
ke paradigma pemberdayaan, yang diikuti oleh perubahan model komunikasi linear ke
konvergen, penerapan komunikasi untuk pengembangan teknologi juga berubah.
PETANI
PENYULUH PENELITI
Model Triangulasi
Komunikasi tidak lagi dipandang sebagai alat
untuk membawa pesan dari atas ke bawah,
melainkan merupakan proses partisipatoris yang
mengikutsertakan pemanfaatan hasil pembangunan
(yang selama ini dijuluki ”sasaran”). Model ini
dikatakan oleh Uphoff (1995) sebagai ”model
triangulasi.”
Dalam model ini, ketiga pihak aktif mencari teknologi yang paling cocok
diterapkan oleh petani. Pada model ini, pengetahuan lokal (local and indigenous
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 9
P-1 P-2MU
I-1
I-2
I-3
I-4dst
lalu
knowledge) yang dimiliki oleh petani dan pengetahuan peneliti dipertemukan, untuk
mencari teknologi yang pali pas/tepat untuk petani, ; spesifik lokal.
Secara ringkas, perbedaan penggunaan model komunikasi untuk kedua pendekatan
pembangunan yang berebda ini disajikan pada tabel berikut:
Modernisasi Pemberdayaan
Sumber Top down, autarian Berbagi pengalaman antar berba-
gai aktor
Paradigma Perubahan sosial diarahkan oleh dan
dari pihak luar
Partisipatoris, diarahkan dari
dalam untuk mempertahankan
kontrol atas kebutuhan dasar.
Aras Media nasional
Media besar (TV, radio, surat kabar)
Akar rumput, lokal
Media kecil (video, media tradisi-
onal, komunikasi kelompok dan
interpersonal)
Akibat Menciptakan iklim yang baik agar
sasaran menerima ide dan inovasi
yang dibawa dari luar
Menciptakan iklim yang baik
untuk pengertian bersama antara
pihak luar dan pihak lokal
Diadaptasi dari: Melkote (dalam Lubis, 2005)
HAMBATAN KOMUNIKASI
Dalam berkomunikasi, terkadang terjadi ketidaksesuaian/ketidaksepahaman makna
antara pesan yang dikirim oleh komunikator dengan pesan yang ditamngkap oleh
komunikate (penerima). Ketidaksesuaian atau ketidaksepahaman makna pesan ini
disebabkan oleh adanya berbagai hambatan.. Pearson (1983) mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang mencegah atau merintangi terjadinya pemahaman atau pengertian terhadap
pesan dapat disebut sebagai kendala atau hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan ini
dapat muncul dalam berbagai konteks komunikasi, seperti komunikasi interpersonal
(antapribadi), kelompok kecil, antarbudaya, dan massa. Seorang penyuluh kehutanan
seyogyanya mengetahui hal-hal yang menjadi hambatan tersebut sehingga mampu
merancang dan melancarkan komunikasi secara efektif. Secara garis besar, menurut
Effendy (2000), terdapat empat jenis hambatan komunikasi :
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 10
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situasional context). Ini
berarti bahwa komunikator/penyuluh harus memperhatikan situasi ketika komunikasi
dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama
situasi yang berhubungan dengan factor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
a. Hambatan sosiologis
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan atau lapisan, yang menimbulkan
poerbedaan dalam status social, agama, ideology, tingkat pendidikan, tingkat
pendidikan, dan sebagainya. Kesemuanya ini, dapat menjadi hambatan bagi
kelancaran komunikasi.
b. Hambatan antropologis
Manusia memiliki budaya, ras, warna kulit, postur yang berbeda-beda yang pada
akhirnya menciptakan gaya hidup, norma, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan/
keyakinan,dan bahasa yang berbeda-beda pula. Kesemua hal tersebut secara signifikan
akan mempengaruhi seseorang dalam merespon pesan komunikasi yang sampai
padanya. Dalam melancarkan komunikasinya seorang penyuluh tidak akan berhasil
apabila ia tidak mengenal siapa orang yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud
dengan “siapa” disini bukan nama yang disandang, melainkan ras apa, bangsa apa,
atau suku apa. Dengan mengenal diri sasaran komunikasinya, akan mengenal pula
kebudayaannya, gaya hidupp dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
c. Hambatan psikologis
Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi. Komunikasi
sulit untuk berhasil apabila sasaran komunikasi sedang dalam kondisi sedih, bingung,
marah, merasa kecewa, stress, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya; juga jika
sasaran komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada penyuluh
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena
orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang
komunikator/penyuluh. Pada orang yang bersikap prasangka, emosinya menyebabkan
ia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional. Emosi seringkali
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 11
membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu fakta yang bagaimanapun jelas dan
tegasnya. Apalagi apabila prasangka tersebut sudah berakar, seseorang tidak dapat lagi
berpikir obyektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan dinilai
negatip.
Prasangka sebagai factor psikologis, dapat disebabkan oleh aspek antropologis dan
sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik,
kelompok, dan apa saja yang bagi seseorang merupakan perangsang disebabkan dalam
pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak.
2. Hambatan semantis
Kalau hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada diri sasaran komunikasi,
maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator/penyuluh. Faktor semantis
menyangkut bahasa yang digunakan oleh komunikator/penyuluh sebagai “alat” untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada sasaran komunikasi. Salah ucap, salah tulis
ataupun penggunaan kata yang sama tetapi secara antropologis dalam diri sasaran
komunikasi memiliki makna yang berbeda dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bias
menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Ringkasnya bahwa hambatan
semantis adalah hambatan yang disebabkan ketidaktepatan atau ketidaksesuaian
menginterpretasikan pesan akibat adanya perbedaan pengetahuan mengenai pengertian
kata-kata.
3. Hambatan mekanis
Hambatan mekanis adalah hambatan yang disebabkan saluran komunikasi.
Hambatan mekanis banyak dijumpai pada media yang digunakan untuk melancarkan
komunikasi. Ketikan huruf yang tidak jelas/buram pada surat, suara yang hilang-muncul
pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang
meliuk-liuk ataupun kabur pada pesawat televisi, dan lain-lain.
4. Hambatan ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap
berlangsungnya proses komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Suara riuh orang-
orang atau kebisingan lalu lintas, suatra hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan
lain-lain pada saat komunikasi sedang berlangsung merupakan contoh hambatan ekologis.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 12
Kemudian sebagai pelengkap oleh beberapa pakar komunikasi dilengkapi lagi
sebuah hambatan yang dapat merintangi efektivitas komunikasi, yaitu:
5. Hambatan fisiologis
Hambatan fisiologis terjadi disebabkan karena terganggunya fungsi fisiologis
seseorang yaitu panca indera. Orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menggunakan
panca inderanya untuk menangkap stimuli atau sensasi ataupun pesan yang datang pada
mereka. Ketepatan menafsirkan pesan dipengaruhi oleh berfungsinya alat indera secara
baik. Kekurangberfungsian alat indera akan mengurangi ketepatan penyampaian pesan
yang akan berujung pada kesalahan menafsirkan pesan.
KOMUNIKASI EFEKTIF
Secara dasariah komunikasi dikatakan berlangsung efektif apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan antara komunikator dan sasaran komunikasinya. Artinya proses
penyandian oleh komunikator harus beririsan (intersection) dengan proses pengawasandian
oleh sasaran komunikasi. Menurut Schramm (1972) semakin tumpang tindih pengalaman
dan kerangka rujukan (field and frame of references) komunikator dengan pengalaman dan
kerangka rujukan sasaran komunikasi, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan.
Komunikator akan dapat menyandi dan sasaran komunikasi akan dapat mengawasandi
hanya dalam istilah-istilah sesuai dengan pengalaman dan kerangka rujukan yang dimiliki
masing-masing. Namun demikian kefektifan komunikasi bukan hanya dilihat dari
kesamaan makna yang diperoleh masing-masing orang yang terlibat dalam komunikasi
tersebut tetapi sebenarnya dilihat dari tujuan yang hendak dicapai dalam proses komunkasi
tersebut, apakah untuk perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan prilaku,
perubahan emosional ataupun perubahan sosial.
Oleh karena itu, komunikasi yang efektif mengadung pengiriman dan penerimaan
pesan yang paling cermat, pengertian pesan yang mendalam oleh kedua belah pihak dan
pengambilan tindakan yang tepat terhadap penyelesaian pertukaran informasi. Komunikasi
yang efektif berarti bahwa maksud dan tujuan yang terkandung dalam komunikasi
disampaikan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti sepenuhnya oleh
penerima; artinya harus ada ketepatan pikiran oleh kedua belah pihak yang berunjung pada
tercapainya maksud dan tujuan komunikasi tersebut.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 13
Dengan demikian dalam konteks penyuluhan terkait dengan pemberdayaan
masyarakat, komunikasi dikatakan efektif apabila makna pesan yang disampaikan oleh
penyuluh dimaknai relatif sama dengan apa yang diterima oleh masyarakat sehingga
berujung pada terjadinya tindakan dari masyarakat sesuai dengan yang dikehendaki oleh
penyuluh.
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif
Hukum Komunikasi Yang Efektif terangkum dalam satu kata yang mencerminkan
esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih.
Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari
orang lain.
Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting, bahkan
dalam memberikan kritik, menegur atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh
respek terhadap harga diri dan kebanggaaan orang tersebut. Membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan dapat dibangun
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 14
Efektivitas Komunikasi dalam Penyuluhan
FoCMasyarakat
Perubahan yang diharapkan
FoCPenyuluh
dekoding
enkoding
enkoding
dekoding
PemaknaanBersama thd Pesan
kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja baik
sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati
adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Rasa empati akan memampukan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan orang lain menerimanya. Oleh karena itu,
dalam kegiatan penyuluhan memahami perilaku kelayan (sasaran suluh) merupakan
keharusan. Dengan memahami perilaku sasarn suluh, maka penyuluh dapat empati dengan
apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan sasaran suluh. Demikian halnya
dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama
tim, perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim. Rasa empati
akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, perlu dimengerti
dan dipahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat
tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau
siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak
sekali orang yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain.
Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan
efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari
penerima pesan.
Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan harus dapat
diterima atau ditangkap oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus
disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 15
dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang
akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam
komunikasi personal hal ini tidak hanya berarti bahwa pesan yang disampaikan harus dapat
didengar tetapi juga harus dilakukan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh
penerima pesan.
Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat
yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan, karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan
dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi perlu
dikembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tima. Tanpa adanya
keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan
semangat dan antusiasme kelompok atau tim.
Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah
hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun
rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah, antara lain meliputi:
sikap yang penuh melayani (dalam bahasa manajemen mutu terpadu: Customer First
Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut
dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Tolok Ukur Komunikasi Yang Efektif
Menurut Tubb dan Moss (2001), secara umum, paling tidak terdapat lima hal yang
dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu timbulnya:
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 16
1. Pengertian/Pemahaman
Pemahaman atau pengertian adalah penerimaan yang cermat atas kandungan
stimuli sebagaimana yang dimaksudkan oleh komunikator. Apabila pesan yang
disampaikan oleh penyuluh dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat, terlebih lagi
jika pesan tersebut demi kepentingan masyarakat tersebut, maka tugas penyuluh akan
semakin mudah untuk mengajak masyarakat ke arah pemberdayaan.
2. Kesenangan/kehangatan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan
membentuk pengertian. Terkadang komunikasi hanya digunakan sekedar untuk
menimbulkan rasa senang (fatic), seperti sapaan singkat “selamat pagi, apa kabar?”, atau
kegiatan minum kopi sambil berbincang-bincang yang hanya sekedar untuk memperoleh
kesenangan, dan lain sebagaimya. Seorang penyuluh diharapkan dapat membawa dirinya
ketika berkomunikasi dengan masyarakat, dengan berusaha bersikap ramah sehingga
memberikan kesan yang baik pada masyarakat.
3. Pengaruh Pada Sikap
Pada umumnya paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi
orang lain. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi orang lain, dan berusaha
agar orang lain setuju dengan apa yang kita ucapkan. Dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, diharapkan komunikasi yang dilancarkan oleh penyuluh akan mempengaruhi
masyarakat untuk setuju dengan adanya kegiatan pemberdayaan.
4. Hubungan Sosial yang Semakin Baik
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita memerlukan
hubungan dengan orang lain secara positip. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi
dengan melakukan komunikasi. Untuk itu, dalam membentuk dan mempertahankan
hubungan sosial yang baik diperlukan komunikasi yang efektif. Semakin baiknya
hubungan antara penyuluh dengan masyarakat maka dapat dikatakan bahwa keberadaan
penyuluh tersebut sangat diterima. Artinya penyuluh akan dapat menghadapi masyarakat
secara wajar dan mendapatkan dirinya berada pada dunia masyarakat secara wajar pula.
Kondisi ini akan menciptakan situasi yang efektif bagi penyuluh dalam memberikan
bantuan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi masyarakat tersebut ke arah
kemandirian.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 17
5. Tindakan
Menimbulkan tindakan nyata merupakan indikator yang paling penting di dalam
suatu kegiatan pendampingan masyarakat. Harapan seorang penyuluh adalah masyarakat
tidak hanya mengerti dan setuju terhadap apa yang ia sampaikan tetapi juga terjadi
tindakan nyata oleh masyarakat sesuai dengan apa yang disampaikannya.
PRESENTASI EFEKTIF
Presentasi dalam kokteks penyuluhan merupakan strategi penyajian seperangkat
materi atau program penyuluhan yang dilakukan oleh fasilitator/penyuluh kepada seorang,
sekelompok orang dan/atau masyarakat dalam bentuk kegiatan komunikasi tatap muka
(face to face) terprogram untuk mencapai tujuan penyuluhan.
Pada dasarnya terdapat tiga hal atau prinsip penting dalam suatu kegiatan presentasi
yang perlu diketahui dan dipraktekkan, agar presentasi berjalan dengan baik, yaitu:
1. Kontak. Membangun dan melihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak.
2. Olah Vokal. Gunakan lambang-lambang auditif; atau usahakan agar suara dapat
memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa yang digunakan.
3. Olah Visual. Bebicaralah dengan seluruh kepribadian; dengan wajah, tangan dan
tubuh.
1. Kontak
Presentasi adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun
presenter/penyuluh lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus ”mendengarkan”,
pesan-pesan yang disampaikan para pendengarnya (baik berupa kata-kata atau bukan kata-
kata). Ia harus menjalin hubungan dengan pendengarnya.
Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada
khalayak. Bila khalayaknya banyak dan tidak memungkinkan untuk melihat mereka satu
per satu maka presenter/penyuluh dapat menyapukan seluruh pandangan ke semua hadirin.
Pada titik-titik tertentu presenter dapat melihat orang-orang yang akan dilipilihnya sebagai
wakil dari salah satu bagian hadirin/khalayak. Bila inipun sukar, paling tidak pandanglah
khalayak/hadirin dengan perhatian terbagi. Lakukan layaknya sopir yang memandang
semua hal yang berada di depannya. Tidak terpusat, tetapi terlihat semua.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 18
Disamping kontak visual, perlu dilakukan kontak mental. Perhatikan umpan balik
dari khalayak yang hadir, dan sesuaikan pembicaraan dengan umpan balik tersebut.
Terkadang terjadi terdapat hadirin yang terlihat mengantuk, pada saat itu kiranya perlu
dimasukkan bahan-bahan yang menarik perhatian. Bila terlihat dahi dari hadirin berkenyit,
jelaskan pembicaraan lebih rinci. Bila ada dari hadirin memberikan komentar, ambil
komentar itu dan jadikan bahan pembicaraan. Ambil contoh-contoh atau ilustrasi dengan
menyebut nama-nama hadirin.
2. Olah Vokal
Mekanisme olah vokal adalah cara presenter mengeluarkan suara dan memberikan
makna tambahan atau penekanan atau bahkan membelokkan makna kata, ungkapan, atau
kalimat. Tiga hal penting dalam olah vokal, yaitu: kejelasan (intelligibility), keragaman
(variety), dan ritma (rhythm).
Kejelasan dalam presentasi berkaitan dengan artikulasi dan volume bunyi yang
dikeluarkan oleh presenter. Artikulasi menunjukkan proses pembentukan dan pemisahan
bunyi oleh mekanisme vokal (organ-organ bunyi). Kejelasan artikulasi dipengaruhi oleh
faktor pelapalan, dan dialek dari peresenter. Volume adalah keras/nyaring tidaknya bunyi
suara yang dikeluarkan oleh presenter.
Keragaman merupakan karakteristik vokal yang paling mempengaruhi makna.
Keragaman terdiri dari pitch (nada), duration (lama), rate ( kecepatan), pauses (hentian).
Dengan memperhatikan dan menempatkan pitch, durasi, kecepatan, dan hentian yang tepat,
teratur/sistematis, dan teroganisir maka presentasi yang dilakukan akan berjalan menarik,
lebih hidup dan lebih mudah dipahami.
Ritme merupakan keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, tata
kalimat, atau paragraf. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut stress atau aksen.
Tekanan pada ungkapan yang panjang (seperti paragraf) disebut tempo.
3. Olah Visual
Olah visual merupakan pesan non verbal, yang ditangkap oleh indra penglihatan
pendengar. Pada umumnya ketika seseorang berkomunikasi, sadar atau tidak sadar, pesan
non verbal akan selalu menyertai pesan verbal yang disampaikanmya, demikian pula dalam
kegiatan presentasi. Ekspresi wajah, gerakan tangan, body language, kontak mata,
sentuhan, kepala, penampilan, dan lain sebagainya dari presenter akan memiliki makna
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 19
tersendiri bagi hadirin yang melihatnya. Roman muka yang kusut menandakan ada
masalah yang sedang dihadapi oleh presenter, atau muka yang pucat dan badan sedikit
gemetar memperlihatkan kegugupan presenter. Lewat pesan non verbal seseorang dapat
memprediksi suasana emosional orang lain (walaupun mungkin prediksi tersebut belum
tentu tepat)
Pesan non verbal ini dapat berfungsi sebagai reinforcement atau memberi
penguatan kepada pesan verbal yang disampaikan. Bahkan dapat juga berfungsi sebagai
daya tarik. Namun demikian bila terjadi kontradiktif antara pesan verbal dan non verbal
maka orang akan lebih percaya pada pesan non verbal yang sampai padanya daripada
pesan verbal.
Oleh karena itu, dengan melihat pentingnya pesan non verbal yang mengiringi
pesan verbal, maka dalam kegiatan presentasi, seorang presenter diharapkan mampu
menampilkan atau mengekspresikan pesan non verbal yang dapat memperkokoh
penerimaan pendengar atas pesan verbalnya. Misal saja, mengatakan “bagus” dengan
mengacungkan jempol.
Panduan sederhana untuk melakukan presentasi.
Apa yang dimaksud dengan keterampilan melakukan presentasi ? Keterampilan
melakukan presentasi yang baik merupakan perpanjangan dari keterampilan komunikasi
yang baik. Komunikasi merupakan proses dua arah: pesan harus disampaikan dengan jelas
namun prosesnya hanya akan menjadi lengkap bila Anda merasa yakin bahwa pesan Anda
telah diterima dengan baik dan dipahami.
Apa perbedaan antara presentasi yang baik dan yang buruk? Memberikan
presentasi yang baik adalah mudah bila anda mengetahui karakteristik yang memisahkan
antara presentasi yang baik dan presentasi yang buruk. Bandingkan karakteristik pada
tabel di bawah ini.
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 20
Presentasi yang baik Presentasi yang buruk
Energi dan penuh semangat
Kontak mata dengan audiens
Berbicara dengan jelas dan cukup keras
Sesekali bergerak saat berbicara
Menggunakan anekdot dan humor yang
sesuai
Tujuan tidak jelas
Postur tubuh kurang baik, tidak ada
kontak mata, dan berbicara dengan
suara yang monoton
Pengulangan yang tak perlu (dalam
presentasi atau dari pembicara
sebelumnya)
Mengenakan pakaian yang serasi
Argumen-argumen terstruktur dengan baik
Slide dapat dibaca
Tipe slide bervariasi
Tidak lebih dari 1 slide per menit
Variasi teknologi lain, misalnya video
Selesai tepat waktu dan sediakan waktu
Kurang persiapan
Terlalu rumit/sederhana bagi audiens
Terlalu banyak slide
Slide tidak dapat dibaca
Penggunaan efek-efek teknis
PowerPoint yang berlebihan
Penggunaan warna yang buruk pada
slide
Penggunaan peralatan teknis yang
keliru
Melebihi waktu yang dialokasikan
untuk presentasi anda.
Melakukan presentasi adalah hal yang mudah dilakukan oleh sebagian orang,
terutama oleh mereka yang profesional dalam bidang komunikasi atau public speaking.
Namun, tidak semua orang mampu melakukan presentasi secara baik, memuaskan audiens.
Mereka yang gagal melakukan presentasi bukan saja para pemula yang kurang
berpengalaman, melainkan juga orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi sebagai
eksekutif maupun yang aktif dalam kepengurusan berbaga organisasi.
Tip Presentasi Efektif
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 21
1. Sebelum presentasi
Teliti siapa audiens Anda: minat-minat dan keyakinan-keyakinan jenis presentasi
yang sesuai (berapa lama, bagaimana formatnya, dan jenis teknologinya).
Pilih pakaian yang tepat, sesuai dengan keadaan audiens Anda: kasual atau formal?
Siapkan apa yang akan Anda sampaikan: Anda tidak mungkin menuliskan semua
kata yang akan disampaikan; buatlah daftar konsep apa saja yang akan disampaikan,
dan kembangkan poin-poin percakapan yang mendukung konsep-konsep tersebut.
Latihan: berlatih mengucapkan poin-poin tersebut secara urut dan dengan tone
percakapan.
Rileks: sesaat sebelum presentasi, pikiran harus jernih dan siap menjalankan tugas.
2. Selama presentasi
Mengawali dengan anekdot atau kutipan kata-kata.
Menyampaikan kerangka pemikiran kepada audiens.
Menyampaikan argumen inti (pentingnya topik yang disajikan) pada awal presentasi,
didukung data.
Membangun sesi interaktif: ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu audiens
fokus pada presentasi.
Menggunakan teknologi, tetapi jaga supaya tetap komunikatif.
Usahakan menarik, tetapi tidak perlu terlewat entertaining (menghibur). Yang
penting peserta dibuat berpikir.
Menutup dengan sebuah kutipan atau pesan penting untuk menegaskan esensi
presentasi.
3. Sesudah presentasi
Mengevaluasi: katakan pada diri sendiri, kapan dan apa yang baik dilakukan pada
presentasi yang akan datang
Follow-up: siapkan dan kirim materi atau data yang Anda janjikan kepada audiens,
dan sampaikan ucapan terima kasih secara formal kepada panitia atau pengelola
acara.
Strategi Mengatasi Ke cemasan
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 22
Persiapan:
Setelah memastikan topik presentasi, segera siapkan perlengkapan. Lakukan persiapan 10-
15 menit sehari agar dapat tampil alami. Tetapkan dan praktikkan kata-kata atau kisah
pembuka agar dapat melewati kecemasan tinggi pada awal presentasi.
Mengenal Medan:
Sebelum presentasi, usahakan menengok setting presentasi akan berlangsung, agar tidak
cemas karena situasi yang asing. Kenali juga siapa audien Anda (berapa banyak, latar
belakang, pendidikan, atasan keikutsertaan).
Bayangkan Sukses:
Bayangkan (visualisasi) diri Anda dihadapan audiens di tempat presentasi. Lihat diri Anda
dalam keadaan percaya diri sepenuhnya, dapat mengendalikan situasi, dan audiens yang
menikmati apa yang Anda bicarakan.
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 23
1. Anjali MPK. 2006. Menjadi Pembicara Ulung di Ruang Publik dan Privat.
Yogyakarta: DIVA Press.
2. Effendy OU. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
RosdaKarya
3. Lubis DP. 2005. Komunikasi untuk Pemberdayaan Masyarakat. Makalah pada
Penyegaran Tenaga Penyuluhan dan Penyuluh di Bogor. Jakarta: Pusbinluhhut.
4. Mulyana D. 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja RosdaKarya.
5. Marpaung, P.M. 2002. Komunikasi dan Presentasi Efektif. Jakarta : LAN RI.
6. Pearson J. 1983. Interpersonal Communication. Glenview, Illinois: Scott, Foreman and
Company
7. Rogers EM. 1986. Communication Technology: The New Media in Society.New York:
The Free Press.
8. Tubbs SL, Moss S. 2001(editor). Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar.
Mulyana D, penerjemah. Bandung: Remaja RosdaKarya.
9. Uphoff N. 1995. Institutionalizing User Participation in System Linkage Among
Research, Extention, and Farmer. Makalah pada Workshop Dinamika
Penyuluh dan Peranannya di Masa Depan. Bogor: IPB
10. Wiyanto A, Astuti PK. 2004. Terampil Membawa Acara. Jakarta: Grasindo.
BAHAN AJAR
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 24
TEKNIK KOMUNIKASI DAN PRESENTASI EFEKTIF
DIKLAT
Pembentukan Penyuluh Kehutanan
Ahli
BADAN KOORDINASI PENYULUHAN MALUKU UTARA DAN
BALAI DIKLAT KEHUTANAN MAKASSAR
MAKASSAR, JUNI 2012
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif 25