ii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Kata PengantarSebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia WilayahI-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 , Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2012Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah I - SULAMPUA
ttd.
MahmudDirektur Eksekutif
iv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. IV-2011 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Investasi ~ 8
1.1.2. Konsumsi ~ 9
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) ~ 12
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 15
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 16
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17
1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 18
1.2.4. Sektor Industri Pengolahan ~ 19
1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21
1.2.6. Sektor Konstruksi ~ 21
1.2.7. Sektor Jasa-jasa ~ 22
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air ~ 23
1.2.9. Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 23
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 25
2.1. Perkembangan Inflasi ~ 25
2.1.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 25
2.1.2 Inflasi Berdasarkan Kota ~ 36
2.2 Disagregasi Inflasi ~ 38
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI~ 39
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43
A. Perbankan~ 43
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
3.1. Kondisi Umum ~ 43
3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 43
3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 44
3.2. Intermediasi Perbankan ~ 44
3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 44
3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 45
3.2.3. Kredit UMKM ~ 48
3.3. Perbankan Syariah ~ 49
3.4. Perbankan BPR ~ 50
B. Sistem Pembayaran~ 51
3.5. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52
3.7. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53
3.7.1. Perkembangan RTGS ~ 53
3.7.2. Perkembangan Kliring ~ 54
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55
4.1. Pendapatan Daerah ~ 55
4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 55
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 57
5.1. Ketenagakerjaan ~ 57
5.2. Kesejahteraan ~ 58
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 58
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 60
5.3. Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) ~ 61
BAB 6 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63
6.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 64
6.2. Outlook Inflasi ~ 67
6.3. Prospek Perbankan ~ 68
LAMPIRAN ~ 71
viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 10Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 16Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 17Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Industri Pengolahan ~ 20Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 23Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 24
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 26Grafik 2.3. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~ 26Grafik 2.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 26Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (%;qtq)~ 27Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 27Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Farmasi~ 27Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%;qtq)~ 28Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 28Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar (%; qtq)~ 29Grafik 2.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Perlengkapan Rumah
Tangga Lainnya~ 29Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 30Grafik 2.13. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil
SPH di Makassar ~ 30Grafik 2.14. Perkembangan Haraga CPO Internasional~ 31Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 31Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%;qtq)~ 32Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~32Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%;
qtq)~ 33Grafik 2.20. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-
rokok Hasil SPH di Makassar ~34Grafik 2.21. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau ~34Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 35Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan (%; qtq) ~35Grafik 2.24. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 36Grafik 2.25. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 36Grafik 2.26. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 37Grafik 2.28. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 39Grafik 2.29. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 39
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 46Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Penghasilan 6 bln y.a.d ~ 46Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. IV-2011 ~
46Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Sektor Tw. Iv-2011 ~ 46Grafik 3.5. NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2011~ 48Grafik 3.6. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. IV-
2011~ 48Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S~ 50Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 50Grafik 3.9. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 51Grafik 3.10. Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 51Grafik 3.11. Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 51Grafik 3.12. Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 52Grafik 3.13. Temuan Uang Palsu ~ 53Grafik 3.14. Transakai RTGS-Total Transaksi ~ 53Grafik 3.15. Transakai RTGS-Incoming ~ 54Grafik 3.16. Transakai RTGS-Outgoing~ 54
Grafik 5.1. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 58Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 59Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 59Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 59Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 60Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2011 ~ 61Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 61Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 61
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 64Grafik 6.2. Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 64Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 65Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 65Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 66Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 66Grafik 6.7. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 66Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 68Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 68Grafik 6.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 68Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 68
ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 15
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 25Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 26Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 27Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 28Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 30Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 32Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 35Tabel 2.8. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 37
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 43Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 44Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 45Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 45Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 47Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 47Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (y.o.y) ~ 49Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 49Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester II-2010~ 56
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 57
x Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I-2012 tumbuh cukup
baik sebesar 6,25% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-2011 (7,38%),
namun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,16%. Pertumbuhan
ekonomi Sulsel pada triwulan laporan sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang sebesar
6,30% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh
kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja
perekonomian Sulsel didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotel-
restauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor konstruksi.
Asesmen Inflasi
Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan I-2012, masih sejalan dengan arah
proyeksi inflasi (3,85%; yoy) yang diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 4,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV-
2011 sebesar 2,88% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,33%
(yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional
sebesar 3,97% (yoy).
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran
Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2012 masih tumbuh
pada level yang tinggi. Indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan total aset
didorong oleh peningkatan kredit dan DPK. Sementara peningkatan LDR perbankan Sulsel
disebabkan oleh pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Kualitas kredit masih
terjaga dengan baik, tercermin dari level Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada
triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 2,82%, masih berada dibawah batas aman
5,00%. Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 juga menunjukkan perkembangan
semakin meningkat melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi
pembiayaan maupun DPK.
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net
inflow, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang
keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan
dengan kondisi triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp0,11 triliun
(grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman sejalan
dengan menurunnya kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan perayaan libur
Natal dan Tahun Baru, dan liburan anak sekolah. Di sisi lain, jumlah uang kartal dengan
kondisi tidak layak edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat sebesar Rp0,89 triliun,
tercatat menurun dibandingkan PTTB pada triwulan VI-2011.
Perkembangan uang kartal pada triwulan I–2012 menunjukkan net inflow, dimana
aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank
Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi
triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp0,11 triliun (grafik 3.11). Kondisi
net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman sejalan dengan menurunnya
kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan perayaan libur Natal dan Tahun Baru,
dan liburan anak sekolah.
Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan
I-2012 sebesar Rp41,8 triliun atau tumbuh sebesar 40,0% (y.o.y) dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada sisi lain, pertumbuhan kliring pada triwulan triwulan I-2012
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 14,52% pada
triwulan VI-2011.
Asesmen Keuangan DaerahPertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2011 yang cukup tinggi memberikan dampak
positif pada keuangan daerah, yang tercermin dari meningkatnya target anggaran
pendapatan dan belanja daerah Provinsi Sulsel tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan I-2012 menunjukkan
perkembangan yang cukup baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011.
Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan sebesar 24,13% pada triwulan I-2012.
Meski demikian, realisasi belanja daerah relatif belum optimum dengan capaian realisasi
masih sebesar 15,22%.
Asesmen Ketenagakerjaan dan KesejahteraanDaya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 terhadap angkatan
kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Februari 2012 (64,6%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,2%, dari 6,7%
pada Februari 2012 menjadi 6,5% pada Februari 2011. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani
yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski relatif
melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% (yoy).
Prospek Ekonomi Triwulan II-2012Berdasarkan perkembangan ekonomi daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2012 serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada triwulan II-2012 perekonomian Sulawesi
Selatan diperkirakan masih tumbuh cukup baik. Pada sisi permintaan, pertumbuhan pada
triwulan II-2012 terutama akan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga-
swasta-pemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas
perekonomian Sulsel. Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih
akan tertahan meski diperkirakan lebih baik dari periode sebelumnya. Pada sisi penawaran,
dorongan pertumbuhan yang cukup besar diperkirakan berasal dari kinerja sektor
pertambangan, sektor perdagangan-hotel-restauran dan sektor industri.
Pada triwulan II-2012, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat
dibandingkan triwulan I-2012. Tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan bersumber
dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti. Tekanan administered inflasi
diperkirakan cukup besar akibat ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat sejalan dengan
rencana perubahan kebijakan pemerintah terkait dengan harga beberapa komoditas
strategis.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih tetap
tumbuh positif. Intermediasi perbankan diprediksi masih tumbuh cukup baik sejalan dengan
optimisme prospek perekonomian Sulsel yang cukup baik pada 2012. Selain prospek
ekonomi yang cukup baik, tren penurunan suku bunga meskipun pada level yang rendah
diperkirakan akan mendorong permintaan kredit yang lebih besar. Hal tersebut
menyebabkan kinerja perbankan Sulsel diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan
yang cukup tinggi, baik dari aset, penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) termasuk Loan
to Deposit Ratio (LDR).
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
4 1 2 3 4 1MAKRO
- Sulawesi Selatan 126.75 127.70 128.50 129.87 130.39 132.89 - Sulawesi Utara 125.27 126.91 125.09 125.03 126.11 128.11 - Gorontalo 127.11 127.14 128.43 130.79 132.30 134.65 - Papua 122.80 123.97 125.03 125.38 126.97 126.38 - Papua Barat 143.34 141.35 143.74 144.65 145.42 144.28 - Maluku 128.22 126.62 133.69 132.65 131.87 137.57 - Sulawesi Tengah 128.70 131.90 130.99 132.18 134.45 135.20 - Sulawesi Tenggara 127.61 130.61 132.76 138.21 134.11 137.27 - Sulawesi Barat 127.59 129.63 130.74 132.64 133.85 134.57 - Maluku Utara 126.78 127.41 129.17 130.62 132.51 133.20
- Sulawesi Selatan 6.57 6.33 6.38 3.37 2.87 4.06- Sulawesi Utara 6.28 6.90 5.15 1.25 0.67 0.95- Gorontalo 7.43 5.77 7.11 3.27 4.08 5.91- Papua 4.48 4.12 3.93 2.82 3.40 1.94- Irian Jaya Barat 7.41 4.90 4.80 0.66 1.45 2.07- Maluku 8.78 4.45 10.00 4.24 2.85 8.65- Sulawesi Tengah 6.40 9.74 7.20 3.09 4.47 2.50- Sulawesi Tenggara 3.87 6.53 7.53 7.88 5.09 5.10- Sulawesi Barat 5.12 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81- Maluku Utara 5.32 3.98 6.76 5.25 4.52 4.54
1. Pertanian 3,230.59 3,596.89 3,925.83 3,989.63 3,224.99 3,424.10 2. Pertambangan dan Penggalian 1,111.32 978.85 1,097.64 1,084.23 1,010.13 904.40 3. Industri Pengolahan 1,733.11 1,699.96 1,827.00 1,924.40 1,943.10 2,055.30 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 130.39 128.62 139.26 148.10 159.43 156.90 5. Konstruksi/Bangunan 763.21 753.08 804.58 833.38 859.78 857.70 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,332.69 2,279.30 2,397.06 2,479.63 2,475.87 2,519.60 7. Angkutan dan Komunikasi 1,253.06 1,201.00 1,239.11 1,312.05 1,427.11 1,397.20 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 978.83 1,027.54 1,041.79 1,061.38 1,166.61 1,131.00 10. Jasa-jasa 1,430.44 1,439.82 1,467.59 1,477.10 1,495.06 1,478.20
8.77 7.38 8.61 8.43 6.16 6.25
466.81 448.01 632.12 532.17 368.62 187.40 241.98 222.94 281.98 250.47 445.78 107.99 178.49 174.14 183.41 170.50 173.74 117.61 233.87 225.88 351.82 256.00 231.15 197.49
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
2012INDIKATOR 2010 2011
*) Sementara
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
Indeks Haga Konsumen
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
B. PERBANKAN
1 2 3 4 1
Total Aset (Rp. Miliar) 53,491 57,590 60,460 64,662 67,573
37,461.05 39,159.37 41,077.42 45,722.22 46,091.17 Giro 6,515.71 6,714.94 6,835.08 6,607.33 7,893.46 Tabungan 19,647.54 20,907.44 21,923.44 26,429.62 24,969.63 Deposito 11,297.80 11,536.99 12,318.91 12,685.28 13,228.08
46,519.87 50,084.59 53,400.54 56,978.79 58,754.53 - Modal Kerja 17,246.85 18,799.07 20,119.73 22,031.87 22,499.56 - Investasi 9,147.97 10,027.45 10,683.02 11,324.36 11,727.69 - Konsumsi 20,125.05 21,258.07 22,597.79 23,622.56 24,527.27
124.18% 127.90% 130.00% 124.62% 127.47%
46,519.87 50,084.59 53,400.54 56,978.79 58,754.53 - Pertanian 498.92 691.61 782.15 852.94 883.04 - Pertambangan 339.16 417.55 478.44 563.09 567.89 - Industri pengolahan 3,700.81 3,971.28 4,056.51 4,898.50 4,842.46 - Listrik,Gas dan Air 419.63 283.72 374.41 361.61 379.41 - Konstruksi 2,869.88 2,915.15 3,123.11 3,127.32 3,148.22 - Perdagangan 11,994.85 13,682.69 14,257.13 15,461.53 15,854.08 - Pengangkutan 1,040.09 1,267.20 1,425.98 1,743.21 1,827.57 - Jasa Dunia Usaha 1,932.32 2,295.68 2,722.41 3,045.85 3,171.24 - Jasa Sosial Masyarakat 1,684.90 1,591.33 1,650.43 1,565.29 1,583.49 - Lain-lain 22,039.30 22,968.38 24,529.98 25,359.45 26,497.14
15,199.94 15,753.23 16,713.45 17,985.10 18,011.34
2,279.30 2,830.81 3,117.38 3,486.35 3,539.65 - Modal Kerja 1,965.22 2,467.18 2,768.45 3,082.21 3,132.26 - Investasi 314.08 363.64 348.93 404.13 407.39 - Konsumsi - - - - -
7,834.56 8,338.30 8,295.29 8,573.14 8,718.14 - Modal Kerja 5,122.02 5,282.13 5,149.41 5,391.16 5,505.91 - Investasi 2,482.85 3,056.17 3,145.87 3,181.98 3,212.23 - Konsumsi 229.69 - - - -
5,086.08 4,584.12 5,300.78 5,925.62 5,753.55 - Modal Kerja 4,000.27 3,696.88 4,278.79 4,760.83 4,638.19 - Investasi 1,085.81 887.24 1,021.99 1,164.79 1,115.37 - Konsumsi - - - - -
3.25% 3.36% 3.22% 2.63% 2.82%
4.82% 5.43% 4.96% 3.80% 4.20%
BANK UMUM SYARIAH1,994.61 2,378.58 2,927.33 3,138.84 3,376.67
1,253.51 1,289.01 1,398.57 1,661.65 1,581.29 Giro 162.30 153.40 165.40 218.10 197.24 Tabungan 544.78 569.44 648.90 763.10 757.83 Deposito 546.43 566.17 584.27 680.45 626.22
2,357.99 2,656.38 2,876.48 3,088.84 3,268.49 - Modal Kerja 790.24 762.31 692.88 798.51 892.36 - Investasi 353.25 352.14 404.19 431.88 427.84 - Konsumsi 1,214.50 1,541.93 1,779.40 1,858.46 1,948.28
188.11% 206.10% 205.67% 185.89% 206.70%
Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
D P K (Rp. Miliar)
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR
BANK UMUM :
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
20122011
1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Bab 1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I-2012 tumbuh cukup baik
sebesar 6,25% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-2011 (7,38%), namun lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,16%1. Pertumbuhan ekonomi Sulsel
pada triwulan laporan sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang sebesar 6,30% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh
kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja
perekonomian Sulsel didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotel-
restauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor konstruksi.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
1.1 Permintaan Daerah
Pada triwulan I-2012, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami
pertumbuhan positif, kecuali net ekspor yang masih mengalami pertumbuhan negatif.
Kegiatan investasi masih menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Sejak triwulan II-2011, peran kinerja investasi lebih dominan dalam memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel menggeser peran konsumsi. Pertumbuhan
investasi pada triwulan I-2012 tercatat sangat tinggi sebesar 28,01% (y.o.y), sehingga
1 Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan
6.25%6.30%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4* 1**
2009 2010 2011 2012
y.o.y Sulsel
y.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
memberikan sumbangan paling besar yaitu 6,24%. Selain itu, konsumsi juga tumbuh cukup
tinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 7,16% (y.o.y) atau lebih besar dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,75% (y.o.y). Sejalan dengan itu, sumbangan
konsumsi terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan juga meningkat dari 4,02% menjadi
4,89%. Kegiatan perdagangan eksternal baik antar negara maupun antar daerah perlu
mendapatkan perhatian karena pertumbuhan ekspor dan impor masih mengalami kontraksi
meski relatif membaik dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan net ekspor terkontraksi 51,52% (yoy) pada triwulan I-2012 dan memberikan
sumbangan yang negatif terhadap pertumbuhan sebesar -4,87%.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Investasi
Investasi menjadi penyumbang terbesar pada sisi permintaan yaitu 6,24% dari total
pertumbuhan Sulsel pada periode laporan 6,25%. Kinerja investasi pada triwulan laporan
tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 28,01% (y.o.y), namun relatif melambat dibandingkan
triwulan IV-2011 sebesar 29,19% (y.o.y), meskipun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan
I-2011 sebesar 0,32% (y.o.y). Pertumbuhan investasi di Sulsel pada triwulan ini masih lebih
banyak didorong oleh lanjutan realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta, seperti
penyelesaian Tonasa V, pembangunan megaproyek di kawasan Centre Point of Indonesia
(CPI) dan pembangunan Grand Rindra Hotel di sekitar Celebes Convention Centre (CCC).
Selain itu juga terdapat proyek-proyek lanjutan pembangkit listrik, seperti proyek
pembangunan PLTU Bosowa, Jeneponto dan PLTA Poso. Meski demikian, realisasi investasi di
sektor pemerintah pada awal tahun masih belum optimal, yang tercermin pada realisasi
Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL1 6.19% 2.75% 90.54% 98.08% 53.35% 7.35% 4.38% 0.69% 22.98% 20.70% 2.28% 7.35%2 6.48% 9.64% 57.06% 67.22% 29.55% 9.04% 4.53% 2.13% 17.04% 14.66% 2.38% 9.04%3 5.63% 7.03% 62.70% 90.42% 20.28% 7.58% 3.88% 1.39% 18.05% 15.75% 2.31% 7.58%4 5.78% 6.62% 18.27% 13.36% 54.53% 8.77% 4.16% 1.48% 8.77% 5.65% 3.13% 8.77%1 4.65% 0.32% 6.88% -2.43% 66.18% 7.38% 3.26% 0.08% 3.10% -0.95% 4.05% 7.38%2 4.09% 18.50% 9.38% 6.94% 17.91% 8.61% 2.79% 4.11% 4.03% 2.32% 1.71% 8.61%3 4.83% 61.10% -4.55% 15.90% -54.07% 8.43% 3.27% 12.05% -1.98% 4.90% -6.88% 8.43%4 5.75% 29.19% -22.45% -16.92% -52.38% 6.16% 4.02% 6.40% -11.72% -7.45% -4.27% 6.16%1 7.16% 28.01% -17.12% -7.93% -51.52% 6.25% 4.89% 6.24% -7.68% -2.81% -4.87% 6.25%234
Sumber : BPS & Proyeksi BINote: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara & *** Angka Sangat Sangat Sementara
20
12
**
*
PERIODEPERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy)
20
10
*2
01
1*
*
3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
belanja modal Pemda baru mencapai 1,11% pada triwulan I-2011 (lihat Bab Keuangan
Daerah).
Perkembangan investasi yang cukup tinggi tersebut juga tercermin dari pemakaian
listrik dari sektor industri (grafik 1.2.3) dan bisnis (grafik 1.2.4) yang cukup tinggi dan
tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Namun demikian, pertumbuhan investasi yang
relatif tinggi tersebut masih belum optimal yang ditandai relatif tertahannya pengadaan
semen (grafik 1.2.1) dan volume impor capital goods (grafik 1.2.2). Sebagaimana diketahui
ekspektasi kenaikan biaya BBM pada April 2012 telah mendorong kenaikan biaya semen
pada triwulan I-2012.
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi
Grafik 1.2.1.Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.2.2.Volume Impor Capital Goods
Grafik 1.2.3.Konsumsi Listrik Sektor Industri
Grafik 1.2.4.Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
1.1.2. Konsumsi
Konsumsi memberikan sumbangan terbesar kedua yaitu sebesar 4,89% dari total
pertumbuhan Sulsel pada periode laporan. Kinerja konsumsi pada triwulan laporan sebesar
7,16% (y.o.y) membaik dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 5,75% (y.o.y), dan triwulan I-
2011 sebesar 4,65 % (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi yang meningkat tersebut dipengaruhi
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4** 1*
2009 2010 2011 2012Juta
Kg
Capital GoodsCapital Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
15 35 55 75 95
115 135 155 175 195
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Juta
GW
H
Industriy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%
10 30 50 70 90
110 130 150 170 190 210
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Juta
GW
H
Bisnis y.o.y Sbr : PLN Divre VII* Sementara
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
oleh peningktan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Kemudian dari sisi pemerintah,
realisasi anggaran pemerintah yang pada triwulan I-2012 juga menunjukkan kinerja yang
sangat baik dengan pertumbuhan sebesar 10,74% (y.o.y). Meski pada triwulan I-2012
realisasi belanja pemerintah baru mencapai sebesar Rp0,73 triliun atau 15,22% dari total
anggaran Rp4,77 triliun, namun realisasi pertumbuhan tahunan belanja pemerintah
mencapai 163,07% (lihat Bab Keuangan Daerah).
Pertumbuhan konsumsi yang cukup baik tersebut, didukung pula oleh hasil survei
konsumen Bank Indonesia Makassar, dimana Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan
laporan masih memiliki optimisme yang tinggi meski sedikit menurun dibandingkan triwulan
IV-2011 (grafik 1.3.1).
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Grafik 1.3.1.Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.3.2.Konsumsi Listrik Sektor Industri
Grafik 1.3.3.Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
Grafik 1.3.4.Volume Impor Consumers Goods
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
15 35 55 75 95
115 135 155 175 195
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Juta
GW
H
Industriy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%
10 30 50 70 90
110 130 150 170 190 210
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Juta
GW
H
Bisnis y.o.y Sbr : PLN Divre VII* Sementara
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4** 1*
2009 2010 2011 2012Juta
Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 1.3.5.Indeks Penj. Eceran Kel. Sk Cdg&Aksesoris
Grafik 1.3.7.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau
Grafik 1.3.6.Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
Grafik 1.3.8.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan & Komunikasi Toko
Grafik 1.3.9.Perkembangan Indeks
Nilai Tukar Petani
Grafik 1.3.10.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Perlengkapan Rumah Tangga
Prompt indikator yang juga menunjukkan peningkatan konsumsi adalah
perkembangan indeks penjualan eceran untuk kelompok bahan bakar, makanan-minuman-
tembakau, peralatan komunikasi toko dan pelengkapan Rumah Tangga (grafik 1.3.6, 1.3.7,
1.3.8 dan 1.3.10) juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan IV-2011. Beberapa
indikator lain yang ikut mendorong peningkatan konsumsi adalah pertumbuhan konsumsi
listrik sektor industro (grafik 1.3.2) dan sektor bisnis (grafik 1.3.3) yang lebih tinggi
dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, perkembangan volume impor consumer goods
-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%
020406080
100120140160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Sk Cdg&Akssoris
yoy
Smb : SPE
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0100200300400500600700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Mkn-Minum&Tmbkauyoy
Smb : SPE
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0102030405060708090
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Bhn Bkr Kndryoy
Smb : SPE
-100%-50%0%50%100%150%200%250%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Praltan&Kmunikasi Tokoyoy
-2%-1%0%1%2%3%4%5%6%7%8%
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
NTP y.o.y
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
200
400
600
800
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Prlngkpan RTyoy
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
(grafik 1.3.4) dan indeks Nilai Tukar Petani (grafik 1.3.9) cenderung menunjukan penurunan.
Sementara, perkembangan indeks penjualan eceran kelompok suku cadang dan aksesoris
(grafik 1.3.5) menunjukan pergerakan yang cenderung menurun sehubungan dengan
rencana kenaikan BBM pada 1 April 2012.
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan
masih mengalami kontraksi sebesar 51,52% (y.o.y), namun lebih baik dibandingkan triwulan
IV-2011 yang mengalami kontraksi mencapai 52,38% (y.o.y). Pertumbuhan negatif net
ekspor-impor pada triwulan laporan, terutama karena menurunnya volume ekspor antar
negara dan antar pulau yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain,
pertumbuhan impor antar negara dan antar pulau terkontraksi pada level yang lebih kecil
(grafik 1.5.4), menyebabkan net ekspor-impor Sulsel masih terkontraksi pada periode
laporan.
Kinerja ekspor Sulsel terutama didorong oleh peningkatan ekspor beberapa komoditi
Sulsel diataranya ikan-udang-kepiting, biji-bijian dan tanaman obat, garam, belerang, olahan
makanan hewan serta kapur dan semen. Peningkatan ekspor komoditi tersebut juga sejalan
dengan prompt yang menunjukkan peningkatan volume muat luar negeri via pelabuhan
kenaikan (grafik 1.4.3). Namun demikian, peningkatan ekspor komoditi tersebut belum
dapat mendorong ekspor Sulsel keluar dari kondisi kontraksi terutama masih tertahan dan
menurunnya ekspor beberapa komoditas unggulan Sulsel pada Maret 2012, seperti kayu dan
barang dari kayu, kakao, karet, buah-buahan, olahan ikan dan daging, serta nikel2 (grafik
1.4.5, grafik 1.4.6 dan grafik 1.4.7).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Grafik 1.4.1.Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Grafik 1.4.2.Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan
2 Tribun News, Maret, Ekspor Sulsel Menurun, http://www.tribunnews.com/2012/05/01/maret-ekspor-sulsel-menurun, 1 Mei 2012.
-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%
-50
100 150 200 250 300 350 400 450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
MUAT AP
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 1.4.3.Volume Muat Luar Negeri
via Pelabuhan
Grafik 1.4.4.Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Grafik 1.4.5.Volume Ekspor Luar Negeri
Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya
Grafik 1.4.6.Volume Ekspor Luar Negeri
Komoditas Nikel
Grafik 1.4.7.Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan
Grafik 1.4.8.Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Meski masih terkontraksi pada triwulan laporan, ekspor Sulsel mulai mengalami
pertumbuhan karena meningkatnya kinerja perdagangan antar pulau (ekspor antar pulau),
yang tercermin dari meningkat aktivitas muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2).
Kondisi yang sama juga terjadi pada aktivias impor meski membaik namun masih
mengalami kontraksi. Hal tersebut karena relatif meningkatnya permintaan terhadap
consumer goods (grafik 1.5.3) dan intermediate goods (grafik 1.5.4), yang terindikasi dari
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
MUAT LN
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 4**
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYATOTALy.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-400%-200%0%200%400%600%800%1000%1200%1400%
0102030405060708090
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Volume Ekspor Nikel
Total y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 4**
2008 2009 2010 2011
Ribu
Ton
BARANG2 KAYU & GABUSTOTALy.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Rata-rata Kurs Tengah
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
meningkatnya aktivitas bongkar via pelabuhan dari dalam negeri maupun luar negeri (grafik
1.5.5 dan 1.5.6). Sementara itu, belum optimalnya kinerja impor (masih terkontraksi) diduga
masih terkait dengan relatif melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (grafik 1.5.7) pada
periode laporan dan juga sejalan dengan melambatnya perekonomian Sulsel pada periode
laporan.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Grafik 1.5.1.Volume Impor Luar Negeri Capital Goods
Grafik 1.5.2.Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6
bln yg lalu
Grafik 1.5.3.Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods
Grafik 1.5.4.Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Grafik 1.5.5.Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan
Grafik 1.5.6.Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Juta
Kg
Capital GoodsCapital Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Juta
Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Juta
Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
BONGKAR APyoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
0.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
BONGKAR LN
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 1.5.7.Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Grafik 1.5.8.Indeks Penjualan Eceran
Kel. Kendaraan dan Suku Cadang
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran (sektor ekonomi), secara tahunan (y.o.y) sebagian besar sektor
mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-2012, kecuali sektor pertanian dan
pertambangan yang mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi). Sektor yang menjadi
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan-hotel-restauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor
konstruksi.
Selanjutnya sektor yang mengalami mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan
I-2012 adalah sektor listrik-gas-air bersih (21,99%), diikuti berturut-turut oleh sektor industri
pengolahan (20,90%), angkutan-komunikasi (16,34%), konstruksi (13,89%), sektor
perdagangan-hotel-restoran (10,54%) dan keuangan-real estate-jasa perusahaan (10,07%).
Sementara sektor jasa-jasa hanya tumbuh sebesar 2,67%. Sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan-penggalian masing-
masing -4.80% dan -7,61% (tabel 1.2).
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Rata-rata Kurs Tengah
-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%
020406080
100120140160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Sk Cdg&Akssoris
yoy
Smb : SPE
Tani Tambang Industri LGA Komstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 7.22% -13.99% -5.80% 9.25% 15.79% 10.93% 4.77% 5.94% 7.65% 4.09%2 4.12% -4.51% 6.69% 9.86% 11.74% 10.55% 8.67% 9.16% 6.80% 6.19%3 6.43% -4.31% 11.78% 13.62% 14.64% 10.28% 10.75% 11.41% 6.71% 8.04%4 0.84% 5.73% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.53%1 -6.98% 25.52% 14.12% 5.08% 11.83% 8.99% 17.56% 25.16% 3.25% 7.35%2 7.68% 17.85% 3.56% 12.58% 9.07% 9.67% 15.44% 15.88% 3.13% 9.04%3 7.05% 12.52% -0.16% 6.31% 7.33% 10.51% 13.38% 11.82% 4.21% 7.58%4 1.49% 8.08% 8.74% 8.20% 8.68% 17.15% 13.39% 15.07% 6.44% 8.77%1 12.54% -15.49% 3.10% 3.99% 8.48% 11.52% 13.11% 10.56% 6.80% 7.38%2 8.59% -0.38% 4.47% 2.05% 13.46% 14.02% 10.27% 11.94% 7.42% 8.61%3 4.92% -0.34% 10.69% 6.34% 13.59% 11.70% 11.07% 17.52% 6.21% 8.43%4 -0.17% -9.11% 12.12% 22.27% 12.65% 6.14% 13.89% 19.18% 4.52% 6.16%1 -4.80% -7.61% 20.90% 21.99% 13.89% 10.54% 16.34% 10.07% 2.67% 6.25%234
2009
2010
*20
11**
PERIODEPERTUMBUHAN (yoy)
2012
***
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Berikut ini adalah ulasan masing-masing sektor berdasarkan tingkat pangsa (share)
terhadap perekonomian Sulsel dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan laporan, mengalami kontraksi lebih dalam sebesar
4,80%, atau jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontrasi sebesar
0,17% (y.o.y). Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi sub sektor tabama,
perkebunan dan sub sektor perikanan (hasil ikan tangkap) pada triwulan I-2012, yang
terkadala akibat proses distribusi pupuk yang terganggu pada awal tahun 2012 dan cuaca
yang kurang kondusif.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Grafik 1.6.1.Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 1.6.2.Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Tani Tambang Industri LGA Konstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 2.12% -1.37% -0.81% 0.09% 0.78% 1.69% 0.38% 0.38% 0.85% 4.09%2 1.20% -0.40% 0.95% 0.10% 0.62% 1.65% 0.70% 0.61% 0.76% 6.19%3 1.89% -0.38% 1.62% 0.14% 0.77% 1.65% 0.89% 0.73% 0.74% 8.04%4 0.24% 0.50% 0.24% 0.03% 0.79% 1.81% 1.36% 1.17% 0.39% 6.53%1 -2.11% 2.07% 1.79% 0.05% 0.65% 1.48% 1.39% 1.64% 0.37% 7.35%2 2.19% 1.42% 0.51% 0.13% 0.50% 1.57% 1.28% 1.08% 0.35% 9.04%3 2.04% 0.99% -0.02% 0.07% 0.41% 1.72% 1.14% 0.78% 0.46% 7.58%4 0.40% 0.70% 1.17% 0.08% 0.51% 2.87% 1.24% 1.08% 0.73% 8.77%1 3.28% -1.47% 0.42% 0.04% 0.48% 1.93% 1.14% 0.80% 0.75% 7.38%2 2.42% -0.03% 0.61% 0.02% 0.74% 2.30% 0.90% 0.87% 0.79% 8.61%3 1.42% -0.03% 1.41% 0.07% 0.76% 1.97% 0.99% 1.20% 0.65% 8.43%4 -0.04% -0.78% 1.62% 0.22% 0.74% 1.10% 1.34% 1.45% 0.50% 6.16%1 -1.32% -0.57% 2.71% 0.22% 0.80% 1.83% 1.50% 0.79% 0.29% 6.25%234
Sumber : BPS & Proyeksi BI* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara & *** Angka Sangat Sangat Sementara
2009
2010
*20
11**
PERIODESUMBANGAN (yoy)
2012
***
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
-2%-1%0%1%2%3%4%5%6%7%8%
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
NTP y.o.y
11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Penurunan sektor pertanian dimaksud, juga dicerminkan oleh menurunnya
pertumbuhan indeks yang diterima petani dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.6.1
dan 1.6.2) yang dipengaruhi pertumbuhan hasil panen. Secara keseluruhan, kesejahteraan
petani masih relatif baik yang tercermin pada Indeks Nilai Tukar Petani yang masih positif
meskipun cenderung melambat karena penurunan pertumbuhan indeks yang diterima
petani.
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Pertumbuhan sektor ini relatif cukup tinggi mencapai 10,54% (y.o.y), atau lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,14% (y.o.y). Pertumbuhan sektor
ini diindikasikan oleh hasil survei penjualan eceran (SPE) yang menunjukkan penjualan
beberapa kelompok komoditas masih tumbuh cukup baik, antara lain kelompok makanan-
minuman-tembakau, peralatan-komunikasi toko dan barang budaya-rekreasi (grafik 1.7.3,
1.7.4 dan 1.7.5). Sementara itu meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini tercermin dari
beberapa prompt indikator seperti volume dan pertumbuhan aktivitas bongkar muat luar
negeri dan juga antar pulau yang cenderung meningkat (grafik 1.7.1 dan grafik 1.7.7) dan
penjualan kelompok komoditas bahan kimia (grafik 1.7.6) yang tercermin dari hasil SPE yang
juga meningkat.
Meski demikian, sub sektor hotel dan restoran diperkirakan belum tumbuh optimal
pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
berbintang (grafik 1.7.2) dan total hasil indeks penjualan eceran SPE (grafik 1.7.6) yang
cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Grafik 1.7.1.Volume Bongkar Muat Luar Negeri
Via Pelabuhan
Grafik 1.7.2.Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar
Hotel Berbintang
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Ribu
Ton
BONGKAR LN
MUAT LN
yoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Tingkat Hunian Kmr Sulsel
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 1.7.3.Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Makanan, Minuman dan Tembakau
Grafik 1.7.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan dan Komunikasi Toko
Grafik 1.7.5.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Barang Budaya&Rekreasi
Grafik 1.7.6.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Grafik 1.7.7.Vol. Bongkar Muat AP Via Pelabuhan
1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Sektor ini termasuk sektor yang selalu tumbuh tinggi sejak triwulan II-2009, dan
mengalami pertumbuhan tertinggi keenam dibandingkan sektor lainnya. Pada triwulan I-
2012, sektor dimaksud masih tumbuh relatif tinggi sebesar 10,07% (y.o.y), namun lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011 sebesar 19,18% (y.o.y) dan
dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 10,56% (y.o.y). Masih tingginya pertumbuhan sektor
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0100200300400500600700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Mkn-Minum&Tmbkauyoy
Smb : SPE
-100%-50%0%50%100%150%200%250%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Praltan&Kmunikasi Tokoyoy
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Brg Budaya & Rekreasiyoy
Smb : SPE
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks Penjualaan Riil
Inde
ks
-60%-50%-40%-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
BONGKAR APMUAT APyoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
keuangan-persewaan-jasa perusahaan pada triwulan I-2012, terutama didorong oleh sub
sektor keuangan tercermin dari tingginya aktivitas perbankan dan juga lembaga keuangan
non-perbankan di Sulsel sejak awal tahun 2012.
Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari tingkat pertumbuhan pembiayaan lembaga
keuangan non bank dan nilai tambah bruto (NTB) bank umum (grafik 1.8.1 dan 1.8.2) yang
cenderung meningkat, meski perkembangan kredit bank umum (grafik 1.8.3) yang relatif
melambat pada triwulan I-2012. Kinerja sektor perbankan akan dibahas lebih lanjut pada bab
perbankan.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Grafik 1.8.1.Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
Grafik 1.8.2.Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Grafik 1.8.3.Perkembangan Kredit Bank Umum
1.2.4. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan I-2012, sektor ini mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar
20,90% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,12% (y.o.y). Peningkatan
pertumbuhan tersebut didorong oleh kinerja industri makanan-minuman, semen dan industri
tepung terigu Sulsel. Meningkatnya aktivitas industri makanan dan minuman sejalan dengan
Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah I, untuk
kelompok makanan-minuman dan tembakau yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Mill
ions
Sbr : Lembaga Keuangan Non-Bank* Sementara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Trily
un R
p
NTB SULSEL y.o.y
Sbr : LBU - BI
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Trili
un R
p
KREDITGrowth (yoy)
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
periode sebelumnya maupun tahun sebelumnya. Tinnginya pertumbuhan industri makanan
dan minuman diperkirakan berasal dari industri gula refinasi yang tercermin dari peningkatan
impor antar pulau raw sugar pada triwulan I-2012 (grafik 1.9.3) yang merupakan bahan
baku industri termasuk industri gula rafinasi dan juga impor gandum3.
Selain itu, realisasi pengadaan semen pada triwulan laporan masih cukup baik, meski
cenderung melambat akibat ekspektasi kenaikan harga BBM pada April 2012 (grafik 1.9.2).
Hal tersebut masih sejalan dengan masih tingginya permintaan semen untuk penyelesaian
proyek-proyek infrastruktur jalan, properti baik pemerintah maupun swasta. Kemudian,
pertumbuhan produksi tepung terigu masih pada level yang relatif tinggi, meski cenderung
melambat.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.9.1.Realisasi Produksi Tepung Terigu
Grafik 1.9.2.Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.9.3.Vol. Bongkar Antar Pulau Via Pelabuhan
Grafik 1.9.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Barang Makanan-minuman&tembakau
3Makassar Terkini, Arus Barang Naik,
http://www.makassarterkini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3578:arus-barang-naik-184-&catid=44:info-terkini, 4 Januari 2012.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
an T
on
Produksi-axis kiriyoy-axis kanan
Sumber : EFM Mks
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ribu
Ton
BONGKAR APyoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0100200300400500600700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Mkn-Minum&Tmbkauyoy
Smb : SPE
15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi
Pada triwulan I-2012, sektor angkutan-komunikasi masih tetap tumbuh pada level
yang tinggi mencapai sebesar 16,34% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011
sebesar 13,89% (y.o.y). Pertumbuhan pada sub sektor angkutan diperkirakan didorong oleh
aktivitas angkutan darat dan udara. Hal ini sejalan dengan beberapa prompt indicators
seperti jumlah penumpang angkutan udara, maupun hasil survei penjualan eceran kelompok
suku cadang-aksesoris dan bahan bakar. Pertumbuhan jumlah penumpang dan lalu lintas
pesawat udara cenderung meningkat (grafik 1.10.1 dan 1.10.2). Namun, sebaliknya kinerja
angkutan laut cenderung menurun apabila dilihat dari sisi jumlah penumpang, meski masih
tumbuh positif dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.10.3). Hasil survei penjualan
eceran, terutama pada kelompok bahan bakar juga menunjukan kecenderungan meningkat
(grafik 1.10.4).
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Grafik 1.10.1.Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara
Grafik 1.10.2.Lalu Lintas Pesawat
Angkutan Udara
Grafik 1.10.3.Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Laut
Grafik 1.10.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Bahan Bakar
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012
Ribu
Org
DEP ARRy.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012
DEPARRy.o.y
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
ribu
org
-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
0102030405060708090
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Bhn Bkr Kndryoy
Smb : SPE
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
1.2.6. Sektor Konstruksi
Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah
sektor konstruksi yakni sebesar 13,89% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang sebesar 12,65% (y.o.y). Masih tingginya pertumbuhan sektor
bangunan/konstruksi, diperkirakan terjadi karena penyelesaian proyek-proyek bangunan baik
perkantoran, hotel maupun properti hunian sektor pemerintah maupun swasta di Sulsel.
Pertumbuhan sektor ini terindikasi dari masih tingginya realisasi pengadaan semen meski
cenderung melambat akibat melonjaknya harga bahan bangunan karena ekspektasi kenaikan
harga BBM pada April 2012 (grafik 1.11.1). Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud juga
sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan (28,01%). Di sisi lain,
realisasi proyek-proyek pemerintah masih kurang optimal yang tercermin dari realisasi belanja
modal pada triwulan I-2012 baru mencapai 1,11%.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Grafik 1.11.1Realisasi Pengadaan Semen
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan I-2011 (8,48%), pertumbuhan sektor ini
tercatat jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perkembangan yang pesat sektor ini seiring
dengan meningkatnya pembangunan sarana jalan, perkantoran, hotel maupun properti
residensial.
1.2.7. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor jasa-jasa menunjukkan pertumbuhan yang relatif melambat.
Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa tumbuh melambat menjadi 2,67% (y.o.y)
dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 4,52%.
Pertumbuhan kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan jasa seperti lembaga
pendidikan seperti bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang seni,
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Ribu
an T
on
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
perawatan jasmani-kosmetik dan kesehatan relatif melambat sejalan dengan aktivitas
perekonomian Sulsel yang belum optimal.
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih masih tumbuh sangat tinggi atau tertinggi
pada periode laporan yaitu sebesar 21,99% (y.o.y), namun sedikit melambat dibandingkan
triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 22,27%. Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud
bersumber dari meningkatnya kinerja sub sektor listrik di Sulsel (grafik 12.1) yang
menyumbang positif bagi pertumbuhan sektor listrik-gas dan air secara keseluruhan.
Grafik 1.12.1.Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Kondisi kelistrikan Sulsel pada triwulan I-2012 semakin membaik, karena adanya
dukungan sejumlah pembangkit listrik baru di Sulsel yang sudah mulai beroperasi, antara lain
pembangkit listrik tenaga mikro hidro atau PLTMH di Desa Pallawa, Kabupaten Bone4,
dimana PLTMH Pallawa mampu memenuhi energi listrik 140 kepala keluarga (KK) yang
bermukim di daerah yang cukup terpencil dimana akses untuk menjangkau daerah tersebut
harus melalui tiga kabupaten yakni daerah Maros, Barru dan Soppeng. Kemudian proyek
kota gas di Kabupaten Wajo5 dan uji coba suplai listrik dari PLTU Bosowa di Jeneponto telah
direalisasikan juga pada pertengahan Maret 20126.
1.2.9. Sektor Pertambangan - Penggalian
Pada triwulan I-2012, sektor ini masih mengalami kontraksi namun membaik
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi -7,61% (y.o.y) pada triwulan laporan, dari
-9,11% pada triwulan IV-2011. Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan I- 4 Bisnis Indonesia, LISTRIK : Warga Bone kelola PLTMH Pallawa,http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/01/listrik-warga-bone-kelola-pltmh-pallawa/, 30 Januari 2012.5
Antra News, Kota Gas Wajo Diresmikan Januari 2012http://makassar.antaranews.com/berita/35262/kota-gas-wajo-diresmikan-januari-2012, 5 Januari 2012.6
Tribun Timur, PLTU Bosowa di Jeneponto Ujicoba Suplai Listrik, http://makassar.tribunnews.com/2012/03/18/hari-ini-pltu-bosowa-di-jeneponto-suplai-listrik, 18 Maret 2012.
-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%
-100 200 300 400 500 600 700 800 900
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012Juta
KW
H
Total Pemakaian Listriky.o.y
Sbr : PLN Divre VII
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
2011 yang terkontraksi sebesar 15,49% (y.o.y), maka terjadi perbaikan kinerja produksi pada
sektor ini.
Masih belum optimalnya kinerja sektor dimaksud diperkirakan disebabkan beberapa
faktor antara lain PT.Vale Indonesia Tbk masih melakukan pekerjaan pembangunan kembali
Tanur Listrik 2 dan perbaikan pada Tanur Listrik 1 sejak triwulan akhir tahun 2011. Ditambah
lagi dengan harga nikel internasional yang kurang menguntungkan sehingga menurunkan
kinerja pertambangan nikel Sulsel pada periode laporan (grafik 1.13.2). Kondisi tersebut juga
sejalan dengan pertumbuhan ekspor nikel yang belum optimal (grafik 1.13.1).
Grafik 1.13.1.Volume Ekspor Luar Negeri Nikel
Grafik 1.13.2.Produksi Nikel
-400%-200%0%200%400%600%800%1000%1200%1400%
0102030405060708090
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Volume Ekspor Nikel
Total y.o.y
Smb : Cognos - BI* Sementara
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Produksi nikel dlm mattey.o.y
* Sementara
25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Bab 2 Perkembangan Inflasi
2.1. Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan I-2012, masih sejalan dengan arah proyeksi
inflasi (3,85%; yoy) yang diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi
pada triwulan I-2012 sebesar 4,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV-2011 sebesar 2,88%
(yoy) namun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,33% (yoy). Selanjutnya,
inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,97%
(yoy)1.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
1 Sumber : BPS
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012
y.o.y - Nasy.o.y - Ssy.t.d - Ss
Sumber : BPS diolah
%
Sumber : BPS diolah
%
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM
1 2,68 6,22 3,48 2,16 2,98 7,08 1,18 3,45 2 7,64 5,23 4,11 7,56 2,73 7,08 1,06 5,00 3 13,43 6,21 4,13 7,65 2,92 4,07 1,76 6,58 4 14,27 5,90 4,14 7,35 3,06 1,80 1,75 6,56 1 13,96 4,47 4,16 8,30 3,08 1,48 1,84 6,32 2 12,10 5,27 4,57 8,83 6,41 2,43 2,08 6,37 3 1,43 4,40 3,70 10,96 7,60 3,00 0,77 3,37 4 0,23 4,40 3,66 8,69 7,66 2,89 0,72 2,88 1 4,04 1,49 4,18 9,57 7,52 2,93 0,57 4,06 2 - - - - - - - -3 - - - - - - - -4 - - - - - - - -
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2012
2011
2010
TAHUN
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Secara tahunan, urutan inflasi Sulsel pada triwulan I-2012 berdasarkan kelompok
barang dan jasa , dari yang tertinggi hingga terkecil adalah sebagai berikut :
Kelompok Sandang, dibandingkan tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (yoy)
pada triwulan I-2012 yang sebesar 9,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011
sebesar 8,30% (yoy) atau meningkat sebesar 1,27%. Tekanan inflasi pada triwulan laporan
berasal dari kenaikan inflasi pada sub-kelompok sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, tingkat harga emas pada triwulan laporan (grafik 2.3)
tercatat lebih tinggi diperkirakan mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggi pada sub-
kelompok barang pribadi dan sandang lain. Selain itu, inflasi pada sub-kelompok sandang
laki-laki, sandang anak-anak dan barang pribadi & sandang lainnya juga relatif meningkat
dibandingkan triwulan lalu.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
Grafik 2.3.Perkembangan Harga Internasional:
Komoditas Emas
Grafik 2.4.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Sub Kelompok Pakaian
Selanjutnya, secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan
cenderung mengalami sedikit lebih rendah, yaitu turun dari 1,47% (qtq) menjadi 1,38%
(qtq) grafik 2.5. Penurunan inflasi pada kelompok ini, diperkirakan dampak musiman dimana
permintaan pakaian pada triwulan IV-2011 lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 karena
perayaan hari-hari besar keagamaan dan libur tahun baru. Hal ini sejalan dengan hasil survei
penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia Kantor Perwakilan I Wilayah Sulawesi-
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
20121 4 1
SANDANG 8,30% 8,69% 9,57%1 Sandang Laki-laki 3,46% 5,07% 5,56%2 Sandang Wanita 2,38% 4,20% 4,05%3 Sandang Anak-anak 8,50% 8,64% 8,70%4 Brg Pribadi & Sdg Lainnya 17,51% 14,95% 17,29%
Smb: BPS, diolah
No Keterangan2011
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0200400600800
100012001400160018002000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2012
Rata-rata Harga% yoy
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
020406080
100120140160180200220240
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks qtq
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Maluku-Papua (Sulampua) yang menunjukan adanya penurunan penjualan sub kelompok
pakaian pada periode laporan (grafik 2.4).
Grafik 2.5.Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)
Peningkatan tekanan inflasi periode laporan juga terjadi pada Kelompok
Kesehatan. Dibandingkan tahun sebelumnya, laju inflasi meningkat dari 3,08% pada
triwulan I-2011 menjadi sebesar 7,52% (yoy) pada triwulan I-2012 (grafik 2.6). Seluruh sub-
kelompok mengalami kenaikan harga, sub-kelompok jasa perawatan jasmani terutama
kenaikan biaya dokter/rumah sakit mencatat kenaikan harga tertinggi dibandingkan lainnya.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
Grafik 2.7.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Sub Kel.Farmasi
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012
%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
20121 4 1
KESEHATAN 3,08% 7,66% 7,52%1 Jasa Kesehatan 5,70% 13,76% 10,95%2 Obat-obatan 3,33% 6,73% 6,08%3 Js. Perawatan Jasmani 3,93% 10,06% 11,31%4 Perwtn Jasmn & Kosm 1,30% 3,81% 5,13%
Smb: BPS, diolah
2011No Keterangan
0%
10%
20%
30%
40%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks Farmasi Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 2.8.Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq)
Selanjutnya secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok kesehatan sedikit mengalami
peningkatan dari sebesar 1,13% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 1,15% (qtq) pada
triwulan I-2012 (grafik 2.8). Peningkatan laju inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh
sub-kelompok jasa perawatan jasmani.
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, apabila dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan IV-2011, inflasi pada triwulan I-
2012 tercatat lebih tinggi, menjadi 4,18% (yoy) (tabel 2.4). Meningkatnya laju inflasi tahunan
tersebut didorong oleh kenaikan laju inflasi pada sub-kelompok biaya tempat tinggal dan
sub-kelompok perlengkapan rumah tangga (tabel 2.4). Disamping itu, laju inflasi pada sub-
kelompok biaya tempat tinggal diperkirakan didorong oleh ekspektasi kenaikan harga bahan
bangunan seperti harga besi/baja yang dipengaruhi oleh kenaikan harga baja internasional.
Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) kelompok perlengkapan rumah
tangga lainnya yang menunjukkan kecenderungan kenaikan tingkat harga (grafik 2.11.).
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
20121 4 1
PERUMAHAN, A, L, G, & BB 4,16% 3,66% 4,18%1 Biaya Tempat Tinggal 3,79% 4,87% 5,47%2 BB, Penerangan & Air 6,37% 2,44% 2,98%3 Perlengkapan RT 2,59% 3,35% 3,28%4 Penyelenggaraan RT 2,42% 1,08% 1,79%
Smb: BPS, diolah
No Keterangan 2011
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 2.10.Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar
Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy)
Secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok ini pada triwulan laporan cenderung
meningkat. Inflasi pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,38% (qtq), sementara pada
triwulan IV-2011 tercatat sebesar 0,81% (qtq) (grafik 2.10). Peningkatan inflasi triwulanan
tersebut terutama didorong oleh sub-kelompok biaya tempat tinggal yang diperkirakan
kenaikan beberapa harga bahan bangunan antara lain batu-bata dan semen.
Grafik 2.11.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat
4,04% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 13,97% (tabel 2.5). Melemahnya tekanan inflasi kelompok ini disebabkan
oleh turunnya harga pada 3 sub-kelompok, terutama pada sub-kelompok bumbu-bumbuan,
sub-kelompok ikan segar, sub-kelompok lemak dan minyak. Terjaganya pasokan yang
disebabkan oleh masa panen serta kondisi cuaca yang relatif kondusif diperkirakan
memberikan pengaruh positif terhadap stabilitas harga. Sementara itu, pelemahan tekanan
inflasi pada sub-kelompok lemak dan minyak disebabkan antara lain oleh turunnya harga
minyak goreng karena penurunan harga CPO dunia dibanding tahun sebelumnya (grafik
-2
-
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks Pertumbuhan tahunan (y.o.y)
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
2.14). Meskipun demikian, kebijakan pembatasan pembelian solar kepada pengecer sebesar
50 liter per hari oleh SPBU Pertamina untuk menghindari penimbunan menjelang rencana
kenaikan BBM tanggal 1 April 2012, telah memberikan dampak kepada berkurangnya
kemampuan nelayan untuk melaut yang akhirnya mempengaruhi pasokan. Selanjutnya
secara triwulanan, laju inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 4,86% (qtq) atau
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami deflasi sebesar 0,47%
(qtq).
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
Grafik 2.13. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
Cabe Rawit Cabe Merah
Cakalang Katamba
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
20121 4 1
BAHAN MAKANAN 13,97% 0,24% 4,04%1 Padi-padian 6,47% 12,13% 14,92%2 Daging & Hasi lnya 0,59% -5,56% 6,39%3 Ikan Segar 22,89% -0,04% 2,84%4 Ikan Diawetkan 13,19% 7,85% 3,39%5 Telur, Susu & Hasilnya 6,01% 4,99% 5,79%6 Sayur-sayuran 8,41% 3,97% 13,74%7 Kacang-kacangan 6,66% -0,22% -3,22%8 Buah-buahan -5,19% 10,87% 18,29%9 Bumbu-bumbuan 76,64% -36,72% -32,14%
10 Lemak & Minyak 14,44% 2,96% -0,21%11 Bhn Makanan Lainnya 3,86% 10,03% 11,45%
Smb: BPS, diol ah
No Keterangan2011
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Harga Cabe Rawit
Pertumbuhan tahunan (yoy)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Harga Cabe Merah Pertumbuhan tahunan (yoy)
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2012
Harga Cakalang Pertumbuhan tahunan (yoy)
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
30000
31000
32000
33000
34000
35000
36000
37000
38000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2012
Harga Katamba Pertumbuhan tahunan (yoy)
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 2.14.Harga CPO Internasional
Grafik 2.15.Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, apabila dibandingkan tahun
sebelumnya maka inflasi triwulan I-2012 mengalami peningkatan. Laju Inflasi triwulan I-2012
tercatat sebesar 2,94% (yoy) naik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat hanya sebesar 1,48% (yoy). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh inflasi pada sub-
kelompok kursus/pelatihan terutama kenaikan sub-kelompok biaya kursus/pelatihan.
Selanjutnya, dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini mengalami
penurunan, yaitu dari sebesar 0,43% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi sebesar 0,07%
(qtq) pada triwulan laporan (grafik 2.16).
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
30
230
430
630
830
1.030
1.230
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2012
Harga Pertumbuhan tahunan (yoy)
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 2.16.Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan-
Rekreasi-Olahraga
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi-
Olahraga
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan kelompok ini cenderung
meningkat pada triwulan I-2012. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar
4,49% (yoy), sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 4,46% (yoy)
dan triwulan IV-2011 sebesar 4,40% (tabel 2.5). Pada kelompok ini, peningkatan laju inflasi
yang cukup tinggi terjadi pada sub-kelompok tembakau & minuman berakhohol yang salah
satunya dikarenakan pengaruh kenaikan cukai rokok pada tahun 2011. Kondisi ini sejalan
dengan hasil Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau yang mencatat kenaikan
indeks (grafik 2.21).
-1
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012%
y.o.yq.t.q
Sumber : BPS diolah
-
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012%
y.t.dy.o.y
Sumber : BPS diolah
20121 4 1
PENDIDIKAN, R & OR 1,48% 2,89% 2,94%1 Pendidikan 2,03% 3,95% 3,95%2 Kursus/Pelatihan 2,08% 13,29% 13,29%3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 1,59% 0,39% 0,56%4 Rekreasi 0,29% 0,65% 0,70%5 Olahraga 1,58% 4,24% 3,99%
Smb: BPS, diol ah
No Keterangan2011
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Tabel 2.7Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Grafik 2.19.Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Selanjutnya, bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), laju inflasi kelompok
makanan jadi-minuman-rokok-tembakau naik dari 0,98% (qtq) pada triwulan IV-2011
menjadi 1,03% (qtq) (grafik 2.19). Meningkatnya laju inflasi dimaksud, terutama didorong
oleh kenaikan laju inflasi sub-kelompok minuman tidak beralkohol yang salah satunya
disebabkan oleh naiknya harga gula pasir (grafik 2.20). Berkurangnya pasokan gula dari
produsen sebagai dampak kebijakan pembatasan peredaran gula rafinasi, serta adanya
kecenderungan kenaikan permintaan gula diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi
kenaikan harga gula.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010 2011 2012%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
20121 4 1
MKNN JADI, M, R & T 4,46% 4,40% 4,49%1 Makanan Jadi 4,11% 3,44% 3,50%2 Minuman Tdk Beralkohol 3,79% 1,46% 3,94%3 Tembakau & Min. Beralkohol 5,89% 9,22% 7,51%
Smb: BPS, diol ah
No Keterangan2011
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 2.20. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-rokok
Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng Mie
Nasi Gula Pasir
Grafik 2.21.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Makanan dan Tembakau
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, secara tahunan laju inflasi
kelompok ini pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 0,57% (yoy) atau turun bila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy) (grafik 2.22). Penurunan laju inflasi
pada kelompok ini, disebabkan oleh turunnya inflasi pada sub-kelompok sarana dan
penunjang transportasi. Selain itu, inflasi pada sub-kelompok komunikasi-pengiriman
mengalami deflasi. Hal ini diperkirakan sebagai dampak persaingan antar operator telepon
seluler yang tercermin dari turunnya tarif. Selanjutnya, inflasi pada sub-kelompok transport
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000
10.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Ayam Goreng Pertumbuhan tahunan (yoy)
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
52005400560058006000620064006600680070007200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2011 2012
Mie Pertumbuhan tahunan (yoy)
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
7000
7500
8000
8500
9000
9500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Nasi Pertumbuhan tahunan (yoy)
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Gula Pasir Pertumbuhan triwulanan (qtq)
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Makanan, minuman & tembakau Pertumbuhan Tahunan (yoy)
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terkait penundaan
kenaikan harga BBM subsidi yang mendorong ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan
harga.
Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok
Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
Grafik 2.23.Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Sementara itu, inflasi kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan mengalami
peningkatan menjadi sebesar 0,11% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
deflasi 0,07% (qtq) (grafik 2.23). Peningkatan laju inflasi pada kelompok dimaksud terutama
pada sub-kelompok komunikasi-jasa pengiriman dan sub-kelompok transpor. Kenaikan harga
minyak dunia yang diikuti meningkatnya tarif transportasi khususnya udara dan logistik
diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya inflasi sub-kelompok transpor dan sub-
kelompok komunikasi-pengiriman. Disamping itu, laju inflasi sub-kelompok sarana-
penunjang transpor tercatat masih cukup tinggi, hal ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan
Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori (grafik 2.25).
-6
-5
-4
-3
-2
-1
-
1
2
3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
20121 4 1
TRANSPOR, KOM. & JK 1,83% 0,73% 0,57%1 Transpor 0,62% 0,76% 0,54%2 Kom. & Pengiriman -0,36% -0,28% -0,13%3 Srn & Penunjang Transpor 20,50% 2,80% 2,44%4 Js Keuangan 0,00% 0,00% 0,00%
Smb: BPS, diola h
No Keterangan2011
-6
-5
-4
-3
-2
-1
-
1
2
3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 2.24. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak
Dunia
Grafik 2.25.Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Suku Cadang & Aksesori
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi 4 (empat) kota di Sulsel yang
masuk dalam perhitungan inflasi, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:
Berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan inflasi dengan triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan
inflasi yang paling tinggi terdapat di Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 5,69% pada
triwulan I-2012, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang sebesar 5,97% maupun
triwulan IV-2011 (3,94%). Pertumbuhan inflasi kedua tertinggi di Sulsel adalah Palopo
dengan tingkat inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 4,27%, relatif meningkat dibandingkan
triwulan I-2011 maupun triwulan IV-2011 yang masing-masing tercatat sebesar 3,96% dan
3,35%. Kondisi yang sama juga terjadi pada kota Makassar dan Pare-pare. Kota Makassar
menduduki peringkat ketiga, inflasinya pada periode laporan tercatat sebesar 4,10%, lebih
rendah dibandingkan triwulan I-2011 (6,60%) namun lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-
2011 (2,87%). Kota terakhir yang mengalami peningkatan inflasi terkecil adalah Pare-pare
dengan tingkat inflasi sebesar 2,00%, sementara inflasi pada triwulan I-2011 sebesar 5,66%
dan pada triwulan IV-2011 sebesar 1,60% (grafik 2.26).
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Harga minyak WTI USD/Barel
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2010 2011 2012
Indeks Pertumbuhan triwulanan (qtq)
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 2.26.Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah pergerakan inflasi Watampone yang
sedikit berbeda dari ke-3 kota lainnya. Laju inflasi Watampone pada triwulan I-2012 masih
mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara ke-
3 kota lainnya masih cenderung lebih rendah. Di sisi lain, arus barang keluar melalui
pelabuhan di Watampone lebih dominan dibandingkan arus barang masuk, mengingat
pelabuhan dimaksud merupakan pintu keluar ke Kendari (Sulawesi Tenggara) untuk
memenuhi kebutuhan provinsi lain.
Meski mengalami kondisi yang berlainan, sumbangan Watampone terhadap inflasi
Sulsel masih tercatat paling rendah. Hal tersebut karena bobot Watampone yang hanya
sebesar 5,71%, sedikit di bawah bobot Palopo (6,03%).
Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Provinsi Sulsel pada
triwulan I-2012 masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di
Sulsel, yaitu sebesar 3,42%. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan triwulan yang sama
pada tahun 2011 (5,32%). Namun nilai tersebut cenderung lebih tinggi jika dibandingkan
triwulan IV-2011 (2,42%). Hal yang serupa terjadi pada kota Palopo yang menyumbangkan
inflasi 0,22% di triwulan I-2012, atau menurun jika dibandingkan triwulan I-2011 (0,35%),
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Gro
wth
(y.
o.y)
MakasarPalopoPare-pareWatamponeSulawasi Selatan
Sumber : BPS diolah
2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Watampone 0,17% 0,17% 0,32% 0,32% 0,30% 0,32% 0,17% 0,13% 0,20%
Makassar 2,90% 2,91% 5,53% 5,51% 5,32% 5,35% 2,87% 2,42% 3,42%
Palopo 0,19% 0,19% 0,37% 0,36% 0,35% 0,35% 0,19% 0,16% 0,22%
Pare-pare 0,19% 0,19% 0,36% 0,36% 0,34% 0,35% 0,18% 0,16% 0,22%
Sulawasi Selatan 3,45% 3,46% 6,58% 6,56% 6,32% 6,37% 3,37% 2,87% 4,06%
Sumbangan Inflasi Kota
Keterangan 2010 2011
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
akan tetapi sumbangan inflasi kota Palopo pada triwulan laporan cenderung meningkat jika
dibandingkan periode sebelumnya(0,16%), tabel 2.9.
2.2. Disagregasi Inflasi
Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan Inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of
Individual Consumption According to Purpose (COICOP), dilakukan juga analisa disagregasi
inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile dan
administred inflation). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih
menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana inflasi dapat
bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan
(demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi.
Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena
dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari inflasi
komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered
price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan
harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-2010 sampai dengan triwulan I-2011
didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah
inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered
inflation). Namun sejak triwulan II-2011 sampai dengan triwulan laporan, sumbangan inflasi
terbesar berasal dari inflasi inti, kemudian diikuti volatile inflation atau administered inflation,
lihat grafik 2.27.
Dominasi volatile inflation dalam inflasi di Sulsel triwulan I-2012 disebabkan karena
kondisi cuaca antara lain curah hujan yang masih cukup tinggi sehingga menyebabkan
turunnya produksi bahan makanan terutama antara lain komoditas sayur-sayuran serta hasil
tangkapan ikan. Disamping itu, kurang kondusifnya cuaca pada triwulan I-2012 turut
mempengaruhi kualitas panen beras, mengurangi produksi udang tambak dan
mengakibatkan proses distribusi barang kurang lancar.
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 2.27. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
Grafik 2.28. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI
Pada tanggal 2 Februari 2012 dilakukan rapat teknis Forum Koordinasi Pematauan
dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Prov. Sulsel. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut
adalah sebagai berikut:
A. Program kerja TPID Sulsel
Membentuk TPID daerah Makassar dan Bone, mengingat kedua kota merupakan
wilayah yang dihitung laju inflasinya.
Mendesain sistem informasi harga terpadu, sehubungan dengan banyaknya data
harga komoditas strategis di Sulsel yang dimiliki oleh masing-masing dinas.
Melakukan Rakorwil TPID Sulampua untuk koordinasi antar daerah (provinsi) dan
menggali berbagai masukan dari masing-masing TPID berkaitan dengan
permasalahan distribusi dan alokasi pasokan barang-barang kebutuhan pokok
strategis serta upaya membangun sinergi program antar TPID Sulampua sebagai
materi yang akan disampaikan dalam pertemuan Rakornas TPID.
Dukungan data dan informasi terkait dengan riset ketahanan pangan KBI Makassar
2012, dimana hasilnya dapat dimanfaatkan untuk TPID dimasa mendatang.
Pelaksanaan Pasar Murah, sebagaimana yang telah dilaksanakan pada 2011, perlu
dilanjutkan pada 2012, namun perlu persiapan yang lebih matang agar hasilnya
lebih optimal.
Pertemuan Rutin (termasuk koordinasi daerah), merupakan pertemuan rapat khusus
sebagai follow up dari rapat teknis yang belum terselesaikan.
B. Rencana Tindak Lanjut
Menghadapi potensi tekanan inflasi yang tinggi, maka diharapkan dalam rapat teknis
bulanan atau rapat khusus (jika dianggap perlu) untuk membuat rekomendasi yang
konkrit dalam rangka pengendalian inflasi kedepannya. Dengan demikian ada program
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Administered Inflation
Core Inflation
Volatile Inflation
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Administered Inflation Core Inflation
Volatile Inflation Total
Sumber: BPS Diolah
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
aksi yang dapat secara cepat dilakukan apabila terjadi lonjakan harga barang/jasa di
masyarakat.
Menyusun program kerja dan kegiatan yang lebih rinci, baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang pada High Level Meeting yang rencananya akan diadakan pada akhir
Februari 2011.
Melakukan pertemuan tersendiri dalam rangka pembentukan TPID Makssar dan Bone
dengan pihak-pihak terkait sehingga diharapkan dapat terbentuk sebelum Rakorwil
Sulampua.
Diperlukan pertemuan tersendiri dan pembentukan tim khusus untuk membahas
pengembangan sistem informasi harga dan pasokan bahan makanan, yaitu antara Dinas
Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Bank
Indonesia, dan Balai Karantina.
Disamping rapat teknis diatas, pada tanggal 8 Maret 2012 dilakukan High Level
Meeting (FKPPI) Prov. Sulawesi Selatan. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut adalah
sebagai berikut:
A. Pembahasan Rancangan Permendagri mengenai Pedoman TPID
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif dan berkelanjutan, disadari
pentingnya pengendalian inflasi antara lain dengan cara menjaga kesinambungan
pasokan dan keterjangkauan barang dan jasa di daerah.
Inflasi di daerah selain dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat, terutama dibentuk oleh
kondisi sektor riil (sisi supply) yang antara lain adalah sisi produksi, distribusi, tata niaga,
dan pengelolaan dampak administered price.
Kondisi sektor ril di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, mengingat
kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah. Sehingga
tanggung jawab pengendalian inflasi di daerah sebagian dipegang oleh pemerintah
daerah.
Di sisi lain, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki tugas mengendalikan
inflasi melalui kebijakan moneter di tingkat pusat, dan memiliki fungsi supervisi
(rekomendasi) di daerah. Oleh karena itu pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) menjadi penting sebagai wadah koordinasi untuk mendorong rekomendasi
kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi.
Saat ini telah dibentuk Kelompok Kerja Nasional Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (Pokjanas TPID) yang bertugas mewadahi kerjasama antara TPID di tingkat
provinsi dan Kabupaten. Pokjanas TPID terdiri dari 3 unsur, yaitu Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Bank Indonesia.
Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) mengenai Pedoman TPID
saat ini sedang disusun oleh Pokjanas TPID. Rancangan Permendagri tersebut
dimaksudkan untuk dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka
melakukan upaya-upaya pengelolaan aktivitas dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan, yang berpengaruh terhadap pembentukan inflasi di daerahnya.
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Pokjanas TPID masih menunggu masukan dari seluruh pemerintah daerah yang dapat
disampaikan melalui website www.pekda15.com
B. Kesepakatan Program Kerja FKPPI Sulsel
Telah disepakati Program Kerja FKPPI Sulsel Tahun 2012 yang terdiri dari rapat dan
koordinasi rutin, serta program kerja utama.
Rapat dan Koordinasi Rutin antara lain :
1. Pertemuan teknis
2. High Level Meeting
3. Rapat koordinasi TPID se-Sulawesi, Maluku, dan Papua
Program Kerja Utama antara lain
1. Stabilisasi harga komoditas pangan strategis
2. Pasar murah Ramadhan
3. Operasi Pasar
4. Kajian ketahanan pangan strategis Sulsel
5. Pembentukan Sub-FKPPI Kota Makassar dan Watampone
6. Sosialisasi inflasi
7. Pengkajian Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)
C. Tindak Lanjut
Program Kerja FKPPI Sulsel tahun 2012 yang telah disetujui bersama akan dilaksanakan
sebaik-baiknya dengan peran serta dari Pemerintah Provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
Pelaksanaan rapat rutin FKPPI Sulsel akan dikaitkan dengan pertemuan rutin SKPD,
dimana hasil rapat FKPPI akan menjadi masukan bagi rapat SKPD Sulsel.
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) untuk daerah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua)
akan dilaksanakan pada bulan April 2012, dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi
Nasional (Rakornas) TPID di bulan Mei 2012.
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Tabel 3.1Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
A. Perbankan
Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2012 masih tumbuh pada
level yang tinggi. Hal ini tercermin dari indikator perbankan seperti total aset, kredit dan
Dana Pihak Ketiga (DPK). Total aset perbankan tumbuh sebesar 26,33% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,32%. Peningkatan pertumbuhan total aset
tersebut didorong oleh peningkatan kredit dan DPK. Sementara peningkatan LDR perbankan
Sulsel menjadi sebesar 127,47% dari sebelumnya 124,62% akibat dari pertumbuhan kredit
melebihi pertumbuhan DPK. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik, tercermin dari level
Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat
sebesar 2,82%, masih berada dibawah batas aman 5,00%.
Demikian pula, perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 juga menunjukkan
perkembangan semakin meningkat melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel
baik pada sisi pembiayaan maupun DPK. Peningkatan penyaluran pembiayaan yang
tercermin dari level Finance to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar 206,70% dari 185,89%
pada triwulan sebelumnya. Disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
juga relatif baik, terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan DPK dan kredit/pembiayaan.
3.1. Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I-2012, jumlah bank di Sulsel bertambah 1
(satu) bank yaitu Bank Papua. Komposisi Bank umum konvensional meningkat menjadi 41
bank, sementara jumlah BPR tidak mengalami perubahan pada triwulan laporan tercatat
sebanyak 27 BPR (tabel 3.1).
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset Bank Umum pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 26,33% menjadi
Rp67,57 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 22,32%
(tabel 3.2). Pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh peningkatan
pertumbuhan aset bank asing dan campuran serta bank pemerintah yang tumbuh masing-
masing dari 27,04% dan 19,72% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 39,33%
dan 27,44% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara itu aset bank swasta nasional menurun
dari 26,35% (y.o.y) menjadi 24,36% (y.o.y) pada triwulan I-2012. Peningkatan aset bank
asing dan campuran tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit yang tumbuh
signifikan sebesar 74,59% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh
sebesar 1,48% (y.o.y).
Tabel 3.2Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
3.2. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan tercermin dari perkembangan pergerakan LDR,
mengalami peningkatan menjadi 127,47% pada triwulan I-2012 dibandingkan triwulan IV-
2011 yang tercatat sebesar 124,62%. Peningkatan LDR tersebut terutama karena terjadinya
peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK.
3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan I-2012
mencapai Rp46,09 triliun, mengalami peningkatan pertumbuhan dari 22,58% (y.o.y) pada
triwulan IV-2011 menjadi 23,04% (y.o.y) – tabel 3.3. Pertumbuhan DPK ini terutama
didorong oleh peningkatan pertumbuhan giro, yaitu dari 17,40% pada triwulan IV-2011
menjadi 21,14% (y.o.y) disusul peningkatan pertumbuhan tabungan dari 26,67% menjadi
27,09% (y.o.y). Sementara deposito mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya, yaitu
dari 17,39% pada triwulan IV-2011 menjadi 17,09% pada triwulan laporan.
2012 2012III IV I II III IV I III IV I II III IV I
Total Aset 21,17% 20,84% 27,17% 24,88% 23,55% 22,32% 26,33% 48.938 52.865 53.491 57.590 60.460 64.662 67.573 Bank Pemerintah 14,25% 14,56% 23,08% 24,47% 21,23% 19,72% 27,44% 29.704 32.233 32.186 35.005 36.011 38.591 41.018 Bank Swasta Nasional 38,85% 37,64% 34,19% 26,29% 27,72% 26,35% 24,36% 18.765 20.189 20.899 22.160 23.967 25.509 25.989 Bank Asing dan Campuran -46,40% -52,98% 19,80% -5,16% 2,96% 27,04% 39,33% 469 443 406 425 483 563 565
Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)20112010KOMPONEN 2010 2011
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Tabel 3.3Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sulsel menurun
dari 32,43% pada periode sebelumnya menjadi 26,30% (y.o.y) - tabel 3.4. Level
pertumbuhan kredit perbankan Sulsel tersebut masih melebihi pertumbuhan kredit
perbankan secara nasional yang tercatat sebesar 24,94% pada triwulan laporan. Dari sisi
penggunaannya, kredit konsumsi dan modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan,
dengan perlambatan pertumbuhan tertinggi pada kredit konsumsi sebesar 21,87% lebih
rendah dibandingkan laporan periode sebelumnya (35,33%). Sementara itu, kredit investasi
mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi 28,20% dibandingkan laporan periode
sebelumnya (26,37%).
Tabel 3.4Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Kenaikan pada kredit investasi diperkirakan sebagai dampak dari ekspektasi kondisi
perekonomian daerah yang cenderung meningkat pada triwulan I-2012. Berdasarkan hasil
Survei Konsumen pada Maret 2012, tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi
perekonomian daerah yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen, mengalami
peningkatan (grafik 3.1). Sejalan dengan hal tersebut, tingkat ekspektasi penghasilan yang
akan datang juga mengalami peningkatan (grafik 3.2). Kondisi ini relatif mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan kredit investasi.
2012 2012III IV I II III IV I III IV I II III IV I
1. DPK 15,31% 11,00% 24,14% 19,56% 20,96% 22,58% 23,04% 33.959 37.299 37.461 39.159 41.077 45.722 46.091 a. Giro 20,41% 12,69% 26,55% 17,16% 14,92% 17,40% 21,14% 5.948 5.628 6.516 6.715 6.835 6.607 7.893 b. Tabungan 22,10% 13,02% 33,87% 24,92% 19,97% 26,67% 27,09% 18.274 20.865 19.648 20.907 21.923 26.430 24.970 c. Deposito 2,01% 6,50% 9,15% 12,18% 26,51% 17,39% 17,09% 9.738 10.806 11.298 11.537 12.319 12.685 13.228 2. Kredit 21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 29,86% 32,43% 26,30% 41.120 43.025 46.520 50.085 53.401 56.979 58.755
3. LDR (%) 121,09% 115,35% 124,18% 127,90% 130,00% 124,62% 127,47%4. NPLs Gross (%) 3,06% 2,94% 3,25% 3,36% 3,22% 2,63% 2,82%
Nominal (Rp. Milyar)20112010KOMPONEN
Pertumbuhan (y.o.y)2010 2011
2012 2012III IV I II III IV I III IV I II III IV I
21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 29,86% 32,43% 26,30% 41.120 43.026 46.520 50.084 53.401 56.979 58.755- Modal Kerja 13,56% 13,21% 24,49% 26,40% 30,44% 32,64% 30,45% 15.424 16.610 17.247 18.799 20.120 22.032 22.500
26,60% 32,36% 18,72% 23,14% 33,94% 26,37% 28,20% 7.976 8.961 9.148 10.027 10.683 11.324 11.728 26,66% 16,45% 29,99% 26,03% 27,53% 35,33% 21,87% 17.720 17.455 20.125 21.258 22.598 23.623 24.527
Nominal (Rp Milyar)2011 2011
- Investasi- Konsumsi
KOMPONEN
Kredit (lokasi proyek)
Pertumbuhan (y.o.y)2010 2010
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi
Konsumen
Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan
6 bln y.a.d
Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Jenis Penggunaan Tw. I-2012
Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Sektor Ekonomi Tw. IV-2011
Kredit konsumsi pada triwulan I-2012 masih memiliki pangsa yang tertinggi
dibandingkan kredit lainnya terhadap keseluruhan kredit, dimana share kredit konsumsi
mencatat pangsa tertinggi 41,75% atau sebesar Rp24,53 triliun, diikuti kredit modal kerja
Rp22,50 triliun (38,29%) dan kredit investasi Rp11,73 triliun (19,96%) - grafik 3.3. Namun
demikian, proporsi kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan sebesar 0,37%,
sementara itu proporsi kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing meningkat 0,29%
dan 0,09% dari triwulan sebelumnya.
Secara sektoral, pangsa penyaluran kredit pada triwulan I-2012 masih tetap
didominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain (konsumsi), sektor perdagangan-hotel-
restoran dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 45,10%, 26,98% dan
8,24% (grafik 3.4). Sementara itu, peningkatan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada sektor perdagangan-hotel-restoran yaitu dari
21,96% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 32,17% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Peningkatan pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan-hotel-restoran didorong oleh
membaiknya perkembangan ekonomi Sulsel. Meski demikian, penurunan pertumbuhan
terjadi pada sektor jasa dunia usaha dan sektor lain-lain. Penurunan pertumbuhan kredit
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
100
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
115
120
125
130
135
140
145
150
155
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Modal Kerja38%
Investasi20%
Konsumsi42%
Pertanian1%
Pertambangan1%
Industri Pengolahan7%
Listrik, Gas, Air1%
Konstruksi4%
Perdagangan21%
Pengangkutan2%
Perdagangan21%
Jasa Dunia Usaha4%
Jasa Sosial Masyarakat
2%
Lain-lain36%
47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
tertinggi terjadi pada sektor jasa dunia usaha yaitu dari 93,08% (y.o.y) pada triwulan
sebelumnya menjadi 64,12% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Tabel 3.5Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
Dari sisi aspek pengelolaan manajemen risiko, perbankan Sulsel pada triwulan I-2012
juga menunjukkan kondisi yang masih baik, tercermin dari rasio kredit macet atau Non
Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang tetap terjaga pada level yang aman (dibawah
5%), yaitu sebesar 2,82%, meski sedikit lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu sebesar
2,63% (tabel 3.6).
Tabel 3.6Perkembangan NPLs Gross Bank Umum
Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang mencapai 9,80%
(grafik 3.5), diikuti oleh sektor Industri pengolahan dan sektor jasa sosial yang masing-masing
sebesar 5,74% dan 3,74%. Rasio NPL yang sangat tinggi di sektor pertanian diduga terjadi
karena produktivitas sektor tersebut memiliki ketergantungan yang cukup besar pada faktor
alam seperti cuaca esktrim yang berakibat pada penurunan produksi saat masa panen tiba.
Hal tersebut dapat mempengaruhi pendapatan atau kemampuan para petani untuk
membayar kreditnya. NPL di sektor pertanian menunjukkan sedikit peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 9,43% menjadi 9,80% pada triwulan laporan.
Kondisi cuaca ekstrim pada triwulan I-2012 masih mengganggu produksi pertanian Sulsel
sehingga mempengaruhi pendapatan atau kemampuan para petani untuk membayar kredit.
2012 2012III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Kredit 21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 29,86% 32,43% 26,30% 39.884 41.120 43.025 46.520 50.085 53.401 56.979 58.755 Pertanian -58,15% -52,69% -2,90% 54,26% 89,41% 82,16% 76,99% 448 413 468 499 692 782 853 883 Pertambangan 20,56% 64,37% 28,95% 60,84% 81,80% 70,01% 67,44% 260 263 331 339 418 478 563 568 Industri Pengolahan 6,52% 23,36% 26,66% 21,16% 20,49% 26,11% 30,85% 3.278 3.367 3.884 3.701 3.971 4.057 4.898 4.842 Listrik, Gas, Air 146,80% 73,72% 23,61% -5,16% -10,42% -17,93% -9,58% 299 418 441 420 284 374 362 379 Konstruksi 12,53% 20,40% 48,34% 25,71% 23,45% 16,75% 9,70% 2.319 2.530 2.679 2.870 2.915 3.123 3.127 3.148 Perdagangan 16,62% 14,16% 32,43% 38,86% 24,68% 21,96% 32,17% 9.853 11.435 12.678 11.995 13.683 14.257 15.462 15.854 Pengangkutan -3,73% -14,66% -11,53% -1,36% 39,67% 73,37% 75,71% 1.285 1.021 1.005 1.040 1.267 1.426 1.743 1.828 Jasa Dunia Usaha -46,50% -19,70% 75,55% 155,22% 176,00% 93,08% 64,12% 899 986 1.578 1.932 2.296 2.722 3.046 3.171 Jasa Sosial Masyarakat 275,10% 337,69% 11,16% -5,22% 12,90% -4,59% -6,02% 1.679 1.462 1.641 1.685 1.591 1.650 1.565 1.583 Lain-lain 37,42% 22,23% 20,97% 17,41% 27,59% 38,42% 20,23% 19.563 19.226 18.321 22.039 22.968 24.530 25.359 26.497
20112010KOMPONEN 20102011Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)
2012III IV I II III IV I II III IV I4,08% 3,08% 3,47% 2,95% 3,06% 2,94% 3,25% 3,36% 3,22% 2.63% 2.82%
KOMPONEN2009 2010
NPL Gross
2011
48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 3.5NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2011
3.2.3 Kredit MKM
Berdasarkan segmentasi skala usaha
debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan
Bank Umum di Sulsel diklasifikasikan
sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan
Menengah (MKM). Pangsa kredit/
pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada
posisi Maret 2012 sebagian besar masih
didominasi oleh sektor perdagangan
51,47%, diikuti oleh sektor lain-lain, sektor
konstruksi dan sektor jasa sosial masyarakat
yang masing-masing memiliki proprosi sebesar 10,91% ; 7,37% ; 7,19% (grafik 3.6).
Penyaluran kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan
menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 37%
(y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 20% (y.o.y) - tabel 3.7. Beberapa sektor yang mengalami
perlambatan pertumbuhan adalah sektor lain-lain (konsumsi), sektor pertambangan, serta
sektor pertanian. Sementara itu, sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan adalah
sektor listrik, gas & air dan sektor industri pengolahan. Selanjutnya pada triwulan laporan
terdapat sektor yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu jasa sosial masyarakat.
Perlambatan pertumbuhan kredit MKM hampir diseluruh sektor tersebut sejalan dengan
perlambatan kinerja kredit MKM secata total pada triwulan I-2012.
9,80%5,74%
3,74%3,48%
2,77%2,47%
1,98%1,76%1,75%
0,66%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
PertanianIndustri Pengolahan
Jasa Sosial MasyarakatPerdagangan
KonstruksiJasa Dunia Usaha
PengangkutanLain-lain
PertambanganListrik, Gas, Air
Grafik 3.6Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum
Per Sektor Ekonomi Tw. I-2012
Pertanian4%
Pertambangan1%
Industri Pengolahan5%
Listrik, Gas, Air0%
Konstruksi7%Perdagangan
52%
Pengangkutan6%
Jasa Dunia Usaha7%
Jasa Sosial Masyarakat7%
Lain-lain11%
49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Tabel 3.7.Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)
3.3. Perbankan Syariah
Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan IV-2011, yakni sebanyak 11 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (lima)
Bank Umum Syariah dan 5 (lima) Unit Usaha Syariah.
Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya, yang tercermin dari pertumbuhan DPK, pembiayaan serta Finance to
Deposit Ratio (FDR) - (tabel 3.8.). Peningkatan FDR lebih disebabkan oleh peningkatan
pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan DPK.
Pembiayaan masih memiliki porsi yang lebih besar dari DPK yang tercermin dari FDR
206,70%, kualitas pembiayaan pada triwulan laporan semakin baik dan tetap terjaga pada
level yang aman. Hal ini tercermin dari nilai Non Performing Financing (NPFs) secara gross di
1,53% (dibawah 5%) turun 0,22% dibandingkan triwulan IV-2011.
3.4. Perbankan BPR
Dari sisi kelembagaan, jumlah BPR yang beroperasi pada triwulan I-2012 berjumlah
27 bank. Pada triwulan I-2012 (Posisi Februari 2011), total aset perbankan kelompok BPR/S
2012 2012III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Kredit -46% -51% -13% 26% 26% 37% 20% 12.463 13.311 13.094 14.970 15.753 16.713 17.985 18.011 Pertanian -47% -53% 106% 170% 95% 154% 108% 193 314 272 346 520 612 689 719 Pertambangan 40% 281% 240% 461% 245% 134% 53% 31 48 75 105 172 166 175 160 Industri Pengolahan 62% 59% 128% 19% 9% 16% 17% 700 781 835 830 833 849 968 971 Listrik, Gas, Air 149% 160% 900% -4% 72% 118% 124% 29 40 30 29 28 69 65 65 Konstruksi 30% 20% 182% 8% 13% 18% 10% 1.126 1.245 1.201 1.207 1.212 1.410 1.412 1.328 Perdagangan 8% -1% 65% 47% 14% 21% 16% 5.806 7.588 7.748 7.972 8.530 8.671 9.409 9.270 Pengangkutan 69% 45% 69% 91% 140% 164% 139% 346 342 371 418 660 821 979 1.001 Jasa Dunia Usaha -43% -50% 20% 49% 72% 80% 37% 719 677 677 902 1.072 1.167 1.219 1.237 Jasa Sosial Masyarakat 279% 336% 10% -5% 8% -3% -12% 1.389 1.288 1.377 1.480 1.320 1.386 1.336 1.295 Lain-lain -92% -96% -80% -34% 58% 241% 17% 2.125 989 509 1.681 1.406 1.562 1.733 1.965
KOMPONEN 2010 2010 2011Nominal (Rp. Milyar)
2011Pertumbuhan (y.o.y)
2010 2012 2010 2012IV I II III IV I IV I II III IV I
1. DPK 26,77% 75,82% 34,90% 35,77% 45,86% 26,15% 1.139 1.254 1.289 1.399 1.662 1.581 a. Giro -9,02% 140,79% 39,72% 44,16% 68,16% 21,52% 130 162 153 165 218 197 b. Tabungan 44,11% 78,06% 34,31% 43,11% 46,78% 39,11% 520 545 569 649 763 758 c. Deposito 23,85% 60,91% 34,25% 26,47% 38,97% 14,60% 490 546 566 584 680 626 2. Pembiayaan 41,08% 78,25% 56,31% 47,17% 52,90% 38,61% 2.020 2.358 2.656 2.876 3.089 3.268
3. FDR (%) 177,33% 188,11% 206,08% 205,67% 185,89% 206,70%4. NPFs Gross (%) 3,03% 2,50% 2,48% 2,62% 1,75% 1,53%
Nominal (Rp. Milyar)Pertumbuhan (y.o.y)2011KOMPONEN 2011
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
tercatat tumbuh sebesar 68,1% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
58,7% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp823,6 milyar (grafik 3.7).
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
menjadi sebesar 50,93% (y.o.y) pada triwulan I-2012, dari triwulan sebelumnya tumbuh
47,06% (y.o.y). Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh
44,33% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 46,53% (grafik
3.8.).
Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S
Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit &
LDR BPR/S
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada
triwulan laporan tercatat sebesar 151,3%, lebih rendah dibandingkan LDR pada triwulan
IV-2011 yang sebesar 155,8%. Penurunan LDR ini terutama karena penurunan pertumbuhan
kredit/pembiayaan yang disalurkan pada triwulan I-2012.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010 2011 2012Rp M
ilyar
Asety.o.y
Smb : LB-BPR/S* Sementara
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008 2009 2010
Mily
ar R
p
DPK Kredit LDRSmb : LB* Sementara
51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
B. Sistem Pembayaran
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan I-2012, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net
inflow sebesar Rp2,01 triliun, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow)
melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal
tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow
sebesar Rp0,11 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor
musiman sejalan dengan menurunnya kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan
perayaan libur Natal dan Tahun Baru, dan liburan anak sekolah.
Pada triwulan I-2012, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp3,87 triliun atau
meningkat dibandingkan triwulan IV-2011 yang sebesar Rp2,45 triliun (grafik 3.9). Kondisi
yang berlawanan terjadi pada aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia yang
mencatat penurunan dari Rp2,56 triliun menjadi Rp1,86 triliun (grafik 3.10).
Grafik 3.9 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
Grafik 3.11 Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar
(Net Inflow)
Grafik 3.10Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Inflow
Y.O.Y
Trili
un R
p
(1,00)
(0,50)
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Net Flow
Trili
un R
p
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Outflow
Y.O.Y
Trili
un R
p
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam rangka menerapkan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara
berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh
daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pada
triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,89 triliun, tercatat menurun dibandingkan PTTB pada
triwulan VI-2011 yang sebesar Rp1,39 triliun (grafik 3.12).
Menurunnya jumlah uang tidak layak edar pada periode laporan merupakan dampak
dari cukup berhasilnya kebijakan clean money policy yang diterapkan KBI Makassar untuk
menjaga kondisi uang kartal yang beredar di masyarakat semakin membaik kualitasnya.
Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya Rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan
laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 56,7% pada triwulan VI-2011 menjadi
23,0%.
Grafik 3.12Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow
3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Bank Indonesia
Makassar melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah hingga ke pelosok
daerah. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan I-2012 adalah
Rp50.000,00 (103 lembar) diikuti Rp100.000,00 (94 lembar), Rp20.000,00 (7 lembar),
Rp10.000,00 (4 lembar) dan Rp5.000,00 (3 lembar), lihat grafik 3.13.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
PTTB
/ In
flow
Inflo
w &
PTT
B (T
riliu
n Rp
)
Inflow
PTTB
PTTB/Inflow
53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 3.13Temuan Uang Palsu
3.8. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.8.1. Perkembangan RTGS
Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan I-2012 sebesar
Rp41,8 triliun atau tumbuh sebesar 40,0% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp50,7 triliun yang tumbuh sebesar 20,2% (y.o.y), lihat grafik 3.14. Transaksi BI-RTGS dalam
periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan
Sulsel dengan nilai sebesar Rp29,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar
(outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp11,9 triliun.
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan
Sulsel via RTGS menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari
21,5% menjadi 48,8% (y.o.y) - grafik 3.15. Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan
aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang meningkat apabila
100,000 24.21%
50.000 48,82%
20.000 3,32%
10.000 1,90%
5.000 1,42%
2.000 0,00%1.000
0,00%
Grafik 3.14Transaksi RTGS – Total Transaksi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
10
20
30
40
50
60
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Total Y.O.Y
Trili
un R
p
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
dibandingkan triwulan IV-2011, yaitu dari 17,6% tumbuh menjadi 21,9% (yoy), lihat grafik
3.16.
Grafik 3.15Transaksi RTGS – Incoming
Grafik 3.16Transaksi RTGS – Outgoing
3.8.2 Perkembangan Kliring
Pertumbuhan kliring pada triwulan I-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari 14,52% pada triwulan VI-2011 menjadi tumbuh -21,66%.
Dari sisi rata-rata harian, nilai perputaran kliring tercatat mengalami penurunan. Rata-rata
harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp102 miliar,
mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan VI-2011 yang sebesar Rp148 miliar.
Selain itu, rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan,
secara nominal dan lembar mengalami peningkatan. Secara nominal, rasio rata-rata warkat
yang ditolak meningkat dari sebesar 2,10% pada triwulan VI-2011 menjadi sebesar 4,18%
pada triwulan laporan. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat
meningkat pada triwulan laporan yaitu 2,58% dari 2,08% pada triwulan sebelumnya, lihat
tabel 3.9.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Incoming
Y.O.Y
Trili
un R
p
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Outgoing
Y.O.Y
Trili
un R
p
Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Total Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 6,5 6,9 7,4 7,5 7,2 7,3 7,9 8,3 8,2 8,0 8,6 9,5 6,4
- Lembar (ribuan) 242,2 258,4 262,3 263,6 253,5 259,8 261,6 267,9 265,0 270,6 202,2 294,0 280,1 Rata-rata Harian Perputaran Kliring
- Nominal (triliun rupiah) 0,111 0,111 0,121 0,118 0,113 0,113 0,120 0,126 0,128 0,135 0,130 0,148 0,102
- Lembar (ribuan) 4,10 4,17 4,30 4,18 3,96 4,00 3,96 4,06 4,14 4,44 3,06 4,59 4,45 Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong
- Nominal (%) 1,67 2,01 1,66 2,19 1,73 2,10 2,30 1,90 2,40 2,05 2,46 2,10 4,18
- Lembar (%) 1,76 1,62 1,75 1,74 1,78 1,86 2,17 2,10 2,10 2,24 3,28 2,08 2,58
2009 2010 2011 URAIAN
57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 terhadap angkatan
kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
Februari 2012 (64,6%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,2%, dari 6,7%
pada Februari 2012 menjadi 6,5% pada Februari 2011. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani
yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski relatif
melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada
triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% (yoy).
5.1. Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 cenderung
membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah
angkatan kerja sebesar
0,22% dari 3,63 juta orang
pada Februari 2011, menjadi
3,64 juta orang pada
Februari 2012 (Tabel 5.1).
Kemudian, jumlah
penduduk usia 15 tahun ke
atas meningkat sebesar
0,85%, dari sebesar 5.590.797 orang per Februari 2011 menjadi 5.638.430 orang per
Februari 2012. Relatif kecilnya peningkatan jumlah angkatan kerja dibandingkan
peningkatan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, menyebabkan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) menurun dari 65,0% pada Februari 2011 menjadi 64,6% pada
Februari 2012. Sementara, menurunnya jumlah pengangguran dari 243.021 orang per
Februari 2011 menjadi 235.245 orang per Februari 2012 mengakibatkan penurunan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,2% sehingga menjadi 6,5% pada Februari 2012.
Menurunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi
Selatan berdampak cukup positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2011 dibandingkan
Februari 2012, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian cenderung mengecil, sebaliknya
komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian meningkat, terutama pada sektor
perdagangan/hotel/restoran. Pangsa jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada Februari
2012 tercatat sebesar 43%, turun dibandingkan Februari 2011 yang share-nya tercatat
sebesar 47%. Kondisi ini menunjukkan terjadinya pergeseran struktur perekonomian yang
ditandai dengan mulai beralihnya tenaga kerja dari sektor pertanian selaku sektor utama di
Sulawesi Selatan ke sektor lainnya. Faktor penyebab hal tersebut diperkirakan karena
pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan pengaruh tingkat harga produk
hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan dibandingkan produk sektor lain.
Di sisi lain, pangsa jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan-hotel-restoran
meningkat dari 18% pada Februari 2011, menjadi sebesar 19% pada Februari 2012.
Selanjutnya sektor yang masih memiliki share tenaga kerja yang cukup besar dibandingkan
sektor lainnya adalah sektor jasa-jasa. Namun pangsanya menurun dari 18% menjadi 17%
pada Februari 2012.
Grafik 5.1. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Februari 2011 Februari 2012
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Pada triwulan laporan, pertumbuhan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian masih cukup baik namun cenderung melambat pada level yang moderate. Hal
tersebut tercermin dari sedikit melambatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi
Selatan pada triwulan laporan.
Tingkat kesejahteraan petani Sulawesi Selatan pada triwulan laporan masih
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik meski mengalami penurunan. Pertumbuhan
Pertanian47%
Industri6%
Perdagangan/Hotel/Ruma
h Makan18%
Jasa-jasa18%
Angkutan/Komunikasi
5%
Pertanian43%
Industri7%
Perdagangan/Hotel/Rum
ah Makan19%
Jasa-jasa17%
Angkutan/Komunikasi
5%
59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
NTP Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh 2,85% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% % (yoy) –
(lihat grafik 5.2). Pergerakan NTP yang cenderung melambat, menunjukan indeks harga hasil
produksi pertanian masih tertahan sejalan dengan kinerja di sektor pertanian yang menurun
serta sejalan dengan indeks yang diterima petani yang cenderung menurun.
Perkembangan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ menunjukan
perlambatan dari sebesar 7,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,96%
pada triwulan laporan (grafik 5.3). Secara rata-rata penurunan pertumbuhan ‘Indeks yang
Diterima Petani’ pada triwulan I-2012 terutama karena keterlambatan distribusi pupuk pada
awal tahun. Keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca buruk yang menghambat
proses pembongkaran pupuk di pelabuhan Makassar. Ketidaktersediaan pupuk secara tepat
waktu berdampak terhadap gangguan produksi akibat hama dan penyakit di beberapa
daerah Sulsel.
Grafik 5.2Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Dibayar Petani
Di sisi lain, ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan sedikit penurunan
pertumbuhan yaitu dari 2,56% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 2,06% pada triwulan
-2%-1%0%1%2%3%4%5%6%7%8%
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
NTP y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010 2011 2012
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
152.8 150.8 150.8 124.5 119.2 13793
0.3
880.
9
880.
9
839.
1
794.
2
695.
9
14.57%14.11% 13.34%12.31% 11.60% 10.29%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
0
200
400
600
800
1000
1200
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Desa Kota % Total Penduduk Miskin
Sumber : BPS
laporan (grafik 5.4). Penurunan pertumbuhan “Indeks yang Dibayar Petani” sejalan dengan
relatif terkendalinya laju inflasi Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan per Maret 2011 tercatat sebanyak 832,9
ribu orang atau sebesar 10,29% dari
jumlah penduduk (grafik 5.5). Dari
jumlah tersebut, sebagian besar
berada di daerah pedesaan (83,55%)
dan hanya 16,45% berada di daerah
perkotaan. Persentase pangsa jumlah
penduduk miskin di perkotaan
tersebut relatif meningkat
dibandingkan Maret 2010 yang
tercatat sebesar 13,05% dari total
penduduk miskin.
Dari sisi jumlah, penduduk miskin di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dari
913,4 ribu per Maret 2010 menjadi 832,9 ribu pada Maret 2011, atau menurun sebesar
8,81%, sementara pada tahun 2010 turun sebesar 5,21%. Penurunan jumlah penduduk
miskin tersebut terutama terjadi di pedesaan yang mencapai sebesar 12,38%, dari 794,2 ribu
orang pada Maret 2010 menjadi 695,9 ribu orang. Namun demikian, jumlah penduduk
miskin tersebut relatif masih cukup besar yaitu sekitar 8,60% dari total penduduk Sulawesi
Selatan. Kondisi yang berbeda justru terjadi di perkotaan yaitu peningkatan jumlah penduduk
miskin di perkotaan yang tercatat naik sebesar 14,93%, dari 119,2 ribu orang menjadi
137,0 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut tercatat sebesar 1,69% dari
total penduduk Sulawesi Selatan. Peningkatan penduduk miskin perkotaan tersebut perlu
mendapatkan perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial termasuk di
dalamnya pengendalian urbanisasi. Dalam kaitan ini diperlukan upaya yang terpadu melalui
pengembangan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan
daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi
pengangguran dan kemiskinan di pedesaan sekaligus dapat mengendalikan urbanisasi di
perkotaan serta mengurangi beban sosial perkotaan.
Apabila dibandingkan provinsi lain se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin
di Sulawesi Selatan masih berada pada urutan ketiga terendah (10,3%) setelah Provinsi
Sulawesi Utara (8,5%) dan Maluku Utara (9,2%). Urutan Provinsi Sulut dan Malut tersebut
juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2010. Sedangkan
61Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 31,98% masih
terdapat di Provinsi Papua.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2011
5.3. Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen)
Hasil Survei Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan ketersediaan lapangan
kerja cenderung menurun yang terindikasi dari penurunan rata-rata Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK). Pertumbuhan rata-rata IKLK pada triwulan laporan sebesar
16,41% (yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,72%
(grafik 5.7). Menurunnya pertumbuhan indeks ini sejalan dengan aktivitas perekonomian
Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012. Dorongan utama pertumbuhan, terutama yang
berasal dari sektor swasta. Realisasi belanja anggaran pemerintah hingga triwulan I-2012
juga relatif belum optimal yaitu masih sebesar 15,22%.
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
7.46
9.46
4.61
4.80
5.37
10.7
7
10.2
4
2.80
6.05
4.60
9.37
17.8
9
13.5
7
18.2
4
25.6
5
14.8
3
30.5
4
11.5
8
39.5
6
41.5
8
8.51
15.83
10.29 14.56
18.75 13.89
23.00
9.18
31.92 31.98
0
5
10
15
20
25
30
35
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin
Sum
ber :
BP
S,
dio
lah
%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Selain itu, perkembangan pertumbuhan rata-rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga cenderung melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Hal tersebut tercermin dari pergerakan pertumbuhan IPD6 yang pada triwulan IV-2011
tumbuh cukup tinggi sebesar 22,61%, dan mengalami kontraksi pada triwulan laporan
sebesar -0,83% (grafik 5.8).
63Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Bab 6 Outlook KondisiEkonomi dan Inflasi
Berdasarkan perkembangan ekonomi daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2012 serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada triwulan II-2012 perekonomian Sulawesi
Selatan diperkirakan masih tumbuh cukup baik. Pada sisi permintaan, pertumbuhan pada
triwulan II-2012 terutama akan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga-
swasta-pemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas
perekonomian Sulsel. Faktor pendorong konsumsi diperkirakan bersumber dari momen
liburan sekolah dan perayaan Hari Keagamaan yang didukung oleh daya beli lebih besar.
Realisasi belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan
mulai meningkat cukup besar pada triwulan mendatang. Kinerja investasi, pada triwulan II-
2012 diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan optimisme masyarakat khususnya
pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian Sulsel yang tetap tumbuh cukup baik ditengah
perlambatan ekonomi dunia yang juga mempengaruhi perekonomian nasional. Pada sisi
ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih akan tertahan meski diperkirakan
lebih baik dari periode sebelumnya. Pada sisi penawaran, dorongan pertumbuhan yang
cukup besar diperkirakan berasal dari kinerja sektor pertambangan, sektor perdagangan-
hotel-restauran dan sektor industri.
Pada triwulan II-2012 mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat
moderat apabila dibandingkan triwulan I-2012. Tekanan inflasi pada triwulan II-2012
diperkirakan bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti, terutama
disebabkan oleh potensi kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Selain itu faktor
peningkatan permintaan seiring pembayaran rapel gaji di bulan April 2012 diperkirakan juga
akan mendorong laju inflasi ke level yang lebih tinggi
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih akan tumbuh
pada level yang cukup tinggi. Penyaluran kredit perbankan diprediksi masih akan tumbuh
cukup baik dalam mendukung pembiayaan produktif maupun kebutuhan konsumsi.
Pembiayaan perbankan tersebut didukung oleh semakin memingkatnya aktivitas
perekonomian yang didorong oleh optimisme prospek perekonomian Sulsel yang
diperkirakan semakin membaik pada triwulan II- 2012. Di sisi lain, kecenderungan penurunan
BI Rate sebagai suku bunga acuan perbankan diperkirakan juga dapat mendorong suku
bunga kredit untuk turun dalam mendukung pembiayaan perbankan yang lebih ekspansif.
64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan II-2012 diperkirakan semkain membaik.
Pada sisi permintaan, pertumbuhan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga-swasta-
pemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas perekonomian
Sulsel. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan perayaan Hari Raya
Keagamaan yang memperpanjang liburan akhir pekan dan periode liburan anak sekolah.
Konsumsi masyarakat pada triwulan II-2012 juga didukung oleh meningkatnya daya beli
masyarakat dengan kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulsel 2012.
Proyeksi pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2012 yang masih tinggi,
didukung pula oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah I-
SULAMPUA. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan I-2012 masih optimis dan
berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi. Angka indeks tersebut merupakan gabungan dari
ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi penghasilan dan ketersediaan
lapangan kerja (grafik 6.1, grafik 6.3, grafik 6.4 dan grafik 6.5), di mana menunjukkan
tingkat optimisme yang cenderung meningkat.
Selain itu, tambahan pasokan listrik dari PLTU Jeneponto sebesar 2x 125 MW, yang
baru akan resmi beroperasi tanggal 3 Mei 2012 diperkirakan juga akan menopang aktivitas
ekonomi khususnya wialyah Sulsel bagian selatan1. Namun demikian, terdapat faktor yang
menjadi penghambat pertumbuhan konsumsi sejalan dengan meningkatnya tekanan inflasi
yang juga akan mendorong kenaikan bahan pokok. Kemudian, realisasi belanja pemerintah
yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai meningkat cukup besar
pada triwulan mendatang dan diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya mengingat
total target belanja Pemda Sulsel pada 2012 yaitu Rp3,547 triliun, 91,48% lebih besar
daripada tahun sebelumnya (lihat Bab Keuangan Daerah).
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
1Kompas, PLTU Jeneponto Hemat Rp 4 Triliun, http://regional.kompas.com/read/2012/05/04/0438000/PLTU.Jeneponto.Hemat.Rp.4.Triliun, 7 Mei 2012.
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
6.30%
6.81%
5.81%
6.25%
7.81%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4* 1** 2***
2009 2010 2011 2012
y.o.y Sulsely.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
65Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6
Bulan Yang Akan Datang
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan
6 Bulan Yang Akan Datang
Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan II-2012 masih tumbuh cukup baik sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang masih cukup tinggi pada triwulan I- 2012 dan
semakin meningkatnya optimisme masyarakat khsususnya pelaku usaha. Kinerja investasi
yang masih tumbuh tinggi juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia
yang menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan
yang akan datang meningkat (grafik 6.5).
Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih belum optimal.
Pada sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel masih cenderung tertahan.
Berdasarkan analisa OECD Composite Leading Indicators pada 10 April 2012, kondisi 5
negara (Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, China dan Singapore)2 penyerap barang ekspor
Sulsel masih cukup potensial karena pergerakan business cycle-nya cenderung menunjukan
pergerakan peningkatan aktivitas ekonomi. Namun, sejalan dengan masih belum pulihnya
perekonomian global menyebabkan dorongan permintaan 6 komoditas (nikel,
ikan/udang/kepiting, biji-biji berminyak, tanaman obat, kayu/barang dari kayu-karet dan
buah-buahan) unggulan ekspor Sulsel masih tertahan. Meski demikian, pelemahan nilai tukar
Rupiah sejak akhir 2011 (grafik 6.6) dan masih berlanjut memberikan dampak yang positif
bagi daya saing produk Sulsel di luar negeri. Kemudian impor dari luar negeri diperkirakan
cenderung melambat sejalan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah.
Meski demikian, dorongan perdagangan antar daerah di Indonesia masih cukup baik
dan intensitasnya diperkirakan cenderung meningkat, sejalan dengan meningkatnya aktivitas
perekonomian domestik pada triwulan II-2012. Jalur perdagangan antar pulau dari/ke
Sulawesi Selatan juga semakin padat karena faktor cuaca sudah lebih kondusif dibandingkan
periode sebelumnya.
2
Fajar, Perdagangan Luar Negeri Surplus, http://www.fajar.co.id/read-20120406002053-perdagangan-luar-negeri-surplus, 6 April 2012.
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
115
120
125
130
135
140
145
150
155
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
Grafik 6.7 Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Pada sisi penawaran, pertumbuhan sektor-sektor utama Sulsel diperkirakan tumbuh
positif. Beberapa sektor diperkirakan tumbuh lebih tinggi daripada periode sebelumnya,
diantaranya sektor pertambangan, perdagangan-hotel-restauran dan industri. Sektor
pertambangan diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari periode sebelumnya karena tanur
produksi PT. Vale Indonesia Tbk yang sempat rusak sudah dapat berfungsi dengan normal
pada triwulan II-2012. Selain itu, permintaan internasional akan nikel juga masih sangat
bagus sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor dimaksud. Kemudian sektor
perdagang-hotel-restauran juga diperkirakan tumbuh tinggi sehubungan dengan masuknya
periode liburan anak sekolah, terdapat perayaan Hari Keagamaan yang berada di
penghujung minggu dan juga semakin aktivitas MICE (Meetings, Incentives, Conferences and
Events) yang diselenggarakan di Makassar. Pertumbuhan sektor dimaksud juga didukung
oleh daya beli masyarakat yang semakin tinggi sehubungan terdapat rapel pembayaran
kenaikan gaji dan pembayaran tunjangan-tunjangan pegawai di beberapa
institusi/departemen. Pada sektor industri, juga diperkirakan mengalami peningkatan
sehubungan dengan masih berlanjutnya aktivitas pembangunan proyek-proyek swasta,
seperti pembangunan hotel, properti hunian, dan infrastruktur kelistrikan di Makassar dan
Sulsel pada umumnya.
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtgy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Rata-rata Kurs Tengah
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Juta
Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos - BI
67Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan belum dapat tumbuh optimal pada triwulan
II-2012. Meski memasuki periode panen raya, namun panen pada periode ini diperkirakan
masih kurang optimal akibat keterlambatan distribusi pupuk pada awal tahun 2012 sehingga
panen yang dihasilkan belum mencapai target akibat adanya gangguan hama, penyakit dan
kualitas produksi yang relatif menurun.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada
triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh pada kisaran yang cukup baik yaitu sebesar
6,81% + 1 % (yoy).
6.2. Outlook Inflasi
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat
dibandingkan triwulan I-2012. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,
dimana perkembangan Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
menunjukan pertumbuhan yang meningkat cukup besar (grafik 6.9). Tekanan inflasi pada
triwulan II-2012 diperkirakan bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti.
Tekanan administered inflasi diperkirakan cukup besar akibat ekspektasi inflasi yang
cenderung meningkat sejalan dengan rencana perubahan kebijakan pemerintah terkait
dengan harga beberapa komoditas strategis.
Tekanan inflasi inti di triwulan laporan diperkirakan dipicu oleh peningkatan
permintaan seiring pembayaran rapel kenaikan gaji PNS,TNI,dan Polri di bulan April 2012 dan
datangnya masa liburan sekolah di akhir triwulan II-2011. Selain itu, diproyeksikan tekanan
kenaikan harga komoditas internasional masih potensial, yang kemudian akan berpengaruh
pada inflasi Sulsel pada khususnya, terutama pada komoditas emas, minyak, dan bahan
bangunan. Namun tekanan tersebut dapat dikurangi oleh terbukanya ruang penguatan nilai
tukar rupiah lebih lanjut.
Sementara inflasi volatile food diperkirakan masih mendapat tekanan pada tingkat
moderat. Trend kenaikan harga komoditas di pasar internasional (gandum, gula, dan kedelai)
berpotensi meningkatkan harga makanan dan minuman. Faktor yang dapat mengurangi
tekanan inflasi volatile food yaitu peningkatan pasokan komoditas pangan lokal sebagai hasil
masa panen raya beras April 2012. Curah hujan yang diperkirakan kembali normal di bulan
April 2012 juga mendukung peningkatan pasokan sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, dan
perikanan.
Sementara itu laju inflasi administered price relatif minim karena pemerintah telah
menunda kebijakan strategis yang dapat memacu inflasi, seperti kebijakan kenaikan TDL dan
pembatasan BBM bersubsidi.
68 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan II-
2012 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan meningkat pada kisaran 4,4% ± 0.5%
(yoy) (grafik 6.8) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,06%). Kecenderungan tersebut
searah dengan rata-rata hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
dimana rata-rata Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang
(triwulan II-2012), yaitu sebesar 194 poin yang mengindikasikan bahwa persepsi responden
tentang harga menunjukan kecenderungan optimisme adanya tekanan inflasi meskipun
masih pada level yang moderat.
6.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih tetap tumbuh
positif sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan I-
2012. Intermediasi perbankan diprediksi masih tumbuh cukup baik sejalan dengan optimisme
prospek perekonomian Sulsel yang cukup baik pada 2012. Selain prospek ekonomi yang
cukup baik, tren penurunan suku bunga meskipun pada level yang rendah diperkirakan akan
mendorong permintaan kredit yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan kinerja
Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
Grafik 6.9.Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga
dalam 3 bulan y.a.d
Grafik 6.10. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
3,97
4,06
3,94,44,9
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2008 2009 2010 2011 2012
y.o.y - Ss y.o.y - Nas
Sumber : BPS diolah
%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yadgrowth
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2009 2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010 2011 2012
Rata-rata Kurs Tengah
69Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
perbankan Sulsel diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, baik
dari aset, penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) termasuk Loan to Deposit Ratio (LDR).
70 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
75Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.aProduk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
Tabel 1.bProduk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi
Tabel 2.aLaju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
2 3 4 1 2 3 4 11. Pertanian 3,615.40 3,802.61 3,230.59 3,596.89 3,925.83 3,989.63 3,224.99 3,424.10 2. Pertambangan & Penggalian 1,101.85 1,087.89 1,111.32 978.85 1,097.64 1,084.23 1,010.13 904.40 3. Industri Pengolahan 1,748.86 1,738.59 1,733.11 1,699.96 1,827.00 1,924.40 1,943.10 2,055.30 4. Listrik,Gas & Air Bersih 136.46 139.28 130.39 128.62 139.26 148.10 159.43 156.90 5. Bangunan 709.14 733.67 763.21 753.08 804.58 833.38 859.78 857.70 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2,102.29 2,219.99 2,332.69 2,279.30 2,397.06 2,479.63 2,475.87 2,519.60 7. Angkutan & Komunikasi 1,123.74 1,181.33 1,253.06 1,201.00 1,239.11 1,312.05 1,427.11 1,397.20 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 930.70 903.16 978.83 1,027.54 1,041.79 1,061.38 1,166.61 1,131.00 9. Jasa - jasa 1,366.22 1,390.77 1,430.44 1,439.82 1,467.59 1,477.10 1,495.06 1,478.20
PDRB 12,834.65 13,197.30 12,963.66 13,105.07 13,939.86 14,309.91 13,762.08 13,924.40 Sumber : BPS* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
SEKTORAL 2010* 2011** 2012***
2 3 4 1 2 3 4 1Konsumsi 8,755.17 8,916.26 9,063.98 8,945.80 9,113.02 9,347.18 9,585.56 9,586.10 Investasi 2,851.03 2,601.89 2,843.62 2,919.48 3,378.35 4,191.56 3,673.62 3,737.30 Ekspor 5,522.39 5,747.49 6,767.34 5,876.61 6,040.24 5,486.24 5,247.97 4,870.30 Dikurangi Impor 4,293.94 4,068.33 5,711.28 4,636.82 4,591.75 4,715.07 4,745.07 4,269.20
PDRB 12,834.65 13,197.30 12,963.66 13,105.07 13,939.86 14,309.91 13,762.08 13,924.40 Sumber : BPS* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
PENGGUNAAN2010* 2011** 2012***
KELOMPOK
PENGELUARAN Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar m.t.m y.t.d y.o.y
Umum 129,41 130,68 129,87 129,22 129,50 130,39 131,86 132,43 132,89 0,3% 1,9% 4,1%
Bahan Makanan 152,49 154,91 149,78 146,55 145,79 149,06 154,16 155,01 156,33 0,9% 4,9% 4,0%
Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau 134,91 135,96 136,43 136,00 137,04 137,77 138,05 138,42 139,19 0,6% 1,0% 4,5%
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 124,14 124,27 125,45 125,76 136,29 126,48 127,24 128,16 128,22 0,1% 1,4% 4,2%
Sandang 140,78 145,60 145,46 144,65 146,74 147,55 148,45 149,62 149,63 0,0% 1,4% 9,6%
Kesehatan 125,80 125,89 126,95 127,28 127,87 128,36 128,68 129,64 129,86 0,2% 1,2% 7,5%
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,20 119,13 119,73 120,31 120,26 120,24 120,25 120,32 120,33 0,0% 0,1% 2,9%
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105,41 105,93 105,56 105,61 105,93 105,50 105,67 105,56 105,61 0,1% 0,1% 0,6%
Sumber: BPS
IHK (2011) GrowthIHK(2012)
76 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2012
3. Data Perbankan
Tabel 3.a. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Bank Umum (Rp Miliar)
1 28.625,67 31.563,21 110,26%2 29.520,99 32.919,44 111,51%3 29.450,83 33.872,77 115,01%4 33.601,07 36.430,30 108,42%1 29.843,83 37.041,42 124,12%2 32.401,02 39.883,76 123,09%3 33.596,66 41.120,47 122,39%4 37.298,83 43.025,20 115,35%1 37.461,05 46.519,87 124,18%2 39.159,37 50.084,59 127,90%3 41.077,42 53.400,54 130,00%4 45.722,22 56.978,79 124,62%1 46.091,17 58.754,53 127,47%
Sumber : Bank Indonesia
2011
2012
THN TRW DPK KREDIT LDR
2009
2010
20121 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Giro 5.109 5.062 4.939 4.994 5.149 5.731 5.948 5.628 6.516 6.715 6.835 6.607 7.893 Tabungan 14.136 15.169 14.966 18.460 14.676 16.737 18.274 20.865 19.648 20.907 21.923 26.430 24.970 Deposito 9.381 9.289 9.546 10.147 10.350 10.284 9.738 10.806 11.298 11.537 12.319 12.685 13.228
TOTAL 28.626 29.521 29.451 33.601 30.175 32.753 33.959 37.299 37.461 39.159 41.077 45.722 46.091 GROWTH 18,43% 13,76% 11,41% 16,90% 5,41% 10,95% 15,31% 11,00% 24,14% 19,56% 20,96% 22,58% 23,04%
Sumber : Bank Indonesia
2009JENIS PENGGUNAAN
2010 2011
20121 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Modal Kerja 12.195,55 13.239,15 13.582,62 14.671,89 13.853,82 14.873,23 15.424,31 16.609,73 17.246,85 18.799,07 20.119,73 22.031,87 22.499,56 Investasi 6.398,84 6.230,54 6.299,91 6.769,70 7.705,26 8.143,12 7.975,95 8.960,67 9.147,97 10.027,45 10.683,02 11.324,36 11.727,69 Konsumsi 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 15.482,34 16.867,42 17.720,21 17.454,80 20.125,05 21.258,07 22.597,79 23.622,56 24.527,27
TOTAL 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 37.041,42 39.883,76 41.120,47 43.025,20 46.519,87 50.084,59 53.400,54 56.978,79 58.754,53 GROWTH 48,74% 42,46% 39,39% 41,91% 17,36% 21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 29,86% 32,43% 26,30%
Sumber : Bank Indonesia
JENIS PENGGUNAAN
2009 2010 2011
77Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2012
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun)
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2,23 0,24 2,00 -4,3% -60,0% 14,7% 2,2% -84,2% 196,7%2 0,87 0,86 0,01 -20,7% -52,7% 100,8% -61,2% 259,6% -99,7%3 0,91 0,78 0,13 -36,8% -58,5% 129,0% 4,5% -9,6% 2028,9%4 1,65 0,70 0,95 -24,8% -53,8% 40,6% 81,8% -10,0% 639,8%1 1,84 0,28 1,56 -17,4% 17,5% -21,6% 12,1% -59,8% 65,4%2 0,61 1,26 (0,65) -30,0% 45,9% 10904,5% -67,1% 346,6% -141,5%3 1,29 1,53 (0,24) 42,4% 96,2% 285,2% 112,6% 21,5% -63,5%4 1,20 1,35 (0,15) -26,9% 93,0% 115,6% -6,7% -11,5% -37,6%1 2,33 1,25 1,08 26,3% 344,8% -30,9% 93,7% -7,4% -830,9%2 2,10 1,91 0,19 246,34% 52,18% 129,29% -9,87% 52,80% -82,41%3 3,71 3,25 0,46 187,85% 113,03% 294,34% 76,67% 70,16% 142,11%4 2,45 2,56 (0,11) 103,73% 89,58% 25,56% -33,96% -21,23% -123,91%1 3,87 1,86 2,01 66,09% 48,80% 86,11% 57,96% -27,34% -1927,27%
Sumber : Bank Indonesia Makassar
2011
2010
2009
2012
Thn Trw Y.O.YJUMLAH Q.T.Q
Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow
1 2,23 0,25 11,1% -4,3% -81,3% -80,4% 2,2% -39,2% -40,5%2 0,87 0,09 10,9% -20,7% -86,9% -83,5% -61,2% -62,1% -2,1%3 0,91 0,39 42,5% -36,8% -29,1% 12,2% 4,5% 309,3% 291,6%4 1,65 1,19 72,5% -24,8% 192,5% 288,8% 81,8% 209,8% 70,5%1 1,84 1,04 56,2% -17,4% 318,5% 407,0% 12,1% -13,0% -22,4%2 0,61 0,69 113,6% -30,0% 632,3% 946,1% -67,1% -33,6% 102,0%3 1,29 0,98 75,9% 42,4% 154,2% 78,5% 112,6% 42,1% -33,2%4 1,20 0,99 82,7% -26,9% -16,6% 14,1% -6,7% 1,6% 8,9%1 2,33 1,22 52,4% 26,3% 17,6% -6,9% 93,7% 22,7% -36,7%2 2,10 1,75 83,3% 246,3% 154,0% -26,7% -9,9% 43,4% 59,2%3 3,71 1,68 45,3% 187,8% 71,6% -40,4% 76,7% -4,0% -45,7%4 2,45 1,39 56,7% 103,7% 39,7% -31,4% -34,0% -17,3% 25,3%1 3,87 0,89 23,0% 66,1% -27,0% -56,1% 58,0% -36,0% -59,5%
Sumber : Bank Indonesia Makassar
2010
2009
2012
2011
Y.O.Y Q.T.QJUMLAHThn Trw
Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total1 17,8 11,9 29,7 56,5% 66,5% 60,4% 22,1% 29,2% 24,8%2 18,5 11,6 30,1 51,8% 46,7% 49,7% 3,7% -2,8% 1,1%3 18,7 14,3 32,9 81,4% 83,1% 82,1% 1,1% 23,0% 9,5%4 21,5 15,1 36,6 47,4% 63,0% 53,5% 15,2% 5,5% 11,0%1 17,8 11,9 29,7 0,0% 0,0% 0,0% -17,2% -20,8% -18,7%2 22,4 12,6 35,0 21,4% 8,6% 16,5% 25,9% 5,6% 17,8%3 24,5 11,7 36,2 30,9% -17,8% 9,8% 9,0% -6,9% 3,3%4 28,5 13,7 42,2 32,3% -9,0% 15,3% 16,4% 16,8% 16,6%1 20,1 9,8 29,8 12,6% -18,2% 0,3% -29,5% -28,7% -29,3%2 26,1 12,2 38,2 16,1% -3,4% 9,1% 29,8% 24,7% 28,1%3 33,9 13,1 47,0 38,6% 11,8% 29,9% 30,1% 7,6% 23,0%4 34,6 16,1 50,7 21,5% 17,6% 20,2% 2,1% 22,9% 7,9%1 29,9 11,9 41,8 48,8% 21,9% 40,0% -13,7% -26,1% -17,6%
Sumber : Bank Indonesia Makassar2012
2011
2009
Thn TrwJUMLAH Y.O.Y Q.T.Q
2010