TAMMI PRASTOWO
Jaim Itu Penting
TAMMI PRASTOWO
1
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Jaim Itu Penting
Tammi Prastowo
2
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Untuk
Akmal Dzaky Mubarok (060506) &
Muhammad Luqman Harits (270214)
3
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
SEPATAH KATA
Menjaga momentum. Inilah yang terus saya upayakan. Ketika kesadaran diri memuncak, saya dapat melihat segalanya lebih terang. Jalur yang akan saya tempuh kini terpampang jelas. Pada saat yang sama saya pun melihat segala hal yang melintang di sepanjang jalan. Namun, semua rintangan itu terasa kecil dibandingkan semangat yang tengah berkobar dalam jiwa saya.
Untuk menempuh jalan yang panjang saya mesti mengawalinya dengan satu langkah pendek. Dan itu harus disambung dengan langkah pendek berikutnya. Mulai sekarang saya akan terus melangkah, sependek apapun, untuk memperpendek jarak antara saya dengan cita saya.
Terima kasih untuk Anda, sobat. Doa Anda adalah suluh semangat saya. Cinta Anda menjadi pendorong langkah berikutnya.
Tammi Prastowo
4
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
DAFTAR ISI
Memungut hikmah ..................................................... 4
Cermin akhlak Rasulullah ......................................... 9
Biasakan berbuat baik ............................................. 15
Salah alamat ............................................................ 19
Bersyukur, kunci bahagia ........................................ 23
Jadi ibu harus cerdas ............................................... 29
Bagaimana mencintai anak ..................................... 36
Jaim itu penting......................................................... 44
Tentang Tammi ......................................................... 49
5
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
MEMUNGUT HIKMAH
Memungut hikmah dari pengalaman hidup kita hari
ini. Kerja inilah yang tengah saya lakukan. Saya
mencoba memaknai pengalaman berkesan yang
Allah bentangkan di depan mata. Upaya tadi penting
bagi saya karena setiap hal yang kita alami dalam
detik-detik hidup kita tidaklah sia-sia. Segalanya
telah diatur dengan rapi oleh sang Pencipta. Siapa
orang yang bertemu dengan kita, sudah diatur Allah.
Bagaimana kondisi dan suasana yang kita temui juga
diatur Allah.
Namun, Allah tidak mendiktekan reaksi kita saat
bertemu orang dan situasi tadi. Kita bebas
mengambil sikap terhadap dua komponen tadi.
Tentu saja hal ini bukan karena kekuasaan Allah
atas diri kita terbatas. Itu sama sekali tidak benar.
Menurut saya, kebebasan yang Allah berikan
merupakan satu ujian bagi kita. Selama ini hati kita
diberi dua kecenderungan: menuju ke kebaikan atau
keburukan. Nah, Allah selanjutnya merancang
skenario guna menguji kecenderungan hati kita. Dari
sini kita dapat menemukan hikmah yang bisa
dijadikan pegangan hidup.
Saya juga yakin terdapat beragam hikmah dari satu
pengalaman hidup. Kemampuan kita menangkap
6
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
hikmah itu tergantung pada keluasan wawasan
berpikir kita. Apabila kita memiliki wawasan yang
luas, kita bisa menganalisis dari sejumlah sudut
pandang. Dari sini akan diperoleh lebih banyak
hikmah. Sebaliknya jika wawasan kita terbatas,
sangat mungkin kita hanya akan menemukan sedikit
hikmah. Bahkan, ketika kita tidak punya rujukan
sama sekali, suatu hikmah baru bisa kita dapatkan
setelah orang lain menganalisis pengalaman
tersebut.
Berangkat dari pemikiran tadi, saya menjadi lebih
paham alasan yang melatarbelakangi perintah Allah
dan Rasulullah terhadap umatnya untuk selalu
belajar. Banyak hadits Rasulullah yang memotivasi
kita untuk tekun belajar. Belajarlah dari tiang ayunan
hingga ke liang lahat. Perintah belajar menurut
hadits tersebut tidak hanya ditujukan pada anak-
anak yang tengah bersekolah. Di sini nabi
menegarkan bahwa belajar itu berlangsung
sepanjang hayat. Proses itu berlangsung sejak kita
masih dalam buaian hingga kita menemui ajal.
Hadits kedua menyebutkan:Tuntutlah ilmu walau
hingga ke negeri Cina. Secara geografis, letak negeri
Cina dari Makkah sangatlah jauh. Medannya pun
tidak mudah dilalui. Untuk menempuh jarak
tersebut, kita tentu membutuhkan bekal yang cukup.
7
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Belajar ke negeri Cina menjadi semacam motivasi
dari Nabi untuk mengkaji ilmu walaupun terbentang
tantangan yang berat saat menuju ke sana. Kedua
hadits tentang belajar tadi sangatlah populer di
kalangan umat Islam. Umat Islam diajak Nabi untuk
menghargai tinggi ilmu pengetahuan. Rupanya
belajar memasukkan banyak pengetahuan dan
informasi baru ke benak kita. Selanjutnya belajar
memancing kita untuk memikirkan hal-hal yang
terjadi di sekitar kita. Tentu saja dengan tetap
mengindahkan aturan yang sudah digariskan Allah.
Inilah esensi dari ayat pertama Al Qur‟an yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua
Tsur. Orang yang selalu memikirkan pengalaman
hidup sepanjang waktu disebut Allah sebagai ulul
albab. Mereka yang telah berhasil menemukan
hikmah selanjutnya memuji kepada Allah dan
memohon ampunan atas segala dosa yang dia
perbuat.
Lantas apa yang mesti dilakukan setelah kita
memperoleh hikmah? Setiap mukmin diperintahkan
Allah untuk saling membantu dalam melakukan
perbuatan baik. Pada waktu yang sama, kita juga
diperintahkan untuk tidak bekerja sama dalam
melakukan perbuatan buruk. Nah, berbagi hikmah
dengan orang lain merupakan salah satu wujud
bekerja sama untuk melakukan perbuatan baik.
Hikmah yang kita peroleh tidak hanya untuk diri
8
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
sendiri. Orang lain pun perlu memilikinya walau tidak
mengalaminya sendiri. Dengan cara ini, terdapat
manfaat yang bisa dirasakan bersama.
Saya yakin, proses mengasah otak dan hati inilah
yang menjadi kunci dalam membangun peradaban
umat manusia.
9
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
CERMIN AKHLAK RASULULLAH
Dalam pandangan kaum muslim, Rasulullah saw
merupakan teladan utama yang akhlaknya selalu
kontekstual dalam segala kondisi hidup manusia.
Tidak mengherankan jika sepanjang waktu umat
Islam mengkaji perilaku Rasulullah untuk
menyuburkan benih akhlak karimah di jiwanya.
Apalagi ketika mengingat tantangan dan
problematika hidup yang semakin kompleks. Dengan
mempelajari akhlak Rasulullah kita berharap dapat
selamat dalam mengatasi segala permasalahan tadi.
Pemikiran di atas melandasi dipilihnya materi akhlak
Rasulullah sebagai topik kajian. Ustad Muhsin
membawakan pokok bahasan tersebut dengan gaya
penyajian yang menarik, runtut, sehingga banyak hal
yang terekam baik di benak saya.
Bagi Ustad Muhsin, menceritakan akhlak Rasulullah
bukanlah suatu perkara mudah. Ternyata tidak
hanya umat Islam sekarang yang kesulitan
memaparkan pemahamannya tentang akhlak beliau.
Bahkan para sahabat yang hidup di zaman Nabi
Muhammad serta berinteraksi langsung dengan
beliau pun mengalami hal serupa dengan kita.
Contohnya, Umar bin Khattab. Suatu riwayat
mengisahkan upaya seorang Arab badui yang tengah
10
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
mencari tahu tentang akhlak Rasulullah. Dia pergi
menemui Umar bin Khatab. ”Wahai Umar,ceritakan
padaku akhlak Rasulullah!” Mendengar permintaan
itu, Umar bin Khattab justru menangis. Orang Arab
badui itu merasa heran. ”Mengapa kamu menangis,
Umar?” ”Aku terkenang pada masa indah bersama
Rasulullah. Aku tak sanggup menjawab
pertanyaanmu. Pergilah kepada Bilal. Dia mungkin
bisa menjelaskannya,” jawab Umar.
Mendapat rekomendasi tadi, orang Arab badui itu
segera menemui Bilal bin Rabah. Dia sampaikan
pertanyaan yang sama. Bilal pun menangis dan tidak
sanggup menceritakan akhlak Rasulullah. Dia
menyarankan si orang Arab untuk pergi menemui Ali
bin Abi Thalib. Setibanya di depan Ali bin Abi Thalib,
kembali orang Arab badui itu menanyakan hal yang
sama. RupanyaAli pun mengalami kesedihan yang
sama dengan Umar dan Bilal. Dia menangis. ”Wahai
Ali,bukankah kamu mengenal baik Rasulullah?
Mengapa tidak segera kamu ceritakan akhlak
Rasulullah?” tanya orang Arab badui itu.
Ali pun menjawab,”Bisakah kamu menceritakan
segala kebaikan yang ada di dunia?” Setelah berpikir
beberapa saat, orang Arab badui itu menjawab,
”Tentu saja aku tidak mampu.” ”Kalau kamu tidak
mampu menceritakan segala kebaikan di dunia,
11
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
bagaimana kamu memaksa aku menceritakan
akhlak Rasulullah? Dunia ini hanyalah kenikmatan
yang sangat sedikit yang Allah berikan pada
manusia. Sementara Rasulullah disebut Allah
sebagai kebaikan yang sangat agung. Sungguh aku
tidak mampu menceritakannya padamu.”
”Lantas bagaimana aku bisa mengetahui gambaran
akhlak Rasulullah?” ”Cobalah kamu menemui
Aisyah. Sebagai istri tentu dia lebih mengenal akhlak
Rasulullah.” Orang badui itu bergegas menemui
Aisyah. Dia mengajukan pertanyaan yang sama
dengan yang diajukan kepada 3 orang sahabat Nabi
Muhammad saw. Aisyah pun menjawab, ”Akhlak
Rasulullah itu al-qur‟an.”
Singkat sekali jawaban Aisyah ketika menceritakan
akhlak Rasulullah saw. Namun itulah analogi yang
cerdas untuk menggambarkan kesaksian Aisyah
tentang Rasulullah. Beliau memang orang yang
selalu mengamalkan al-qur‟an dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak ada perbuatan Rasulullah yang
melenceng dari ajaran al-qur‟an. Dari kenyataan itu,
tidak berlebihan jika sebagian orang menyebut
Rasulullah sebagai al-qur‟an berjalan. Karena
Rasulullah itu teladan umat manusia, semestinya
kita meniru apa yang dilakukan beliau selama hidup
di dunia.
12
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Sikap mulia Rasulullah itu tidak hanya ditunjukkan
ketika beliau berinteraksi dengan orang lain.
Terhadap istri-istrinya Rasulullah juga bersikap
sangat baik. Beliau memperlakukan istri-istrinya
dengan romantis dan adil. Beliau tidak pernah
menyakiti hati istrinya. Bahkan suatu malam beliau
pernah pulang kemalaman. Rupanya pintu rumah
sudah dikunci. Sebenarnya Rasulullah bisa saja
mengetuk pintu untuk membangunkan istrinya. Akan
tetapi beliau tidak melakukan hal tadi. Rasulullah
justru memutuskan untuk tidur di depan pintu
karena tidak ingin mengganggu tidur istrinya.
Sebagian akhlak Rasulullah diabadikan dalam surat
al-Mu‟minun ayat 1 hingga 10. Dalam urusan
menegakkan sholat, Rasulullah dikenang sebagai
orang yang selalu sholat dengan khusyuk. Saking
khusyuknya sholat, Rasulullah terbiasa sholat
semalam suntuk. Karena berdiri terlalu lama, kaki
beliau pun sampai bengkak. Perilaku tersebut tentu
menimbulkan pertanyaan di benak para sahabat.
Mereka bertanya, ”Wahai Rasulullah, bukankah
engkau sudah dijamin bersih dari dosa oleh Allah
swt? Mengapa engkau mengerjakan sholat hingga
seperti itu?” Mendapat pertanyaan semacam itu,
Rasulullah menjawab,” Aku hanya ingin menjadi
hamba-Nya yang selalu bersyukur.”
13
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Perilaku Rasulullah itu diteladan oleh para sahabat.
Mereka termasuk orang yang khusyuk dalam sholat.
Mereka terhanyut dalam keindahan bacaan al-qur‟an
yang mereka lantunkan. Bahkan sholat yang khusyuk
juga menjadi bagian dari penyembuhan sakit fisik
yang dialami para sahabat. Tengok saja kejadian
ketika Ali bin Abi Tholib terkena panah saat melawan
kafir quraisy. Beliau meminta agar panah dicabut
ketika dia sedang sholat. Ali pun tidak merasakan
sakit.
Sayangnya sholat khusyuk itu tidak mudah dicapai.
Apalagi oleh umat Islam zaman sekarang. Pikiran
kita susah dikendalikan saat sholat. Bahkan yang
selalu terjadi justru kita mengerjakan sholat sambil
memikirkan urusan dunia. Misalnya, sholat sambil
berpikir tentang cara memenuhi kewajiban sebagai
orang tua terhadap anak, tentang urusan pekerjaan
yang belum tuntas, tentang cara memenuhi
kebutuhan keluarga, atau tentang amanat lain yang
kita sanggupi.
Menanggapi kondisi tersebut, ada yang
menyarankan sebaiknya kita sholat seperti sholatnya
seorang lajang. Dia tidak memikirkan banyak urusan
dunia, sehingga dapat sholat lebih khusyuk. Saya
sendiri pernah mengalami kondisi semacam itu kala
remaja dulu. Pikiran terasa ringan sehingga saya
bisa lebih berkonsentrasi dalam sholat. Padahal
14
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
masa remaja saya justru diwarnai dengan sejumlah
konflik dalam keluarga besar. Terus terang konflik
tersebut menyisakan trauma yang ternyata
memerlukan waktu lama untuk sembuh. Namun,
saat itu Allah swt menguatkan saya sehingga bisa
mengambil jarak dengan sumber masalah pada
waktu sholat. Mengerjakan sholat dalam kondisi
tersebut memberi ketenangan batin bagi saya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, mulai sekarang
saya harus berlatih keras untuk tidak memasukkan
urusan dunia ke dalam sholat. Saya akan
meluruskan niat dan berusaha meninggalkan semua
urusan dunia sebelum mengerjakan sholat. Insya
Allah kita bisa merasakan lezatnya sholat khusyuk.
Menurut Ustad Muhsin, akhlak baik bisa dibedakan
menjadi akhlak fitri dan akhlak ikhtiyari. Akhlak fitri
sudah dimiliki seseorang sejak dia lahir. Akhlak fitri
yang dimiliki setiap orang tidak sama banyak. Contoh
pribadi yang memiliki akhlak fitri terbanyak ialah
Rasulullah. Sementara akhlak ikhtiyari ialah akhlak
yang dimiliki seseorang berkat usaha yang dia
lakukan. Akhlak ini bisa berubah-ubah tergantung
dari konsistensi sikap orang tersebut dalam berbuat
baik. Apabila dia konsisten mengerjakan kebaikan,
insya Allah akhlak baik itu akan menghiasi
kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya.
15
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
BIASAKAN BERBUAT BAIK
Pada pengajian rutin kemarin, Ustad Muhsin
menekankan pentingnya kita membiasakan berbuat
baik. Misalnya kebiasaan yang dilakukan seorang
pemuda di wilayah Yogyakarta ini. Dia bertekad
untuk selalu datang ke masjid sebelum masuk waktu
sholat. Tujuannya agar bisa mengumandangkan
azan di masjid. Kebiasaan itu konsisten
dilakukannya ke manapun dia pergi. Suatu hari saat
si pemuda sedang mengumandangkan azan, dia
mendapat serangan jantung. Pemuda tadi segera
dibawa ke rumah sakit. Dokter memutuskan untuk
mengoperasinya. Peralatan operasi segera
disiapkan. Pemuda itupun dibius total. Tiba-tiba
tangan pemuda itu memegang tangan si dokter. Dia
meminta agar operasi dihentikan saja. ”Lihat dok,
saya sedang berjalan menuju surga,” kata pemuda
itu. Kisah nyata itu diceritakan oleh salah satu dokter
yang menangani si pemuda kepada Ustad Muhsin.
Subhanallah.
Berkaca pada kisah tersebut, kita perlu
membiasakan diri untuk melakukan kebaikan
sepanjang hidup. Yang dimaksud kebaikan ialah
segala hal yang diperintahkan Allah swt kepada kita,
antara lain membaca al-qur‟an dan sholat tahajjud.
16
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Berkaitan dengan tilawah quran, Rasulullah
menyarankan kita untuk membaca al-qur‟an hingga
khatam paling lambat 30 hari sekali. Sedangkan
waktu yang paling cepat untuk mengkhatamkan al-
qur‟an ialah 3 hari. Mengapa tilawah quran perlu
dijadikan bagian dari kebiasaan kita?
Orang yang beriman meyakini bahwa kelak di hari
perhitungan al-qur‟an akan menjadi pembela kita di
hadapan Allah. Dia akan muncul sebagai sosok
berwajah putih pucat. Mengapa demikian? Karena
ini cerminan wajah orang-orang yang membacanya
secara tartil setiap malam. Barang siapa
membiasakan diri membaca al-quran, Allah akan
menjadikannya sebagai ahli qur‟an. Yang dimaksud
ahli di sini bukanlah orang yang paham dengan
ajaran al-qur‟an, melainkan kita menjadi bagian dari
keluarga al-qur‟an. Jiwa kita menjadi dekat dengan
al-qur‟an sehingga tercermin dalam akhlak sehari-
hari kita. Tatkala berinteraksi dengan orang lain, kita
bisa bersikap simpatik. Dalam berdagang, kita tidak
tergoda untuk menggadaikan kejujuran demi
keuntungan material. Demikian pula sewaktu
mendidik anak.
Sholat tahajjud juga perlu kita rutinkan selama hidup
karena Allah akan meninggikan derajat kita di dunia
dan akhirat. Jika kita sudah terbiasa membaca al-
17
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
qur‟an dan sholat tahajjud, kita akan merasakan
nikmatnya melakukan ibadah tersebut.
Manfaat lainnya berupa limpahan kasih sayang Allah
dan perlakuan istimewa yang diberikan kepada kita
di kehidupan akhirat. Sesungguhnya hanya kasih
sayang Allah yang menyebabkan kita selamat dari
siksa api neraka. Sesungguhnya karena kasih
sayang Allah pula yang membuat kita kelak diberi
ganjaran surga. Bukan karena pahala sekian banyak
amal sholih yang kita lakukan di dunia. Kita perlu
menyadari bahwa sesungguhnya amal sholih kita
sangat sedikit dibandingkan nikmat yang Allah
berikan pada kita.
Sebuah riwayat menceritakan tentang seseorang
yang sudah beramal sholih selama di dunia. Dia
merasa telah melakukan banyak kebaikan selama
hidup. Di hari perhitungan, dia meminta surga
kepada Allah. ”Ya Allah, berikanlah surga padaku
karena aku sudah melakukan banyak kebaikan
selama hidup di dunia.” ”Benarkah yang kamu
katakan? Baiklah mari kita timbang amalmu dengan
nikmat yang telah Aku berikan.” Allah swt menyuruh
malaikat mencungkil mata orang itu. Ternyata
kenikmatan berupa mata yang Allah berikan jauh
lebih berat daripada amal sholih yang orang itu
lakukan selama hidup. Jadi amal sholih bukanlah
penyebab seseorang dimasukkan ke surga oleh
18
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Allah. Melakukan kebajikan hanyalah sarana bagi
kita untuk mendapatkan ridho Allah, merayu Allah
agar kita dinilai sebagai hamba-Nya yang baik.
Berbuat baik perlu dibiasakan karena Allah akan
memberikan kenikmatan terakhir bagi kita
menjelang kematian. Sungguh beruntung orang yang
selalu rindu berbuat kebajikan. Dia akan meninggal
dalam keadaan melakukan kebajikan. Sebaliknya,
orang yang membiasakan diri berbuat keburukan
akan meninggal ketika melakukan keburukan.
Naudzubillahi min dzalik.
19
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
SALAH ALAMAT
Allah memang menjadikan perhiasan dunia tampak
begitu indah di mata manusia.harta benda yang
melimpah, kekuasaan yang besar, atau jabatan yang
tinggi menjadi objek perburuan manusia selama
hidupnya. Karena jumlahnya yang terbatas, tidak
jarang kita melakukan segala cara untuk bisa
mendapatkannya. Tidak mempedulikan apakah cara
itu dibenarkan oleh Allah atau justru sebaliknya.
Yang penting perhiasan dunia itu ada dalam
genggaman kita.
Setelah perhiasan dunia diperoleh, manusia
cenderung untuk memamerkannya kepada orang
lain. Ketika berhasil mengoleksi barang-barang
lambang gengsi, manusia merasa layak pamer.
Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan
pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Pengakuan
dari orang lain dikejar karena dia menduga dirinya
akan menjadi puas dan bahagia. “Lihatlah aku.Aku
lebih terhormat dari kalian.Kekayaanku lebih banyak
daripada kalian.Kekuasaanku lebih besar daripada
kalian. Maka hormatilah aku, hei orang-orang.”
Barangkali teriakan semacam ini yang terdengar
lantang di dasar lubuk hatinya.
20
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Begitulah saya mencoba memikirkan tingkah laku
orang-orang yang memburu perhiasan dunia dengan
menggebu-gebu. Mereka terus membanting tulang
untuk bisa mendapatkan kesenangan materi itu
lebih banyak lagi.mereka memforsir diri agar tetap
berada di tangga puncak kebahagiaan sesuai
dengan angan-angannya.
Sayangnya, mereka masih berkubang di fase
akumulasi kesenangan duniawi. Mereka belum
memiliki pemahaman yang benar tentang tanggung
jawab moral atas melimpahnya perhiasan dunia di
tangannya. Akibatnya, orang-orang ini berbuat
sesuka hatinya. Mereka terlihat begitu egois. Pada
waktu yang sama, mereka mengabaikan
kewajibannya sebagai hamba Allah. Ibadah pun tidak
dilakukan dengan benar.Juga kewajibannya kepada
sesama makhluk. Sikap empati terhadap lingkungan
yang membutuhkan uluran tangan tidak muncul di
hatinya. Bahkan tidak jarang mereka justru menuduh
kondisi kekurangan saudaranya sebagai akibat tidak
mau bekerja keras.
Terhadap orang-orang yang terlalu banyak meminum
air laut dunia, Allah tidak langsung menegurnya.
Misalnya dengan langsung menghentikan aliran
kekayaan karena dia telah berlaku sombong di muka
bumi. Oleh Allah, mereka tetap ditambahi kekayaan.
21
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Kekuasaannya justru semakin kuat dengan
dukungan orang-orang yang oportunistik. Keluarga
mereka pun tampaknya bahagia karena segala
kebutuhan materinya terpenuhi. Begitulah yang Allah
lakukan pada mereka.
Sebagai orang beriman, kita diingatkan Allah untuk
tidak iri kepada mereka. Sesungguhnya kesenangan
duniawi yang mereka rasakan itu tidaklah kekal.
Yang terjadi atas diri mereka saat itu bukanlah
limpahan karunia dan kasih sayang Allah. Justru hal
ini menunjukkan ketidakridhaan Allah dengan
kelakuan mereka. Setelah beberapa saat
dimanjakan Allah dengan kesenangan dunia, Allah
akan melenyapkan semua itu seketika. Dalam Al
Qur‟an kondisi itu digambarkan begitu tragis. Allah
mengibaratkan mereka sebagai orang yang memiliki
kebun buah-buahan yang sangat subur. Pagi hingga
sore dia merawat kebun itu dengan baik.tidak
mengherankan jika hasilnya melimpah ruah. Untuk
menjaga keamanan kebun dan buah-buahan itu,
mereka berjaga di kebun pada malam harinya.
Namun, penjagaan mereka tidak bisa melawan
kehendak Allah. Allah meniupkan udara yang sangat
dingin malam itu. Akibatnya sungguh
mencengangkan. Ketika matahari sudah terbit, sang
pemilik kebun terkejut sekali melihat kebunnya
meranggas. Daunnya rontok ke tanah. Tidak tersisa
lagi kerindangan daunnya. Buah yang semula
22
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
bergelantungan di dahan pun berjatuhan di tanah.
Bukan hanya buah yang hampir masak. Buah yang
masih kecil pun rontok semua. Sudah tidak ada lagi
sisa-sisa kesuburan kebun tadi. Kini, si pemilik
kebun hanya bisa meratap sedih. Menyesal begitu
dalam.
Demikian pula gambaran balasan yang Allah berikan
kepada hamba-Nya yang lalai karena mengejar
kesenangan dunia. Mereka nanti akan dikagetkan
dengan perubahan drastis kondisi yang dialaminya.
Oleh karena itu, terhadap orang-orang tersebut kita
tidak patut merasa iri. Justru seharusnya kita merasa
kasihan karena kejatuhan mereka hanyalah soal
waktu. Entah dekat entah jauh janji Allah pasti
terjadi. Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan?
Menurut saya, kita perlu mengingatkan mereka
terhadap peran yang harus dilakukan.mereka mesti
diingatkan untuk bersedekah karena dalam harta
yang dimiliki terdapat hak-hak orang lain yang
dititipkan Allah kepadanya. Mereka mesti dihimbau
untuk menggunakan kekuasaan yang dimiliki guna
memberi manfaat bagi masyarakat. Saya yakin, jika
mereka menyadari hakikat kehidupan dan mau
mengubah sikapnya, mereka akan terhindar dari
azab Allah. Bahkan, tidak mustahil Allah justru akan
menambahkan nikmat bagi mereka.
23
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
BERSYUKUR, KUNCI BAHAGIA
Saya yakin Anda pasti sudah familiar dengan ayat al-
Qur‟an tentang arti penting bersyukur. Laa
insyakartum la azidannakum, walaa inkafartum inna
„adzabi lasyadid. Allah swt menegaskan bahwa
barangsiapa bersyukur, Allah akan menambahkan
nikmat-Nya. Akan tetapi, barangsiapa mengingkari
nikmat Allah, maka Allah akan mendatangkan adzab
yang sangat pedih. Kita semua berharap tidak
menjadi bagian dari kelompok terakhir.
Naudzubillahi min dzalik.
Konsekuensi dari memahami makna ayat tersebut
antara lain kita dituntut menjaga hati agar selalu
ikhlas dengan setiap pemberian Allah. Selanjutnya
mari kita alokasikan rejeki itu untuk keperluan yang
bermanfaat. Tidak hanya bagi kehidupan dunia kita,
namun juga bagi kehidupan akhirat. Pemanfaatan
rejeki untuk urusan duniawi misalnya dengan
membeli makanan halal, melunasi hutang, atau
membayar biaya sekolah anak.sementara
pemanfaatan rejeki untuk urusan akhirat misalnya
dengan membayar zakat, memberi infak dan
sedekah, atau melaksanakan ibadah-ibadah yang
lebih utama nilainya. Semua tindakan tadi semoga
dapat membuktikan besarnya rasa syukur kita
24
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
kepada Allah. Dengan demikian, kita tidak termasuk
golongan orang yang kufur nikmat.
Saya jadi teringat dengan pengalaman seorang
teman. Selama saya bergaul dengannya, saya
mendapat kesan bahwa Allah selalu memenuhi
keinginannya. Dulu dia pernah berharap agar
suaminya bekerja di Klaten. Akhirnya keinginan itu
terkabul walau sempat tertunda. Dalam seleksi kerja
kesempatan pertama, suaminya tidak lolos. Dia
sempat menggerutu menyesalkan tidak adanya
bantuan dari beberapa teman yang sudah bekerja di
sana terhadap suaminya. Beberapa waktu kemudian
kondisi berubah. Tanpa melalui tes, tiba-tiba saya
dengar suaminya mendapat panggilan kerja di
perusahaan itu. Bahkan posisi yang ditawarkan jauh
lebih baik daripada posisi yang ingin diraih pada tes
sebelumnya.
Saya tidak tahu usaha apa yang teman saya lakukan
sehingga bisa mengubah keadaan seperti itu.
Namun yang saya yakini Allah telah menunjukkan
sifat pengasihnya dengan mewujudkan harapan
teman tadi.
Setelah beberapa tetangga memiliki anak kedua,
teman saya ingin memiliki hal serupa. Tidak
tanggung-tanggung harapannya. Dia ingin memiliki
25
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
anak perempuan seperti halnya anugerah yang Allah
berikan pada teman-temannya. Keinginan itu lahir
barangkali karena anak perempuan terlihat lebih
imut daripada anak lelaki di mata dia. Allah Yang
Maha Pengasih kembali menunjukkan
kekuasaannya. Teman saya pun hamil dan
melahirkan bayi perempuan yang lucu. Subhanallah
wallahu akbar.
Ketika anaknya lahir, saya pun kembali dibuat heran.
Teman saya bekerja.Dia berusaha memepetkan
waktu cuti dengan hari perkiraan lahir anaknya.
Tujuannya agar pasca persalinan, dia punya waktu
lebih banyak beberapa hari untuk merawat si bayi.
Memakai logika berpikir ini, teman saya berencana
mengambil cuti per 1 Mei. Ternyata pada 1 Mei pagi
bayinya lahir. Allahu Akbar. Bagaimana mungkin
Allah kembali meluluskan rencana yang dia buat?
Tiga bulan berlalu. Semestinya per 1 Agustus teman
saya kembali bekerja setelah cuti melahirkan.
Selama cuti teman saya sibuk mencari orang yang
bersedia mengasuh anaknya. Sayangnya, dia belum
menemukan orang yang cocok di hati. Orang terakhir
yang dihubungi meminta bayaran yang cukup tinggi.
Kondisi ini membuat teman saya mengumbar
keluhan. Dia mulai berandai-andai: andai aku tidak
bekerja, aku bisa mengasuh sendiri anakku.
26
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Tampaknya teman saya lupa dengan pengalamannya
selama ini. Bahwa harapan yang dia sampaikan akan
segera dibalas oleh Allah. Dan Allah Yang Maha
Mendengar ternyata juga sangat berdisiplin.Karena
kasihan dengan bayi tadi, Allah pun menggerakkan
hati majikan teman saya. Mulai 1 Agustus teman
saya diberhentikan bekerja.
Kali ini saya yang bingung mau mengucap kalimat
thoyyibah yang mana ketika menyimak kondisi
teman tadi. Alhamdulillah atau innalillahi?
Alhamdulillah mungkin lebih tepat karena Allah
memberi kesempatan seluas-luasnya bagi teman
tadi untuk mengasuh anaknya. Dia bisa
mendampingi proses tumbuh kembang bayinya. Bagi
saya, menjadi saksi atas perkembangan fisik dan
mental anak merupakan anugerah yang sangat
indah. Namun, dengan meninggalkan dunia kerja,
pemasukan bulanan buat keluarga teman saya
menjadi berkurang di atas kertas. Padahal saat ini
masih ada sejumlah urusan yang memerlukan dana
cukup besar. Biaya pendidikan si sulung dan
angsuran rumah merupakan pos pengeluaran yang
tidak bisa diabaikan. Keluarga teman saya mesti
belajar mencukupkan diri dengan pemasukan yang
berasal dari satu pintu. Beberapa kesenangan yang
dulu bisa dinikmati dengan bebas, kini harus diatur
27
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
lebih cermat. Nah, untuk gambaran keadaan seperti
ini mungkin ungkapan „innalillahi‟ terasa
kontekstual.
Bukannya saya bermaksud jahat ketika bercerita
tentang pengalaman hidup teman tadi. Saya hanya
ingin menyodorkan bukti bahwa Allah Maha
Berkehendak. Allah swt bukanlah pihak yang layak
didikte untuk mengabulkan setiap keinginan.
Semestinya kita selalu mengingat bahwa terkabulnya
suatu harapan merupakan bukti Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Tanpa izin Allah,
harapan kita tidak akan terwujud. Maka kita wajib
bersyukur dengan segala pemberian-Nya. Apalagi
jika pemberian itu sesuai dengan harapan kita.
Selain itu, barangkali ini hanya peringatan kecil dari
Allah untuk kita. Bahwa kita hanyalah hamba dengan
kemampuan terbatas. Di atas rencana kita, terdapat
Allah yang berkuasa mutlak. Oleh karena itu, selain
berusaha kita dituntut untuk berdoa. Allah sendiri
yang berjanji akan mengabulkan setiap doa orang
beriman. Memang jawaban doa kita tidak selalu
tepat sama dengan yang kita mau. Kita memohon
mobil, ternyata yang Allah berikan baru motor.
Namun, sikap yang lebih aman ialah tetap
khusnudhon dengan setiap keputusan Allah.
Sungguh tidak ada yang sia-sia dari setiap kehendak
Allah atas diri makhlukNya. Berpijak pada pemikiran
28
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
tadi, kita mesti banyak bersyukur. Pandai-pandailah
mencari hikmah di balik setiap kehendak Allah atas
diri kita. Sesungguhnya nikmat Allah itu sungguh
tidak terkira jumlahnya. Maka nikmat dari Tuhanmu
yang mana yang engkau dustakan?
Begitulah kesimpulan dari obrolan saya pagi ini
dengan istri. Kami semakin sadar dengan
kelemahan kami sekaligus semakin yakin dengan
keagungan Allah. Kami juga sangat sadar bahwa
nikmat Allah yang diberikan pada keluarga kami
sangatlah besar. Sungguh tidak ada yang sanggup
menghitungnya walau didatangkan tinta sebanyak
lautan di dunia untuk menuliskannya. Sekarang kami
hanya berharap agar bisa menjadi hamba yang
pandai bersyukur.
29
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
JADI IBU HARUS CERDAS
Catatan harian ini tentang kasih sayang ibu yang
begitu besar pada anaknya. Sayangnya, cara yang
beliau tempuh kurang tepat. Berharap ada yang bisa
menjadikannya sebagai bahan renungan, maka saya
beranikan diri mengunggahnya.
Hari Minggu, 26 Agustus 2007, saya mau pulang ke
Klaten bersama anak dan istri. Mereka seminggu
tinggal di Kiyangkong dan Lugosobo menemani
simbah dan simbah buyut yang sakit. Alhamdulillah,
kedatangan Dzaky menjadi hiburan tersendiri bagi
simbah-simbahnya.
Agar dapat berjalan pulang dengan nyaman, kami
sepakat naik travel Rahayu Persada. Karena agen
travel itu di Purworejo tidak melayani rute
Purwokerto-Solo, saya mesti memesan tiketnya di
agen Kutoarjo. Saya menunggu di pinggir jalan
Purworejo-Jogja karena travel tidak masuk kota
Purworejo. Menurut rencana travel berangkat pukul
07.30. Akan tetapi travel baru datang satu jam
kemudian. Segera barang-barang bawaan saya
masukkan. Sopir kemudian membuka pintu depan.
Ternyata sudah ada dua perempuan berjilbab di
bangku depan. Mereka ibu anak. Dari tampilannya,
saya menduga mereka orang kaya.
30
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Si ibu berkata sambil makan apel, “Ya, saya pindah,
tapi satu aja ya.”
Saya kaget dengan kata-katanya. “Lho, saya pesan
dua tempat. Bagaimana dengan istri saya? Dia mau
duduk di mana?” kata-kata saya meninggi karena
berusaha mendapatkan hak yang ingin direbut ibu
tadi.
“Toleransi, pak, toleransi,” kata ibu itu.
Saya tidak paham dengan toleransi yang
dimaksudnya. Sementara sopir juga hanya diam.
Saya tegaskan pada ibu itu,”Saya minta bangku
seperti yang saya pesan.”
Akhirnya, ibu itu menyuruh sopir mengambilkan kruk
di belakang.
Saya termenung. Ternyata gadis itu membutuhkan
kruk untuk pindah bangku. Dia nampak kerepotan.
Saya berusaha membantu, tetapi ibu itu menukas,
“Gak usah!”
Si ibu marah. Dia mengomel. Saya dikatakan sebagai
orang super egois. Untung omelannya teredam oleh
suara mesin mobil. Tetapi pada istri saya, dia
mengancam,” Tak sumpahin kamu!”
31
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Kejadian tersebut merusak suasana perjalanan
keluarga saya. Dzaky yang biasanya ceria menjadi
murung. Saya sempat melihat Dzaky yang menengok
ke bangku belakang. Tetapi dia tidak tersenyum.
Bahkan anak saya nampak ketakutan. Entah apa
yang sempat dilihatnya tadi.
Istri saya mengontak agen travel di Kutoarjo. Dari
petugas agen, kami tahu bahwa ibu dan anaknya itu
penumpang dari Purwokerto. Agen meminta maaf
atas ketidaknyamanan ini. Istri saya bermaksud
meminta maaf lewat hp atas kejadian itu. Istri saya
enggan meminta maaf secara langsung karena
mungkin ibu itu masih marah. Sayangnya, petugas
tidak tahu nomor hp ibu itu.
Kejadian tersebut mengajarkan beberapa hikmah
pada saya. Pertama, saya melihat satu bukti
besarnya kasih sayang ibu kepada anaknya. Ibu itu
mungkin ingin memberikan pelayanan yang baik bagi
anaknya yang habis mengalami kecelakaan.
Keinginan tadi dia wujudkan dengan menempatkan
anaknya di bangku depan walaupun bangku depan
sudah dipesan orang lain.
Kedua, ibu itu berpikir bahwa keinginan itu pasti
disetujui oleh semua orang. Dia akan bernegosiasi
dengan pemesan bangku depan supaya anaknya
bisa tetap duduk di depan. Saat negosiasi dengan
32
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
saya, dia berusaha menyampaikan keinginannya. Dia
ingin saya setuju dengan keinginannya.
Ketiga, ibu itu ternyata gagal menyampaikan
keinginannya kepada saya dengan gamblang. Hal ini
terlihat dari terjadinya kesalahpahaman antara saya
dengan dia. Jika ibu itu menjelaskan pada saya
bahwa anaknya habis kecelakaan dan akan repot
pindah bangku, tentu saya akan mempersilakan dia
tetap duduk di depan. Sayangnya, dia tidak
ungkapkan alasan tersebut. Apalagi sikap ibu itu
bukan sikap yang tepat untuk bernegosiasi.
Semestinya dia bangkit dari duduknya dan menemui
saya. Tapi yang dia lakukan hanyalah duduk sambil
memakan apel, sehingga saya berpikir ibu ini ingin
bertindak semaunya sendiri. Berdasarkan pemikiran
inilah, saya menegaskan,”Saya minta bangku seperti
yang saya pesan.”
Keempat, mungkin ibu itu malu dengan kondisi anak
gadisnya. Menurut cerita sopir, gadis itu tertabrak
sepeda motor saat berjalan bersama temannya di
kampus. Akibat kecelakaan itu, dia harus memakai
kruk. Nah, kondisi si anak mungkin dimaknai sebagai
aib oleh ibunya. Cacat anaknya dianggap akan
mengurangi kehormatan dirinya di mata orang lain.
Ini harus ditutup-tutupi. Ketika saya meminta bangku
itu, saya dianggap mempertontonkan aib dirinya
33
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
kepada orang banyak. Ibu itu merasa harga dirinya
jatuh. Sebagai reaksinya, dia marah dan
menyumpahi kami sekeluarga.
Kelima, kehormatan diri kita tidaklah ditentukan oleh
materi yang kita miliki. Orang lain akan menghormati
kita jika kita dapat bersikap tepat dalam setiap
keadaan. Seperti halnya ibu itu. Secara materi, ibu
itu nampak seperti orang kaya. Dandanannya
mencerminkan hal itu. Selera makannya juga.
Barangkali dia memang istri seorang pejabat atau
petinggi negara ini. Selama ini dia mendapat
penghormatan dari anak buah suaminya di kantor.
Akibatnya, dia merasa semua orang harus
menghormatinya pula. Padahal itu keinginan yang
tidak realistis. Tidak setiap orang tahu suaminya dan
kekuasaan yang dimiliki. Apalagi dengan dirinya
sebagai „istri pak pejabat‟. Maka wajar jika dia tidak
mendapat penghormatan sebagaimana yang
diterima di lingkungan kerja suaminya.
Mungkin pula dia istri pengusaha kaya yang terbiasa
dilayani. Dia berpikir semua orang harus
melayaninya pula sebagaimana perlakuan para
buruh kepadanya. Nah, ketika saya meminta hak
atas bangku yang saya pesan, dia merasa saya telah
berbuat kurang ajar kepadanya.
34
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Keenam, semestinya kita mengubah cara pandang
tentang musibah dan orang lain. Bahwa musibah
bukanlah suatu hukuman yang Allah berikan kepada
kita. Musibah diberikan Allah untuk mengukur
tingkat keimanan manusia kepada Allah. Mungkin ini
yang belum berhasil dilakukan ibu tadi. Ketika
anaknya mendapat kecelakaan, dia menganggap itu
sebagai hukuman yang tidak adil. Mengapa kejadian
itu menimpa diri anaknya yang sangat dibanggakan?
Mengapa Allah tidak mengabulkan setiap harapan
yang dia miliki? Inilah gugatan yang menggelayuti
benak si ibu, hingga dia merasa mendapat aib besar
dengan kondisi anaknya yang mesti memakai kruk.
Sementara terhadap orang lain, selama ini kita
sering menilainya berdasarkan prasangka kita.
Seperti yang dilakukan ibu itu. Kebetulan teman
duduk di bangku belakang adalah seorang laki-laki
cacat. Itu sepenglihatan istriku. Nah, barangkali dia
merasa tidak pantas duduk bersama laki-laki itu.
Mungkin tindakan itu dapat menurunkan harga
dirinya di mata orang lain. Karena anggapan itu, dia
ingin pindah tempat duduk.
Ketujuh, seorang ibu harus cerdas. Tujuannya agar
ibu dapat memberikan yang terbaik bagi anaknya
serta dapat bersikap bijaksana. Tanpa kecerdasan,
ibu akan gagal menjalankan tugasnya. Sedangkan
35
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
sikap bijaksana diperlukan saat berhubungan
dengan orang lain. Semua itu memerlukan latihan
yang panjang.
36
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
BAGAIMANA MENCINTAI ANAK?
Ibu itu berusaha keras menahan air matanya agar
tidak terjatuh. Suaranya tercekat, kata-katanya
terbata-bata kala menguraikan kegundahan hatinya.
Ya, kegundahan yang lahir kala memikirkan
kelakuan dan perlakuan sang anak kepadanya.
Saya belum lama mengenalnya sebagai tetangga di
perumahan. Yang saya tahu beliau pindahan dari ibu
kota provinsi, menjual rumah yang menyimpan
kenangan hidup bersama almarhum suaminya, lalu
memboyong seisi rumah ke Klaten. Ternyata
tindakan itu dilakukan hanya untuk memenuhi
permintaan putri sulungnya.Kebetulan si anak
bekerja dan menikah dengan seorang pemuda di
sini. Dia mengeluh tidak kerasan tinggal bersama
mertua. Oleh karena itu, sang ibu menyetujui
rencana si anak untuk membeli rumah baru yang
akan ditinggali bersama. Saran tetangga untuk tidak
berpindah rumah tidak mampu menembus hatinya.
Dijuallah rumah lama yang selama ini menjadi saksi
perjuangan sang ibu dan suami dalam mendidik dan
membesarkan kedua anaknya. Semua dikorbankan
demi anak. Dimulailah lembaran hidup yang baru,
yang mempertemukan saya menjadi tetangganya.
37
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Namun gambaran indah yang ingin diraih ternyata
tidak terwujud. Sejumlah kerikil yang melukai kaki
membuat langkahnya tersendat. Harapan akan
terciptanya penghidupan yang lebih baik justru
semakin tipis. Apalagi setelah si anak justru
memutuskan untuk mengikuti suaminya tinggal di
rumah mertua. Satu-satunya cucu yang selama ini
menjadi limpahan kasih sayangnya juga
meninggalkan rumah ini. Mereka jarang berkunjung
ke mari. Sang Ibu merasa sendirian, nyaris putus
harapan.
Di kota asal dia sempat menjadi pedagang makanan
yang sukses. Pelanggannya berjumlah banyak,
sehingga hasil perniagaan yang dilakukan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
serta menyekolahkan kedua anak hingga perguruan
tinggi.
Di sini dia harus memulainya dari titik nol. Karena
penghuni perumahan baru belasan keluarga, sang
ibu harus mau berjalan kaki cukup jauh untuk
menitipkan dagangannya di warung-warung sekitar
kompleks. Kerepotan bertambah ketika dia perlu
berbelanja bahan baku di pasar. Dia tidak jarang
mesti berjalan kaki bolak-balik bersama kakak
perempuannya. Maklumlah, angkutan umum yang
melintasi tempat tinggal saya sudah lama berhenti
beroperasi. Para pemilik angkutan umum banyak
38
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
yang gulung tikar karena warga lebih memilih naik
sepeda motor daripada angkot.
Melihat pengorbanan ibu itu, saya teringat dengan
pepatah zaman sekolah dulu: kasih ibu sepanjang
jalan, kasih anak sepanjang galah. Segala upaya
akan dilakukan oleh ibu demi anaknya, walau harus
berkorban jiwa sekalipun. Pantas jika Allah swt
mendudukkan ibu di posisi istimewa. Doa ibu
sanggup mengguncangkan „Arsy Allah. Keridaan ibu
mempengaruhi keridaan Allah. Bahkan, seorang ibu
yang meninggal kala berjuang melahirkan anaknya
akan disejajarkan dengan syahidnya seorang yang
berjuang di jalan Allah. Tidak berlebihan jika sebuah
lagu anak menganalogikan kasih sayang ibu sebagai
sang surya yang menyinari dunia.
Sebaliknya dengan kasih sayang anak kepada orang
tuanya. Mereka tidak pernah sanggup membalas
besarnya kasih sayang ibu. Meskipun setiap hari
bumi mendapat sinar matahari, bumi tidak akan
pernah bisa menyinari matahari walau hanya
sekejap.
Saya tidak meragukan besarnya kasih sayang ibu
kepada anaknya. Namun, dalam hati terbetik tanya:
benarkah kasih sayang yang berlebihan justru
mematikan potensi anak?
39
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Seperti yang terjadi pada ibu tadi. Menurut saya, dia
telah berlebihan dalam menunjukkan kasih
sayangnya kepada anak. Mengapa demikian?
Pertama, karena dia memperlakukan anaknya tetap
sebagai anak kecil walaupun sudah dewasa.
Memang benar, status anak tidak berubah dalam
hubungan dengan orang tuanya kendati dia sudah
berkeluarga. Akan tetapi orang tua perlu menyadari
proses tumbuh kembang anaknya. Sesaat setelah
lahir di dunia, kelangsungan hidup anak sangat
tergantung pada kepedulian orang tua. Ibu dan
bapak yang bekerja keras untuk menyiapkan
hidangan di atas meja bagi anaknya, mendidik anak
dengan aturan hidup sebagai manusia, atau
mengajarkan pengetahuan yang diperlukan anak
untuk bekal menempuh kehidupan. Mereka juga
yang pertama kali tersenyum lega kala bisa
membuat anak bergembira atau menahan perih
ketika anaknya menangis sedih.
Namun, tidak selamanya anak kita menjadi anak
kecil. Seiring bertambahnya usia, kepribadian anak
pun berkembang. Bertambah luasnya lingkup
pergaulan anak membawa pengaruh baru bagi
jiwanya. Apalagi setelah anak berubah menjadi orang
dewasa yang memiliki pemikiran dan keinginan
sendiri.Kedewasaan menurut saya melahirkan
konsekuensi atas setiap tindakan yang dilakukan
seseorang. Seorang dewasa bisa menentukan
40
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
pilihan dan harus bersiap dengan konsekuensi
pilihan tadi.
Saya melihat masalah sang ibu lahir sebagai
konsekuensi pilihan tidak logis yang dia ambil. Saya
katakan tidak logis karena sebenarnya terdapat
sejumlah alternatif lain untuk mengatasi masalah
anaknya. Ketika si anak merasa tidak betah tinggal
bersama mertua, dia bisa meninggalkan rumah
mertuanya dan mengontrak rumah di tempat lain.
Namun, yang dilakukannya justru membeli rumah
baru. Padahal dana yang dibutuhkan belum tersedia.
Akhirnya dia membujuk ibunya untuk menjual rumah
dan tinggal bersama-sama di sini.
Tindakan ibu memenuhi rengekan anaknya tadi bagi
saya menunjukkan kalau dia memposisikan anaknya
seperti halnya anak kecil. Ibu mengalah dengan
keinginan anaknya semata-mata agar si anak tidak
rewel.
Kedua, masalah itu terjadi karena anak pandai
memanfaatkan situasi. Dia menyadari sepenuhnya
posisinya di mata ibu. Selama ini limpahan kasih
sayang dari orang tua dimaknai sebagai perlakuan
istimewa yang memang seharusnya diterima oleh
dirinya. Sedari kecil dia mengamati bahwa setiap
permintaannya akan dikabulkan orang tua. Setiap
41
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
permintaannya berlaku mutlak. Orang tua tidak
punya pilihan kecuali mati-matian berusaha
memenuhi permintaan itu. Perlakuan demikian
membuatnya tumbuh sebagai anak yang egois dan
cenderung mementingkan diri sendiri. Dia merasa
setiap permintaannya merupakan satu kewajiban
yang harus dipenuhi orang tua. Di sisi lain dia
tumbuh tanpa kemampuan berempati terhadap
kondisi orang lain, termasuk kondisi orang tuanya.
Sikap semacam itu sayangnya tidak berubah
meskipun secara fisik dia berubah menjadi dewasa.
Dengan kemampuan berpikirnya, dia mampu
memperluas lingkup masalah yang semula pribadi
menjadi masalah yang harus dihadapi semua orang
dalam keluarga.
Bercermin pada masalah yang dihadapi tetangga itu,
saya bertekad untuk tidak salah mendidik anak.
Walaupun anak itu amanah yang Allah swt titipkan
pada orang tua, bukan berarti anak jika dibiarkan
akantetap dalam kondisi baik dan benar. Pengaruh
lingkungan rumah dan teman sebaya sangatlah
besar bagi pembentukan kepribadian anak. Apalagi
dengan kemampuan belajarnya yang sangat
absorbsif. Anak akan menyerap masukan apapun
yang dia temukan di lingkungan kesehariannya.
Bagaikan pasir menyerap tetesan-tetesan air.
42
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
Yang patut disadari ialah fakta bahwa anak bukanlah
kelanjutan sifat, profesi, atau kepribadian orang
tuanya. Dia makhluk Allah swt yang memiliki minat
dan bakat sendiri. Orang tua bertugas menggali dan
menumbuhkembangkan potensi si anak agar dia
dapat memberi manfaat bagi lingkungan. Inilah kerja
yang dilakukan orang tua yang mencintai anaknya.
Bermain bersama anak sebaiknya dibarengi dengan
bimbingan dan pengarahan. Mereka perlu
dipahamkan dengan aturan bermain yang baik. Saat
bermain bersama anak, orang tua perlu menyisipkan
pesan-pesan moral yang kontekstual dengan situasi
permainan.Jangan sampai orang tua justru
mengarahkan anak pada hal-hal yang negatif. Jika
tindakan ini terus berlangsung, anak tidak akan
memiliki pedoman nilai dan norma sebagai makhluk
sosial.
Saya teringat dengan tindakan seorang filosof Yunani
kuno bernama Diogene le Cynique (413-323 SM).
Dia sering mengecam adat kebiasaan
masyarakatnya yang buruk. Konon, dia pernah
mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku
melihat dan mendengar anakmu culas dan
berbohong ketika sedang bermain. Aku yakin hal itu
diperolehnya darimu atau orang lain, tetapi kamu
43
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
diam tidak menegurnya. Kamu biarkan anakmu
berbuat tidak baik.”
Memang peran orang tua sangatlah vital bagi
pembentukan kepribadian anak. Bagi saya, kartu
ucapan yang diselipkan dalam hidangan akikah
semestinya berisi pemohonan doa restu bagi orang
tua agar bisa mendidik anaknya menjadi hamba
Allah swt yang bertakwa.
44
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
JAIM ITU PENTING
Pagi itu saya mengantar istri saya ke pasar. Dia perlu
berbelanja konsumsi untuk pengajian muslimah.
Sambil menunggu di tempat parkir, saya mengamati
perilaku orang yang melintas di perempatan jalan
dekat pasar. Tak lama kemudian dari arah depan
menepilah seorang perempuan berbusana
muslimah. Jilbab besarnya tampak rapi serasi
dengan gamis yang dikenakan.
Tukang parkir yang sudah tua itu memberi aba-aba
seperlunya. Motor masuk ke area parkir. Petugas
parkir itu melontarkan senyuman dan sapaan ramah
kepada muslimah muda itu. Namun perempuan tadi
hanya diam tanpa reaksi. Dengan wajah dingin, dia
segera berlalu masuk ke pasar. Senyuman tipis pun
tidak terlihat menghiasi wajahnya. Apalagi ucapan
terima kasih buat petugas parkir yang telah
membantu menata kendaraannya. Saya yang berada
di dekat lokasi mencoba memahami latar belakang
sikap muslimah tadi. Barangkali dia merasa perlu
menjaga citra sebagai muslimah yang teguh
memegang aturan agama. Dia mungkin beranggapan
bahwa membalas sapaan orang asing apalagi laki-
laki yang tidak dikenal di muka umum dapat
45
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
merusak citra dirinya. Oleh karena itu, dia memilih
mengabaikan sapaan ramah dari petugas parkir tadi.
Namun hati kecil saya cenderung tidak bisa
membenarkan perilaku tersebut. Lebih-lebih karena
dia berani menunjukkan diri sebagai seorang
muslimah yang taat pada aturan berpakaian secara
syar‟i. Menurut saya, sikap terbaik yang harus dia
lakukan dalam kondisi tersebut justru menunjukkan
keramahan. Sikap simpatik sebenarnya akan
mendatangkan keuntungan berlipat ganda. Ketika
dia memberikan senyuman hangat atau ucapan
terima kasih, dia sudah menunjukkan bahwa
seorang muslimah memiliki hati yang lembut dan
hidup sehingga bisa membalas penghormatan dari
orang lain dengan baik. Pada waktu yang sama dia
sudah menyodorkan bukti bahwa Islam itu agama
yang mengajarkan kedamaian pada umatnya. Orang
yang berani menunjukkan identitas keislamannya
bukanlah orang yang menakutkan seperti para
teroris yang mengatasnamakan Islam. Tanpa
direncanakan secara njlimet, dia sudah
mendakwahkan citra Islam sebagai rahmatan lil
„alamin kepada orang lain melalui tindakan
sederhana.
Ada pula manfaat yang diterima si muslimah tadi.
Senyuman dan perkataan baik yang diberikan akan
dicatat malaikat sebagai sedekah. Saya teringat
46
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
dengan nasihat KH Mustofa Bisri. Menurut beliau,
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersedekah
setiap hari walau hanya dengan senyuman tulus
yang kita berikan pada orang lain.
Gamis dan jilbab bagi muslimah merupakan pakaian
yang disyariatkan karena bisa menutupi aurat
pemakainya serta menambah keindahan tampilan
orang yang memakainya. Inilah fungsi pakaian
menurut firman Allah swt dalam al-quran surat Al-
A‟raaf ayat 26. “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik.” Yang dimaksud dengan pakaian takwa ialah
sikap selalu bertakwa kepada Allah swt. Pakaian
yang memenuhi fungsi ini dapat dipastikan telah
memenuhi fungsi dasar pakaian bagi manusia.
Dalam al-quran surat An-Nahl ayat 81 Allah swt
berfirman,”Dan Dia jadikan bagimu pakaian yang
memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dalam peperangan.” Akan
tetapi masih ada satu fungsi penting pakaian yang
jarang disadari oleh pemakainya. Ternyata pakaian
juga memiliki fungsi untuk menunjukkan identitas
diri. Kita bisa mengenali seorang anak masih duduk
di bangku SD atau SMP atau SMA dengan melihat
47
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
pakaian seragam yang dikenakan. Dengan mudah
kita mendapatkan gambaran lokasi bekerja dan
prosedur bekerja seseorang dari mengamati
seragam kerja yang dia kenakan. Begitu pula fungsi
gamis dan jilbab bagi muslimah. Perempuan
beragama Islam yang mengenakan gamis dan jilbab
berarti telah berani menunjukkan identitas
keislamannya sehingga dia terpelihara dari
gangguan dan perbuatan usil orang lain. Mari
perhatikan firman Allah dalam al-Quran surat Al-
Ahzab ayat 59. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-
isterimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin: „hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.‟ Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di balik pakaian yang kita kenakan terdapat
konsekuensi berat yang mengiringinya. Ketika kita
berani menunjukkan identitas keislaman melalui
pakaian yang dikenakan, kita dituntut untuk selalu
menjaga perilaku dan perkataan agar selalu selaras
dengan ajaran agama Islam. Kita dituntut berhati-
hati dalam berinteaksi dengan orang lain. Tindakan
kita melukai perasaan orang lain saat menunjukkan
identitas keislaman dapat mencoreng keagungan
agama yang disampaikan melalui Rasulullah di mata
publik. Usahakan untuk selalu berkiblat pada akhlak
48
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
junjungan kita Muhammad saw. sewaktu kita
menunjukkan identitas keislaman kita. Namun
mohon tidak menyalahartikan anjuran tadi. Saya
tidak mengajak Anda untuk menanggalkan sejenak
identitas keislaman Anda ketika ingin berbuat yang
melenceng dari aturan Islam. Bukan demikian. Justru
konsekuensi dari keberanian menunjukkan identitas
keislaman kita berupa kesediaan menjaga citra diri
agar selalu mencerminkan keagungan ajaran islam.
Berlandaskan pada pemikiran tadi, saya sangat
menyayangkan perilaku seorang muslim yang
memegang makanannya dengan tangan kiri sambil
berdiri. Padahal selama ini dia telah berani
memelihara jenggot dan menjaga agar celana
panjang yang dikenakan tidak menutupi mata kaki.
Apalagi kejadian tersebut dia lakukan di lingkungan
masjid tempat kami biasa menegakkan sholat
berjamaah.
Mari tunjukkan identitas keislaman kita dan jangan
lalai untuk selalu menjaga citra diri sebagai muslim
sejati.
49
Jaim
Itu
Pe
nti
ng
TENTANG TAMMI
Keinginan untuk berbagi pemikiran tentang aneka
realitas yang dijumpai dalam hidup mendorong
Tammi menulis apa yang tebersit di pikirannya.
Momentum berpikir kritis dan kreatif inilah yang
terus dia jaga agar dapat menjadi akar yang kokoh
bagi cita-citanya memajukan dunia pendidikan anak
melalui penerbitan buku yang sedang dirintisnya.
Anda yang tertarik dengan idenya dapat
menghubungi Tammi pada nomor 081 392 017 037
atau email [email protected].