Hukum Tentang Penarikan Uang Kembalian
Untuk Program Donasi
Oleh : Anang Wahyu Eko Setianto
Email : [email protected]
Abstrak
Dalam praktek jual beli yang dilakukan oleh beberapa supermarket atau minimarket dilapangan ditemukan bahwa jika ada pembeli yang membeli barang di supermarket atau minimarket tersebut kemudian membayar dengan uang lebih, jika
ada uang kembalian dengan nominal beberapa rupiah maka pihak penjual menyiasatinya agar tidak ada kesan uang tersebut masuk kedalam kas pihak
minimarket yaitu dengan bekerja sama dengan lembaga sosial atau yayasan tertentu yang kemudian di bukakan kotak infaq untuk yayasan tersebut.
Sumbangan atau donasi atau adalah sebuah pemberian pada umumnya bersifat
secara fisik oleh perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan, walaupun pemberian
donasi dapat berupa makanan, barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan akan tetapi tidak selalu demikian, pada peristiwa darurat bencana atau dalam keadaan tertentu lain misalnya donasi dapat berupa bantuan kemanusiaan atau bantuan dalam
bentuk pembangunan. Dalam Islam donasi bisa disebut juga dengan infaq dan shadaqah. Sedekah
(shadaqah) dari kata shadq atau shidq “kesungguhan, kebenaran”; sebagai bukti kebenaran keimanan seseorang. Ar-Raghib al-Asfahani mendefinisikan bahwa sedekah adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam aplikasi penarikan uang kembalian untuk program donasi sebaiknya pihak
perusahaan atau penjual terlebih dahulu meminta persetujuan dari konsumen. Selain itu juga, pada struk belanjaan pembeli tertera nominal sejumlah yang di donasikan.
Pada penarikan uang kembalian untuk program donasi ini adalah untuk
mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli, sehingga pada uang yang nominalnya kecil dialihkan kedalam bentuk donasi.
Namun hendaknya lebih bijak dan transparansi dana konsumen yang di donasikan bisa di mengerti oleh konsumen sehingga tidak menimbulkan ketidakyakinan dan unsur keterpaksaan.
Kata kunci : Hukum, Penarikan Uang Kembalian, Donasi,
Penarikan Uang Kembalian
Dengan berkembangnya waktu, belanja sudah banyak dilakukan di supermarket
atau minimarket. Berbeda dengan sistem belanja di pasar yang harganya ditanyakan
langsung kepada penjual, pada supermarket atau minimarket harga sudah di infokan
di label sehingga pembeli tinggal mengambil barang yang dibutuhkan kemudian
membayarnya pada kasir.
Ada kondisi tertentu dimana saat pembeli membayar barang belanjanya dengan
uang lebih, konsekuensinya adalah penjual harus mengembalikan sisa uangnya.
Sebagian supermarket di Indonesia menjalankan sistem uang kembalian yang
nominalnya sedikit akan didonasikan untuk sosial masyarakat. Banyak penjual atau
kasir supermarket atau minimarket tidak memberitahukan kepada konsumen
(penderma,pemberi infaq) mengenai uang donasi yang diterima akan diberikan
kepada siapa, donasi yang diberikan dalam bentuk apa, kapan donasi tersebut akan
diberikan, dimana dan berapa besarnya jumlah donasi yang akan diberikan.
Dalam praktek jual beli yang dilakukan oleh beberapa supermarket atau
minimarket dilapangan ditemukan bahwa jika ada pembeli yang membeli barang di
supermarket atau minimarket tersebut kemudian membayar dengan uang lebih, jika
ada uang kembalian dengan nominal beberapa rupiah maka pihak penjual
menyiasatinya agar tidak ada kesan uang tersebut masuk kedalam kas pihak
minimarket yaitu dengan bekerja sama dengan lembaga sosial atau yayasan tertentu
yang kemudian di bukakan kotak infaq untuk yayasan tersebut.
Faktanya, ada hal-hal seperti adanya penarikan uang yang di ambil untuk infaq
dengan istilah program donasi. Akan tetapi, penarikan uang infaq ini dengan
penawaran kepada konsumen. Karyawan penjaga tempat pembayaran (kasir) akan
menanyakan kepada konsumen apakah ingin memberikan sisa kembalian belanja
untuk di donasikan kepada mereka yang nantinya akan di salurkan kepada pihak yang
menurut mereka layak tanpa adanya pemberitahuan kepada para penderma (pemberi
infaq) kepada siapa donasi tersebut akan di berikan, donasi yang di berikan berupa
apa, kapan akan diberikan hasil dari donasi yang telah terkumpul, berapa besar jumlah
donasi yang akan diberikan, dimana hasil dari pengumpulan donasi akan diberikan.
Dalam hal ini, pihak pengumpul donasi tidak memberitahukan kepada konsumen, hal
inilah yang menjadi kesenjangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam sangat
memerhatikan aspek-aspek dalam beribadah dan bermuamalah, salah satunya adalah
aspek kejujuran. Oleh karena itu, Islam sangat menentang ketidak jujuran,
kecurangan, penipuan, praktek- praktek pemaksaan dan semua bentuk perbuatan yang
mengandung ketidakjelasan.
Donasi
Sumbangan atau donasi atau derma ( Inggris : donation yang berasal dari Latin
: donum) adalah sebuah pemberian pada umumnya bersifat secara fisik oleh
perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa
adanya imbalan bersifat keuntungan, walaupun pemberian donasi dapat berupa
makanan, barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan akan tetapi tidak selalu
demikian, pada peristiwa darurat bencana atau dalam keadaan tertentu lain misalnya
donasi dapat berupa bantuan kemanusiaan atau bantuan dalam bentuk pembangunan,
dalam hal perawatan medis donasi dapat pemberian transfusi darah atau dalam
hal transplantasi dapat pula berupa pemberian penggantian organ, pemberian donasi
dapat dilakukan tidak hanya dalam bentuk pemberian jasa atau barang semata akan
tetapi sebagaimana dapat dilakukan pula dalam bentuk pendanaan kehendak bebas. 1
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Sumbangan
Dilihat dari pengertian donasi diatas, dalam Islam donasi bisa disebut juga dengan
infaq dan shadaqah. Sedekah (shadaqah) dari kata shadq atau shidq “kesungguhan,
kebenaran”; sebagai bukti kebenaran keimanan seseorang.2 Ar-Raghib al-Asfahani
mendefinisikan bahwa sedekah adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Al-Jurjani mendefinisikan shadaqah dalam kitabnya At Ta’rifaat, shadaqah
adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari Allah SWT.
Pemberian (al-‘athiyah) disini dapat diartikan secara luas, baik pemberian yang
berupa harta maupun pemberian yang berupa sikap atau perbuatan baik. Menurut
Yusuf Ali, pemberian itu banyak macamnya: pemberian materi, seperti kekayaan,
harta, kekuatan fisik dan lainnya, atau kemampuan rohani yang tinggi.
Dengan mengeluarkan semua untuk mereka yang memerlukannya, merupakan
sedekah, dan untuk membersihkan kepribadian kita sendiri. Sebaliknya, dengan
menahan semua itu sama dengan sifat rakus dan mementingkan diri sendiri, dan ini
sangat dicela.3
Dalam hubungan kemasyarakatan sikap saling memberi, dermawan dan
bersedekah amat penting dalam mewujudkan hubungan sosial yang sehat. Bahkan
dalam taraf lebih jauh lagi ia merupakan spirit dari keadilan sosial. Sedekah
menghubungkan jurang pemisah anatara kelas ekonomi kaya dan miskin.4
Sedangkan infak adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang. Allah
memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah
yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia
kehendakinya.
2 Sahrul Mauludi, 9 Keajaiban Zikir & Sedekah. Jakarta: Dian Rakyat, 2012.
3 Ibid, 85.
4 Ibid, 99.
Menurut bahasa infaq berasal dari kata “anfaqa” yang artinya mengeluarkan
harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah
mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam Islam.5
Dalam hal ini, praktik pengalihan sisa uang pembeli dalam transaksi jual beli
apakah sudah sesuai dengan syariat Islam dan dapat diterima oleh kedua belah pihak
atau tidak, karena pada hakikatnya dalam transaksi jual beli harus adanya unsur
kerelaan pada masing-masing pihak dan tidak adanya paksaan dari salah satu pihak
yang dapat menimbulkan kebathilan dan merugikan orang lain. Dalam kehidupan
bermuamalat akad merupakan bagian penentu dalam transaksi ekonomi. Oleh karena
itu akad harus dibuat oleh kedua belah pihak yang bertransaksi, karena akadlah yang
menentukan transaksi tersebut menjadi sah atau tidak.
Islam menganjurkan agar dalam melakukan segala aktifitas harus senantiasa
adil. Keadilan dalam Islam diterapkan pada semua ajaran dan peraturan Islam baik
aqidah, syari’at atau etika. Karena syarat yang paling penting dalam setiap akad
adalah adanya kerelaan dan keikhlasan dari kedua belah pihak. Hal ini bertujuan agar
dalam kegiatan tukar menukar barang yang ditunjukkan dengan saling memberi dan
menerima yakni untuk mendapatkan manfaat dan memelihara nilai-nilai keadilan.
Islam juga menganjurkan umatnya untuk bersedekah, mengingat bawa dalam
setiap harta yang dimiliki tiap-tiap manusia didalamnya juga terdapat hak orang lain
dan harus di berikan kepada yang berhak. Maka pengalihan sisa uang kembalian
diperbolehkan selama ada transparansi dan juga uang yang terkumpul di salurkan
secara baik dan benar.
5 Pakih Sati, Dahsyatnya Tahajud Dhuha Sedekah (TDS). Surakarta: al-Qudwah Publishing, 2013,
80.
Hukum Islam Mengenai Donasi
Hukum dasar muamalat adalah mubah (al-ashl fi al-muamalat al-ibahah),
kecuali jika ada nash yang ketepatgunaannya sebagai dalil yang melarang serta
mengharamkannya. Ini menjadi kaidah pertama bahwa hukum dasar segala hal dan
perbuatan adalah mubah.6
Seiring dengan permasalahan dalam lingkup muamalah yang begitu kompleks
sebagaimana tersebut diatas, permasalahan yang muncul diantaranya adalah mengenai
akad pengembalian uang kelebihan pembeli pada akad jual beli pada sistem pasar-
pasar modern di beberapa supermarket dan minimarket yang ada dimasa sekarang.
Salah satu unsur yang wajib dalam setiap akad atau transaksi adalah kerelaan
atau keikhlasan orang yang melakukan transaksi seperti pada jual beli, tidak ada unsur
keterpaksaan adalah syarat sah suatu akad agar lebih bermanfaat dan bernilai pahala.
Akad dalam bahasa arab berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan.
Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (penyataan menerima ikatan)
sesuai kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan.
Semua perikatan (transaksi) yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak
boleh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak syari’at. Tidak boleh ada
kesepakatan untuk menipu orang lain, transaksi barang-barang yang diharamkan dan
kesepakatan untuk membunuh seseorang.
Menurut Mustafa az-Zarqa’, dalam pandangan syara’ suatu akad merupakan
ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua orang atau beberapa pihak yang sama-
sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak
yang mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Karena itu, untuk
menyatakan keinginan masing-masing diungkapkan dalam suatu pernyataan.
6 Yusuf Al-Qaradhawi, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalat, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014, 10.
Biasanya, pernyataan itu dilakukan lebih dahulu oleh pihak pertama, kemudian
baru oleh pihak kedua seperti akad nikah. Namun, dalam masalah muamalah,
pernyataan itu boleh datang dari pihak kedua, seperti akad (transaksi) jual beli.7
Menurut Jumhur fukaha, rukun akad terdiri dari:
a. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighah al-aqd)
b. Pihak-pihak yang berakad
c. Obyek akad
Ulama mahzab Hanafi berpendapat, bahwa rukun akad itu hanya satu yaitu,
sigh al-aqd, sedangkan pihak-pihak yang berakad dan objek akad, tidak termasuk
rukun akad, tetapi syarat akad. Sigh al-aqd merupakan rukun aqad yang terpenting,
karena melalui akad inilah diketahui maksud setiap pihak yang melakukan akad
(transkasi).
Ijab qabul dapat dalam bentuk perkataan, perbuatan, isyarat dan tulisan (
biasanya pada transaksi yang besar nilainya). Namun, semua bentuk ijab dan qabul
memiliki nilai kekuatan yang sama. Para ulama fikih menetapkan, ada beberapa syarat
umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad, disamping setiap akad juga mempunyai
syarat-syarat khusus. Syarat-syarat umum suatu akad adalah : 198
1. Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mampu bertindak
menurut hukum (mukallaf), apabila belum mampu bisa diwakilkan kepada
walinya. Oleh sebab itu, akad yang dilakukan oleh orang yang kurang waras
atau (gila) atau anak kecil yang belum mukallaf secara langsung hukumnya
tidak sah.
2. Obyek akad itu, diakui oleh syara’. Obyek akad harus memenuhi syarat
yakni berbentuk harta, dimiliki seseorang dan bernilai harta menurut syara’.
7 Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, 101.
8 Ibid, 105.
3. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majelis, yaitu suatu keadaan yang
menggambarkan proses suatu transaksi
4. Tujuan akad harus jelas dan diakui oleh syara’. Umpamanya masalah
jual-beli, jelas tujuannya untuk memindahkan hak milik penjual
kepada pembeli dengan imbalan.9
Macam-macam Akad
Akad shahih, yaitu akad yang telah memenuhi syarat dan rukun. Dengan
demikian, segala akibat hukum yang ditimbulkan oleh akad itu, berlaku untuk
kedua belah pihak. Ulama’ Mahzab Hanafi dan Mahzab Maliki membagi akad
shahih menjadi dua macam, yaitu :21 Akad yang nafiz (sempurna untuk
dilaksanakan), yaitu akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan
syarat dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya. Serta akad mauquf,
yaitu akad yang dilakukan seseorang yang mampu bertindak atas kehendak
hukum, tetapi dia belum memiliki kekuasaan untuk melakukan dan
melaksanakan. Akad tersebut seperti akad yang dilakukan anak kecil yang
menjelang akil baligh (mumayyiz). Akad itu baru sah secara sempurna dan
memiliki akibat hukum setelah mendapat izin dari wali anak tersebut.
Akad yang tidak sahih yaitu akad terdapat kekurangan pada rukun atau
syaratnya, sehingga akibat hukum tidak berlaku bagi kedua belah pihak yang
melakukan akad itu. Kemudian Mahzab Hanafi membagi lagi akad yang tidak Shahih
ini menjadi dua macam, yaitu akad yang batil dan akad yang fasid. Suatu akad dikatakan
batil, apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukun dan larangan langsung dari
syara’. Suatu akad dikatakan fasid, adalah suatu akad yang pada dasarnya dibenarkan,
tetapi sifat yang diakadkan tidak jelas, seperti menjual mobil tidak disebutkan merknya,
tahunnya, dan sebagainya. 9 Ibid, 108.
Berakhinya Suatu Akad
Ulama fikih menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila terjadi hal-hal berikut:
1. Berakhir masa akad itu, apabila akad itu memiliki tenggang waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu mengikat. Dalam
suatu akad yang bersifat mengikat, akad dapat berakhir apabila : Akad itu
fasid, Berlaku khiyar syarat, khiyar ‘aib, Akad itu tidak dilaksakan oleh salah
satu pihak yang berakad, dan telah tercapai tujuan akad itu secara sempurna,
wafat salah satu pihak yang berakad.10
Hukum Penarikan Uang Kembalian Untuk Donasi
Dalam aplikasi penarikan uang kembalian untuk program donasi sebaiknya pihak
perusahaan atau penjual terlebih dahulu meminta persetujuan dari konsumen. Selain itu
juga, pada struk belanjaan pembeli tertera nominal sejumlah yang di donasikan.
Sebenarnya penjual secara tidak langsung telah melaksanakan dakwah atau
ajakan kepada masyarakat untuk selalu gemar bersedekah walaupun dengan uang
receh sekalipun dan juga sebagai latihan kepada setiap masyarakat untuk
membiasakan diri dalam berbagi kepada sesama terutama kepada kaum yang kurang
mampu.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(Q.S An-Nissa :29)11
Berdasarkan ayat ini, manusia diberi kebebasan untuk melakukan transaksi
yang menjadi syarat perpindahan kepemilikan, selama di sana ada unsur saling ridha.
10
Ibid, 112. 11
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya Juz 1-30, Surabaya, UD. Mekar Surabaya, 2000,
122.
Baik transaksi sepihak (tabarru’at), seperti sedekah, hibah, infaq, dst. atau transaksi
dua pihak (muawwadhat), seperti jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, dst.
Tindakan-tindakan para hamba dari ucapan dan perbuatan, ada dua macam:
pertama, ibadah-ibadah yang dengannya agama mereka menjadi baik. Kedua,
kebiasaan-kebiasaan (adat) yang mereka butuhkan dalam dunia mereka. Dengan
menelaah pokok-pokok syariat, kita mengetahui bahwa ibadah-ibadah yang
diwajibkan atau dianjurkan Allah hanya ditetapkan dengan syariat saja.12
Adapun adat kebiasaan, ia adalah kebutuhan-kebutuhan yang biasa dilakoni
manusia dalam dunia mereka. Hukum dasarnya adalah tidak dilarang. Maka yang
dilarang darinya adalah yang dilarang dari Allah saja.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya
akan dilipatgandakan (pahalanya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang
banyak.” (QS. Al-Hadid: 18)13
Seperti telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, mengenai penarikan uang kembalian
untuk program donasi sebenarnya Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk
gemar bersedekah. Islam merupakan agama rahmat bagi semesta. Hal ini terutama
ditunjukkan oleh sifatnya yang memberikan manfaat bagi kebaikan hidup manusia,
baik dunia maupun akhirat. Islam agama rahmat karena ia memelihara kehidupan
dengan nilai-nilai kebaikan. Ia datang untuk memperbaiki hidup manusia. Dalam hal
ini ajaran Islam yang menonjol adalah sifat cinta dan kasih sayang terhadap sesama
manusia. Bahwa manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Imam al-Ghazali mengatakan derajat tertinggi dalam hal kedermawanan adalah
mengutamakan oranglain, yaitu menafkahkan harta di saat membutuhkannya.
Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'
12
Al-Qaradhawi, 7 Kaidah Utama...., 15. 13
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya...,903.
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang- orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.14
Selain itu, dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 219 telah dijelaskan bahwa :
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Q.S Al-
Baqarah:219)15
Pada ayat ini sudah dijelaskan bahwa yang di sedekahkan adalah yang lebih dari
keperluan, sehingga apabila kita mempunyai kelebihan uang tidak ada salahnya
apabila unang tersebut dipergunakan untuk membantu orang lain serta memberi
kepada yang lebih berhak.
Pada penarikan uang kembalian untuk program donasi ini adalah untuk
mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli, sehingga pada uang yang
nominalnya kecil dialihkan kedalam bentuk donasi.
Namun hendaknya lebih bijak dan transparansi dana konsumen yang di
donasikan bisa di mengerti oleh konsumen sehingga tidak menimbulkan
ketidakyakinan dan unsur keterpaksaan.
14
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya...,917. 15
Ibid, 53
Daftar Pustaka
Mauludi, Sahrul. 9 Keajaiban Zikir & Sedekah. Jakarta, Dian Rakyat, 2012.
Al-Qaradhawi, Yusuf, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalat, Jakarta, Pustaka Al- Kautsar, 2014.
Pakih Sati, Dahsyatnya Tahajud Dhuha Sedekah (TDS). Surakarta: al-Qudwah Publishing, 2013.
Hasan, Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya Juz 1-30, Surabaya, UD. Mekar
Surabaya, 2000.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumbangan