ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini merupakan
karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu
Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pekanbaru, Mei 2018
Julia RisnaNIM.PO711430114016
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUKKEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Riau, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Julia Risna
NIM : PO711430114 016
Program Studi : Diploma IV Keperawatan
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Riau Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN AIR KUNYIT TERHADAP SKALA
NYERI DISMENOREA PADA MAHASISWI POLTEKKES KEMENKES RIAU
Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini, Poltekkes Kemenkes Riau berhak
menyimpan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: PekanbaruPada Tanggal: 30 Mei 2018
Yang menyatakan
Julia RisnaNIM.PO711430114 016
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : JULIA RISNA
NIM : PO711430114 016
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : PEKANBARU, 13 JULI 1996
ALAMAT : JL. KARYA II BLOK O NO.186,
PERUMAHAN PEPUTRA RAYA II
NAMA ORANG TUA
AYAH : IDRIS. AR
IBU : MAIMUNA
RIWAYAT PENDIDIKAN
NO JENJANG PENDIDIKAN TEMPAT PENDIDIKANTAHUN
LULUS
1 SD SDN 182 PEKANBARU 2008
2 SMP MTSN ANDALAN PEKANBARU 2011
3 SMA SMAN 10 PEKANBARU 2014
4PERGURUAN TINGGI
(D4)POLTEKKES KEMENKES RIAU 2018
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Pemberian Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri
Dismenorea pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau”. Dalam penulisan skripsi
ini penulis menyadari masih banyak memiliki kesalahan dan kekurangan. Tetapi
berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan semua pihak skripsi ini dapat
diselesaikan.
Dalam membuat skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Rusherina, S.pd., S,Kep., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Riau.
2. Ns. Wiwiek Delvira, S.Kep., M.Kep selaku ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Riau.
3. Idayanti, S.pd., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Riau dan selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Hj. Melly, SST., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi
ini.
5. Ns. Dewi Sartika, S.Kep., M,Kep selaku Pembimbing Pendamping, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Tim penguji Ibu Hj. Masnun, SST., M.Kes., M.Biomed selaku penguji I dan
Bapak R. Sakhnan, SKM., M.Kes selaku penguji II.
7. Ayahanda Idris. Ar dan Ibunda Maimuna, serta keluarga yang teristimewa
yang senantiasa memberikan do’a, semangat, kasih sayang, pengorbanan,
dan ketulusan hati dalam mendampingi penulis.
vii
8. Sahabat seperjuangan Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Riau
yang senantiasa saling berbagi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun kesempurnaan
hanyalah milik Allah Subhanahuwata’ala. Untuk itu penulis menerima dengan
senang hati kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya hanya
kepada Allah Subhanahuwata’ala kami berserah diri semoga semua bentuk
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah
Subhanahuwata’ala. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Pekanbaru, Mei 2018
Penulis
viii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAUPRODI D IV KEPERAWATAN
SKRIPSI, MEI 2018
JULIA RISNA
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN AIR KUNYITTERHADAP SKALA NYERI DISMENOREA PADAMAHASISWI POLTEKKES KEMENKES RIAU
xvi + 49 halaman + 7 tabel + 2 Skema + 16 lampiran
ABSTRAK
Nyeri haid (dismenorea) adalah keluhan ginekologis yang diakibatkan olehketidakseimbangan hormon progesteron di dalam darah sehingga menyebabkantimbulnnya rasa nyeri. Keluhan dismenorea berdampak pada gangguan aktivitassehari-hari pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau, sehingga menyebabkanabsen pada perkuliahan. Salah satu produk herbal yang biasa dikonsumsi dimasyarakat untuk mengurangi nyeri menstruasi adalah minuman kunyit.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberianminuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada mahasiswi PoltekkesKemenkes Riau. Rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Pra-experimental dengan menggunakan One Group Pre-test Post-test Design denganjumlah sampel sebanyak 15 responden. Teknik pengambilan sampel yangdigunakan adalah purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangantertentu oleh peneliti. Analisis data untuk analisis univariat menggunakandistribusi frekuensi, sedangkan untuk analisis bivariat mengunakan uji Wilcoxon.Hasil analisis deskriptif responden yang mengalami dismenorea rata-rata berusia19-21 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (60%). Rata-rata responden mengalamidismenorea pada saat hari pertama haid, yaitu berjumlah sebanyak 10 orang (66,7%). Hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pemberian minumanair kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes KemenkesRiau dengan p value 0.001 < α 0.05. Berdasarkan penelitian ini, disarankankepada Poltekkes Kemenkes Riau agar dapat menambah informasi dalamperkuliahan sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan penelitian ini untukpenanganan dismenorea.
Kata Kunci : Dismenorea, Minuman Air Kunyit, NyeriDaftar Pustaka: 36 referensi (2009-2015)
ix
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OFINDONESIAHEALTH POLYTECHNIC KEMENKES RIAUPRODI D IV NURSING
RESEARCH, MEI 2018
JULIA RISNA
THE EFFECT OF THE GIVING TURMERIC WATER DRINKSAGAINST PAIN SCALE DYSMENORRHOEA AT COEDPOLTEKKES KEMENKES RIAU
xvi + 49 Pages + 7 Tables + 2 Schemes + 16 Attachments
ABSTRACT
Painful menstruation (dysmenorrhoea) is the complaint ginekologis thatinconsequenceby an imbalance of hormones of progesterone in the blood causingarisingnnya the pain . Dysmenorrhoea complaint impact on impaired activity ofday-today at Coed Poltekkes Kemenkes Riau, causing the hiatus on the lecture.One of the usual herbal products consumed in the community to reduce the painof menstruation is turmeric. This research aims to find out How to influence theawarding of turmeric water drinks against pain scale dysmenorrhoea at CoedPoltekkes Kemenkes. The draft that was used in this research is the pre-experimental by using One Group Pre test Post test Design with the number ofsamples as much as 15 respondents. Teknik sampling used is purposive sampling,i.e. based on a particular consideration by the researchers. Analisis data foranalysis using univariate frequency distribution, while for analysis bivariat use testWilcoxon. The results of the descriptive analysis of respondents who experienceddysmenorrhoea average aged 19-21 years as many as 9 people 6 (0%). Theaverage respondent experienced dysmenorrhoea upon the first day ofmenstruation, that amounted to a total of 10 people (66.7%). The results of a testof Wilcoxon i.e. there is influence the granting of turmeric water drinks againstpain scale dysmenorrhoea at Coed Poltekkes Kemenkes Riau by p value 0.001 < α0.05. Based on this research, it is recommended to Poltekkes Kemenkes Riau to beable to add information in the classes so that students can apply this research tothe handling of dysmenorrhoea.
Keywords : Dysmenorrhoea, Drink Water With Turmeric, Pain.Bibliography : 36 reference (2009-2015)
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN...................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ....................................iv
RIWAYAT HIDUP PENELITI.......................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
ABSTRAK
BAHASA INDONESIA .................................................................................viii
BAHASA INGGRIS.........................................................................................ix
DAFTAR ISI......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA .........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5
1.4.1 Manfaat Aplikatif ...........................................................................5
1.4.2 Manfaat Keilmuan..........................................................................5
1.4.3 Manfaat Metodologi.......................................................................5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................6
xi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Dismenorea .......................................................................7
2.1.1 Definisi Dismenorea ......................................................................7
2.1.2 Klasifikasi Dismenorea ..................................................................7
2.1.3 Etiologi Dismenorea ......................................................................8
2.1.4 Faktor Risiko Dismenorea ...........................................................10
2.1.5 Gejala Klinis Dismenorea ............................................................11
2.1.6 Penatalaksanaan Dismenorea.......................................................11
2.2 Konsep Dasar Nyeri ...............................................................................13
2.2.1 Definisi Nyeri...............................................................................13
2.2.2 Patofisiologi Nyeri .......................................................................14
2.2.3 Jenis-Jenis Nyeri ..........................................................................16
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ...................................17
2.2.5 Karakteristik Nyeri.......................................................................20
2.2.6 Pengukuran Skala Nyeri...............................................................21
2.3 Konsep Dasar Minuman Air Kunyit ......................................................23
2.3.1 Definisi Kunyit.............................................................................23
2.3.2 Kandungan Zat Pada Kunyit ........................................................24
2.3.3 Manfaat Kunyit ............................................................................25
2.3.4 Definisi Minuman Air Kunyit ......................................................26
2.3.5 Prosedur Penatalaksanaan Pembuatan Minuman Air Kunyit ......26
BAB 3 KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................28
3.2 Definisi Operasional...............................................................................29
3.3 Hipotesis .................................................................................................30
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................31
4.2 Waktu dan tempat Penelitian ................................................................31
4.2.1 Waktu Penelitian ..........................................................................31
xii
4.2.2 Lokasi Penelitian ..........................................................................31
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................31
4.3.1 Populasi Penelitian .......................................................................31
4.3.2 Sampel Penelitian.........................................................................31
4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data ..............................................32
4.4.1 Jenis Data .....................................................................................32
4.4.2 Cara Pengumpulan Data...............................................................32
4.5 Etika Penelitian .....................................................................................33
4.5.1 Kebebasan (Autonomy)................................................................33
4.5.2 Tanpa Nama (Anonimity) ............................................................33
4.5.3 Bermanfaat (Beneficence)............................................................33
4.5.4 Tidak Merugikan (Nonmaleficence) ............................................33
4.5.5 Keadilan (Justice) .........................................................................34
4.5.6 Persetujuan (Inform Consent) ......................................................34
4.6 Pengolahan dan Analisis Data...............................................................34
4.6.1 Pengolahan Data...........................................................................34
4.6.2 Analisis Data ................................................................................35
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden ......................................................................38
5.2 Analisis Univariat ................................................................................39
5.3 Analisis Bivariat...................................................................................40
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Analisis Univariat ................................................................................42
6.2 Analisis Bivariat...................................................................................43
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ..........................................................................................48
7.2 Saran ....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Perbedaan Serabut Syaraf A-Delta dan C.........................................14
Tabel 3.1 Definisi Operasional .........................................................................26
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018 ..........................................38
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Dismenorea
Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018..................................39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Nyeri
Dismenorea Sebelum Diberikan Minuman Air Kunyit Pada Mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018.............................................................39
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Nyeri
Dismenorea Setelah Diberikan Minuman Air Kunyit Pada Mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018.............................................................40
Tabel 5.5 Hasil Uji Statistik Wilcoxon Pada Penelitian Pengaruh Pemberian
Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau .................................................................................41
xiv
DAFTAR SKEMA
HalSkema 2.1 Proses Terjadinya Nyeri .............................................................15
Skema 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................25
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS) .......................................................15
Gambar 2.2 Skala Nyeri Oucher ......................................................................15
Gambar 2.3 Skala Wajah ..................................................................................15
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal
Lampiran 2 Lembar Usulan Seminar Proposal
Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional Minuman Air Kunyit
Lampiran 8 Surat Izin Pra Riset Dari Poltekkes Kemenkes Riau
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Riau
Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Dari Poltekkes
Kemenkes Riau
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 12 Lembar Usulan Seminar Skripsi
Lampiran 13 Loog book Penelitian
Lampiran 14 Master Tabel
Lampiran 15 Lembar SPSS
Lampiran 16 Dokumentasi
1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Menstruasi
terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang
dikenal dengan istilah darah menstruasi (Proverawati, 2009).
Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologis (normal) sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesterone. Menstruasi adalah proses alami setiap wanita, menstruasi bisa
menjadi salah satu pertanda bahwa seorang wanita sudah memasuki masa
suburnya. Lama menstruasi biasanya 3-5 hari, dan ada yang 1-2 hari di ikuti
dengan darah yang sedikit-sedikit (Andriani, 2012).
Menstruasi merupakan proses alami dari setiap wanita, meskipun begitu,
pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah selama siklus
menstruasinya berlangsung, salah satunya yaitu nyeri menstruasi (dismenorea).
Nyeri selama siklus menstruasi adalah satu dari gejala-gejala ginekologik yang
paling sering terjadi (Kusmiran, 2011).
Nyeri haid (dismenorea) adalah keluhan ginekologis akibat
ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga menyebabkan
timbulnnya rasa nyeri. Wanita yang mengalami dismenorea memproduksi
prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak mengalami dismenorea.
Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang
berlebih akan mengaktivasi usus besar. Penyebab lain dismenorea dialami wanita
dengan kelainan tertentu, misalnya endometriosis, infeksi pelvis (daerah panggul),
tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan, bahkan kelainan ginjal
(Ernawati, 2010).
Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-
hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun
di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas. 40% hingga 70%
wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10%
mengalaminya hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Sekitar 70%-90%
2
kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dewasa awal yang akan
mempengaruhi aktivitas akademis, sosial dan olahraganya (Puji, 2010).
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari
50% perempuan disetiap Negara mengalami nyeri menstruasi (Anurogo, 2008).
Menurut French (2005 dikutip dari Wedoanika, 2010) sebuah studi epidemiologi
pada populasi remaja yang berusia 12-17 tahun di Amerika Serikat, melaporkan
prevalensi nyeri menstruasi adalah 59,7%. Dari mereka yang mengeluh nyeri,
12% diantaranya mengalami nyeri berat, 37% diantaranya mengalami nyeri
sedang, dan 49% diantaranya mengalami nyeri ringan. Kejadian ini menyebabkan
14% remaja sering tidak masuk sekolah. Penelitian di Swedia, 80% remaja usia 19
- 21 tahun mengalami dismenorea, 15% membatasi aktifitas harian mereka ketika
menstruasi dan membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi nyeri dismenorea,
sedangkan 8-10% tidak mengikuti sekolah dan meninggalkan pekerjaan
(Desfietni, 2012 dalam Suri & Nofitri, 2014).
Angka kejadian nyeri menstruasi di Indonesia mencapai 60-70%, angka
kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia sekitar 54,89%, sedangkan sisanya
adalah penderita dismenorea dengan tipe sekunder, dimana ketidakhadiran di
sekolah berkisar antara 13-51% serta 5% sampai dengan 14% ketidakhadiran
tersebut disebabkan oleh beratnya gejala yang terjadi. Sehingga nyeri menstruasi
merupakan penyebab utama absensi pada remaja putri. Dilaporkan lebih dari 20%
remaja pubertas lebih sering tinggal di rumah untuk istirahat dan membatasi
aktifitas fisik sewaktu nyeri haid. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Sulastri
tahun 2006, bahwa akibat keluhan nyeri menstruasi pada remaja putri di
Purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari hari sehingga menyebabkan
absen sekolah < 3 hari dan tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Hal ini akan
menurunkan kualitas hidup pada masing-masing individu (Proverawati &
Misaroh, 2009).
Ada beberapa cara untuk meredakan gejala-gejala nyeri menstruasi yaitu
dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Obat farmakologi yang sering
digunakan yaitu analgesik dan anti inflamasi, seperti asam mefenamat, dan
ibuprofen. Akan tetapi penggunaan obat farmakologis yang berkepanjangan akan
menimbulkan efek samping seperti gangguan pada lambung dan ginjal.
3
Sedangkan pengobatan non farmakologi misalnya seperti penggunaan kompres
hangat, olahraga secara teratur, teknik relaksasi, hingga mengkonsumsi produk
atau obat-obatan herbal yang telah dipercaya khasiatnya (Smith, 2003 dalam Suri
& Nofitri, 2014).
Produk-produk herbal atau fitofarmaka saat ini memang sedang menjadi
alternatif utama bagi para remaja putri dan dewasa awal putri yang ingin
mengurangi rasa nyeri tanpa mendapatkan efek samping. Salah satu produk herbal
yang biasa dikonsumsi dan telah familiar di masyarakat untuk mengurangi nyeri
haid adalah minuman kunyit. Dalam hal ini sebagian besar masyarakat Indonesia
percaya bahwa memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit dapat
mengurangi keluhan nyeri menstruasi (Wieser, et al., 2007 dalam Suri & Nofitri,
2014).
Data menurut IOT (lndustri Obat Tradisional) dan IKOT (lndustri Kecil
Obat Tradisional) dari 4.187 terdapat 40% masyarakat memanfaatkan kunyit
sebagai pengobatan dan 10% masyarakat mengkonsumsi kunyit untuk
mengurangi nyeri sewaktu haid (Ningharmanto, 2008 dalam Leli, et al., 2011).
Minuman kunyit adalah suatu minuman yang diolah dengan bahan utama
kunyit. Secara alamiah memang kunyit dipercaya memiliki kandungan bahan aktif
yang dapat berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan antiinflamasi. Selain itu
dijelaskan bahwa minuman kunyit sebagai pengurang rasa nyeri pada dismenorea
primer memiliki efek samping minimal. Senyawa aktif atau bahan kimia yang
terkandung dalam kunyit adalah curcumine (Putri, 2006).
Curcumine akan bekerja dalam menghambat reaksi cyclooxygenase (COX-
2) sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi sehingga akan
mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus. Curcumine sebagai
analgetik akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan melalui
jaringan epitel uterus dan akan menghambat kontraksi uterus sehingga akan
mengurangi terjadinya dismenorea (Wieser, et al., 2007 dalam Suri & Nofitri,
2014).
Berdasarkan dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5
dan 6 Januari 2018, dari 10 mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau yang
diwawancara, 8 diantaranya mengalami dismenorea. 8 orang mahasiswi yang
4
mengalami dismenorea ini merasakan tingkat nyeri yang berbeda-beda dan cara
penanganan yang berbeda-beda pula. 3 diantaranya mengalami nyeri sedang
dengan penanganan dibiarkan saja, 2 diantaranya mengalami nyeri ringan dengan
penanganan istirahat atau tidur, 1 diantaranya mengalami nyeri sedang dengan
penanganan mengkonsumsi obat-obatan analgetik, dan 2 diantaranya mengalami
nyeri berat dengan penanganan kompres hangat pada perut bagian bawah dan
dibiarkan saja. Dari 8 orang mahasiswi yang mengalami dismenorea, 4
diantaranya merasakan mual dan pegal/sakit pada daerah punggung belakang, 2
diantaranya merasakan tidak kuat untuk beraktivitas sehingga membuatnya izin
dalam perkuliahan, dan 2 diantaranya tidak terlalu merasakan gejala-gejala
dismenorea sehingga beraktivitas seperti biasanya saja.
Berdasarkan Uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Pemberian Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea
Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
1.2 Rumusan Masalah
Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologis (normal) sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesterone. Ketidakseimbangan hormon ini akan menyebabkan timbulnnya rasa
nyeri selama siklus menstruasi berlangsung. Nyeri saat menstruasi menyebabkan
ketidaknyamanan penderita dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari sehingga
dapat mengganggu produktivitas penderita. Ada beberapa cara untuk meredakan
nyeri menstruasi, salah satunya yaitu dengan penggunaan obat-obatan herbal
seperti kunyit. Kunyit mengandung zat Curcumine. Curcumine bekerja sebagai
analgetik yang akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan
melalui jaringan epitel uterus dan akan menghambat kontraksi uterus sehingga
akan mengurangi rasa nyeri pada menstruasi. Berdasarkan uraian diatas, rumusan
masalah pada penilitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Pemberian Minuman Air
Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes
Riau?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada Mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui skala nyeri dismenorea sebelum pemberian minuman air kunyit
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
b. Mengetahui skala nyeri dismenorea setelah pemberian minuman air kunyit
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
c. Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap
skala nyeri dismenorea pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden dan
responden dapat mengkonsumsi minuman air kunyit sebagai obat herbal secara
mandiri serta dapat memberitahukan informasi tentang manfaat minuman air
kunyit terhadap skala nyeri dismenorea kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
1.4.2 Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan keperawatan
khususnya pada keperawatan maternitas.
1.4.3 Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan referensi bagi
peneliti selanjutnya, serta dapat memperkaya khasanah pengobatan herbal pada
nyeri dismenorea.
6
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah Keperawatan Maternitas. Penelitian
ini membahas tentang pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala
nyeri dismenorea pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau. Responden pada
penelitian ini adalah mahasiswi-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau yang
mengalami gangguan rasa nyeri dismenorea pada saat menstruasi. Penelitian ini
akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan yaitu pada bulan April 2018.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pra
eksperimental dengan rancangan one group pre test post test design. Penelitian ini
berguna untuk mengetahui adakah ada pengaruh pemberian minuman air kunyit
terhadap skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
7
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Dismenorea
2.1.1 Definisi Dismenorea
Dismenorea berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno (Greek). Kata
tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti
bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Dengan demikian, secara singkat
dismenorea dapat didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau
menstruasi yang mengalami nyeri. Penanganan dismenorea secara optimal sangat
tergantung dari pemahaman terhadap faktor yang mendasarinya (Anurogo, 2011).
2.1.2 Klasifikasi Dismenorea
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-
alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri.
Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau besama-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang
dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapar dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Wiknjosastro, 2009).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh
kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi akibat penyakit
panggul organik, seperti endometriosis, PID, stenosis serviks, kista ovarium,
mioma uterus, malformasi kongenital, pemakaian AKDR, atau trauma. Nyeri
dirasakan lebih dari 2-3 hari selama menstruasi berlangsug. Penderita dismenorea
sekunder biasanya adalah wanita yang pernah memiliki pola menstruasi normal
8
dan mereka umumnya berusia lebih tua dibandingkan penderita dismenorea
primer. Pemeriksaan panggul atau laparoskopi dapat menunjukkan penyebab
dismenorea sekunder.
Terapi spesifik untuk dismenorea sekunder bergantung pada penyebabnya.
Dismenorea akibat pemakaian AKDR dapat diterapi dengan NSAIDs, sebab nyeri
disebabkan oleh peningkatan kadar prostaglandin. NSAID sementara dapat sangat
bermanfaat bagi penderita mioma uterus, tetapi pembedahan adalah terapi utama.
Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi dan pembedahan dilakukan jika terdapat
abnormalitas anatomi dan struktural (Reeder, 2013).
2.1.3 Etiologi Dismenorea
Anurogo (2011), menyatakan bahwa secara umum nyeri haid muncul
akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih,
mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha.
a. Etiologi Dismenorea Primer
1) Faktor endokrin, rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum.
Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus, sedangkan
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan
kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki
peredaran darah maka selain dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti
nausea (mual), muntah, diare, flushing (respons involunter (tak terkontrol) dari
sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna
kemerahan atau sensasi panas). Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin
memegang peranan penting pada timbulnya dismenorea primer.
2) Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah anatomis
rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi
kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai
(tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
9
3) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengam masalah jenis
kelaminnya, dan imaturasi (belum mencapai kematangan).
4) Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
mempengaruh timbulnya dismenorea.
5) Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada
hubungan antara dismenorea dengan urtikaria (biduran), migrain, dan asma.
b. Etiologi Dismenorea Sekunder
1) Intrauterine Contraceptive Devices (alat kontrasepsi dalam rahim).
2) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim).
3) Uterine Myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot), terutama
mioama submukosum (bentuk mioma uteri).
4) Uterine Polyps (tumor jinak di rahim).
5) Adhesions (pelekatan).
6) Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikalis, varikosis pelvik, dan
adanya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
7) Ovarian Cysts (kista ovarium).
8) Ovarian Torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir).
9) Pelvic Congestion Syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul).
10) Uterine Leiomyoma (tumor jinak otot rahim).
11) Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi).
12) Psychogenic Pain (nyeri psikogenik).
13) Endometriosis Pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul).
14) Penyakit radang panggul kronis
15) Tumor ovarium, polip endometrium
16) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan retrofleksi
terfiksasi.
17) Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan pasangan,
gangguan libido.
18) Allen-Masters Syndrome (kerusakan lapisan otot di panggul sehingga
pergerakan serviks/leher rahim meningkat abnormal). Sindrom Masters Allen
10
ditandai dengan: nyeri perut bagian bawah yang akut, nyeri saat bersenggama
(dyspareunia), kelelahan yang sangat (excessive fatigue), nyeri panggul
secara umum (general pelvic pain), dan nyeri punggung (backache). Selain
itu, dokter juga menjumpai adanya tanda-tanda peradangan di lapisan perut
(peritonel inflammation). Semua penderita memiliki riwayat pernah hamil.
Dalam literatur, sindrom ini dissebut juga dengan istilah traumatic laceration
of uterine support (Anurogo, 2011).
2.1.4 Faktor Risiko Dismenorea
Anurogo (2011), menyebutkan faktor risiko dismenorea primer dan sekunder
antara lain, yaitu:
a. Faktor Risiko Disminorea Primer
1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun.
2) Belum pernah melahirkan anak.
3) Haid memanjang atau dalam waktu lama.
4) Merokok.
5) Riwayat keluarga positif terkena penyakit.
6) Kegemukan.
b. Faktor Risiko Dismenorea Sekunder
1) Endometriosis.
2) Adenomyosis.
3) IUD.
4) Pelvic Inflammatory Disease (penyakit radang panggul).
5) Endometrial Carcinoma (kanker endometrium).
6) Ovarian Cysts (kista ovarium).
7) Congenital Pelvic Malformations.
8) Cervical Stenosis
11
2.1.5 Gejala klinis Dismenorea
Gejala dismenorea menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram
yang hilang-timbul atau nyeri tumpul yang terus-menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenorea juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, atau diare dan
sering bekemih.
Gejala utama dismenorea adalah nyeri yang terkonsentrasi di perut bagian
bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Gejala dismenorea
sering dimulai segera setelah ovulasi dan dapat berlangsung sampai akhir
menstruasi. Hal ini karena dismenorea sering dikaitkan dengan perubahan kadar
hormon dalam tubuh yang terjadi dengan ovulasi (Sukarni & Wahyu, 2013).
Gejala klinis dismenorea yang sering ditemukan adalah:
a. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
b. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare, dan sebagainya (Mitayani, 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan Dismenorea
a. Dismenorea primer
Morgan (2009), menyebutkan bahwa penatalaksanaan dismenorea adalah
sebagai berikut:
1) Latihan
a) Latiahn moderat, seperti berjalan atau berenang.
b) Latihan menggoyangkan panggul.
c) Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring terlentang atau
miring.
2) Panas
Buli-buli panas atau botol air panas yang diletakkan pada punggung atau
abdomen bagian bawah, serta mandi air hangat atau sauna.
12
3) Orgasme yang mampu meredakan kongesti panggul
4) Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
5) Pijat daerah punggung, kaki, atau betis
6) Istirahat
7) Obat-obatan
a) Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala.
b) Mirena atau Progestasert AKDR dapat mencegah kram.
c) Obat pilihan adalah Ibuprofen, 200-250 mg, diminum per oral setipa 4-12
jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24 jam.
d) Aleve (natrium naproksen) 200 mg juga bisa diminum per oral setiap 6 jam.
8) Terapi komplementer
a) Biofeedback
b) Akupunktur
c) Meditasi
d) Balck cohosh
b. Dismnenorea sekunder
1) PRP
a) PRP termasuk endometritis, salpingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis
panggul.
b) Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria gonorrhoeae
dan C. Trachomatis, seperti bakteri Gram-negatif, anaerob, kelompok B
streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
c) Terapi antibiotik spektrum-luas harus diberikan segera saat diagnosis
ditegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis., adhesi, sterilitas).
Rekomendasi dari Center For Disease Control and Prevention (CDC) adalah
sebagai berikut:
1. Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hari, ditambah
500 mg Flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
2. Berikan 250 mg seftriakson IM atau 2 sefoksitin IM, dan 1 g probenesid
per oral ditambah 100 mg doksisiklin per oral, 2 kali/hari selama 14 hari.
13
3. Untuk kasus yang serius, konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai
kemungkinana pasien dirawat inap untuk diberikan antibiotik per IV.
d) Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terapi masih
belum diketahui, pelepasan AKDR dianjurkan.
2) Endometriosis
a) Diagnosis yang jelas perlu ditegakkan melalui laparoskopi.
b) Pasien mungkin diobati dengan pil KB, Lupron, atau obat-obatan lain sesuai
anjuran dokter.
3) Fibroid dan polip uterus
a) Polip serviks harus diangkat.
b) Pasien yang mengalami fibroleiomioma uterus simtomatik harus dirujuk ke
dokter.
4) Prolaps uteus
a) Terapi definitif termasuk histerektomi.
b) Sistokel dan inkontinensia stres urine yang terjadi bersamaan dapat
diringankan dengan beberapa cara berikut:
1. Latihan kegel.
2. Peralatan Pessary dan Introl untuk reposisi dan mengangkat kandung
kemih.
2.2 Konsep Dasar Nyeri
2.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subyektif dan personal. Stimulus
terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik/mental yang
terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan
membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
memengaruhi makna hidup seseorang (Davis, 2002 dalam Potter & Perry, 2010).
14
2.2.2 Patofisiologi Nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh di
stimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal,
radiasi dan lain-lain. Serabut saraf tertentu bereaksi atas stimulus tertentu.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu serabut
saraf A-Delta), sedangkan slow pain (nyeri lambat) biasanya dicetusakn oleh
serabut saraf C. Serabut saraf A-delta mempunyai karakteristik menghantar nyeri
dengan cepat serta bermielinasi, dan serabut saraf C yang tidak bermielinasi,
berukuran sangat kecil dan bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri. Serabut A
mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi sumber
nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang
tidak terlokalisasi (bersifat difusi), viseral dan terus-menerus.
Sebagai contoh mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam
suatu trauma adalah ketika seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian
orang tersebut dalam waktu kurang dari 1 detik akan merasakan nyeri yang
terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam beberapa
detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena
persarafan serabut C.
Tabel 2.1Perbedaan Serabut Syaraf A-Delta dan C
SERABUT A-DELTA SERABUT C
Bermielinasi Tidak bermielinasi
Diameter 2-5 mikrometer Diameter 0,4-12,2 mikrometer
Kecepatan hantar 12-30 m/dt Kecepatan hantar 0,5-2 m/dt
Menyalurkan impuls nyeri yang
bersifat tajam, menusuk,
terlokalisasi, dan jelas
Menyalurkan impuls nyeri yang
bersifat tidak terlokalisasi,
viseral, dan terus-menerus
Sumber: Morgan (2009).
15
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medulla spinalis melalui dorsal
horn, dimana disini impuls akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II
dan III). Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus spinothalamus
lateral diteruskan langsung ke thalamus tanpa singgah di formatio retikularis
membawa impuls fast pain. Di bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu
kemudian dapat mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi,
menginterpretasikan dan mulai berespon terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalamus
pada bagian tengah medulla spinalis. Impuls ini memasuki formatio retikularis
dan sistem limbik yang mengatur perilaku emosi dan kognitif, serta integrasi dari
sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga
timbul respon terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkat, keluar keringat
dingin, dan jantung berdebar-debar.
Secara singkat proses terjadinya nyeri dapat dilihat pada bagan berikut:
Skema 2.1 Proses Terjadinya Nyeri
Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik↓
Stimulus nyeri menstimulasi nosiseptor di perifer↓
Impuls nyeri diteruskan oleh serat afferen (A-delta & C) ke medulla spinalismelalui dorsal horn
↓Impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)
↓Impuls melewati traktus spinothalamus
Impuls masuk keformatio retikularis
↓Sistem limbik
↓Slow pain
Impuls langsung masukke Thalamus
↓Fast pain
16
2.2.3 Jenis-Jenis Nyeri
Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri berlangsung (akut
atau kronis), atau dengan kondisi patologis (cotoh: kanker atau neuropatik).
a. Nyeri Akut/Sementara
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi,
berdurasi pendek, dan memiliki sedikit kerusakan jaringan serta respons
emosional. Nyeri akut akan ditangani dengan atau tanpa pengobatan setelah
jaringan yang rusak sembuh. Hal ini disebabkan karena nyeri akut dapat
diprediksi waktu penyembuhannya dan penyebabnya dapat diidentifikasi (Kehlet
et al., 2006 dalam Potter & Perry, 2010).
b. Nyeri Kronis/Menetap
Perbedaan utama antara nyeri kronis dan nyeri akut adalah nyeri kronis
bukanlah suatu hal yang bersifat protektif, sehingga menjadi tak bertujuan. Nyeri
kronis berlangsung lebih lama dari yang diharapakan, tidak selalu memiliki
penyebab yang dapat diidentifikasi, dan dapat memicu penderitaan yang teramat
sangat bagi seseorang. Nyeri kronis bisa merupakan hal yang bersifat kanker atau
bukan. Contoh dari nyeri yang bukan bersifat kanker termasuk artritis, nyeri
punggung (low back pain), nyeri miofasial, sakit kepala, dan neuropatik perifer.
Nyeri kronis yang bersifat bukan kanker biasanya tidak mengancam hidup.
Terkadang area yang mengalami cedera telah sembuh bertahun-tahun yang lalu,
tetapi nyeri yang dirasakan masih berlanjut dan tidak menunjukkan adanya
respons terhadap pengobatan (Potter & Perry, 2010).
c. Nyeri Kronis yang Tak Teratur (Episodik)
Nyeri yang sesekali terjadi dalam jangka waktu tertentu disebut nyeri
epidosik. Nyeri berlangsung selama beberapa jam, hari, atau minggu. Sebegai
contoh yaitu sakit kepala sebelah /migrain dan nyeri yang berhubungan penyakit
talasemia (Gruener dan Latic 2006 dalam Potter & Pery, 2010).
17
d. Nyeri Akibat Kanker
Beberapa klien dengan penyakit kanker mengalami nyeri akut/kronis. Nyeri
tersebut terkadang bersifat nosiseptif atau neuropatik. Nyeri kanker biasanya
disebabkan oleh berkembangnya tumor dan berhubungan dengan proses patologis,
prosedur invasif, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan secara
fisik (Marwell et al, 2005 dalam Potter & Perry, 2010).
e. Nyeri Idiopatik
Nyeri idiopatik adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab fisik atau
psikologis yang dapat diidentifikasi atau nyeri yang dirasakan sebagai berlebihnya
tingkat kondisi patologis suatu organ. Contoh dari nyeri idiopatik adalah sindrom
nyeri lokal yang komlpeks (complex Regioanl Pain Syndrome/CRPS) (Potter &
Perry, 2010).
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Menurut Potter & Perry, 2010 ada beberapa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri, antara lain yaitu:
a. Faktor Fisiologis
1) Usia
Usia dapat memengaruhi nyeri, terutama pada bayi dan dewasa akhir.
Perbedaan tahap perkembangan yang ditemukan di antara kelompok umur
tersebut memengaruhi bagaimana anak-anak dan dewasa akhir berespons terhadap
nyeri. Anak-anak yang kemampuan kosakatanya belum berkembang memiliki
kesulitan dalam menggambarkan dan mengekspresikan nyeri secara verbal kepada
orang tuanya atau petugas kesehatan. Anak usia 1-3 tahun (toodler) dan usai 4-5
tahun (pra sekolah) belum mampu mengingat penjelasan tentang nyeri atau yang
berhubungan dengan nyeri, dengan pengalaman yang terjadi pada situasi yang
berbeda-beda.
Kemampuan orang dewasa dalam menafsirkan nyeri yang dirasakan sangat
sukar. Mereka tekadang menderita banyak penyakit dengan gejala yang samar-
samar/tidak jelas yang terkadang memengaruhi bagian-bagian tubuh yang sama.
18
2) Kelemahan (Fatigue)
Kelemahan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan
kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi sepanjang
waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri akan lebih besar. Nyeri terkadang jarang
dialami setelah tidur/istirahat yang cukup.
3) Gen
Riset terhadap orang yang sehat mengungkapkan bahwa informasi genetik
yang diturunkan dari orang tua memungkinkan adanya peningkatan atau
penurunan sensitivitas seseorang terhadap nyeri. Pembentukan sel-sel genetik
kemungkinan dapat menentukan ambang nyeri seseorang atau toleransi terhadap
nyeri.
b. Faktor Sosial
1) Pengalaman sebelumnya
Setiap orang belajar dari pengalaman sebelumnya. Adanya pengalaman
sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan lebih mudah menerima rasa
nyeri di masa yang akan datang. Frekuensi terjadinya nyeri di masa lampau yang
cukup sering tanpa adanya penanganan atau penderitaan akan adanya nyeri yang
lebih berat dapat menyebabkan kecemasan atau bahkan ketakutan yang timbul
secara berulang. Sebaliknya, apabila seseorang telah memiliki pengalaman yang
berulang akan rasa nyeri yang sejenis namun nyerinya telah dapat ditangani
dengan baik, maka hal tersebut akan memudahkannya untuk menginterpretasikan
sensasi nyeri.
2) Keluarga dan dukungan sosial
Orang dengan nyeri terkadang bergantung kepada anggota keluarga yang lain
atau teman dekat dengan dukungan, bantuan, atau perlindungan. Meski nyeri
masih terasa, tetapikeahdiran keluarga ataupun teman terkadang dapat membuat
pengalaman nyeri yang menyebabkan stres sedikit berkurang. Kehadiran orang
tua sangat penting bagi anak-anak yang mengalami nyeri.
19
c. Faktor Spiritual
Spiritualitas menjangkau antara agama dan mencakup pencarian secara aktif
terhadap makna situasi dimana seseorang menemukan dirinya sendiri. Penting
bagi perawat untuk menunjukkan ekspresi kepada klien bahwa mereka (klien) itu
penting. Pertimbangkan akan adanya permintaan untuk konsultasi keagamaan dari
klien dengan nyeri kronis. Mengingat bahwa nyeri merupakan pengalaman yang
memiliki komponen fisik dan emosional. Oleh karena itu, pemberian intervensi
yang direncanakan untuk mengobati kedua aspek tersebut adalah hal penting
dalam manajemen nyeri.
d. Faktor Psikologis
1) Kecemasan
Tingkat dan kualitas nyeri yang diterima klien berhubungan dengan arti dari
nyeri tersebut. Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat kompleks.
Kecemasan terkadang meningkatkan persepsi terhadap nyeri, tetapi nyeri juga
menyebabkan perasaan cemas. Sulit untuk memisahkan dua perasaan tersebut.
Stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari sistem limbik dipercaya dapat
mengotrol emosi, terutama kecemasan. Sistem limbik memproses reaksi
emosional terhadap nyeri, apakah dirasa mengganggu atau berusaha untuk
mengurangi nyeri tersebut. Penyakit yang kritis atau klien yang mengalami cidera
yang terkadang merasa kurang bisa mengontrol situasi di lingkungan sekitar dan
perawatannya memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Kecemasan memicu
adnaya masalah manajemen nyeri yang serius.
2) Teknik koping
Teknik koping memengaruhi kemampuan untuk mengatasi nyeri. Seseorang
yang memiliki kontrol terhadap situasi internal merasa bahwa merak dapat
mengontrol kejadian-kejadian dan akibat yang terjadi dalam hidup mereka, seperti
nyeri.
20
e. Faktor Budaya
1) Arti dari nyeri
Sesuatu yang diartikan seseorang sebagai nyeri akan memengaruhi
pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang beradaptasi terhadap kondisi tersebut.
Hal ini kadang erat kaitannya dengan latar belakang budaya seseorang. Seseorang
akan merasa sakit yang berbeda apabila hal tersebut terkait dengan ancaman,
kehilangan, hukuman, atau tantangan. Sebagai contoh, wanita yang melahirkan
akan merasa sakit yang berbeda dibandingkan dengan wanita dengan riwayat
penyakit kanker yang baru merasakan sakit dan ketakutan akan terulangnya nyeri
tersebut.
2) Suku bangsa
Nilai-nilai dan kepercayaan terhadap budaya memengaruhi bagaimana seseorang
individu mengatasi rasa sakitnya. Individu belajar tentang apa yang diharapkan
dan diterima oleh budayanya, termasuk bagaimana reaksi terhadap nyeri. Budaya
memengaruhi ekspresi nyeri. Beberapa budaya percaya bahwa menunjukkan rasa
sakit adalah suatu hal yang wajar. Sementara yang lain cenderung untuk lebih
introvert. Selain itu, penting juga untuk tahu di tingkat manakah suatu anggota
dari kebudayaan tertentu telah berasimilasi ke dalam perkumpulan masyarakat .
2.2.5 Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,
durasi nyeri (menit, jam, hari, atau bulan), irama/periodenya (terus-menerus,
hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri
seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial atau bahkan seprti di
gencet). Karakteristik nyeri juga dapat dilihat bedasarkan metode PQRST, berikut
keterangan lengkap:
a. P: Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya
nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh
mana yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang di
derita dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadinya nyeri hebat karena dari
faktor psikologis bukan dari lukanya.
21
b. Q: Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat
nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial atau bahkan
seperti di gencet.
c. R: Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Unutk
melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya teanaga kesehatan meminta penderita
untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah nyeri yang
sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat
menyebar atau difusi.
d. S: Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang
dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas
nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.
e. T: Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian
nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyei, berapa lama menderita,
seberapa sering untuk kambuh, dan lain-lain (Judha, 2012).
2.2.6 Pengukuran Skala Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah
tingkatan nyeri yang dirasakan individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan skala yaitu Numeric Rating Scale (NRS), Skala Nyeri Oucher, dan
Skala Wajah (Andarmoyo, 2013).
Numeric Rating Scale (NRS) adalah suatu alat ukur yang meminta pasien
untuk menilai rasa nyeri sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0-1- atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti
“severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata.
NRS ini dilakukan oleh klien untuk menilai skala nyeri yang mereka rasakan.
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
22
intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm (Potter & Perry, 2005 dalam Judha, 2012).
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Gambar 2.1Numeric Rating Scale (NRS)
Skala Nyeri Oucher. Beyer et al (1992) mengembangkan “The Oucher”, yaitu
tampilan eskpresi wajah anak-anak (pada meningkatnya tingkat ketidaknyamanan)
mengisyaratkan anak-anak ke dalam pemahaman makna kata nyeri dan tingkat
kehebatannya. Seorang anak hanya menunjukkan ekspresi wajahnya, oleh karena
itu perlu instruksi yang mudah untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan (Potter &
Perry, 2010).
Gambar 2.2 Skala Nyeri Oucher
23
Wong dan Baker (1988) dalam Potter dan Perry (2010) menyatakan,
mengembangkan skala wajah berguna untuk mengkaji nyeri pada anak-anak yang
dapat mengungkapkan dengan kata-kata. Skala tersebut terdiri dari enam wajah
kartun mulai dari wajah tersenyum (tidak sakit) sampai meningkatnya wajah yang
tidak bahagia/gembira, kepada kesedihan yang amat sangat, wajah menangis
(nyeri sangat hebat).
Gambar 2.3 Skala Wajah
2.3 Konsep Dasar Minuman Air Kunyit
2.3.1 Definisi Kunyit
Kunyit (Indonesia) adalah suatu tanaman yang dikenal di berbagai belahan
dunia. Nama lain tanaman ini antara lain saffron (Inggris), Kurkuma (Belanda),
Kunir (Jawa), Konyet (Sunda), dan lain sebagainya (Olivia, et al., 2006 dalam
Anindita, 2010). Kunyit adalah bubuk kuning cerah yang diperoleh dengan
menumbuk umbi kering tumbuhan Curcuma longa, sebuah semak menahun tropis
yang termasuk keluarga jahe (Zingiberaceae) (Beliveau & Gingras, 2009).
Kunyit (Curcuma domestic) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat.
Habitat asli tanaman ini meliputi wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara,
tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia,
Australia bahkan Afrika. Hampir setiap bangsa Asia umumnya pernah
mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masak, jamu,
atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (Arisandi & Andriani, 2009).
24
Taksonomi/Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kunyit:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species: Curcuma Domestica Val, atau Curcuma Longa L.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat membentuk rimpang, dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk
telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan
menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan
bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm
dan lebar 1,5 cm, berwarna putih atau kekuningan. Ujung dan pangkal daun
runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kekuning-
kuningan (Scartezzini dan Speroni, 2000 dalam Anindita, 2010).
2.3.2 Kandungan Zat Pada Kunyit
Kunyit mengandung 3-5% minyak esensial aromatik dan 2,5-6% pigmen
berwarna kuning menyala yang disebut curcumine. Kunyit mengandung senyawa
yang berkhasiat obat, yang disebut curcuminoid yang terdiri dari curcumin,
desmetoksikumin, dan bisdesmetoksicurcumin dan zat-zat bermanfaat lainnya.
Kandungan zat: curcumine: R1 = R2 = OCH3 10%, demetoksicurcumin: R1 =
OCH3, R2 = H 1-5%, bisdesmetoksicurcumin: R1 = R2 = H, dan sisanya minyak
asir/volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberen 25%,
felandren, sabinen, borneol, dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein
30%, pati 8%, vitamin c 45-55%, garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan
kalsium) (Arisandi & Andriani, 2009).
25
Dalam hidup sehari-hari, minuman atau jamu kunyit asam terkenal dengan
khasiatnya untuk melancarkan dan mencegah nyeri haid. Sering juga dikatakan
bisa membantu menurunkan berat badan. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk
perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai ekstrak atau digunakan sebagai
salap untuk mengobati bengkak dan terkilir. Kunyit juga berkhasiat untuk
menyembuhkan hidung yang tersumbat. (Youngyoung, 2012 dalam Anggraeni,
2012).
2.3.3 Manfaat Kunyit
Dunia kedokteran dan pengobatan sudah sangat maju. Meskipun demikian,
obat tradisionalatau jamu masih tetap digemari masyarakat, bahkan semakin
dibutuhkan. Di perusahaan jamu dan obat-obatan, kunyit termasuk bahan baku
ramuan obat. Industri minuman juga sudah ada yang mengolah kunyit menjadi
minuman kesehatan, seperti kunyit asam yang berkhasiat mengurangi rasa sakit
saat haid, menghilangkan bau badan, dan menyediakan serat bagi tubuh (Beliveau
& Gingras, 2009).
Di Indonesia, khususnya daerah Jawa, kunyit banyak digunakam sebagai
ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan,
menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman
kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu
dankosmetik, bahan bumbu masak, peternakan, dan lain-lain. Di samping itu,
rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai analgetika, antiinflamasi,
antioksidan, antimikroba, pencegah kanker, antitumor, dan menurunkan kadar
lemak darah dan kolesterol, serta pembersih darah (Olivia, et al., 2006 dalam
Anindita 2010).
Kunyit kaya akan kandungan minyak asiri yang dapat mencegah keluarnya
asam lambung yang berlebihan dan mengurangi gerak usus terlalu kuat. Selain itu,
minyak asiri pada kunyit dapat menyembuhkan penyakit hati dan saluran empedu.
Kontrasksi kandung empedu dipengaruhi oleh zat warna kunyit (kurkumin),
sedangkan peningkatan produksi cairan empedu dipengaruhi oleh minyak asiri
yang terdapat dalam rimpangnya (Beliveau & Gingras, 2009).
26
2.3.4 Definisi Minuman Air Kunyit
Minuman kunyit adalah suatu minuman yang diolah dengan bahan utama
kunyit. Secara alamiah memang kunyit dipercaya memiliki kandungan bahan aktif
yang dapat berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan antiinflamasi. Selain itu
dijelaskan bahwa minuman kunyit sebagai pengurang rasa nyeri pada dismenorea
memiliki efek samping minimal. Senyawa aktif atau bahan kimia yang terkandung
dalam kunyit adalah kurkumin (Olivia, et al., 2006 dalam Anindita, 2010).
Minuman kunyit merupakan salah satu jenis minuman tradisional yang
sudah sangat populer di masyarakat, khususnya daerah Jawa. Minuman ini
merupakan suatu minuman yang dahulu dikenal sebagai jamu, tetapi karena
kemajuan zaman dan efek yang ditimbulkan oleh minuman ini, saat ini minuman
kunyit tidak dikenal sebagai jamu lagi. Minuman ini berbahan baku utama kunyit.
Saat ini minuman kunyit bisa diperoleh dengan jalan membuat sendiri atau
membeli produk jadi yang diproduksi pabrik (Olivia, et al., 2006 dalam Anindita,
2010).
2.3.5 Prosedur Penatalaksanaan Pembuatan Minuman Air Kunyit
Adapun cara pembuatan minuman air kunyit pada klien untuk mengatasi
nyeri dismenorea adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Parutan
b. Saringan
c. 1 rimpang kunyit (< 30 gr).
d. 200 cc air panas.
e. Gula merah/gula jawa dan garam (secukupnya).
2. Cara Pengolahan
a. Kupas bersih kunyit, lalu cuci bersih.
b. Parut kunyit hingga halus.
c. Seduh parutan kunyit tersebut dengan gula jawa/gula pasir, garam
dan air panas (200 cc).
d. Aduk rata dan diamkan sebentar lalu saring.
27
e. Minuman kunyit siap untuk dikonsumsi.
f. Minum minuman air kunyit tersebut 2 kali sehari, yaiitu pada pagi
dan sore hari.
28
BAB 3KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo,
2012). Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu dengan konsep yang lalinnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,
2013).
Penelitian ini untuk mencari tahu bagaimana pengaruh pemberian minuman
air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes
Riau.
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Skala NyeriDismenorea Setelah
Perlakuan
Skala NyeriDismenorea Sebelum
Perlakuan
Pemberian MinumanAir Kunyit
29
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Pada definisi
operasional akan dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang meliputi
bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (Setiadi, 2013).
Definisi operasinal variabel dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3.1Definisi Operasional
No Variabel DefinisiOperasional
AlatUkur
CaraUkur
SkalaUkur
Hasil Ukur
Independen1 Minuman
air kunyitMinuman airkunyitadalahminumanyang terbuatdari 1 (satu)rimpangkunyit alami( < 30 gr)yang diparutdan diseduhdengan 200cc air panas.
GelasUkur
- - -
Dependen1 Dismenorea
sebelumperlakuan
Respon atauskala nyeridismenorearespondensebelumpemberianminuman airkunyit.
Observasi Skalaangka
Ordinal Nyeri ringanjika tingkatnyeri 1-3Nyeri sedangjika tingkatnyeri 4-6Nyeri beratjika tingkatnyeri 7-10
30
2 Dismenoreasetelahperlakuan
Respon atauskala nyeridismenorearespondensetelahpemberianminuman airkunyit.
Observasi Skalaangka
Ordinal Nyeri ringanjika tingkatnyeri 1-3Nyeri sedangjika tingkatnyeri 4-6Nyeri beratjika tingkatnyeri 7-10
3.3 Hipotesis
Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih dangkal dan perlu diuji,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitan tersebut (Setiadi, 2013). Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih
harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris.
Setelah melalui pembuktian dari basil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar
atau salah, dapat diterima atau ditolak (Setiadi, 2013).
Sesuai dengan kerangka konsep diatas maka Hipotesis pada penelitian ini
yaitu :
Ha : Ada pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri
dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
31
BAB 4METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Pra-experimental yaitu penelitian yang
bertujuan hanya menjawab pertanyaan yang ada pada penelitian dengan
menggunakan One Group Pre-test Post-test Design (Hidayat, 2014). Rancangan
penelitian ini, digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman air
kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada penderita dismenorea.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2018.
4.2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Riau.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-
elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau yang
mengalami dismenorea. Sugiyono (2014) menyatakan, untuk penelitian
eksperimen yang sederhana, jumlah anggota sampel antara 10 s/d 20. Maka dalam
32
penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah 15 orang responden, yang
terdiri dari jurusan gizi 5 orang, jurusan kebidanan 5 orang, dan jurusan
keperawatan 5 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik
Non Probability Sampling dengan jenis Purposive Sampling dimana pengambilan
sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2012).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan kriteria sampel
sebagai berikut :
a. Mahasiswi yang mengalami dismenorea usia (18-22 tahun).
b. Mahasiswi yang mengalami dismenorea ringan, dismenorea sedang, dan
dismenorea berat.
c. Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri (analgesik).
d. Berada di wilayah Poltekkes Kemenkes Riau.
4.4 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
4.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan, survei, dan lain-lain (Setiadi, 2013). Pengumpulan
data primer diperoleh melalui survei langsunng kepada penderita dismenorea.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh pihak lain, badan/instansi
yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2013). Pengumpulan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, internet, dan buku-buku
yang sesuai dengan bahan masalah yang diteliti.
4.4.2 Cara Pengumpulan data Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan cara mencari 15 orang
responden yang mengalami dismenorea di wilayah Poltekkes Kemenkes Riau.
Setelah didapatkan responden yang mengalami dismenorea sesuai dengan kriteria
33
inklusi pada penelitian ini, peneliti kemudian menanyakan kepada responden
apakah bersedia untuk menjadi salah satu responden pada penelitian ini dengan
menjelaskan segala prosedur penelitian. Setelah responden setuju, peneliti
memberikan lembar persetujuan menjadi responden untuk mengisi biodata serta
mencantumkan tandatangan responden tersebut. Setelah responden mengisi
lembar persetujuan menjadi responden, peneliti mengkaji skala nyeri yang dialami
responden saat mengalami dismenorea. Setelah itu barulah peneliti memberikan
minuman air kunyit. Pemberian minuman air kunyit ini dilakukan 2 kali sehari
yaitu pada pagi hari pukul 08.00 wib dan sore hari pukul 16.00 wib. Pada
pemberian minuman air kunyit pada sore hari, 30 menit setelah responden
meminum minuman air kunyit tersebut, peneliti segera mengkaji skala nyeri
dismenorea yang dirasakan oleh responden.
Cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
lembar observasi yang berisi tentang identitas responden seperti nomor responden,
nama (inisial), umur, dan waktu mengalami dismenorea. Lembar observasi juga
memuat tabel pengukuran skala nyeri dismenorea sebelum dan sesudah
pemberian minuman air kunyit. Setelah pemberian minuman air kunyit lengkap
kepada 15 orang responden, peneliti segera memasukkan/entry data ke dalam
program komputer microsoft excel dan mengolah data ke program SPSS.
4.5 Etika Penelitian
4.5.1 Kebebasan (Autonomy)
Peneliti memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi atau berpartisipasi (Notoatmodjo,
2012).
4.5.2 Tanpa Nama (Anonimity)
Setiap orang mempunyai privasi dan kebebasan individu dalam memberikan
informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya
kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden (Notoatmodjo, 2012).
34
4.5.3 Bermanfaat (Beneficence)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya
(Notoatmodjo, 2012).
4.5.4 Tidak Merugikan (Nonmaleficence)
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
objek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling
tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
4.5.5 Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis,
dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
4.5.6 Persetujuan (Inform Consent)
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Inform consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
menjadi responden. Tujuan Inform consent adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya (Notoatmodjo, 2012).
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
4.6.1 Pengolahan data
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data,
yaitu (Setiadi, 2013) :
a. Penyuntingan data/Editing,
Memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data.
Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai dilakukan terhadap :
1) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya
meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak mau menjawab.
35
2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbacakan mempersulit pengolahan
data atau berakibat pengolah data salah membaca.
3) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka
editor harus menolaknya.
b. Memberi tanda kode/coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam bentuk
angka/bilangan.
c. Memasukkan Data/Entry
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari lembar
observasi ke program kompuuter. Pada penelitian ini processing data dilakukan
dengan meng-entry data dengan cara menggunakan program komputer yakni spss.
d. Pembersihan Data/Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah
ada kesalahan atau tidak. kesalahan tersebut kemungkinan terjadi pada saat meng-
entry data ke komputer. Pada cleaning data dilakukan dengan pengecekan kembali
data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak salah secara
manual sehingga tidak ditemukan data yang tidak lengkap sehingga tidak ada
sampel yang gugur.
e. Mengeluarkan Informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yang dilakukan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap
kualitas nyeri disminorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
4.6.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
36
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji statistik T-Dependent, yaitu uji yang memiliki fungsi untuk
mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan tertentu pada
sampel (Hidayat, 2014). Dalam analisis ini menggunakan program komputerisasi
(SPSS) dengan nilai probability (p) dengan tarafnya α 0,05. Adapun syarat yang
harus dipenuhi pada saat melakukan uji statistik T-dependen adalah data yang
harus berdistribusi normal, kedua kelompok data independen dan variabel yang
digabungkan berbentuk kategorik dan numerik.
Uji statistik T-Dependen dengan rumus (Notoatmodjo, 2012 : 184) :
df = n-1
Keterangan :
T = Nilai uji T dependen
D = Selisih pengukuran 1 dan 2
D = Rata-rata d
SD d = Standar deviasi nilai d
Pada pengujian dengan uji T dependent ini akan menghasilkan dua
kemungkinan keputusan, yaitu menolak hipotesis dan gagal menolak hipotesis
dengan ketentuan yang berlaku adalah (Hidayat, 2014) :
1) Bila nilai ρ < α, maka keputusannya adalah hipotesis gagal ditolak atau ada
pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
37
2) Bila nilai ρ > α, maka keputusannya adalah hipotesis ditolak atau tidak ada
pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
Apabila data tidak terdistribusi normal, maka harus menggunakan uji
Wilcoxon, oleh karena itu dilakukan uji statistik Wilcoxon dengan rumus :
Keterangan :
N = Jumlah data
T = Jumlah rangking dari nilai selisih yang negatif atau positif
Hidayat (2014) menyatakan bahwa pada pengujian dengan uji Wilcoxon ini
akan menguji pada satu sampel berpasangan (dua pengamatan), yakni ingin
membandingkan dua pengamatan yang berasal dari satu sampel. Prinsipnya
adalah ingin menguji apakah ada perbedaan dampak dari perlakuan. Uji ini akan
menghasilkan dua kemungkinan keputusan, yakni menolak hipotesis dan gagal
menolak hipotesis, dengan ketentuan yang berlaku adalah :
1) Bila nilai p < α, maka keputusannya adalah hipotesis gagal ditolak atau ada
pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
2) Bila nilai p ≥ α, maka keputusannya adalah hipotesis ditolak atau tidak ada
pengaruh pemberian minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea
pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
38
BAB 5HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Mei s/d 17 Mei 2018 yang
bertempat di Poltekkes Kemenkes Riau tentang Pengaruh Pemberian Minuman
Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Riau dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Penelitian ini
dilakukan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat, dengan hasil
sebagai berikut:
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Umur Responden
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018
No. Umur F Persentase1. < 19 Tahun 2 13,3 %2. 19-21 Tahun 9 60 %3. > 21 Tahun 4 26,7 %
Total 15 100 %Sumber: Data Primer (2018).
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur
19-21 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (60 %).
39
5.1.2 Waktu Dismenorea
Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Waktu Dismenorea Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau Tahun 2018
No. Waktu Dismenorea F Presentase1. Sehari sebelum haid 3 20 %2. Hari pertama haid 10 66,7 %3. Hari kedua haid 2 13,3 %
Total 15 100 %Sumber: Data Primer (2018).
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami
dismenorea pada saat hari pertama haid, yaitu dengan jumlah sebanyak 10 orang
(66,7 %).
5.2 Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini mendeskripsikan tentang skala nyeridismenorea sebelum diberikan minuman air kunyit dan skala nyeri dismenoreasetelah diberikan minuman air kunyit pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
5.2.1 Skala Nyeri Dismenorea Sebelum Diberikan Minuman Air Kunyit
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Nyeri DismenoreaSebelum Diberikan Minuman Air Kunyit Pada Mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Riau Tahun 2018
No. Skala Nyeri Dismenorea F Persentase1. Ringan (1-3) 4 26,7 %2. Sedang (4-6) 8 53,4 %3. Berat (7-10) 3 20 %
Total 15 100 %Sumber: Data Primer (2018).
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebelum diberikannya
minuman air kunyit mayoritas responden mengalami nyeri sedang, yaitu
dengan skala 4-6 berjumlah sebanyak 8 orang (53,4 %).
40
5.2.2 Skala Nyeri Dismenorea Setelah Diberikan Minuman Air Kunyit
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Nyeri Dismenorea
Setelah Diberikan Minuman Air Kunyit Pada Mahasiswi PoltekkesKemenkes Riau Tahun 2018
No. Skala Nyeri Dismenorea F Persentase1. Ringan (1-3) 12 80 %2. Sedang (4-6) 3 20 %3. Berat (7-10) 0 0 %
Total 15 100 %Sumber: Data Primer (2018).
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa setelah diberikannya
minuman air kunyit mayoritas responden mengalami nyeri ringan, yaitu
dengan skala 1-3 berjumlah sebanyak 12 orang (80 %).
5.2.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat data sebelum dan setelah
pemberian minuman air kunyit terdistribusi normal, bila data terdistribusi normal
ydapat dilanjutkan dengan menggunakan uji paired t test, tetapi apabila data
terdistribusi tidak normal, maka uji yang digunakan adalah dengan menggunakan
uji Wilcoxon.
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Wilcoxon dikarenakan data pada uji normalitas berdistribusi
tidak normal. Uji Wilcoxon ini akan menguji pada satu sampel berpasangan (dua
pengamatan), yakni ingin membandingkan dua pengamatan yang berasal dari satu
sampel. Prinsipnya adalah ingin menguji apakah ada perbedaan dampak dari
perlakuan (Hidayat, 2014).
41
Tabel 5.5Hasil Uji Statistik Wilcoxon Pada Penelitian Pengaruh Pemberian
Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea PadaMahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau
Variabel N Mean SD Z PValue
Rata-rata tingkat dismenorea/skala nyeri dismenoreasebelum perlakuan
15 4.93 1.792
-3.502 0.001Rata-rata tingkat dismenorea/skala nyeri dismenorea setelahperlakuan
15 2.27 1.223
Sumber: Data Primer (2018).
Apabila uji statistik didapat p Value < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada Pengaruh Pemberian Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri
Dismenorea Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau, sehingga Ho ditolak.
Apabila p Value > 0,05 maka tidak ada Pengaruh Pemberian Minuman Air Kunyit
Terhadap Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan Tabel 5.6 hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai rata-
rata tingkat dismenorea/skala nyeri dismenorea sebelum perlakuan adalah 4,93
dengan standar deviasi 1,792. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata tingkat
dismenorea/skala nyeri dismenorea adalah 2,27 dengan standar deviasi 1,223.
Hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -3.502 dan p Value
sebesar 0,001 pada α 5%, yang berarti bahwa nilai p Value < dari α, jadi dapat
disimpulkan bahwa Ada Pengaruh Pemberian Minuman Air Kunyit Terhadap
Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
42
BAB 6PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti membahas
secara sistematik hasil analisis data univariat yang terdiri dari tingkat
dismenorea/skala nyeri dismenorea sebelum diberikan perlakuan dan tingkat
dismenorea/skala nyeri dismenorea setelah diberikan perlakuan, sedangkan untuk
pembahasan analisis bivariat, peneliti menggunakan uji statistik Wilcoxon test
untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman air kunyit tehadap skala nyeri
dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau.
6.1 Analisis Univariat
6.1.1 Tingkat Dismenorea Sebelum Pemberian Minuman Air Kunyit
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada 15 orang responden, yang
mana mayoritas responden sebelum diberikan minuman air kunyit mengalami
dismenorea dengan skala nyeri sedang yaitu pada rentang 4-6 sebanyak 8 orang
responden. Responden lainnya mengalami nyeri dengan skala ringan pada rentang
1-3 sebanyak 4 orang responden, dan yang mengalami nyeri dengan skala berat
pada rentang 7-10 sebanyak 3 orang responden. Kemudian keseluruhan responden
diberikan minuman air kunyit sebanyak + 200 ml selama sehari pada saat
responden mengalami dismenorea dengan 2 kali pemberian yaitu pada pagi dan
sore hari.
6.1.2 Tingkat Dismenorea Setelah Pemberian Minuman Air Kunyit
Skala nyeri dismenorea responden diukur pada saat setelah pemberian
minuman air kunyit pada sore hari dengan cara peneliti mengobservasi nyeri yang
dirasakan oleh responden. Hasil observasi yang dilakukan peneliti yaitu mayoritas
responden mengalami nyeri ringan dengan rentang skala 1-3 sebanyak 12 orang
responden, sedangkan yang mengalami nyeri sedang dengan rentang skala 4-6
sebanyak 3 orang responden, dan responden yang mengalami nyeri berat dengan
rentang skala 7-10 sudah tidak ada lagi atau 0 responden. Hal ini sesuai dengan
penelitian Leli, Rahmawati, dan Atik (2011) tentang pengaruh kunyit asam
43
terhadap penanganan nyeri haid pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Sugihwaras,
didapatkan hasil siswi yang mengkonsumsi kunyit asam cenderung mengalami
nyeri haid derajat skala ringan, karena kunyit asam bermanfaat sebagai analgetik
yang dapat mengurangi nyeri haid.
6.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan segelas (+ 200 ml)
minuman kunyit yang terbuat dari bahan alami kunyit yang kemudian diparut dan
diambil airnya yang mana minuman ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan standar
operasional prosedur yang telah ada. Menurut teori Putri (2006) dalam Suri &
Nofitri (2014), menyatakan bahwa minuman kunyit secara alamiah memang
dipercaya memiliki kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai
analgetika, antipiretika, dan antiinflamasi. Selain itu dijelaskan bahwa minuman
kunyit sebagai pengurang rasa nyeri pada dismenorea memiliki efek samping
minimal, serta senyawa aktif atau bahan kimia yang terkandung di dalam
kunyit adalah zat curcumine.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, hasil analisis rata-rata
skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau sebelum
diberikan minuman air kunyit adalah 4,93 dan setelah diberikan minuman air
kunyit rata-rata skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau
adalah 2,27. Hasil uji Wilcoxon skala nyeri dismenorea sebelum dan setelah
pemberian minuman air kunyit pada 15 responden menunjukkan nilai p Value
(0,001) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh pemberian
minuman air kunyit terhadap skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Riau.
Dari penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa nyeri dismenorea dapat
dikurangi dengan mengkonsumsi minuman air kunyit. Hal ini sejalan dengan teori
Wieser, et al., (2007) dalam Suri & Nofitri (2014), yang menyatakan bahwa zat
curcumine yang terkandung didalam kunyit akan bekerja dalam menghambat
reaksi cyclooxygenase (COX-2) sehingga menghambat atau mengurangi
terjadinya inflamasi sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat
kontraksi uterus. Mekanisme penghambatan kontraksi uterus melalui curcumine
44
adalah dengan mengurangi influx ion kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium
pada sel-sel epitel uterus. Kandungan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloid
dan phlobotamins akan mempengaruhi system saraf otonom sehingga bisa
mempengaruhi otak untuk bisa mengurangi kontraksi uterus. Curcumine sebagai
analgetik akan bekerja menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan
melalui jaringan epitel uterus dan akan menghambat kontraksi uterus sehingga
akan mengurangi terjadinya dismenorea.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Silvia Intan Suri dan Mutia Dona
Nofitri (2014), dengan 10 responden diperoleh nilai p = 0,000. Hal ini berarti p
value ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah meminum minuman
kunyit. Rata-rata nyeri menstruasi sebelum diberikan minuman kunyit adalah 2.10
dan rata-rata nyeri menstruasi setelah diberikan minuman kunyit adalah 1.30.
Penurunan nyeri menstruasi rata-rata terjadi setelah 15 menit diberikan minuman
kunyit.
Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri
Rahma Suciani, Sri Utami, Ari Pristiana Dewi (2014), dengan tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian rebusan kunyit asam terhadap
penurunan dismenorea. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy
eksperiment dengan rancangan penelitian Non-Equivalent Control Group yang
melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Sampel
penelitian ini adalah 30 responden (15 kelompok eksperimen dan 15 kelompok
kontrol) yang mengalami dismenorea di SMAN 9 Pekanbaru. Analisa uji statistik
yang digunakan yaitu melalui dua tahapan, antara lain dengan menggunakan
analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk mendapatkan gambaran
tentang distribusi karakteristik responden seperti umur dan suku. Analisa bivariat
menggunakan uji parametrik yaitu t- dependent dan mann whitney. Hasil rata-rata
intensitas nyeri dismenorea sebelum pemberian rebusan kunyit asam yaitu 6,00
pada kelompok eksperimen dan 5,13 pada kelompok kontrol. Sedangkan rata-rata
intensitas nyeri dismenorea sesudah pemberian rebusan kunyit asam yaitu 3,73
pada kelompok eksperimen dan 4,67 pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan rata-rata intensitas nyeri
45
dismenorea sesudah pemberian rebusan kunyit asam (postest) pada kelompok
eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata
intensitas nyeri dismenorea (postest) yang tidak signifikan tanpa pemberian
rebusan kunyit asam. Ratarata intensitas nyeri dismenorea pada kelompok
eksperimen mengalami penurunan sebanyak 2,27 poin. Sedangkan rata-rata
intensitas nyeri dismenorea pada kelompok kontrol mengalami penurunan
sebanyak 0,46 poin. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t
dependent diperoleh p value (0,000) < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang
signifikan antara mean intensitas nyeri dismenorea pada kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah pemberian rebusan kunyit asam sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemberian rebusan kunyit asam efektif dalam menurunkan
intensitas nyeri dismenorea.
Penelitian yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Agus
Winarso (2013) dengan judul Pengaruh Minum Kunyit Asam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Dismenorea Pada Siswi Di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Jatinom Klaten. Hasil penelitian ini sebelum minum kunyit asam
menunjukkan bahwa responden yang mengalami nyeri disemnorea termasuk
kategori nyeri ringan dan sedang serta yang kategori nyeri hebat tidak ditemukan.
Tingkat nyeri dismenorea responden sebagian besar termasuk kategori nyeri
ringan 33 (75%) responden. Setelah minum kunyit asam dapat diketahui beberapa
responden ada yang mengalami penurunan nyeri dismenorea dan ada yang tidak
mengalami nyeri sejumlah 17 (38,6%) responden. Hasil penghitungan statistik
didapatkan mean rank responden sebelum minum kunyit asam adalah 11,50,
sedangkan sesudah minum kunyit asam mean rank adalah 0,00. Hasil uji statitstik
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank-test diperoleh hasil nilai
p=0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
derajat nyeri dismenorea sebelum dan sesudah minum kunyit asam pada siswi
MTsN Jatinom Klaten, maka dengan minum kunyit asam pada responden yang
mengalami nyeri dismenorea saat mengalami menstruasi dapat menurunkan
derajat nyeri.
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh
Aris Dwi Cahyono (2010), dengan tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh
46
pemberian kunyit asam terhadap dismenorea yang tidak diberikan terapi dan
sesudah diberikan terapi kunyit asam. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitin ini adalah desain pra eksperimental dengan rancangan one group pretest
posttest design. Terapi diberikan saat responden mengalami dismenore sebanyak 1
gelas kunyit asam (+200 cc) dan setelah 1 jam dinilai tingkat nyerinya.
Pengukuran nyeri dilakukan sebelum responden diberi perlakuan dan 1 jam
setelah perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mengalami
penurunan skala nyeri yaitu sebelum di berikan terapi (pretest) skala nyeri paling
tinggi skala 6 (rentang skala 5-7 skala sedang) sejumlah 1 responden (10%), dan
setelah di berikan terapi (posttest) 80% atau 8 responden mengalami nyeri ringan
(dengan skala 1-4), dan 20% atau 2 responden tidak mengalami nyeri dengan
skala 0. Berdasarkan fakta dan teori yang ada kunyit asam dapat mengurangi
rasa nyeri maka tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga
kunyit asam layak untuk dikonsumsi sebagai terapi dismenorea.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dari 15 orang
responden yang mengalami dismenorea, didapatkan hasil data (posttest) paling
banyak dengan skala ringan sebanyak 12 orang (80%) dan nyeri sedang sebanyak
3 orang (20%). Skala nyeri dismenorea setelah dilakukan intervensi terjadi
penurunan skala nyeri sehingga tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri
berat.
Selama penelitian, sebelum dilakukannya intervensi didapatkan hasil
wawancara pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau yang mengalami
dismenorea, biasanya mereka menangani rasa nyeri dismenorea dengan dibiarkan
saja dan sebagian dengan meminum obat analgesik. Setelah dilakukannya
intervensi pemberian minuman air kunyit, beberapa mahasiswi mengatakan
bahwa mereka merasa rileks pada perut bagian bawah dan nyeri perlahan
berkurang setelah meminum minuman air kunyit tersebut, dan beberapa waktu
(+ 30 menit) setelah meminum air kunyit tersebut, mahasiswi merasakan nyeri
dismenorea yang dirasakannya sudah sangat berkurang serta mereka bisa
melakukan aktivitas fisik seperti semula.
Peneliti berasumsi bahwa dengan pemberian minuman air kunyit pada
mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau yang mengalami dismneorea terlihat
47
terjadinya penurunan skala nyeri dismenorea, hal ini disebabkan karena minuman
kunyit memiliki kandungan senyawa aktif atau bahan kimia yang berfungsi
sebagai analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri dismenorea secara cepat pada
mahasiswi Poltekkes Kemenkes Riau. Penurunan skala nyeri juga terjadi karena
pemberian minuman air kunyit yang diberikan peneliti sudah sesuai dengan
standar prosedur operasional yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa terjadinya penurunan nyeri dengan baik, namun
masih terdapat 3 mahasiswi yang mengalami nyeri dengan skala sedang, hal ini
dikarenakan oleh mekanisme koping individu yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
akan lebih baik jika responden mengalami dismenorea dikemudian hari,
responden bisa mempraktikkan atau mengimplementasikan secara mandiri cara
penanganan nyeri dismenorea ini dengan membuat minuman air kunyit.
48
BAB 7KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti pada mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1 Skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenekes Riau
sebelum diberikannya minuman air kunyit adalah mayoritas responden
mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 yaitu berjumlah sebanyak 8
orang responden (53,4%).
7.1.2 Skala nyeri dismenorea pada mahasiswi Poltekkes Kemenekes Riau
setelah diberikannya minuman air kunyit adalah mayoritas responden
mengalami nyeri ringan dengan skala 1-3 yaitu berjumlah sebanyak 12
orang responden (80%).
7.1.3 Berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon didapatkan nilai rata-rata skala
nyeri dismenorea sebelum diberikan perlakuan adalah 4,93 dengan standar
deviasi 1,792. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata skala nyeri
dismenorea adalah 2,27 dengan standar deviasi 1,223. Nilai p Value
adalah 0,001 pada α 5% (0,05), yang berarti bahwa nilai p Value < dari α.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Ada Pengaruh Pemberian
Minuman Air Kunyit Terhadap Skala Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Riau.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden untuk
diaplikasikan pada saat mengalami dismenorea dengan mengkonsumsi minuman
air kunyit sebagai obat herbal secara mandiri, serta responden dapat
memberitahukan informasi tentang manfaat minuman air kunyit terhadap skala
nyeri dismenorea ini kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
49
7.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya keilmuan keperawatan
khususnya pada keperawatan maternitas, serta dapat menjadi sumber informasi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada mahasiswa-mahasiswi
keperawatan sehingga dapat mengaplikasikan penelitian ini sebagai intervensi
keperawatan pada kasus dismenorea.
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data dasar dan referensi bagi
peneliti selanjutnya, serta peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah hari
pemberian minuman air kunyit dan waktu pengkajian skala nyeri dikaji pada pagi
dan sore hari agar dapat menjadi perbandingan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2013). Konsep & proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Andriani, M & Wirjatmaji, B. (2012). Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Anggraeni, N., & Besfine, A. K. (2012). Pengaruh Konsumsi Kunyit AsamTerhadap Derajat Nyeri Haid Primer Pada Remaja Puteri Di AsramaAkbid Ngudia Husada Madura. 22 Januari 2018http://www.obsgyn.nhm.ac.id.
Anindita, Ahimsa. Y. (2010). Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi MinumanKunyit Asam Terhadap Keluhan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri DiKotamadya Surakarta. 22 Januari 2018https://core.ac.uk/download/pdf/12345121.pdf.
Anurogo, D. (2011). Cara jitu mengatasi nyeri haid. Yogyakarta: C.V AndiOffset.
Arisandi, Y., & Andriani, Y. (2009). Khasiat berbagai tanaman untukpengobatan. Jakarta: Eska Medika.
Beliveau, R., & Gingras, D. (2009). 11 Makanan ampuh pencegah kanker; hidupsehat melalui pola makan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bobak, I. M. (2012). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Dharma, K. (2015). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: CV. TransMedia.
Hidayat, A. (2014). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Edisi 2.Jakarta: Salemba Medika.
Judha, M. Sudarti& Fauziah, A. (2012). Teori pengukuran nyeri dan nyeripersalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: SalembaMedika.
Lestari, N. M. (2013). Pengaruh Dismenorea Pada Remaja. 22 Januari 2018.https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2725.
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Morgan, G. (2009). Obstetri & ginekologi panduan praktik. Jakarta: EGC.
Munir, H. (2014). Buku saku riskesdas. Pekanbaru: Dinas Kesehatan KotaPekanbaru. 14 Januari 2018.
Murtiningsih, & Karlina, L. (2015). Penurunan Nyeri Dismenorea Primer melaluiKompres Hangat pada Remaja. 22 Januari 2018.http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/104.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Proverawati, A. & Misaroh. (2009). Menarche menstruasi penuh makna.Yogyakarta: Nuha Medika.
Reeder, M. & Griffin, K. (2015). Keperawatan maternitas volume 1 edisi 18.Jakarta: EGC.
Reeder, S. J. (2011). Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi dankeluarga. Edisi 18. Jakarta : EGC.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Suciani, S. R. & Utami, S. (2014). Efektivitas Pemberian Rebusan Kunyit AsamTerhadap Penurunan Dismenorea. 22 Januari 2018.https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3527.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sukarni, I., & Wahyu, P. (2013). Buku ajar keperawatan maternitas. Yogyakarta:Nuha Medika.
Sulistyawati, A. (2011). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta:Salemba Medika.
Suri, S. I., & Nofitri, M. D. (2014). Pengaruh Minuman Kunyit TerhadapPenurunan Tingkat Nyeri Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas 1 DiPondok Pesantren Nurul Yaqin Pakandangan Kecamatan 6 LingkungKabupaten Padang Pariaman Tahun 2014. 22 Januari 2018.http://ejournal.stikesyarsi.ac.id/index.php/JAV1N1/article/view/44.
Susilawati, & Wulandari, R. S. (2012). Pengaruh Pemberian Minuman KunyitAsam Terhadap Intensitas Disminore Primer Pada Mahasiswa PoltekkesKemenkes Malang Prodi Kebidanan Jember. 22 Januari 2018http://e-jurnal-akbidjember.ac.id/index.php/jkakj/article/view/7.
Tharpe, N. L., & Farley, C. L. (2012). Praktik klinik kebidanan. Jakarta: EGC.
Uliyah, M., Hidayat, A. A. (2011). Keterampilan dasar praktik klinik untukkebidanan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, M., Hidayat, A. A. (2015). Keterampilan dasar praktik klinik untukkebidanan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Varney, H. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.
Walsh, L. V. (2012). Buku ajar kebidanan komunitas. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
Winarso, A. (2013). Pengaruh Minum Kunyit Asam Terhadap Penurunan TingkatNyeri Dismenorea Pada Siswi Di Madrasah Tsanawiyah Negeri JatinomKlaten. 22 Januari 2018. http://download.portalgaruda.org/article.
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN AIR KUNYITTERHADAP SKALA NYERI DISMENOREA PADA
MAHASISWI POLTEKKES KEMENKES RIAU
SKRIPSI
Oleh :
JULIA RISNANIM. PO711430114 016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATANPEKANBARU
2018
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN AIR KUNYITTERHADAP SKALA NYERI DISMENOREA PADA
MAHASISWI POLTEKKES KEMENKES RIAU
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Terapan Keperawatan
SKRIPSI
Oleh :
JULIA RISNANIM. PO711430114 016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMKES RIAU
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATANPEKANBARU
2018