26
3. PERANCANGAN BANGUNAN
3.1. Konsep Dasar
3.1.1. Konsep Filosofis
Konsep yang diambil adalah dari pendekatan filosofis :
Judul proyek :
Di Surabaya.
Hidup Baru ini tidak dapat didapatkan begitu saja, manusia perlu
berusaha untuk mendapatkannya. Agar jiwa manusia dapat disegarkan dan
mendapatkan kesempatan yang baru maka perlu melalui suatu proses, yaitu
melalui “Penyegaran dan Pencerahan”. Setelah melalui proses tersebut maka
manusia baru dapat merasakan Hidup Baru tersebut.
Gereja Katolik Dan Wadah Pembinaan
Mudika Dan Anak-
Lebih bersifat “ROHANI” daripada “JASMANI ”
Mengajak untuk datang
Mendorong Memeriksa batin Menumbuhkan Hidup rohani
Semuanya ini dilakukan untuk mencapai satu tujuan yaitu :
Memperoleh “HIDUP BARU” ( New Life, New Beginning )
27
Penyegaran diwujudkan dalam bentuk elemen air (water), sebagai
simbolisasi dari liturgi Gereja, dimana maknanya dalam liturgi gereja adalah
sebagai lambang pertobatan, pembersihan dosa, dan kesempatan untuk
memperoleh hidup yang baru.
Pencerahan diwujudkan dalam penggunaan sifat-sifat fundamental dari
arsitektur Renaissance, dimana jaman Renaissance disebut juga sebagai “Masa
Pencerahan” (pendekatan vernakular Renaissance).
3.1.2. Konsep Perancangan
Dari konsep filosofis yang sudah dijabarkan di atas, Hidup Baru (new
life, new beginning) dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektural yaitu:
a. Penyegaran, diwujudkan melalui elemen AIR (Water).
Wujud nyata air digunakan dalam desain, baik sebagai elemen landscape
maupun pemanfaatan elemen air dalam bangunan (khususnya dalam bangunan
Gereja).
b. Pencerahan, diwujudkan melalui pemakaian bentuk vernakular Renaissance.
Sifat-sifat fundamental dari arsitektur Renaissance akan terwujud baik pada
denah maupun tampak, khususnya untuk bangunan Gereja.
Proses terjadinya Hidup Baru ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Orang “diajak” untuk datang, hal ini ditunjukkan dengan adanya elemen
penarik dan pengarah berupa menara lonceng yang diletakkan di dekat
tikungan sebagai penanda daripada Gereja.
b. Orang “didorong” untuk merasakan terjadinya perubahan suasana, mereka
diharapkan dapat merasakan sesuatu yang baru yaitu berupa tatanan landscape
yang indah (kolam air mancur, pohon-pohon) yang sangat berbeda dengan
keadaan sekitar site / tapak. Jadi, pada saat mereka memasuki site / tapak
orang sudah mulai memperoleh “setitik penyegaran”.
c. Orang masuk ke dalam Gereja, dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka ini
berdosa, sangat kecil di hadapan Tuhan (plafond dibuat tinggi). Selanjutnya
Orang masuk Penyegaran & Pencerahan Hidup Baru
28
diharapkan mereka pun mulai memeriksa batin dan membuka hati untuk
merasakan penyegaran dan pencerahan agar dapat keluar sebagai pribadi yang
baru (memperoleh Hidup Baru).
3.2. Pendekatan Perancangan
Dalam proyek Tugas Akhir ini selain konsep dasar, tampilan desain juga
dipengaruhi oleh penggunaan pendekatan vernakular “Renaissance” sebagai
pendekatan perancangan.
3.2.1. Pengertian Vernakular Renaissance
Beberapa definisi dari vernakular adalah sebagai berikut:
- The commonly spoken language or dialect of a particular people / place.
( The New Asian Architecture Vernacular Traditions Contemporary Style ).
- A local style of architecture, in which ordinary house are built.
( The New Asian Architecture Vernacular Traditions Contemporary Style ).
- Artefak / peninggalan masa lalu, kekayaan masa kini / sekarang, dan sebagai
sumber untuk pengembangan masa depan.
Artefacts of the past, properties of the present and resources for development
of the future.
( Reinterpreting The Vernaculars )
Dalam perancangan Tugas Akhir ini, definisi yang ketiga akan lebih
berperan penting karena dalam proyek ini akan digunakan pendekatan vernakular
dari Gereja itu sendiri (vernacular approach of a Catholic church) dan bukan
berdasarkan tempat / daerah dimana Gereja ini dibangun (local style of
architecture in particular place).
Arsitektur Gereja itu sendiri mempunyai tingkatan sejarah / masa, di
mana setiap masa ditandai dengan adanya ciri-ciri yang berbeda (mengalami
perkembangan), yaitu mulai dari masa Early Christian, Byzanthium, Gothic, dan
Renaissance.
Pada kesempatan kali ini sebagai landasan dari pendekatan vernakular
Gereja terhadap desain akan diambil Gereja pada masa Renaissance, karena masa
ini disebut juga ‘Masa Pencerahan’, dimana arti ini sesuai dengan tema bangunan
29
yang hendak dicapai ( Hidup Baru ). Pada masa ini pula dunia keagamaan
berkembang dengan cepat, pengetahuan dan teknologi juga semakin berkembang.
Karena menggunakan pendekatan vernakular dari Gereja Katolik pada masa
Renaissance maka kekayaan dari peninggalan arsitektur Gereja pada masa
Renaissance itu akan menjadi bahan-bahan dalam perancangan desain.
3.2.2. Ciri-ciri Arsitektur Renaissance
Penggunaan pendekatan vernakular Renaissance sebagai pendekatan
perancangan mengakibatkan perlunya untuk mengetahui sifat-sifat / ciri-ciri
fundamental dari arsitektur Renaissance untuk kemudian diterapkan dalam desain
dengan tetap memperhatikan pengaruh modernisme sekarang ini.
Di bawah ini adalah ciri-ciri dari arsitektur Renaissance :
- Banyak digunakan kolom / pilar-pilar dan pilaster (tiang segi empat yang
bersandar pada dinding) untuk menggantikan kelompok / kumpulan shaft
(cluster of shaft) yang biasanya banyak dijumpai pada gereja Gothic.
Gambar 3.1. Perbedaan antara Gothic Dan Renaissance Dalam Interior
- Lebih banyak digunakan barrel vaults / tunnel vaults dan coffered ceiling
daripada rib vaults yang sempat populer pada masa Gothic.
Gothic Renaissance
30
Gambar 3.2. Ribbed Vaults Pada Masa Gothic
Gambar 3.3. Barrel Vaults Dan Coffered Ceiling
Pada Masa Renaissance
- Tidak semua garis yang tergambar (baik di dalam denah maupun tampak)
bersifat struktural, hal ini berlawanan dengan masa Gothic dimana setiap
garis dalam gambar mempunyai peran struktural. Contoh Gereja
Renaissance adalah Pazzi Chapel karya Brunelleschi, di dalam desain
pilaster kelihatannya berfungsi untuk mendukung struktur tetapi
kenyataannya hanya berupa elemen dari batu yang tidak mendukung beban
apa pun, dengan adanya elemen-elemen ini akan menghasilkan sebuah pola /
irama yang menarik pada dinding.
Gambar 3. 4. Pazzi Chapel karya Brunelleschi
31
- Adanya perubahan dari dominansi elemen-elemen vertikal (masa Gothic)
menjadi keseimbangan yang ideal antara elemen horisontal dan vertikal.
Gambar 3.5. Perbedaan Kesan Vertikal-Horisontal
Antara Gothic dan Renaissance
- Digunakannya proporsi yang ideal (Human Propotional) baik dalam
perancangan denah maupun tampak.
- Perubahan dari penggunaan arches pointing upward menjadi round headed
(1/2 lingkaran) untuk langit- langit / plafond, bentuk-bentuk jendela, pintu.
Gambar 3.6. Pemakaian elemen lengkung
pada bangunan
- Semakin banyak digunakan tipe denah gabungan antara tipe memusat
(centralized plan) dengan tipe salib (rectangular plan).
- Digunakan 2 cara untuk memperoleh proporsi yang ideal dalam rangka
menghasilkan keharmonisan yang indah, yaitu : repetisi / pengulangan dari
modul utama, penerapan prinsip axial simmetry.
32
Gambar 3.7. Cara Untuk Memperoleh Proporsi Ideal
Pada Masa Renaissance
3.3. Tampilan Desain
Tampilan pada desain akhir ini tidak hanya dipengaruhi oleh konsep
dasar yang diambil ( konsep filosofis + konsep perancangan ) tapi juga akan
banyak dipengaruhi oleh pendekatan vernakular Renaissance yang digunakan.
Gambar 3.8. Penerapan Konsep Pada Denah
Elemen air sebagai wujud arsitektural dari Penyegaran dimanfaatkan sebagai kolam, baik di dalam Gereja maupun sebagai elemen landscape.
Bentuk denah Gereja dipengaruhi oleh bentuk vernakular Renaissance
33
Gambar 3.9. Tampak Depan Gereja
Dari tampilan desain diatas (perwujudan dalam denah maupun tampak)
menunjukkan adanya keharmonisan dan konsistensi dari pendekatan vernakular
Renaissance yang diambil dengan konsep dasar bangunan yang dipilih yaitu
Hidup Baru melalui proses penyegaran dan pencerahan.
Aliran air dibuat memancar ke segala penjuru pada site dengan pusatnya yaitu Altar Gereja. Hal ini menandakan bahwa gereja ingin memberikan kesegaran baik di dalam gereja maupun ke fasilitas lain di dalam site dan juga di luar site (sekitarnya).
1. Bentuk denah merupakan tipe gabungan antara denah salib (rectangular plan) dan denah memusat (centralized plan).
2. Digunakan prinsip axial simetri sehingga antara sisi kanan dan kiri seimbang.
Terlihat jelas adanya pemakaian elemen-elemen arsitektur Renaissance pada facade gereja, yaitu : atap kubah, atap barrel, elemen lengkung (arch) pada pintu dan jendela, pedimen, kolom-kolom beton ekspos.
Terlihat adanya keserasian / keharmonisan antara garis-garis vertikal dan horisontal.
34
3.4. Perancangan Ruang Luar Bangunan
- Perancangan ruang luar bangunan / ruang terbuka bukan merupakan hal yang
terpenting dalam desain Tugas Akhir ini karena sebagian besar kegiatan dari
para jemaat / non jemaat berpusat di dalam Gereja, dan fasilitas- fasilitas
pendukung yang lain ( Balai Paroki, fasilitas mudika dan anak-anak, fasilitas
umum ). Meskipun kenyataannya begitu, ruang luar / ruang terbuka juga turut
didesain dengan indah (tatanan landscape yang indah) karena akan
mendukung dalam menciptakan desain yang harmonis dan terpadu antara
bangunan dan “open space” yang ada.
- Banyak digunakan elemen air dalam perancangan ruang luar yang diwujudkan
dalam bentuk kolam-kolam, aliran air (sungai kecil) sebagai perwujudan dari
adanya konsistensi antara desain dengan konsep yang diambil. Pada area
entrance tapak, orang langsung disambut dengan kolam air mancur yang
indah.
- Ruang luar berupa taman-taman yang indah, dan kolam diletakkan di
sekeliling Gereja (sebelah kanan, kiri, dan belakang), hal ini dilakukan untuk
menegaskan kesan bahwa Gereja adalah sumber penyegaran yang akan
membawa kita pada kehidupan baru yang bisa diperoleh selepas kita
memasuki Gereja untuk berdoa.
Gambar 3.10. Lay Out
Kolam dan taman
Kolam dan taman
Kolam air mancur Pedestrian penghubung gereja ke bangunan lain
35
- Ruang-ruang luar yang terbentuk ini disatukan dengan adanya pedestrian yang
menghubungkan antara bangunan Gereja dengan bangunan lainnya. Jalur
pedestrian ini berupa selasar terbuka, tanpa dinding tetapi beratap, hal ini
dimaksudkan agar keberadaan taman-taman yang ada di sekitarnya dapat tetap
dinikmati oleh pengunjung.
3.5. Program Ruang
Fasilitas yang disediakan dalam proyek ini mencakup fasilitas
peribadatan, fasilitas pendidikan / pembinaan rohani untuk para mudika (muda-
mudi Katolik) dan anak-anak, fasilitas serbaguna, fasilitas umum, dan fasilitas
hunian karena proyek ini tidak hanya bertujuan untuk menyediakan tempat bagi
umat Katolik untuk beribadah tetapi juga menyediakan wadah bagi para mudika
dan anak-anak untuk berkreasi, tempat bagi para jemaat untuk berkumpul, dan
menyediakan sarana pelayanan umum untuk masyarakat sekitar.
Fasilitasnya antara lain:
- Fasilitas Peribadatan : bangunan Gereja, gua Maria.
- Fasilitas Umum / Publik : meliputi Balai Paroki, lapangan olahraga indoor,
poliklinik, kantin, ruang-ruang administrasi Gereja, dan lainnya.
- Fasilitas Hunian / Privat : meliputi rumah tinggal Pastor, rumah tinggal
Koster.
- Fasilitas Mudika Dan Anak-Anak : meliputi ruang-ruang kelas pembinaan
untuk mudika dan ruang bermain untuk anak-anak, ruang Katekisasi,
perpustakaan, ruang komputer, kapel, dan lainnya.
- Fasilitas Servis : meliputi ruang PLN, ruang panel, ruang genset, ruang trafo,
dan lainnya.
Antara program ruang yang awal dan baru tidak terjadi banyak
perubahan, macam fasilitas yang direncanakan masih tetap sama. Perubahan yang
paling penting adalah perubahan kapasitas gereja yang semula menampung 1000
orang menjadi 800 orang, alasannya adalah kapasitas semula terlalu besar
sehingga massa gereja yang tercipta pun terlalu besar, komposisi antara massa
gereja dengan yang lainnya menjadi tidak seimbang, sedangkan alasan yang lain,
yaitu karena proyek ini direncanakan menjadi perluasan dari gereja Ngagel maka
36
ada baiknya kalau gereja yang baru ini tidak melebihi kapasitas gereja induknya
agar pembagian jumlah jemaatnya tetap seimbang.
Selain kapasitas gereja, untuk fasilitas Serbaguna dan fasilitas Mudika
dilakukan penyesuaian, yaitu balai serbaguna dapat dimanfaatkan bersama untuk
jemaat dan mudika (lapangan indoor) sehingga untuk berolah raga mudika tidak
perlu menyediakan tempat khusus lagi (digabungkan), alasannya adalah untuk
efisiensi ruang.
3.5.1. Program Ruang Gereja
Pada bangunan Gereja, program ruang yang terjadi cenderung sama
dengan gereja-gereja lain pada umumnya, dalam hal ini pengaruh pendekatan
vernakular lebih menonjol (bentuk denah dan program ruang di dalamnya
mengambil sifat / ciri dari Gereja Renaissance).
Hal ini dilakukan karena masing-masing bagian / ruangan tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga harus tetap
dipertahankan sebagaimana mestinya, namun dalam penataan ruangnya mungkin
mengalami sedikit perubahan disesuaikan dengan tema desain dan kondisi /
pengaruh modern sekarang ini (efektifitas).
3.5.2. Program Ruang Wadah Pembinaan Mudika Dan Anak-Anak
Program ruang pada fasilitas pembinaan ini bersifat lebih bebas dan
fleksibel (tidak ada ketentuan khusus seperti pada bangunan Gereja). Oleh karena
itu penentuan program ruang diusahakan memanfaatkan tema perancangan yang
dipakai.
Program ruang wadah pembinaan ini direncanakan menggunakan simbol-
simbol liturgis sebagai penanda tiap ruang agar tercipta ruangan-ruangan yang
berkarakter. Untuk pembinaan para mudika lebih mengarah ke arah edukatif
religius karena dilihat dari segi usia mereka sudah siap untuk menerima
pengajaran yang lebih berbobot tentang Kristus, sedangkan untuk pembinaan
anak-anak lebih mengarah ke rekreatif religius karena mereka dikenalkan untuk
pertama kalinya dengan ajaran-ajaran Kristus.
37
Tabel 3.1. Program Ruang Dan Jenis Pembinaan Para Mudika
Nama Ruang Kondisi Ruang Simbol Liturgi Makna Ruang
Ruang Pencerahan
Berupa ruangan pembinaan awal mudika. Ruangan dikondisikan sedemikian rupa sehingga orang yang berada didalamnya merasa diterima oleh Allah dan merasakan anugerah / kesempatan untuk memperoleh kehidupan baru.
Ruang pencerahan ini disimbolkan dengan api yang merupakan sumber kehangatan, penerangan dan pembersihan.
Bersifat sebagai Rg. Penerima bagi para mudika. Di ruangan ini mereka mendapatkan pengajaran mengenai siapa diri mereka sebenarnya dan apa peran mereka dalam perjuangan Kristus.
Ruang Talenta
Ruangan ini terdiri dari beberapa ruangan yang mewakili talenta manusia (gift / talent), berupa rg.musik, rg. Teater/drama, rg.ketrampilan, rg. Hobby (komputer, menulis/membaca). Juga sekaligus sebagai tepat bertemunya para mudika.
Ruangan ini tidak memakai simbol liturgis khusus karena terlalu kompleks (tetap memakai simbol air / water.
Setelah melalui rg. Pencerahan, mudika akan sadar mengenai siapa dirinya dan mulai mencari/menemukan talenta yang dianugerahkan Allah kepada masing-masing dari mereka.
Ruang Gembala
Ruangan ini diperuntukkan bagi mudika yang merasakan kerinduan untuk melayani Tuhan. Ini merupakan salah satu wujud dari kebangkitan para mudika, karena itu bentuk dan kondisi ruang juga akan mendukung makna dari ruangan ini.
Ruang Gembala ini akan disimbolkan dengan minyak liturgi yang merupakan lambang kepemimpinan
Selain mendapatkan jati dirinya di rg. Talenta, mudika dapat menapakkan kakinya lebih serius lagi dalam tugas pelayanan. Di rg.Gembala (minyak) mudika akan merasakan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan/penyertaan untuk perjuangan /tugas kepemimpinan dalam hidup ini.
38
Tabel 3.1.(sambungan) Ruang Cahaya
Seperti nama ruangannya, maka kondisi rg. Cahaya akan lebih banyak memanfaatkan cahaya langit sebagai penerangan (banyak pembukaan, open space) Ruang Cahaya ini digunakan sebagai kapel bersama para mudika dan anak-anak
Ruang Cahaya ini akan disimbolkan dengan lilin yang menyala yang merupakan simbol dari terang Kristus.
Ruang ini merupakan tahap terakhir dari pembinaan para mudika dan anak-anak. Di ruangan yang didominasi oleh lilin menyala ini menunjukkan kehadiran Krisus, Sang Terang, di tengah umat-Nya yang sedang berkumpul untuk berdoa.
Tabel 3.2. Program Ruang dan Jenis Kegiatan Anak-Anak
Nama Ruang Kondisi Ruang Simbol Liturgi Kegiatan
Ruang Kanak-Kanak Yesus
Sesuai dengan namanya maka ruangan ini harus menggambarkan jiwa anak-anak yang bahagia karena dapat datang kepada Yesus. Dilakukan dengan cara penataan interior yang menarik dan nyaman agar anak-anak tidak merasa bosan.
Ruangan ini akan tetap menggunakan simbol air untuk menggambarkan hubungan yang erat dengan fasilitas lainnya.
Ruangan ini adalah pusat dari kegiatan anak-anak, mulai dari belajar bernyanyi, Kitab Suci, menggambar, sampai pada kegiatan bermain bersama (=sekolah minggu).
Ruang Putra Altar
Ruangan ini khusus untuk anak-anak yang siap untuk melayani Tuhan. Kondisi ruangan sudah lebih khusyuk karena merupakan tahap pembinaan yang lebih serius.
Ruangan akan menggunakan simbol minyak seperti pada ruang Gembala pada mudika yang melambangkan pelayanan.
Di ruangan ini anak-anak yang ingin melayani Tuhan akan diberi pelatihan sebagai putra altar / misdinar.
39
Tabel 3.2.(sambungan) Ruang Cahaya
Kondisinya sama dengan Rg. Cahaya untuk para mudika
Ruangan ini akan disimbolkan dengan lilin yang menyala
Di dalam Rg. Cahaya, anak-anak akan diajak untuk bersekutu dalam doa kepada Kristus.
3.5.3. Rekapitulasi Luasan Ruang
Tabel 3.3.Rekapitulasi Luasan Ruang
Ruang Luas (m2)
GEREJA 1812.213
FASILITAS PENUNJANG GEREJA
1. Fasilitas Publik 1098.6586
a. Balai Paroki
b. Administrasi
c. Fasilitas umum
2. Fasilitas Privat 209.053
a. Rumah Pastor
b. Rumah Koster
FASILITAS MUDIKA & ANAK-ANAK 2255.053
1. Wadah Mudika
2. Wadah Anak-anak
3. Fasilitas pendukung
FASILITAS SERVICE 117.65
TOTAL 5492.6276
Untuk perhitungan luasan lahan parkir ditentukan dengan menggunakan
perbandingan / prosentase antara orang / jemaat yang datang ke gereja dengan
menggunakan mobil, sepeda motor, dan yang menggunakan kendaraan umum
maupun berjalan kaki.
Perbandingan tersebut yaitu:
- 55% jemaat menggunakan mobil (0.55x800=440 orang), diasumsikan 1 mobil
berisi 4 jemaat (440/4=110 mobil).
- 35% jemaat menggunakan sepeda motor (0.35x800=280 orang), diasumsikan
1 sepeda motor berisi 2 orang (280/2=140 sepeda motor).
40
- 10% jemaat menggunakan kendaraan umum (bemo, becak) dan berjalan kaki
(0.1x800=80orang).
Perbandingan tersebut di atas hanyalah asumsi / perkiraan bilamana
Gereja yang berkapasitas 800 jemaat ini dalam keadaan penuh.
3.6. Pola Penataan Massa bangunan
- Desain akhir sesuai dengan konsep / pemikiran awal bahwa proyek ini akan
berupa bangunan bermassa majemuk, yaitu terdiri dari bangunan Gereja, Balai
Serbaguna, Fasilitas Mudika + Anak-Anak, Fasilitas hunian, dan Fasilitas
Service (ME).
- Massa bangunan disusun secara radial / menyebar dengan titik pusatnya
adalah bangunan Gereja (Altar Gereja) dan kesan menyebar ini diperkuat pula
dengan penggunaan elemen air yang memancar ke empat titik sudut site. Hal
ini sesuai dengan konsep dasar yang ingin ditampilkan bahwa Hidup Baru
berawal dari Gereja dan menyebar ke seluruh fasilitas pendukungnya di dalam
site (fasilitas Mudika dan anak-anak, Balai Paroki, fasilitas umum, dan
fasilitas hunian) maupun di luar site. Jadi pola penataan massa yang bersifat
radial ini lebih disebabkan karena pengaruh konsep dasar Hidup Baru yang
ingin diwujudkan dalam desain.
Gambar 3.11. Pola Penataan Massa
Altar menghadap Timur
Elemen air didesain memancar
Entrance menghadap Barat
Pusat Hidup Baru dan menyebar ke seluruh site
Bangunan lain tertata secara radial dengan gereja sebagai pusat
41
- Massa bangunan utama, yaitu Gereja menghadap ke arah Timur – Barat,
dimana pintu masuk utama Gereja berada di sisi Barat dan altar Gereja berada
di sisi Timur, hal ini dipengaruhi oleh adanya paham / prinsip bahwa altar dari
sebuah Gereja Katolik harus berada di sisi sebelah Timur, dimana sebelah
Timur itu mulai jaman dahulu sampai sekarang diyakini sebagai arah
datangnya Kristus, Sangkakala, awal dari hari yang baru (pengaruh vernakular
Renaissance).
3.7. Bentuk Dan Penampilan Bangunan
- Bentuk dan penampilan bangunan, khususnya bangunan Gereja banyak
dipengaruhi oleh bentuk–bentuk dari arsitektur Renaissance sebagai
konsekuensi dari pendekatan vernakular Renaissance yang diambil.
- Bentuk denah yang dipilih untuk bangunan Gereja adalah perpaduan antara
denah salib (rectangular plan) dan denah sentral (centralized plan) yang
sangat populer pada masa Renaissance.
Gambar 3.12. Tampak Utara
- Untuk memberi kesan monumental / agung dari bangunan Gereja maka lantai
bangunan dinaikkan lebih tinggi dari bangunan lainnya, selain itu diciptakan
space / jarak yang cukup antara bangunan Gereja dengan bangunan lain di
sekitarnya.
Nave (R.umat) yang berbentuk persegi panjang (rectangular)
Altar gereja berbentuk lingkaran penuh (centralized)
42
- Secara keseluruhan bentuk dan penampilan bangunan baik bangunan Gereja
maupun bangunan lainnya dapat dikatakan sederhana tetapi indah (simplicity
is beautiful), tidak tampak adanya detil-detil yang rumit baik pada eksterior
maupun interior bangunan, lain halnya dengan jaman Gothic dimana detil-
detil sangatlah penting dan semua garis yang tergambar mempunyai maksud.
Pada masa Renaissance desain yang tercipta lebih bebas, tidak semua garis
yang tergambar harus bersifat struktural, bisa juga hanya berupa garis hias.
Gambar 3.13. Tampak Barat
3.8. Pola Penataan Ruang
- Untuk bangunan Gereja, hanya terdiri dari 3 ruangan penting yaitu: Ruang
umat (Nave, dan Transept), Altar, dan Sakristi. Untuk Nave berbentuk empat
persegi panjang karena bertujuan untuk mengantarkan umat menuju kepada
Altar, sedangkan untuk Transept (serambi) dan Sakristi berbentuk radial
dengan altar sebagai pusat untuk memperkuat kesan salib pada denah.
Tampak depan Gereja tidak terlihat rumit, lebih berkesan polos. Terlihat pemakaian elemen lengkung, pedimen, atap barrel dan kubah (Renaissance)
Adanya space antara gereja dengan bangunan lain, gereja dinaikkan 90 cm dari perkerasan Kesan Agung
43
Gambar 3.14. Denah Gereja
- Altar Gereja berbentuk lingkaran penuh, dimana penataan ruang di dalamnya
pun ditata secara radial (memusat dengan meja Altar sebagai pusat).
Gambar 3.15. Perspektif Altar Gereja
(Bird Eye View)
Gambar 3.16. Suasana Interior Gereja
Sakristi
Transept /serambi Transept/serambi
Altar, berbentuk lingkaran Nave/R. umat
Narthex/hall
Meja Altar
Babtistery Gong
Devosi Bunda Maria
Devosi Yesus Kristus
Tabernakel
Salib + Rose Window
Nave untuk mengan-tarkan umat menuju pada Altar.
Plafond Nave yang berbentuk lengkung, mengantarkan pada Altar yang berbentuk kubah.
44
- Untuk bangunan yang lainnya ( Balai Paroki, Fasilitas Mudika dan Anak-
anak, Rumah Pastor) penataan ruang di dalamnya ditata menurut segi
kebutuhan / efektifitas. Pada bangunan-bangunan ini masing-masing ruang
mempunyai tingkatan yang sama (tidak ada yang lebih dominan), sehingga
tidak dijumpai adanya ruangan yang memusat (sentral). Selain itu, bentuk dari
ruangan juga dipengaruhi oleh pola grid struktur yang digunakan.
Gambar 3.17. Denah Balai Paroki
+ Fasilitas Umum
3.9. Pola Struktur Dan Pemilihan Bahan Bangunan Yang Digunakan
- Struktur yang digunakan adalah sistim struktur rangka (kolom – balok) dengan
menggunakan material beton. Modul struktur / jarak antar kolom yang
digunakan adalah 6.00 M, karena bentang tersebut dianggap efektif untuk
material beton biasa (bukan prestressed). Alasan dari pemilihan material beton
untuk rangka kolom-balok lebih mengarah kepada segi estetika, karena
mengacu kepada jaman Renaissance dimana hampir semua bangunan
menggunakan beton.
- Struktur atap menggunakan sistim struktur atap Barrel sedangkan untuk atap
Gereja menggunakan sistim struktur Kubah (Dome) (keduanya meng-adopsi
dari bangunan-bangunan pada masa Renaissance), hanya saja material yang
digunakan adalah kuda-kuda rangka baja dan bukan beton bertulang. Jadi atap
kubah dan atap barrel pada desain akhir ini tidak menggunakan “struktur
Dome / Barrel murni “, melainkan menggunakan “struktur Busur (Arch) “dari
rangka baja. Hal ini dilakukan karena alasan ekonomis dan efisiensi, selain itu
dengan menggunakan rangka baja maka beban yang harus ditumpu oleh
Balai Paroki/ serbaguna
Fasilitas Umum + Mudika & anak-anak
45
kolom dan pondasi menjadi lebih ringan dibandingkan bila menggunakan
beton bertulang.
Gambar 3.18. Potongan B-B
Gambar 3.19. Potongan A-A
- Pada gambar di atas terlihat bahwa semua kuda-kuda atap menggunakan
rangka baja (baik yang berupa atap kubah, barrel, maupun pelana), sedangkan
gordingnya menggunakan gording baja kanal C, untuk bangunan Gereja
karena bentang antar kuda-kuda masih relatif besar maka digunakan gording
dari rangka baja.
- Untuk bangunan fasilitas Mudika dan Anak-anak terdiri dari 3 lantai. Adapun
sistem lantai yang digunakan adalah sistem balok dan plat. Sistem ini
menggunakan plat beton yang menumpang pada balok-balok beton bertulang.
Penggunaan sistem balok dan plat ini digunakan karena bentang bangunan
yang relatif kecil (6.00 x 6.00 M), sehingga tidak memerlukan suatu
penyelesaian khusus seperti penggunaan rib yang digunakan pada plat lantai
pada bentang yang lebih lebar.
Struktur busur rangka baja yang berbentuk kubah
Struktur busur rangka baja
46
3.10. Sistim Utilitas Bangunan
3.10.1. Sistim Air Bersih
Menggunakan sistim air UP FEET dengan pertimbangan karena
bangunan yang dilayani lebih dari satu massa (berjumlah 4 massa) dan letaknya
menyebar di dalam tapak. Apabila terjadi listrik mati maka diperlukan bantuan
genset untuk membantu (luasan genset akan diperhitungkan). Alasan lain dari
tidak digunakannya sistim tandon atas pada masing-masing bangunan karena
keterbatasan bentuk atap (atap lengkung, atap dome), sehingga akan mengganggu
penampilan bangunan secara keseluruhan.
Skema sistematis sistimnya dapat digambarkan sebangai berikut :
Adapun perhitungan dimensi tandon bawah adalah sebagai berikut :
GEREJA :
Untuk 1 hari : 800 x 10 = 8.000 ltr/hari
Untuk 1 jam : 8.000 : 2 = 4.000 ltr/jam
BALAI PAROKI :
Untuk 1 hari : 500 x 30 = 15.000 ltr/hari
Untuk 1 jam : 15.000 : = 3.000 ltr/jam
FASILITAS MUDIKA + ANAK-ANAK :
Untuk 1 hari : anak-anak :150 x 40 = 6.000 ltr/hari
Mudika : 300 x 50 = 15.000 ltr/hari
Meteran Tandon bawah Pompa utama
Bangunan terdekat (Balai Paroki)
Pompa pembantu
Bangunan lain (Fas. Umum, Gereja, rumah pastor)
47
Untuk 1 jam : anak-anak : 6.000 : 5 = 1.200 ltr/jam
Mudika : 15.000 : 6 = 2.500 ltr/jam
KAFETARIA :
Untuk 1 hari : 150 x 30 = 4.500 ltr/hari
Untuk 1 jam : 4.500 : 5 = 900 ltr/jam
KANTOR ADMINISTRASI :
Untuk 1 hari : 40 x 100 = 4.000 ltr/hari
Untuk 1 jam : 4000 : 8 = 500 ltr/jam
RUMAH PASTOR :
Untuk 1 hari : 4 x 180 = 720 ltr/hari
Untuk 1 jam : 720 : 10 = 72 ltr/jam
Kebutuhan Air Bersih Total 1 hari = 53.220 ltr/hari
Dimensi Tandon Bawah :
= Jumlah total air – air 1 jam kebutuhan
= 53.220 liter – 12.172 liter
= 41.048 liter + cadangan 50 %
= 41.048 + 20.524
= 61.572 liter = 61, 572 M3
Jadi dimensi tandon bawah = 4,5 x 4,5 x 3,5 M
3.10.2. Sistim Air Kotor Dan Kotoran
Air kotor dan kotoran dibuang ke septic tank dan sumur resapan, dan
direncanakan pengurasannya setiap 10 tahun sekali dengan kemampuan serap
tanah 10 cm/15 mnt. Masing-masing massa memiliki septic tank dan sumur
resapan sendiri-sendiri karena letak dari massa-massa tersebut saling berjauhan,
akan menjadi tidak efektif kalau menggunakan septic tank terpusat. Pada
bangunan Gereja dan Balai Paroki, letak dari kamar mandi /WC pada 2 area yang
saling berjauhan maka masing-masing area tersebut juga memiliki septic tank dan
sumur resapan sendiri.
48
3.10.3. Sistim AC (Penghawaan Buatan)
Sistim AC yang digunakan pada bangunan ini adalah sistim AC VRF
dimana sistim kerjanya hampir sama dengan sistim AC split (mempunyai indoor
dan outdoor unit), tetapi bedanya dalam sistim ini 1 outdoor unit bisa melayani
hingga 16 indoor unit.
Alasan dipakainya sistim ini adalah :
- Dari segi estetika lebih menguntungkan karena outdoor unit yang dibutuhkan
tidak banyak (tidak mengganggu tampilan tampak).
- Dari segi efisiensi, sistim ini lebih cocok dipakai daripada sistim sentral
(ducting) karena tidak semua ruangan membutuhkan / menggunakan AC
(hanya kelas-kelas mudika dan anak-anak, balai paroki), bukan full AC
sehingga dapat diatur / dinyalakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Apabila
digunakan sistim sentral maka akan terjadi pemborosan karena semua ruangan
akan terlayani secara otomatis.
3.10.4. Sistim Pembuangan Air Hujan
Air hujan dibuang dari talang (talang diletakkan di kolom, dibungkus
gypsum water resistant), dari talang ditampung di bak kontrol kemudian dibuang
ke selokan (kolam dalam tapak) lalu ke saluran kota.
Atap
Talang penampung
Talang vertikal
Bak kontrol
Selokan, kolam
Saluran kota
49
3.10.5. Sistim Pembuangan Sampah
Sampah dibuang ke tong sampah yang ada di setiap bangunan kemudian
diangkut oleh gerobak pengangkut sampah dan dibuang ke tempat pembuangan
sementara bangunan. Sampah-sampah yang terkumpul tidak akan berjumlah
terlalu banyak setiap harinya, selain itu tidak ada sampah yang membutuhkan
penanganan khusus (tidak ada yang bersifat racun) jadi lebih mudah
penanganannya.