TOKOH DAN KARAKTER
1. AULIA KHOIRUNNISA sebagai Livia
Livia adalah seorang cewek yang kalem, pendiam, nggak banyak
tingkah dan gaya. Livia sebagai teman Aurel dan Hanaf. Seiring
berjalannya waktu ia memiliki rasa kepada Hanaf. Apapun yang terjadi
dengan Hanaf, Livia selalu berada di dekat Hanaf.
2. AULIA WULAN P sebagai Adya
Adya adalah sahabat Riby, bisa dikatakan mereka pasangan paling jail
di sekolah. Karena ada saja akalnya untuk mengerjai teman-temannya.
Adya sebenarnya anak yang baik, hanya kejailannya itu yang membuat
dirinya sering bermasalah dengan BP.
3. DEWI RESTU TRI W sebagai Aurel
Aurel adalah adik kandung Riby. Anak yang baik, lugu, ceria, dan
berhati mulia. Ia bosan dengan kehidupannya yang monoton seperti itu,
oleh karena itu ia mengikuti semua gaya hidup kakaknya yang kurang
baik.
4. M. REZA sebagai Hanaf
Hanaf adalah siswa baru di sekolah, datang dari Bandung dan langsung
mendapat “sambutan” dari teman-temannya. Sosoknya yang irit
berbicara kadang membuat teman-teman beranggapan bahwa ia anak
sombong. Hanaf menaruh hati pada Riby, walaupun sering dibentak-
bentak olehnya.
5. OKTAVIA ERIASTUTI sebagai Riby
Riby adalah anak yang baik, pintar, sering mendapat juara mata
pelajaran. Tingkah lakunya menjadi seperti itu lantaran ia kehilangan
kasih sayang dari orang tuanya. Abah lebih mengunggulkan Aurel sebagai
anak kebanggaan. Alhasil, Riby menjadi seorang anak yang bandel.
6. REZZA HARI sebagai Pak Bendot & Abah
Pak Bendot adalah guru BP sekaligus walikelasAurel. Sebagai guru BP,
Pak Bendot mempunyai watak yang tegas namun penyabar. Banyaknya
siswa-siswi bemasalah di seklah beliau hadapi dengan penuh sabar.
Abah mempunyai anak Riby dan Aurel. Ia menjadi single parent
semenjak Mama meninggal dunia. Namun kasih sayang yang ia berikan
kepada kedua anaknya kurang adil, sehingga salah seorang anaknya
merasa dikucilkan.
1
ADEGAN 1
Riby sebenarnya adalah sosok yang baik, siswi berprestasi, disiplin,
dan patuh terhadap peraturan. Namun semenjak persoalan dalam
keluarganya muncul, kelakuannya baik di sekolah maupun di rumah
mengalami perubahan pesat. Selama ini Riby merasa tak ada gunanya ia
hidup, karena ia selalu dibanding-bandingkan dengan Aurel, sang adik
yang baru duduk di kelas X.
Apapun yang dilakukan Riby untuk membuat Mamanya bangga
tetap sia-sia sebab Abah selalu menganggap rendah Riby. Tidak ada lagi
seorang yang mau memperhatikannya setelah Mama meninggal tahun
lalu. Segala sesuatu bersifat kekerasan ia lakukan dan lampiaskan kepada
semua orang yang ada di sekitarnya Akibatnya Riby menjadi anak bandel
yang suka keluar malam pulang pagi, sering membuat kehebohan di
sekolah, menjadi pelanggan tetap ke ruang BP, dan suka marah-marah
terhadap setiap orang.
Terlebih lagi Riby berteman dengan Adya. Kejahilannya itu sudah
dikenal seluruh siswa di sekolah. Apalagi jika ada anak baru seperti hari
ini. Pagi itu Pak Ben, wali kelas Adya dan Riby memperkenalkan Hanaf,
anak baru pindahan dari Bandung. Melihat penampilan Hanaf bisa
dikatakan unik dan aneh. Nggak salah para siswa menilai Hanaf sebagai
‘si anak aneh dari planet luar.’
Dengan kacamata tebal dan besar, serta selalu memakai syal
kemanapun ia pergi membuat orang-orang yang melihatnya walaupun
sekilas sudah pasti menahan hasrat ingin ketawa. Yah, itulah Hanaf. Ada
keturunan darah Arab dari Ayahnya membuat ia tak jarang dipanggil ‘Onta
Arab’ oleh teman-teman cowoknya.
Meskipun sudah begitu banyak dan sering ia terima hinaan dari
teman-teman, namun Hanaf tetap cool dan santai saja menghadapi
semuanya. Cukup dengan tersenyum dan mengangguk ia menjawab
ejekan mereka.
Sosoknya yang pendiam dan malas untuk mengeluarkan suara
membuat banyak siswa mengira kalau Hanaf itu sombong, sok cool, sok
kecakepan, dan lain-lain.
2
Sampai suatu hari ia dihadapkan dengan situasi yang
menegangkan. Siswa siswi di SMABASA lebih memilih nggak mendekati
mereka deh, sebab kejailan dua anak manusia ini nggak pernah ada yang
dapat menghentikan. Apalagi kalau mereka baru dalam keadaan bad
mood. Bisa gawat situasinya.
Nggak sengaja Hanaf menabrak tangan Riby yang sedang diperban
karena patah, sehinga Riby jatuh terbentur kursi.
Riby : (mengaduh kesakitan) “Aduh. Nggak punya mata ya? Koridor
seluas gini masih aja nabrak!
Hanaf : (bingung) “Maaf, aku nggak sengaja”
Riby : (membentak, berusaha untuk berdiri) “Maaf? Seenak jidat lo
ngomong maaf. Lihat nih tangan gue!”
Hanaf : (mengangkat tubuh Riby untuk membantu berdiri) “Oh iya,
sini biar aku Bantu kamu berdiri”
Riby : (menolak dengan ketus) “Nggak usah! Hiiyh, bisa kena virus Onta
gue!”
Riby : “Heh, kalau niat bentuin yang bener donk!”
Hanaf : (ketakutan, menunduk) “Sekali lagi aku minta maaf ya,
beneran aku nggak sengaja”
Riby : (melotot sambil membetulkan posisi tangannya) “Udah ah, siapa
suruh lo ngomong?”
Riby : “Lo anak baru kan? Darimana asal lo?”
Hanaf : “Iya, aku baru disini pindah dari Bandung”
Riby : (mengangguk-angguk meneliti setiap jengkal tubuh Hanaf dari
atas sampai bawah) “Oh kirain dari Arab, mirip Onta sih. Haha..”
Hanaf : (tersenyum)
Riby : (mengejek, pergi meningalkan Hanaf) “ngapain lo senyum-
senyum? Ngarasa ganteng lo?”
ADEGAN 2
Pagi itu saat memasuki jam pelajaran kedua, Adya diminta tolong
oleh Guru Matematika untuk mengambil buku tugas di ruang guru.
Suasana koridor sekolah cukup sepi karena saat itu semua siswa sedang
mengikuti pelajaran di kelas masing-masing. Hanya segelintir siswa yang
berjalan disana. Entah itu menuju ke WC atau kemanapun. Adya berjalan
berhati-heti menjaga keseimbangan supaya buku-buku yang ia bawa tidak
3
terjatuh. Namun apa yang terjadi? Seseorang menabraknya hingga buku-
buku itu jatuh berserakan.
Adya : (Buku-buku jatuh berserakan) “Yah, bego banget sih lo!
Hanaf : (jongkok membereskan buku-buku) “Maaf, aku kurang hati-
hati jalannya”
Adya : (memerintah layaknya seorang majikan) “Bagus lo nyadar! Buruan
beresin trus bawa ke kelas gue”
Livia : (datang menghampiri Hanaf) “Hanaf kamu baru ngapain? Sini biar
aku bantu”
Hanaf : (kaget melihat kehadiran Livia) “Eh Livia, nggak usah repot-
repot, aku bisa sendiri kok”
Livia : (menatap Hanaf) “Udah, nggak apa-apa lagi. Tadi aku lihat Adya
marah-marah sama kamu, kenapa?”
Hanaf : “Oh tadi. Iya soalnya aku kurang hati-hati jalannya. Jadi nggak
sengaja menabrak Adya. Padahal tadi pagi aku baru aja nabrak Riby juga”
Livia : (melirik dengan senyum penuh arti) “Wah hobi kamu nabrak orang
donk”
Nggak terasa obrolan yang begitu asik sudah mengahntarkan
mereka sampai di depan kelas Adya.
Adya : “Hey, lihat deh si Onta baik yah mau nganterin buku-buku kita.
Yuk kita say thank you buat mereka”
Siswa-siswi : “Thank you Onta….”
Hanaf : (seketika merasa malu dan meninggalkan ruangan itu)
Livia : (menyusul Hanaf) “Hanaf tunggu!”
Livia : “Kamu sabar ya. Adya memang begitu orangnya. Nggak jauh beda
sama Riby”
Hanaf : “memang mereka kayak gitu ya dari dulu?”
Livia : “Kalau Adya sih sejak pertama lihat dunia udah kayak gitu. Kalau
Riby nggak tahu deh, kayaknya gara-gara problem gitu”
ADEGAN 3
Malam hari di runah Riby dan Aurel. Riby baru saja membuat
setangkup roti dengan selai stroberi. Ia dengan semangat hendak menuju
kamarnya. Rencananya akan ia nikmati sembari belajar. Tapi tiba-tiba
nafsu makannya hilang ketika melihat keakraban yang dilakukan Abah
terhadap Aurel, adiknya.
4
Abah : (duduk di karpet sambil membaca koran) “Aurel,kamu harus
sekolah yang pinter ya, Mama Cuma bisa menaruh harapan besar sama
kamu”
Aurel : (duduk duduk di samping Abah sambil bermain Hp-Hpnya) “Iya
Bah, tapi kenapa cuma Aurel? Kan Ka’Riby juga pinter, sering dapat juara
lagi”
Abah : “Ah, kakak kamu itu nggak pernah mikirin pelajaran, kerjaannya
cuma keluar malam terus”
Riby : (tersenyum tipis)
ADEGAN 4
Riby sangat menyayangi adiknya, Aurel. Ia tak segan untuk
membantu Aurel ketika ada kesulitan belajar atau apapun. Suatu malam,
Riby berniat untuk mengobrol dengan Aurel di kamarnya seusai belajar.
Riby : (mengetuk pintu) “Aurel, boleh masuk?”
Aurel : (tersenyum) “Oh Kak Riby, masuk aja.”
Riby : (menghampiri Aurel) “Baru belajar apa nih?”
Aurel : (menunjuk soal) “Belajar kimia, Kak. Bisa tolong Bantu ngerjain
soal ini nggak?”
Riby : (menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya) “Oh sini aku
bantuin. Jadi gini…”
Aurel : (membereskan buku) “Wah ternyata gampang ya, Kak. Thank
you. Eh Kak mumpung ada di sini nih, ajarin aku jadi anak gaul donk.”
Riby : (kaget tak percaya) “Hah? Serius Rel? Jadi orang tu be your self
aja.”
Aurel : Yah Kak Riby, please donk. Capek nih jadi anak cupu.”
Riby : Ternyata adek gue bandel juga. Hehe..”
Riby mulai mengajari Aurel dari cara berbicara, kata ‘aku’ diganti
‘gue dan kata ‘kamu’ diganti ‘loe’.
ADEGAN 5
Livia bertandang ke rumah Aurel untuk meminjam buku catatan
Aurel.
5
Livia : (mengetuk pintu) “Aurel..Aurel..”
Aurel : (membuka pintu) “Eh, Livia, yuk masuk”
Livia : “Rel, aku pinjem PR kimia kamu dong.”
Aurel : (menyerahkan buku) “Oh nih!”
Livia : “Sip”
Aurel : “Liv, kamu… eh maksudnya loe tahu nggak?”
Livia : (memotong pembicaraan) “tunggu, tunggu, kamu tadi bilang apa?
Loe? Kok tumben kamu pakai kata itu?”
Aurel : “Gue kan pengen belajar gaul. Bosen jadi anak cupu.”
Livia : (bingung, mengangguk-angguk) “Hmm..Gaul ya?”
Livia : “Oh ya udah, Rel. aku pulang dulu ya. Makasiih”
ADEGAN 6
Hari itu Sabtu sore. Seperti kegiatan anak muda pada umumnya
kalau Hari Sabtu jadwalnya pergi bersama teman-teman. Biasanya pukul
17.00 tempat-tampat hiburan di pusat kota sudah ramai dipenuhi muda-
mudi. Riby kala itu tengah bersiap-siap untuk berpamitan pada Abahnya.
Riby : (mencium tangan) “Bah, Riby pergi dulu ya.”
Abah : (mengulurkan tangan dengan berat hati) “Ya, jangan pulang
kemalaman lagi ah. Anak perempuan nggak baik pulang jam segitu.”
Riby : (hendak meninggalkan rumah) “Iya, Bah.”
Aurel : (melongok dari kamar) “Kak Riby mau kemana? Ikut dong.”
Riby : (berhenti, menengok kea rah Aurel) “Biasa, mau ngumpul sama
anak-anak. Beneran mau ikut?”
Aurel : (menoleh kea rah Mama) “Boleh kan, Ma?”
Abah : (diam sejenak) “Boleh tapi hati-hati ya.”
Riby : (kembali masuk kamar) “Ya udah ganti baju sana.”
Aurel : “Oke deh!”
ADEGAN 7
Dengan berat hati Abah melepas kepergian Aurel bersama Riby.
Sore itu Riby mengajak Aurel untuk ke tempat teman-temannya
nongkrong bersama anak-anak geng motor. Teman-teman Riby sudah
menunggu kedatangannya di tepi jalan.
Aurel : (memandang ke sekeliling jalan) “Rame juga ya, Kak”
6
Riby : (menuju ke meja teman-teman) “Iyalah, namanya juga weekend.
Yuk gabung sama temen-temen gue.”
(setelah beberapa lama mengobrol)
Aurel : (duduk di atas motor) “Wah, Kak. Temen-temen loe asik banget
ya. Ternyata keluar rumah gini enak juga.”
Riby : (senyum mengangguk)
Riby : (dalam hati) “Nggak nyagka adek gue cepet berubah. Kenapa loe
jadi kayak gini, Rel?”
Riby : (menarik tangan Aurel) “Rel, balik yuk. Ntar loe dicari Abah.”
Aurel : (melihat jam tangan) “Sebentar dong, Kak. Masih jam berapa nih?
Gue pengen liat temen-temen loe nge-track”
Riby : “Aurel, ntar kalau ada apa-apa sama loe, gue yang kena omel
Abah.”
Kemudian Riby berusaha memenuhi keinginan adiknya itu, Aurel
ingin melihat teman-temannya beraksi balapan motor.
Setelah puas melihat aksi teman-teman Riby, ia dan Rby pun
segera pulang ke rumah.
Aurel : (berdiri dengan malas) “Ok deh, gue cabut dulu ya bro.”
Riby : (melambaikan tangan) “Duluan ya guys.”
ADEGAN 8
Setelah Riby pergi dengan Aurel pada Sabtu lalu, kini Aurel
mendadak berubah total. Riby cemas dengan tingkah Aurel yang selalu
mengikuti kemanapun Riby pergi dan bertemu dengan teman-temannya
akan berdampak buruk untuk masa depan Aurel.
Riby : (duduk, menerima botol dari Adya) “Gue takut ntar Aurel masuk
ke pergaulan yang salah, Ya.”
Adya : (mengaduk-aduk minuman) “Emang Aurel kenapa, By?”
Riby : (ekspresi meyakinkan, serius) “Sekarang dia pengen jadi anak
gaul. Weekwnd kemarin dia ikut gue nongkrong sama anak-anak. Dan loe
bisa liat kan gimana cara bicara dia?”
Adya : (mengangguk-angguk) “Hhmm.. gue ngerti.”
Riby dan Adya berjalan di koridor sekolah.
Pak Ben: (melambaikan tangan) “Riby, kemari sebentar.”
Riby : (berjalan menuju kursi koridor) “Ada apa, Pak?”
7
Pak Ben: (serius) “Sudah beberapa hari ini saya memperhatikan Aurel
banyak perubahan negative yang ia alami. Sering tidak mengumpulkan
tugas dan tidak disiplin waktu. Ada apa sebenarnya?”
Riby : “Ng, saya juga kurang tahu, Pak. Nanti saya coba tanyakan ke
Aurel.”
Pak Ben: (menepuk bahu Riby) “Oke, berikan perhatian pada Aurel ya.”
Riby : (menjabat tangan) “Baik, Pak.”
ADEGAN 9
Perasaan aneh tak jua hanya dirasakan oleh Pak Bendot dan Riby.
Livia teman dekatnya pun mereasakan hal yang sama. Livia menghampiri
Riby yang sedang duduk sendiri di kursi koridor sekolah pada jam istirahat
Livia : (duduk di depan Riby) “Kak Riby, Aurel kenapa sih?”
Riby :(melipat tangan di atas meja) “Itu dia, Liv. Dia kemarin minta aku
ajarin caranya jadi anak gaul. Aurel juga mulai ikut kemanapun gue pergi,
pulangnya pun sampai larut malam.”
Livia : (menatap penuh tanya) “Ya ampun. Aurel juga kenapa sih pengen
jadi anak gaul segala?”
Riby : “Padahal gue udah bilang ke dia, be your self aja. Nggak perlu
ngikutin orang lain.”
Livia : “Trus gimana nih, Kak?”
Riby : (menatap dengan pandangan kosong) “Gue juga bingung, Liv. Gue
nggak pengen Aurel ketularan sifat gue yang bandel ini.gue juga nggak
pengen buat kecewa nyokap karena perubahan sikap Agis sekarang.”
Livia : (jari di depan bibir) “Iya, apalagi selama ini Agis menjadi
kebanggaan tante ya? Ups, sorry, Kak.”
Riby : “Memang, kamu benar. Karena itu gue nggak ingin agis seperti
ini.”
Livia : (menepuk bahu Riby) “Nanti aku coba ngomong sama Aurel deh.”
Riby : (merangkul Livia) “Makasih banget ya, Liv.”
ADEGAN 10
Riby tak tahan lagi dengan sikap Aurel yang seperti itu. Lalu ia
bergegas menuju kamar Aurel. Awalnya Riby ingin berbicara dengan
halus, tapi apa daya, emosi sudah mengepul di kepala. Ia luapkan
8
semuanya ketika berada di kamar Aurel yang kala itu sedang membaca
novel di kasur.
Riby : (marah, membentak) “Aurel cukup! Stop ini semua! Mulai hari ini
gue nggak mau denger lo ngomong pake kata ‘gue’ dan ‘loe’.”
Aurel : (bingung) “Loh kenapa, Kak?”
Riby : “Satu lagi. Loe nggak boleh ikut kemanapun gue pergi, jangan ikut
campur urusan gue!”
Aurel : (kaget, penuh kebingungan) “I..Iya tapi kenapa, Kak?”
Riby : (pergi membanting pintu) “Ah.. diam loe!”
ADEGAN 11
Sikap Riby tak bisa Aurel terima dengan mudah. Aurel nggak terima
kalau Riby bisa seenaknya melarang untuk berbuat seperti itu. Sejak
perjalanan menuju sekolah hingga di sekolah hawa tidak menyenangkan
terpancar di raut wajah Aurel. Teman-temannya pun jadi terkena omelan
sama Aurel.
Aurel : (meminta dengan ketus) “Pinjem PR lo!”
Livia : (memberikan buku) “Ini, buruan Rel. Bel masuk udah bunyi.”
Aurel : (ketus) “Ah, berisik loe!”
Livia : (berbisik) “Agis kenapa sih?”
Pelajaran sudah mulai.
Pak Ben: “Aurel! Lagi-lagi kamu tidak mengerjakan tugas!”
Aurel : (diam tertunduk)
Pak Ben: (menatap, berjalan meninggalkan) “Selepas pelajaran ikut saya
ke BP.”
ADEGAN 12
Aurel memenuhi panggilan Pak Bendot untuk datang ke ruang BP
kerena masalah tadi pagi. Sebagai guru BP Pak Bendot wajib mengetahui
penyebab anak didinya berubah menjadi seperti itu.
Mengetahui kalau Aurel berada di ruang BP, Riby langsung
menyusul beberapa saat kemudian.
9
Pak Ben: “Kamu kenapa, Aurel? Mana sosok kamu yang dulu? Agis yang
rajin mengerjakan PR dan disiplin?”
Aurel : (menunduk) “Saya ada masalah keluarga, Pak.”
Pak Ben: (pandangan menelisik) “Benar begitu? Saya hanya memnberi
saran, jangan sampai masalah keluarga kamu memberi dampak yang
kurang baik dengan proses belajarmu.”
Riby masuk ruang BP.
Riby : (membuka pintu) “Selamat siang, Pak.”
Pak Ben: (tersenyum) “Siang, Riby. Silakan masuk.”
Riby : (mendekati meja Pak Bendot) “Maaf Pak. Boleh saya berbicara
empat mata dengan Aurel?”
Pak Ben: “Oh silakan. Saya akan meninggalkan kalian berdua di sini.”
Riby :”Terima kasih, Pak.”
Pak Ben: (beranjak berdiri) “Sama-sama. Selesaikan masalahmu dengan
Aurel.”
ADEGAN 13
Riby kembali meluapkan emosi yang masih tersisa kepada Auerl.
Untung saja di dalam ruang BP saat ini hanya mereka berdua. Jadi tak kan
ada orang yang terganggu dengan bentakan, teriakan, dan gebrakan dari
keduanya.
Riby : (sedikit membentak) “Kenapa lagi loe?”
Aurel : (datar) “Nggak ngerjain tugas.”
Riby : “Kan udah gue bilang. Jangan kayak gitu lagi. Ngerti nggak juga
loe?”
Aurel : (mendongak) “Kak! Aku ini juga manusia. Terserah aku dong mau
berbuat apa!”
Riby : “Tapi yang loe perbuat itu nggak bener, Rel!”
Aurel : (nada meninggi) “Sekarang gue tanya. Kenapa gue dilarang pake
kata ‘gue’ dan ‘loe’? kenapa gue nggak boleh ikut kemana loe pergi? Gue
kan pengen ngrasain suasana malam, Kak.”
Riby : (sedikit melunak) “Agis, dari pertama gue udah katakana ke loe.
Be your self! Nggak usah ikut-ikutan orang lain. Lo satu-satunya anak
kebanggaan Mama. Gue nggak ingin merusak diri loe yang udah baik.”
Aurel : (berusaha memotong pembicaraan) “Tapi Kak!”
Riby : (ketus) “Tapi apa? Buktinya udah kelihatan kan? Lo jadi males dan
nggak disiplin.”
10
Aurel : (menunjuk Riby) “Kak Riby curang! Kenapa cuma kakak yang
boleh menikmati hal-hal yang menurut kakak itu buruk buat aku?”
Riby : (menunduk, memegang bahu Aurel) “Agis, cob aloe dengerin gue.
Pertama, karena gue sangat menyanyangi loe. Gue nggak mau loe ikut-
ikutan di dunia gue yang gelap ini. Lo punya masa depan yang cerah, Gis.
Jangan kecewain Mama. Mama begitu membenggakan loe, Rel.”
Aurel : (terharu menitikkan air mata) “Kak Riby, aku nggak nyangka
kakak care banget sama aku. Tapi aku mau berubah dengan satu syarat.”
Riby : (bingung) “Apa?”
Aurel : “Kakak juga harus merubah sikap kakak dan nggak lagi keluar
malam pulang pagi.”
Riby : (diam berpikir) “Oke deh”
Aurel : (mengacungkan 2 jari) “Janji?”
Riby : (mengacungkan 2 jari) “Janji.”
Aurel : (memeluk Riby) “Makasih, Kak.”
Riby : (memeluk Aurel) “Sama-sama.”
ADEGAN 14
Lega rasanya Aurel sudah baikan sama Riby. Situasi di rumah sudah
seperti sedia kala. Namun ada satu hal yang mengganjal perasaan Aurel,
yaitu sikap Mama yang masih dingin terhadap Riby. Malam itu Aurel
menceritakan rencananya untuk mendamaikan Abah dengan Riby kepada
Livia.
ADEGAN 15
Aurel : “Halo, Lip. Ini teh Lipia?”
Livia : “Iya, Rel. ada apa?”
Aurel : “Lip, aku mau curhat nih!”
Livia : “Curhat apa Rel?”
Aurel : “Kiyeu Lip, urang teh boga misi nu gedeee jeung pentiiiing pisan.”
(secara spontan ia berbicara dengan logat sunda, ia lupa bahwa Livia tidak
mengerti perkataannya)
Livia : “Misi apa, Rel?”
Aurel : “Jadi kiyeu, urang teh rek ngadamaikeun Abah jeung Kak Riby. Pan
maneh nyaho sorangan mun Abah jeung Kak Riby teh teu pati damai. Ai
menurut maneh kumaha Lip?”
Livia : “kamu ngomong apa sih, Rel?”
11
Aurel : “aduh, jadi gini, Lip. Aku teh punya misi buat ngedamai-in Abah
sama Kak Riby, ‘kan kamu tau sendiri hubungan mereka teh nggak baik.”
Livia : “Umh, gitu. Terus caranya gimana Rel?”
Aurel : “Jadi kiyeu, isukan urang rek ngajak eta si Abah jeung Kak Riby ka
kape shop. Tapi manehna teu nyaho mun rek papanggihan di ditu.”
Livia : “oh, gitu ya. Oke lah!”
Aurel : “Ya udah atuh, Tararengkyu nya Lip.”
Livia : “Oke, Rel.”
Aurel benar-benar merancang rencananya dengan sangat rapi,
sehingga belum terbongkar oleh siapapun kecuali Livia. Siang hari selepas
pulang sekolah Aurel masuk ke kamar Riby untuk memeberitahu bahwa ia
ingin nongkrong di coffee shop.
Aurel : (menghampiri Riby) “Kak, besok ke coffee shop yuk”
Riby : (melirik heran) “Ng? Ngapain, Rel?”
Aurel : (tersenyum, membuka buku-buku) “Ya, refreshing aja. Ada coffee
shop baru lho”
Riby : (melanjutkan menulis) “Oke, jam berapa?”
Aurel : Jam 10-an aja. Tapi kita nggak berangkat bareng ya. Aku ada janji
sebentar sama Livia”
RIby : “Tapi jangan lama-lama, ntar gw kayak orang bego lagi sendirian
di sana”
Aurel : (pergi,melambaikan tangan) “Sip deh. Makasih ya. Daah..”
Riby : “Hmm..”
Malam harinya…
Aurel : (mengetuk pintu) “Ma?”
Abah : (tersenyum) “Ya, Rel? masuk aja”
Aurel : (menghampiri Mama) Baru sibuk, Bah?”
Abah : membaca dokumen-dokumen) “Oh nggak. Kenapa, Rel?”
Aurel : (duduk di samping Abah) “besok temenin ke coffee shop yuk”
Abah : (berhenti SMS-an) “Wah, Abah ada rapat besok”
Aurel : (memohon) “Yah, Cuma bentar. Tempat baru lo, Bah”
Abah : “Jam berapa?”
Aurel : (tersenyum) “Sekitar jam 10-an deh”
Abah : “Mama usahain ya”
Aurel : (memeluk Mama) “Makasih Ma”
12
Abah : “Iya Aurel”
ADEGAN 16
Hari ini merupakan hari dimana misi Aurel dilaksanakan. Ia dan
Livia terus berkomunuikasi demi kelancaran misi. Aurel bersemangat
banget akan hal ini, ia ngak ingin rencana mulia yang ia susun gagal.
Abah sudah datang lebih dulu. Ia menunggu di luar Coffe shop.
Duduk di atas motornya sambil menunggu Aurel. Aurel dan Livia sudah
mengintai dari seberang coffee shop sejak 30 menit yang lalu, walaupubn
terhalang oleh kendaraan yang melintas, yang penting bisa mengintai lah.
Tiba-tiba Abah menelpon Aurel menanyakan dimana keberadaannya
sekarang.
Aurel : (menerima telpon sambil mengawasi) “Halo, Bah”
Abah : “Kamu dimana Rel?”
Aurel : (was-was, tergagap) “Ng..Ini baru nganterin Livia sebentar, Bah”
Abah : (memandang keluar) “Oh, Abah udah nyampe nih”
Aurel : “Iya Bah. Tunggu sebentar ya”
Abah : (mengakiri percakapan) “Ya”
Aurel : “Duh, Ka’Riby mana nih?”
Livia : (menunjuk) “Eh, itu Ka’Riby baru di parkiran”
Aurel “Oh iya Ka’Riby”
ADEGAN 17
Aurel lega banget akhirnya Abah dan Riby memenuhi undangannya
siang itu. Ia girang sekali karena mulai nanti hubungan Abah dan Riby
akan membaik. Aurel sudah menantikan momen yang paing indah ini.
Menyaksikan keharmonisan dalam keluarganya.
Abah kaget ketika melihat sosok Riby masuk ke dalam coffee shop
yang sama. Begitupun Riby, ia kaget saat mendapati sosok seseorang
yang sedang menyeruput secangkir kopi itu adalah mamanya.
Abah : Riby? Ngapain ya kesini?”
Riby : Mama? Ada apa ya kokm disini juga?”
Riby : (menghampiri Mama) “Lho, Ma. Nungguin siapa?”
Abah : (dingin) “Nungguin teman Mama. Kamu ngapain?”
Riby : (tersenyum) “Sama kalau gitu. Aku juga janjian sama temen di
sini”
13
Entah mengapa Abah dan Riby saling merahasiakan ‘teman’ yang
mereka sebuutkan. Selama 10 menit Abah dan Riby bak orang yang
sedang musuhan. Saling diam, tak menatap, dan tak merespon satu sama
lain. Mereka sama-sama mengalihkan pandangan ke luar, melihat lalu
lalang kendaraan.
Riby : (dalam hati, kesal) “Aurel!! Jangan bilang kalau ini rencana lo!!”
Abah : (dalam hati, raut berpikir) “Jangan-jangan ini rencana Aurel buat
pertemuklan aku sama Riby”
Aurel terlihat oleh keduanya sedang ada di seberang coffee shop. Terlihat
sumringah sekali senyum yang terpancar di bibir Aurel. Seperti anak kecil
yang baru saja mendapat hadiah dari orang tuanya.
ADEGAN 18
Bersamaan melihat Aurel, Riby dan Abah langsung bertolak
belakang posisi duduknya. Hening kembali suasana di meja Riby dan
Mama. Padahal pengunjung yang datang tidaklah hanya mereka berdua.
Hingga suasana hening dikagetkan dengan benturan keras di jalan raya.
Semua rasa itu telah menghilangkan konsentrasi dan kewaspadaan
Aurel terhadap apa pun di sekitarnya. Fokus pada misi yang ia
rencanakan, ia benar-benar tenggelam dalam semua rasa yang telah
mengepungnya begitu lama itu. Tidak dipedulikannya hal lain. tidak juga
pengemudi kendaraan yang memanfaatkan kelengangan dengan
langsung menambah kecepatan. Sama sekali tak di duganya bahwa
seseorang akan muncul begitu saja dari antara mobil yang terparkir di
pinggir jalan. Seorang anak muda yang tersenyum girang kemudian
menyeberang tanpa menoleh kiri dan kanan. Rem mobil berdecit sia-sia.
Semua bisa mendengar kerasnya bunyi hantaman itu. Logam yang beradu
dengan daging dan tulang. Hanya beberapa detik. Tidak ada yang bisa
dilakukan. Orang-orang hanya sempat tersentak. Menatap dengan mata
terbelalak dan mulut ternganga.
Tubuh Aurel rebah. Tanpa sempat mengeluarkjan sedikitpun suara.
Darah mengalir. Handphone dalam genggamannya menghantam aspal
14
jalan dengan keras. Kejadian yang begitu singkat tadi membuat Riby dan
Mama tercengang. Kaget seketika. Kemudian langsung berlari menuju
tempat kejadian saat mengetahui kalau sosok itu adalah anak
kebanggaan Mama dan adik kesayangan Riby.
Segera saja Livia menelfon Riby untuk mengabari berita itu.
Riby : “APAAA??!”
ADEGAN 19
Abah terduduk di sofa dengan pandangan kosong. Seseorang
muncul dari sela daun pintu.
Riby : (berjalan menghampiri Abah dan duduk di sampingnya) “Bah,
udah jangan sedih lagi!”
Abah : (diam dengan pandangan kosong. Pergi meninggalkan Riby)
ADEGAN 20
Kematian Aurel sangat menyesakkan untuk Abah dan Riby karena
Aurel peregi meninggalkan mereka begitu cepat. Abah menyadari niat
Aurel begitu tulus untuk mempertemukannya dengan Riby, tapi Abah
belum bisa menerima itu.
Riby : (Jalan menghampiri mamanya) “Apa Mama hanya akan menangis
setiap hari?”
Riby : “Bah, Aurel akan sedih kalau melihat Abah seperti ini”
Abah : (menghapus air mata) “Kamu nggak sedih ya kehilangan adik
satu-satunya, atau kamu malah senang?”
Riby : (memandang Abah sedih) “Bukan gitu, Bah. Jelas Riby merasa
kehilangan banget.”
Abah : “Hanya dia yang bisa Abah banggakan”
Riby : (“ternyata Abah belum mau berubah, masih saja mengaharapkan
Aurel untuk menjadi yang terbaik di keluarga”) (beranjak dan
meninggalkan Abah menuju kamar)
Riby : “Sampai kapan Abah akan merubah sikapnya yang selalu
membanggakan Aurel daripada aku?”
Aurel adalah satu-satunya adik yang dimiliki Riby. Meski sering
dibeda-bedakan namun Riby tetap menyayangi Aurel setulus hati.
ADEGAN 21
15
Riby selalu sedih ketika mengenang Aurel. Terlebih lagi ketika saat-
saat terakhir ia melihatnya di seberanh coffee shop lalu. Namun kali ini
yang ia sesalkan mengapa Abah belum bisa merubah sikapnya terhadap
Riby pasca kematian Aurel. Pasti Aurel akan sedih melihat Riby masih
belum baikan sama Abah karena misi Aurel belum tertuntaskan.
Adya : (berjalan bersama Riby) “By, tau nggak lo, Hanaf punya feel ma lo”
Riby : (terdiam)
Adya : “Hallooou.. Riby. Lo kenapa sih? Gue tau lo masih berduka atas
meninggalnya Agis, tapi jangan sampai kayak gini donk”
Riby : “Sedih banget gue. Gue bingung sama sikap nyokap. Sekarang Agis
udah nggak ada tapi nyokap selalu dan masih membanggakan Agis”
Adya : “mungkin nyokap belum bisa terima ini semua, By”
Riby : “Gue pengen jadi anak yang bisa membanggakan di mata nyokap
gue”
Adya : “Mending lo konsultasi sama Pak Ben aja”
Riby : (mendongak, menatap Adya) “Boleh juga saran lo, ok ntar gue
kesana”
Adya : (mengacungkan jempol) “Sip deh”
Riby : (membalik badan Adya) “Oh iya, tentang Hanaf tadi gimana?”
Adya : (melirik) “Masih tertarik juga lo ma cerita tentang Hanaf? Gini, dia
rencana mau nembak lo siang ini”
Riby : (kaget) “Sumpah lo?”
Adya :”Ya liat aja ntar”
ADEGAN 22
Kalau sedang dalam masalah, memang ruang BP lah tempat favorit
Riby dan juga para siswa lainnya untuk mencurahkan isi hati kepada guru
BP. Terutama Pak Bendot yang selalu dapat memberikan masukan dan
nasehat yang baik. Kali ini Riby ditemani Adya berkunjung ke rumah Pak
Bendot.
Riby : (mengetuk pintu) “Selamat siang Pak”
Pak Ben : (menyambut dengan senyum) “Selamat siang. Lho Riby
tumben kamu kesini. Ada apa?”
Riby : “Saya mau konsultasi, Pak”
Riby : (menceritakan semua masalah kepada Pak Ben)
2 jam berlalu
Riby : (menjabat tangan) “Baik Pak, terima kasih atas saran Bapak”
16
Pak Ben : “Ya, sama-sama. Intinya kamu harus tetap semangat menjalani
hidup dan jangan menyerah”
Riby : (akan keluar dari rumah Pak Bendot)
Hanaf : (lewat, tiba-tiba menabrak Riby dan menumpahkan donat yang ia
bawa ke kaos Riby)
Riby : (mengusap kaosnya) “Aduh, Hanaf hati-hati dong”
Adya : (membentak) “Heh, lo tu masih nggak berubah ya. Hobi kok
nabrak orang”
Riby : (menenangkan) “Udah Adya, nggak apa-apa”
Adya : (menunjuk baju Riby) “Kok nggak apa-apa. Tapi baju lo kotor, By”
Hanaf: (tergagap) “Maaf ya Riby. Aku tadi terburu-buru”
Riby : (menjawab tenang) “Iya nggak apa-apa”
Hanaf : (bingung) “Kamu nggak marahin aku?”
Adya : (sedikit membentak) “Jadi lo pengen dimarahin?”
Riby : “Adya, udah dong. Nggak lah, Naf. Lagi nggak mood buat marahin
orang nih”
Adya : (menarik tangan Riby) “Yuk balik”
Riby : (mengajak Hanaf) “Yuk. Ayo Hanaf”
Adya : (sedikit kesal) “Kok ngajak dia sih? Mobil kita penuh Riby”
Riby : (nada menggoda) “Ya kan kita searah. Lo jealous ya gue deket ma
Hanaf?”
Adya : (kesal) “Eh, eh, nggak ada sejarahnya gue jealous cuma gara-gara
Onta”
Riby : “Santai donk”
ADEGAN 23
Siang itu, panas terik langsung membuat tenggorokan kering
kerontang dan sangat membutuhkan pasokan air yang cukup banyak.
Sepulang sekolah, Riby memutuskan untuk mampir di warung dekat
taman. Dan di sana dia tidak sengaja bertemu dengan Hanaf.
Hanaf : “Hai Riby, kok belum pulang?” (langsung duduk di kursi
tepat di depan kursi Riby)
Riby : “Eh, Hanaf. Iya, nih lagi pengin ke sini aja!” (ambil mengaduk-aduk
minumannya)
17
Hanaf : “Oh, iya. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, boleh
nggak?”
Riby : (berhenti mengaduk karena perasaannya mulai tidak enak)
“Waduh, jangan-jangan bener yang dibilang Adya tadi kalo Hanaf
nembak gue.”(dalam hati Riby)
“Boleh lah, ngomong apa sih? Kok kayaknya serius amat?
Hanaf : “Ehm, walaupun selama ini kamu sering marah-marah,
menjahili anak-anak termasuk aku, aku tidak peduli itu, karena itu
yang membuat aku menjadi tertarik terhadap kamu. Sifat kamu
yang berani, pantang menyerah dan tetap semangat dalam
keadaan apapun membuat aku memiliki perasaan ini ke kamu.
Riby : (terdiam, hanya tertegun mendengar kata-kata romantis Hanaf
yang membuatnya klepek-klepek)
Hanaf : “Apakah kamu mau menjadi pacar aku?” (pandangannya
sejurus ke wajah Riby yang terdiam)
Riby : (tersadar dan tiba-tiba tertawa) “Ahahahaha…serius lo?”
Hanaf : (terkejut dan heran melihat ekspresi Riby yang tertawa dan
bukan menjawab pertanyaannya)
Tanpa disadari Hanaf dan Riby melihat sosok Livia yang mengintai
mereka di sudut ruangan. Wajah Livia berubah menjadi sedih melihat
Hanaf dan Riby. Sudah lama Livia memendam perasaan terhadap Hanaf,
tetapi ia tidak berani mengungkapkannya. Livia hanya berharap Hanaf
memiliki perasaan yang sama dengannya.
Riby : (berhenti tertawa karena melihat Livia yang tiba-tiba menangis)
“Oh, sorry Naf. Gini yah, sebelumnya gue minta maaf sama lo. Gue
lebih comfort kalo kita temenan dan gue ngerasa bukan cewek yang
pantes buat lo, karena nanti kalo gue terima lo jadi cowok gue, gue
belum bias menyayangi lo dengan tulus.”
Hanaf : “Ouw…begitu ya? Jadi kamu menolak aku?”(menundukkan
kepalanya)
Riby : “Naf, ada satu cewek yang selama ini memendam perasaan sama
lo, dia pasti menyayangi lo sepenuh hati, karena selama ini dia
peduli sama lo setiap gue ma Adya ngejailin lo.”
Hanaf : “Ng….? siapa? Livia?” (kembali meneggakkan kepalanya)
Riby : (mengangguk)
18
Hanaf : “Masa sih?” (mendekatkan wajahnya dan Riby pun
menjauh)
Riby : “Coba aja tembak dia, pasti 100% diterima.”
Hanaf : “ Eummm, aku akan coba deh.” (dengan sedikit keyakinan)
Riby : “Yupz, tapi inget jangan lo jadiin mainan! Keyh? Yodah, gue duluan
ya? Bye..”(beranjak meninggalkan Hanaf)
Hanaf : (melambaikan tangan) “Dah!”
ADEGAN 24
Langit tampak jingga, pertanda matahari mulai tenggelam dan
berganti bulan. Dengan perasaan hambar, Riby membuka pintu rumahnya
dan masuk.
Abah : “Riby, baru pulang nak?” (Abah yang sedang duduk membaca
majalah lalu menaruh sejenak majalah ditangannya)
Riby : “Eh, iya Bah, tadi ngobrol-ngobrol dulu sama temen-temen.”
(kaget dan heran karena Abahnya menyapa Riby dengan lembut
tidak seperti biasa)
Abah : “Oh, gitu. Ya udah, ganti baju dulu gih! Terus, makan siangnya
udah mama siapin dari tadi tuh di meja makan!”
Riby : “Oke, Bah!” (menuju kamar masih dengan rasa heran)
Setelah berganti kostum, sesuai petunjuk mama, Riby pun menuju
meja makan karena perutnya meronta-ronta. Dibukanya tutup saji di meja
makan.
Abah : “Riby, kamu nggak pernah bilang ke Abah kalo kamu juara
Olimpiade Matematika?”
Riby : (mengangguk sambil mengunyah makanannya)
Abah : “Ternyata sudah banyak prestasi yang kamu raih. Tadi kebetulan
waktu Abah beresin kamar kamu, mama temuin banyak piagam
penghargaan. Mama bangga sama kamu Riby. Terus tentang
kemarahan Abah setelah Aurel pergi, Abah udah tau yang
sebenarnya dari Livia. Jadi, maafin mama ya, karena mama udah
nyalahin kamu atas kepergian Aurel.” (membelai rambut Riby)
Riby : “Makasih, Bah. Riby juga minta maaf sama mama kalo kemarin-
kemarin Riby cuma bisa bikin mama kesel gara-gara Riby sering
pulang telat.”(berbalik memandang mama lalu memeluk mamanya.
19
Tak sadar air mata keduanya tumpah. Sejenak mata Riby
memandang foto Aurel)
Kini hubungan Riby dan mamanya sudah kembali harmonis. Do’a
Riby selama ini terkabul, Riby berhasil membuat bangga mamanya
dengan segudang prestasi yang ia raih.
ADEGAN 25
Malam minggu yang sunyi itu, Riby mengahabiskan waktunya di
coffe shop. Dan
lagi-lagi dia bertemu dengan Hanaf.
Hanaf : “Oh, iya. Kamu sama Adya itu saudara ya?” (duduk
berhadapan dengan Riby)
Riby : “Bukan! Kita itu sohiban dari SMP, emang sih dia udah kayak
sodara gue sendiri, banyak yang bilang gitu.” (memasukkan gula
kotak ke dalam kopinya)
Hanaf : “Adya tuh, memang galak seperti induk monster ya?”
Riby : “Dia emang gitu anaknya, tapi sebenernya dia baik kok. Pasti kita
ngerasa aneh kalo lihat Adya kadang baik kadang galak. Dia
moody-an orangnya.”
Hanaf : “Oh gitu. Aneh-aneh ya karakter temanmu.”
Berjam-jam mereka ngobrol banyak hal. Riby pun mencoba berbagi
cerita
tentang masalah keluarganya pada Hanaf.
Hanaf : “Eumm…makanya sekarang kamu banyak berubah tidak
seperti dulu.”
Riby : “Ya, gitulah!”
ADEGAN 26
Hanaf tahu kalau hari itu Livia sedang berjalan-jalan di taman, oleh
karena itu ia mengikuti Livia. Hanaf nervous karena ingin segera
mengungkapkan isi hatinya kepada Livia.
Hanaf : “Livia, tunggu!”(setengah berteriak)
Livia : “Ya, Hanaf ada apa?” (berbalik dengan beberapa buku yang
didekapnya)
Hanaf : “Jalan-jalan yuk, aku ingin ngomong sesuatu!”
20
Livia : “Memangnya ada apa?” (heran serius memandang mata Hanaf
dengan hati yang terus berdegup kencang)
Hanaf : “Ada deh! Ada sesuatu yang ingin aku berikan untuk kamu.
(menarik lengan Livia)
Livia : “Oke deh!”
Hanaf dan Livia berjalan bersama menuju kantin. Setelah mereka
mengobrol
banyak hal, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Hanaf dan Livia
pun tiba.
Hanaf : “Livia, ini untuk kamu!” (menyodorkan sebuah kotak pada
Livia)
Livia : “Apa nih?”(perlahan langsung membukanya)
Di dalam kotak terdapat tulisan “Aku sayang kamu. Would you be
my girl?”
Degup jantung Livia seakan semakin bergemuruh.
Hanaf : “Gimana? Suka?”
Livia : (mengangguk cepat)
Hanaf : “Jawabannya?”
Livia : “A…a…ak…aku…aku…mau!”(terbata-bata)
Hanaf : “Alhamdulillah, puji syukur atas karunia-Mu ya Allah!”(tiba-
tiba ia terjatuh dari kursinya dan langsung sujud syukur)
ADEGAN 27
Siang itu di sebuah jalan kecil……….
Hanaf : “Riby! Adya!”(dengan berteriak)
Riby dan Adya : (celingak-celinguk mencari sumber suara)
Hanaf : “Sini, aku ada kabar.” (berlari mendekati Riby dan Adya)
“Aku sudah jadian sama Livia!”(dengan nada gembira)
Adya : “Wah, Onta…gentle juga….selamet yak!”(menepuk pundak Hanaf)
Riby : “Adya…dia Hanaf!”(dengan gigi yang mengatup)
Adya : “Ow, iya. Selamet ya Hanaf!” (cengengesan)
Riby : “Congrats ya Naf! Mana cewek lo skarang?’
Hanaf : “Tuh…!” (menunjukkan letak Livia dengan hidungnya)
Livia : (berjalan menghampiri Hanaf, Adya, dan Riby)
Riby : “Ciee…makan-makan nie!”(menyenggol tubuh Hanaf)
Adya : “Ditunggu ya?” (menepuk punggung Hanaf)
21
Ben : “Wah…wah…wah…ada apa ini?” (membetulkan kacamata
bundarnya)
Riby : “Ini Pak, Hanaf punya cewek baru!!”
Pak Ben : “Oh ya? Yang mana? Kamu Adya?”
Adya : “Bukan Pak, tapi Livia!” (dengan sedikit kesal)
Pak Ben : “oh, Livia selamat ya! Tapi ingat kalian jangan melewati batas-
batas pacaran ya!” (mengangguk-angguk)
Hanaf & Livia : “Iya, Pak!”
Pak Ben: “Oh, iya Riby bagaimana kabar kamu sekarang setelah….”
Riby : “Alhamdulillah Pak, semua sudah kembali seperti dulu. Saya sama
mama udah harmonis lagi.” (dengan tangan yang dimasukkan ke
kantong rok seragam)
Pak Ben : (mengangguk-angguk) “Selamat juga buat kamu ya By!”
ADEGAN 28
Malam minggu kali ini, Hanaf, Livia, dan Adya menginap di rumah
Riby. Mereka
bermaksud mengakhiri ketegangan yang ada selama ini dengan
berkumpul menjadi
sahabat.
Abah : “Hai, anak-anak! Nih, Om bawain kalian makanan!” (menunjukkan
kantong plastik di tangannya pada Riby dkk yang sedang asik
bermain tebak-tebakkan)
Hanaf : “Aduh Om, jadi enak nih!”
Riby : “Ahahaha…lucu juga si Onta…upz, Hanaf!”
Adya : “Bah, malem ini kita nginep di sini boleh kan?”
Abah : “Boleh banget kok. Om malah seneng kalo rumah ini rame lagi.
Jadi Om sama Riby nggak kesepian lagi.”
Livia : “Makasih Om!”
EPILOG
Akhirnya Riby tak perlu lagi merasa sebal karena selalu
direndahkan oleh Abahnya. Abah Riby pun menyadari bahwa Riby juga
22
pantas dibanggakan, walaupun dia dan mama harus menerima kenyataan
untuk kehilangan Aurel untuk selamanya.
Kini Livia merasa senang karena ternyata cintanya tidak bertepuk
sebelah tangan, meski Hanaf awalnya menyatakan cinta pada Riby. Dan
kini Hanaf bisa hidup tenteram karena Riby dan Adya telah menjadi
sahabat bukan lagi musuh. Sedangkan Adya, masih seperti dulu. Sedikit
perubahan dalam tingkah jahilnya yang merupakan warisan dari nenek
moyangnya.
23