BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Pembangkit Listrik Mini Hidro
2.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi rencana pembangunan PLTM yang menjadi penelitian ini berada pada
daerah aliran Sungai Cibareno, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Gambar 2.1
menunjukkan denah lokasi PLTM, yakni rencana lokasi bendung dan rencana lokasi
power house. Sementara Gambar 2.2 adalah foto tebing bagian dari Sungai Cikidang.
Gambar 2.1 Rencana lokasi bendung dan power house (Sagala, 2012)
Rencana lokasi bendung
1 : 500.000
Rencana lokasi
power house U
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Foto bagian Sungai Cikidang di daerah tebing
2.1.2 Potensi Energi
Indonesia memiliki kondisi iklim dengan curah hujan yang cukup melimpah
sebesar ±2.000 mm per tahun sehingga dapat menjamin terjadinya aliran sungai yang
dapat diandalkan. Sungai Cikidang dengan luas DAS 38,19 km² dengan kemiringan 25-
40% merupakan anak sungai salah satu sungai besar yakni sungai Cibarenno di
Kabupaten Lebak Propinsi Banten memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi
pembangkit listrik energi terbarukan karena memiliki debit yang cukup besar dan
topografi yang berbukit.
Debit andalan Sungai Cikidang menggunakan data AWLR dari stasiun Ciawi
seperti yang terlihat dapat dilihat pada Gambar 2.3. Nilai yang dipakai pada perhitungan
adalah nilai rerata debit andalan dengan menggunakan metode resesi dan metode kurva
durasi debit (Sagala, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Kurva durasi debit Cikidang (Sagala, 2012)
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
Pembangkit listrik tenaga air skala kecil (small hydro power) adalah istilah yang
digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang menggunakan energi air yang relatif
kecil. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya penghasil listrik adalah
memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu. Semakin besar kapasitas aliran maupun
ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik.
Klasifikasi dari pembangkit listrik ini sendiri, menurut daya yang dihasilkan, tidak
seragam. Tetapi secara umum menurut ESHA (European Small Hydro Association),
kategori Mini Hidro adalah daya 1MW s/d 10MW (www.leonardo-energy.org , Small
Hydro Power-Investor Guide, 2006). Menurut Harvey (1993), PLTA dibagi menjadi tiga
yaitu mikro hidro antara 0–300 kW, mini hidro antara 300-10.000 kW, dan PLTA dengan
daya listrik diatas 10.000 kW. Sementara menurut Permen ESDM no 31 tahun 2009
bahwa pembangkit skala kecil menengah adalah pembangkit listrik sampai dengan daya
10 MW.
Pembangkit listrik mini/mikro hidro umumnya merupakan run off river, yang
mengambil air dari sungai dalam debit tertentu dengan menggunakan bendung (weir)
dengan cara membelokkan air ke dalam intake atau hanya meminjam air sungai dalam
Universitas Sumatera Utara
beberapa waktu untuk dialirkan menuju turbin air. Ilustrasi dari pembangkit run off river
dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Ilustrasi pembangkit jenis run off river (sumber http://shalahuddin-
hasan.blogspot.com/2010/...hydro-mini.html)
Pembangkit ini memiliki beberapa bagian/komponen struktur untuk menghasilkan
energi listrik, yakni:
1. Dam atau bendungan pengalih/penyadap dan bangunan pengambil (diversion
weir and intake). PLTM lebih banyak menggunakan bendung (weir) untuk
meninggikan muka air.
2. Saluran pembawa (headrace).
3. Bak pengendap (settling basin).
4. Bak penenang (forebay).
5. Pipa pesat (penstock).
6. Turbin dan generator (turbine dan generator).
7. Rumah pembangkit (power house).
8. Saluran pembuang (tail race).
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah gambaran kondisi rencana PLTM Cikidang yang ditunjukkan oleh
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kondisi umum rencana PLTM Cikidang
Keterangan Q andalan 60% Q andalan 70% Q andalan 80%
Debit Sungai Rerata (m³/s) 4,09
Debit Andalan (m³/s) 2,7 2,44 2,1
Head (m) 65,37 65,32 65,,25
Head bersih (m) 59,54 59,38 59,14
Dam
Tinggi jagaan (m) 1,5
Crest level (El m) 636,87 636,82 636,75
Volume (m³) 455 445 431
Headrace
Panjang (m) 900
kemiringan / slope
0,5 ‰
Penstock
Panjang (m) 250
Diameter (m) 0,86 0,82 0,77
Tail
Dasar sungai (El m) 568
Jalan Akses (km) 1
Tansmisi
20 kV (km) 0,5
Lahan (Ha) 10
(Sumber : diolah dari Sagala, 2012)
2.3 Perhitungan Daya yang dihasilkan
Daya yang dihasilkan oleh pembangkit adalah
P = g × Q × Hef × eeff (2.1)
di mana P = Daya (kWh), g = percepatan gravitasi = 9,81 (m/dtk²), Q = debit andalan
(m³/dtk), Hef = head net, tinggi jatuh air efektif (m) dan eeff = efisiensi total (turbin,
generator dan saluran).
Universitas Sumatera Utara
Debit andalan adalah debit yang diharapkan tersedia sepanjang tahun dengan
resiko kegagalan pada tingkat tertentu. Debit andalan juga dapat dikatakan sebagai debit
dengan periode ulang tertentu yang diperkirakan akan melalui suatu sungai atau
bangunan air (Kamiana, 2011). Periode ulang adalah waktu hipotetik dimana suatu
kejadian dengan nilai tertentu, debit rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui 1 kali
dalam jangka waktu hipotetik tersebut. Debit andalan optimum adalah debit andalan yang
dipilih sebagai debit yang paling menguntungkan, yang bergantung pada prosentase
kejadiannya, di mana hal tersebut dilakukan dengan kajian optimasi melalui besaran debit
(Q) untuk beberapa alternatif persentase waktu kejadian (probabilitas durasi). Sagala
(2012) menetapkan pilihan besaran debit yang paling menguntungkan dilakukan dengan
menghitung daya terlebih dahulu.
Efisiensi total adalah jumlah perkalian nilai efisiensi turbin dengan efisiensi
generator dan efisiensi saluran. Nilai dari efisiensi turbin dan generator tergantung dari
spesifikasi dan jenis nya, sementara untuk efisiensi saluran tergantung bahannya. Nilai
efisensi turbin berkisar 0,8-0,90, saluran berkisar 0,95-0,97 sementara nilai efisiensi
generator berkisar 0,95-0,99. Nilai efisiensi berbagai jenis turbin dapat dilihat pada
Gambar 2.5 berikut. Perkiraan efisiensi saluran dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.6
tentang perbandingan material penstock.
Gambar 2.5 Efisiensi berbagai jenis turbin (sumber : GMSARN International Conference
on Sustainable Development: Issues and Prospects for GMS,2006)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Perbandingan Material Penstock (sumber : GMSARN International
Conference on Sustainable Development: Issues and Prospects for GMS,2006)
Head (gross head) atau tinggi jatuh air adalah jarak vertikal antara permukaan air
sumber dengan ketinggian air keluar saluran turbin (tail race). Sedangkan Net Head atau
tinggi bersih adalah ketinggian jatuh air setelah dikurangi head rugi (akibat gesekan) di
dalam sistem pemipaan pembangkit.
PLTM Cikidang berencana menggunakan turbin tipe Francis sementara material
penstosck merupakan perpaduan antara baja dan pvc yakni bagian input dan output dari
baja sementara bagian tengah dari pvc.
2.4 Biaya Pembangunan Pembangkit Listrik Mini Hidro
Perhitungan bangunan-bangunan utama PLTM Cikidang dilakukan dengan
program Eva Power yang dimiliki oleh perusahaan dengan debit andalan dan tinggi jatuh
air. Debit andalan yang diperkirakan sangat berpengaruh terhadap biaya konstruksi
pembangkit. Pengaruh persentase kehandalan berbanding terbalik dengan debit andalan.
Semakin besar kehandalannya maka semakin kecil output volume debit andalan. Debit
andalan sendiri berbanding lurus dengan volume dam, headrace dan penstock. Semakin
kecil debit andalan, maka semakin kecil juga biaya konstruksi pembangkit mini hidro.
Hasil dari perhitungan tersebut akan diperoleh volume pekerjaan (bill of quantity). Harga
yang digunakan sebagai acuan adalah harga satuan bahan/ pekerjaan setempat. Perkiraan
biaya pembangunan satu PLTM dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Kisaran biaya pembangunan pembangkit hidro skala kecil (sumber : Oliver
Paish, Small hydro power: technology and current status, 2002 dikutip dari :
www.elsevier.com/locate/rser)
2.4.1 Perkiraan Biaya Komponen PLTM
Perkiraan biaya untuk tiap bagian PLTM ini diperoleh dari formula biaya
pendahuluan oleh Ir. Dhani Irwanto yang merupakan konsultan dengan bantuan software
Evapower. Perkiraan biaya ini merupakan perkiraan biaya secara umum, sehingga untuk
detail biaya dan konstruksi akan dilakukan pada tahap selanjutnya dengan
memperhitungkan kondisi yang ada. Satuan harga yang dipakai dalam perkiraan biaya ini
masih menggunakan US$ dan memakai asumsi nilai tukar Rp 9000,- / US$ nya. Daftar
perkiraan komponen biaya diberikan di bawah ini (Sagala, 2012).
1. Bendung (weir)
(2.2)
Universitas Sumatera Utara
di mana CDD = biaya bendung pengambilan (US$) dan VDD = volume beton
(m3).
2. Intake
CIN = 100000 × (D × Qp/2)0,51 (2.3)
di mana CIN = biaya intake termasuk kolam penangkap pasir/sandtrap
(US$), D = diameter terowongan (m) dan Qp = debit puncak (m3/ detik).
3. Saluran pembawa (headrace)
(2.4)
di mana CHC = biaya saluran pembawa (US$); a,b = koefisien berdasarkan
kemiringan tebing, kedalaman batuan dasar dan banyaknya persilangan
dengan sungai, B = lebar saluran (m) dan L = panjang saluran (m).
4. Bak penenang
(2.5)
di mana CST = biaya bak penenang (US$), Qt = debit maksimum (m3/s).
5. Pipa pesat (penstock)
CSP = (0.0015 × DIAP2 × H2 × UCS + 0.05 × DIAP) × Lp × N (2.6)
di mana CSP = biaya pipa pesat (US$), DIAP = diameter pipa pesat (m), H2 =
tekanan air (m), UCS = harga satuan baja (US$/ton) diambil sebesar US$
10,000 per ton, Lp = panjang pipa pesat (m), dan N = jumlah pipa pesat.
6. Rumah pembangkit (powerhouse)
struktur atas : CHP1 = 2300 (P/Hef ½
) 0.71
(2.7)
struktur bawah : CHP2 = 3500 (Q×Hef⅔
×N0.5
)0.65
(2.8)
di mana CHP1 = biaya bangunan sentral (upperstructures) (US$), CHP2 =
Biaya fondasi (lowerstructures) dan peralatannya (US$), P = kapasitas
terpasang (kW), Hef = tinggi jatuh efektif (m) dan N = jumlah unit
pembangkit.
7. Peralatan mekanikal dan elektrikal
CPE = 2200 (P/Hef ½)
0.9 (2.9)
Universitas Sumatera Utara
di mana CPE = biaya mekanikal (US$), P = kapasitas (kWh).
8. Pekerjaan sipil lainnya (miscellaneous civil works)
Sebesar 5% dari total pekerjaan sipil.
9. Jalan akses (access road)
Perkiraan biaya adalah sebesar US$ 125,000 /km.
10. Jalur Transmisi
Perkiraan biaya adalah US$ 25,000/km untuk jalur tegangan 20kV, dan US$
80,000 /km untuk jalur tegangan 75kV.
11. Gardu (substations)
Perkiraan biaya sebesar US$ 100,000.
12. Lahan
Perkiraan sebesar US$ 10,000/Ha.
2.4.2 Perkiraan Biaya lainnya
Pajak yang dikenakan pada proyek umumnya merupakan pajak
pertambahan nilai (Ppn). Besaran penetapan pajak sendiri cukup kompleks, sehingga
dengan alasan praktis maka diambil asumsi besaran pajak yang akan dibayarkan (10%).
Besaran pajak yang dicantumkan adalah besaran pajak proyek, sehingga komponen pajak
lainnya seperti pajak kendaraan bermotor untuk operasional, pajak bumi dan bangunan
(PBB) serta retribusi lainnya dimasukkan ke dalam perhitungan biaya operasional dan
perawatan.
Kontingensi adalah biaya tak terduga yang dalam pengertian umum untuk
mendesain sistem akuntansi manajemen adalah bahwa tidak ada informasi
sistem akuntansi secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh
organisasi dalam setiap keadaan (Outley, 1980). Penambahan item kontingensi untuk
perkiraan biaya adalah 15% s/d 25 %, dengan asumsi perkiraan minimal bahwa proyek
akan mudah dibangun dan banyak faktor telah diperhitungkan. Asumsi perkiraan
maksimal jika besar kemungkinan proyek akan menjadi lebih rumit dan beberapa faktor
sulit untuk diperkirakan (disadur dari www.smallhydropower.com/manual3.html).
Universitas Sumatera Utara
Depresiasi atau penyusutan adalah pengeluaran yang dipotong dari bagian yang
kena pajak untuk menambah biaya perolehan aktiva tetap atau aset. Perhitungan
berdasarkan nilai investasi dibanding umur rencana proyek yang terbagi secara merata
atau dikenal dengan metode Straight Line. Tabel 2.2 menunjukkan kutipan dari
“Electricity in Indonesia-Investment and Taxion Guide” oleh Pricewater House tahun
2011.
Tabel 2.2 Asumsi Penetapan Biaya Depresiasi menurut umur Proyek
The tax law breaks depreciation/amortization on (non building) tangible and non tangible assets into 4 categories and 2 depreciation methods (straight line and
double declining rate) as follows :
Effective Lifemax Straight Linerate Double Declining Rate
(years) (%) p.a (%) p.a
i 4 25 50
ii 8 12.5 25
iii 16 6.25 12.5
iv 20 5 10
Besar biaya operasional dan perawatan tidak diketahui, tetapi kita dapat
berasumsi bahwa untuk pembangunan PLTM maka biaya ini memerlukan 2% s/d 2,5%
dari biaya langsung proyek (sebelum pajak) atau minimal US$ 2000 per tahun
(www.etsap.org).
2.5 Pendapatan Pembangkit Listrik
Penghasilan pembangkit selama 1 (satu) tahun adalah
Rev = HPP × P × CF × 8760 (2.10)
di mana Rev = Pendapatan, Revenue (Rp), HPP = Harga Pokok Produksi, P = Daya
(kWh), CF = Capacity Faktor, dan 8760 = jam lamanya beroperasi selama setahun (24
jam sehari, 365 hari setahun).
Daya listrik oleh penyedia dan pengembang tenaga listrik swasta, IPP
(Independen Power Produsen) yang merupakan pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan,
Universitas Sumatera Utara
wajib dibeli oleh pemerintah dalam hal ini PLN. Pemberian ijin tersebut antara lain
mengacu pada pasal 33 Undang-undang (UU) Nomor 30 tahun 2009, ketentuan pasal 32
A Peraturan Pemerintah (PP) nomor 26 tahun 2006 serta ketentuan pasal 4 peraturan
menteri (Permen) ESDM no.31 tahun 2009. Kesepakatan ini tertuang dalam Perjanjian
Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA). Sehingga jenis
kerjasama yang terjalin antara swasta dan pemerintah dalam bentuk BOO
(Build,Operate,Owned).
Pembangkit listrik skala kecil on grid atau tersambung dengan sistem jaringan
listrik PLN, mempunyai beberapa ketentuan dalam kesepakatan tersebut. Hal penting
dalam kesepakatan ini adalah komponen HPP dan CF. Besar HPP adalah 0,8 × BPP pada
tegangan menengah dan 0,6 × BPP pada tegangan rendah (sesuai Permen ESDM 269-
12/26/600.3/2008). BPP sendiri adalah Biaya Pokok Produksi yang ditetapkan PLN
berdasarkan wilayah. HPP wilayah Banten, yang merupakan system pembangkit Jawa-
Bali, untuk tegangan menengah adalah Rp 682,- / kWh. Faktor ketersediaan sendiri
berkisar antara 65% - 90%, yang merupakan kesepakatan dengan IPP yang sudah
operasional maupun yang akan beroperasi tetapi sudah ada kesepakatan. Pada PLTM
Cikidang ini kesepakatan sementara adalah 81%, dengan asumsi firm energy rerata PLTA
yakni pada debit andalan 80% dan dengan asumsi plant loses sebesar 8% dan
transmission loses sebesar 11%. Kesepakatan dikatakan sementara karena berdasarkan
peraturan yang ada, bahwa kesepakatan ini hanya berlaku hingga 1 tahun sampai dengan
awal operasional atau COD (Commercial On Date) di mana jika dalam jangka waktu itu
pembangkit belum dapat dikatakan laik operasional, maka diadakan perpanjangan
perjanjian atau perjanjian kembali.
2.6 Analisa Finansial
Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal pada masa sekarang untuk
memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Investasi dapat juga didefinisikan
dengan pengorbanan peluang konsumsi saat ini dengan harapan mendapat keuntungan
Universitas Sumatera Utara
dimasa datang. Abdul Halim (2005) menyatakan bahwa pertimbangan dalam menentukan
tujuan dari suatu investasi yaitu:
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return).
2. Tingkat risiko (rate of risk).
3. Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
Saat ini teknik penilaian proyek masih didominasi oleh teknik konvensional
Discount Cash Flow (selanjutnya disingkat DCF). Hal ini dapat dipahami karena teknik
ini tidak menggunakan rumus yang sulit. Mekanisme teknik penilaian DCF adalah
dengan mendiskonto arus kas yang akan dihasilkan dari suatu proyek pada tingkat
diskonto ( discount rate) tertentu. Discount rate ini timbul sebagai bentuk kompensasi
dari risiko yang ditanggung investor akibat adanya ketidakpastian arus kas yang akan
diterima dan atau perhitungan bunga pinjaman serta penyusutan nilai arus kas di depan
akibat adanya inflasi.
Menurut Mun (2006) terdapat kelebihan dari metode DCF yaitu:
a. Jelas serta konsisten dalam decision criteria untuk seluruh proyek.
b. Terdapat faktor time value of money serta struktur resiko yang sudah
terkandung didalamnya.
c. Mudah dalam menjelaskan kepada pihak manajemen.
Namun diantara kelebihan tersebut, metode DCF juga memiliki banyak
kekurangan seperti:
a. Ketidakpastian dimasa yang akan datang membuat hasil dari metode DCF yang
statis menjadi kurang dinamis.
b. Proyek-proyek yang dinilai berdasarkan metode DCF bersifat lebih pasif,
padahal proyek-proyek tersebut rutin dikendalikan melalui project life cycle.
c. Seluruh tingkat risiko diasumsikan sudah diwakilkan oleh faktor discounted
rate, padahal dalam kenyataannya tingkat resiko tersebut senantiasa berubah.
Universitas Sumatera Utara
d. Metode DCF mengasumsikan cash flow dimasa depan dapat diramalkan
dengan tepat, padahal sangat sulit untuk melakukan estimasi cash flow dimasa
depan karena sangat beresiko.
2.7 Perhitungan Nilai Investasi dengan Metode Determenistik
Metode determenistik adalah metode yang umum digunakan dalan penilaian
kelayakan finansial suatu proyek. Beberapa indikator itu adalah:
1. NPV (net present value)
Yakni dengan mendiskonto arus kas kedepan, maka akan dihasilkan nilai
ekonomis proyek pada saat ini. Persamaannya adalah
NPV = (2.11)
di mana Bo = modal investasi awal, Bt = NCFAT (net cash flow after tax), t =
waktu periode dan r = tingkat suku bunga / inflasi.
2. IRR (internal rate of return)
Adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari
aliran kas yang akan terjadi (PV inflows) dengan nilai sekarang aliran kas keluar
mula2 (PV investment cost) atau PV(inflows) = PV (investment cost)
NPV = = 0 (2.12)
di mana Bt = NCFAT (net cash flow after tax), t = waktu periode dan r = tingkat
suku bunga/inflasi.
IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu
proyek, asal setiap keuntungan bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanamkan
kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang
diberi bunga selama sisa umur proyek. Akan tetapi apabila proyek termasuk mutually
eklusif, maka nilai NPV dan IRR tidak selalu memberikan rekomendasi yang sama. Hal
ini terjadi karena sifat aliran dana proyek tersebut, yakni ada proyek yang segera
Universitas Sumatera Utara
mendapat keuntungan di awal proyek, ada proyek yang baru menguntungkan di akhir
masa periode proyek. Bagaimanapun juga nilai NPV lebih menggambarkan proyeksi
keuntungan yang lebih tepat.
2.8 NPV at risk
Metode yang menggunakan pendekatan deterministik seperti metode PP, ARR,
IRR dan NPV, hanya menghasilkan nilai tunggal (single value) sehingga informasi yang
diberikan pada pendekatan ini bersifat sangat terbatas mengingat keputusan investasi
pada dasarnya membutuhkan berbagai gambaran kemungkinan hasil yang dapat terjadi
terkait dengan adanya ketidakpastian dan risiko dalam suatu investasi modal.
Resiko sangat tergantung pada jenis aset yang yang dimiliki investor. Sebagian
besar pendanaan investasi infrastruktur berasal dari kombinasi ekuitas (equity) dan utang
(debt) dengan proporsi yang tergantung sifat dan karakteristik. Kedua jenis aset ini
mempunyai profil resiko yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal urutan
pembayaran, utang memperoleh prioritas lebih tinggi dibandingkan ekuitas. Resiko dan
ketidakpastian pembayaran yang dihadapi oleh investor ekuitas lebih tinggi dibandingkan
yang dihadapi oleh debitur. Konsekuensinya, cost of equity lebih tinggi dibandingkan
cost of debt (Wibowo. 2006). Faktor-faktor resiko untuk PLTM sendiri dapat
digolongkan:
1. Resiko Non Sistematis (Politis, Legal dan Force majeure)
Resiko politis dan legal diantara nya adalah perubahan tarif, perubahan peraturan,
penundaan dan/atau kekurangan pembayaran dan sebagainya.
2. Resiko Sistematis (Teknis dan Finansial)
a. Biaya dan durasi konstruksi
b. Kapasitas
c. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
d. Utang
e. Inflasi
f. Nilai tukar rupiah
Universitas Sumatera Utara
Model NPV-at-Risk merupakan salah satu model penilaian kelayakan investasi
yang didasarkan pada kondisi ketidakpastian. Prinsip dasar model ini adalah
memperkenalkan adanya risiko dan ketidakpastian pada cash flow melalui analisis
stokastik dimana parameter yang dihasilkan adalah berupa tingkat pengembalian (mean)
dan koefisien variasi sebagai representasi dari risiko. Langkah penerapan model NPV at
risk dapat dilihat pada Gambar 2.8. Fitriani (2006) melaporkan kajian penerapan model
NPV at Risk sebagai alat untuk melakukan evaluasi investasi pada proyek Infrastruktur
jalan Tol menerangkan sebagai berikut.
Gambar 2.8 Bagan alir model NPV at risk
CAPM
WACC Model uncertain cash flow
Discount rate under risk
Ketidakpastian arus kas
Identifikasi arus kas dan asumsi parameter
Simulasi
Monte Carlo
NPV at Risk (confidence level 90%)
Investasi PLTM
Universitas Sumatera Utara
2.8.1 CAPM (Capital Asset Pricing Model)
CAPM adalah salah satu pendekatan yang banyak dipergunakan untuk melakukan
estimasi cost of equity, sementara cost of equity merupakan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh para investor terhadap dana yang mereka investasikan di perusahaan
tersebut (Damodaran,2006). CAPM dapat dirumuskan sebagai berikut:
E (ri) = rf + β
im ( E ( r
m ) – r
f ) (2.13)
di mana E(ri) = expected return of capital asset (tingkat keuntungan yang
diharapkan/layak untuk sekuritas/aset modal), rf
= risk free rate (tingkat keuntungan
bebas risiko), βim
= systematic risk (beta = ukuran risiko), E(rm
) = risk market (tingkat
keuntungan portofolio pasar) dan ( E ( rm
) – rf ) = nilai expected equity risk premium.
Expected return atau expected cash flow dapat merupakan bentuk yang berbeda,
misalkan dapat berupa dividen, coupon/interest, maupun free cash flow. Sedangkan nilai
r dalam hal ini berupa nilai discounted rate yang dapat berupa WACC ( Weighted
average cost of capital) perusahaan yang terdiri dari cost of equity dan cost of debt.
Beta dalam CAPM merupakan resiko sistematis (systematic risk) atau ukuran
risiko suatu aset atau portofolio. Beta merefleksikan sensitivitas pengembalian aset atau
portofolio terhadap volatilitas pasar. Semakin tinggi beta suatu aset, semakin tinggi pula
risikonya. Bila β=1, aset atau portofolio bergerak bersama dengan pasar. Bila β > 1, aset
atau portofolio lebih reaktif dibandingkan pasar. Sebaliknya bila β<1, aset atau portofolio
kurang reaktif dibandingkan pasar.
CAPM membutuhkan data pengembalian aset atau portofolio yang dapat
diperdagangkan secara umum (publicly tradeable). Pengembalian (return) atas aset
didekati dengan perubahan indeks harga saham individual atau portofolio bulanan
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sektor infrastruktur, sub sektor energi, yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sementara pengembalian pasar (rm
) dengan
perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) bulanan. Setelah beta ekuitas
subsektoral dihitung, langkah selanjutnya adalah menentukan ekspektasi pengembalian
Universitas Sumatera Utara
pasar dan suku bunga tanpa risiko. Data ini diasumsikan oleh Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) berjangka waktu 3 (tiga) bulan yang mewakili tingkat suku bunga tanpa risiko (rf ).
Hal yang perlu dicatat di sini adalah estimasi cost of equity dilakukan pada level
subsektor, bukan pada level proyek yang tentu membutuhkan koreksi-koreksi lebih lanjut
untuk mengakomodasi sifat dan karakteristik proyek yang spesifik. Namun informasi
yang ada setidaknya dapat memberikan titik awal estimasi yang baik yang tentunya lebih
mudah disesuaikan bila dibandingkan tidak ada referensi sama sekali (Wibowo, 2006).
Expected equity risk premium atau dapat juga disebut market risk premium (MRP)
adalah merupakan pengembalian ekstra yang akan diminta oleh investor agar mereka
mau memindahkan uangnya dari investasi yang tidak berisiko ke investasi yang lebih
berisiko. Expected equity risk premium merupakan nilai yang dapat diestimasi dengan
menggunakan pendekatan country risk premiums (Damodaran,2006). Penilaian itu
dilakukan oleh tiga lembaga penentu peringkat atau rating agency (S&P, Fitch, dan
Moody). Bagi investor credit rating memiliki arti yang cukup penting. Apabila Indonesia
masuk dalam kategori investment grade, investor asing akan memberikan bobot lebih
besar untuk porsi investasinya di Indonesia. Berkaitan dengan valuasi, membaiknya
credit rating akan membuat nilai perusahaan naik. Jika credit rating Indonesia naik,
maka country risk Indonesia akan menurun dan risk premium pun akan turun. Jika
sebelumnya katakanlah investor memperhitungkan imbal hasil sebesar 15% per tahun,
dengan membaiknya credit rating kepercayaan mereka akan bertambah dan mungkin
hanya memperhitungkan imbal hasil sebesar 12% per tahun. Hal ini disebabkan antara
lain penurunan tingkat resiko yang secara finansial dibebankan kepada tingkat
keuntungan.
2.8.2 WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang cost of debt
dan cost of equity setelah memperhitungkan pengurangan cost of debt akibat interest tax
shield atau pajak dan suku bunga pinjaman (Brealey dan Myers, 2000). WACC sendiri
berkaitan dengan CAPM, di mana resiko didefinisikan sebagai beta (β) yaitu representasi
dari tingkat sensitivitas laju pengembalian (return) suatu aset terhadap volatilitas pasar.
Universitas Sumatera Utara
Cash flow proyek akan di rabat dengan suatu discount rate tertentu yaitu
Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang memperhitungkan adanya komposisi
struktur pendanaan pada investasi modal. WACC merupakan rata-rata tertimbang dari
cost of equity dan cost of debt yang dihitung setelah pajak. Secara matematis dituliskan
sebagai berikut:
(2.14)
di mana WACC = weighted average cost of capital,
= cost of debt (biaya utang),
= cost of equity (biaya modal sendiri), D = debt (pinjaman), E = equity (modal) dan tax =
pajak.
WACC terkait DER (Debt Equity Ratio) atau rasio hutang terhadap modal. DER
memiliki dampak terhadap beta dan cost of equity. Secara umum kenaikan DER
mengakibatkan kenaikan cost of equity karena resiko yang dihadapi investor ekuitas
bertambah akibat bertambahnya risiko pembayaran atas ekuitas. Perubahan DER
mengakibatkan beta (aset) yang ada pun harus berubah. Perubahan beta ini dilakukan
dengan menghitung ulang beta atau unlevered beta.
2.8.3 Simulasi Monte Carlo
Fitriani (2000) melakukan perhitungan dengan simulasi Monte Carlo sebanyak
10.000 iterasi dengan menggunakan perangkat lunak @RISK versi 4.5. Mereka
mendapatkan hasil tingkat keyakinan saat NPV tepat sama dengan nol adalah 98,86%.
Nilai ini lebih besar dari tingkat keyakinan yang ditentukan (98,86% > 95%). Hal ini juga
menunjukkan bahwa hanya 1,14% probabilitas NPV proyek akan kurang dari nol,
sehingga menjadikan proyek layak untuk investasi.
Simulasi Monte Carlo adalah metode yang digunakan dalam memodelkan dan
menganalisa sistem yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Pada bidang
manajemen proyek, simulasi Monte Carlo dapat mengkuantifikasi akibat-akibat dari
resiko dan ketidak-pastian yang umum terjadi dalam jadwal dan biaya sebuah proyek.
Universitas Sumatera Utara
Simulasi Monte Carlo sebagai semua teknik sampling statistik yang digunakan
untuk memperkirakan solusi terhadap masalah-masalah kuantitatif, maka model dibangun
berdasarkan sistem yang sebenarnya. Setiap variabel dalam model tersebut memiliki nilai
yang memiliki probabilitas yang berbeda, yang ditunjukkan oleh distribusi probabilitas
atau probability density function (pdf) dari setiap variabel. Kemudian disimulasikan
dengan iterasi berulang hingga ribuan kali tergantung dari sistem yang ditinjau. Hasil
yang diperoleh dari simulasi tersebut adalah probabilitas sebuah nilai secara keseluruhan.
Meskipun simulasi Monte Carlo adalah sebuah metode yang bermanfaat untuk
diaplikasikan dalam bidang manajemen proyek dalam praktiknya metode ini belum
banyak digunakan oleh para manajer proyek kecuali disyaratkan oleh organisasi atau
perusahaannya. Kwak dan Ingall (2007) berpendapat bahwa alasan utama simulasi Monte
Carlo jarang digunakan oleh kebanyakan manajer proyek adalah kurangnya pemahaman
terhadap metode Monte Carlo dan statistik.
2.9 Distribusi Probabilitas dan Selang Kepercayaan
Syarat agar teori probabilitas dapat diaplikasikan, maka salah satunya adalah kejadian
harus terjadi secara acak. Variabel acak dikelompokkan menjadi dua jenis yakni discrete
random variable dan continuous random variabel. Jika dicari probabilitas munculnya
tiap kejadian dari sampel data, maka probabilitas ini adalah peluang munculnya setiap
random variabel X. Random variabel X dikatakan kontinu jika nilai–nilai yang mungkin
muncul berada dalam interval tertentu.
Fungsi kepadatan probabilitas (PDF) dari distribusi normal adalah simetris
terhadap nilai rata-rata (mean) dan dispersi terhadap nilai rata-ratanya diukur dengan nilai
standard deviasi. Dengan kata lain parameter distribusi normal adalah mean dan standard
deviation. Fungsi kepadatan probabilitas dapat ditulis dengan:
(2.15)
di mana μ = mean = rerata, σ = standar deviasi, dan σ² = variance atau dapat digambarkan
seperti pada Gambar 2.9.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik khusus dari distribusi normal adalah bahwa distribusi normal
simetris terhadap nilai rata-rata. Nilai μ menunjukan posisi dari kurva dan sering disebut
dengan istilah location parameter. Nilai σ menunjukkan derajat kemencengan (dispersi)
dan sering dikenal dengan istilah scale parameter. Semakin besar nilai σ maka semakin
besar pula kemencengannya. Dengan kata lain semakin besar nilai σ maka kurva akan
tampak semakin melebar. Luar daerah dibawah PDF adalah sama dengan satu (unity),
dengan demikian maka:
(2.16)
Persamaan 2.16 berarti bahwa luasan daerah dibawah kurva density function
antara dua titik tidak terbatas harus mencakup semua random variable x yang mungkin
dan harus sama dengan 1 (satu). Akan tetapi hitungan integral ini sangat kompleks.
Karena itu, dalam kasus distribusi normal umum digunakan teknik pendekatan dengan
hitungan manual, dengan konversi sebagai berikut:
(2.17)
di mana Z = random variabel, μ = nilai rata-rata (mean) nya adalah 0 (nol) dan σ =
standard deviasinya adalah 1 (unity).
Gambar 2.9 Fungsi kepadatan probabilitas pada distribusi normal
Universitas Sumatera Utara
Substitusi ini menghasilkan kurva standard dimana deviasi dari random variabel
terhadap mean diekspresikan dalam parameter Z (lihat tabel pada Lampiran 4). Pada tabel
ini luasan daerah dibawah kurva density function dapat dicari berdasarkan nilai μ dan
nilai σ.
Gambar 2.10 Kurva probability density function
(www.oc.its.ac.id/ambilfile.php?)
Dari Gambar 2.10 di atas terlihat bahwa total luas dalam interval ± 3σ adalah 0.9972 atau
mendekati 1 (unity). Dengan demikian nilai ± 3σ sering dipergunakan sebagai confidence
limit dari distribusi normal dan interval antara -3σ dengan +3σ merupakan selang
kepercayaan.
Fungsi kepadatan kumulatif atau CDF (cumulative density function) merupakan
fungsi integral dari fungsi kepadatan probabilitas (PDF) yang dapat dituliskan dengan
persamaan 2.18 dan seperti Gambar 2.11.
(2.18)
Gambar 2.11 Cumulative density function
Universitas Sumatera Utara
Jika X adalah continuous random variabel, maka cumulative density function
(CDF) dari X adalah fungsi f(x) yang sedemikian hingga dua nilai a dan b dimana a ≤ b ,
yang ditampilkan pada persamaan 2.19 berikut.
= F(b) – F(a) (2.19)
Dalam perhitungan probabilitas, CDF untuk distribusi normal baku menjadi pegangan
karena nilai integral Persamaan 2.18 sudah ditabulasi (Lampiran 4).
Universitas Sumatera Utara