1
PEMAPARAN PEMAPARAN ASEAN – CHINA FTAASEAN – CHINA FTA
Oleh:Mari Elka Pangestu
Menteri Perdagangan Republik Indonesia
KEMENTERIAN PERDAGANGANJAKARTA, 3 FEBRUARI 2010
2
Outline Presentasi
1. Perkembangan FTA di Dunia dan ASEAN
2. Latar Belakang AC-FTA
3. Kinerja Perdagangan Luar Negeri Indonesia terkait AC-FTA
4. Langkah-langkah dalam Rangka Pelaksanaan CEPT-AFTA dan AC-FTA
3
1. Perkembangan FTA di Dunia dan ASEAN
4
expanding to Eastern Europe
expanding to Latin America
Main Regional FTAs
Source : CIA Factbook (2007)
NAFTAPopulation: 445 millionGDP: US$15.857 trillion
EUPopulation: 491 millionGDP: US$ 14.38 trillion
CHINA Population: 1.330 billion GDP PPP: US$ 6.991 trillion
JAPANPopulation: 127 million GDP PPP: US$ 4.29 trillion
ASEANPopulation: 575.5 millionGDP: US$ 3.431 billion
FTA Canada – Chile 1997FTA : Chile – Mexico 1999FTA : USA – Chile 2004FTA : USA – Singapore 2004FTA : USA – Australia 2005FTA : Mexico – Japan 2005FTA : Chile – Brunei – NZ – Singapore 2006
MERCOSURArgentina, Brazil,
Paraguay, Uruguay
FTAA(by 2005)
under negotiation
NAFTAU.S.A.,
Canada,Mexico
SAPTABangladesh, Bhutan,
India, Maldives,Nepal, Pakistan, Sri
Lanka
China - ASEAN FTA
ASEAN-Japan Comprehensive
Economic Partnership (AJCEP)
Japan-Korea FTA(under negotiation)
Japan-Mexico EPA(signed agreement)
Japan’s Bilaterals:• Japan-Singapore EPA • Japan-Philippines EPA• Japan-Thailand EPA• Japan-Malaysia EPA• Japan-Indonesia EPA
AFTAIndonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia
India - ASEAN FTA
EU-MEXICO FTA
EU25 countries
ACP-EUCountries in Africa and the Caribbean
(approx. 70 countries)Japan-
Mexico EPA(signed agreement)
Japan-Korea-China FTA (under negotiation)
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Korea - ASEAN FTA
5
ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE
6
FTA Dalam Kerangka Regional FTA Dalam Kerangka Regional (ASEAN dan ASEAN Mitra)(ASEAN dan ASEAN Mitra)
FTA’sPenanda-tanganan
Entry into Force
Coverage Cakupan Tarif
ASEAN Economic
Community
20 November
2007
AEC 2015 Komprehensif ASEAN-CEPT: ± 98% dari pos tarif
ASEAN – China 29 November 2004
1 Juli 2005 Komprehensif Early Harvest Chapter 01-08
Normal Track: 40% at 0-5% in 2005
Sensitive Track
Sensitive List (SL) : Tahun 2012 = 20%
Highly Sensitive List (HSL) tahun 2015=50%
ASEAN – Korea 24 Agustus 2006
1 Juli 2007 Komprehensif Korea: Menghapuskan semua pos tarif Normal Track selambat-lambatnya 1 Jan 2010.
ASEAN-6
• Normal Track dihapuskan paling lambat 1 Jan 2011 (flexibilitas <5% pos tarif NT dihapuskan paling lambat 1 Jan 2012
Sensitive Track
Batas maksimum jumlah pos tarif dalam Sensitive Track ASEAN 6 & Korea adalah 10% dari total pos tarif.
7
FTAsPenanda-tanganan
Entry into Force
Coverage Cakupan Tarif
ASEAN – Jepang
1 Maret 2008 1 Desember 2008 Komprehensif Normal Track (NT) – ASEAN sebesar 90% dari total pos tarif dan Jepang sebesar 92% dari total pos tarif dan nilai dagang, terdiri atas eliminasi dalam tempo 10 tahun (88%) dan penghapus lebih lanjut (4%)
(Indonesia EIF 1 Jan 2010, dalam tahap proses ratifikasi)
Sensitive Track (ST) - 8% dari total pos tarif 6 digit dan nilai dagang.
ASEAN – Australia – New Zealand
27 Februari 2009
Direncanakan 1 Januari 2010
Komprehensif Entry Into Force 1 Januari 2010:
90% pos tarif NZ dan 91.77% pos tarif Australia akan dihapuskan tarifnya pada tahun 2010
90.23% pos tarif Indonesia akan dihapuskan tarifnya pada tahun 2015
ASEAN – India 13 Agustus 2009
Direncanakan 1 Januari 2010
Perdagangan Barang (perundingan jasa dan investasi sedang dilakukan)
Pada tahun 2016 (berakhirnya Normal Track):
42.56% pos tariff Indonesia akan dihapuskan tarifnya
79.35% pos tariff India akan dihapuskan tarifnya
SambunganSambungan
8
2. Latar Belakang
9
Latar Belakang AFTA dan ASEAN-China FTA
• 1991 ASEAN FTA disepakati 1992-2007(kemudian dipercepat ke 2001)
• 1996 RRT secara resmi menjadi dialog partner ASEAN;
• 1997 (Desember) Joint Statement kepala negara untuk menjalankan ASEAN dan RRT adalah sahabat dan mitra yang saling percaya untuk menyongsong
abad 21;
• 2000 (Nopember) Pada KTT ASEAN – RRT, Kepala Negara menyepakati gagasan pembentukan ACFTA;
10
Latar Belakang ASEAN-China FTA
• 2001 (Maret) Dibentuk ASEAN – RRT Economic Expert Group
• 2002 (Nopember) Pada KTT ASEAN – RRT, Kepala Negara menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and the PRC;
• 2003 Perundingan ACFTA dimulai dan selesai Juni 2004;
• 2003 Bali Concord (Proposal Indonesia – ASEAN Community di terima): AFTA
menjadi bagian dari ASEAN Economic Community
11
Lanjutan…
• 2004 (Nopember) Kesepakatan ACFTA – Barang ditandatangani; (2004-2010)
• 2007 AEC diakselerasi dari 2020 ke 2015
• 2007 Kesepakatan ASEAN Charter dan AEC Blue Print ditandatangani
• 2008 (Desember) ASEAN Charter berlaku
12
Tahap I : Early Harvest Program (EHP)
Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu: Binatang hidup, Ikan, Dairy product,Tumbuhan, Sayuran, dan buah-buahan.
Kesepakatan Bilateral (produk spesifik) antara lain kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat,barang dari karet, dan perabotan
- Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006
Tahap I : Early Harvest Program (EHP)
Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu: Binatang hidup, Ikan, Dairy product,Tumbuhan, Sayuran, dan buah-buahan.
Kesepakatan Bilateral (produk spesifik) antara lain kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat,barang dari karet, dan perabotan
- Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006
Tahap III : Sensitive / Highly Sensitive List - Sensitive List : (a) Tahun 2012 = max 20% ; (b) Pengurangan menjadi 0-5% pada tahun 2018 Dengan 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit: tas, dompet; Alas kaki : Sepatu, Casual,
Kulit; Kacamata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; Alat Tulis; Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati; Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik.
- Highly Sensitive List : Tahun 2015 tarifnya maksimum 50% Dengan 47 Produk (HS 6 digit), yang antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti Beras, Gula,
Jagung dan Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT);Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
Tahap III : Sensitive / Highly Sensitive List - Sensitive List : (a) Tahun 2012 = max 20% ; (b) Pengurangan menjadi 0-5% pada tahun 2018 Dengan 304 Produk (HS 6 digit) antara lain Barang Jadi Kulit: tas, dompet; Alas kaki : Sepatu, Casual,
Kulit; Kacamata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek; Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; Alat Tulis; Besi dan Baja; Spare part; Alat angkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati; Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca; Barang-barang Plastik.
- Highly Sensitive List : Tahun 2015 tarifnya maksimum 50% Dengan 47 Produk (HS 6 digit), yang antara lain terdiri dari Produk Pertanian, seperti Beras, Gula,
Jagung dan Kedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT);Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
Tahap II : Normal Track I dan II
- Normal Track I Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2010
- Normal Track II Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2012
Tahap II : Normal Track I dan II
- Normal Track I Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2010
- Normal Track II Tarif akan menjadi 0% pada tahun 2012
TAHAPAN PENGHAPUSAN TARIF BEA MASUKTAHAPAN PENGHAPUSAN TARIF BEA MASUK
13
Pengelompokan Barang
• Normal Track (target of tariff rate = 0%)(a) Early Harvest Program (2006)(b) NT1 (2010)(c) NT2 (2012)
• Sensitive list(a) Tahun 2012 tarif menjadi 20%(b) Tahun 2018 tarif menjadi 0-5%
• Highly Sensitive list Tahun 2015 tarif menjadi 50% (untuk produk yang pada tahun 2002 tingkat tarifnya >50%)
14
3. Kinerja Perdagangan Luar Negeri Indonesia terkait ACFTA
15
Neraca Perdagangan Indonesia-RRT
Sumber: BPS, 2010Selama periode 1999-2007 Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China.Namun demikian, tahun 2008 dan 2009 (Jan-Okt) mengalami defisit. Defisit neraca perdagangan tahun 2009 mengalami penurunan dibanding 2008.
-5000
0
5000
10000
15000
20000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT 2009
US$ M
illion
Export to China Import from China Trade Balance
Struktur Ekspor Non Migas Menurut Negara TujuanStruktur Ekspor Non Migas Menurut Negara Tujuan
Sumber: BPS (diolah)
• Peranan China dan India sebagai negara tujuan utama ekspor semakin meningkat.• Sedangkan dominasi pangsa ekspor ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang mulai
berkurang.
8
UNI EROPA16,1%
AMERIKA SERIKAT14,8%
JEPANG15,0%
SINGAPURA9,6%
REP.RAKYAT CINA6,1%
MALAYSIA5,1%
INDIA3,8%
KOREA SELATAN3,3%
TAIWAN2,7%
THAILAND2,8%
Lainnya20,6%
Share Negara Tujuan Ekspor Non MigasJan-Des 2004
UNI EROPA13,9%
AMERIKA SERIKAT10,7%
JEPANG12,3%
SINGAPURA8,2%
REP.RAKYAT CINA9,1%
MALAYSIA5,8%
INDIA7,2%
KOREA SELATAN5,3%
TAIWAN2,9%
THAILAND2,7%
Lainnya21,9%
Share Negara Tujuan Ekspor Non MigasJan-Des 2009
17
Ekspor Indonesia ke RRT Menurut Sektor
Selama periode 1999-2009 pertumbuhan ekspor produk industri mencapai 17,7% per tahun dan pertambangan 72,3% per tahun.
Sumber: BPS, 2010
150.3 61.0 49.8 35.9 83.5 82.1 94.5 89.7 89.5 160.9 109.6
1,266.3
1,671.81,511.6
2,028.4
2,634.9
3,239.6
3,620.9
4,844.9
5,487.7
6,245.2
4,859.8
9.7 12.3 28.5 127.6 98.3 115.7244.4
532.0
1,086.91,381.1
1,870.0
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT 2009
US$
Mill
ion
Agriculture Industry Mining
18
Perkembangan Impor Menurut Negara Asal
Peran Impor dari China meningkat pesat, sementara impor dari ASEAN cenderung stabil.ASEAN
26.41%
UE12.12%
Jepang19.26%
China7.90% Amerika
Serikat19.00%
Korea Selatan4.24%
Australia 2.66%
Taiwan 3.56%India
4.86%
2004
ASEAN26.43%
UE12.67%
Jepang14.38%
China19.77% Amerika
Serikat10.31%
Korea Selatan5.58%
Australia 4.95%
Taiwan 2.94%India
2.98%
2009Sumber: BPS (diolah)
19
Impor Indonesia dari RRT Menurut Golongan Penggunaan Barang
Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 49,8% dan 24,6%. Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
Sumber: BPS, 2010
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JAN-OKT 2009
US
$ M
iliio
n
20
39.47 32.80
0.16 (1.23) 0.03
28,6
25,4
25,9
28,5 25,1
28,0
39,7 39,6
31,6
19.63
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
Mil
lia
r U
S$
Non-Migas Migas Total
Sepanjang tahun 2000 hingga 2008, neraca perdagangan tumbuh 10% yang mengindikasikan masih adanya pertumbuhan ekspor, terutama di sektor non-migas
Sumber: BPS, 2010
Ket : * : Angka sementara
21
Skema Tarif Bea Masuk
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MFN 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 7,49
CEPT 3.4 2,8 2,8 2,0 1,9 1,9 0
ACFTA 9.9 9,6 9,5 6,4 6,4 3,8 2,9
AKFTA 9.9 9.9 9.5 6,6 6,0 2,6 2,6
AANZ 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 -
IJEPA 9.9 9.9 9.5 7.8 5,2 4,5 2,97
Perkembangan Skema Bea Masuk
Sumber: Kemendag, 2009
22
JUMLAH DAN NILAI SKA PER JENIS SKA
PERIODE 2007 S/D OKTOBER 2009
JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD) JUMLAH SKA NILAI (JUTA USD)
FORM AK (ASEAN - KOREA) 4,262 343 22,937 2,942 22,023 1,258 FORM D (ASEAN FTA) 19,491 1,360 89,095 9,434 80,129 5,106 FORM E (ASEAN - CHINA) 2,332 204 11,604 1,804 13,218 1,776 FORM IJEPA - 16,228 1,705 37,985 1,965
FORMTAHUN
2007 2008 2009
Sumber: Kemendag, 2009
23
Impor dengan Fasilitas FTA masih relatif kecil
• Perjanjian FTA yang telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia masih belum banyak.
• Secara agregat pelaksana perdagangan dengan skema FTA relatif kecil dibandingkan dengan skema MFN karena diperlukan kepatuhan administrasi (Form E) dalam skema FTA.
24
Manfaat FTA dengan RRT :• akses untuk produk Indonesia di pasar RRT• peningkatan investasi dan Indonesia sebagai basis produksi (impor bahan baku dan barang modal naik dari 83,7% dari seluruh impor pada tahun 2000 menjadi 91 persen pada tahun 2008)
Masalah dan Solusi: Sejumlah sektor khawatir menghadapi dampak negatif FTA (3% dari total tariff line) sehingga Pemerintah dan bisnis membentuk Tim Bersama untuk mengkoordinasikan langkah-langkah secara komprehensif meningkatkan daya saing dan membicarakan ulang pelaksanaan AC-FTA untuk beberapa sektor tersebut.
PELUANG DAN TANTANGANPELUANG DAN TANTANGAN
25
4. Langkah-langkah dalam Rangka Pelaksanaan AC-FTA
26
TI
M
MENINGKATKAN
DAYA
SAING
Organisasi: Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan
Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)
Pengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait Tim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku
usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada:• Penguatan Daya Saing Global • Pengamanan Pasar Domestik• Penguatan Ekspor
Tugas Tim Identifikasi dan analisis masalah/hambatan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
27
STRATEGI I:
PENGUATAN
DAYA
SAING
GLOBAL
Penanganan issue domestik, meliputi: Penataan lahan dan kawasan industri Pembenahan infrastruktur dan energi, Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya) Membangun kawasan ekonomi khusus (KEK), Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR,
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb);
Pembenahan sistem logistik; Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) Penyederhanaan peraturan Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
28
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
Pengawasan di Border Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap
kemungkinan terjadinya lonjakan impor Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang
(SKA) dari Negara Negara mitra FTA Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien,
kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security dsb. Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
(safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)
Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas importasi yang unfair
29
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
Peredaran barang di pasar Lokal Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak
sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia
Promosi penggunaan produksi dalam negeri Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 tahun 2009) Mengalakkan program 100% Cinta Indonesia dan Industri
Kreatif
30
STRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR
Mengoptimalkan peluang pasar RRT dan ASEAN
Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC)
Promosi Pariwisata, perdagangan dan Investasi (TTI)
Penanggulangan masalah dan kasus ekspor,
Pengawasan SKA Indonesia
Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor
31
PEMBICARAAN ULANGPemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN 31/12/09 mengenai:
Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal Menjelaskan bahwa beberapa sektor menyampaikan
kekhawatiran atas pelaksanaan AC-FTA dan akan bahas pada kesempatan pertama
Sebagai tindak lanjut telah melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk membahas langkah-langkah yang dapat mengatasi kekhawatiran beberapa sektor dan mencari mekanisme yang tepat untuk mencari solusi win-win sesuai dengan kepentingan nasional.
32
Terima Kasih
www.depdag.go.idwww.depdag.go.id