47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini
merupakan jawaban atas rumusan masalah pada bab satu. Beberapa hal yang akan
diuraikan meliputi (1) gambaran umum TK Aisyiyah Kertonatan, (2) hasil
penelitian, (3) pembahasan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.
Tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta
analisis dan refleksi.
A. Gambaran Umum TK Aisyiyah Kertonatan, Kartasura
TK Aisyiyah Kertonatan merupakan bentuk layanan pendidikan anak usia
dini yang diberikan pada anak mulai usia empat sampai enam tahun. TK
Aisyiyah Kertonatan ini beralamatkan di Perum Pondok Indah Kertonatan,
Kelurahan Kertonatan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo 57166 di
atas tanah wakaf dari Ibu Siti warga setempat. TK Aisyiyah Kertonatan ini
telah berdiri sejak tahun 1966 di bawah naungan Kementrian Agama.
TK Aisyiyah Kertonatan terletak di tengah-tengah perkampungan yang
cukup aman. Lingkungan yang sejuk karena tidak jauh dengan lahan
persawahan sehingga udaranya masih segar. Meskipun di tengah-tengah
perkampungan, TK ini cukup dekat dengan jalan raya dan jalan-jalan di
sekitarnya juga sudah beraspal sehingga nyaman untuk menuju ke lokasinya.
48
TK Aisyiyah Kertonatan ini memiliki satu gedung dengan beberapa ruang
sekolah. Adapun gedung dan ruang sekolah merupakan milik sendiri yang
terdiri dari satu ruang kantor, tiga ruang pembelajaran, satu kamar mandi/
WC, satu ruang peralatan dan alat peraga, serta halaman sekolah yang cukup
dengan beraneka alat bermain luar ruangan. Adapun alat-alat bermain di
dalam ruangan terlihat sangat sedikit dan kondisinya sudah banyak yang
rusak.
Layanan pendidikan yang diberikan oleh TK Aisyiyah Kertonatan
dilaksanakan seminggu enam kali, yaitu mulai senin sampai sabtu mulai pukul
setengah delapan pagi hingga pukul sepuluh pagi. Adapun model
pembelajaran yang digunakan adalah model klasikal, di mana pembelajaran
dipimpin sepenuhnya oleh guru dan pembelajarannya terkesan komunikasi
satu arah. Anak didik selalu diajak untuk melaksanakan tugas yang diberikan
oleh guru sehingga anak didik kurang memiliki kebebasan untuk bertanya,
mengutarakan ide dan pendapatnya. Guru dalam mengajar juga jarang
menggunakan alat peraga sehingga tidak jarang anak didik merasa bosan
dengan kegiatan pembelajarannya. Guna kelancaran proses belajar-mengajar,
secara struktural organisasi pendidikan TK Aisyiyah Kertonatan ini di kepalai
oleh Sri Lestari dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Agama dan Magister
Studi Islam, dan dibantu oleh tiga guru kelas, dua guru pendamping dan satu
guru drum band. Adapun guru kelasnya yaitu Jumirah dengan kualifikasi
pendidikan Ahli Madya, Sri Suharni dengan kualifikasi pendidikan Sarjana
Pendidikan Bahasa Indonesia, Eni Suwandari dengan kualifikasi pendidikan
49
Sarjana Pendidikan Ekonomi. Adapun guru pendamping masing-masing yaitu
Ridaul Hasanah yang sedang menempuh jenjang pendidikan SI PAUD di
UMS, dan Krisna Dwi Effendy dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Hukum.
Adapun guru ekstrakurikuler drum band yaitu Achmad Ischaq dengan
kualifikasi pendidikan SMA dan sedang menempuh pendidikan perguruan
tinggi SI.
TK Aisyiyah Kertonatan di tahun ajaran 2010/2011 ini memiliki 68 anak
didik. Adapun pembagiannya terdiri atas 29 anak untuk kelompok A dengan
23 anak putra dan 6 anak putri, 17 anak untuk kelompok B.1 dengan 11 anak
putra dan 6 anak putri, dan 22 anak untuk kelompok B.2 dengan 13 anak putra
dan 9 anak putri. Anak didik TK Aisyiyah Kertonatan ini sendiri rata-rata
berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Bermain
Peran
Pada tanggal 5 April 2011, peneliti mengadakan pra tindakan bermain
peran pada anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan untuk mengetahui
kondisi awal kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan
berbicara. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa
selama ini anak didik di TK Aisyiyah Kertonatan kelompok B.1 kecerdasan
linguistiknya khususnya dalam hal kemampuan berbicaranya sangat kurang.
Hal ini terlihat saat pra tindakan pembelajaran bermain peran di mana anak
50
diminta untuk bermain peran sesuka hatinya tanpa pemberian penjelasan, dan
contoh dari guru.
Adapun hasil pengamatannya hampir sebagian besar kemampuan anak
didik terlihat sangat kurang seperti dalam kemampuan anak didik untuk
menanyakan tentang suatu hal untuk mewujudkan rasa ingin tahunya,
kemampuan untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya, kemampuan anak
didik untuk menyampaikan pesan sederhana, kemampuan anak didik untuk
mengutarakan pendapat, kemampuan anak didik untuk memberikan alasan
atas pendapat yang diberikan. Anak-anak didik cenderung diam dan bingung
dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang ingin dikatakan. Anak didik
terlihat berulang-ulang hanya tersenyum dan bingung dengan apa yang ingin
dia katakan saat bermain peran. Adapun hasil pembelajaran dari pengamatan
pada pra tindakan anak didik seperti pada tabel berikut:
Table 4.1 HASIL PENGAMATAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
SEBELUM TINDAKAN
NAMA ANAK
PENILAIAN
Bertanya Menjawab Menyampaikan Pesan
MengutarakanPendapat Alasan
Kriteria
• √ O • √ o • √ O • √ o • √ o 1. Rooney P.G. √ o O √ √ mampu
2. Putri Indah W. • • O • o sangat mampu
3. Yanuar Dilan I. O o √ o o Kurang
4. Rafif F. O √ O o o Kurang
5. Sabrina Azalia S. • √ √ √ • Mampu
51
NAMA ANAK
PENILAIAN
Bertanya Menjawab Menyampaikan Pesan
MengutarakanPendapat Alasan
Kriteria • √ O • √ o • √ o • √ o • √ o
6. Naura Galuh A.P o o o o √ Kurang
7. Alfian Yoga S. o √ o o o Kurang
8. Raffi Fitra Akbar √ √ √ o o Mampu
9. Irvan Ramadhani • • • o √ Sangat Mampu
10. Vania Yoshe R.C. o o o o o Kurang
11. Tania Wening N.K. √ • o • • Sangat Mampu
12. Arony Mukhlis A. o o o √ o Kurang
13. Aroby Mukhlas A. o o √ o o Kurang
14. Najwa Mualifah √ o o o √ Kurang
15. Septian Afriza A. o √ √ √ o Mampu
16. Indira Putri A.S. o √ o o o Kurang
17. Naufal M. Z. o o √ o o Kurang
Jumlah 3 4 10 3 6 8 1 6 10 2 4 11 2 4 11
Daya serap kelas 41,18% 52,94% 41,18% 35,29% 35,29% 7 anak
Keterangan : • : sangat mampu
ð : mampu o : kurang mampu
Kriteria ketuntasan : ð dan •
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kecerdasan linguistik anak didik
kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan khususnya dalam hal kemampuan
berbicara masih sangat rendah, yaitu anak didik yang memiliki kemampuan
bertanya sejumlah 7 anak dari 17 anak didik atau mencapai 41,18%. Anak
didik yang memiliki kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 9 anak dari
17 anak didik atau mencapai 52,94%. Anak didik yang memiliki kemampuan
menyampaikan pesan sejumlah 7 anak dari 17 anak didik atau mencapai
52
41,18%. Anak didik yang memiliki kemampuan mengutarakan pendapat
sejumlah 6 anak dari 17 anak didik atau mencapai 35,29%. Anak didik yang
memiliki kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya sejumlah 6 anak
dari 17 anak didik atau mencapai 35,29%. Adapun secara umum kecerdasan
linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK
Aisyiyah Kertonatan mencapai 41,18%.
Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar anak didik kelas B.1 TK
Aisyiyah Kertonatan pada pra tindakan, peneliti menyimpulkan bahwa
kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anak didik kelas B.1
TK Aisyiyah Kertonatan rendah dikarenakan kondisi anak didik saat proses
pembelajaran kurang antusias terhadap pembelajaran, banyak anak yang
berlarian dan kurang perhatian terhadap kegiatan yang diberikan guru, anak
kurang mengerti/kurang faham terhadap kegiatan pembelajaran.
Peneliti melihat kondisi proses dan hasil pembelajaran pada pra tindakan
yang seperti ini, memutuskan untuk melanjutkan penelitian guna
meningkatkan kecerdasan linguistik anak khususnya dalam hal kemampuan
berbicaranya. Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas bersama-
sama menentukan kesepakatan dimulainya tindakan penelitian yaitu hari
Kamis, tanggal 7 April 2011.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian
a. Tindakan Siklus I
1) Perencanaan
53
Peneliti melaksanakan kegiatan perencanaan ini pada hari Rabu,
tanggal 6 April 2011 di TK Aisyiyah Kertonatan. Saat itu, peneliti
berusaha melakukan perbaikan sistem pembelajaran guna
meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara
anak didik kelas B.1 pada TK tersebut. Peneliti dan guru kelas
mendiskusikan hal-hal yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan
nanti, diantaranya peneliti mengajukan indikator-indikator
keberhasilan peningkatan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan
berbicara anak didik yang telah peneliti susun sebelumnya. Peneliti
menyusun dan mendiskusikan SBP dengan guru mitra kolaboratif.
Adapun kegiatan pada siklus I adalah bermain peran ‘makan malam
bersama di rumah’.
Dalam perencanaan, peneliti bersama guru mitra juga menyusun
dan mendiskusikan lembar observasi guru saat mengajar, menyusun
dan mendiskusikan lembar observasi proses pembelajaran anak didik
dengan guru mitra kolaboratif. Peneliti tidak lupa menyusun dan
mendiskusikan lembar observasi hasil belajar anak kepada guru kelas.
Adapun aspek yang dinilai meliputi kemampuan bertanya,
kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan,
kemampuan mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan
atas pendapat yang diberikan. Yang terakhir peneliti dan guru kelas
(rekan sejawat) bersama-sama membuat alat peraga.
54
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti
melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Kamis
tanggal 7 April 2011, hari Jum’at tanggal 8 April 2011 dan hari Sabtu
tanggal 9 April 2011. Adapun pelaksanaan tindakan peneliti ini sesuai
dengan perencanaan yang sudah disusun. Karena peneliti di sini juga
guru sekolah di kelas itu, maka yang menjadi guru pengajar adalah
peneliti sendiri, sedang guru kelas teman sejawat peneliti mengamati
proses pembelajaran.
Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal dilaksanakan
selama 10 menit, terdiri dari salam, guru menyiapkan alat peraga yang
diperlukan, guru dan anak didik bercakap-cakap tentang nama-nama
anggota keluarga (ayah, ibu dan anak), guru dan anak didik bercakap-
cakap tentang makan malam di rumah.
Kegiatan inti dilaksanakan selama 60 menit, meliputi guru
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, guru
mengenalkan dan menjelaskan tentang permainan bermain peran, guru
menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘makan malam bersama
di rumah’, guru menjelaskan alur cerita bermain peran ‘makan malam
bersama di rumah’. Guru pengajar juga memberi contoh bermain peran
‘makan malam bersama di rumah’. Guru mengajak anak didik
membentuk kelompok sendiri, tiap kelompok empat orang dan
55
menentukan sendiri peran masing-masing (ada yang menjadi ayah, ibu,
dan dua anak). Guru mengajak anak didik memulai permainan secara
bergantian. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok kurang lebih
10 menit. Guru memberi pujian pada anak didik yang sudah bisa
berbicara lancar dan memberi dorongan atau motivasi pada anak didik
yang belum bisa.
Selama pelaksanaan kegiatan bermain peran, peneliti sebagai guru
pengajar yang berfungsi sebagai mediator dan fasilitator. Hal ini
dikarenakan peneliti juga guru kelas tersebut. Selama pelaksanaan
kegitan bermain peran, observasi dan pengisisan lembar observasi
dilakukan oleh guru kelas yang berperan sebagai rekan sejawat
peneliti.
Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar atau peneliti
melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini
yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,
bernyanyi lagu ‘sebelum kita makan’. Tidak lupa guru pengajar juga
menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan satu, dua dan tiga pada
siklus I ini kegiatannya adalah sama yaitu bermain peran ‘makan
malam bersama di rumah’. Hal ini dimaksudkan agar anak didik
semakin memahami dan menguasai situasi bermain peran sehingga
keberanian anak untuk berbicara semakin meningkat. Meskipun
56
kegiatan pada setiap pertemuan sama, namun ada sedikit variasi pada
pelaksanaannya, yaitu:
a) Setiap pertemuan anak memainkan peran yang berbeda, seperti
anak didik yang di pertemuan satu berperan sebagai ayah maka di
pertemuan selanjutnya diminta memainkan peran selain peran
ayah. Hal ini dimaksudkan untuk menstimulasi anak berimajinasi
dalam perannya dan mengekspresikan melalui bertanya, menjawab,
mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
b) Pada pertemuan satu, kegiatan penutupnya yaitu anak didik
menghafal hadits adab makan.
c) Pada pertemuan kedua, kegiatan penutupnya yaitu anak didik
lomba memakai celemek.
d) Pada pertemuan ketiga, kegiatan penutupnya anak bernyanyi
‘sebelum kita makan’.
3) Pengamatan
Kegiatan observasi ini dilakukan terhadap guru pengajar dan anak
didik yang bermain peran yang dilaksanakan saat proses pembelajaran
yaitu di kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan. Adapun untuk observasi
guru pengajar yang diamati adalah tentang bagaimana cara
mengajarnya, sedangkan pada anak didik yang diamati adalah saat
proses pembelajaran dan hasil pembelajaran bermain peran.
Pelaksanaan kegiatan observasi ini sendiri dilakukan oleh guru kelas
yang berperan sebagai mitra kolaboratif peneliti. Hal ini dikarenakan
57
peneliti saat kegiatan pembelajaran bermain peran berfungsi sebagai
guru pengajar.
Kegiatan observasi terhadap pembelajaran bermain peran ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan linguistik
khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1
meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,
kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan mengutarakan
pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat yang
diberikan.
Berdasarkan pengamatan terhadap lembar observasi, hasil
wawancara yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan data bahwa
guru pengajar atau peneliti sudah mengajar sesuai dengan perencanaan
yang ada (SBP). Guru pengajar sudah memberikan penguatan
terhadap kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar juga telah
berusaha mendorong anak didik untuk lebih berani berbicara,
mengutarakan ide dan pendapatnya. Namun, guru pengajar belum
dapat menciptakan suasana kelas yang tenang. Sebagian besar anak
terlihat antusias dan tertarik untuk bermain peran karena kegiatan ini
bagi mereka sangat menarik dan menyenangkan. Sedangkan sebagian
anak didik mengalami kesulitan dalam bermain peran. Beberapa anak
didik yang lain terlihat bingung dan malu bersuara. Sebagian anak
didik yang tidak sedang bermain peran cenderung berlarian.
58
Kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara
anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada siklus I secara rinci
sebagai berikut; anak didik yang memiliki kemampuan bertanya
sejumlah 10 anak dari 17 anak (58,82%), anak didik yang memiliki
kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 11 anak dari 17 anak
(64,70%), anak didik yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan
sejumlah 8 anak dari 17 anak (47,06%), anak yang memiliki
kemampuan mengutarakan ide/pendapat sejumlah 8 anak dari 17 anak
(47,06%), dan anak didik yang memiliki kemampuan memberikan
alasan atas pendapatnya sejumlah 8 anak dari 17 anak (47,06%).
Adapun secara umum kecerdasan linguistik khususnya dalam hal
kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan
pada tahap siklus I ini mencapai 52, 94%.
Berdasarkan hasil pengamatan pula, secara umum dapat
disimpulkan bahwa pada siklus I ini kegiatan bermain peran dalam
upaya peningkatan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal
kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 sudah terlihat hasilnya
yaitu terdapat peningkatan kecerdasan linguistik anak khususnya
dalam hal kemampuan berbicara jika dibandingkan pada pra tindakan.
Pada pra tindakan kemampuannya 41,18% (7 orang) telah meningkat
menjadi 52,94% (9 orang). Secara terperinci, data peningkatan dapat
dilihat pada table berikut:
59
Tabel 4.2 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik
(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus I
No Indikator Tahap Siklus I
Jumlah Anak yang
Mampu
1 Kemampuan bertanya 58,82% 10 anak 2 Kemampuan menjawab 64,70% 11 anak 3 Menyampaikan pesan 47,06% 8 anak
4 Mengutarakan ide 47,06% 8 anak
5 Memberikan alasan 47,06% 8 anak
Kemampuan rata-rata 52,94% 9 anak
Meskipun demikian, masih banyak anak didik yang kecerdasan
linguistiknya khususnya dalam hal kemampuan berbicara kurang
meningkat. Beberapa anak didik mengalami kesulitan dalam
mengeluarkan kata-kata untuk berbicara dan membutuhkan motivasi
yang lebih untuk bermain peran.
4) Analisis dan Refleksi
Peneliti melakukan kegiatan analisis ini pada hari Sabtu, tanggal
10 April 2011. Peneliti melakukan analisis ini bersama guru kelas yang
menjadi mitra kolaborasi peneliti. Setelah melakukan tahapan-tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan pada siklus I, sebagai tindak
lanjut peneliti mengadakan refleksi terhadap tahapan-tahapan tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah
dicapai pada penelitian ini setelah peneliti memberikan penugasan
kepada anak didik yaitu bermain peran ‘makan malam bersama di
rumah’.
60
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa hasil
tindakan yang dicapai anak didik pada siklus I belum memuaskan.
Hasil tindakan yang belum memuaskan ini terlihat seperti:
a) Anak didik masih bingung dalam bermain peran dan malu-malu.
b) Anak didik merasa kurang bebas berekspresi.
c) Anak didik kurang menikmati kegiatan bermain peran .
d) Sebagian anak didik kurang semangat untuk bermain peran.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti, mengapa hasil yang
dicapai pada silkus I kurang maksimal, diantaranya:
a) Kegiatan bermain peran ini terasa baru bagi mereka sehingga anak
didik masih bingung dan malu-malu untuk lebih berani berbicara
saat bermain peran.
b) Kegiatan bermain peran masih terlihat terpimpin oleh guru
pengajar sehingga.
c) Waktu yang diberikan setiap kelompok untuk bermain peran sangat
kurang.
d) Meskipun guru pengajar telah memberikan motivasi, namun masih
diperlukan motivasi yang lebih untuk memberi semangat pada
anak.
Melihat hasil yang telah dicapai pada siklus I ini, maka peneliti dan
guru mitra menyimpulkan masih perlu diadakan tindakan penelitian
selanjutnya serta memutuskan untuk melanjutkan tindakan pada siklus
berikutnya. Pelaksanaan kegiatan tindakan pada siklus I pada dasarnya
61
sudah baik, hanya saja perlu peningkatan motivasi terhadap anak didik.
Oleh karenanya pada siklus berikutnya, peneliti akan memperbaikinya
melalui:
a) Berusaha meningkatkan motivasi anak didik dalam bermain peran.
b) Peneliti juga akan memperbaiki sistem pembagian kelompok agar
rasa malu untuk berbicara anak didik berkurang.
c) Peneliti dan guru mitra akan menambah alokasi waktu bermain
peran anak didik.
d) Selain itu, peneliti akan berusaha mengefektifkan metode bermain
peran ini agar hasil dari penelitian dapat meningkat.
b. Tindakan Siklus II
1) Perencanaan
Proses pembelajaran bermain peran telah dicapai pada siklus I pada
umumnya sudah cukup baik, tetapi belum memuaskan. Hal ini
dikarenakan masih banyak kekurangan yang menjadikan belum
berhasilnya tindakan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, maka
pada hari Senin, tanggal 11 April 2011 peneliti dan guru mitra
merencanakan tindakan siklus II.
Secara umum perencanaan pada siklus II ini sama dengan pada
siklus I, hanya saja peneliti berusaha melakukan perbaikan metode
mengajar dan memberikan variasi kegiatan agar anak didik tidak
merasa bosan. Hal ini dilakukan peneliti tidak lain untuk meningkatkan
kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anak didik
62
kelas B.1 pada TK tersebut. Siklus II ini direncanakan akan
dilaksanakan dalam tiga pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari
Selasa tanggal 12 April 2011, pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal
13 April 2011 dan pertemuan ketiga pada hari Jum’at tanggal 15 April
2011.
Setelah melaksanakan diskusi akhirnya peneliti dan guru mitra
menyepakati beberapa hal perbaikan yang sebaiknya dilaksanakan
dalam pembelajaran bermain peran pada tindakan siklus II ini. Hal-hal
tersebut yaitu (1) peneliti akan berusaha meningkatkan motivasi anak
didik dalam bermain peran seperti melalui pujian dan reward bagi
yang sudah mampu dan dorongan bagi yang belum mampu. (2)
Peneliti akan memberi kebebasan anak didik untuk berekspresi selama
masih dalam konten yang ada agar pembelajaran lebih efektif. (3)
peneliti akan menambah alokasi waktu bermain peran anak didik. (4)
Selain itu, peneliti juga akan menambah jumlah anggota per tiap-tiap
kelompok. Harapannya adalah dengan lebih banyak jumlah anggota
dalam bermain peran, anak didik semakin semangat dan rasa malu
untuk mengeluarkan suara dalam berbicara akan berkurang.
Pada perencanaan ini peneliti dan guru mitra juga berdiskusi hal-
hal yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan nanti, diantaranya
pada siklus II peneliti masih menggunakan indikator-indikator
keberhasilan yang sama dengan pada siklus I. Peneliti menyusun dan
mendiskusikan SBP dengan guru mitra. Pada tindakan siklus II ini
63
peneliti sengaja mengganti kegiatan bermain peran, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi mencegah munculnya kebosanan anak
didik. Meskipun kegiatannya sama, namun peneliti tetap mengambil
tema keluarga karena keluarga merupakan kondisi yang paling dekat
dengan anak didik sehingga anak didik sudah memiliki cukup
pengalaman akan tema itu. Adapun kegiatan pada siklus II ini adalah
bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’.
Pada perencanaan ini peneliti juga menyusun dan mendiskusikan
lembar observasi guru mengajar dengan guru mitra, menyusun dan
mendiskusikan lembar observasi proses pembelajaran anak didik
dengan guru mitra kolaboratif. Peneliti menyusun dan mendiskusikan
lembar observasi hasil belajar anak dengan guru kelas. Adapun aspek
yang dinilai meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab
pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan
mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat
yang diberikan. Tidak lupa peneliti dan guru mitra kolaboratif
bersama-sama membuat alat peraga.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti
melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Selasa,
Rabu, Jum’at, tanggal 12, 13, dan 15 April 2011. Adapun pelaksanaan
tindakan peneliti ini sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.
64
Pada tindakan siklus II ini, peneliti tetap sebagai guru pengajar, sedang
guru mitra kolaboratif peneliti mengamati proses pembelajaran.
Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan awal
yang dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan awal
ini pengajar mengawalinya dengan salam. Selanjutnya guru
menyiapkan alat peraga yang diperlukan. Guru dan anak didik
bercakap-cakap tentang nama-nama anggota keluarga besar (ada ayah,
ibu dan anak ditambah kakek dan nenek). Guru dan anak didik juga
bercakap-cakap tentang cara menyambut kedatangan kakek dan nenek.
Pada kegiatan inti pengajar atau peneliti melakukannya kurang
lebih selama 70 menit. Adapun alokasi waktu kegiatan berrmain peran
setiap kelompok kurang lebih 15 menit. Pada kegiatan inti ini guru
berusaha menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Guru
menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘menyambut kedatangan
nenek dan kakek’. Di sini guru mengajukan pertanyaan pada peserta
didik seperti bahwa kalau ingin bertamu, kakek dan nenek
mengucapkan apa, bagaimana cara anak-anak menyambut kakek dan
nenek, kalau ada tamu, anak-anak harus gimana, dan sebagainya.
Langkah yang dilakukan guru selanjutnya menjelaskan alur cerita
bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’. Guru
memberi contoh bermain peran ‘menyambut kedatangan nenek dan
kakek’.
65
Urutan pelaksanaan setelah guru memberi contoh adalah
pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok, guru
mengajak anak didik membentuk kelompok sendiri. Setiap kelompok
lima atau enam orang dan menentukan sendiri peran masing-masing
(ada yang menjadi kakek, nenek, ayah, ibu, anak). Anak-anak yang
tidak sedang mendapat giliran bermain peran, oleh guru diajak
berperan menjadi penonton dan memberi tepuk tangan atas peran
temannya yang bagus.
Langkah selanjutnya guru mengajak anak didik memulai
permainan secara bergantian. Adapun guru sekaligus peneliti sebagai
mediator dan fasilitator. Guru melepas anak bermain peran sesuka
hatinya selama masih dalam konteks urutan alurnya. Guru memberi
pujian bagi yang sudah bisa berbicara lancar dan memberi dorongan
atau motivasi yang belum bisa.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan pengajar saat mengajar. Di
antaranya, untuk memotivasi anak didik, guru pengajar/peneliti
memberi bintang pada anak berani berbicara dan pada anak yang bisa
menjadi penonton yang baik. Selama pelaksanaan kegitan bermain
peran, observasi dan pengisian pada lembar observasi dilakukan oleh
guru kelas yang berperan sebagai rekan sejawat peneliti.
Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar/peneliti
melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini
yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,
66
bernyanyi lagu ‘nenek moyangku’. Tidak lupa guru pengajar juga
menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.
Pada dasarnya kegiatan bermain peran pada tindakan siklus II ini,
antara pertemuan satu, pertemuan dua dan pertemuan tiga adalah sama
yaitu bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’. Hanya
saja antara pertemuan satu, dua dan tiga pelaksanaannya ada sedikit
variasi. Adapun variasinya yaitu:
a) Setiap pertemuan setiap anak memerankan peran yang berbeda.
Anak yang pada pertemuan satu sudah memerankan peran kakek,
maka pada pertemuan berikutnya anak didik memerankan selain
peran kakek dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar anak
memiliki kesempatan yang sama untuk bebas berekspresi untuk
memerankan peran-peran dalam bermain peran. Selain itu, hal ini
juga bertujuan untuk mencegah kebosanan anak.
b) Pada pertemuan satu, sebelum bermain peran anak diajak
menirukan suara kakek dan nenek.
c) Pada pertemuan dua, sebelum bermain peran anak diajak lomba
menirukan jalannya kakek dan nenek.
d) Pada pertemuan ketiga, setelah bermain peran anak didik diajak
menirukan puisi ‘Kakekku’
3) Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dari tindakan pada
siklus II ini peneliti mendapatkan data hasil penelitian. Melihat dari
67
segi perencanaan peneliti sudah melaksanakan prosedur dan dalam
penyusunan pun lebih terencana karena telah mendapatkan
pengalaman dari perencanaan sebelumnya. Melihat dari segi proses
pembelajaran menurut hasil observasi tindakan, dan wawancara, proses
kegiatan bermain peran terlihat sangat pakem. Keefektifan
pembelajaran pun sudah lebih terlihat. Guru pengajar atau peneliti
sudah mengajar sesuai dengan perencanaan yang ada (SBP). Guru
pengajar atau peneliti sudah memberikan penguatan terhadap
kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar atau peneliti telah
berhasil mendorong anak didik untuk lebih berani berbicara,
mengutarakan ide dan pendapatnya dari pada pada tindakan pada
siklus I. Guru pengajar juga sudah dapat menciptakan suasana kelas
yang tenang.
Sebagian besar anak terlihat lebih antusias dan tertarik dalam
bermain yang sesungguhnya yaitu bermain peran. Anak didik sudah
lebih terlihat tidak bingung dan tidak malu untuk bersuara. Beberapa
anak didik mengalami kesulitan dalam bermain peran terlihat lebih
sedikit jika dibandingkan pada siklus sebelumya. Anak didik yang
tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih tenang. Ada
peningkatan kecerdasan linguistik anak didik khususnya dalam hal
kemampuan berbicara pada siklus II ini jika dibandingkan pada siklus
satu. Adapun hasil pembelajaran kegiatan bermain peran siklus II
seperti pada tabel berikut.
68
Tabel 4.3 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik
(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus II
No Indikator Tahap Siklus II
Jumlah Anak yang Mampu
1 Kemampuan bertanya 64,70% 11 anak 2 Kemampuan menjawab 70, 58% 12 anak 3 Menyampaikan pesan 64, 70% 11 anak
4 Mengutarakan ide 64,70% 11 anak
5 Memberikan alasan 58,82% 10 anak
Kemampuan rata-rata 64,70% 11 anak
Kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara
anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada siklus II secara
rinci sebagai berikut; anak didik yang memiliki kemampuan bertanya
sejumlah 11 anak dari 17 anak (64,70%). Anak didik yang memiliki
kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 12 anak dari 17 anak
(70,58%). Anak didik yang memiliki kemampuan menyampaikan
pesan sejumlah 11 anak dari 17 anak (64,70%). Anak yang memiliki
kemampuan mengutarakan ide atau pendapat sejumlah 11 anak dari 17
anak (64,70%), dan anak didik yang memiliki kemampuan
memberikan alasan atas pendapatnya sejumlah 10 anak dari 17 anak
(58,82%). Adapun secara umum kecerdasan linguistik khususnya
dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah
Kertonatan yang memiliki pada tahap siklus II ini adalah 64,70% (11
anak).
69
4) Analisis dan Refleksi
Peneliti melakukan kegiatan analisis tindakan siklus II ini pada
hari Jum’at, tanggal 15 April 2011. Peneliti melakukan analisis ini
bersama guru mitra kolaborasi peneliti. Walaupun mengalami kendala,
namun pelaksanaan siklus II ini tampak berjalan dengan baik dan
hasilnya pun bisa dikatakan lebih baik dari tahapan siklus sebelumnya.
Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh peneliti
menyimpulkan terjadi peningkatan kecerdasan linguistik khususnya
dalam hal kemampuan berbicara yang signifikan. Meskipun telah
mengalami peningkatan yang lebih namun hasil penelitian ini tetap
belum maksimal. Hal ini terjadi karena:
a) Beberapa anak tidak mau memerankan peran kakek dan nenek.
b) Beberapa anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan masih
memiliki kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan
berbicara yang kurang.
c) Beberapa anak didik masih mengalami kesulitan dalam
mengeluarkan kata-kata untuk berbicara, mengungkapkan segala
sesuatu yang ingin diutarakan dan membutuhkan motivasi yang
lebih untuk bermain peran.
Ada hal yang menjadi catatan peneliti, mengapa hasil yang dicapai
pada siklus II kurang maksimal, yaitu:
a) Anak didik memiliki pemikiran bahwa peran kakek dan nenek itu
buruk dan menjadikan dirinya terlihat tua.
70
b) Anak-anak yang kemampuan kecerdasan linguistik khususnya
dalam hal kemampuan berbicaranya masih kurang, ternyata
mendapat teman-teman dalam kelompok bermain peran yang juga
sama-sama yang memiliki kemampuan berbicara yang kurang.
Dengan demikian, hasil penelitian yang dicapai pada siklus II ini
masih belum berhasil. Oleh karenanya, peneliti dan guru mitra
memutuskan untuk melanjutkan tindakan pada siklus selanjutnya.
Adapun untuk lebih meningkatkan hasil belajar pada siklus berikutnya
nanti, peneliti merencanakan melakukan beberapa perbaikan seperti :
a) Guru pengajar/peneliti akan memberikan pemahaman pada anak
didik bahwa kakek itu tidak buruk dan termasuk orang tua anak
didik juga.
b) Guru pengajar/peneliti akan memperbaiki sistem pembagian
kelompok bermain peran.
c. Tindakan Siklus III
1) Perencanaan
Hasil pembelajaran yang dicapai pada siklus II sudah terlihat lebih
memuaskan, namun belum mencapai ketuntasan hasil belajar.
Beberapa anak masih membutuhkan keberanian untuk mengeluarkan
suara dalam berbicaranya. Oleh karenanya, pada hari Sabtu, tanggal
16 April 2011 di TK Aisyiyah Kertonatan peneliti merencanakan
siklus III dengan sedikit melakukan perbaikan.
71
Secara umum perencanaan pada siklus III ini sama dengan pada
siklus II, hanya saja peneliti berusaha melakukan sedikit perbaikan.
Perbaikan itu meliputi:
a) Guru pengajar/peneliti akan memberikan pemahaman pada anak
didik bahwa kakek itu tidak buruk dan termasuk orang tua anak
didik juga.
b) Guru memperbaiki metode pengelompokan teman bermain peran.
Anak-anak didik yang telah memiliki kecerdasan linguistik
khususnya dalam hal kemampuan berbicara yang baik oleh guru
pengajar dijadikan ketua kelompok bermain peran. Adapun anak
didik yang lain dipersilahkan memilih menjadi anggota kelompok
bermain peran dengan syarat setiap kelompok anggotanya
maksimal enam anak didik.
c) Peneliti juga memberikan variasi kegiatan agar anak didik tidak
merasa bosan. Hal ini dilakukan peneliti tidak lain untuk
meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan
berbicara anak didik kelas B.1 pada TK tersebut.
Pada perencanaan ini peneliti dan guru mitra berdiskusi hal-hal
yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan nanti, diantaranya pada
siklus III peneliti masih menggunakan indikator-indikator keberhasilan
yang sama dengan pada siklus I dan II. Peneliti menyusun dan
mendiskusikan SBP dengan guru mitra. Adapaun kegiatan pada siklus
III ini adalah bermain peran ‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’.
72
Peneliti juga menyusun dan mendiskusikan lembar observasi guru
mengajar dengan guru mitra. Peneliti menyusun dan mendiskusikan
lembar observasi proses pembelajaran anak didik dengan guru mitra
kolaboratif. Selanjutnya peneliti menyusun dan mendiskusikan lembar
observasi hasil belajar anak dengan guru kelas. Adapun aspek yang
dinilai meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab
pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan
mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat
yang diberikan. Tidak lupa peneliti dan guru mitra kolaboratif
bersama-sama membuat alat peraga.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindankan siklus III ini, peneliti
melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Senin,
Rabu, Jum’at, tanggal 18, 20, dan 22 April 2011. Adapun pelaksanaan
tindakan peneliti ini sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.
Pada tindakan siklus III ini, peneliti tetap sebagai guru pengajar,
sedang guru mitra kolaboratif peneliti mengamati proses pembelajaran.
Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal
dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit dengan diawali kalimat
salam oleh guru pengajar. Selanjutnya guru pengajar menyiapkan alat
peraga yang diperlukan. Guru dan anak didik bercakap-cakap tentang
nama-nama anggota keluarga besar (ada ayah, ibu dan anak ditambah
73
kakek dan nenek). Guru dan anak didik juga bercakap-cakap tentang
hari ulang tahun.
Pada kegiatan inti, kegiatan bermain peran dilaksanakan selama
kurang lebih 70 menit. Pada kegiatan inti ini guru mengawali dengan
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Selanjutnya
guru menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘kejutan pesta kecil
ulang tahun mama’. Di sini guru bercakap-cakap tentang hal-hal yang
dibutuhkan dalam persiapan pesta ulang tahun (balon, kado, kue tart,
kertas krep). Kemudian guru menjelaskan alur cerita bermain peran
‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’. Tidak lupa guru memberi
contoh bermain peran ‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’.
Selanjutnya, guru mengajak anak didik membentuk kelompok
sendiri, tiap kelompok lima atau enam orang dan anak didik
menentukan sendiri peran masing-masing. Dalam pembagian peran itu
ada yang menjadi kakek, nenek, ayah, ibu, anak. Adapun untuk
pembentukan kelompok ini, anak didik yang memiliki kecerdasan
linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara masih kurang
pada siklus III dibagi secara merata pada tiap-tiap kelompok. Guru
pengajar mempersilahkannya memilih menjadi anggota kelompok-
kelompok secara berpencar yang dianggap guru memiliki kecerdasan
linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara yang lebih.
Anak-anak yang tidak sedang mendapat giliran bermain peran, oleh
guru diajak berperan menjadi penonton dan memberi tepuk tangan atas
74
peran temannya yang bagus. Guru mengajak anak didik memulai
permainan secara bergantian. Guru melepas anak bermain peran sesuka
hatinya selama masih dalam konteks urutan alurnya. Guru memberi
pujian bagi anak didik yang sudah bisa berbicara lancar dan memberi
dorongan atau motivasi pada anak didik yang belum bisa berbicara
lancar.
Guna membangun anak lebih bersemangat guru pengajar/peneliti
memberi bintang pada anak berani berbicara dan pada anak yang bisa
menjadi penonton yang baik. Selama pelaksanaan kegiatan bermain
peran, peneliti sebagai guru pengajar yang berfungsi sebagai mediator
dan fasilitator. Hal ini dikarenakan peneliti juga guru kelas tersebut.
Selama pelaksanaan kegitan bermain peran, kegiatan observasi dan
pengisisan lembar observasi dilakukan oleh guru kelas yang berperan
sebagai rekan sejawat peneliti.
Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar/peneliti
melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini
yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,
bernyanyi lagu ‘sayang semuanya’. Tidak lupa guru pengajar juga
menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.
Pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap pertemuan di siklus III ini
memiliki kegiatan bermain peran yang sama yaitu bermain peran
‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’. Hal ini bertujuan agar anak
semakin memahami peran mainnya sehingga anak berani berbicara.
75
Meskipun kegiatannya sama, namun ada sedikit variasi kegiatan pada
setiap pertemuan. Adapun variasinya yaitu:
a) Pada setiap pertemuan anak memainkan peran yang berbeda. Hal
ini bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan
yang sama untuk memerankan peran-peran dalam kegiatan bermain
peran.
b) Pada pertemuan satu, sebelum kegiatan bermain peran anak diajak
lomba meniup balon.
c) Pada pertemuan dua, sebelum kegiatan bermain peran anak
meronce kalung dari sedotan.
d) Pada pertemuan tiga, sebelum kegiatan bermain peran anak diajak
lomba membungkus kado.
3) Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dari tindakan pada
siklus III ini peneliti mendapatkan data bahwa guru pengajar atau
peneliti sudah mengajar sesuai dengan perencanaan yang ada (SBP).
Guru pengajar atau peneliti sudah berhasil memberikan penguatan
terhadap kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar atau peneliti
telah berhasil mendorong anak didik kelas B.1 pada umumnya dan
khususnya pada anak didik yang pada siklus II terlihat masih kurang
untuk lebih berani berbicara, mengutarakan ide dan pendapatnya. Guru
pengajar juga sudah dapat menciptakan suasana kelas yang tenang.
76
Dalam proses pembelajaran sebagian besar anak didik terlihat lebih
antusias dan menikmati kegiatan bermain peran. Anak didik dalam
perannya sudah terlihat bebas berbicara dan berekspresi. Anak didik
yang tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih tenang.
Tabel 4.3 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik
(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus III
No Indikator Tahap Siklus III
Jumlah Anak yang
Mampu
1 Kemampuan bertanya 76,47% 13 anak 2 Kemampuan menjawab 76,47% 13 anak 3 Menyampaikan pesan 76,47% 13 anak
4 Mengutarakan ide 76,47% 13 anak
5 Memberikan alasan 70,58% 12 anak
Kemampuan rata-rata 75,29%
Adapun hasil pembelajaran, kecerdasan linguistik khususnya
dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah
Kertonatan pada siklus III secara rinci sebagai berikut; anak didik yang
memiliki kemampuan bertanya sejumlah 13 anak dari 17 anak
(76,47%), anak didik yang memiliki kemampuan menjawab
pertanyaan sejumlah 13 anak dari 17 anak (76,47%), anak didik yang
memiliki kemampuan menyampaikan pesan sejumlah 13 anak dari 17
anak (76,47%), anak yang memiliki kemampuan mengutarakan ide/
pendapat sejumlah 12 anak dari 17 anak (70,58%), dan anak didik
yang memiliki kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya
sejumlah 12 anak dari 17 anak (70,58%). Adapun secara umum
77
kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak
didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada tahap siklus III
mencapai 75,29%.
4) Analisis dan Refleksi
Pada hari Jum’at, tanggal 22 April 2011, peneliti melakukan
kegiatan analisis tindakan siklus III ini. Peneliti melakukan analisis ini
bersama guru mitra kolaborasi peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa
anak didik kelas B.1 telah mencapai ketuntasan pembelajaran yang
diharapkan (75%). Anak didik sudah terlihat sangat menikmati dan
bebas berbicara yang sesuai tema kegiatan bermain peran. Dengan
hasil yang demikian, peneliti memutuskan untuk menghentikan
tindakan ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I, siklus II dan siklus III maka
peningkatan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara
anak melalui bermain peran makro sudah berhasil sesuai dengan harapan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak didik telah mampu menanyakan
tentang suatu hal untuk mewujudkan rasa ingin tahunya. Anak didik telah
memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya. Mereka
juga telah memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan sederhana,
memiliki kemampuan untuk mengutarakan pendapat, serta telah memiliki
kemampuan untuk memberikan alasan atas pendapat yang diberikan. Adapun
gambaran hasil penelitian dapat dilihat pada tabael berikut:
78
Tabel 4.4 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik
(Kemampuan Bebicara) Anak Siklus I, II, III
No Indikator Tahap Siklus I
Tahap Siklus II
Tahap Siklus III
1 Kemampuan bertanya 58,82% 64,70% 76,47%
2 Kemampuan menjawab 64,70% 70, 58% 76,47%
3 Menyampaikan pesan 47,06% 64, 70% 76,47%
4 Mengutarakan ide 47,06% 64,70% 76,47%
5 Memberikan alasan 47,06% 58,82% 70,58%
Kemampuan rata-rata 52,94% 64,70% 75,29%
Keberhasilan penelitian dalam rangka meningkatan kecerdasan linguistik
khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah
Kertonatan dapat dilihat dari hasil tindakan yang dari siklus satu ke siklus
berikutnya terus mengalami peningkatan secara signifikan. Peneliti melihat
dari segi proses pembelajaran, anak mulai antusias dan tertarik untuk bermain
peran. Adapun dari segi hasil, tindakan tahap I telah menunjukkan
peningkatan yang cukup berarti. Kemampuan bertanya anak didik dari 41,18%
meningkat menjadi 58,82%, kemampuan menjawab pertanyaan anak didik
dari 52,94% meningkat menjadi 64,70%, kemampuan menyampaikan pesan
anak didik dari 41,18% meningkat menjadi 47,06%, kemampuan
mengutarakan ide atau pendapat anak didik dari 35,29% meningkat menjadi
47,06%, kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya anak didik dari
35,29% meningkat menjadi 47,06%. Adapun secara umum kecerdasan
linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK
Aisyiyah Kertonatan pada tahap siklus I terdapat peningkatan dari 41,18%
menjadi 52,94% sehingga terdapat peningkatan sebesar 11,76%.
79
Meskipun pada tindakan tahap I mengalami peningkatan, namun hasilnya
belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya anak didik masih bingung dalam bermain peran karena kegiatan
ini terasa baru bagi mereka, anak didik masih malu-malu untuk lebih berani
berbicara saat bermain peran, kegiatan bermain peran masih terlihat terpimpin
oleh guru pengajar sehingga anak merasa kurang bebas berekspresi, alokasi
waktu yang kurang sehingga anak dalam bermain perannya merasa belum
puas serta disebabkan oleh kurangnya motivasi yang lebih dari guru pengajar
untuk memberi semangat pada anak. Dengan hasil yang kurang maksimal ini
peneliti melanjutkan tindakan tahap II.
Pada tindakan tahap II, peneliti mendapat hasil bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar dari tahap sebelumnya. Dilihat dari segi proses,
kegiatan bermain peran terlihat sangat pakem. Keefektifan pembelajaran pun
sudah lebih terlihat. Sebagian besar anak terlihat lebih antusias dan tertarik
dalam bermain yang sesungguhnya yaitu bermain peran. Anak didik sudah
lebih terlihat tidak bingung dan tidak malu untuk bersuara. Beberapa anak
didik mengalami kesulitan dalam bermain peran terlihat lebih sedikit jika
dibandingkan pada siklus sebelumya. Anak didik yang tidak sedang bermain
peran sudah terlihat lebih tenang. Adapun hasil kegiatan bermain peran
sebagai berikut, kemampuan bertanya anak didik dari mencapai 58,82%
meningkat menjadi 64,70%, kemampuan menjawab pertanyaan anak didik
dari 64,70% meningkat menjadi 70,58%, kemampuan menyampaikan pesan
anak didik dari 47,06% meningkat menjadi 64,70%, kemampuan
80
mengutarakan ide/pendapat anak didik dari 47,06 meningkat menjadi 64,70%,
dan kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya anak didik dari 47,06%
meningkat menjadi 58,82%. Adapun secara umum kecerdasan linguistik
khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah
Kertonatan pada tahap siklus II mengalami peningkatan dari 52,94% menjadi
64,70% sehingga terdapat peningkatan sebesar 11,76%.
Meskipun pada tahap II ini anak didik lebih terlihat antusias dan anak
didik yang mengalami kesulitan dalam bermain peran lebih sedikit, hasil yang
dicapai pada tindakan tahap II ini dapat diartikan belum mencapai ketuntasan
belajar. Berdasarkan pengamatan, belum tercapainya ini dikarenakan anak-
anak yang memiliki kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan
berbicaranya masih kurang, ternyata dalam bermain peran mendapat
kelompok teman yang juga memiliki kemampuan berbicara yang kurang.
Dengan demikian peneliti melanjutkan tindakan pada tahap III.
Hasil dari tindakan pada tahap III ini menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Anak terlihat lebih antusias dan menikmati kegiatan
bermain peran. Anak didik dalam perannya sudah terlihat bebas berbicara dan
berekspresi. Anak didik yang tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih
tenang. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik
hingga mendekati ketuntasan belajar (75%).
Perbandingan hasil belajar pada tahap III dengan tahap sebelumnya adalah
kemampuan bertanya anak didik meningkat dari 64,70% menjadi 76,47%,
kemamp
kemamp
Adapun
menjadi
meningk
tahap II
berbicara
terdapat
belajar a
Setela
yang dip
dilaksan
metode b
Sukoharj
mencapa
bahwa k
prosent
puan menjaw
puan menyam
untuk kema
76,47%, sed
kat dari 58,6
II ini secar
a mengalam
peningkatan
anak didik da
Gamba
ah melalui ta
peroleh dap
akan penelit
bermain per
jo tahun aja
ai ketuntasan
kecerdasan li
0
10
20
30
40
50
60
70
80
siklu
tase
wab pertany
mpaikan pe
ampuan me
dangkan kem
62% menja
ra umum k
mi peningka
n 10,59%. G
apat dilihat p
ar 4.1 Grafik
ahapan-tahap
pat disimpu
ti sebagai up
ran pada kel
aran 2010/20
n belajar ya
inguistik khu
us I siklus II
yaan mening
esan mening
ngutarakan
mampuan me
di 70,58%.
kecerdasan
atan dari 64
Guna mempe
pada grafik b
k Hasil Pene
apan dari sik
ulkan bahwa
paya peningk
lompok B T
011 telah m
ang diharapk
ususnya dala
I siklus III
gkat dari 70
gkat dari 64
pendapat m
emberikan a
Hal ini da
linguistik k
4,70% menj
erjelas gamb
berikut.
elitian Antar
lus satu ke s
a penelitian
katan kecerd
TK Aisyiyah
mencapai has
kan. Hasil ak
am hal kema
0,58 menjad
4,70 menjad
meningkat da
lasan atas pe
apat disimpu
khususnya
jadi 75,29%
baran pening
Siklus
siklus selanj
tindakan k
dasan linguis
h Kertonatan
il yang baik
khir dari pen
ampuan berb
81
di 76,47%,
di 76,47%.
ari 64,70%
endapatnya
ulkan pada
dalam hal
% sehingga
gkatan hasil
utnya hasil
kelas yang
stik melalui
n Kartasura
k dan telah
nelitian ini
bicara anak
82
telah meningkat mencapai 75,29%. Secara keseluruhan, penerapan kegiatan
bermain peran berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar mengajar
anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan Kartasura.
Dengan hasil penelitian ini, berarti teori yang menjelaskan bahwa
‘kecerdasan linguistik dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan seperti
mengajak berbicara, membaca cerita dan bernyanyi, bermain drama atau
bermain peran’ itu benar adanya. Di sini, peneliti telah membuktikan melalui
kegiatan bermain peran. Kebenaran teori itu telah dibuktikan oleh peneliti
melalui tindakan-tindakan pada penelitiannya berupa kegiatan bermain peran
yang dilakukan pada anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan, sehingga
kebenaran teori itu tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.
Melalui hasil penelitian ini pula, peneliti telah memperkuat hasil penelitian
yang berjudul “Peningkatan perkembangan sosial anak usia dini melalui
metode bermain peran di TK Mawar Nganti Gemolong tahun ajaran
2009/2010”, yang dilaksanakan oleh Yanni (mahasiswa UMS jurusan FKIP
Program Studi PG-PAUD). Peneliti memperkuat bahwa metode bermain
peran dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Pada
penelitian Yanni metode bermain peran dapat meningkatkan perkembangan
sosial anak, sedangkan pada penelitian peneliti, metode bermain peran dapat
meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan
berbicara.