29 Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Metode penelitan yang digunakan yaitu kuantitatif karena penelitian ini
bermaksud untuk dapat menguji hipotesis, mengetahui pengaruh perlakuan
tertentu, dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Sugiyono, 2017).
Kemudian rancangan penelitian kuantitatif yang digunakan adalah rancangan
penelitian kuasi eksperimen. Penelitian dengan rancangan ini menurut Yusuf
(2014, hlm. 183) “bukanlah eksperimen murni karena rancangan ini tidak
menggunakan randominasi dalam menentukan kelompok, dan kelompok juga
sering dipengaruhi oleh variabel lainnya”. Rancangan kuasi eksperimen yang
digunakan adalah tipe non-ekivalen. Non-Ekivalen dirancang dengan melalui 3
tahapan yaitu adanya pretes, perlakuan berbeda terhadap dua kelas penelitian, dan
adanya postes di akhir penelitian (Ruseffendi, 1994, hlm. 47). Dari beberapa
pendapat, tipe Non-Ekivalen ini hampir sama dengan tipe Pretest-Posttest Control
Group Design pada rancangan penelitian eksperimen murni, namun perbedaannya
pada desain tipe ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random (Yusuf, 2014; Sugiono, 2017).
Berikut gambaran dari metode dan desain yang digunakan dalam penelitian
menurut Ruseffendi, E.T. (1994, hlm. 47) :
Pendekatan Penelitian : Kuantitatif
Metode Penelitian : Kuasi Eksperimen
Desain Penelitian : Non Ekivalen
O X O Kelas Eksperimen
O O Kelas Kontrol
Keterangan : O = Pretest – Posttest
X = Treatment ( Pendekatan/Model Pembelajaran)
- - - = subjek tidak dipilih secara acak
Berdasarkan gambaran diatas peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pertama-tama kedua kelas tersebut
diberikan soal pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
30
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, kelas eksperimen diberikan sebuah treatment/perlakuan khusus
dengan menerapkan pendekatan Concrete Pictorial Abstract sedangkan pada
kelas kontrol peneliti menerapkan pendekatan konvensional. Dalam proses
pembelajaran siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol akan
mendapatkan materi, soal evaluasi dan soal pretes-postes yang sama untuk dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.
Setelah melalui proses pembelajaran yang menjadi target peneliti, siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal postes untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa. Dari hasil pretes dan postes inilah peneliti dapat
mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara kelas
eksperimen yang menerapkan pendekatan Concrete Pictorial Abstract dengan
kelas kontrol yang menerapkan pendekatan konvensional. Di dalam penelitian ini
terdapat 2 variabel yang telah ditentukan yakni variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel bebas yang akan diteliti yaitu pendekatan Concrete-Pictorial-Abstract
sedangkan variabel terikat yang akan diteliti yaitu kemampuan komunikasi
matematis.
3.2. Partisipan
Penelitian ini melibatkan 52 orang siswa dari dua sekolah yang berbeda
dengan masing-masing jumlah siswa sebanyak 26 orang, 2 orang guru kelas
sebagai observer, dan 2 orang kepala sekolah. Pemilihan sekolah didasarkan atas
adanya kesamaan karakteristik dari kedua sekolah yaitu kedua sekolah memiliki
akreditasi A, memiliki lingkungan masyarakat yang sama karena berlokasi di
daerah padat penduduk, siswa memiliki kemampuan yang setara, dan kedua
sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran yang sama yaitu saintifik. Atas
dasar pertimbangan tersebut maka peneliti memilih kedua sekolah sebagai kelas
penelitian.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan sekelompok orang, objek, atau peristiwa yang menjadi
fokus perhatian dalam penelitian dan kemudian dapat digeneralisasikan hasil
penelitiannya (Ary, dkk., 2010; Fraenkle, dkk., 2012 dalam Setyosari, P., 2013,
31
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hlm. 196). Sedangkan, sampel adalah sesuatu yang lebih kecil atau merupakan
bagian dari populasi secara keseluruhan (Setyosari, 2013, hlm. 197). Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa populasi memiliki ruang lingkup yang
lebih luas dibandingkan dengan sampel atau dengan kata lain sampel merupakan
contoh kecil yang diambil dari sebuah populasi.
Pada penelitian ini, populasi yang akan di ambil adalah seluruh siswa kelas
V yang ada di Kota Bandung sedangkan sampelnya adalah siswa kelas V dari
SDN 250 Jakapurwa dan SDN 222 Pasirpogor. Dimana SDN 250 Jakapurwa
merupakan kelas eksperimen yang akan diberikan treatment dengan menerapkan
pendekatan Concrete Pictorial Abstract dan SDN 222 Pasirpogor merupakan
kelas kontrol sebagai pembanding hasil penelitian yang akan diberikan
pembelajaran konvensional. Dengan kata lain SDN 250 Jakapurwa sebagai kelas
eksperimen dan SDN 222 Pasirpogor sebagai kelas kontrol.
Peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling tipe purposive
sample karena sampel tidak dipilih secara random dan ditentukan berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017, hlm. 67). Sampel yang diambil
merupakan siswa yang ada di kelas V dari sekolah yang bersangkutan tanpa
adanya pemilihan secara acak terhadap siswa yang akan diteliti atau dengan kata
lain peneliti mengambil sampel yang telah tersedia di sekolah yang bersangkutan.
Selain itu, pemilihan kedua sekolah tersebut melalui beberapa pertimbangan
bahwa terdapat kesamaan karakteristik siswa dan kemampuan yang setara.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2017, hlm. 102). Sehingga penelitian
dapat diartikan sebagai pengaplikasian teori terhadap kehidupan dunia nyata,
dimana dalam melakukan penelitian harus memiliki alat ukur yang baik dan
relevan dengan apa yang akan diukur. Sejalan dengan itu, Lestari & Yudhanegara
(2017, hlm. 163) menyatakan bahwa “instrumen penelitian digunakan untuk
mengumpulkan sebuah data dalam suatu penelitian yang nantinya dibutuhkan
peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian”. Dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian sangat dibutuhkan di dalam sebuah
32
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian untuk dapat mengetahui peningkatan serta perbedaan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis yang terjadi di kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
3.4.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Tes merupakan alat pengumpul data dalam rangka mengukur dan menilai
prestasi berupa pertanyaan yang diberikan dan dijawab oleh subyek (siswa) yang
sedang diteliti (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 164). Instrumen tes ini berupa
soal uraian dengan jumlah soal sebanyak 6 butir. Soal tes yang dijadikan
instrumen penelitian, nantinya akan dijadikan sebagai soal pretes dan postes.
Soal ini akan digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematis sebelum dan setelah siswa diberikan treatment di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Soal pretes dan postes yang diberikan kepada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol merupakan soal yang sama. Soal pretes
diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum kedua kelas
tersebut diberikan perlakuan. Sedangkan soal postes diberikan setelah kedua kelas
tersebut diberikan perlakuan.
Soal yang dipilih peneliti sebagai instrumen penelitian merupakan soal yang
didalamnya mencakup beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis
yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dapat mengetahui peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebelum dapat menetapkan soal yang
akan digunakan sebagai intrumen penelitian, peneliti merancang kisi-kisi soal
sebanyak 15 butir yang mencakup 3 indikator kemampuan komunikasi matematis,
yaitu (1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau benda nyata dalam
bahasa, simbol, idea, atau model matematik; (2) menjelaskan idea, situasi, dan
relasi matematik, secara lisan atau tulisan; dan (3) mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri. Berikut ini adalah kisi-kisi
instrumen soal uji coba kemampuan komunikasi matematis.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Penyebaran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis
Kompetensi Dasar Indikator TK Nomor
soal
3.7. menjelaskan data yang Menyatakan suatu situasi, SD 1
33
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kompetensi Dasar Indikator TK Nomor
soal
berkaitan dengan diri peserta
didik atau lingkungan sekitar
serta cara pengumpulannya
3.8. Menjelaskan penyajian
data yang berkaitan dengan
diri peserta didik dan
membandingkannya dengan
data dari lingkungan sekitar
dalam bentuk daftar, tabel,
diagram gambar (piktogram),
diagram batang, atau diagram
garis.
gambar, diagram, atau benda
nyata ke dalam bahasa, simbol,
idea, atau model matematik
SD 2
SD 3
SD 4
SD 5
Menjelaskan idea, situasi, dan
relasi matematika secara
tulisan
SD 6
MD 7
SD 8
SD 9
SD 10
Mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragrap
matematika dalam bahasa
sendiri
SD 11
SD 12
SD 13
MD 14
SD 15
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 15 butir soal yang disajikan
sebagai instrumen penelitian yang memiliki tingkat kesukaran berbeda. Sebanyak
13 butir soal termasuk kepada kriteria sedang dan sisanya sebanyak 2 butir soal
termasuk kepada kriteria mudah. Selain membuat kisi-kisi instrumen kemampuan
komunikasi matematis, peneliti juga menentukan kriteria penilaian yang sesuai
dengan soal yang telah di tentukan. Berikut ini pedoman penskoran kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diadaptasi dari Holistic Scoring Rubrics yang
dibuat oleh Cai, dkk., 1996 (dalam Verina,T., 2016).
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator Kriteria Penilaian Skor
Menyatakan
suatu situasi,
gambar, diagram,
atau benda nyata
ke dalam bahasa,
simbol, idea, atau
model matematik
Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,
atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau
model matematik dengan lengkap dan tepat
4
Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,
atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau
model matematik dengan lengkap, namun kurang
tepat.
3
Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,
atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau
model matematik dengan cukup lengkap, namun
kurang tepat
2
Siswa mampu menyatakan situasi, gambar, diagram,
atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau 1
34
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indikator Kriteria Penilaian Skor
model matematik dengan kurang lengkap dan kurang
tepat.
Tidak ada jawaban 0
Menjelaskan
idea, situasi, dan
relasi matematika
secara lisan atau
tulisan
Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi
matematika secara lisan atau tulisan secara rinci, jelas,
dan tepat.
4
Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi
matematika secara lisan atau tulisan secara rinci, jelas,
dan kurang tepat.
3
Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi
matematika secara lisan atau tulisan secara rinci,
kurang jelas, dan kurang tepat.
2
Siswa mampu menjelaskan idea, situasi, dan relasi
matematika secara lisan atau tulisan secara namun
kurang rinci, jelas, dan tepat.
1
Tidak ada jawaban 0
Mengungkapkan
kembali suatu
uraian atau
paragrap
matematika
dalam bahasa
sendiri
Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian
atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri
dengan lengkap dan tepat.
4
Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian
atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri
dengan lengkap dan kurang tepat.
3
Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian
atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri
dengan cukup lengkap dan kurang tepat.
2
Siswa mampu Mengungkapkan kembali suatu uraian
atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri
dengan kurang lengkap dan tepat.
1
Tidak ada jawaban 0
Pada tabel di atas diketahui bahwa siswa yang menjawab dengan tepat akan
mendapatkan skor sebanyak 4, siswa yang jawabannya kurang tepat mendapat
nilai dari 1 sampai 3 sedangkan siswa yang tidak menjawab soal mendapatkan
skor 0. Selanjutnya, setelah membuat kisi-kisi instrumen beserta kunci
jawabannya dan menentukan pendoman penskoran seperti pada tabel di atas, soal
tersebut harus melalui 4 tahapan pengujian yakni, uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran untuk dapat memastikan bahwa soal layak untuk
digunakan sebagai alat ukur kemampuan komunikasi matematis siswa.
3.4.1.1. Uji Validitas
35
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang diberikan
mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (Creswell, J., 2015, hlm. 320).
Misalnya dalam penelitian ini yang akan diukur yakni kemampuan komunikasi
matematis, maka soal yang dibuat pun harus dapat membuktikan bahwa dengan
adanya soal tersebut maka peneliti dapat mengukur peningkatan kemampuan
komunikasi matematis terhadap siswa. Instrumen tes ini telah juga telah melalui
uji validitas muka dan validitas isi oleh expert judgment yaitu dosen ahli. Peneliti
melakukan judgment kepada dosen ahli matematika. Selanjutnya setelah
mendapatkan judgment, maka soal tersebut diujicobakan kepada siswa kelas VI
SDN Cibiru 06 yang sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran mengenai
materi yang telah ditentukan oleh peneliti yakni pengumpulan dan pengolahan
data.
Soal yang diujicobakan sebanyak 15 butir soal berbentuk uraian yang
dilakukan dalam satu waktu. Untuk dapat mengetahui tingkat kelayakan pada
soal, maka peneliti melakukan penilaian sesuai pedoman penskoran pada
kemampuan komunikasi matematis yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan
hasil skor, kemudian data nilai uji coba tersebut harus melalui uji validitas terlebih
dahulu sebelum dinyatakan sebagai soal yang layak untuk digunakan pada pretes
maupun postes. Jika hasil pengujian menyatakan valid, maka soal tersebut dapat
digunakan. Namun sebaliknya jika pengujian menyatakan tidak valid, maka soal
tersebut tidak layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Rumus yang
digunakan untuk pengujian validitas yaitu rumus korelasi product moment sebagai
berikut (Arikunto dalam Hendriana dan Soemarmo, 2017, hlm. 62).
r
Keterangan :
r : koefisien korelasi antar x dan y
∑x : jumlah skor siswa pada suatu butir soal
∑y : jumlah skor siswa pada seluruh butir tes
∑xy : jumlah skor perkalian nilai x dan y
36
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n : jumlah seluruh siswa
Selanjutnya, untuk dapat mengetahui tingkat kevaliditasan soal, maka kita
dapat menggunakan kriteria klasifikasi validasi menurut Arikunto, 2007 (dalam
Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 63) sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Klasifikasi Validasi
Interval Koefisien Interpretasi
0,00 - 0,20 Validitas butir tes sangat rendah
0,20 - 0,40 Validitas butir tes rendah
0,40 - 0,60 Validitas butir tes cukup
0,60 - 0,80 Validutas butir tes tinggi
0,80 - 1,00 Validitas butir tes sangat tinggi
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jika nilai koefisien berkisar antara
0,00 hingga 0,20 maka soal memiliki kriteria validitas sangat rendah. Jika nilai
koefisien berkisar antara 0,20 hingga 0,40 maka memiliki kriteria validitas
rendah, jika nilai koefisien berkisar 0,40 hingga 0,60 maka memiliki kriteria
cukup. Selanjutnya jika memiliki nilai koefisien berkisar 0,60 hingga 0,80 maka
memiliki kriteria tinggi, sedangkan jika memiliki nilai koefisien antara 0,80
hingga 1,00 maka memiliki kriteria validitas yang sangat tinggi.
Pada pengujian validitas ini, peneliti menggunakan bantuan Software
Microsoft Excel 2013 dan software SPSS Versi 20.0 for windows. Dengan kriteria,
taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2). Jumlah siswa kelas
VI SDN Cibiru 06 adalah 44 sehingga derajat kebebasannya adalah 42, maka jika
dilihat dalam tabel distribusi diperoleh nilai rtabel sebesar 0,297. Jika rhitung ≥ rtabel
maka soal dinyatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel maka soal dinyatakan
tidak valid. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil uji validitas pada soal uji
coba instrumen.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Uji Validitas Uji Coba Instrumen
Interpretasi Uji Validitas Soal Komunikasi Matematis
Variabel r hitung r Tabel Validitas Kriteria
Soal Nomor 1 0,493 0,297
Valid Cukup
Soal Nomor 2 0,462 Valid Cukup
37
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Interpretasi Uji Validitas Soal Komunikasi Matematis
Variabel r hitung r Tabel Validitas Kriteria
Soal Nomor 3 0,484 Valid Cukup
Soal Nomor 4 0,368 Valid Rendah
Soal Nomor 5 0,660 Valid Tinggi
Soal Nomor 6 0,751 Valid Tinggi
Soal Nomor 7 0,592 Valid Cukup
Soal Nomor 8 0,414 Valid Cukup
Soal Nomor 9 0,375 Valid Rendah
Soal Nomor 10 0,622 Valid Tinggi
Soal Nomor 11 0,599 Valid Cukup
Soal Nomor 12 0,683 Valid Tinggi
Soal Nomor 13 0,320 Valid Rendah
Soal Nomor 14 0,620 Valid Tinggi
Soal Nomor 15 0,625 Valid Tinggi
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 15 butir soal dinyatakan
valid dengan 3 soal berkriteria rendah, 6 soal berkriteria sedang, dan 6 soal
berkriteria tinggi. Sehingga dengan hasil tersebut seluruh soal instrumen
penelitian dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis siswa.
3.4.1.2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen bersifat konsisten dan
stabil (Creswell, 2015, hlm. 320). Instrumen yang diberikan kepada subyek harus
memberikan hasil yang relatif sama walaupun diberikan kepada orang, waktu,
atau di tempat yang berbeda. Tinggi atau rendahnya soal terhadap derajat
reliabilitas ditentukan oleh koefisien kolerasi diantara soal satu dengan yang
lainnya. Untuk mengukur reliabilitas suatu tes dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach (Lestari & Yudanegara, 2017, hlm. 206)
sebagai berikut :
Keterangan :
r : koefisien reliabilitas
38
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n : banyak butir soal
si2 : variansi skor setiap item
st2 : variansi total
Setelah menghitung koefisien reliabilitas menggunakan rumus Alpha, maka
peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria klasifikasi reliabilitas
menurut Guilford, 1956 (dalam Ruseffendi, E.T., 1994, hlm. 144) sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Klasifikasi Reliabilitas
Besar r Interpretasi
0,00 - 0,20 Reliabilitas kecil/sangat rendah
0,20 - 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 - 0,70 Reliabilitas sedang
0,70 - 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software
Microsoft Excel 2013 dan Software SPSS versi 20.0 for Windows sehingga
diperoleh nilai koefisien sebesar 0,74. Berdasarkan tabel di atas maka nilai
tersebut lebih besar dari 0,70 dan dapat diartikan bahwa reliabilitas intrumen tes
tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Berikut ini merupakan rekapitulasi
hasil uji reliabilitas pada uji coba instrumen.
Tabel 3.6.
Rekapitulasi Uji Reliabilitas
No. Butir
Soal
Indikator Komunikasi Matematis Reliabilitas
r Hitung Intepretasi
1 Menyatakan Suatu Situasi, gambar,
diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, idea, atau model
matematik.
0,74 Tinggi
2
3
4
5
6 Menjelaskan Idea, situasi, dan
relasi matematika secara tulisan. 7
8
9
10
11 Mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragrap matematika
dalam bahasa sendiri 12
13
14
39
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Butir
Soal
Indikator Komunikasi Matematis Reliabilitas
r Hitung Intepretasi
15
3.4.1.3. Daya Pembeda
Daya pembeda berfungsi untuk membuktikan tingkat kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang dapat menjawab, siswa yang tidak bisa menjawab
dan siswa yang ragu menjawab soal sehingga kurang dapat menjawab soal dengan
benar (dalam Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 217). Dengan begitu, peneliti
dapat langsung menentukan kemampuan siswa tinggi, sedang maupun rendah.
Daya pembeda ini harus dinyatakan sebagai pembeda yang baik untuk dapat
diujicobakan kepada subjek penelitian. adapun rumus yang digunakan untuk
menguji daya pembeda ini adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007 dalam
Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64).
Keterangan:
SA : jumlah skor kelompok atas suatu butir
SB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir
JA : jumlah skor ideal suatu butir
Setelah menghitung daya pembeda soal dengan menggunakan rumus
tersebut, maka peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria daya beda
menurut Arikunto, 2007 (dalam Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64) sebagai
berikut.
Tabel 3.7
Kriteria Daya Beda
Besar r Interpretasi
0,00 < DB ≤ 0,20 Daya beda butir tes jelek
0,20 < DB ≤ 0,40 Daya beda butir tes cukup
0,40 < DB ≤ 0,70 Daya beda butir tes baik
0,70 < DB ≤ 1,00 Daya beda butir tes baik sekali
40
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software
Microsoft Excel 2013 dan Software SPSS versi 20.0 for Windows. Berikut ini
merupakan rekapitulasi daya pembeda pada soal instrument penelitian.
Tabel 3.8.
Rekapitulasi Daya Pembeda
No. Butir
Soal
Indikator Komunikasi
Matematis
Daya Pembeda
DB Interpretasi
1 Menyatakan Suatu Situasi,
gambar, diagram, atau benda
nyata ke dalam bahasa, simbol,
idea, atau model matematik.
0,35 Cukup
2 0,38 Cukup
3 0,29 Cukup
4 0,17 Jelek
5 0,60 Baik
6 Menjelaskan Idea, situasi, dan
relasi matematika secara tulisan.
0,50 Baik
7 0,25 Cukup
8 0,23 Cukup
9 0,27 Cukup
10 0,42 Baik
11 Mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragrap matematika
dalam bahasa sendiri
0,44 Baik
12 0,73 Baik Sekali
13 0,33 Cukup
14 0,63 Baik
15 0,54 Baik
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 1 soal memiliki kriteria daya beda
jelek, 7 soal memiliki kriteria daya beda cukup, 6 soal memiliki kriteria daya beda
baik, dan 1 soal memiliki kriteria daya beda baik sekali. Sehingga dengan hasil
tersebut soal instrumen penelitian yang memiliki kriteria kriteria cukup, baik dan
baik sekali dapat dipilih sebagai soal pretes dan postes.
3.4.1.4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menggambarkan perbandingan jumlah skor benar pada
tes terhadap jumlah skor idealnya (Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 63).
Dengan adanya uji tingkat kesukaran ini maka soal yang dibuat harusnya tidak
terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Hal ini untuk memudahkan peneliti
membedakan siswa berdasarkan kemampuannya. Adapun secara manual maka
rumus untuk mengukur tingkat kesukaran soal menurut Arikunto, 2007 (dalam
Hendriana & Soemarmo, 2017, hlm. 64) adalah sebagai berikut.
41
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
SA : jumlah skor kelompok atas suatu butir
SB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir
JA : jumlah skor ideal suatu butir
Setelah menghitung tingkat kesukaran soal dengan menggunakan rumus
tersebut, maka peneliti dapat mengintepretasikannya ke dalam kriteria tingkat
kesukaran menurut Lestari & Yudhanegara (2017, hlm. 224) sebagai berikut.
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Kesukaran
IK Interpretasi
IK = 0,00 Butir tes sangat sukar
0,00 < r ≤ 0,30 Butir tes sukar
0,30 < r ≤ 0,70 Butir tes sedang
0,70 < r < 1,00 Butir tes mudah
IK = 1,00 Butir tes sangat mudah
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kesukaran ini peneliti menggunakan
bantuan software Microsoft Excel 2013. Berikut ini merupakan rekapitulasi
tingkat kesukaran soal instrumen penelitian.
Tabel 3.10.
Rekapitulasi Indeks Kesukaran
No.
Butir
Soal
Indikator Komunikasi Matematis Indeks Kesukaran
IK Interpretasi
1 Menyatakan Suatu Situasi, gambar,
diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, idea, atau model
matematik.
0,55 Sedang
2 0,49 Sedang
3 0,45 Sedang
4 0,69 Sedang
5 0,38 Sedang
6 Menjelaskan Idea, situasi, dan relasi
matematika secara tulisan.
0,45 Sedang
7 0,81 Mudah
8 0,69 Sedang
9 0,31 Sedang
10 0,43 Sedang
11 Mengungkapkan kembali suatu uraian
atau paragrap matematika dalam bahasa
0,66 Sedang
12 0,53 Sedang
42
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No.
Butir
Soal
Indikator Komunikasi Matematis Indeks Kesukaran
IK Interpretasi
13 sendiri 0,54 Sedang
14 0,73 Mudah
15 0,52 Sedang
Dari tabel di atas, dapat diketahui tingkat kesukaran soal instrumen
penelitian yang telah diujicobakan. Terdapat 13 soal dengan kriteria sedang dan 2
soal dengan kriteria mudah. Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda instrumen penelitian, maka didapatkan hasil
rekapitulasi sebagai berikut ini.
Tabel 3.11.
Rekapitulasi Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya
Pembeda
No
Soal
Daya
pembeda
Indeks
Kesukaran
Reliabilitas Validitas Terpakau/tidak
terpakai
1 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
2 Cukup Sedang Tinggi Valid Terpakai
3 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
4 Jelek Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
5 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai
6 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai
7 Cukup Mudah Tinggi Valid Tidak Terpakai
8 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
9 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
10 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai
11 Baik Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
12 Baik Sekali Sedang Tinggi Valid Terpakai
13 Cukup Sedang Tinggi Valid Tidak Terpakai
14 Baik Mudah Tinggi Valid Tidak Terpakai
15 Baik Sedang Tinggi Valid Terpakai
Berdasarkan hasil pengujian di atas, peneliti memilih 6 soal yang mencakup
ketiga indikator yang telah ditentukan sebelumnya dengan pertimbangan bahwa
semua soal merupakan soal yang valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi.
Selain pertimbangan tersebut, peneliti juga memilih soal berdasarkan tingkat
kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Soal nomer 2 dan 5 mewakili
indikator pertama yaitu menyatakan suatu situasi gambar, diagram, atau benda
43
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nyata ke dalam bahasa simbol, idea, atau model matematik dengan pertimbangan
bahwa kedua soal memiliki tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya
pembeda cukup untuk nomer 2 dan baik pada nomer 5. Soal nomer 6 dan 10
mewakili indikator kedua yaitu menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika
secara lisan atau tulisan dengan pertimbangan bahwa kedua soal tersebut memiliki
tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya pembeda pada kriteria baik. Soal
nomer 12 dan 15 mewakili indikator ketiga yaitu mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri dengan pertimbangan
bahwa kedua soal tersebut memiliki tingkat kesukaran sedang serta memiliki daya
pembeda baik sekali untuk nomer 12 dan baik pada nomer 15. Atas dasar
pertimbangan tersebut, peneliti memilih 6 soal yang dijadikan sebagai soal pretes
dan postes untuk dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
3.4.2. Observasi
Observasi yang dilakukan berupa lembar observasi, dimana lembar
observasi ini akan dijadikan sebagai salah satu cara bagi peneliti untuk dapat
mengetahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berjalan sesuai
perencanaan yang telah dibuat. Hal ini dilakukan untuk memastikan pendekatan
Concrete Pictorial Abstract tersampaikan sesuai dengan teori yang telah peneliti
paparkan pada bab 2. Observasi ini nantinya akan dijadikan sebuah bukti
pelaksanaan pembelajaran untuk siswa maupun guru. Selain itu, observasi ini juga
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah melakukan aktivitas yang
diharapkan dalam proses pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun kelas
kontrol (Sugiyono, 2017, hlm. 145). Adapun kelebihan atau kekurangan dari
pelaksanaan pembelajaran di kelas, akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
peneliti agar dalam dapat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan dilakukan sebanyak dua kali yakni
sebelum peneliti melakukan treatment (pretes) dan setelah peneliti melakukan
treatment (postes) kepada subjek. Subjek pada penelitian ini meliputi kelas
44
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Instrumen tes berisi 6 buah soal uraian
yang akan dikerjakan siswa pada saat pretes dan postes. Tes ini akan dikerjakan
oleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan soal yang sama untuk
mendapatkan data nilai mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa.
Setelah mendapatkan data nilai pretes dan postes kemampuan komunikasi
matematis siswa, maka peneliti dapat mengolah data tersebut untuk dapat
menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
3.6. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2017, hlm 147) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”.
Selanjutnya Sugiyono (2017) menguraikan kegiatan yang dilakukan saat
melakukan analisis data yakni mengelompokkan data berdasarkan variabel dari
seluruh reponden, mentabulasi data berdasarkan variabel, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,
dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis. Dari penjelasan diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menganalisis data, maka peneliti harus
sudah memiliki data yang diperlukan dan kemudian data tersebut diuji
menggunakan statistika yang meliputi; uji normalitas, uji homogenitas dan uji
perbedaan rerata (uji t).
3.6.1. Indeks Gain (N-Gain)
Indeks gain digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis. N-gain atau gain ternormalisasi adalah data yang
membandingkan selisih nilai postes dan pretes dengan selisih nilai SMI (Skor
Maksimum Ideal) dan nilai pretes. Data gain ternormalisasi ini digunakan peneliti
untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dan perbedaan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa baik itu dikelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Lestari &
Yudhanegara, 2017, hlm. 235).
45
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melakukan perhitungan menggunakan rumus tersebut, selanjutnya
pebeliti dapat mengintepretasikan tinggi rendahnya nilai n-gain berdasarkan
kriteria menurut Lestari & Yudhanegara (2017, hlm. 235) sebagai berikut.
Tabel 3.12.
Kriteria Nilai N-Gain
Nilai N-Gain Kriteria
N-Gain ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < N-Gain < 0,70 Sedang
N-Gain ≤ 0,30 Rendah
3.6.2. Uji Normalitas Data
Uji statistik yang digunakan peneliti yaitu uji Shapiro Wilk dengan α = 0,05.
Pada saat menggunakan SPSS maka uji Shapiro Wilk lebih akurat dengan syarat
data kurang dari 50, namun jika data melebihi 50 disarankan menggunakan
pengujian Kolmogorov Smirnov (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 243).
Berikut adalah hipotesis statistik :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α = 0,05. Maka dalam keadaan ini
H1 ditolak
Jika data berdistribusi normal maka kemudian dapat dilakukan uji
homogenitas. Namun pengujian juga bisa dilakukan dengan menggunakan
aplikasi berbasis komputer yakni SPSS Versi 20.0 for windows untuk
memudahkan peneliti dalam menguji normalitas data. Data yang digunakan dalam
pengujian ini merupakan data dari indeks gain ternormalisasi (n-gain).
3.6.3. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui variansi atau keragaman
nilai pada sebuah data yang diperoleh (Lestari & Yudhanegara, 2017, hlm. 248).
Hipotesis statistika untuk uji homogenitas dapat dirumuskan sebagai berikut :
H0 : σ1 = σ2 ; Data homogen
H1 : σ1 ≠ σ2 ; Data tidak homogen
46
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria : H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α = 0,05. Maka dalam keadaan ini
H1 ditolak
Jika data homogen maka selanjutnya data dapat dilakukan uji perbedaan
rerata (uji-t). Sama halnya seperti uji normalitas ini juga akan lebih mudah jika
menggunakan aplikasi berbasis komputer yakni SPSS Versi 20.0 for windows.
Data yang digunakan dalam pengujian ini merupakan data dari indeks gain
ternormalisasi (n-gain).
3.6.4. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis dilakukan melalui uji normalitas dan uji
homogenitas, maka peneliti dapat melanjutkan perhitungan statistik parametrik
maupun nonparametrik. Jika data berdistribusi normal dan kedua data homogen,
maka peneliti dapat melanjutkan pengujian menggunakan uji statistik parametrik
yaitu uji-t. Jika data berdistribusi normal namun kedua data tidak homogen, maka
perhitungan dilanjutkan menggunakan uji-t’. Selanjutnya, jika data dinyatakan
tidak berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian menggunakan uji statistik
non parametrik. Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa dan untuk mengetahui perbedaan peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa baik siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Sehingga kegunaan pengujian ini adalah untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.13.
Pengujian Data
Rumusan
Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian
Apakah terdapat
pengaruh
penggunaan
Pendekatan
Concrete
Pictorial
Abstract
terhadap
peningkatan
kemampuan
Terdapat pengaruh
penggunaan Pendekatan
Concrete Pictorial
Abstract terhadap
peningkatan kemampuan
komunikasi matematis
siswa.
Hipotesis Statistika:
Data Nilai
Pretes dan
Postes Kelas
Eksperimen
Prasyarat :
Data berdistribusi
normal (uji
normalitas)
Kriteria : jika data
berdistribusi
normal maka
pengujian
47
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumusan
Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian
komunikasi
matematis
siswa?
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Keterangan :
µ1 =Nilai rata-rata postes
kemampuan
komunikasi
matematis siswa
yang memperoleh
Pendekatan
Concrete Pictorial
Abstract
µ2 =Nilai rata-rata pretes
kemampuan
komunikasi
matematis siswa
yang memperoleh
Pendekatan
Concrete Pictorial
Abstract
menggunakan uji
dependen sample
t-test, namun jika
data tidak
berdistribusi
normal maka
digunakan
Wilcoxon
Apakah terdapat
perbedaan
peningkatan
kemampuan
komunikasi
matematis
antara siswa
yang
memperoleh
Pendekatan
Concrete
Pictorial
Abstract dengan
siswa yang
memperoleh
pembelajaran
Konvensional?
Terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan
komunikasi matematis
antara siswa yang
memperoleh pendekatan
Concrete Pictorial
Abstract dengan siswa
yang memperoleh model
Konvensional.
Hipotesis Statistika :
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
µ1 =nilai rata-rata gain
kemampuan
komunikasi
matematis siswa
yang memperoleh
Pendekatan
Concrete Pictorial
Abstract
µ2 = nilai rata-rata gain
Gain
Ternormalisasi
(N-gain)
Prasyarat :
Data berdistribusi
normal (uji
normalitas)
Data homogen (uji
homogenitas)
Kriteria : jika data
berdistribusi
normal dan
homogen maka
menggunakan
pengujian uji t,
namun jika data
tidak berdistribusi
normal maka
menggunakan
pengujian Mann-
Whitney.
Sedangkan jika
data berdistribusi
48
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumusan
Masalah Hipotesis Jenis Data Pengujian
siswa yang
memperoleh
pembelajaran
konvensional
normal tetapi tidak
homogen
dilakukan uji t’.
3.7. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh
peneliti selama melakukan proses penelitian. Tahapan ini meliputi tahapan
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut ini akan diuraikan ketiga tahapan
dalam melaksanakan penelitian.
3.7.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan berbagai pertimbangan yang
telah ditentukan. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan sekolah yaitu
kemampuan siswa kedua sekolah setara, memiliki lingkungan masyarakat yang
relatif sama, dan kedua sekolah memiiliki akreditasi A. Kemudian peneliti
memulai penelitian dengan memberikan soal pretes kepada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol untuk dapat menentukan bahwa kemampuan siswa tidak
memiliki perbedaan pada awal pembelajaran. Jika dinyatakan bahwa tidak ada
perbedaan kemampuan antara siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol maka
peneliti melanjutkan penelitian ke tahap selanjutnya yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berbeda anatar kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
3.7.2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti memberikan 6 kali pembelajaran dengan
materi dan soal evaluasi yang sama. Perbedaannya terdapat pada pendekatan yang
digunakan peneliti dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada kelas
eksperimen peneliti menggunakan pendekatan Concrete Pictorial Abstract
sedangkan pada kelas kontrol peneliti menggunakan pendekatan konvensional.
Selain itu, pada kelas eksperimen peneliti menggunakan beberapa media
pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang disampaikan peneliti,
49
Amalia Puspita Dewi, 2018 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONCRETE PICTORIAL ABSTRACT (CPA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedangkan pada kelas kontrol peneliti hanya menggunakan papan tulis sebagai
media pembelajaran.
3.7.3. Tahapan Evaluasi
Setelah memberikan perlakuan pembelajaran selama 6 pertemuan, barulah
peneliti memberikan soal postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
dapat mengetahui peningkatan dan perbedaan peningkatan yang terjadi pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Kemudian setelah mendapatkan data nilai
pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol barulah peneliti dapat
mengolah data tersebut sehingga mendapatkan jawaban atas rumusan masalah
yang telah ditentukan sebelumnya yakni apakah terdapat peningkatan dan
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa antara yang
siswa yang menggunakan pendekatan Concrete Pictorial Abstract dengan siswa
yang menggunakan pendekatan konvensional.