10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
1. DEFINISI
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. ISPA
didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya
gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,
coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Penyebab
kuman patogen yang menyebabkan ISPA adalah rhinovirus, respiratory
syncytial virus, parain influenzaenza virus, severe acute respiratory
syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus Influenza
(WHO, 2007).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidung hingga kantong paru (alveoli), termasuk jaringan ”aneksannya”,
seperti sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga
tengah, dan pleura (Depkes RI, 2011).
11
2. ETIOLOGI
Lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya
antara lain dari Genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara
lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi
penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta
virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya
bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna dan rendahnya
asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA (Kartika Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners, 2013).
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda Gejala ISPA menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh,
misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya
berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba
eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum
gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,
coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas) WHO
(2007).
12
4. PATOFISIOLOGI
Bakteri Virus Jamur
(Streptocucus) (mikrovirus, adnovirus)
ISPA
Reaksi Antibodi Antigen Silia yang terdapat pada permukaan
Saluran pernapasan bergerak ke atas
Radang pada saluran napas atas Virus masuk ke Faring
Infeksi produksi mukus Merusak lapisan epitel
dan mukosa Saluran
pernapasan
Tubuh menggigil dan Iritasi
demam
Peradangan
Batuk Kering
Sakit saat mengunyah
` [Type a quote
Anoreksia
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
Peningkatan Suhu Tubuh
Gangguan Nutrisi : Kurang dari
Kebutuhan tubuh
Nyeri Akut
13
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik
a. ISPA bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai
epiglotis, misalnya:
1) Tonsilitis, penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti
dengan demam dan kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus
dan bakteri.
2) Common cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang
sering dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.
3) Sinusitus akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit
kepala, demam, malaise dan nausea.
4) Pharingitis yaitu peradangan pada mukosa pharing dengan gejala
demam disertai menggigil, rasa sakit pada tenggorokan, sakit
kepala, sakit saat menelan dan lain-lain.
b. ISPA bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis
sampai alveoli paru, misalnya:
1) Bronchitis akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak
napas, dahaknya sulit keluar karena menjadi lengket, ditemukan
adanya ronki basah dan wheezing.
2) Pneumonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan
konsolodasi, panyakit penyakit ini muncul karena akut dengan
demam, penderita pucat, batuk-batuk dan pernapasan menjadi
cepat.
14
3) Bronkopnemonia adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di
bronkioli terminal, gejalanya adalah demam, sesak napas, batuk
dengan dahak yang kuning kehijauan dan biasanya berupa serangan
yang datangnya secara tiba-tiba.
4) Tubercolosis paru adalah penyakit yang disebabkan M.
Tuberculosis, gejalanya batuk biasanya disertai darah, panas, nyeri
dada, kurus akibat kurang nafsu makan.
c. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit menurut (Kartika
Sari Wijayaningsih, S.Kep., Ners, 2013).
1) ISPA Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40kali/menit, hidung
tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.
2) ISPA Sedang
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari
telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjer limfe leher yang nyeri tekan (adentis
servikal).
3) ISPA Berat
Batuk dengan napas cepat dan stridor, membran keabuan di faring,
kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.
4) ISPA Sagat Berat
Batuk dengan napas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat
minum.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
a. Otitis Media
b. Sinusitis
c. Bronchitis
d. Bronkopneumonia
e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010)
15
7. PENATALAKSANAAN
Hingga saat ini belum ditemukan obat khusus anti virus. Terapi
ditunjukkan untuk :
a. Simtomatik dan platif
1) Antipiretik dan analgetik : Asetosal, parasetamol, Metampiron
2) Antitusif : Kodein-HCL, Noskapin
3) Hipnotika
4) Roboransia
5) Istirahat yang cukup
b. Penyulit/komplikasi
1) Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM
atau asma bronchial dapat diberi kortikosteroid jangka pendek
ditambah bronkodilator beta-adrenergik.
2) Antibiotik perlu ditambah bila terjadi infeksi sekunder bakteri.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan
yang lazim dikerjakan yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang
faring kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan
ekstrak yeast (GLY) dalam suhu 4oC. Untuk enterovirus dan
adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil
dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma
pneumonia digunakan media tryticase, soya boilon dan bovine
albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis
Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah peningkatan
komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan
hemaglutinasi, reaksi netralisasi, Radioimmunoassay (RIA) serta
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
16
c. Diagnostik Virus secara langsung
Dengan cara khusus yaitu imonofluoresensi RIA, ELISA dapat
diidentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia
mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona.
Selain itu, dapat juga deilakukan dengan cara yang lebih sederhana
yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leukosit dan hitung jenis.
Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun
sputum menandakan ada infeksi sehunder oleh karena bakteri. Jarang
terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit atau rendah
(Alsagaff & Mukty, 2010).
B. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa Oksigen
dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan
menit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap
terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada
klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan, karena terjadi
perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan
yang dipengaruhi oleh kondisi seperti : pergerakan udara masuk atau keluar
dari paru, difusi oksigen dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan
karbon dioksida melalui darah keseluruh jaringan. Pada penyakit ISPA klien
mengalami gangguan kebersihan jalan napas yang mengakibatkan suplai
oksigen dalam tubuh berkurang.
1. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi
Menurut Eni & Yupi (2015), oksigenasi diepengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu:
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar
dari paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan
meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuang daripada yang
dihasilkan (Kozier, 2010).
17
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi yaitu penurunan pergerakan udara masuk dan keluar
dari paru. Dengan hipoventilasi, CO2 sering kali menumpuk dalam
darah, sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia (hinmerkapnia)
(Kozier, 2010).
c. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat
manapun di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
Hipoksia dapat dihubungkan dengan setiap bagian dalam pernapasan-
ventilasi, difusi gas, atau transport gas oleh darah – dan dapat
disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua
bagian dalam proses tersebut (Kozier, 2010).
C. Asuhan keperawatan keluarga
1. Konsep Dasar Keluarga :
a. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan
seseorang dalam mendefinisikannya, antara lain :
WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Depkes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan
18
Sayekti (1994)
Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.
Friedman (2010)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional dengan peran masing-masing yang berkumpul
dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga dapat diklasifikasikan menjadi keluarga
tradisional dan keluarga nontradisional adalah sebagai berikut:
1) Tipe keluarga tradisional
a) The Nuclear family (keluarga inti).
Keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak
kandung maupun anak angkat.
b) The dyad family (keluarga dyad)
Keluarga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang
perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai
anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda
melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini
perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
19
c) Single parent
Keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
d) Single adult
Keluarga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe ini dapat
terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
e) Extended family.
Keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di
daerah pedesaan.
f) Middle-aged or elderly couple
Orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik suami/istri atau
keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir
sendiri atau sudah menikah.
g) Kin-network family.
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan
dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama
2) Tipe keluarga nontradisional
Tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas
beberapa tipe:
a) Unmarried parent and child family.
Keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan
tanpa nikah.
b) Cohabitating couple.
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
20
c) Gay and lesbian family
Seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family.
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
c. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga malaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari :
1) Patrineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2) Matrineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
3) Patriakal
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
4) Matriakal
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
5) Keluarga kawin
Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau isteri.
21
d. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi keluarga menjadi
saling berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan
intervensi dengan keluarga, yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga
fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang
paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial dilaksanakan di luar
unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan pada
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan
pengertian. Peran utama orang dewasadalam keluarga adalah
fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga
dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua
anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota
keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas
menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut
mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga
kelas bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. Balita yang
seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang
cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak
didapatkan balita terutama pada aktivitas bermainnya. Sehingga
dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada balita
karena orang tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara
bermain pada balita tersebut (Friedman, 2010).
2) Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan
lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
masyarakat. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman
belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk
mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan
22
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul
suami-ayah dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin banyak
diberikan di sekolah, fasilitas rekreasi dan perawatananak, serta
lembaga lain di luar keluarga, peran sosialisasi yang
dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting.
Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan
budayanya ke anak-anak mereka. Dengan kemauan untuk
bersosialisasi dengan oranglain, keluarga bisa mendapatkan
informasi tentang infeksi saluran pernafasan akut, penyebab dan
pencegahan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut untuk
anak khususnya balita (Friedman, 2010).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling
relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga
untuk memfasilitasi kebutuhan balita terhadap lingkungan
dapat menyebabkan balita mengalami infeksi saluran
pernafasan akut (Friedman, 2010).
4) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu
menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Banyaknya
jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan kebutuhan
keluarga juga meningkat dan padatnya anggota keluarga di
dalam rumah dapat menyebabkan udara yang dihirup menjadi
berkurang sehingga bisa mengakibatkan anak mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).
23
5) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber
daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya
yangsesuai melalui proses pengambilan keputusan.
Pendapatan keluarga yang terlalu rendah menyebabkan
keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fasilitas rumah
seperti jendela yang cukup akan ventilasi udara, lantai yang
bersih atau tidak menyebabkan adanya debu dan kebutuhan
lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran
pernafasan akut (Friedman, 2010).
e. Peran Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks kelurga. Sehingga peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
1) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/penganyom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik untuk
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
24
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spritual.
f. Peran Perawat Keluarga
Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seorang yang menempati posisi sosial yang di berikan (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), pengertian peran
merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem.
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan kerja
bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal
yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan
rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga, (d) menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e)
menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).
Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan. Terutama padakeluarga dengan infeksi saluran
pernafasan akut, perawat memberikan pendidikan kesehatan
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang
25
ditimbulkan dan cara pengobatan pada penderita infeksi saluran
pernafasan akut.
2) Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan
keperawatan yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan di berikan untuk menghindari kesenjangan.
Kemampuan mengkoordinir pelaksana pelayanan kesehatan
dengan baik mengakibatkan keluarga dapat terintervensi
dengan baik sehingga angka infeksi saluran pernafasan akut
dapat berkurang.
3) Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapatmenjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga
secara komprehensif. Memberikan pelayanan yang maksimal
untuk keluarga sehingga dapat mengurangi angka kejadian
infeksi saluran pernafasan akut.
4) Sebagai supervisor pelayanan kesehatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut
dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
Terutama pada keluarga yang mempunyai balita dengan
infeksi saluran pernafasan akut karena banyak orang tua
yang menganggap infeksi saluran pernafasan akut bisa sembuh
tanpa harus di bawa ke pelayanan kesehatan.
26
5) Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi
hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu
mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan
kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.
6) Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga
dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di
keperawatanyang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
Keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut dapat bertanya
pada perawat tentang pencegahan agar tidak terjadi lagi infeksi
saluran pernafasan akut di keluarga.
7) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di praktikan
keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada
kemampuan keluarga dengan infeksi saluran pernafasan akut
untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi, dan
melakukan promosi kesehatan kepada anggota keluarganya.
g. Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu
keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli
sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut
27
sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I
adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama
lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan
dan perencanaan keluarga (Friedman, 2010).
2) Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah
salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas
perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak
pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting.
Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran barunya,
sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi
dan tanggung jawab (Friedman, 2010).
3) Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with
preschool) Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai
ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak
berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak
kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka,
dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah
dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan
fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).
4) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with
schoolchildren) Tahap ini dimulai ketika anak pertama
memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5
tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13
28
tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga
yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi
sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan (Friedman,2010).
5) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari
siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya
tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal
atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia
lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga pada
tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
muda. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap
ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang
kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali
hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan
keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga, terutama
orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka
satu sama lain (Friedman, 2010).
6) Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
centerfamilies) Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai
dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir
dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau
29
cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah
mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
membantu anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua
juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri (Friedman, 2010).
7) Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahap
ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai
ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun
dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16
sampai 18 tahun kemudian. Tugaskeperawatan keluarga pada
tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka
dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai
pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih
mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman,
2010).
8) Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap terakhir
perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan
yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu
pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi problematik
(Friedman, 2010).
30
h. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana
keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus
dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit,keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatannya).
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik, psikososial).
e) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
31
4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
a) Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
b) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pentingnya hiegine sanitasi.
d) Upaya pencegahan penyakit.
e) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f) Kekompakan antar anggota kelompok.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a) Keberadaan fasilitas keluarga.
b) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
i. Tingkat Kemandirian Keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian
keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi
ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai
tingkat kemandirian IV, menurut Depkes, 2006 dalam Ayu, 2010
sebagai berikut :
1) Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/KM-I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
32
2) Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/KM-II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3) Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/KM-III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4) Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif
33
2. Konsep keperawatan keluarga
a. Pengkajian Keperawatan keluarga
Pengkajian menurut Yura dan Walsh (1998)
Tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk
memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan kondisi
penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian merupakan suatu proses
berkelanjutan, dan akan mendapatkan data tentang kondisi atau situasi
klien sebelumnya dan saat ini, sehingga informasi tersebut dapat
digunakan untuk menyusun perencanaan pada tahap berikutnya.
Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan focus perawatan.
Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari
keluarga maka keluarga merupakan focus utama tetapi jika ia melihat
didalam keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga
secara individu merupakan focus utama. Proses keperawatan keluarga
secara khusus mengikuti pola keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, perencanaan, intervensi dan implementasi serta evaluasi
(Setiadi, 2008)
1) Tujuan Pengkajian Keperawatan Keluarga
a) Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
b) Menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c) Menilai keadaan kesehatan klien
d) Membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.
2) Karateristik Data Yang Dikumpulkan
a) Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dan keluarga. Data yang terkumpul harus
lengkap guna membantu mengatasi masalah secara adekuat.
b) Akurat
Data yang dikumpulkan harus akurat untuk menghindari
kesalahan. Bagaimana caranya mengklarifikasi data yang
34
ditemukan melalui keluhan klien adalah benar, dengan
membuktikan apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan. Data perlu divalidasi sekiranya
meragukan. Tidak boleh membuat kesimpulan tentang suatu
kondisi klien. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk
menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai
data yang ditemukan pada saat pengkajian.
c) Relevan
Data yang dikumpulkan harus relevan dengan kondisi klien dan
keluarga dan perlu memahami penyakit yang diderita klien
sebelum melakukan pengkajian data. Dapat membuat catatan-
catatan tentang data yang akan dikaji apabila tidak disediakan
format pengkajian.
3) Sumber Data
a) Sumber data Primer
Data yang dikumpulkan secara langsung dari klien dan keluarga,
yang dapat memberikan informasi yang lengkap tentang
masalah kesehatan yang dihadapinya.
b) Sumber data Sekunder
Data yang dikumpulkan dari orang terdekat dari klien
(keluarga), seperti orang tua, Anda, atau pihak lain yang
mengerti kondisi klien selama sakit. Data sekunder dapat pula
didapatkan dari catatan-catatan keperawatan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh pihak lain.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data kesehatan keluarga adalah berikut ini.
(1) Klien dan keluarga.
(2) Orang terdekat.
(3) Catatan klien.
35
(4) Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan
perkembangan).
(5) Konsultasi.
(6) Hasil pemeriksaan diagnostik.
(7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
(8) Perawat lain.
(9) Kepustakaan
Data yang dikumpulkan dari hasil pengkajian terdiri atas data
subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data hasil
wawancara dan data objektif adalah data hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan observasi. Pengkajian merupakan
tahap pertama dari proses keperawatan. Pada tahap ini dapat
mengidentifikasi berbagai masalah keperawatan yang terjadi
pada klien sebagai keluarga.
4) Metode Pengumpulan Data
a) Wawancara
Wawancara yaitu komunikasi dengan klien dan keluarga untuk
mendapatkan respon, baik verbal maupun nonverbal, juga
menanyakan atau membuat tanyajawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, atau disebut dengan
anamnesa.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan pada klien dan keluarga, untuk membantu
memperoleh informasi tentang partisipasi klien dan keluarga
dalam mengidentifikasi masalah dan membantu perawat untuk
menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
Wawancara juga dilakukan untuk menjalin hubungan antara
perawat dengan klien.
Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk
memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan
36
keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut
mencakup keterampilan secara verbal maupun nonverbal,
empati, dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup,
menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik
nonverbal meliputi metode, mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan, dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif
merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data,
tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara :
(1) Menerima keberadaan klien dan keluarga sebagaimana
adanya.
(2) Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk
menyampaikan keluhan-keluhannya atau pendapatnya
secara bebas.
(3) Selama melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa
aman dan nyaman bagi klien.
(4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian.
(5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
(6) Tidak bersifat menggurui.
(7) Memperhatikan pesan yang disampaikan.
(8) Mengurangi hambatan-hambatan.
(9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat atau
sesuai, dan cara duduk).
(10) Menghindari adanya interupsi.
(11) Mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien
dan keluarga.
(12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien dan
keluarga selama proses pengumpulan data.
Jenis wawancara yang dapat dilakukan:
(1) Auto anamnese
Wawancara dengan klien dan keluarga secara langsung
37
(2) Allo anamnese
Wawancara dengan keluarga atau orang terdekat dengan
klien dan keluarga.
b) Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku serta keadaan klien dan
keluarga untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
yang dialami. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indera lainnya, melalui perabaan, sentuhan,
dan pendengaran.
Tujuan dari observasi untuk mengumpulkan data tentang
masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat indera.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
(1) Pemeriksaan yang akan dilakukan tidak selalu harus
dijelaskan secara rinci kepada klien, karena dapat berisiko
meningkatkan kecemasan klien dan keluarga serta
mengaburkan data.
(2) Observasi dapat dilakukan berkaitan dengan kondisi fisik,
mental, sosial, dan spiritual klien.
(3) Hasil observasi harus selalu didokumentasikan dengan baik,
sehingga datanya dapat digunakan oleh tim kesehatan lain
sebagai data pendukung yang penting.
c) Konsultasi Dengan tenaga ahli atau spesialis sesuai dengan
masalah kesehatan yang ditemukan. Hasil konsultasi dapat
digunakan sebagai data pendukung dan validasi data.
d) Pemeriksaan fisik
Untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai
berikut :
38
(1) Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti
mata kuning (ichteric), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan (cyianosis), dan sebagainya.
(2) Palpasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan.
Misalnya, adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak
tulang), dan sebagainya.
(3) Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran.
Alat yang digunakan adalah stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah bunyi jantung, suara napas, dan bising
usus.
(4) Perkusi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian
tubuh dengan menggunakan tangan atau alat bantu, seperti
reflex hammer untuk mengetahui reflek seseorang. Juga
dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan
kesehatan fisik klien. Perkusi dilakukan untuk
mengidentifikasi kondisi perut kembung, batas-batas
jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan
paru), dan sebagainya. Untuk melakukan pemeriksaan fisik
kepada anggota keluarga dapat dilakukan dengan
pendekatan head to toe atau pendekatan sistem tubuh.
e) Pemeriksaan penunjang. Misalnya, pemeriksaan laboratorium,
rontgen, dan pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi klien.
39
5) Komponen Pengkajian Keluarga
Friedman, dkk (2003), berpendapat bahwa komponen pengkajian
keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan
keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data
lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi,
kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan
kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan koping keluarga.
a) Data pengenalan keluarga
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,
alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar
belakang budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan
rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk
mengkaji data selanjutnya.
b) Data perkembangan dan sejarah keluarga
Data yang perlu di kaji pada komponen pengkajian ini, yaitu
tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur
anak pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi,
riwayat keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan
seluruh anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak), riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang tua
termasuk riwayat kesehatan.
c) Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe
penduduk, apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan,
tipe hunian rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi
jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik demografi
tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis, pekerjaan,
dan bahasa sehari-hari. Data selanjutnya adalah mobilitas
40
geografis keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama
keluarga tinggal di tempat tersebut, adakah riwayat pindah
rumah, dari mana pindahnya. Kemudian ditanyakan juga
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikut sertaan
keluarga di komunitas.
Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang
perlu dikaji adalah siapa yang memberikan bantuan, dukungan,
dan konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok
sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada hubungan keluarga
dengan pelayanan kesehatan dan agensi?
d) Data struktur keluarga
Pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi antar
anggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan
perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.
Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga,
yang terdiri atas data siapa yang membuat keputusan dalam
keluarga, seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya,
adalah data struktur peran, meliputi data peran formal dan peran
informal dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap
anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat
berlaku fleksibel.
Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai
kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti
siapa yang berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan
penguasaan lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran
keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi
keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan
41
nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai
keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang
menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilainilai
memengaruhi kesehatan keluarga.
e) Data fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga yang perlu antara lain :
(1) Fungsi afektif.
Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan
keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga
merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah
anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
(2) Fungsi sosialisasi.
Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga
menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi
anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan
perilaku yang sesuai usia.
(3) Fungsi pemeliharaan kesehatan.
Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku
keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga
menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga,
konsistensi keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan
keluarga.
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaianan
dan perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan
keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
42
a) Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga
mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat : sejauh mana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan,
menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan
akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative
terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauh mana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu
tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, mengetahui sumber – sumber yang ada
dalamn keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauhmana
mengetahui sumber – sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat : apakah keluarga mengetahui keberadaan
43
fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
(4) Fungsi ekonomi
Bagaimana keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas
data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga,
jumlah pengeluaran, bagaimana keluarga mampu
mencukupi semua kebutuhan anggota keluarga,
bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.
(5) Fungsi Reproduksi
Data yang dikumpulkan adalah berapa jumlah anak,
apakah mengikuti program keluarga berencana atau
tidak, apakah mempunyai masalah pada fungsi
reproduksi.
f) Data Koping Keluarga
Meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan
dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat
memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah
keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari.
Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang
objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres.
Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh
dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh
keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang
berbeda-beda.
Koping internal dan eksternal, apakah anggota keluarga berbeda
dalam cara-cara koping, strategi koping internal keluarga,
44
kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self
evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan masalah pada
keluarga, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran
dalam keluarga. Strategi koping eksternal: mencari informasi,
memelihara hubungan dengan masyarakat, dan mencari
dukungan sosial.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa
keperawatan keluarga antara lain :
1) Analisa Data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Cara menganalisa data adalah :
a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian
b) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial
dan spritual.
c) Mengembangkan standart dalam teknik analisa data dalam
asuhan keperawatan.
d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu :
a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga,
yang meliputi :
45
(1) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota
keluarga
(2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
(3) Keadaan gizi anggota keluarga
(4) Status imunisasi anggota keluarga
(5) Kehamilan dan KB
b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :
(1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya.
(2) Sumber air minum
(3) Jamban keluarga
(4) Tempat pembuangan air limbah
(5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
c) Karateristik keluarga yang meliputi :
(1) Sifat-sifat keluarga
(2) Dinamika dalam keluarga
(3) Komunikasi dalam keluarga
(4) Interaksi antar anggota keluarga
(5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga
(6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
Dalam proses analisa, data dikelompokkan menjadi 2 yaitu data
subjektif dan objektif. Dengan menggunakan tabel sebagai berikut :
No DATA MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif :
-
Data Objektif
-
46
2) Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/sompton.
a) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan peryataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin.
Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA
(1995) dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut :
1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b) Ketidakefektifan pola napas
c) Gangguan pertukaran gas
d) Nyeri akut
e) Gangguan tumbuh kembang
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan
mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak
segera ditangani.
a) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
b) Resiko peningkatan suhu tubuh
c) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d) Resiko kurang volume cairan dan elektrolit
47
3) Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal
a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
b) Potensial peningkatan proses keluarga
c) Potensial peningkatan koping keluarga
d) Resiko terhadap tindakan kekerasan
4) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan
resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/situasi tertentu.
Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom,
yaitu :
a) Sindrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome)
Pada kelompok ini menunjukkan adanya tanda dan gejala,
seperti cemas, takut, sedih gangguan istirahat tidur dan
lain-lain.
b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse
syndrome)
Misalnya resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan
gambaran diri dan lain-lain.
b) Penyebab (Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas
keluarga yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda
48
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemamfaatan fasilitas kesehatan yang
ada).
c) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah
dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah
dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata
“yang dimanifestasikan dengan”.
3) Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor
X Bobot
Angka tertinggi
c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d) Skor tinggi adalah 5, dan sama utnutk seluruh bobot
49
NO KRITERIA NILAI BOBOT
1 Sifat masalah
Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat harus segera
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
segera ditangani
Maasalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala.
1. Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini
mengacu pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3
kelompok besar, yaitu :
a. Ancaman kesehatan
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain
1) Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)
2) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular
(TBC, gonore, hepatitis, dan sebagainya)
3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai
50
dengan kemampuan sumber daya keluarga
4) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak
aman)
5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing
anggota keluarga
6) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain :
a) Hubungan keluarga tidak harmonis
b) Hubungan orang tua dan anak yang tegang
c) Orang tua yang tidak dewasa
7) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya:
a) Ventilasi kurang baik
b) Sumber air minum tidak memenuhi syarat
c) Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat
d) Tempar pembuangan tinja yang mencemari sumber
air minum
e) Kebisingan
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti:
a) Merokok
b) Minum minuman keras
c) Makan obat tanpa resep
d) Makan daging mentah
e) Hygiene perseorangan jelek
9) Sifat kepribadian
10) Riwayat persalinan sulit
11) Peran yang tidak sesuai
12) Imunisasi anak yang tidak lengkap
b. Kurang/tidak sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti
keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan normal.
51
c. Situasi krisis (keadan sejahtera)
1) Perkawinan
2) Kehamilan
3) Persalinan
4) Masa nifas
5) Menjadi orang tua
6) Penambahan anggota keluarga (bayi)
7) Abortus
8) Anak masa sekolah
9) Anak remaja
10) Kehilangan pekerjaan
11) Kematian anggota keluarga
12) Pindah rumah
2. Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan
tenaga
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan waktu
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan sokongan masyarakat.
3. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan
penyakit/masalah
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah
52
d. Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah
4. Kriteria IV, yaitu menonjolkan masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun sampai skor rendah.
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
(jangka panjang/pendek), penepatan standart dan kriteria serta
menentukan untuk mengatasi masalah keluarga.
1) Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu. Maka
tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:
a) Tujuan jangka panjang
Menekankan pada perubahan prilaku dan mengarah kepada
kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang ditentukan,
contoh: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari
seluruh keluarga Tn. H dapat merawat anggota keluarga yang
sakit dan dapat mencegah penularan penyakit.
b) Tujuan jangka pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan.
Contoh keluarga Tn. H dapat mengenal dampak permasalaham
penyakit An. N dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila An.
H tidak segera diobati.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah:
53
a) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung
dari kedua belah pihak (keluarga dan perawat)
d) Mencakup krteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
2) Penetapan Kriteria dan Standart
Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan digunakan dalam
membuat pertimbangan.
Bentuk dari standart dan kriteia ini adalah pernyataan verbal
(pengetahuan), sikap dan psikomotor.
a) Kriteria Pengetahuan
Standart : Keluarga mampu menyatakan pengertian.....
Keluarga mampu menyatakan penyebab.....
Keluarga dapat menyebutkan akibat......
b) Kriteria Sikap
Standart : Keluarga mampu memutuskan untuk membua
rencana kontrol selama......
Keluarga mampu......
c) Kriteria Psikomotor
Standart : Keluarga mengolah makanan....
Keluarga menyajikan makanan....
Keluarga mampu melakukan......
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah :
a) Berfocus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada
keadaan keluarga.
b) Singkat dan jelas, perawat harus menghindari kata-kata yang
terlalu panjang dan bermakna ganda.
54
c) Dapat diobservasi dan diukur, perawat harus menghindari
penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah
tersebut sulit untuk diukur.
d) Realistik, harus disusun disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dirumah
e) Ditentukan oleh perawat dan keluarga.
3. Pembuatan rencana keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana
tindakan keperawatan adalah :
a) Sebelum menulis cek sumber informai data
b) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti
c) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil
sesuai dengan identifikasi masalah.
d) Memulai intruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja
e) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah
penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan
f) Menggunakan kata kerja
g) Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan
digunakan
h) Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan
i) Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia
j) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
k) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana
yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian sehingga
tingkat ketergantungan dapat diminimalisasikan.
Focus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi
kegiatan yang bertujuan :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
55
1) Memberi informasi yang tepat
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya
kesehatan masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
keluarga yang tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikas konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara keperawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
d) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara :
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
d. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada
3 tahap dalam keperawatan keluarga, yaitu:
56
1) Tahap I : Persiapan
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan :
a) Kontrak dengan keluarga
b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
d) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai
kesiapan fisik dan psikis pada saat implementasi
2) Tahap II : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara profesional adaslah :
a) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesusai
dengan kompetensi keperawatab tanpa petunjuk dan perintah
dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent ini
adalah :
1. Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat
keperawatan dan pemeriksaan fisik
2. Merumuskan diagnosa keperawatan
3. Mengidentifikasi tindakan keperawatan
4. Melaksanakan rencana pengukuran
5. Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
6. Mengevaluasi respon klien
7. Partisipasi dengan consumer atau tebnaga kesehatan lainnya.
Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat dikategorikan
menjadi 4 yaitu :
1. Tindakan diagnostik
Tindakan diagnostik
a) Wawancara
57
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb) dan
membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium
2. Tindakan terapetik
Tindakan untuik mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah kien
3. Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah prilaku klien melalui promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien
4. Tindakanmerujuk
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
b) Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya
c) Dependent
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis, misalnya dokter
menuliskan “perawatan kolostomy”, kemudian perawat
melakukan tindakan tersebut sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Tahap III : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
secara operasional dengan tahapan sumatif dan formatif
58
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami
oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP.
2) Evaluasi akhir (Formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengancara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantar
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatanperlu
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang
perlu dimodifikasi.
Metode yang dipakai dalam evaluai antara lain:
1) Observasi langsung
2) Wawancara
3) Memeriksa laporan
4) Latihan stimulasi
Faktor yang dievaluasi ada bebrapa komponen, meliputi :
1) Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai penyakit
b) Mengontrol gejala-gejalanya
c) Pengobatan
d) Diet, aktifitas, danpersediaan alat-alat
e) Risiko komplikasi
f) Gejala yang harus dilaporkan
g) Pencegahan
59
2) Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi secara langsung yaitu dengan observasi
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan verbalpada
waktu melakukan wawancara.
3) Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai
dengan yang diharapkan.
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi ada 3 kemungkinan,
yaitu :
a) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan,
sehingga rencana mungkin dihentikan
b) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan
intervensi sebelum tujuan berhasil
c) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan,
sehingga perlu :
1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
2) Membuat outcome yang baru
3) Intervensi keperawtan harus dievaluasi dalam hal
ketepatan unttuk mencapai tujuan sebelumnya.