9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil sumber-sumber dari penelitian
terdahulu sebagai referensi dan pembanding hasil penelitian yang akan dilakukan.
Adapun penelitian terdahulu yang kami jadikan referensi, antara lain :
1. Porter pada tahun 1972 meneliti cadangan devisa di Jerman. Model yang
digunakan adalah Capital Flow Equation untuk periode 1963-1970. Variabel
terkait adalah Modal Swasta bersih. Variabel bebas terdiri dari Neraca Transaksi
Berjalan, Neraca Modal Pemerintah, Pendapatan Nasional, Tingkat Harga,
Tingkat Bunga, Jumlah uang beredar dan Kredit Domestik. Kesimpulan tidak
mendukung proposisi pendekatan moneter terhadap NPI.
2. Richard pada tahun 1974 mengadakan penelitian di Australia. Model yang
digunakan adalah Reserve Flow Equation denga periode waktu 1951.2-1971.1.
variabel terkait : Cadangan Devisa. Variabel bebas : Pendapatan nasional,
Tingkat harga, Tingkat bunga, Jumlah uang beredar dan kredit domestic. Hasil
penelitian diperoleh bahwa pendapatan nasional positif dan signifikan, tingkat
harga negatif dan signifikan, tingkat bunga negatif dan tidak signifikan, jumlah
uang beredar negatif dan signifikan, kredit domestic negatif dan signifikan. Jadi
mendukung pendekatan moneter.
3. De Granwe pada tahun 1976 meneliti Cadangan Devisa pada 7 negara Eropah.
Model yang digunakan adalah Reserve Flow Equation untuk periode 1959-1970.
Variabel terikat adalah Cadangan Devisa. Variabel bebas terdiri dari pendapatan
nasional, tingkat harga, tingkat bunga, jumlah uang beredar dan kredit domestik.
10
Hasil penelitian mendukung proposisi-proposisi pendekatan moneter terhadap
NPI.
4. Aghevli Khan pada tahun 1977 meneliti Cadangan Devisa pada 39 Negara
Sedang Berkembang. Model yang digunakan adalah Reserve Flow Equation
untuk periode 1957-1966. Variabel terikat adlah Cadangan Devisa, variabel
bebas terdiri dari pendapatan nasional, tingkat harga, tingkat bunga, jumlah uang
beredar dan kredit domestik. Hasil penelitian beberapa mendukung terhadap
pendekatan moneter, tetapi sebagian tidak.
5. Djiwandono tahun 1980 meneliti tentang cadangan devisa dengan periode
penelitian 1970-1979. Variabel terikat adalah Cadangan Devisa dan variabel
bebas terdiri dari pendapatan nasional, tingkat harga, tingkat bunga, angka
pengganda dan kredit domestic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
umum kasus Indonesia mendukung hipotesis moneter.
6. Nopirin I pada tahun 1983 meneliti cadangan devisa indonesia dengan periode
penelitian 1970-1979. Variabel terikat adalah Cadangan Devisa dan variabel
bebas terdiri dari pendapatan nasional, keredit domestik, Kurs USD/IDR,
pengeluaran pemerintah, Reserve tahun lalu. Hasil penelitian menunjukkan
pengeluaran pemerintah dan kredit domestik berpengaruh negatif terhadap
cadangan devisa. Pengaruh pengeluaran pemerintah lebih besar dari pada kredit
domestic. Perlu kombinasi kebijakan.
7. Nopirin II tahun 1998 meneliti cadangan devisa Indonesia dengan periode 1980-
1996. Varibel terikat adalah Cadanagn Devisa dan Varibel bebas terdiri dari
pendapatan nasional, kredit domestik, kurs USD/IDR, pengeluaran pemerintah,
dan reserve tahun lalu. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan nasional dan
11
kredit domestik signifikan apda tingkat 5 persen dan memiliki pengaruh yang
negatif terhadap cadangan devisa. Hal ini menunjukkan esensi pandangan
Keynes dan Moneteris. Pengeluaran pemerintah yang bertanda positif
berlawanan dengan fungsi moneteris.
8. Gregorious (2010) dalam peneletiannya yang berjudul “Kajian Pendekatan
Keynesian dan Moneter terhadap Neraca Dinamika Cadangan Devisa” yang
menggunakan variabel bebas adalah kredit domestic, pertumbuhan ekonomi,
nilai tukar, suku bunga, dan krisis ekonomi. Dalam penelitiannya Gregorius
menyimpulkan bahwa variabel kredit domestic berpengaruh negative terhadap
cadangan devisa,. Pertumbuhan ekomnomi berpengaruh positif terhadap
dinamika cadangan devisa. Apresiasi nilai tukar valuta asing berpengaruh
meningkatkan dinamika perubahan cadangan devisa. Variabel tingkat buka
berpengaruh negative terhadap variabel perubahan cadangan devisa. Dan krisis
ekonomi juga berpengaruh negative terhadap perubahan cadangan devisa.
B. Tinjauan Pustaka
1. Merkantilisme
Dasar dari faham ini adalah dimana suatu negara seharusnya mempunyai
surplus neraca perdagangan sehingga akan menciptakan aliran emas masuk, dengan
demikian cadangan kekayaan yang dimiliki oleh negara tersebut semakin besar.
Salah satu tokoh dalam merkantilisme adalah Thomas Mun yang mengemukakan
pemikirannya tentang neraca perdagangan. Untuk menjaga neraca perdagangan
memperoleh surplus makan disarankan untuk melakukan kebijakan perdagangan
internasional dengan menekankan pembatasan impor serta dengan mendorong
ekspor.
12
2. David Hume
Berbeda pemikiran dengan Thomas Mun, David Hume menyangkal pernyataan
bahwa perdagangan internasional harus diatur melalui kebijakan perdagangan
internasional. David Hume percaya bahwa neraca perdagangan akan seimbang
dengan sendirinya melalui mekanisme aliran emas (Specie Flow Mechanism). Jika
neraca perdgangan surplus akan mengakibatkan aliran emas masuk dan
menyebabkan jumlah uang beredar bertambah, pada saatnya mengakibatkan
kenaikan harga sehingga nilai ekspor turun dan impor naik sampai neraca
permbayaran kembali seimbang.
Tentang Neraca Pembayaran Intenasional (Hady, 1997)
Gambar 2.1 Mekanisme Otomatis David Hume
Surplus
Devisa
Logam Mulia
Naik
Jumlah Uang
Naik
Devisit
Devisa
Harga
Ekspor Naik
Jumlah Uang
Turun
Logam Mulia
Turun
Harga
relative
impor
turun
Harga
Ekspor
Ekspor
Menurun
Harga
relatif
impor
menurun
Impor
Naik
Impor
Turun
Ekspor Naik
13
3. Keynesian Balance of Payment Theory
Hubungan antara variabel tingkat bunga dengan cadangan devisa dapat
dijelaskan melalui mekanisme pendapatan. Menurut Keynesian Balance of Payment
Theory bahwa apabila karena suatu hal tingkat bunga suatu negara mengalami
kenaikan, maka hal itu akan mendorong menurunnya investasi di negara tersebut.
Penurunan investasi selanjutnya berpengaruh pada menurunnya pendapatan agregat.
Selanjutnya penurunan pendapatan agregat dapat menurunkan kemampuan impor.
Apabila nilai impor lebih rendah dari nilai ekpsor, maka hal ini dapat menyebabkan
surplus NPI melalui neraca perdagangan dan meningkatkan posisi cadangan devisa,
demikian sebaliknya. Oleh karena, dengan asumsi ceteris paribus, hubungan antara
tingkat bunga dengan cadangan devisa adalah positif, (Nopirin, 2009).
Berbeda dengan teori yang telah dijelaskan oleh para ekonom klasik, teori
Keynes tidak percaya dengan adanya mekanisme pasar yang secara otomatis akan
menyeimbangkan neraca pembayaran. Menurut keynes untuk mencapai
keseimbangan neraca pembayaran dibutuhkan intervensi dari pemerintah
didalamnya. Didalam perkembangannya, teori neraca pembayaran dikembangkan
oleh para ekonom setelah Keynes dan terbagi didalam beberapa pendekatan yaitu,
pendekatan elastisitas, pendekatan absorpsi, dan pendekatan bauran kebijakan
moneter dengan fiskal (policy mix).
Pendekatan elastisitas lebih menekankan kepada efek dari devaluasi terhadap
neraca perdagangan. Devaluasi sendiri diharapkan mampu memperbaiki neraca
perdagangan. Namun pendekatan ini tidak dapat menjelaskan dengan memuaskan
tentang neraca perdagangan pada saat Perang Dunia II yang ditandai dengan
14
kesempatan kerja penuh. Dalam kondisi tersebut susah untuk menaikkan tingkat
ekspor dengan tindakan devaluasi.
Berdasarkan masalah tersbeut ekonom S. Alexander didalam Nopirin, 1983
mengenalkan pendekatn baru yakno pendekatan absorpsi. Didalam pendekatan
absorpsi menjelaskan bahwa pengaruh devaluasi dapat dilihat dari dampak devaluasi
terhadap pendapat dan absorpsi. Absorpsi sendiri terdiri dari konsumsi, investasi dan
pengeluaran pemerintah. Alexander menyatakan bahwa pengaruh devaluasi akan
memperbaiki neraca perdagangan apabila kenaikan output lebih besar daripada
absorpsinya dengan mendefinisikan pendapatan sebagai penjumlahan dari absorpsi
dan ekspor diurangi impor.
Untuk selanjutnya upaya untuk menggabungkan keduanya dilakukan oleh
James Meade pada tahun 1951 (Nopirin, 1983) yaitu teori policy mix dimana teori
tersebut adalah kombinasi dari expenditure reducing dan expenditure switching.
Kedua kebijakan tersebut dapat membentuk keseimbangan internal (full employment)
dan keseimbangan eksternal (keseimbangan perdagangan). Expenditure reducing
dapat dilakukan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang ketat sedangkan
expenditure switching dapat dilakukan langsung dengan mangatur perdagangan dan
kurs. Kebijakan campuran sangat bergantung kepada kondisi awal suatu negara.
15
Tabel 2.1
Kemungkinan Kondisi Awal Suatu Negara
Kondisi Awal Kondisi Internal Kondisi Eksternal
1 Inflasi Surplus
2 Inflasi Defisit
3 Pengangguran Defisit
4 Pengangguran Surplus
Sumber : Nopirin, 1983
4. Teori Mundel dan Flemming
Mundell dan Johonson (Nopirin, 2008), menyatakan bahwa PDB akan
mempengaruhi keseimbangan di pasar uang domestik melalui perubahan terhadap
permintaan uang domestik. Adanya peningkatan PDB akan meningkatkan
permintaan uang. Apabila peningkatan permintaan tersebut tidak diimbangi oleh
ekspansi kredit domestik oleh pemerintah, maka akan mendorong kenaikan terhadap
tingkat bunga, kenaikan yang terjadi akan mendatangkan surplus terhadap neraca
pembayaran. Oleh karena itu menurut teori monetaris berpendapat bahwa hubungan
antara PDB dengan posisi cadangan devisa adalah positif.
Model yang dijelaskan oleh teori ini adalah variasi dari model IS-LM untuk
perekonomian yang sudah terbuka. Model dari teori ini adalah sebagai berikut :
𝑦 = 𝐸(𝑦, 𝑖, 𝑒) + 𝐺 + 𝑋(𝑦, 𝑒) Kurva IS
𝑀 = 𝐿(𝑦, 𝑖) Kurva LM
𝐵 = 𝑋(𝑦, 𝑒) + 𝐾(𝑖) Neraca Pembayaran
16
Dimana :
y = Pendapatan Nasional L = Permintaan Uang Kas
E = Pengeluaran Domestik M = Jumlah Uang Beredar
e = Kurs B = Aliran Modal Neto
X = Neraca Perdagangan i = Tingkat Bunga
K = Aliran Modal G = Pengeluaran Pemerintah
Persamaan diatas menjelaskan beberapa persamaan yaitu Persamaan 1
menggambarkan keseimbangan pasar barang, pesamaan 2 menggambarkan
keseimbangan pasar uang dan persamaan 3 adalah neraca pembayaran. Namun
dalam persamaan diatas terdapat beberapa kritik antara lain kadang kala didalam
penggunaan kebijakan fiskal membutuhkan waktu yang lama karena terdapat politik
didalamnya sehingga kebijakan campuran (policy mix) hanya berlaku untuk jangka
pendek.
5. TeorPortofolio
Tidak jauh dengan teori-teori sebelumnya mengenai neraca pembayaran, teori
portofolio juga merupakan pengembangan teori neraca pembayaran dengan model
keseimbangan untuk ekonomi terbuka. Yang membedakan teori ini adalah
penambahan pemilihan portofolio didalam neraca pembayaran. Dalam analisisnya
keseimbangan asset dan pendapatan di analisis secara simultan untuk menjelaskan
alokasi kekayaan asset luar negeri dan asset domestic (G.N. Masdjojo, 2010). Secara
sederhana menurut Nopirin (1998) persamaan teori portofolio modle Branson dapat
ditulis sebagai berikut :
𝐵𝑓
𝑤= 𝑓(𝑅, 𝑅∗, 𝐸)
17
Dimana :
Bf/w = proporsi asset luar negeri (Bf) untuk sejumlah kekayaan tertentu (W)
R = tingkat bunga dalam negeri
R* = tingkat bunga luar negeri
E = resiko
W = kekayaan
Pendekatan Portofolio menjelaskan bahwa nilai tukar dipengaruhi oleh jumlah
uang domestik, jumlah permintaan obligasi domestik dan luar negeri dan jumlah
penawarannya. Pendekatan ini mengasumsikan dimana para individu mendapat
bunga dari surat-surat berharga yang mereka miliki bukan dalam bentuk uang (G.N.
Masdjojo, 2010). Persamaan aliran modal dapat dicari dengan fungsi turunan dari
persamaan diatas, sehingga diperoleh :
𝐵𝑓 = 𝑓(𝑅, 𝑅∗, 𝐸,𝑊)∆𝑊 + 𝑓𝑅𝑊∆𝑅 + 𝑓𝑅∗𝑊∆𝑅∗ + 𝑓𝐸𝑊∆𝐸 + 𝑓𝑊𝑊∆𝑊 + 𝑢
Namun menurut Whitesell (2003) bahwa Kouri dan Porter mengkritik
persamaan diatas. Dalam persamaan diatas masih terdapat beberapa kritik antara lain
persamaan diatas dapat menimbulkan kesalahan statistik yaitu persamaan silmultan
yang bias dan kedua persamaan diatas lebih menitik beratkan kepada aspek mikro
sehingga tidak mudah untuk digunakan dalam analisis makro (G.N. Masdjojo, 2010).
6. Pendekatan Moneter
Teori moneter sendiri menjelaskan bahwa neraca pembayaran internasional
adalah suatu fenomena moneter (Nopirin,1998) dimana neraca pembayaran
iternasional didefinisikan sebagi perubahan dari cadangan valuta asing suatu negara
18
dan lebih mengutamakan pos atau rekening moneter atau lalulintas jangka pendek
pemerintah, baik lalulintas berjalan maupun lalulintas modal.
Dasar yang perlu difahami dari pendekatan ini adalah bahwa pemerintah tidak
perlu melakukan tindakan sterilisasi sebagai upaya membentuk keseimbangan neraca
pembayaran. Tindakan sterilisasi yang dimaksud adalah tindakan pemerintah untuk
menghilangkan pengaruh neraca pembayaran terhadap jumlah uang beredar dengan
cara apabila terjadi surplus neraca pembayaran yang berakibat pada naiknya jumlah
uang beredar, maka pemerintah akan melakukan tindakan guna mengurangi jumlah
uang yang beredar misalnya dengan cara menjual surat-surat berharga. Dnegan
tindakan tersebut diharapkan surplus neraca pembayaran tidak akan menyebabkan
naiknya jumlah uang beredar. Pengaruh neraca pembayaran terhadap jumlah uang
beredar akan terjadi apabila negara tersebut menggunakan sistem kurs tetap, karena
didalam kurs yang berubah-ubah maka neraca pembayaran yang mengalami surplus
atau defisit akan menyebabkan kurs valuta asing naik ataupun turun dengan asumsi
pemerintah tidak melakukan tindakan sterilisasi. Artinya surplus atau defisit neraca
pembayaran yang berpengaruh terhadp jumlah uang beredar hanya bersifat
sementara sampai keadaan pasar uang kembali seimbang.
Pembentukan model pendekatan moneter dalam Nopirin (1998) Permintaan
uang (Md = money demand) dipengaruhi oleh tingkat harga (p = price),
pendapatan nasional (Y = national income) dan tingkat bunga (i = interest
rate). Penawaran uang (Ms = money supply) merupakan nilai angka pengganda
uang (m = money multiplier) dikalikan dengan uang inti (RM = reserve money).
Uang inti terdiri dari kredit domestik neto (DC = net domestic credit) dan
cadangan internasional (R = net international reserve). Keseimbangan pasar uang
19
akan terjadi apabila permintaan uang sama dengan penawaran uang (Md = Ms).
Model dasar yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut :
𝑀𝑑 = 𝑓(𝑌, 𝑃, 𝑖) Persamaan (1)
𝑀𝑠 = 𝑚𝑅𝑀 Persamaan (2)
𝑅𝑀 = 𝐷𝐶 + 𝑅 Persamaan (3)
𝑀𝑑 = 𝑀𝑠 Persamaan (4)
dimana :
Md = Permintaan uang m = Angka pengganda
Ms = Penawaran uang DC = Kredit domestik
P = Tingkat harga R = Cadangan devisa
RM = Reserve Money
Berdasarkan persamaan diatas dapat dituliskan turunan fungsi cadangan devisa
sebagai berikut :
∆𝑅 = ∆1
𝑚(𝑃, 𝑌, 𝑖) − ∆𝐷𝐶 Persamaan (5)
Dari persamaan (5) terlihat bahwa perubahan cadangan devisa timbul diakibatkan
kelebihan jumlah uang beredar,sehingga mengakibatkan neraca pembayaran defisit
(R<0) dan berlaku sebaliknya apabila terjadi kelebihan permintaan uang
mengakibatkan neraca pembayaran akan surplus (R>0). Kelebihana jumlah uang
beredar masyarakat akan membelanjakan melalui impor atau membeli surat-surat
berharga sehingga akan terjadi aliran modal keluar menyebabkan neraca pembayaran
defisit. Berlaku sebaliknya ketika terjadi kelebihan permintaan uang dengan asumsi
jumlah uang beredar tetap, kelebihan permintaan ini akan dipenuhi oleh aliran modal
20
masuk dari luar negeri yang kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga yang
naik atau jumlah ekspor yang meningkat sehingga menyebabkan neraca pembayaran
surplus (Nopirin, 1998).
7. Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar bersifat fluktuatif yang artinya dapat mengalami perubahan baik
kenaikan maupun penurunan sehingga sangat memungkinkan untuk mengalami hal –
hal berikut :
1. Depresiasi artinya menurunnya atau melemahnya nilai mata uang dalam negeri
terhadap mata uang luar negeri karena adanya mekanisme pasar.
2. Apresiasi artinya meningkatnya atau menguatnya mata uang dalam negeri
terhadap luar negeri atau valutas asing karena adanya mekaisme pasar.
Nilai tukar yang stabil dapat digambarkan melalui fluktuasi nilai tukar yang
relative stabil baik meningkat ataupun menurun. Ketika nilai tukar mengalami
perubahan tidak terlalu berfluktuasi sehingga tidak menimbulakan guncangan yang
besar bagi perekonomian. Nilai tukar yang stabil akan sangat menguntungkan bagi
pelaku ekonomi makro baik usaha maupun pemerintah karena akan mampu menjaga
keseimbangan nilai tukar rupiah yang sangat penting untuk menunjang
pembangunan ekonomi demi kesejahteraan rakyat. Adapun pengertian nilai tukar
menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Paul R Krugman dan Maurice (2000) nilai tukar mata uang yang lainnya
disebut Kurs adalah Harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur
atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.
21
2. Nopirin (2008) kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda,
maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang
tersebut.
3. Salvator (2004) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya.
4. Dornbusch et.al (2008:46) Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang
luar negeri Nilai tukar atau dikenal sebagai kurs dalam keuangan adalah
sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap
pembayaran saat kini atau dikemudian hari, antara dua mata uang masing-
masing negara atau wilayah.
5. Mankiw (2000) nilai tukar mata uang antar dua negara adalah harga dari mata
uang yang digunakan oleh kedua negara tersebut dalam melakukan aktivitas
perdagangan satu dengan yang lain. Adapun salah satu faktor penting yang
menentukan permintan dan penawaran dalam valuta asing adalah ekspor dan
impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran internasional yang
memerlukan pertukaran mata uang suatu negara dengan negara lain merupakan
proses valuta asing. Menurut Mankiw sendiri nilai tukar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu niali tukar nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar
riil (real exchange rate). Nillai tukar nominal adalah nilai mata uang yang
digunakan pada saat seseorang menukarkan mata uang suatu negara dengan
mata uang negara lain, sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang digunakan
pada saat seseorang menukarkan barang atau jasa dari suatu negara dengan
barang atau jasa dari negara lain (tingkat harga).
22
8. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Sebagaimana penjelasan yang diberikan oleh Bank Sentral Indonesia (BI), BI
rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan
oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui
pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan, (Bank Indonesia, 2012).
Berdasarkan Teori Keynesian mengatakan bahwa Keynes membagi kekayaan
kedalam dua bentuk yaitu uang kas dan surat berharga. Keuntungan dalam uuang kas
adalah kemudahan untuk melakukan transaksi dikarenakan uang kas adalah alat
pembayaran yang paling likuid atau mudah di cairkan. Besarnya uang kas adalah
bergantung kepada tingkat penghasilan seseorang. Sebaliknya kekayaan dalam
bentuk surat berharga, dimana harganya dapat meningkat dan menurun berdasarkan
tingkat bunga yang berlaku.
Berdasarkan teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa suku bunga
domestik sama dengan suku bunga luar negeri ditambah perkiraan apresiasi nilai
mata uang asing atau dapat dinyatakan suku bunga domestic sama dengan suku
bunga luar negeri dikurangi denngan perkiraan apresiasi nilai matau uang domestik.
Jika suku bunga domestik lebih tinggi dibandingkan suku bunga luar negeri, maka
23
ada perkiraaan apresiasi positif dari mata uang asing yang nantinya akan
mengompensasi penurunan nilai suku bunga luar negeri lebih rendah. Apabila
keadaan suku bunga kedua negara dalam keadaan sama artinya suku bunga dalam
dan luar negeri sama, maka akan ada salah satu dari negara tersebut meningkatkan
suku bunganya. Dalam hal ini akan menyebabkan selisih tingkat suku bunga masing-
masing negara yang nantinya akan ada aliran modal masuk (Capital inflow) kepada
negara yang menaikkan suku bunganya sehingga membuat mata uang negara
tersebut terapresiasi. Negara yang tidak menaikkan suku bunganya akan mengalami
capital outflot sehingga negara tersebut akan menaikkan suku bunganya dengan
tujuan untuk mengembalikan keseimbangan arus modal dan nilai tukar yang telah
terdepresiasi akibat terjadinya aliran modal keluar.
Keseimbangan yang terjadi dalam valuta asing yang terjadi di masyarakat
karena adanya interest parity, yaitu kondisi dimana simpanan dalam bentuk mata
uang apapun menawarkan perkiraan imbalan yang sama besarnya, hal tersebut dapat
terjadi apabila diukur dalam satuan yang sama. Apabila suku bunga dan kurs
mendatang dalam kondisi tetap, kondisi interest parity dapat menjamin adanya
keseimbangan kurs (Krugman dan Obstfeld, 1999).
9. Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas
(M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup
tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta
24
asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor
swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Dalam konsep pendekatan moneter yang berdasar kepada teori kuantitas uang,
jumlah uang beredar berperan penting dalam mengatur perekonomian sauatu negara.
Berlebihnya jumlah uang beredar dimasyarakat akan memberikan tekanan kepada
perekonomian melalui fenomena moneter (Atmaja, 2002). Adapun pengetian jumlah
uang beredar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. (Boediono, 1997) Uang beredar adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang
tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Adaapun uang kartal adalah uang
tunai yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dan langsung dibawah kekuasaan
masyarakat untuk menggunakannya, sedangkan uang giral adalah seluruh nilai
saldo rekening Koran yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum.
2. (Bank Indonesia, 2008) Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank
Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor
swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk).
Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang
dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi
yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham
yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Didalam teori permintaan uang yang didasarkan pada pemikiran klasik atau
biasa disebut dengan teori kuantitas uang yang dikembangkan oleh Irving Fisher
pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money dimana didalamnya
membahas tentang pengaruh uang beredar terhadap perekonomian suatu negara.
25
Teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh langsung jumlah uang beredar
terhadap kenaikna harga – harga umum. Analisis Fisher didasarkan pada perumusan
persamaan berikut ini :
𝑀.𝑉 = 𝑃. 𝑇
Dimana :
M = Jumlah uang beredar
V = Velocity of Money
P = Harga barang dan jasa
T = Volume Transaksi
Persamaan tersebut dapat dikembangkan menjadi teori pernan uang didalam
perekonomian yang dijelaskan dengan melihat perilaku – perilaku setiap variabel
dalam persamaan berikut :
1. Jumlah uang beredar merupakan variabel eksogen yang nilainya ditentukan
oleh pemerintah dan bank sentral sebagai otoritas moneter.
2. Variabel tingkat harga merupakan variabel residu yang nilainya di pengaruhi
oleh tiga variabel lainnya. Variabel harga diasumsikan fleksibel, sehingga
variabel harga dapat menyesuaikan bergerak naik atau turun.
3. Variabel velocity artinya berapa kali uang berpindah tangan dalam periode
waktu tertentu. Dalam asumsi klasik variabel ini di asumsikan tidak tergantung
oleh jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang beredar bergerak berlawanan
dengan velositas maka akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak
mempengaruhi harga dan transaksi.
26
4. Variabel transaksi adalah jumlah transaksi yang telah dilakukan dalam periode
waktu tertentu dan varianel ini dapat dijelaskan baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek.
Jika mengacu pada teori kuantitas uang maka penyebab utama dari inflasi
adalah kelebihan uang akibat jumlah uang yang beredar dimasyarakat terlalu banyak
dimana inflasi adalah suatu gejala moneter yang harus tetap di kontrol. Jika bank
sentral tetap mempertahan kan uang beredar stabil maka tingkat harga stabil, namun
apabila bank sentral menambah jumlah uang beredar dengan cepat maka tingkat
harga akan meningkat dengan cepat (Mankiw, 2006).
Sedangkan menurut Keynes permintaan akan uang dibedakan menjadi 3 motif
yaitu motif transaksi adalah motif yang mendasari permintaan uang untuk memnuhi
kebutuhan dan aktivitas sehari-hari (M1). Motif spekulasi adalah perkembangan aset
alternatif yang atas pengurangan berbagai resiko yang akan dihadapi untuk
memeperoleh laba atau rugi. Motif berjaga-jaga adalah didasarkan pada keadaan
perekonomian yang fluktuatif sehingga tidak ada kepastian di masa yang akan
datang
10. Pengertian Kredit Domestik
Menurut pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, “kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2001:87), “kredit adalah semua jenis pinjaman
yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati ”.
27
Menurut Rivai (2004:4), “definisi kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau
uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit
kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.
11. Pengertian Cadangan Devisa
Cadangan devisa didalam konsep International Reserve and Foreign Currency
Liquidity (IRFCL) atau official reserve assets adalah sebagai seluruh aktiva luar
negeri yang dikuasasi oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu untuk
membiayai ketidak seimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas
moneter dengan melakukan intervensi pasar valuta asing dan dapat digunakan untuk
tujuan lainnya. Cadangan devisa meliputi emas moneter (monetary gold), hak tarik
khusus (special drawing rights), posisi cadangan di IMF (reserve positition in the
fund), cadangan dalam valuta asing (foreign exchange), dan tagihan lainnya (other
claims).
Lalu lintas moneter cadangan devisa akan terlihat dari jumlah simpanan
cadnagan devisa yang ada dalam neraca pembayaran. Tolak ukur dari cadangan
devisa sendiri lazim diukur dengan rasio cadangan resmi terhadap impor atau dapat
dijelaskan apabila cadangan devisa yang tersedia cukup untuk menutupi impor
negara selama 3 bulan, dapat dinilai bahwa cadangan devisa dirasa dalam tingkat
yang aman, namun apabila hanya cukup untuk 2 bulan atau kurang dibawahnya
maka hal tersebut akan kurang baik bagi perekonomian karena akan menimbulkan
tekanan pada neraca pembayaran (Kamaluddin, 1998). Adapun penertian cadangan
devisa menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
28
1. (Hamdy hady, 2001) mengemukakan bahwa cadangan devisa adalah total
valuta asing yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara.
Cadangan devisa juga bisa diartikan sebagai jumlah valuta asing yang
dicadangkan dan dikuasai oleh bank sentral yang di Indonesia dipegang oleh
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
2. (Imam, 2008) Cadangan devisa atau foreign exchange reserves adalah
simpanan mata uang asing oleh bak sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini
merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang
cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen dan digunakan untuk
menjamin kewajibanya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan
berbagai bank yang disimpan di bank sentral atau lembaga keuangan.
3. Amir (1999) sumber cadangan devisa suatu negara dapat dilihat melalui
banyak sumber pemasukan. Dalam rumus cadangan devisa dapat dituliskan :
𝑪𝒅𝒗𝒕 = 𝑪𝒅𝒗𝒕𝟏 + 𝑻𝒃𝒕 + 𝑻𝒎𝒕
Cdvt = Cadangan Devisa
Cdvt1 = Cadangan devisa sebelumnya
Tbt = Transaksi berjalan
Tmt = Transaksi modal
4. Gandhi (2006:1) Cadangan Devisa atau yang biasa disebut dengan
International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) atau Official
Reserve Assets didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai
oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu, guna membiayai
ketidak seimbangan neraca pembayaran dengan tujuan stabilitas moneter
degan melakukan intervensi di pasar valuta asing.
29
5. Halwani (2005) dalam perkembangan ekonomi nasional dikenal dua
terminologi cadangan devisa. Official Foreign Exchange Reserve adalah
cadnagan devisa yang diurus, dikelola dan ditataushakan oleh bank sentral, dan
Country Excanhge Reserve adalah seluruh cadangan devisa yang dimiliki oleh
bdan dan lembaga terutama lembaga keuangan nasional dibawah kewengangan
otoritas jasa keuangan yang merupakan kekayaan milik negara.
C. Hubungan antar variabel
1. Hubungan nilai tukar (Kurs) terhadap cadangan devisa
Hubungan antara kurs dengan cadangan devisa dapat dijelaskan melalui
mekanisme harga. Menurut teori Keynesian mengatakan bahwa apabila karena suatu
hal nilai tukar valuta mengalami apresiasi ( mata uang asing meningkat dan mata
uang lokal menurun), maka hal ini secara relatif dapat menyebabkan tingginya harga
barang ekspor dibanding harga barang impor. Kondisi ini berpengaruh pada
peningkatan ekspor dan penurunan impor. Apabila ekspor lebih besar dari pada
impor, maka hal ini dapat menyebabkan surplus pada Neraca Pembayaran
Internasional yang selanjutnya akan meningkatkan posisi cadangan devisa suatu
negara. Demikian sebaliknya. Oleh karena itu menurut teori Keynesian, dengan
asumsi ceteris paribus, hubungan antara kurs dengan cadangan devisa adalah
negatif, (Nopirin, 2008).
2. Hubungan suku bunga terhadap cadangan devisa
Apabila melihat kajian teori yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan pendapat antara Keynesian dan monetaris. Teori Keynesian
menjelaskan bahwa suku bunga akan berpengaruh positif terhadap cadangan devisa,
sedangkan moneteris berpendapat bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap
30
cadangan devisa. Namun apabila dilihat dari kajian empiris melalui penelitian
terdahulu seperti Gregorius N. Masdjojo (2010) dan beberapa peneliti lain
berpendapat bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap cadangan
devisa. Apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga akan menurunkan nilai investasi
sehingga menciptakan pengurangan aliran modal masuk yang memperburuk neraca
pembayaran indonesa dimana neraca transakasi modal adalah salah satu indicator
didalam neraca pembayaran sehingga memburuknya neraca pembayaran berdampak
terhadap penurunan cadangan devisa Indonesia.
3. Hubungan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap cadangan devisa
Menurut pandangan para ahli jumlah uang beredar sangat berpengaruh
terhadap dinamika perubahan cadangan devisa Indonesia. Ketika terjadi permintaan
uang yang berlebihan dan pemerintah akan melakukan tindakan sterilisasi dengan
kebijakan moneter. Misalnya dengan menjual surat berharga untuk menarik uang
yang beredar di masyarakat. Keseimbangan pasar uang adalah cerminan dari
keseimbangan neraca pembayaran. Apabila terjadi kelebihan uang beredar maka hal
tersebut refleksi dari neraca pembayaran yang defisit, sebaliknya apabila terjadi
kelebihan permintaan uang refleksi dari surplus neraca pembayaran. Neraca
pembayaran sendiri akan berdampak terhadap cadangan devisa Indonesia yang
termasuk didalam akun neraca pembayaran (GN. Mandjodjo, 2005).
Berdasarkan pemikiran lain jumlah uang yang beredar adalah dampak dari
pendapatan masyarakat yang semakin meningkat sehingga menyebabkan konsumsi
yang berlebihan. Dalam hal ini akan melakukan tindakan sterilisasi dengan
menerapkan diskonto politik atau suku bunga tinggi untuk menarik uang yang
beredar masuk kedalam tabungan di bank. Hal ini akan mendorong investasi asing
31
masuk kedalam negeri dan akan menciptakan arus modal masuk (Capital inflow),
kemudian hal tersebut akan mendorong terciptanya surplus pada neraca pembayaran.
4. Hubungan Kredit Domestik terhadap Cadangan Devisa Indonesia.
Berdasarkan teori moneter dan penelitian sebelumnya hubungan kredit
domestik terhadap cadangan devisa adalah negatif, dimana ketika kredit domestik
mengalami kenaikan akan menaikkan investasi sehingga menciptaka aliran modal
masuk yang akan menambah neraca modal pada neraca pembayaran. Disamping itu
aliran modal yang masuk akan meningkatan beberapa sektor perekonomian sehingga
banyak lapangan kerja baru akan dibuka, sehingga masyarakan banyak yang
memiliki penghasilan. Kemudian banyaknya penghasilan masyarakat akan
menciptakan kenaikan permintaan uang yang kemudian mengakibatkan kenaikan
harga (inflasi). Inflasi bedampak negative terhadap kemampuan ekspor sehingga
akan menurunkan kapasitas ekspor dimana hal tersebut akan mengurangi cadangan
devisa Indonesia.
D. Kerangka pemikiran
Jumlah Uang
Beredar
Nilai
Tukar
Cadangan Devisa Indonesia
NPI
Kredit
Domestik
Moneteris Keynesian
Teori NPI
Suku
Bunga
32
Berdasarkan krangka pemikiran diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini
dilakukan berdasarkan teoeri neraca pembayaran diantaranya yang umum di gunakan
adalah teori moneteris dan Keynesian. Namun pada penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan moneter dimana perubahan cadangan devisa Indonesia
(Y) dipengaruhi oleh variabel nilai tukar, suku bunga, jumlah uang beredar dan
kredit domestik yang merupakan variabel X. Dalam hal ini dapat diketahui pengaruh
secara simultan maupun parsial, sejauh mana variabel X berpengaruh terhadap
Variabel Y. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa berapa nilai setiap
variabel X mampu mempengaruhi variabel Y baik secara simultan maupun parsial.
Cadangan devisa sendiri mampu menunjukkan keadaan neraca pembayaran surplus
atau defisit begitu sebaliknya cadangan devisa dapat dilihat melalui neraca
pembayaran.
E. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, dan penelitian yang relevan dari penjelasan
diatas, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini diduga bahwa :
1. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Cadangan
Devisa di Indonesia baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.
2. Suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa di
Indonesia baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.
3. Jumlah uang beredar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan
Devisa di Indonesia baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.
4. Kredit domestik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Cadangan Devisa
di Indonesia baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.