21
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Grand Theory
2.1.1. Teori Keynes
John Maynard Keynes merupakan ekonom inggris yang
gagasnnya mengubah teori dan praktik ekonomi makro serta
kebijakan ekonomi dunia. Ia melanjutkan dan memperbaiki teori
sebelumnya yang menjelaskan penyebab terjadinya siklus bisnis..23
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya.
Teori ini menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori Keynes
yaitu “inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar
batas kemampuan ekonominya”. Proses inflasi menurut pandangan
ini yaitu proses dimana permintaan masyarakat akan barang-barang
selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia dan akan
timbulnya inflationary gap. Inflationary gap muncul karena
golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan
aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-
barang. Dengan kata lain mereka berhasil memperoleh dana untuk
23
www.Wikipedia.org.Diakses pada tgl 17 maret 2020.
22
mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang
yang didukung dengan dana ketika inflationary gap tetap ada maka
selama itu proses inflasi terjadi dan berkelanjutan.24
Teori inflasi menurut pandangan ekonomi islam menurut
Al- Marqizi, menyatakan bahwa inflasi peristiwa inflasi adalah
sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan masyarakat pada
zaman dahulu , kini, hingga masa mendatang. Inflasi menurutnya
terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan
berlangsung terus-menerus. Pada saat ini, persediaan barang dan
jasa mengalami kelangkaan dan konsumen, karena sangat
membutuhkannya, harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk
sejumlah barang dan jasa yang sama. Al-Marqizi membahas
problematika inflasi secara lebih detail ia mengklasifikasikan
inflasi berdasarkan faktor penyebabnya kedalam dua hal yakni
inflasi disebabkan oleh faktor alamiah seperti terjadinya bencana
alam. dan inflasi akibat kesalahan manusia seperti korupsi dan
24
Aang Curatman,”Teori Ekonomi Makro (Yogyakarta, Swagati Press,
2010), hlm 90.
23
administrasi yang buruk, pajak yang berlebihan dan peningkatan
sirkulasi mata uang.25
2.1.2. Teori Sinyal
Teori sinyal ( Signalling Theory) merupakan salah satu
teori pilar dalam memahami manajemen keuangan. Secara umum
sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan
kepada investor. Teori sinyal dicetuskan pertama kali oleh
Michael Spence tahun 197326
. Implikasi teori sinyal (signalling
theory) ini adalah didasarkan bagaimana seharusnya sebuah bank
syariah memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan,
sehingga pihak bank syariah terpacu untuk mengelola aset yang
dimilikinya secara efisien. Semakin efisien pengelolaan aset suatu
bank syariah, berarti sumber daya yang sedikit mampu dikelola
dengan baik, sehingga mampu menghasilkan manfaat dan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini secara otomatis akan
mengurangi modal bank syariah, namun akan meningkatkan laba
yang disebabkan karena bank syariah mampu mengelola asetnya
25
Syarifah Siregar,” Teori Inflasi Menurut Al- Maqrizi”( Jurnal Mudharabah,
Vol,2, No.1, 2019), hlm. 5 26
Fenty Fauziah, Kesahatan Bank, Kebijakan Deviden, dan Nilai Perusahaan
Teori dan Kajian Empiris ( Samarinda, RV Pustaka Horizon, 2017)hlm.11
24
secara efisien dan semakin besar Return on Assets (ROA) yang
akan diperoleh.27
Menurut Sari dan Zuhrotun teori signal menjelaskan
mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan yang dijelaskan dengan rasio
keuangan kepada pihak eksternal, dorongan tersebut timbul karena
adanya informasi asimetris antara perusahaan dengan pihak luar,
dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang
relatif lebih banyak dan cepat dibandingkan pihak luar seperti
investor dan kreditor. Bank umum syariah dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dengan mengurangi informasi asimetris, salah
satu caranya adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar
berupa informasi keuangan, yang tercermin dalam rasio keuangan
yang dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang.
Laporan tentang kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan
kinerja bank umum syariah yang dapat diukur dengan tingkat
27
Maulia Azhari. 2019. Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR
terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017. Skripsi
Universitas Sumatera Utara, hlm. 16.
25
profitabilitasnya. 28
Kinerja yang baik tercermin didalam laporan
keuangan merupakan sinyal atau tanda bahwa bank syariah
tersebut telah beroperasi dengan baik. Sinyal yang baik akan
ditanggapi dengan baik pula oleh pihak luar, karena respon pasar
sangat tergantung pada sinyal fundamental yang dikeluarkan oleh
bank syariah. Dengan demikian, bank syariah harus terus
memberikan sinyal positif kepada para nasabah dan masyarakat,
agar keyakinan penuh dan jaminan keamanan terkait dana yang
telah disimpan pada bank syariah yang bersangkutan dapat
diperoleh oleh nasabah. Selain itu, memberikan kerja nyata untuk
membuktikan bahwa bank syariah tersebut lebih unggul dari
pesaingnya, serta agar lebih dikenal oleh masyarakat luas
merupakan salah satu bentuk sinyal positif yang dapat dilakukan
oleh bank syariah.29
Teori sinyal dalam pandangan perspektif ekonomi islam
yaitu dalam garis besar teori sinyal berkaitan dengan ketersedian
informasi. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil
28
Muhammad Yusuf , “ Dampak Indikator Rasio Keuangan Terhadap
Proiftabilitas Bank Umum Syariah di Indoenesia” ( Jurnal Keuangan dan Perbankan ,
Vol.13, No.2 Juni 2017 ) hlm 2. 29
Triyani.2018. Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Office
Channeling terhadap Profitabilitas Unit Usaha Syariah Periode 2015-2017. Skripsi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, hlm. 19.
26
keputusan bagi para investor, laporan keuangan merupakan bagian
terpenting dari suatu perusahaan. Dalam ekonomi islam laporan
keuangan merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban yang
didasarkan pada empat hal, yaitu: pertama: prinsip tauhid, yaitu
dimana kita menyakini kekuasaan Allah SWT dalam mengatur
segala sesuatunya termasuk perolehan rezeki. Yang kedua prinsip
keadilan dan keseimbangan yaitu kegiatan ekonomi haruslah dalam
koridor keadilan dan keseimbangan. Yang ketiga adalah kebebasan
yang bearti bahwa manusia memiliki kebebasan untuk
melaksanakan berbagai aktivitas sepanjang tidak ada ketentuan
Allah SWT yang melarangnya. Selanjutnya yang ke empat adalah
pertanggung jawaban bahwa manusia harus memikul seluruh
pertanggung jawaban atas segala keputusan yang telah diambilnya.
Jenis laporan keuangan inilah yang sangat penting bagi pihak
pengguna dalam memperoleh informasi mengenai perusahaan
tersebut.30
30
Windari, “Laporan Akuntansi Islam Bukan Sekedar Pertanggungjawaban
Sosial”( At- Tijaroh Vol, 2, No.1, 2016) hlm3
27
2.2. Bank Umum Syariah
2.2.1. Definisi Bank Umum Syariah
Bank syariah terdiri dari dua kata, yaitu bank dan
syaria‟ah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara suatu lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara keuangan dari kedua belah pihak yaitu
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata
syari‟a dalam versi bank syari‟ah adalah aturan perjanjian
berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank bank dan pihak lain
untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiataan usaha dan
kegiaatan lainnya sesuai hukum islam.31
Bank dapat didefiniskan sebagai suatu badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Sesuai dengan Undang-Undang No. 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiataan usahanya berdasarkan prinsip syariah
31
Lidia Desiana, dan Aryanti,”Manajemen Keuangan Bank Syariah”
(Palembang, NoerFikri,2017) hlm.34.
28
dan menurut jenisnya terdiri atas bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.32
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang menjalankan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, BUS
merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum
konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan
daerah, koperasi, seperti halnya bank umum konvensional, BUS
dapat berusaha sebagai bank devisa dan non devisa.33
Unit Usaha
Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi
UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional
yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan
non devisa.34
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah
bank yang melaksanakan kegiaatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiataannya tidak memberikan jasa dalam lalu
32
Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dengan Lembaga Sertifkasi Profesi Perbankan
(LSPP), “Mengelola Bank Syariah” (Jakarta, PT Gramedia 2014) hlm 2. 33
Muhammad Ridwan Basalamah,dan Mohammad Rizal,”Perbankan
Syariah”, (Malang, Jatim, Empatdua Media, 2018) , hlm 17-18 34
Ibid, hlm 20
29
lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara
dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk
hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.35
2.2.2. Tujuan Bank Umum Syariah
Menurut Edy Wibowo tujuan bank syariah memiliki tujuan
yang lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional, dengan
keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajiban moral
yang disandangnya. Selain bertujuan meraih keuntungan
sebagaimana layaknya bank konvensional pada umumnya, bank
syariah juga bertujuan sebagai berikut:
1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana
meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Pengumpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannya
kepada masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
sosial guna tercipta peningkatan pembangunan nasional yang
semakin mantap. Metode bagi hasil akan membantu orang yang
lemah permodalannya untuk bergabung dengan bank syariah
untuk mengembangkan usahanya. Metode bagi hasil ini akan
35
Ibid, hlm 23
30
memunculkan usaha-usaha baru dengan dan pengembangan
usaha yang telah ada sehingga dapat mengurangi pengangguran.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses
pembangunan karena keengganan sebagian masyarakat untuk
berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap
menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode
perbankan yang efisien dan adil akan menggalakan usaha
ekonomi kerakyatan.
3. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan
berperilaku bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
4. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat
beroperasi, tumbuh, dan berkembang melalui bank-bank dengan
metode lain,36
Bank syariah merupakan bank yang berasaskan, antara
lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal,
serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip
syariah. Menurut Muhammad Kegiataan bank konvensional
merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan
karakteristik, sebagai berikut:
36
Ibid, hlm 5-6.
31
1. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya;
2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang;
3. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas;
4. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat
spekulatif:
5. Tidak diperkanakan dua harga untuk satu barang, dan
6. Tidak diperkenakan dua transaksi dalam satu akad
Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila
telah memenuhi seluruh syarat berikut ini:
1. Transaksi tidak menganddung unsur kedzhaliman
2. Bukan riba
3. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain:
4. Tidak ada penipuan (gharar)
5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan; dan
6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)
Jadi dalam operasional bank syariah perlu
memperhatikan hal-hal yang memang telah diatur oleh syariat
atau ajaran islam yang berkaitan dengan harta, uang, jual beli,
dan transaksi ekonomi lainnya.
32
2.2.3. Fungsi Bank Umum Syariah
1. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi
menghimpun daan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana
yang berasal dari zakat , infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola
zakat.
3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkan kepada pengelola
wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.37
2.3.4.Kegiataan Usaha Bank Syariah
Adapun kegiatan usaha Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah adalah sebagai berikut:
1. Penghimpunan Dana
Dalam penghimpunan dana BUS dan UUS melakukan
mobilisasi dan investasi tabungan dengan cara yang adil.
Mobilisasi dana sangat penting karena islam mengutuk
penumpukan dan penimbunan harta dan mendorong
37
www.ojk.co.id
33
penggunaannya secara produktif dalam rangka mencapai tujuan
ekonomi dan sosial. Sumber dana bank syariah berasal dari
modal inti dan hasil mobilisasi kegiatan penghimpunan dana.
A. Modal inti
Modal inti yaitu modal sendiri, merupakan dana yang
berasal dari pemegang saham bank syariah sebagai pemilik
bank. Modal inti terbagi 3,yaitu:
1. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. Sumber ini
timbul apabila pemilik memberikan uangnya pada bank
melalui pembelian saham, dan penambahan danan
berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru. Setiap
tahun pemilik saham akan mendapatkan bagi hasil usaha
dalam bentuk deviden.
2. Cadangan yaitu sebagian laba yang tidak dibagi, disisihkan
untuk menutup timbulnya resiko kerugian di kemudian hari.
3. Laba ditahan merupakan sebgian laba yang seharusnya
dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh
pemegang saham sendiri melalui RUPS diputuskan untuk
34
ditanam kembali sebagai cara untuk menambah dana
modal.
B. Simpanan dan Investasi
Simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh
nasabah kepada bank syariah atau unit usaha syariah
berdasarkan akad wadi‟ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro,
tabungan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
Sedangkan investasi adalah dana yang dipercayakan oleh
nasabah kepada bank syariah atau unit usaha syariah
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk seperti
deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang disamakan
dengan itu.38
2. Penyaluran Dana
Dalam penyaluran dana kepada nasabah, secara garis
besar produk pembiayaan syariah terdapat 6 kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya:
38
Andri Soemitra,” Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”,(Jakarta,
Kecana,2009)
hlm69-70
35
1. Pembiayaan Berdasarkan pola jual beli dengan Akad
Murabahah, Salam, atau Istishna‟
a. Akad Mudharabah
Akad mudharabah merupakan akad pembiaayan suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sesuai keuntungan.
b. Akad Salam
Akad salam yaitu akad pembiayaan suatu barang dengan
cara pemesanan dan pembayaran harga dilakukan
terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang telah
disepakati.
c. Akad Istishna‟
Akad istishna merupakan akad pembiayaan barang
dalam bentuk pemesanan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
atau pembeli dan penjual atau pembuat.
2. Pembiayaan Bagi Hasil Berdasarkan Akad Mudharabah
atau Musyarakah
a. Akad Mudharabah
36
Akad mudharabah yaitu akad kerja sama suatu usaha
antara pihak pertama (shahibul mal, atau bank syariah)
yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua
(mudharib atau nasabah) yang bertindak selaku
pengelola dana dengan keuntungan sesuai dengan
kesepakatan dan kerugian ditanggung sepenuhnya pihak
bank syariah, kecuali jika pihak kedua melakukan
kelalaian, kesalahan yang di sengaja, atau menyalahi
perjanjian.
b. Akad Musyarkah
Akad musyarakah merupakan akad kerja sama kedua
belah pihak dimana kedua belah pihak sama-sama
memberikan porsi dananya dengan ketentuan bahwa
keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan dan
kerugian ditanggung bersama sesuai dengan porsi dana
masing-masing.
3. Pembiayaan Berdasarkan Akad Qardh
Akad qard merupakan akadd pinjaman dana kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
37
mengembalikan pokok pinjaman yang diterimanyaa pada
waktu yang telah disepakati.
4. Pembiayaan Penyewaan Barang Bergerak atau Tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan akad Ijarah atau
sewa beli dalam bentuk ijarah Muntahiya Bittamlik.
a. Akad Ijarah
Akad ijarah merupakan akad penyediaan dana dalam
rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang ataupun jasa berdasarkan sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
b. Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
Akad iajarah Muntahiya Bittamlik merupakan akad
penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan
transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
5. Pengambil Alihan Utang Berdasarkan Akad Hawalah
Akad hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak
yang berutang kepada [pihak lain yang wajib menanggung
atau membayarnya.
38
6. Pembiayaan Multi Jasa
Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang
diberikan bank syariah dalam bentuk sewa-menyewa jasa
dalam bentuk ijarah dan kafalah. 39
3. Jasa Keuangan Perbankan
Selain perbankan melakukan kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana, bank syariah juga menawarkan jasa
keuangan perbankan antara lain:
1. Letter Of Credit (L/C) Impor Syariah
Letter Of Credit merupakan surat pernyataan akan
membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank atas
permintaan importir dengan pemenuhan persyaratan
tertentu.
2. Bank Garansi Syariah
Bank garansi merupakan jaminan yang diberikan oleh bank
kepada pihak ketiga terima jaminan atas pemenuhan
kewaajiban tertentu nasabah selaku pihak yang dijamin
kepada pihak yang dimaksud.
39
Ibid, hlm 74-81
39
3. Penukaran Valuta Asing
Penukaran valuta asing adalah jasa yang diberikan bank
syariah untuk membeli atau menjual valuta asing yang
sama maupun berbeda, yang hendaak ditukarkan atau
dikehendaki oleh nasabah.40
2.3. Inflasi
2.3.1. Definisi Inflasi
Menurut Rahardja dan Manurung mengatakan inflasi
yaitu gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut sukirno,
inflasi merupakan kenaikan dalam harga barang dan jasa
yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang dipasar41
. Menurut
Sumarlin suatu keadaan dimana harga-harga akan suatu
barang akan mengalami kenaikan dalam kurun waktu
tertentu dalam suatu wilayah perekonomian. Sedangkan
menurut Sukirno kenaikan dalam harga-harga inflasi terjadi
dari periode ke periode selanjutnya dan angka kenaikan
40
Ibid, hlm 82-84 41
Nurul Huda et al,”Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis,”(Jakarta,
Kencana,2008) hlm 175.
40
tersebut berbeda antara wilayah satu dengan lainnya.
Kenaikan harga barang dalam inflasi terjadi pada semua
barang yang telah ditentukan, bukan hanya terjadi pada satu
atau dua barang saja, jadi jika kenaikan hanya terjadi pada
satu atau dua barang saja maka tidak disebut inflasi.42
Inflasi adalah peningkatan harga barang secara
keseluruhan dan konsisten. Tingkat inflasi berbeda dari satu
periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari suatu
negara lainnya. Pada suatu periode tingkat inflasi bisa
rendah, dan bisa pula tinggi atau bahkan sangat tinggi (bisa
mencapai beberapa ratus atau beberapa ribu dalam setahun).
Tingkat inflasi yang sangat tinggi disebut hyperinflations.
Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu,
masyarakat, dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan.
Salah satu dari akibat inflasi adalah menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Pekerja yang memiliki tingkat
upah tetap akan menurun taraf hidupnya jika terjadi inflasi.
Jika tidak diturunkan, inflasi akan memperburuk
42
Misbahul Munir,”Analisis Pengaruh CAR,NPF,FDR, dan Inflasi terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia”. Journal Of Islamic Economic,
Finance, and Banking, Vol.1, No.1&2, 2018,hlm 92
41
pembangunan ekonomi jangka panjang. Inflasi cenderung
mengurangi tingkat konsumsi, mengurangi produktivitas,
mengurangi ekspor dan meningkatkan impor. Sehingga
inflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, penurunan inflasi merupakan tujuan utama bagi
pemerintah, terutama jika negara mengalami hyperinflations.
43
2.3.2. Jenis-Jenis Inflasi
Dapat dibedakan macam-macam berdasarkan
penggolongannya: berdasarkan parah tidaknya inflasi,
berdasarkan sebab timbulnya inflasi. asal inflasi, dan
tingkat intensitas inflasinya.
No Sudut Tinjauan Jenis Inflasi Keterangan
1
Parah tidaknya inflasi
1. Inflasi ringan Lajunya kurang dari
10%
2. Inflasi sedang Lajunya antara 10%-
30%
3. Inflasi berat Lajunya antara 30%-
100%
4. Hiperinflasi Lajunya diatas 100%
43
Telisa Aulia Falianty, Teori Ekonomi Makro dan Penerapaanya di
Indonesia (Depok, PT RajaGrafindo Persada, 2019hlm 6
42
2.
Sumber atau sebabnya
1. Demand pull
inflation
Inflasi yang timbul
karena permintaan
masyarakat akan
berbagai barang yang
sangat kuat.
2. Cost push
inflation
Inflasi yang timbul
karena adanya
kenaikan ongkos
produksi.
3.
Asal Inflasi
1. Domestic
Inflation
Inflasi berasal dari
dalam negeri defisit
anggaran belanja yang
dibiayai dengan
mencetak uang baru,
panen gagal, dsb.
2. Inforted
inflation
Inflasi berasal dari
luar negeri:menaikan
barang impor,
kenaikan ongkos
produksi yang
menggunakan impor.
4.
Tingkat Intensitas
1.inflasi merayap
Kenaikan harga hanya
terjadi perlahan
43
Inflasi 2. Hyperinflasi Kenaikan harga terjadi
sangat cepat.44
Sumber : Eka warna dan Fachruddiansyah Muslim.
2.3.3. Faktor-Faktor Penyebab Inflasi
Masalah kenaikan harga–harga yang berlaku
diberbagai Negara diakibatkan oleh banyak faktor. Di negara-
negara industri pada umumnya bersumber dari salah satu atau
gabungan dari dua masalah berikut:
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang
dan jasa-jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang
mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta
barang itu dengan harga lebih tinggi. Sebaliknya, para
produsen atau pengusaha akan mencoba menahan barangnya
dan hanya menjual kepada pembeli yang akan membayar
dengan harga yang lebih tinggi. Kecenderungan inilah yang
mengakibatkan kenaikan harga-harga.
44
Ekawarna dan Fachruddiansyah Muslim, “ Pengantar Teori Ekonomi
Makro” (Jakarta, Gaung Persada,2010)”, hlm263-264
44
2. Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikan upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi
kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah
produksinya, pekerja-pekerja akan terdorong untuk menuntut
kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara
meluas, maka akan terjadi kenaikan biaya produksi dari
berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga-harga
barang mereka.
Disamping itu dapat pula inflasi sebagai akibat dari
kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan
penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, dan kekacauan
politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang
bertanggung jawab.45
45
Sadono Sukirno,” Makroekonomi Teori Pengantar”(Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada,2015)hlm 14-15.
45
2.3.4. Indikator Inflasi
Indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu yaitu
sebagai berikut :
1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price
Index)
3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
IHK adalah angka indeks yang menunjukan tingkat
harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu
periode tertentu.46
Untuk mengukur inflasi, indeks harga yang
selalu digunakan yaitu indeks harga konsumen (IHK). 47
IHK
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
46
Ekawarna dan Fachruddiansyah Muslim,” Pengantar teori ekonomi makro
“,(Jakarta, Gaung Persada, 2010)hlm 258-260 47
Fitri Rizal,dan Muchtim Humaidi,”Dampak Makroekonomi Terhadap
Profitabilitas perbankan di Indonesia”, el Barka: Journal Of Islamic Economic and
Business, Vol.02, No.02, 2019, hlm 307.
46
2.4. PROFITABILITAS (Return On Asset)
2.4.1. Definisi Rasio Profitabilitas
Menurut Rustam, return on asset yaitu salah satu faktor
penilaian kuantitatif dalam mengukur profitabilitas kuantitatif
dalam mengukur profitabilitas suatu bank.48
Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal
bisnisnya. Rasio profitabilitas dikenal juga rasio rentabilitas yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga
bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam
menjalankan operasional perusahaan. Pengukuran rasio
profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara
berbagai komponen yang ada didalam laporan laba-rugi atau
neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode.
48
Amalia Nur Zubaidah, dan Toni Hartono” Analisis Pengaaruh Kewajiban
Pennyediaan Moddal Minimum(KPMM), Non Performoing Financing (NPF),
Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Opearsional terhadap Peendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Retturn On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2016-2018”, Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah,Vol. 9,
No.1, 2019.hlm.18.
47
Tujuannya yaitu untuk memantau dan mengevaluasi tingkat
perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu.49
Profitabilitas sangat penting bagi perbankan karena
digunakan sebagai indikator untuk mengukur efisiensi perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Indikator yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas salah satunya adalah Return On Asset (ROA),
menggunakan indikator ROA sebagai variabel dependen karena
bank Indonesia sebagai pengawas dan Pembina perbankan lebih
mengutamakan nilai besarnya return on asset dalam menentukan
tingkat kesehatan bank.50
Rivai dan Arivin mengatakan bahwa
ROA pada suatu bank semakin besar, maka semakin baik posisi
bank tersebut dalam mengelola aset yang dimilikinya, akan tetapi
apabila semakin kecil ROA mengindikasikan kurangnya
kemampuan manajemen dalam hal pengelolaan asetnya untuk
kemudian menekan pendapatan dan menekan biaya.51
49
Herry, “Analisis Laporan Keuangan”,(Yogyakarta, Center For Academic
Publishing Service,2015) hlm 226-227. 50
Medina Almunawaroh,dan Rina Maliana,”Pengaruh CAR, NPF,dan FDR
terhadap Profitabilitas Bank syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Syariah, Vol.2, No.1 januari 2018, hlm 6. 51
Amalia Nur Zubaidah, dan Toni Hartono” Analisis Pengaaruh Kewajiban
Pennyediaan Moddal Minimum(KPMM), Non Performoing Financing (NPF),
Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Opearsional terhadap Peendapatan
48
Rentabilitas merupakan pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kompetensi bank dalam meningkatkan pendapatannya
dalam periode yang ditentukan. Kegunaan pengukuran dapat
digunakan untuk mengukur prestasi bank dalam mencapai usaha
profitabilitas yang telah dicapai.52
Tabel 2.4.
Matriks kriteria penetapan Peringkat Komposit ROA.
Peringkat Rasio Predikat
1 2% ROA Sangat Baik
Sumber: Bank Indonesia.go.id
2.4.2. Indikator Return On Asset
Indikator return on asset menurut Tjiptono dan fakhruddin
mempunyai 2 indikator yaitu:
1. Laba bersih sebelum pajak
2. Total asset bank53
Operasional (BOPO) terhadap Retturn On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2016-2018”, Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah,Vol. 9,
No.1, 2019, hlm18. 52
Lidia Desiana, dan Fernando Africano, “Analisis Laporan Keuangan (Teori
dan Pemahaman materi)”, (Palembang, Noerfikri,2018) hlm 299 53
Nuzul Ikhwal, “Analisis ROA dan ROE Terhadap Proiftabilitas Bank di
Bursa Efek Indonesia” Al Masraf: Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan,
Vol.1,Nomor 2, 2016.
49
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang
tercantum dalam surat edaran bank Indonesia Nomor
3/30.DPNP/tanggal 14 Desember 2001, ROA merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total
asset. Dengan rumus sistematis sebagai berikut54
:
2.4.3. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat,
tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen,
tetapi juga bagi pihak diluar perusahaan, pihak-pihak yang
membutuhkan hubungan ataupun kepentingan dengan
perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan yaitu:
1. Untuk mengukur, menghitung laba yang diperoleh oleh
perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang
54
Ridhlo Ilham Putra Wardana, Skripsi:” Analisis Pengaruh
CAR,FDR,NPF,BOPO,dan SIZE terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2014”, (Semarang, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Dipenogoro,2015).
50
3. untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri,dan tujuan lainnya.
Manfaat yang diperoleh sebagai berikut:
1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode.
2. Mengalami posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri, dan manfaat lainnya.55
2.4.4. Jenis-Jenis Profitabilitas
1. Profit Margin On Sales
Profit margin on sales atau rasio profit margin atau
margin laba atas penjualan merupakan rasio untuk
mengukur margin laba atas penjualan.
2. Return On Asset (ROA)
Rasio yang digunakan untuk seberapa besar kontribusi
aset dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
55
Kasmir, “Analisis Laporan keuangan” (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2016) hlm 197-198.
51
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset.
3. Return On Equity (ROE)
Rasio yang digunakan untuk seberapa besar kontribusi
ekuitas dalam menciptakan laba bersih. rasio ini
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total ekuitas.
4. Return On Investment (ROI)
Rasio yang digunakan untuk mengukur hasil (return)
atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan.
5. Earning Per Share yaitu rasio lembar per saham atau
rasio nilai buku, yaitu rasio untuk digunakan mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
bagi pemegang saham.56
2.5. Non Performing Financing (NPF)
2.5.1. Definisi Non Performing Financing (NPF)
Bank syariah istilah lain Non Perfoming Loan diganti
menjadi Non Performing Financing (NPF) karena di dalam
56
Lidia Desiana, dan Fernando Africano, “Analisis Laporan Keuangan Teori
dan Pemahaman Materi”,(Palembang, Noerfikri,2019), hlm 215-218.
52
bank syariah menggunakan prinsip pembiayaan. NPF
merupakan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank.57
Menurut
Rivai dan Arivin non performing financing (NPF) merupakan
suatu kondisi dimana adanya penyimpangan (deviasi) yang
disepakati dalam pembayaran kembali pembiayaan itu
sehingga terjadinya keterlambatan,diperlukan tindakan
yuridis,atau diduga ada kemungkinan potential loss. Menurut
Dendawijaya implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari
timbulnya kredit bermasalah berupa hilangnya kesempatan
untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan,
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk
bagi rentabilitas bank.58
Dalam statistik perbankan syariah
yang diterbitkan oleh direktorat perbankan syariah bank
Indonesia dijumpai istilah Non Performing Financing atau
dalam kamus perbankan syariah biasa disebut juga duyumun
ma’dumah yang dapat diartikan sebagai” pembiayaan non
57
Medina Almunawaroh,dan Rina Maliana,”Pengar uh CAR, NPF,dan FDR
terhadap Profitabilitas Bank syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Syariah, Vol.2, NO.1 januari 2018hlm8 58
Amalia Nur Zubaidah, dan Toni Hartono” Analisis Pengaaruh Kewajiban
Pennyediaan Moddal Minimum(KPMM), Non Performoing Financing (NPF),
Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Opearsional terhadap Peendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Retturn On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2016-2018”, Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah,Vol. 9,
No.1, 2019, Loc.cit,hlm 19
53
lancar, dari kurang lancar, sampai dengan macet.59
Menurut
Sholihin dalam menangani kredit bermasalah atau pembiayaan
terdapat empat faktor yang harus diperhatikan yaitu meliputi
ukuran kredit non performing, kualitas nasabah, dan
kecukupan agunan, penanggulangan saat memiliki kredit Non
Performing, dan strategi penanganan kredit non performing.60
Besarnya NPF yang dibolehkan Bank Indonesia yaitu
maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi
tingkat kesehatan bank 61
.
Tabel 2.5.
Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing
No Nilai NPF Predikat
1 NPF 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPF 5% Baik
3 5% ≤NPF 8% Cukup Baik
4 8% ≤NPF 12% Kurang Baik
5 NPF ≥ 12% Tidak Baik
Sumber : Bank Indonesia
59
A.Wangsawidjaja..Z,”Pembiayaan Bank Syariah”,(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama,2012)hlm90 60
Hadi Ismanto, dkk,” Perbankan dan Literasi Keuangan”(Sleman,
Deepublish/Grup penerbitan CV Budi Utama,2019)hlm54 61
Afrilia Tiara Putri,dkk, “ Dana Pihak Ketiga , Inflasi dan Pembiayaan
Mudharabah Terhadap Non Performing Financing pada Bank Islan di Indonesia dan
Malaysia”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol .16, No.2, 2018, hlm 74
54
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang ada dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank.
Indikator NPF yaitu total pembiayaan bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan. Rasio ini dapat dirumuskan
berdasarkan, Surat edaran OJK No. 10/SEOJK/03/2014, sebagai
berikut62
:
2.5.2. Faktor-faktor Terjadinya Non Performing Financing
(NPF)
Menuurut Mahmoedin terjadinya NPF atau
pembiayaan bermasalah atau NPF pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor internal, berasal dari kegiatan operasional dalam
bank yang termasuk kebijakan dan strategi yang ditempuh
pihak bank terkait pemberian pembiayaan yang tertuang
dalam laporan keuangan dan annual report bank.
62
Lidia Desiana, dan Aryanti,”Manajemen Keuangan Bank
Syariah”(Palembang, NoerFikri,2017).hlm 157.
55
2. Faktor Eksternal, dari yang berasal luar manajemen
perbankan, yakni faktor yang berhubungan dengan
kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, persaingan
dan kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah,
persaingan dan kondisi usaha nasabah.63
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel .2.6.
Penelitian Terdahulu No Nama
dan Jurnal
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil
Peneleitian
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
1 Ayu Yanita
Sahara (Jurnal
Ilmu
Manajemen,
Vol.1, No.1,
2013
Pengaruh
Inflasi, Suku
Bunga, BI, dan
Produk
Domestik Bruto
terhadap Return
On Asset (ROA)
Bank Syariah di
Indonesia
Variabel
Inflasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap ROA
1.Purposive
sampling
2.data
sekunder
3.kuantitatif
4. Triwulan
1.SPSS16
2. 33
populasi,
3. 13 sampel
bank umum
syariah.
4.periode
2008-2010
2. Rara Sekar
“Universitas
Islam Negeri
Syarif
Pengaruh
Inflasi,
Financing To
Deposit Ratio
variabel
Inflasi
berpengaruh
positif dan
1.Kuatitatif
2. data
sekunder
1.time series
2..bulanan
3.januari
2010-januari
63
Sitti Roissyatul Mursidah, Tri Sudarwanto, Peni Haryanti, “ Pengaruh
Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Inflasi terhadap Non Performing Financing
(NPF) pada PT. Bank BRI Syariah”, Jurnal Ilmu Pengetahuan; Discovery Vol.04,
No.02, 2019
56
Hidayatulah
Jakarta ,
SKRIPSI
2016”
(FDR) dan
Capital
Adequency
Ratio (CAR)
terhadap Non
Performing
Financing (NPF)
pada bank
umum syariah di
indonesia
(periode Januari
2010-juni 2015)
signifikan
terhadap NPF
2017
4. SPSS20
3. Agustinig-
sih
(JOM
Fekon,Vol.4,N
o,1,2017)
Pengaruh
inflasi,
Financing To
Deposit Ratio
(FDR),Ratio
Financing (NPF)
pada PT. Bank
BRI Syariah
Periode 2009-
2015
Variabel
inflasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap NPF
1.Kuatitatif
2.data
sekunder
3. Triwulan
1.SPSS20
2.1 bank
umum
syariah
4 Nova Sheni
Purba,dan Ari
Darmawan
(Jurnal
Administrasi
dan Bisnis,
Vol.61, No.2
2018)
Pengaruh
Perumbuhan
Produk
Domestik Bruto
dan Inflasi
terhadap Non
Performing
Finance Bank
Syariah
Variabel
Inflasi Tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap NPF
1.Data
Sekunder
2.kuantitatif
3.triwulan
1. 13
populasi,
2. 11
sampel bank
umum
syariah.
3. periode
tahun 2014-
2016
57
5 Afrilia Tiara
Putri,
Saadah
Yuliana,dan
Anna
Yulianita
(Jurnal
Ekonomi dan
pembangunan
,Vol.16,
No.2,2018)
Dana pihak
ketiga, Inflasi
Dan pembiayaan
mudharabah
terhadap non
performing
financing pada
bank islam di
Indonesia dan
Malaysia
Variabel
inflasi tidak
signifikan
terhadap NPF
1.Data
sekunder
2.Data panel
1.periode
2010-2016
2. Tahunan
6. Misbahul
Munir
Journal Of
Islamic
Economic,
Finance, and
Banking,
Vol.1, No.1&2,
2018. .
Analisis
Pengaruh
CAR,NPF,
FDR, dan Inflasi
terhadap
Profitabilitas
Perbankan
Syariah di
Indonesia.
Variabel NPF
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap ROA
1.kuantitatif 1.data time
series
2.bulanan
7. Amalia nur
zubaidah,dan
Toni hartono
(Jurnal sains
Ekonomi dan
perbankan
syariah,
Vol.09,
Analisis
Pengaruh
Kewajiban
Penyediaan
Modal
Minimum
(KPMM),
Non Performing
Financing
Variabel NPF
berpengaruh
positif
terhadap ROA
1.Data panel
2.14
Populasi
1..SPSS 25
2. 5 sampel
bank
58
No.1,2019) (NPF),
Financing To
Deposit Ratio
(FDR), dan
Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
8. Toufan Aldian
Syah
(Jurnal
Ekonomi
Islam,Vol.6,
No.1, 2018)
Pengaruh
Inflasi,BI rate,
NPF, dan BOPO
terhadap
Profitabilitas
Pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia.
Variabel
Inflasi tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
1.SPSS21
2.Purposive
sampling
3.data
sekunder
4. kuantita-
Tif
1.jumlah
banyak data
68
2.data
bulanan
3. periode
bulanan
Januari
2012-
Agustus
2017
9.
Muhammad
Syakhrun,
Asbi Amin,dan
Anwar
(Bongaya
Journal for
Research In
Manage-
Pengaruh CAR,
BOPO,NPF, dan
FDR terhadap
profitabilitas
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Variabel NPF
berpengaruh
negatif
terhadap ROA
1. Purposive
sampling
2. triwulan
1.2bank
umum
syariah
59
ment, Vol.2,
No.1 2019)
10
Fitri Rizal, dan
Muchtim
Humaidi
(El Barka:
Journal Of
Islamic
Economic and
Business,
Vol.2, No1
2019)
Dampak
Makroekonomi
Terhadap
Profitabilitas
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Variabel
Inflasi tidak
berpengaruh
terhadap ROA
1.Kuanti-
tif
2.SPSS21
3, Triwulan
1. .Januari
2005- Juni
2013.
3. jumlah N
(34)
Sumber :dari berbagai sumber,2020
2.7. Pengembangan Hipotesis
2.7.1. Pengaruh Inflasi terhadap ROA
Inflasi berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila
terjadi inflasi yang parah tak terkendali (hiperinflasi) maka
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Dalam hal ini mengakibatkan minat masyarakat
untuk menabung menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Hal ini mengakibatkan masyarakat untuk menabung, atau
berinvestasi dan berproduksi berkurang.64
Menurut Noprin,
64
Herman Supardi, Suratno, dan Suyatno,” Pengaruh Curretnt Ratio, Debt To
Asset Ratio, Total Asset Turnover dan Inflasi terhadap Return On Asset”, JIAFE
(Jurnal Ilmiah Akuntansi fakultas Ekonomi), Vol.2, No.2, 2018, hlm 19.
60
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-
barang secara terus menerus. Kenaikan harga dari suatu atau
dua macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi
kecuali kenaikan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan
harga sebagian besar barang-barang lain. Sedangkan menurut. 65
Penelitian Ayu Yanita Sahara,66
pada tahun 2013 dengan judul”
Analisis Pengaruh Inflasi, suku bunga, BI, dan produk Domestik
Bruto terhadap Return On asset (ROA) Bank Syariah di
Indonesia periode 2008-2010” berdasarkan hasil penelitian
tersebut menggunakan SPSS 16, hasil penelitian secara parsial
inflasi menunjukan hasil positif terhadap ROA. Selanjutnya
penelitian Amalia Nuril Hidayanti67
pada tahun 2014 dengan
judul” Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Kurs terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia, hasil penelitian
uji t pada regresi data penelitian menunjukkan bahwa variabel
65
Budianti Khamidah,Skripsi:”Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Non Performing
Financing(NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada
Bank Umum Syariah di Indonesia (Tahun 2015-2018)”, (Institut Agama Islam Negeri
Salatiga, 2019)hlm35. 66
Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, BI, dan
Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di
Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.1, No.1, 2013. 67
Amalia Nuril Hidayanti “Pengaruh Inflasi, Bi Rate, dan Kurs terhdap
Profitabiltas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal An-Nisbah,Vol.01,No.01,
2014, hlm 90
61
inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan.Maka
berdasarkan uraian penjelasan tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Diduga Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset pada
bank umum syariah.
2.7.2. Pengaruh Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah (NPF)
Inflasi secara sederhana merupakan kenaikan harga
secara umum dan terus menerus. Menurut Mutamimah dan
chasanah, terdapat pengaruh perubahan inflasi terhadap
NPF yaitu inflasi yang tinggi akan menimbulkan terjadinya
penurunan pendapatan riil masyarakat yang mengakibatkan
standar hidup masyarakat akan menurun. Sebelum
terjadinya inflasi pihak debitur atau pihak yang meminjam
masih sanggup untuk membayar angsuran atau cicilan
kreditnya, sedangkan terjadinya inflasi harga-harga
mengalami peningkatan cukup tinggi, sedangkan debitur
penghasilannya tidak mengalami peningkatan, sehingga
kemampuan untuk membayar angsuran melemah sebab
semua penghasilannya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga akibat dari harga harga yang
62
meningkat.68
Penelitian oleh Agustiningsih69
yang
berjudul”Pengaruh Inflasi,Financing To Deposit
Ratio(FDR), Ratio Financing(RF) dan Ratio Return (RR)
terhadap Non Performing Financing (NPF) pada PT. Bank
BRI Syariah Periode 2009-2015”, Inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap NPF. apabila inflasi
mengalami kenaikan maka NPF juga mengalami kenaikan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rara Sekar pada
tahun 2016 menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap NPF. Maka berdasarkan
uraian penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2: Inflasi diduga berpengaruh terhadap pembiayaan
bermasalah (NPF).
68
Rara Sekar, SKRIPSI: “Pengaruh Inflasi, Financing To Deposit Ratio (FDR)
dan Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap Non Performing Financing (NPF)
pada Bank UmumSyariah di Indonesia Perioden Januari 2010 – juni 2015”, Jakarta
(Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
2016)hlm 54. 69
Agustinigsih, “Pengaruh Inflasi, Financing To Deposit Ratio (FDR), Ratio
Financing (RF) dan Ratio Return (RR) terhadap Non Performing Financing (NPF)
Pada PT. Bank BRI Syariah Periode tahun 2009-2015”, JOM FEKON,Vol.4,
No.1,2017, hlm.334
63
2.7.3. Pengaruh Pembiayaan bermasalah (NPF) Terhadap
Return On Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya, implikasi bagi pihak bank
akibat sebagai muculnya pembiayaan bermasalah yaitu
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan
pembiayaan yang diberikan sehinggga akan menggurangi
perolehan laba bank, dan akan mengalami penurunan pada
Return On Asset (ROA).70
Bahwa ketika NPF mengalami
peningkatan maka akan mengalami peningkatan pada ROA,
sebaliknya apabila NPF mengalami penurunan pada ROA
maka terjadinya cadangan kerugian penurunan(CKPN) nilai
masih dapat mengatur dan mengatasi pembiayaan
bermasalah. Sehingga laba dalam rasio ROA masih dapat
mengalami peningkatan walaupun NPF cukup
tinggi.71
Penelitian yang didukung oleh Misbahul Munir
70
Amalia Nur Zubaidah, dan Toni Hartono” Analisis Pengaaruh Kewajiban
Pennyediaan Moddal Minimum(KPMM), Non Performoing Financing (NPF),
Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Opearsional terhadap Peendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Retturn On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2016-2018”, Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah,Vol. 9,
No.1, 2019.hlm 20 71
Ibid, hlm 27
64
72yang berjudul Pengaruh CAR,NPF, FDR,dan Inflasi
Terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia pada
tahun 2018. yang menyatakan bahwa variabel NPF secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Selanjutnya penelitian oleh Salman Al Parisi73
yang
berjudul”Determinan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah di Indonesia pada tahun penelitian 2017, yang
hasilnya menyatakan bahwa NPF berpengaruh singnifikan
positif terhadap ROA. Maka berdasarkan penjelasan uraian
diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Pembiayaan bermasalah (NPF) diduga berpengaruh
terhadap Return On Asset ( ROA)
2.7.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Return On Asset dengan
Pembiayaan Bermasalah ( NPF) Melalui Variabel
Intervening
Menurut Boediono inflasi merupakan kecenderungan
meningkatnya harga barang-barang umum secara terus
72
Misbahul Munir,”Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, Dan Inflasi
terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia”, Journal Of Islamic
Economic, finance, and Banking, Vol.1, No.1&2, 2018,hlm 96. 73
Salman Al Parisi, “Determinan KinerjaKeuangan Bank Umum Syariah di
Indonesia”, Journal Of Islamic Economics and Bussiness, Vol.2, No.1,2017, hlm 47
65
menerus..diaman kenaikan harga barang-barang tidak semua
dengan presentasi yang sama atau dapat terjadi karena
kenaikan tersebut tidak bersamaan akan tetapi terjadi secara
terus menerus selama satu periode tertentu74
. Ayu yanita
sahara75
dan Amalia Nuril Hidayanti76
menyatakan bahwa
Inflasi berpengaruh Positif dan signifikan terhadap ROA.
Selanjutnya Rara Sekar77
mengatakan bahwa inflasi yang
tinggi akan menyebabkan pendapatan tetap akan terus
menerus sehingga standar hidup dari masyarakat menjadikan
semua orang miskin bertambah miskin, karena pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-
harga. Pada penelitian Agustiningsih78
mengatakan bahwa
penelitiannya inflasi berpengaruh positif terhadap NPF.
74
Toufan Aldian Syah, Pengaruh Inflasi, BI Rate, NPF, dan BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, el- JIZYA, Jurnal Ekonomi Islam,
Vol.6, No.1, 2018. hlm138 75
Ayu Yanita Sahara, Loc. Cit. hlm 153. 76
Amalia Nuril Hidayanti,Loc.Cit hlm 90. 77
Rara Sekar, SKRIPSI: “Pengaruh Inflasi, Financing To Deposit Ratio (FDR)
dan Capital Adequency Ratio (CAR) terhadap Non Performing Financing (NPF)
pada Bank UmumSyariah di Indonesia Perioden Januari 2010 – juni 2015”, Jakarta
(Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
2016)hlm 54. 78
Agustinigsih, “Pengaruh Inflasi, Financing To Deposit Ratio (FDR), Ratio
Financing (RF) dan Ratio Return (RR) terhadap Non Performing Financing (NPF)
Pada PT. Bank BRI Syariah Periode tahun 2009-2015”, JOM FEKON,Vol.4,
No.1,2017, hlm.334
66
Kemudian Misbahul Munir79
menyatakan NPF merupakan
rasio gagal bayar dalam penyaluran kredit, sehingga semakin
tinggi nilai NPF maka akan semakin buruk pada perbankan.
Begitu sebaliknya semakin rendah nillai NPF maka semakin
baik nilai perbankan.dan penelitian Amalia Nur Zubaidah80
mengatakan bahwa variabel NPF terhadap ROA berpengaruh
Positif dang signifikan. Maka berdasarkan penjelasan diatas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Pembiayan bermasalah (NPF) diduga memediasi
pengaruh inflasi terhadap return on asset
2.8.Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian berguna untuk sebagai acuan
peneliti yang dilakukan menjadi terarah ,dan tujuan sesuai
dengan penelitian. Berikut kerangka penelitian dari judul
“Pengaruh Inflasi Terhadap Return On Asset dengan
79
Misbahul Munir,”Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, Dan Inflasi terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia”, Journal Of Islamic Economic,
finance, and Banking, Vol.1, No.1&2, 2018,hlm 96 80
Amalia Nur Zubaidah, dan Toni Hartono” Analisis Pengaaruh Kewajiban
Pennyediaan Moddal Minimum(KPMM), Non Performoing Financing (NPF),
Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Opearsional terhadap Peendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Retturn On Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2016-2018”, Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah,Vol. 9,
No.1, 2019.hlm 20
67
Pembiayaan Bermasalah (NPF) Melalui Variabel
Intervening”
Gambar 2.8.
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Pengaruh langsung variabel bebas terhadap
variabel terikat
: Pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat melalui intervening.
X1 dan X2 : Variabel bebas
Z : Variabel intervening.
68
2.9. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan sementara dugaan penelitian atau
kumpulan teoritis. Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya masih sangat perlu diuji atau
kesimpulan rangkuman teoritis yang diperoleh dari tinjauan
pustaka , karena masih sifatnya sementara perlu dibuktikan dan
diuji kebenarannya melalui suatu pengujian atau test yang
disebut tes hipotesis. Berdasarkan kerangka pemikiran maka
hipotesis sebagai berikut:
Tabel 2.9.
Ringkasan Hipotesis
No Simbol Hipotesis
1 H1 Inflasi diduga berpengaruh terhadap
Return On Asset pada bank umum
syariah
2 H2 Inflasi diduga berpengaruh terhadap
pembiayaan bermasalah (NPF).
3
H3
Pembiayaan bermasalah (NPF) diduga
berpengaruh terhadap Return On Asset (
ROA)
4 H4 Pembiayan bermasalah (NPF) diduga
memediasi pengaruh inflasi terhadap
return on asset
Sumber: Hasil pemikiran diolah.