8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan
yang diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik dan para pemegang
saham yang tercermin pada harga saham. (Bringham & Houston, 2006:19).
Nilai perusahaan juga dapat menunjukan nilai asset yang dimiliki
perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu asset
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan (Martono & Agus, 2003:3). Nilai
perusahaan go public selain menunjukan nilai seluruh aktiva, juga tercermin
dari nilai pasar atau harga sahamnya, sehingga semakin tinggi harga saham
mencerminkan tingginya nilai perusahaan (Afzal, 2012).
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) nilai perusahaan merupakan
persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat
dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan
juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa
mendatang. Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga
9
𝑃𝐸𝑅 =Harga pasar perlembar saham
Laba perlembar saham
penutupan (clossing price), dan merupakan harga yang terjadi pada saat
saham diperdagangkan di pasar (Fakhrddin dan Hardianto, 2001).
Pengukuran nilai persahaan menurut Weston dan Copelan (2004) rasio
penilain perusahaan terdiri dari :
a. Price Earning Ratio (PER)
Menurut Tandelilin (2007) PER adalah perbandingan antara harga saham
perusahaan dengan earning per share dalam saham. PER adalah fungsi
dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan
datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan
persahaan untuk tumbuh sehingga meningkatkan nilai perusahaan. PER
dapat dihitung dengan rumus :
b. Price to Book Value (PBV)
Menurut Prayitno dalam Afzal (2012) Price to Book Value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu
perusahaan. makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut. PBV juga menunjukan seberapa jauh suatu
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. Penggunaan Price book value (PBV)
sebagai variabel dari nilai perusahaan juga mengacu pada penelitian Jefri
10
𝑃𝐵𝑉 =Harga Perlembar Saham
Nilai Buku Perlembar Saham
𝑄 =(EMV+D)
(EBV+D)
Tandi Bunna (2015). Rasio price to book value yang tinggi mencerminkan
harga per lembar saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar
saham. Semakin tinggi harga per lembar saham, semakin berhasil
perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Nilai perusahaan
dapat dihitung dengan price book value, sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
c. Tobin’s Q
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai persahaan
adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini dikembangkan
oleh profesor James Tobin (Weston dan Copeland, 2004). Rasio ini
merupakan konsep yang sangat berharga karena menunjukan estimasi
pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar
investasi inkremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio
nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut :
Dimana :
Q : Nilai Persahaan
11
EMV : Nilai pasar ekuitas
EBV : Nilai buku dari total aktiva
D : Nilai buku dari total utang
EMV (Equity Market Value) diperoleh dari hasil perkalian harga saham
penutupan pada akhir tahun (closing price) dengan jumlah saham yang
berdarar pada akhir tahun sedangkan EBV (Equity Book Value) diperoleh
dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajiban.
2.2 Struktur Modal
Menurut Weston dan Brigham (2010:150), strktur modal adalah
bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang
dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal adalah
hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah
menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai aktivitas perusahaan.
Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan bersumber dari modal sendiri yang berasal dari modal saham, laba
ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari
modal sendiri mengalami kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan
pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu hutang (debt financing).
Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan
12
terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur
modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan ata biaya modal rata-
rata (Martono & Agus :2005)
2.2.1. Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan
keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Teori struktur modal
menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan
atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan,
2004:263).
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko
dan pengembalian. Jika banyak hutang maka risiko yang ditaggung
pemegang saham akan lebih besar tetapi jika tingkat pengemblian yang
diharapkan juga akan lebih besar jika lebih banyak menggunakan hutang.
Risiko yang besar akan menurunkan harga saham tetapi tingkat
pengembalian yang besar akan menaikan harga saham. Oleh karena itu
struktur modal harus berada pada keseimbangan antara risiko dengan
tingkat pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham
(Weston dan Brigham, 2001:5).
Jenis-jenis teori struktur modal
a. Teori Pendekatan Tradisional
13
Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar
modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau
biaya modal perusahaan dapat dirubah dengan cara menambah
struktur modal (Husnan, 2004 :294). Menurut Irawati (2006)
pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa sampai pada tingkat
leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan.
Tetapi jika hutangn terus ditambah maka risiko akan lebih
besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang. Menururt
pendekatan tradisional, struktur modal yang optimal terjadi pada saat
nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang dapat
meminimumkan biaya modal rata-rata tertimbang.
b. Trade -Off
Trade off theory dikemukakan oleh Myers pada tahun 1984.
Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan
antara manfaat dan biaya yang optimal akibat penggunaan hutang
(Husnan dan Pujiastuti, 2012:275). Perusahaan akan terus
menggunakan hutang sejauh perusahaan mendapatkan manfaat.
Apabila pengorbanan karena penggnaan hutang sudah lebih besar,
maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Teori ini
menjelaskan bahwa perusahaan tidak akan mencapai nilai optimal
jika pendananan dibiayai oleh hutang atau tidak menggnakan hutang
sama sekali didalam membiayai kegiatan perusahaan. oleh karena itu
14
manajer perusahaan harus cermat dan tepat dalam mengelola modal
perusahaan.
Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik
tertentu. Selain titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan
nilai perusahaan. Walaupun model trade-off theory tidak menentukan
secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut
memberikan kontribusi penting :
1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya
menggunakan sedikit hutang.
2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar
pajak rendah.
c. Packing Order
Teori ini dikemukakan oleh Myer pada tahun 1984. Teori ini
menjelaskan mengenai keputusan pendanaan yang menyatakan
bahwa perusahaan cenderung menggunakan sumber pendanaan
internal dari pada pendanaan eksternal untuk aktivitas pendanaan.
Penggunaan hutang dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan
sudah tidak memiliki dana internal yang mencukupi (Husnan dan
Pujiastuti, 2012:278)
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang proftable
umumnya meminjamkan dana dalam jumlah sedikit. Hal tersebut
15
bukan karena perusahaan menargetkan debt rasio yang rendah, tetapi
karena memerlukan dana eksternal yang sedikit. Teori packing order
menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih membelanjai kegiatan
perusahaan dengan dana internal.
Perusahaan berusaha mengurangi risiko keuangan dalam
menjalankan kegiatan perusahaan. Perusahaan yang memiliki titik
optimal, maka perusahaan akan mengalami risiko yang sangat besar
(sartono, 2011:229)
2.2.2. Unsur-unsur Struktur Modal
Struktur modal suatu persahaan secara umum terdiri atas
beberapa komponen (Bambang Rianto, 2001:238) yaitu :
1. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka
waktunya umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang
ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena
kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang
besar. Komponen-komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari :
a. Hutang Hipotek (mortage)
Hutang hipotek adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktia tidak bergerak (tahan dan bangunan)
b. Obligasi (bond)
16
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa
perusahaan meminjamkan uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan
atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penysutan
aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut
dan dari keuntungan. Modal asing hutang jangka panjang dilain
pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus
dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama
jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali
hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi
perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berasal
dari asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun
demikian hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah
ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan
pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah
diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya
perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga,
maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual aset
yang dijadikan jaminannya.
2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waku tertentu
17
lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun ekstern,
sumber intern didapat dari keuntngan yang dihasilkan oleh
perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang
berasal dari pemilik perusahaan. Komponen modal sendiri terdiri dari
:
a. Modal saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu perseroan
terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari :
1) Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang
yang ditananamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini
berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risiko
sebesar dana yang ditanamkan.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang
merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang
jangka panjang.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak
dibayarkan sebagai dividen.
c. Cadangan
Cadangan dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa
18
waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Tidak semua
cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan
yang termasuk dalam modal sediri antara lain :
1) Cadangan ekspansi
2) Cadangan modal kerja
3) Cadangan selisih kurs
4) Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian
yang tidak terduga.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahaan
yang diperlukan untuk segala resiko, baik risiko usaha maupun
risiko-risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan
jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap
keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu
pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap-tiap
perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang
diperlukan untuk menjamin kelangsungan perusahaan.
2.2.3. Analisis Struktur Modal
Sesuai dengan teori struktur modal, pada dasarnya struktur
modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Berkaitan dengan teori
tersebut maka analisis struktur modal juga terdiri dari analisis modal
asing (hutang) dan modal sendiri (rasio leverage). Berdasarkan teori
strktur modal, maka dalam penelitian ini struktur modal diukur dengan
19
𝐷𝐴𝑅 =Total Debt
Total Asset x 100%
rasio Debt to Equity (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap modal sendiri. Menurut
Sutrisno (2012: 217) rasio leverage menunjukan sebera besar kebutuhan
dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio leverage terdiri dari :
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio DAR digunakan untuk mengukur presentase besarnya
dana atau modal yang disediakan oleh kreditur. Selain itu rasio ini
juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva
dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio DAR berarti
semakin besar jumla modal pinjaman yag digunakan untuk
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perhitungan DAR
dilakukan dengan menggunakan rumus :
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan
modal sendiri. Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk
mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal sendiri
yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
Perhitungan DER dilakukan dengan menggnakan rumus :
20
𝐷𝐸𝑅 =Total Hutang
Total Ekuitas x 100%
𝐿𝐷𝐴𝑅 =Longterm Debt
Total Asset x 100%
𝐿𝐷𝐸𝑅 =Longterm Debt
Total Equity x 100%
c. Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)
Rasio LDAR digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang
jangka panjang digunakan untuk investasi pada sektor aktiva. Hal ini
menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang
diberikan oleh kreditur dengan jumlah aktiva yang dibiayai dengan
hutang jangka panjang. Perhitungan LDAR dengan rumus :
d. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
Rasio LDER menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri
yang diberikan oleh pemilik perusahaan. rasio ini juga digunakan
untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri atau seberapa besar hutang jangka
panjang dijamin oleh modal sendiri. Perhitungan LDER dilakukan
dengan menggunakan rumus :
21
2.2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor
berikut yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur
modal. Menurut J.Weston dan Brigham (2006:39) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi struktur modal diantaranya :
1. Stabilitas Penjualan
Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain
secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan
dan laba suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang
dengan risiko yang lebih sedikit, daripada bila penjualan dan labanya
mengalami penurunan secara periodik dalam hal yang disebut
terakhir perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya.
2. Struktur Aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam
beberapa cara. Perusahaan dengan aktiva tetap yang berumur
panjang, terutama bila permintaan untuk keluaran/outputnya secara
relatif dijamin.
3. Leverage Operasi
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih
mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan
mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil. Leverage operasi adalah
penggunaan potensial atas biaya-biaya operasi tetap untuk
22
memperbesar efek perubahan dalam penjualan atas EBIT (earnings
before interest and taxes) perusahaan. leverage keuangan adalah
penggunaan potensial atas biaya-biaya keuangan tetap untuk
memperbesar efek-efek perubahan dalam EBIT pada EPS (earning
per share) perusahaan. Risiko bisnis adalah risiko terhadap
ketidakmampuan perusahaan untuk menutup biaya operasinya. Jika
terjadi kenaikan leverage operasi maka risiko bisnis pun akan naik.
Risiko keuangan adalah risiko terhadap ketidakmampuan perusahaan
untuk menutup kewajiban-kewajiban keuangan yang disyaratkan.
Risiko keuangan bergantung pada keputusan struktur modal yang
dibuat oleh manajemen, dan keputusan itu dipengaruhi oleh risiko
bisnis yang dihadapi perusahaan.
4. Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak
mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan
untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada untuk penerbitan
surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak
mengandalkan utang. Pertumbuhan perusahaan merupakan
perkembangan perusahaan yang diukur dengan tingkat pertumbuhan
total aktia. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin
besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi.
23
5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset,
dan modal perusahaan. hal ini disebabkan karena perusahaan yang
mempunyai profitabilitas tinggi akan mempunyai dana internal yang
besar. Perusahaan akan menggnakan dana internalnya terlebih dahulu
sebelum mengambil pembiayaan eksternal melalui hutang, dengan
demikian sesuai dengan pecking order theory semakin tinggi
profitabilitas perusahaan semakin rendah rasio struktur modal
perusahaan.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan
perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan
yang terkena tarif pajak yang tinggi karena itu, makin tinggi tarif
pajak persahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. Pajak
adalah jumlah pajak yang dibebankan kepada masing-masing
perusahaan berdasarkan pada tarif pajak yang ditentukan pemerintah
atas penghasilan yang kena pajak yang diperoleh. Brigham dan
Houston (2011:180) menyatakan bahwa utang mempunyai
keunggulan berupa pembayaran bunga dapat digunakan untuk
mengurangi pajak sehingga biaya yang harus dibayar menjadi lebih
rendah. Keadaan inilah yang telah mendorong adanya penggunaan
utang yang semakin besar didalam struktur modal perusahaan.
24
7. Pengendalian
Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian
manajemen bisa mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen
saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan tetapi
sama sekali tidak diperkanankan untuk membeli saham tambahan,
mereka mungkin memilih utang untuk pembiayaan baru.
8. Sikap Manajemen
Sikap manajemen yang paling banyak mempengaruhi secara
langsung pilihan pembelanjaan adalah hal-hal yang menyangkut
pengendalian (control) perusahaan dan risiko
9. Sikap Pemberi Pinjaman
Lepas dari analisis-analisis manajemen atas faktor leverage yang
tepat bagi perusahaan-persahaan, tidak terdapat permasalahan kecuali
bahwa sikap para pemberi pinjaman (lender) sering dianggap sebagai
determinan penting kadang-kadang sangat penting sebagai faktor
yang menentukan struktur modal.
10. Kondisi Pasar
Keadaan pasar modal mengalami perubahan jangka panjang dan
pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap strktur modal
perusahaan yang optimal.
11. Kondisi Internal Perusahaan
25
Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga
tidak menarik lagi investor, maka perusahaan lebih menyukai
pembelanjaan dengan hutang daripada pengeluaran saham.
12. Fleksibelitas Keuangan
Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat
menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.
Fleksibelitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang tidak
menguntungkan.
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian
yang sama disampaikan oleh Husnan (2001) bahwa Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Sedangkan Menurut
Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian
dividen perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan
peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat
profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya.
26
𝐺𝑃𝑀 =(Penjualan − HPP)
Penjualan x 100%
Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai
evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Brgham (2001),
profitabilitas adalah hasil akhir dari serangkaian kebijakan dan keputusan
manajemen, dimana kebijakan dan keputusan ini menyangkut pada sumber
dan penggunaan dana dalam menjalankan operasional perusahaan yang
terangkum dalam laporan neraca dan undur dalam neraca. Profitabilitas
merupakan gambaran dari penilaian kinerja keuangan, ukuran profitabilitas
perusahaan dapat berbagaimacam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat
pengembalian investasi dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.
2.3.1. Pengukuran Profitabilitas
Menurut Harahap (2002) rasio-rasio profitabilitas yang lazim
digunakan antara lain adalah :
1) Gross Profit Margin (GPM)
gross profit margin (GPM) merupakan persentase laba kotor
(penjualan dikurangi harga pokok penjualan) yang dibandingkan
dengan penjualan. Rumus gross profit margin:
27
𝑁𝑃𝑀 =Laba Setelah Pajak
Penjualan x 100%
𝑅𝑂𝐴 =Earning Before Tax
Total Asset𝑥100%
𝑅𝑂𝐸 =Laba Setelah Pajak
Total Ekuitas 𝑥 100%
2) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan presentase perbandingan antara laba
setelah pajak dengan penjualan. NPM dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
3) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua akktivas yang
dimiliki oleh perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:233) rumu ROA
sebagai berikut :
4) Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan alat ukur untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi para
pemegang saham perusahaan. Rasio ini menunjukan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula
sebaliknya. Rumus Return On Equity sebagai berikut :
28
𝑅𝑂𝐼 =Earning After Tax
Invesment 𝑥 100%
5) Return On Invesment (ROI)
Return On Invesment merupakan kemampuan perusahaan ntuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur
rasio ini adalah laba bersih setelah pajak (sutrisno, 2012 :223)
Perumusan Return On Equity (ROI) sebagai berikut :
2.4 Hasil Peneliti Terdahulu
No.
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul
penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Ayu Sri dan
Ari (2013)
Pengaruh
Struktur
Modal,
Profitabilitas
dan Ukuran
Perusahaam
Pada Nilai
Perusahaan
Variabel
independen:
Struktur
Modal,
Proitabilitas
dan Ukuran
Perusahaan
Variabel
Dependen:
Nilai
perusahaan
Struktur modal
berpengaruh
negatif dan
signifikan pada
nila perusahaan.
Profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan pada
nilai perusahaan.
Ukuran
perusahaaan tidak
berpengaruh pada
nilai perusahaan.
2 Dewa Kadek Pengaruh Variabel Struktur modal
29
Oka
Kusumajaya
(2011)
struktur dan
pertumbuhan
pasar terhadap
profitabilitas
dan nilai
perusahaan
manufaktur di
BEI
dependen :
nilai
perusahaan
(PBV)
variabel
independen :
Struktur
modal (DER),
Pertumbuhan
pasar
(perubahan
total aktiva),
Profitabilitas
(ROE)
berpengaruh
negatif terhadap
profitabilitas
namun
pertumbuhan
pasar
berpengaruh
positif terhadap
profitabilitas.
Struktur modal,
pertumbuhan
pasar,
profitabilitas
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
3 Robinhot
Gultom,
Agustin, Sri
Widia Wijaya
(2013)
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nilai
perusahaan
pada
perusahaan
farmasi di BEI
Variabel
dependen :
Nilai
perusahaan
Variabel
independen :
Struktur
modal,
likuiditas,
ukuran
perusahaan
dan
profitabilitas
Secara simultan
struktur modal,
liuidits ukuran
perusahaan dan
profitabilitas
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
secara parsial
profitabilitas yang
berpengruh
terhadap nilai
perusahaan,
namun struktur
modal, likuiditas
dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
4 Setiawan Ari
Cahyanto
(2014)
Pengaruh
struktur modal
dan
profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan
otomotif di
BEI
Variabel
dependen :
Nilai
perusahaan
Variabel
dependen :
Struktur
modal dan
profitabilitas
Hasil penelitian
menjelaskan
terdapat pengaruh
signifikan
struktur modal
dan profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan.
secara parsial
30
terdapat pengaruh
signifikan
struktur modal
terhadap nilai
perusahaan.
5 Yangs Analisa
(2011)
Pengaruh
ukuran
perusahaan,
leverage,
profitabilitas
dan kebijakan
dividen
terhadap nilai
perusahaan
Variabel
dependen:
Nilai
perusahaan
(PBV)
Variabel
independen :
Ukuran
perusahaan,
leverage,
profitailitas
dan kebijakan
dividen
Secara simultan
ukuran
perusahaan,
leverage,
profitabilas dan
kebijakan dividen
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
Secara parsial
leverage
berpengaruh
negatif terhadap
nilai perusahaan,
namun
pertumbuhan
pasar
berpengaruh
positif terhadap
nilai persahaan.
Ukuran
perusahaan,
profitabilitas dan
kebijakan dividen
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
2.5 Kerangka Berfikir
Setiap perusahaan yang didirikan harus memilik beberapa tujuan
yang jelas. Menurut Martono dan Agus (2005: 3) tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.
Setiap perusahaan yang go public mengingatkan harga saham yang dijual
31
memiliki potensi harga tinggi dan menarik minat para investor untuk
membelinya.
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Struktur modal yang menunjukan perbandingan antara modal
eksternal jangka panjang dengan modal sendiri, merupakan aspek penting
bagi setiap perusahaan karena mempunyai efek langsung terhadap posisi
finansial perusahaan. Trade off theory menjelaskan bahwa jika posisi
struktur modal di bawah maka setiap penambahan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, jika posisi struktur modal di
atas titik optimal maka setiap penambahan utang akan menurunkan nilai
perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal
optimal belum tercapai, maka berdasarkan trade off theory memprediksi
adanya hubungan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Hipotesis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
H1 : Struktur Modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh Profitabilitas Tehadap Nilai Perusahaan
Semakin baik Analisis laporan keuangan akan melibatkan dengan
kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan-perusahaan lain dalam
bidang industri yang sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan dari
waktu ke waktu. Profitabilitas merupakan salah satu bagian finansial yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. profitabilitas menunjukan tingkat
32
keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan saat menjalankan
operasinya. Para pemegang saham selalu menginginkan keuntungan dari
investasi yang mereka tananmkan pada perusahaan, keungtungan tersebut
diperoleh dari kentungan bunga setelah dan pajak, semakin besar
keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar devidennya. Sehingga akan semakin banyak investor yang
berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Sedangkan pengertian menyatakan bahwa rasio profitabilitas mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada
tingkat volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri (lukman
Syamsudin, 2010 :53).
Berbagai kebijakan yang diambil manajemen dalam upaya
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik
dan para pemegang saham yang tercermin pada harga sahan. Analisis nilai
perusahaan akan memberikan kebermanfaatan informasi kepada investor
dalam menilai prospek perusahaan di masa mendatang dalam
menghasilkan laba. Jadi, profitabilitas memiliki pengaruh terhadap nilai
sebuah perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Hipotesis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
33
3. Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan
Leverage keuangan merupakan penggunaan dana yang
menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap dengan tujuan
untuk meningkatkan atau mengoptimalkan pendapatan per lembar saham.
Apabila hasil pengembalian atas aktiva lebih besar daripada biaya hutang,
maka leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas
modal dengan pengembalian ini juga meningkat. Begitu juga sebaliknya
bila hasil pengembalian atas aktiva lebih kecil dari biaya hutang, maka
leverage akan mengurangi hasil pengembalian modal (Irawati, 2006).
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage dapat
meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham. Nilai suatu
perusahaan selain diukur dari tinggi rendahnya harga jual saham di pasar,
juga dapat diukur dari tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh
profitabilitas, yang selanjutnya dibandingkan dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor. Hal ini menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam membagikan laba yang diperoleh
kepada para pemegang saham (pemilik perusahaan). Tingkat profitabilitas
tersebut dapat mencerminkan nilai dividen yang akan dibagikan kepada
pemegang saham, sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan
kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan dividen. Peningkatan
dividen dapat meminimumkan biaya modal.
34
H3 : Struktur Modal dan Profitabilitas secara bersama-sama
Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan
2.6 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 kerangka berfikir
H1
H2
H3
Keterangan
Y :Variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen
yaitu Nilai Perusahaan
X1 : Variabel independen pertama yaitu Struktur Modal
X2 : Variabel independen kedua yaitu Profitabilitas
: Pengaruh masing-masing variabel X1 dan X2 terhadap Y
: Pengaruh variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y
Struktur Modal (X1)
Profitabilitas (X2)
Nilai Perusahaan (Y)