10
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Kajian Teori 1. Penilaian Autentik
Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani dalam buku
Rusdiana (2018), penilaian autentik adalah penilaian yang
memiliki relevansi dalam pendekatan ilmiah yang
disesuaikan dengan tuntutan dalam kurikulum 2013 yang
bisa menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik.1 Hal ini sependapat dengan johnson dalam buku
Abdul Majid (2014), yang mengatakan bahwa penilaian
autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah
dikuasai selama proses pembelajaran.2 Sedangkan menurut
Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai
penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman kehidupan nyata peserta didik.3
Authentic assesment adalah satu assesmen hasil
belajar peserta didik dituntut untuk menujukkan prestasi dan
hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata
dalam bentuk kinerja ataupun hasil kerja. Dalam assesmen
konvensional anak dinyatakan bagaimana sikap dan perilaku
mereka terhadap orang yang lebih tua. Berbeda pada
authentic assesment. Maka sikap dan perilaku peserta didik
terhadap orang yang lebih tua dapat nilai melalui observasi
ketika peserta didik berbicara dengan penjaga sekolah,
penjaga kantin, tenaga pendidik, guru dan kepala sekolah.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran
yang dapat dilakukan untuk semua aspek penilaian sikap,
1 Rusdiana, Penilaian Autentik Konsep, Prinsip dan Aplikasi,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), 170. 2 Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Belajar,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 56. 3 Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Belajar, 57.
11
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara terus
menerus.4
Dengan adanya penilaian autentik peserta didik bisa
mendapatkan nilai sesuai dengan apa yang telah
dikerjakanya. Karena dari awal pembelajaran guru
mengamati setiap peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran, sehingga nilai yang diperoleh akurat. Allah
AWT berfirman Q.S Al-Hujaraat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S Al-
Hujarat: 13).5
Ayat diatas menjelaskan tentang penilaian Allah
terhadap kadar ketaqwaan hamba-Nya. Dia mengetahui
siapa diantara hamba-Nya yang bertaqwa kepada Allah baik
dzohir maupun batin dan hanya di dzohir saja bertaqwa
kepada-Nya. Sehingga Allah Akan memberi balasan kepada
masing-masing orang dengan balasan yang pantas sesuai
dengan apa yang dikerjakan hamba-Nya. Apabila pekerjaan
seseorang baik maka akan memperoleh hasil yang
memuaskan. Sedangkan apabila pekerjaanya buruk maka
penilaiannya juga menjadi buruk, sehingga hasil yang
4 Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorik(Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), 24. 5 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Kamil Al-Qur’an Dan
Terjemahnya, 517.
12
diperoleh juga mengecewakan. Apabila dikaitkan dengan
pendidikan maka penilaian itu sangat autentik karena
penilaiannya sesuai dengan apa yang dikerjakan dan tidak
hanya hasilnya saja yang dinilai melainkan dari prosesnya
juga.
Berikut ada beberapa definisi penilaian autentik
menurut beberapa ahli:
a. Jon Murller (2006) dalam buku Abdul Majid,
mengemukakan bahwa penilaian autentik merupakan
bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk
mempresentasikan dan menampilkan tugasnya dengan
menerapkan keterampilan dan pengetahuanya.
b. Richard J. Stiggins (1987) dalam buku Abdul Majid,
mengemukakan bahwa penilaian autentik ialah penilaian
yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi
spesifik, serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang sudah dikuasai.6
c. Elin Rosalin (2008) dalam buku Supardi, mengemukakan
bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang
sebenarnya terhadap perkembangan belajar peserta didik
sehingga penilaiannya menggunakan dengan berbagai
cara.7
Berdasarkan uraian diatas, Jadi dapat disimpulkan
kalau penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian yang
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
menggunakan proses pengumpulan data dengan berbagai
teknik yang bisa memberikan gambaran perkembangan
peserta didik.
Penilaian autentik adalah suatu proses evaluasi
terhadap hasil belajar dan kinerja peserta didik dalam
mengaplikasikan dikehidupan nyata. Hal ini dikarenakan
memacu peserta didik untuk menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikapnya dalam situasi yang nyata. Dengan
kata lain penilaian autentik mengajak peserta didik untuk
6 Abdol Majid, Penilaian Autentik: Proses Dan Hasil Belajar,
57. 7 Supardi, Penilaian Autentik: Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi), 25.
13
menggunakan pengetahuan akademik dan
mengaplikasikanya dengan cara yang baik dalam konteks
dunia nyata dan mencapai tujuanya.8
Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian
responsif, suatu metode popular untuk menilai proses dan
hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus,
mulai dari mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan
minat khusus hingga yang genius. Penilaian autentik dapat
juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau
ilmu pembelajaran. Gambaran yang difokuskan pada suatu
kemampuan peserta didik dalam perkembangan belajar,
didasarkan pada penilaian autentik.9
a. Karakteristik Penilaiaan Autentik
Ciri-ciri yang dimiliki penilaian khususnya pada
sistem kurikulum 2013 yaitu:
1) Belajar Tuntas dimaksudkan bahwa sebelum peserta
didik menguasai kompetensi pada kategori
pengetahuan dan ketermpilan (KI-3 dan KI-4), baru
bisa anjut ke tahap berikunya.
2) Autentik dalam arti penilaian dilakukan dengan
berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuk
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
3) Berkesinambungan dimaksudkan, penilaian bertujuan
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau
proses kemajuan, dan perbaikan hasil terus-menerus
dalam bentuk penilaian proses, dan be rbagai jenis
ulangan secara berkelanjutan.
4) Menggunakan teknik yang bervariasi disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing pencapaian
kompetensi yang hendak dicapai.
8 Mimi Musmiroh Idris dan Abas Asyafah, “Penilaian Autentik
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Kajian
Peradaban Islam 3, No. 1, (2020), 3 9 Trianto Ibnu Badar at-Taubany Dan Hadi Suseno, Desain
Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah, (Depok: Kencana, 2017),
273.
14
5) Berdasarkan acuan kriteria bahwa penilaian peserta
didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya,
tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan,
seperti ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan maing-masing pada awal tahun
pelajaran.10
Karakteristik penilaian yang lebih terperinci
menurut Kunandar dalam buku Supardi (2015) meliputi:
1) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif. Artinya
penilaian autentik dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa
kompetensi dasar (formatif), maupun pencapaian
kompetensi terhadap standar kompetensi atau
kompetensi ini dalam satu semester (sumatif).
2) Mengukur keterraampilan dan performansi, bukan
mengingat fakta. Artinya penilaian autentik
ditunjukkan untuk mengukur pencapaian kmpetensi
yang menekankan aspek keterampilan dan kinerja,
dan bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya
mengingat.
3) Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya penilaian
autentik harus berkseinambungan dan satu kesatuan
secara utuh untuk mengumpulkan informasi terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.
4) Dapat digunakan sebagai feedback. Artinya penilaian
autentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan
sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetnsi
peserta didik secara komprehensif.
Jadi berdasarkan karakteristik yang dijelaskan oleh
kunandar di atas penting untuk menjadi perhatian ketika
melaksanakan penilaian autentik dalam kegiatan
pembelajaran. Pertama, instrumen penilaian yang
digunakan bervariasi sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang akan dicapai. Kedua, aspek menilai
secara komprehensif kemampuan belajar meliputi
berbagai aspek penilaian (ranah kognitif. Afektif, dan
10
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorik(Konsep dan Aplikasi), 26.
15
psikomotorik). Ketiga, penilaian dilakukan terhadap
kondisi awal,proses maupun akhir.11
b. Prinsip-prinsip Penilaian Autentik
Menurut Permendiknas Nomor 66 Tahun 2014
dalam buku Rusdiana (2018), menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar peserta didik harus meliputi
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan
tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan
secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran dan berkesinambungan
3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif
dalam perncanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diakses oleh semua pihak.
5) Edukatif , berarti mendidik dan memotivasi peserta
didik dan guru.12
Sedangkan menurut Permindikbud No. 23 Tahun
2016 tentang standar penilaian pendidikan, prinsip-
prinsip penilaian autentik antara lain sebagai berikut:
1) Shahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur
dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas
penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya,
adat istiadat, status sodial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkandari kegiatan
pembelajaran.
11
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif,
dan Psikomotorikn(Konsep dan Aplikasi), 27-28 12
Rusdiana, Penilaian Autentik Konsep, Prinsip, dan
Aplikasinya, (Bandung,: CV Pustaka Setia, 2018), 175.
16
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian
dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh
pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian
mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai
untuk memantau dan menilai perkembangan
kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, beraarti penilaian dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.
10) Edukatif, berarti penilaian diakukan untuk
kepentingan dan kemajuan pendidikan peserta didik.13
c. Ruang Lingkup Penilaian Autentik
Kunandar mengutip dalam Permendikbud Nomor
66 Tahun 2013 menyatakan bahwa, Cakupan penilaian
merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/ kompetensi muatan/ kompetensi program, dan
proses. Sejalan dengan cakupan tersebut, teknik dan
instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai
berikut:
1) Penilaian Kompetensi Sikap (afektif) Penilaian
kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan
guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima
atau memerhatikan (receiving atau attending),
merespon atau menanggapi (responding), menilai atau
13
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran,
(Bandung: Pustaka Setia, 2014), 293-294.
17
menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola
(organization), dan berkarakter (characterization).14
Pendidik melakukan penilaian kompetensi
sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peseta didik,
dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri dan Penilaian antar peserta
didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang disertai rubik,sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian secara
berkesinambungan dengan menggunakanp
penglihatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan pedoman observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Penerapan yeknik observasi menggunakan
lembar observasi. Lembar observasi merupakan
instrumen yang dapat digunakan oleh guru untuk
memudahkan dalam membuat laporan hasil
pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang
berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial.
Sikap yang diamati adalah sikap yang tercantum
dalam indikator pencapaian kompetensi dan
kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).15
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrument yang
digunakan berupa penilaian diri.
c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
14
Kunandar, Penilaian Autentik , Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Grafindo
Persada 2014), 104. 15
Agus Santoso dan Andi Achmad, “Desain Revisi Penilaian
Kurikulum 2013 Tahun 2017: Studi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam Di Kaabupaten Kutai Kartanegara”, Syamil 6, no.1, (2018), 113
18
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen
yang digunakan berupa lembaran penilaian antar
peserta didik.
d) Jurnal ialah catatan yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku peserta didik dikelas maupun diluar
kelas.16
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami
bahwadari penilaian diri dan penilaian antar peserta
didik hampir sama karena sama-sama mengemukakan
kekurangan dan kelebihan dalam konteks pencapaian
kompetensi sedangkan observasi adalah mengamati
proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru ataupun pendidik, begitupun dengan jurnal yang
dijadikan sebagai catatan untuk mengambil kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh guru atau pendidik.
Pada ranah afektif, yang menjadi teknik
penilaian utama adalah observasi sedangkan penilaian
diri, penilaian antar teman dan jurnal adalah teknik
penunjang yang artinya meskipun tidak terlaksana,
maka tidak menjadi masalah besar dengan ketentuan
bahwa teknik observasi dilaksanakan oleh guru. Hal
ini dikarenakan, banyaknya beban penilaian yang
harus dilaksanakan oleh guru. dengan jumlah peserta
didik yang banyak pula sehingga guru merasa
kualahan melaksanakan penilaian yang beragam
dengan karakteristik peserta didik yang banyak
2) Penilaian Kognitif/pengetahuan
Menurut Deni Kurniawan, sasaran penilaian
dalam ranah pengetahuan adalah meliputi:
a) Pengetahuan yaitu kemampuan mengetahui atau
mengingat istilah, fakta, aturan, urutan, metode dan
sebagainnya.
16
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam
KonteksKurikulum 2013 (Bandung: PT Gaung Persada Pres. 2008), 98.
19
b) Pemahaman, yaitu kemampuan menterjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, memahami isi
pokok,, mengartikan tabel dan sebagainnya.
c) Penerapan, yaitu kemampuan memecahkan
masalah, membuat bagan, menggunakan konsep,
kaidah, prinsip, metode dan sebagainnya.
d) Analisis, yaitu kemampuan memisahkan,
membedakan, seperti memerinci bagian-bagian,
hubungan dan sebagainnya.
e) Sintesis, yaitu kemampuan menyususn seperti
karangan, rencana, program kerja, dan
sebagainnya.
f) Evaluasi yaitu kemampuan menilai berdasarkan
norma.
g) Kreativitas yaitu kemampuan untuk mengkresi
atau mencipta.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami
bahwa kompetensi pengetahuan diatas yaitu guru
mengukur tingkat pencapain peserta didik dalam
aspek pengetahuan mulai dari hafalan, pemahaman
sampai dengan evaluasi karena kompetensi
pengetahuan merefleksikan konsep-konsep ilmiah
yang harus dikuasai.
3) Penilaian Psikomotorik/keterampilan
Menurut Deni Kurniawan proses berfikir
psikomotorik antara lain:
a) Persepsi, yaitu kemampuan memilah-milah dan
kepekaan terhadap sesuatu.
b) Kesiapan, yaitu kemampuan bersiap diri secara
fisik.
c) Gerakan terbimbing, yaitu kemampuan meniru
contoh.
d) Gerakan terbiasa, yaitu keterampilan yang
berpegang pada pola
e) Gerakan kompleks, yaitu gerakan luwes, lancar,
gesit dan lincah.
f) Penyesuaian, yaitu kemampuan mengubah dan
mengatur kembali.
20
g) Kreativitas, yaitu kemampuan mencipta pola
baru.17
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa kompetensi keterampilan yaitu guru mengukur
kompetensi keterampilan peserta didik yang meliputi
seluruh aspek mulai dari imitasi, manipulasi, presesi,
artikulasi, sampai naturalisasi karena untuk
menunjukkan keterampilan peserta didik mampu atau
bisa serta tes praktik menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku
sesuai dengan tuntunan kompetensi, penilaian projek
menuntut peserta didik untuk lebih kreatif, dan juga
portofolio dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reklektif-integratif untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi, atau kreativitas peserta
didik dalam dalam kurun waktu tertentu, dan yang
terakhir penilaian portofolio dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik serta
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi
peserta didik dalam waktu tertentu.
d. Teknik Penilaian Autentik
1) Penilaian kompetensi Sikap
Guru dapat melakukan penilaian kompetensi
sikap dengan menggunakan berbagai cara, antara lain
melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan penilaian jurnal.
a) Observasi
Menurut kunandar, observasi merupakan
teknik penilaian berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati.
17
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik ( Teori,
Praktik dan penilaian), (Bandung: Alfabeta, 2014), 11-13.
21
b) Penilaian Diri
Menurut kokom Komalasari, penilaian diri
adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik
diminta untuk memaparkan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun
sosialnyal.
c) Penilaian Teman Sejawat
Penilaian Teman Sebaya ialah teknik
penilaian dimana siswa diminta untuk saling
menilai temanya yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap.18
d) Penilaian Jurnal
Kokom Komalasari, menyatakan bahwa
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan peserta
didik selama di sekolah. Diamati dalam buku
khusus.Dengan demikian jurnal merupakan
kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga
kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap
dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar
proses pembelajaran. Bentuk penilaian jurnal ini
lebih bersifat insidental, oleh karena itu format
penilaian yang dipersiapkan yang mengacu
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
memuat hari, tanggal, kejadian baik itu bentuk
positif maupun negatif kemudian keterangan.
2) Penilaian Kompetensi
a) Tes Tertulis
Kunandar menjelaskan bahwa tes tertulis
ialah tes dalam bentuk tulisan yang diberikan
kepada siswa dalam. Dalam menjawab soal, siswa
tidak selalu merespon dalam bentuk menulis
18
Abdullah, “Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Palangka Raya”, FITRAH Jurnal Kajian ilmu-ilmu Keislaman 2,
no.2 (2016), 63.
22
jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain,
misalnya memberi tanda, mewarnai, menggambar,
dan lain-lain. Dengan demikian tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan.
b) Tes Lisan
Tes lisan menurut Kunandar yaitun guru
memberikan pertanyaan langsung kepada siswa
secara verbal (bahasa lisan) dan ditanggapi oleh
siswa secara langsung dengan menggunakan
bahasa verbal (lisan) juga. Dengan demikian Tanya
jawab yang diberikan guru kepada siswa secara
langsung menggunakan bahasa verbal desebut tes
lisan.19
c) Penugasan
Menurut Kunandar, penugasan adalah
penilaian yang bertujuan untuk pendalaman
terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan
yang telah dipelajari melalui proses pembelajaran.
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah
dan/atau projek yang dikerjakan secara individu
atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Selanjutnya dalam teknik penilaian kognitif dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing
KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup
kemungkinan dengan menggunakan teknik lain seperti
portofolio dan observasi. Skema penilaian autentik dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:20
19
Abdullah, “Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Palangka Raya, 63. 20
HM. Musfiqon, Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran
Kurikulum 2013, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), 161.
23
Gambar 2.1 Skema penilaian kognitif
3) Penilaian Kompetensi
a) Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja menurut Kunandar
adalah penilaian dimana siswa diminta
mendemonstrasikan serta mengaplikasikan
pengetahuan ke dalam kriteria yang ditentukan.
Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati
kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Dengan
demikian penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan
sesuatu disebut unjuk kerja.
b) Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan penilaian
terhadap suatu tugas dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data yang harus diselesaikan siswa baik secara
individu atau kelompok dalam waktu tertentu.
Dengan demikian penilaian projek adalah kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan siswa baik secara individu ataupun
kelompok dalam waktu atau periode tertentu.
Kementerian Agama, menyebutkan bahwa
produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin
memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk
dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai
kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan
Penilaian Kognitif
Tes Tertulis
Tes Lisan
Penugasan
Teknik lain, misalnya Portofolio, Observasi
Benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, isian, uraian
Kuis dan Tanya jawab
Tugas individu atau kelompok
di sekolah/ luar sekolah
24
analitik.Penilaian produk dimaksud meliputi
penilaian atas kemampuan peserta didik
menghasilkan produk, seperti hasil karya seni
(gambar, lukisan, kaligrafi, dan lain-lain), karya
artikel tentang perilaku terpuji, tasamuh dan lain-
lain.21
c) Penilaian Portofolio
penilaian portofolio merupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan siswa dalam periode tertentu. Dengan
demikian penilaian portofolio pada dasarnya
menilai karya-karya siswa pada satu periode
tertentu. Oleh karena itu, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
siswa melalui karyanya, misalnya karangan, puisi,
surat, gambar, hasil diskusi, hasil membaca buku,
dan lain sebagainya. 22
Dalam pelaksanaan penilaian, guru dapat
memilih berbagai teknik dan instrument yang sesuai
dengan materi dan karakteriktik peserta didik. Dengan
langkah tersebut penilaian keterampilan akan
disesuaikan sesuai dengan sasaran, target
pembelajaran. Skema dibawah ini dapat menjadi
acuan untuk memilih teknik yang sesuai.23
21
Abdullah, “Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Palangka Raya, 65 22
Abdullah, “Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013
Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Palangka Raya, 66. 23
HM. Musfiqon, Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran
Kurikulum 2013, 166.
25
Gambar 2.2 Skema penilaian keterampilan
2. Penilaian Autentik Pada Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah
penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan kegiatan
menilai peserta didik yang menekankan pada proses dan
hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). 24
Penilaian Autentik tidak hanya di implementasikan pada
mata pelajaran umum saja melaikan juga pada mata
pelajaran PAI salah satunya adalah mata pelajaran SKI.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan ditingkat Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah
(MA). Sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup muslim dari masa ke masa
dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta
24
Kunandar, Penilaian Autentik , Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, 35-36.
Penilaian
Keterampilan
Unjuk Kerja/
Kinerja/Praktik
Proyek
Portofolio
Produk
Teknik lain
Mis: Tertulis
Penilaian yang dilakukan
dengan cara mengamati
kegiatan peserta didik.
Kegiatan yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan hasil proyek
dalam kurun waktu tertentu.
Rekaman hasil pembelajaran
dan penilaian yang memperkuat
kemjuan dan kualitas pekerjaan
peserta didik
Penilaian Kemampuan peserta
didik membuat seni, produk-
produk, dan teknologi
26
mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran
Islam yang dilandasi akidah. Secara konsepnya Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) mengulas kisah nyata perlaku dan
kejadian penting orang-orang muslim dahulu sehingga
muslim sekarang dapat meneladani segala hal yang baik-
baik dalam berperilaku dan menegakkan syariat Islam.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil
karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
sumber nilai-nilai Islam.
Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madrasah
Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang yang ditujukan kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah
Kebudayaan Islam yang menjadi dasar pandangan hidupnya
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengamatan dan pembiasaan. Mata pelajaran
SKI pada Madrasah Tsanawiyah meliputi: sejarah dinasti
Umayah, Abbasiyah dan Al-Ayubiyah dan lain-lain. Hal lain
yang sangat mendasar adalah terletak pada kemampuan
menggali nilai, makna, ibrah/hikam, dalil dan teori dari fakta
sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-tema tertentu
indikator keberhasilan belajar akan sampai pada pencapaian
ranah afektif. Jadi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
tidak saja merupakan mentransfer pengetahuan dari guru
kepada peserta didik (transfer of knowledge) tetapi juga
terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (value
education).
Pembelajaran sejarah kebudayaan islam memiliki
beberapa tujuan, antara lain: a) membangun pemahaman
peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan
ajaran, nilai-nilai, norma-norma islam yang telah dibangun
oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan
kebudayaan peradaban islam, b) membangun kesadaran
peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan
masa depan, c) melatih daya kritis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan
27
pada pendekatan ilmiah, d) menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah
islam sebagai bukti peradaban umat islam dimasa lampau, e)
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (islam),
meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengkaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban
islam.25
Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
menekankan pada kemampuan mengambil ibrah atau
hikmah pelajaran dari sejarah islam, meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, seni dan iptek, dan lain-lain.
Untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam
pada masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di MTs merupakan salah satu mata
pelajaran yang menelah tentang asal-usul, perkembangan,
peranan kebudayaan atau peradaban islam dan para tokoh
yang berprestasi dalam sejarah islam di masa lampau, mulai
dari perkembangan masyarakat islam pada masa Nabi
Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah,
Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan islam di
Indonesia. Mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati sejarah kebudayaan islam yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk kepribadian, sikap dan
watak peserta didik.
Pada penilaian autentik SKI, Peserta didik diminta
untuk menerapkan konsep atau teori dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan kemampuan atau keteramilan
peserta didik. Oleh karena itu guru harus memperhatikan
keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap,
25
Euis Sofi, “Pembelajaran Berbasis E-Learning pada Mata
Pelajaran Sejaran Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
Negeri,” TANZHIM: jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan 1, no.1,
(2016), 51
28
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan
perkembangan karakteristik peserta didik. Dalam
pembelajaran SKI guru menggunakan beberapa metode
pembelajaran. Metode mengajar adalah sebuah cara yang
digunakan guru dalam proses berlangsunya KBM dengan
peserta didik. Metode juga bisa dipahami dengan sederhanan
yaitu suatu cara untuk melakukan sesuatu cara untuk
melakukan sesuatu sesuai langkah-langkah
tertentu.Sedangkan pembelajaran sesuatu yang diambil
manfaatnya dari setiap objek yang dipelajari. Selanjutnya
menurut aliran behavioristik dalam buku Paradigma Baru
Dalam Pembelajaran (Hasan Basri, 2015), mengemukakan
bahwa pembelajaran merupakan usaha guru dalam
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan atau stimulus. Adapun aliran
kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah cara guru
dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berfikir agar dapat mengenal dan memahami sesuatu yang
sedang dipelajari.26
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pembelajaran terdapat beberapa variasi metode
pembelajaran, diantaranya:
a. Metode Ceramah + Tanya Jawab + Diskusi
b. Metode Ceramah + Diskusi + Tugas
c. Metode Ceramah + Sistem Regu, dll
Selanjutnya, selain variasi metode pembelajaran di
atas juga bisa menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran SKI. Pembelajaran yang
kontekstual berarti pembelajaran yang berkaitan antara
materi pembelajaran dengan kondisi nyata peserta didik
sehingga dapat menghubungkan dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Metode Group Resume merupakan teknik yang
menggambarkan prestasi, kecakapan, dan pencapaian
individual. Kegiatan resume membuat peserta didik agar
26
Hasan Basri, Paradigma Baru Dalam Pembelajaran,
(Bandung: Pustaka Setia, 215), 21-22.
29
belajar untuk bekerja sama dalam kegiatan resume
kelompok. Metode ini disesuaikan dengan materi
pelajaran.
c. Metode inquiri mind what to know yaitu teknik yang
dapat membuat peserta didik terespons akan rasa ingin
tahunya dengan mendorong spekulasi atau mengenai
topik permasalahan sehingga peserta didik dapat
menyimpan pengetahuan tentang materi yang belum
diketahui sebelumnya dalam pembelajaran.
d. Metode guided teaching yaitu suatu teknik yang
dilakukan dengan pendidik memeberikan pertanyaan
kepada peserta didik tentang materi pelajaran untuk
mendapatkan hipotesis atau kesimpulan kemudian
mengkategorikan ke dalam kelompok-kelompok.27
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa guru bisa
menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan
menyesuaikan materi, waktu, kondisi peserta didik maupun
pendidik, dan lain-lain.
B. Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul yang sedang peneliti lakukan, antara lain sebagai
berikut:
No Judul Persamaan Perbedaan
1. Ade Cintya Putri
(2015) dengan
judul Pelaksanaan
Penilaian Autentik
Dalam
Pembelajaran
Tematik Pada
Siswa Kelas IV A
SDN 4 Wates
Kabupaten Kulon
Progo.
Sama-sama
Meneliti
Mengenai
pelaksanaan
penilaian
Autentik.
Pada Skripsi ini
peneliti
menggunakan subjek
penelitian dari siswa
SD, dan
penelitiannya
mengkaji penilaian
autentik di SD.
Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti
meqnggunakan
27
Faisal Kamal, “Strategi Inovatif Pembelajaran Akidah Akhlak
Di MAN Wonosobo Jawa Tengah”. Jurnal PPKM 1, (2017), 53.
30
subjek penelitian
yaitu Guru Sejarah
kebudayaan Islam,
dan siswa MTs.28
2. Anisa Wulandari
(2015) dengan
judul Evaluasi
Implementasi
Model Penilaian
Autentik Dalam
Penilaian
Kurikulum 2013
di SMK Negeri 1
Banyudono.
Sama-sama
meneliti
Mengenai
Penilaian
Autentik dan
juga sama
menggunakan
pendekatan
kualtatif
Pada Skripsi ini
metode penelitianya
pengguanakan
pendekatan kuatitatif.
Sedangkan penelitian
ini peneliti
menggunakan metode
penelitian dengan
pendekatan
kualitatif.29
3. Desy Safitri dn
Maria Oktavia
(2017) dengan
judul
Implementasi
Penilaian
Autentik
Kurikulum 2013
(Studi Kasus Guru
IPS di SMP
Labschool
Jakarta.
Sama-sama
meneliti
Mengenai
penilaian
Autentik dan
juga sama-
sama
menggunakan
pendekatan
kualitatif
pada jurnal ini
menggunakan
penilaian autentik
pada mata pelajaran
ips di SMP.
Sedangkan dalam
penelitian peneliti
mengkaji atau
menganalisis
penilaian autentik
pada mata pelajaran
sejarah kebudayaan
islam di MTs.30
28
Ade Cintya Putri, “Pelaksanaan Penilaian Autentik Dalam
Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas IV A SDN 4 Wates Kabupaten
Kulon Progo”, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015 29
Anisa Wulandari, “Evaluasi Implementasi Model Penilaian
Autentik Dalam Penilaian Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1
Banyudono”, Universitas Negeri Semarang, 2015. 30
Desy Safitri dn Maria Oktavia Implementasi Penilaian
Autentik Kurikulum 2013 (Studi Kasus Guru IPS di SMP Labschool
Jakarta”, Jurnal Edukasia IPS 1, No.1, 2017
31
C. Kerangka Berfikir Penilaian merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh, menganalisis, serta menafsirkan proses dan hasil
belajar peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan pembelajaran yang dirumuskan telah
dicapai oleh peserta didik. Penilaian merupakan bagian penting
dari proses pembelajaran dapat menilai kemampuan yang
dimiliki peserta didik serta mengetahui keberhasilan peserta
didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan secara
optimal.
Penilaian autentik adalah penilaian yang terdapat pada
kurikulum 2013 dan terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan,
daan keterampilan. Penilaian ini membutuhkan waktu yang
lama, karena penilaian autentik dimulai dari input, proses, dan
hasil. Yang mana guru harus mempersiapkan rubrik dan
berbagai ketentuan sebelum melaksanakan penilaian. Guru juga
diharuskan teliti untuk menilai segala perkembangan dan
kemajuan peserta didik dari pra pembelajaran hngga pasca
pembelajaran. Dari hal itu, salah satu madrasah yang sudah
menerapkan penilaian autentik, terutama pada pembelajran
sejarah kebudayaan islam di MTs. Salafiyah Kalanglundo.
Setelah melakukan penilaian, seorang guru akan
menentukan bagaimana tindakan selanjutnya sebagai upaya
untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Disamping itu
dengan melakukan penilaian, peserta didik akan lebih
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajaranya melalui
penilaian autentik, penilaian dapat dilakukan secara
komprehensif mulai dari input, proses, dan output pembelajaran
yang meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Penilaian autentik ini diharapkan guru dapat mengetahui
tentang ketiga ranah peserta didik serta mengetahui
keberhasilan proses pembelajarannya dan selanjutnya juga bisa
membantu guru untuk mebuat keputusan perencanaan program
pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu penilaian autentik
harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran
itu sendiri.
32
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
Kurikulum 2013
Guru
Penilaian
Aspek Kognitif Aspek Psikomotorik Aspek Afektif