7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah: (1) Pembelajaran
Matematika (2) Motivasi Belajar (3) Hasil Belajar (4) Pembelajaran Kooperatif
tipe NHT (Numbered Head Together) dan (5) Media Blok Pecahan.
2.2 Pembelajaran Matematika di SD
2.2.1 Pengertian Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi
dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah
dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2007: 66).
Menurut Karso (2007: 1.4), “Matematika adalah ilmu deduktif, asimatik,
formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat. Selain itu matematika dapat
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis
yang sistematis, logis, kritis, dan penuh kecermatan”.
Menurut Depdiknas (2006: 416), Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan kerjasama (Depdiknas, 2006:
416). Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-
8
aspek bilangan, geometri, dan pengukuran, dan pengolahan data (Depdiknas,
417).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
abstrak dan deduktif. Matematika sulit dipahami oleh siswa yang mempunyai
karakteristik operasional konkrit, maka perlu dikonkritkan dalam pembelajaran
dengan objek atau benda nyata agar siswa lebih mudah memahami. Matematika
merupakan pengetahuan yang mendukung siswa untuk berpikir logis dan analitis,
serta sangat bermanfaat bagi kehidupan karena berhubungan dengan semua aspek
kehidupan.
2.2.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Matematika
Dalam Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD
dan MI menyatakan tujuan pembelajaran matematika adalah :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma
secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau
masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah, Depdiknas 2003
dalam Anitah (2008:7.31).
Guna mencapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu ada materi yang
dibahas. Materi itu dibatasi oleh ruang lingkupnya yang tertera dalam
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 yang meliputi aspek bilangan, geometeri,
dan pengukuran serta pengolahan data. Cakupan bilangan antara lain bilangan
9
,angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua
dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan
dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas
suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Standar untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat
ditetapkan melalui standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar Kompetensi
(SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh
peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Sedangkan
Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan
materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai
landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika
dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain Berikut ini tabel Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 4 SD semester 2 tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menggunakan pecahan
dalam pemecahan masalah
1.3 Menjumlahkan pecahan
1.4 Mengurangkan pecahan
Sumber : Badan Nasional Standar Pendidikan, 2004 : 425
2.3 Motivasi Belajar
2.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah usaha atau kegiatan dari guru sekolah untuk menimbulkan
dan meningkatkan semangat dan kegairahan belajar dari para siswanya. Motivasi
adalah keadaan pribadi orang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan
10
berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan, Surabaya (Raniyati,
2010).
David Mc Clelland (Hamzah, 2011) berpendapat bahwa: Motivasi
memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk
mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan
usaha untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi,
yaitu menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan sosial atau fisik, menguasai
rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing untuk melebihi
yang lampau dan menggunguli orang lain menurut Wirabayu (Rani, 2010).
Mukijat (Raniyati, 2010) mendefinisikan motivasi belajar sebagai suatu
kecenderungan positif dan dalam individu yang pada dasarnya mempunyai reaksi
terhadap suatu tujuan yang dicapai.
Berdasarkan uraian beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar sebagai suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam
maupun dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas dan usaha yang
maksimal serta berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas
tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.
2.3.2 Aspek-aspek Motivasi
Wirabayu (Raniyati, 2010) mengemukakan 6 aspek motivasi belajar pada
individu:
1. Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi dan selalu bertanggung jawab terhadap
pekerjaanya dan selalu menerima tigas dengan senang hati.
2. Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukan, yaitu individu selalu
mengharapkan hasil atau feedback dari setiap pekerjaan yang dilakukan.
3. Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitanyya tidak terlalu sulit
tetapi juga tidak terlalu mudah, yang penting adanya tantangan dalam
tugas, serta dimungkinkan diraih dengan hasil yang memuaskan, yaitu
11
individu akan tertarik dengan tugas yang menantang serta memberikan
hasil yang maksimal.
4. Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai motivasi
belajar tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaan sebaik
mungkin dan pantang menyerah.
5. Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan, yaitu
individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan menghindari
pekerjaan yang asal-asalan atau berspekulasi karena setiap tugas yang
dikerjakan penuh dengan pertimbangan.
6. Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya yang akan
meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat realistis, yaitu individu yang
mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu mengutamakan
keberhasilan dalam tugas dan bersifat realistis.
2.3.3 Pentingnya Motivasi Belajar dalam Proses Pembelajaran
Pentingnya peranan motivasi belajar dalam proses pembelajaran perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan
faktor dalam maupun faktor luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam hal ini fungsi motivasi dalam
pembelajaran yaitu :
1. Sebagai pendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi
tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2. Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau tidaknya suatu pekerjaan.
2.3.4 Jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2007: 89-91) motivasi dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
12
1. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar.
2.4 Hasil Belajar
2.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2002: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.
Menurut Hamalik (2001: 159), hasil belajar menunjukkan kepada hasil
belajar, sedangkan hasil belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan
tingkah laku siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan guru.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 13), hasil belajar berkaitan dengan
pencapaian dalam memperoleh keamampuan sesuai dengan tujuan khusus yang
direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru adalah merancang instrumen
yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan data yang sudah diperoleh, guru dapat
mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.
Sedangkan menurut UU (2008:213), hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi
seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau
kategori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa,
menurut Gagne dapat dilihat dari lima kategori, yaitu keterampilan intelektual
(intelectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif
(cognitive strategies), keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes).
Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan intelektual dapat dilihat
ketika siswa menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan.
13
Informasi verbal dapat dilihat ketika siswa menyatakan suatu konsep atau
pengertian. Strategi kognitif digunakan ketika memcahkan suatu masalah dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Keterampilan motorik digunakan ketika
menggunakan perkakas atau alat-alat tertentu. Kemudian sikap digunakan untuk
memilih perbuatan atau perilaku tertentu. Dari lima kategori yang telah
disebutkan, tiga diantaranya yang berada pada urutan pertama, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif dapat disejajarkan dengan
kemampuan dalam ranah kognitif sebagaimana yang ada dalam taksonomi Bloom.
Sementara itu, Bloom dalam taksonominya terhadap hasil belajar pada tiga
ranah atau kawasan, yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif
(affective domain), dan (3) ranah psikomotorik (motor skills domain). Kawasan
kognitif mengacu pada respons intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan evaluasi. Ranah afektif mengacu pada respons sikap,
sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik (dalam Uno,
2008: 210-211)
Berdasarkan beberapa pengertian dan uraian tentang hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa sesuai
dengan tujuan khusus yang sudah direncanakan setelah menerima pengalaman
belajar dan dapat diukur melalui tes yang diberikan guru, serta dapat dilihat dari
perubahan perilakunya.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan siswa yaitu manusia yang
belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Nana Sudjana (2002),
mengemukakan bahwa hasil belajar peserta didik di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan peserta didik dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi menurut Slameto
(2003: 54 – 72) dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern
(faktor dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa).
14
a. Faktor Intern
Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam
pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses belajar, semua
kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk mencerna materi yang akan
dipelajari. Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu
faktor jasmaniah dan psikologis.
1) Faktor jasmaniah
Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang lemah
dapat menurunkan kualitas belajar siswa.
2) Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis
terdiri dari tujuh faktor, yaitu :
a) Perhatian
Siswa yang mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajari
akan mempengaruhi hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan
siswa yang tidak mempunyai perhatian terhadap pelajaran tersebut.
b) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat, maka siswa tidak
akan belajar dengan sungguh-sungguh.
c) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan pikofisik
seseorang.
d) Bakat
Menurut Hilgard (Slameto, 2003: 57) bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang karena
seseorang yang mempunyai bakat dalam suatu pekerjaan akan lebih
15
cepat mengerjakan pekerjaan tersebut jika dibandingkan dengan orang
yang kurang berbakat di bidang itu.
e) Keaktifan
Keaktifan untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika keaktifan untuk
belajar bertambah.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Kematangan akan sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa karena siswa yang cukup umur akan dapat menerima pelajaran
dengan baik dibanding siswa yang belum matang dalam berfikir.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan
dengan kematangan. Kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Siswa yang telah memiliki kesiapan dalam
menerima pelajaran akan mempunyai hasil yang cukup baik.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini satu sama lain
memberikan warna tersendiri pada perkembangan individu, terutama dalam
kegiatan belajar.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan ini memberikan kontribusi yang berarti terhadap
perkembangan individu. Keluarga ini merupakan lingkungan yang
pertama dikenal oleh anak dan sebagian besar waktunya dilalui
bersama keluarga. Pengaruh keluarga bisa berasal dari kepedulian
orang tua berupa dukungan keaktifan belajar.
16
2) Lingkungan Sekolah
Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu
tertentu merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempelajari
sesuatu.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh
terhadap beajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat
mempengaruhi adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan yang positif di masyarakat dapat membawa dampak yang
positif pula terhadap perkembangan pribadi siswa dalam belajar.
b) Media massa
Media terdiri dari media elektronik seperti televisi, radio, dan
media cetak seperti majalah, surat kabar, tabloid dan buku-buku.
Mass media yang baik dapat mendukung dalam perkembangan
belajar siswa.
c) Teman bergaul
Teman bergaul sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi siswa. Teman yang baik akan membawa pengaruh yang
baik, sedangkan yang berkelakuan buruk dapat membawa
pengaruh yang buruk pula.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor dari luar diri siswa atau ekstern seperti
keluarga, ekonomi, lingkungan belajar, guru, fasilitas dan faktor dari dalam diri
siswa atau intern seperti kondisi fisik, kecerdasan, kemampuan kognitif.
2.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)
2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together)
17
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Pengertian ini dikemukaan oleh Kagan dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tjuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu :
1. Hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan ketrampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan
ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan
ide atau pendapat, dan dapat bekerja dalam kelompok.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap rendahnya hasil belajar siswa yang dikemukakan oleh Linda Lundgren
dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain :
1. Rasa percaya diri menjadi tinggi.
2. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil.
18
3. Pemahaman yang lebih mendalam.
4. Meningkatkan kepekaan dan toleransi.
5. Meningkatkan hasil belajar.
2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together)
Menurut Huda (2011) teknis pelaksanaan Model Pembelajaran Numbered
Head Together antara lain:
1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok- kelompok.
2. Masing- masing anggota diberi nomor.
3. Setelah selesai, guru memanggil nomor (baca nomor anggota) untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi
selanjutnya.
5. Guru memanggil siswa hingga semua nomor terpanggil.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan
struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2011):
1. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
3. Fase 3 : Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
4. Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
19
Menurut Muslimin Ibrahim (2001: 28) pembelajaran NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tahapan dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT antara lain yaitu :
1. Tahap Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5, berguna untuk memudahkan
dalam memanggil siswa dengan penomoran kepala.
2. Tahap Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau
bentuk arahan.
3. Tahap Berpikir bersama,
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
4. Tahap Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat
dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT sesuai standar proses sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal
1. Guru melakukan apersepsi kepada siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT.
b. Kegiatan Inti
Guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT :
20
a) Tahap Penomoran :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5
orang secara heterogen.
2. Siswa bergabung dengan kelompoknya, kemudian setiap anggota
kelompok diberikan nomor 1-5.
b) Tahap Pengajuan Pertanyaan :
Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjkan
dengan kelompok.
c) Tahap Berpikir Bersama :
Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam
timnya mengetahui jawaban tersebut.
d) Tahap Menjawab :
1. Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk seluruh kelas.
2. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya
terhadap hasil diskusi kelompok tersebut dan menciptakan diskusi
kelas sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban yang utuh.
3. Guru meluruskan kesalahpahaman kemudian memberi penguatan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan
melakukan refleksi.
2. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok,
kemudian memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil
dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil
dengan baik.
3. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR).
4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
21
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana
dijelaskan oleh Hill (Wawan, 2010) bahwa model NHT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa
dalam belajar, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa
saling memiliki, serta mengembangkan ketrampilan untuk masa depan.
Kelebihan model pembelajaran NHT :
1. Semua siswa menjadi siap.
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan model pembelajaran NHT :
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru berusaha untuk memanggil
secara acak namun tidak memanggil nomor yang telah dipanggil dan
memeratakan agar semua nomor dapat dipanggil atau mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
2.6 Media Blok Pecahan
2.6.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harafiah berarti
“tengah”. Media diartikan sebagai perantara. Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad,
2011: 4) mengutarakan bahwa media pembelajaran meliputi alat fisik yang
digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran, dalam bentuk buku, grafik,
film, rekaman video, gambar, dan sebagainya.
Menurut Heinich, dkk (Azhar Arsyad, 2011: 4) mengemukakan bahwa
media suatu pengantara yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan
mengandung maksud-maksud pengajaran.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan suatu alat perantara untuk menyampaikan suatu tujuan
tertentu.
22
2.6.2 Fungsi Media Pembelajaran
Levie & Lentz (Azhar Arsyad, 2011: 16) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
b. Fungsi Afektif
Media visual terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks
bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan
sikap siswa.
c. Fungsi Kognitif
Media visual terlihat dari gambar atau lambang yang memperlancar
pencapaian suatu tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung didalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dengan memberikan konteks untuk
memahami suatu teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks, dan mengingat kembali.
2.6.3 Jenis Media Pembelajaran
Menurut Atmohoetomo (Pirenomulyo dan Nyoto Harjono, 2010:120)
media pembelajaran terbagi atas tiga jenis, yaitu: media audio, visual dan audio
visual. Media audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan tape recorder. Media
visual dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) media visual yang diproyeksikan,
contohnya: slide, film bisu, film strip, OHD, dan epidiascop. (2) media visual
yang tidak perlu diproyeksikan, contohnya: wall shets, model dan objek.
Sementara itu, media audio visual, contohnya: TV, video, film bicara, dan sound
slides.
24
Sebab dalam permainan tersebut menunjukkan aturan konkret dan lebih
membimbing dan menajamkan pengertian matematika kepada siswa.
Model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) sangat menarik
dilakukan. Dalam pembelajaran ini, anak dituntut untuk aktif dan bekerja sama
dengan kelompok. Dengan adanya kepala bernomor dan nama kelompok yang
bervariasi akan membuat siswa merasa tertarik belajar. Proses pembelajaran yang
menarik akan memotivasi siswa dalam belajar. Dengan motivasi siswa yang baik,
secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pandangan negatif
siswa tentang matematika itu sulit, akan berubah menjadi matematika sangat
menyenangkan.
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismiati Nur Halimah dengan
judulPenggunaan Media Blok Pecahan Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menjumlahkan Bilangan Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas IV SDN 5
Jatisrono Tahun Ajaran 2012/2013 menyimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan blok pecahan dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV dalam Matematika. Dapat dilihat kondisi
awal atau pra siklus siswa yang nilainya diatas KKM terdapat 16 siswa (67%).
Siklus 1 menerapkan model NHT terjadi peningkatan signifikan yaitu terdapat 18
siswa yang diatas KKM (75%) dan 9 sisea (25%) yang belum memenuhi KKM
yang ditetapkan. Kemudian siklus II terjadi peningkatan 21 (87%) siswa yang
sudah memenuhi KKM dan 3 (13%) yang belum memenuhi KKM.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dra. Siti Istiyani, M. Pd. Dan Drs. A.
Dakir, M. Pd. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran IPS di SDN 02 Doplang
Karangpandan Tahun 2010/2011 yang menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di
SDN Doplang Karangpandan. Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus ini
rata-rata mata pelajaran IPS adalah 60,88. Siklus I menerapkan model NHT
25
terdapat peningkatan 72, 80 dan siklus II menjadi 84, 20 itu berarti motivasi siswa
dalam pembelajaran IPS menggunakan model NHT rata-rata bertambah 23,32 %.
2.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil observasi di SD Kanisius Gendongan, proses
pembelajaran yang dilaksanakan masih melakukan pembelajaran berpusat pada
guru, sehingga siswa menjadi pasif karena tidak dilibatkan secara langsung dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang menarik, mengakibatkan
rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini berpengaruh juga terhadap rendahnya
hasil belajar siswa yang cenderung rendah. Salah satu solusi untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika perlu diakukan
perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)berbantuan blok
pecahan.
Dengan mengoptimalkan model pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika. Untuk mempermudah
memahami kerangka pemikiran tersebut dapat dituliskan pada bagan berikut :
26
Gambar 2.2
Sistematika Kerangka Berpikir
Rendahnya hasil belajar matematika
mencapai KKM (≥ 75) dari siswa
keseluruhan (78, 1%)
Guru kurang optimal
dalam penggunaan
strategi pembelajaran Kondisi Awal
Peningkatan hasil belajar Matematika siswa yang dilakukan dengan
langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads
Together(NHT)berbantuan blok pecahanadalah sebagai berikut :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Setiap anggota kelompok
mendapat nomor yang berbeda. Nomor yang disediakan 1-5 untuk
masing-masing kelompok.
2. Guru membagikanblok pecahan sebagai media belajar dan
membimbing siswa dalam kelompok.
3. Melakukan tanya jawab tentang materi yang terdapat pada blok
pecahan.
4. Guru membagi lembar kerja kepada setiap kelompok.
5. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama dalam
kelompoknya. Lembar kerja siswa dapat bervariasi tipe soal.
6. Guru memanggil nomor anggota dan menyebutkan satu nomor.
Para siswa dari tiap kelompok yang nomornya dipanggil
menyiapkan jawaban untuk dipresentasikan/dilaporkan.
7. Guru bersama siswa membuat simpulan dari semua pertanyaan
yang berhubungan tentang materi yang telah disampaikan.
Tindakan
Meningkatnya hasil belajar Matematika mencapai KKM(≥75)
sebanyak ≥ 80% siswa secara keseluruhan.peningkatan hasil
motivasi dan hasil belajar Matematika.
Kondisi
Akhir
27
2.9 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan menjadi dua hipotesis, yaitu:
1. Cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SD
Kanisius Gendongan adalah dengan melalui beberapa tahapan yaitu
pembagian kelompok, pemberian nomor, kerja kelompok, dan presentasi
hasil. Melalui tahapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT
kerjasama antarsiswa di dalam kelompok menjadi semakin meningkat
sehingga siswa dapat berperan aktif saling membantu sebagai tutor sebaya.
Dengan demikian motivasi dan hasil belajar siswa juga menjadi
meningkat.
2. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar pada siswa Kelas IV SD Kanisius Gendongan SalatigaTahun
Pelajaran 2013/2014.