BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, yang
disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan
homeostasis dalam rongga mulut. Sekresi yang dihasilkan berkisar antara 1-1,5
liter per harinya. Sekresi saliva dikendalikan oleh sistem persarafan, terutama
sekali oleh reseptor kolinergik. Rangsang utama untuk peningkatan sekresi saliva
adalah melalui rangsang mekanik.
Kelenjar saliva dibagi menjadi dua macam, yakni kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
submandibularis, sublingualis. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan
terletak di rongga mulut. Kelenjar saliva mayor berkembang pada minggu ke-6
sampai ke-8 kehidupan embrio dan berasal dari jaringan ectoderm. Kelenjar saliva
mayor terdapat dalam mukosa pipi, bibir, palatum, dan glosopalatal.
Saliva mengandung enzim maupun bahan non enzim (protein, kalsium,
fosfor, sodium, garam mineral) dan gas gas terlarut seperti nitrogen, pksigen,
karbondioksida.
Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut,
diantaranya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan, pengunyahan dan
penelanan makanan, proses bicara, sistem buffer dan yang paling penting adalah
fungsi sebagai pelindung dalam melawan karies gigi. Kelenjar saliva dan saliva
juga merupakan bagian dari sistem imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar
saliva menghasilkan antibodi, terutama sekali dari kelas Ig A, yang
ditransportasikan ke dalam saliva. Selain itu, beberapa jenis enzim antimikrobial
terkandung dalam saliva seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui sifat mucus dan serus saliva
2. Mengetahui mekanisme pembentukan saliva dan factor yang memengaruhi
sekresi saliva
3. Mengetahui fungsi dari kelenjar saliva
4. Mengetahui gangguan dalam sekresi saliva.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, memahami sifat mucus, serus
saliva
2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, memahami mekanisme
pembentukan saliva dan factor yang memengaruhi sekresi saliva
3. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, memahami fungsi dari kelenjar
saliva
4. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, memahami gangguan dalam
sekresi saliva.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Mukus dan Serus pada Saliva
Sel mucus merupakan sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit,
dan campuran beberapa glikoprotein. Mucus mengandung musin sebagai pelumas
dan perlindungan permukaan. Sel mucus bertekstur kental-padat dan kaya akan
polisakarida dan protein nonenzimatik.
Sel serus mengandung ptyalin (suatu α-amilase) yang merupakan enzim untuk
mencerna karbohidrat.
(Guyton, 2007)
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu disebelah
kanan dan terletak dekat di depan agak kebawah telinga. Sekretnya dituangkan
kedalam mulut melalui saluran Stensen. Ada dua struktur penting yang melintasi
kelenjar parotis yaitu arteri karotis eksterna dan saraf kranial ketujuh (saraf fasial).
Kelenjar Submandibularis
Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya setelah kelenjar parotis.
Terletak dibawah kedua sisi tulang rahang dan berukuran sebesar biji kenari.
Sekretnya dikeluarkan ke dalam mulut melalui saluran Wharton.
Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar terkecil, letaknya dibawah lidah di
kanan dan kiri frenulum linguae. Sekretnya dituangkan kedalam mulut melalui
beberapa muara kecil.
(Evelyn, 2009)
Ada dua macam tipe saliva yang dihasilkan, yaitu:
a. Serus
3
Dihasilkan oleh kelenjar parotis dan submandibularis, mengandung ptialin
(suatu amilase, yaitu sebuah enzim untuk mencernakan serat).
b. Mukus
Dihasilkan oleh kelenjar sublingualis dan submandibularis. Saliva jenis ini
mengandung mucin, yaitu sebuah glikoprotein yang melubrikasi makanan dan
memproteksi mukosa oral. Mucin juga mengandung IgA, sistem imun pertama yang
menghadang bakteri dan virus; Lisozim, berfungsi menghancurkan dinding bakteri;
laktoferin, berfungsi mengikat zat besi dan protein kaya akan prolin, memproteksi
gigi.
(Amerongan, 1991).
2.2 Fungsi Saliva
Saliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja
tubuh dan menjaga kesehatan secara umum (Rensburg, 1995).Fungsi saliva biasanya
baru dapat dirasakan jika produksinya telah berkurang (Kidd and Bechal, 1987).
Beberapa fungsi saliva dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan Pengunyahan
Enzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan sebagian makanan
yang mengandung tepung kanji dan glikogen (Amerongen, 1991).
2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan Rasa
Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa tertentu
sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap (Ganong,
1995).
3) Fungsi Saliva sebagai Bufer
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia dan urea dalam
saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang
memetabolisme gula(Ganong, 1995).
4) Fungsi Saliva dalam Proses Anti Bakteri
4
Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah
satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik seperti lisozim, yang
dapat menyerang bakteri (Guyton dan Hall, 1997)
5) Fungsi Saliva dalam Mencegah Karies
Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe kedalam plak
dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini.
(Kidd and Bechal, 1987).
6) Fungsi Lubrikasi
Saliva dapat membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane mukosa
yang akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah
kekeringan dalam rongga mulut.(Kidd and Bechal, 1987).
7) Fungsi Saliva dalam Menjaga Higiene Rongga Mulut
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga
meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut.(Kidd and Bechal, 1987).
Fungsi Protein pada Saliva
a. Lisosim
Lisosim terdapat hampir pada semua cairan tubuh dan terdeteksi
pada fetus manusia umur 9-12 tahun. Sumber lisosim saliva berasal
dari glandula salivarius mayor dan minur, sel fagosit maupun cairan
krevikular gingival. Fungsi lisosim adalah sebagai berikut
Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa
ikatan β (1-4) antara asam N-asetil muramik dan N-
asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan dinding sel
bakteri. Hidrolisa lapisan peptidoglikan akan melisis bakteri.
Aktivitas bakterial autolysin tergantung pada kationik. Oleh
karena lisosim merupakan kationik. Lisosim dapat merusak
membrane bakteri dan mengaktifkan mekanisme bacterial
autolysin karena aktivasi muramidase dan autolysin
Menyebabkan terjadinya agregasi bakteri
5
Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi
Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri
Memecah rantai streptokokus
b. Sistem Peroksidase Saliva
Sumber utama sistem peroksidase saliva (SPS) ialah glandula
salivarius dan sel lekosit. SPS yang berasal dari glandula salivarius
disebut salivary peroksidase, sedangkan SPS yang berasal dari lekosit
disebut mieloperoksidase. Salivary peroksidase manusia kadang-
kadang disebut pula laktoperoksidase karena kesamaannya dengan
laktoperoksidase susu sapi.
Aktivitas antimicrobial
Melindungi sel dari efek toksik hydrogen peroksida
Melindungi bakteri dari efek bakteriosidadl hydrogen
peroksida
Melindungi asam sialik dari dekarbosilase okksidatif oleh
hydrogen peroksida
Inaktivasi komponen mutagenic dan karsinogenik
c. Laktoferin
Laktoferin (LF) adalah glikoprotein (berat molekul 76 kilodalton)
yang mengikat besi. Glikoprotein ini dikeluarkan oleh sel serosa dan
glandula salivarius minor. Dalam rongga mulut, sumber penting LF
ialah cairan gingival. Fungsi utama LF sangat ditentukan oleh
tingginya afinitas LF untuk mengikat ion besi, sehingga mLF mampu
menurunkan level ion besi yang merupakan bahan esensial untuk
metabolism mikroorganisme patogen. Dengan kata lain, sifat
bakteriostatik LF karena ikatannya dengan ion besi. LF mampu pula
bersifat bakteriosid terhadap S. mutan secara invitro dengan suhu
370C.
d. Salivari Aglutinin
6
Saliva mengandung beberapa komponen yang mampu
mengaglutinasi bakteri mulut. Akibatnya interaksi komponen tersebut
dengan bakteri menghasilkan agregasi bakteri (membentuk endapan
bakteri) yang mudah dibersihkan oleh saliva dan kemudian tertelan.
Komponen tersebut adalah:
Glikoprotein dengan berat molekul tinggi
Salivary IgA
Lisosim β –mikroglobulin (β, m)
Fibronektin (FN)
e. Proline Rich protein (PRP)
PRP adalah protein kaya prolin yang merupakan sekelompok
kompleks protein yang mampu menghambat presipitasi spotan garam
kalsium fosfat. Protein ini dengan cepat akan teradsorbsi dari saliva ke
permukaan hidroksi apatit. Diperkirakan adsorbs ini menghambat
pertumbuhan Kristal garam kalsium.
f. Protein antimicrobial anionic
Saliva mengandung 4 macam protenin anionic yang dapat
menghambat pertumbuhan S. mutans. Berat molekul protein ini adalah
14-17 kilodalton. Pada orang yang bebas karies, protein ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
Fungsi Lipid pada Saliva
Dalam saliva lipid merupakan perantara substansi lipofilik agar dapat
menembus mukosa mulut dan lipid mengganggu interaksi kalsium dengan
protein dan glikoprotein saliva. Beberapa lipid saliva seperti lisofosfatidilkolin
dapat mempengaruhi akktivitas enzim glukosiltransferase bakteri kariogenik,
seperti S. mutans. Lipid mampu menstabilkan ikatan hidrofobik antara bakteri
dengan jaringan mulut. Pelikel lipid memelihara kohesi plak bakteri, sehingga
mempercepat terbentuknya kalkulus. Tetapi lipid dalam pelikel mampu
menghambat proses terjadinya karies.
7
2.3 Mekanisme Sekresi Saliva
Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa
proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase:
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang
adrenergik maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun
parasimpatis. Rangsang adrenergik menghasilkan saliva yang pekat, kaya
protein, kaya kandungan musin dan berbuih. Pada rangsang kolinergik,
neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang kuat dengan kadar
protein yang rendah. Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan
cairan sekresinya kepada lumen. Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke
asinus meningkat sehingga mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan
asinar ini disebut juga saliva primer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi
selmioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari
cairan isotonik dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma
menjadihipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah.
Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau
diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata. Sifat rangsang
menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari encer sampai pekat.
Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi musin yang diatur oleh
saraf kolinergik dan adrenergik. Neurotransmitter asetilkolin dan
parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, sedangkan obat seperti
atropinesulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan keringnya mulut
(Lavelle, 1988).
Pusat Pengaturan Sekresi saliva
8
Makanan dalam mulut menyebabkan refleks sekresi saliva, juga rangsangan
serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan gaster. Faktor-faktor
yang menyebabkan rangsang sekresi saliva adalah: melihat, mencium dan
mengkonsumsi makanan yang meningkatkan nafsu makan. Daerah nafsu makan pada
otak, terletak di daerah pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi
sebagai respon terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman dari korteks
serebral dan amigdala.
Pengunyahan merupakan kesatuan fungsional yang merupakan kerjasama
antara peredaran darah, saraf, otot pengunyahan, sendi temporomandibula dan geligi.
Pada umumnya otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik saraf Trigeminus
khususnya saraf mandibularis. Proses pengunyahan makanan dikontrol oleh nukleus
pads batang otak. Di dalam mulut makanan mengalami proses mastikasi yang
mempermudah pencernaan makanan dan merangsang sekresi saliva.
Bahan kimia penyusun makanan yang larut dalam saliva akan kontak dengan
sel rasa melalui sel pengecap. Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud, yang
didalamnya terdapat TRCs (Taste Receptor Cells). Sel reseptor dipersarafi oleh
afferent nerve endings, yang menyalurkan informasi ke pusat rasa dalam otak dan
talamus. Sehingga terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatik dan
peningkatan triger dari saraf fasialis dan glosofaringeal, mengakibatkan peningkatan
sekresi saliva. Rasa mans dan pahit diatur oleh fungsi TRCs yang melibatkan GPCRs
(G-Protein Coupled Receptors), aktivasinya menyebabkan terlepasnya transmiter
pads saraf gustatori primer. Serabut aferen berakhir di saraf gustatori di medula,
mengatur aktivitas kelenjar ludah dan perut. Kedua hipotalamus berperan dalam pusat
kenyang dan lapar dan sistem limbik membawa unsur afektif pengecapan. Ketiga
adalah hubungan reseptor raba lidah ke talamus dan korteks yang berkaitan dengan
modalitas kecap membedakan rasa.
Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan saraf tersebut dibagi
menjadi dua :
9
(1) Inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama stimulus
sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Saraf
parasimpatis dari nukleus salivatorius superior(bagian dari nervus
fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi
liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang
rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada
kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine
polipeptide). Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan
asetilkolin pada sebagian neuron parasimpatis pascaganglion.
(2) Saraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Saraf
simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva
yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada
kelenjar sub lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi
oleh respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung
ke inervasi adrenergic. (Hethel, 2009)
2.4 Faktor mempengaruhi Produksi Saliva
Stimulasi
Faktor terpenting yang mempengaruhi sekresi dan proporsi dari saliva adalah
derajat dari stimulasi yang diberikan. Tiga jenis stimulasi yang dapat diberikan untuk
merangsang pengeluaran saliva adalah stimulasi ektra oral dengan cara mencium,
melihat dan memikirkan makanan atau produk makanan lain, mengunyah benda yang
tidak larut seperti parafin dan stimulasi gustatory seperti sukrosa, sodium chlorida
dan citric acid. Produksi saliva yang dirangsang dengan cara mengunyah akan
berbeda tergantung dari banyaknya gerakan mengunyah yang dilakukan, sehingga
dalam penghitungan volume saliva hal ini harus menjadi perhatian.
Diet dan Malnutrisi
Ada beberapa studi yang menunjukkan hubungan antara makanan yang
dikonsumsi dan status gisi dengan produksi saliva. Hal yang penting dibedakan
10
adalah efek lokal dari diet dalam rongga mulut dengan efek sistemik. Namun
beberapa studi lain menemukan tidak terdapat perbedaan jumlah saliva secara
keseluruhan yang dirangsang dengan jenis makanan yang berbeda. Hal yang penting
diingat yaitu selama puasa (tidak mengunyah makanan) air liur akan berkurang.
Keadaan ini terkait dengan reaksi fisik dan psikis yang berbeda antara indivdu yang
satu dengan lainnya terhadap keadaan lapar, termasuk stres serta perubahan prilaku.
Status nutrisi dapat mempengaruhi aliran saliva, umumnya terjadi bila malnutrisi
terjadi dalam jangka waktu lama dan diet lebih memberikan efek lokal dibandingkan
efek sistemik terhadap pengeluaran saliva.
Jenis Kelamin dan Usia
Jenis kelamin dapat mempengaruhi saliva telah dibuktikan oleh banyak
penelitian. Anak laki-laki diketahui mempunyai produksi saliva lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh ukuran kelenjar
saliva wanita yang lebih kecil dibandingkan laki-laki.
Status emosi
Aliran saliva akan berkurang pada seseorang yang mengalami stres, sehingga
bila akan dilakukan test sebaiknya pasien harus dalam keadaan relaks paling sedikit 5
menit sebelum tes dilaksanakan.
Penyakit akut
Seseorang yang menderita sakit seperti demam, sakit kerongkongan dan lain-
lain maka jumlah saliva yang dihasilkan umumnya lebih rendah dari normal.
Disfungsi dari mastikasi
Gangguan dari fungsi mastikasi merupakan hal lain yang dapat mengganggu
sekresi saliva. Keadaan tersebut meliputi sakit gigi, ketidakharmonisan oklusal atau
penyakit pada jaringan ikat temporal.
Faktor Variasi Diurnal
Variasi diurnal alamiah terjadi dalam proses tubuh manusia, misal:
konsentrasi Na dan Cl meningkat pada pagi hari, sedangkan K meningkat pada siang
hari.
11
Faktor Durasi Stimulus
Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva ditandai dengan perubahan
komponen saliva.
Faktor Tipe kelenjar
Setiap kelenjar berbeda tingkat penerimaannya dan kepekaannya terhadap
stimulus, sehingga aliran dari jumlah saliva berbeda-beda.
Faktor Diet
Faktor diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva, yaitu berdasarkan
aktifitas fungsional kelenjar saliva yang dipengaruhi oleh faktor mekanis dan
pengecapan
Faktor Konsentrasi plasma
Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam amino, kalsium,
glukosa, kalium, urea, dan asam urik dalam saliva
Faktor hormon
Pengaruh hormon berasal dari aldeosteron, hormon bradikinin dan hormon
lain seperti testosteron dan tiroksin
Disfungsi kelenjar ludah
Dapat dihasilkan oleh penyumbatan saluran, penyakit iritasi kelenjar ludah,
dan terapi radiasi.
Faktor umum
a. Reflek tidak bersyarat
1) Rasa: Rasa yang berbeda sangat beragam dalam efek stimulasinya
terhadap aliran ludah
2) Bau: Pengaruh bau makanan terhadap aliran ludah tidak dipungkiri lagi
namun efeknya mungkin tidak sebesar yang dianggap sebelumnya.
3) Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut dengan makanan yang
sangat kasar.
4) Iritasi mekanis terhadap gingiva contohnya oleh scaling gigi dan
prosedur polishing
12
5) Mastikasi makanan, pengunyahan makanan menyebabkan naiknya
berbagai impuls sensorik, contohnya dari stimulasi mekanis dari mukosa
mulut, tekanan pada gigi yang melibatkan reseptor periodontal, dan
impuls dari sendi temporomandibular dan otot pengunyah.
6) Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat,
sangat menstimulasi aliran ludah, berikutnya garam halus, dan rasa yang
pahit.
7) Distensi atau iritasi esophagus, contohnya oleh benda asing
8) Iritasi kronis terhadap esophagus contohnya oleh carcinoma esophagus
9) Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa
mual.
10) Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliran ludah.
11) Obat (terutama dengan aktivitas anticholinergic), contohnya atropin
12) Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing, dan
penyakit Addison
b. Reflek bersyarat
Stimulus tidak berhubungan dengan saraf dalam rongga mulut,
stimulus diterima oleh organ/indera khusus : penglihatan, penciuman,
dan pendengaran (Guyton,2006)
2.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penurunan Sekresi Saliva.
Secara umum terdapat berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan
penurunan sekresi saliva yang disebut dengan xerostomia, yaitu :
Fisiologis
Xerostomia secara fisiologis terjadi setelah pembicaraan yang berlebihan dan
selama berolah raga. Pada keadaan ini ada dua faktor yang ikut berperan. Bernafas
melalui mulut yang terjadi pada saat olah raga, berbicara atau menyanyi, juga dapat
merangsang terjadinya efek simpatik dari system saraf otonom dan menghalangi
system parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva dan mulut
13
menjadi kering.
Xerostomia juga dapat terjadi dengan bertambahnya usia, terbukti bahwa
banyak orang lanjut usia yang mengeluhkan bahwa rongga mulutnya terasa kering.
Selain itu wanita pada kelompok menopause juga sering mengeluh tentang berbagai
sensasi pada mulutnya, salah satu nya tentang rasa kering pada rongga mulut.
Agnesis kelenjar ludah
Agnesis kelenjar ludah merupakan suatu keadaan tidak terbentuknya kelenjar
ludah sejak lahir. Keadaan ini jarang terjadi, tetapi ada pasien yang memiliki keadaan
mulut yang kering sejak lahir. Hasil sialograf menunjukkan bahwa terdapat cacat
yang besar dari kelenjar ludah.
Penyumbatan hidung
Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering terlihat
adalah pembesaran tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang dewasa, terdapat
berbagai macam penyebab, dari penyimpangan keadaan hidung, polip hidung atau
hipertropi rhinitis. Semua keadaan itu menyebabkan pasien bernafas melalui mulut
dan mulut menjadi kering.
Keadaan demam serta infeksi saluran pernafasan
Kadang-kadang demam dapat menimbulkan keadaan xerostomia, karena
adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh yang dapat
menyebabkan sekresi saliva menurun.
Infeksi saluran pernafasan juga dapat menyebabkan xerostomia. Pada infeksi
saluran pernafasan bagian atas, penyumbatan hidung menyebabkan pasien bernafas
melalui mulut. Bronkitis, asma dan pneunomia dapat menimbulkan dispnoe dengan
peningkatan kecepatan pernafasan, dan karena usaha pasien untuk menghirup nafas
sebesar-besarnya maka pasien menghirup udara melalui mulut. Terutama pada
penderita asma, mulut menjadi sangat kering dengan deposit mukous di sekitar
giginya.
Penyakit kelenjar ludah
Mumps adalah suatu keadaan yang berupa peradangan pada kelenjar parotid,
14
baik unilateral maupun bilateral denggan rasa sakit dan dapat mengakibatkan
xerostomia pada rongga mulut.
Sindrom sjogren adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan
gangguan pada kelenjar ludah berupa infiltrasi limfosit pada kelenjar ludah sehingga
dapat mengakibatkan xerostomia. Biasanya penderita sindrom ini adalah wanita
dalam periode menopause.
Radioterapi
Penyinaran dengan ionisasi dapat menyebabkan kerusakan jaringan kelenjar
ludah berupa atropi pada kelenjar ludah, terutama pada kelenjar parotid, sehingga
dapat menyebabkan xerostomia. Tetapi dengan teknik radioterapi yang baru dan lebih
baik, kelenjar ludah dapat dilindungi untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Penyakit-penyakit sistemik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol serta berhubungan
dengan polidipsia dan poliuria, dapat menyebabkan xerostomia. Diabetes
insipidus dengan sifat dehidrasi yang dimilikinya, dapat menimbulkan xerostomia.
Dehidrasi medis atau operasi dari penyebab apapun dapat memberi efek xerostomia,
keadaan tersebut sangat berfariasi, dari pendarahan sampai hipertiroidism.
Uremia tidak hanya menimbulkan xerostomia karena terjadinya depresi pada
susunan saraf pusat yang mengakibatkan terganggunya fungsi saraf parisimpatik.
Keadaan-keadaan lain
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan xerostomia, dimana mula- mula
perokok akan mengalami ptialism yang setelah beberapa jam kemudian berubah
menjadi xerostomia.
Ganguan psikis maupun neuritik seperti depresi, stress maupun kecemasan
dapat menyebabkan mulut terasa kering oleh karena terjadi perangsangan pada sistem
simpatik dan penghambatan pada sistem parisimpatik yang mengakibatkan sekresi
saliva berkuarang.
Obat-obatan
Terdapat sejumlah obat yang salah satu efek sampingnya berupa xerostomia.
15
Ada beberapa obat dari tiap kelompok yang berhubungan dari xerostomia :
9.1 Obat yang bekerja pada daerah otak yang tinggi.
Semua obat yang menghalangi aktivitas pusat otak dapat menghalangi sistem
saraf simpatik dan parasimpatik. Yang termasuk kelompok tersebut adalah semua
obat yang tergolong kategori penenang, narkotik, dan penghilang rasa sakit. Menurut
Crispian Scully, salah satu obat penghilang rasa sakit yang dapat menyebabkan
xerostomia adalah dari golongan opioid.
9.2 Obat yang bekerja pada ganglia autonomik
Aksi obat ini berjalan melalui ganglia parasimpatik, yang mempunyai pola
perpindahan neurohumoral yang sama dengan ganglia simpatik. Agent pemblokir
ganglion seperti mekamilamin, pempidin dan pentolinium yang digunakan untuk
mengontrol hipertensi dapat mengakibatkan pasien hampir selalu mengeluh tentang
xerostomia dan kaburnya penglihatan.
9.3 Obat yang bekerja pada pertemuan parasimpatik neuro efektor
Sebagian besar obat yang menimbulkan xerostomia bekerja pada daerah ini
dengan cara memblokir efek muskarinik dari asetilkolin. Atropin, yang merupakan
suatu alkaloid beladona bersama dengan substansi lain seperti hemotropin, hiosin dan
produk amonium quartenari yang lain juga dapat menyebabkan xerostomia bila
diberikan secara sistemis. Ada sejumlah obat yang digunakan sebagai spasmolitik dan
untuk mengurangi sekresi gastrik, seperti probanten dan nakton yang mempunyai
efek xerostomia. Semua antihistamin mempunyai efek samping kolinergik sehingga
dapat mengurangi sekresi saliva. Keadaan ini juga berlaku untuk beberapa obat yang
digunakan untuk perawatan parkinsonism, seperti benzhexol, benztropin dan
orphenadrin.
9.4 Obat yang bekerja pada daerah pertemuan andrenergik neuro efektor
Ampetamin dan derivatnya yang digunakan sebagai obat perangsang atau obat
penurun nafsu makan, dapat mengurangi sekresi saliva. Epedrin yang sering
digunakan untuk perawatan asma dam mengurangi kekejangan bronkus juga
mempunyai efek xerostomia.
16
2.6 Gangguan Sekresi Saliva
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva
yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.
Contoh beberapa kelainan pada kelenjar saliva diantaranya adalah : Mucocele,
Ranula, Sialadenitis, Sjorgen syndrome, Sialorrhea, Sialosis, Sialometaplasia
necrotic, Sialolitiasis , Xerostomia. ( Djuita, 1989).
Kelainan kelenjar saliva ini merupakan lesi yang terdapat pada mukosa
(jaringan lunak) mulut. Kelainan kelenjar saliva dapat terjadi pada bagian mukosa
bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Umumnya kelainan ini disebabkan oleh
trauma, misalnya : bibir yang sering tergigit atau pukulan di wajah. Selain itu juga
dapat terjadi karena penyumbatan duktus (saluran) kelenjar liur minor dan
penggunaan obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Untuk mengetahui gejala dan memastikan penanganan kelainan ini dapat
dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan anamnesa dengan lengkap dan cermat
secara visual, bimanual palpasi intra & extraoral aspirasi, dapat juga dengan
melakukan pemeriksaan laboratoris, pemeriksaan radiologis dengan kontras media,
pemeriksaan mikroskopis, dan juga pemeriksaan biopsy. (Djuitan, 1989).
Sialadenitis supuratif akut
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828. Sebagian besar
penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar
submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan dengan
kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar parotis
lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.
Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri
anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan
Streptocccus micros
Sialolitiasis
17
Salah satu penyakit pada kelenjar saliva adalah terdapatnya batu pada kelenjar
saliva. Kebanyakan, batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit
mengandung magnesium, amonium dan karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat
berupa matriks organik, yang mengandung campuran antara karbohidrat dan asam
amino
Sindroma Sjogren
Sindroma Sjogren dapat ditandai dengan adanya destruksi kelenjar eksokrin
yang dimediasi oleh limfosit. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang
terbanyak setelah artritis rematoid. Sindroma ini diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu
primer dan sekunder. Pada tipe primer, penyakit ini hanya melibatkan kelenjar
eksokrin saja, sedangkan pada tipe sekunder berhubungan dengan penyakit autoimun
seperti rematoid artritis
Xerostomia
Adalah kekeringan mulut yang terjadi karena adanya gangguan fungsi
kelenjar saliva yang disebabkan oleh :
a. Factor Psikis
- Reaksi emosiolnal, secara proses faal mengganggu aliran saliva
- Dehidrasi, karena kehilangan banyak cairan tubuh ( diare,muntah)
b. Anomali
- Aplasia kelenjar saliva (kelenjar saliva tidak terbentuk)
c. Proses menua, karena atropi jaringan sekretorik dan mempengaruhi kecepatan
aliran saliva
d. Radiasi daerah leher dan kepala
e. Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat kerusakan yang
berbeda-beda tergantung dari dosis dan lamanya penyinaran
Berkurangnya saliva menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa
mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan
oleh karena tidak adanya daya lubrikasi infeksi dan proteksi dari saliva (Amerongan,
18
1991; Kidd dan Bechal, 1992). Proses pengunyahan dan penelanan, apalagi makanan
yang membutuhkan pengunyahan yang banyak dan makanan kering dan kental akan
sulit dilakukan. Rasa pengecapan dan proses bicara juga akan terganggu (Kidd dan
Bechal, 1992; Amerongan, 1991; Son is dkk, 1995).
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva berkurang,
sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut
terasa seperti terbakar (Wall, 1990).
Pada penderita yang memakai gigi palsu, akan timbul masalah dalam hal
toleransi terhadap gigi palsu. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi
palsu tidak menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukus untuk
tempat gigi palsu melayang pada permukaannya (Haskell dan Gayford,1990). Selain
itu karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa yang kering dengan
permukaan gigi palsu (Kidd den Bechal, 1992).
Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana mikro organisme
kariogenik seperti streptokokus mutans, laktobacillus den candida meningkat. Selain.
itu, fungsi bakteriostase dari saliva berkurang. Akibatnya pasien yang menderita
mulut kering akan mengalami peningkatan proses karies gigi, infeksi candida dan
gingivitis (Amerongan, 1991; Kidd dan Bechai, 1992; Sonis dkk, 1995).
Sialorrhea (hipersalivasi)
Adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan. Sialorrhea
bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu symptom dari banyak kelainan yang
berhubungan dengan kelenjar-kelenjar saliva, baik dalam keadaan local maupun
sistemik.
Mumps
Mumps (Gondongan) adalah suatu infeksi paramyxovirus menular yang
menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotos, submandibula dan kelenjar
saliva lainnya yang disertai nyeri
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Macam-macam secret saliva
Terdapat dua macam tipe salivayang dihasilkan:
Mukus
Serus
Mukus
20
Sel mucus merupakan sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit,
dan campuran beberapa glikoprotein.Mucus mengandung musin sebagai pelumas dan
perlindungan permukaan. Sel mucus bertekstur kental-padat dan kaya akan
polisakarida dan protein nonenzimatik.
Dihasilkan oleh kelenjar sublingualis dan submandibularis dengan sekresi
yang bersifat kental/pekat. Terdiri dari air, elektrolit, dan campuran beberapa
glikoprotein yang terdiri dari sejumlah besar polisakarida yang berikatan dengan
protein dalam jumlah sedikit. Saliva jenis ini mengandung mucin, yaitu sebuah
glikoprotein yang melubrikasi makanan dan memproteksi mukosa oral. Mucin
mengandung IgA, berfungsi sebagai sistem imun pertama yang menghadang bakteri
dan virus; Lisozim, yang berfungsi menghancurkan dinding bakteri; laktoferin,
berfungsi mengikat zat besi dan protein kaya akan prolin, memproteksi gigi.
Histologi dari mukus dan serus tergantung dari fungsional aktivitas sel.
Pengecatan dapat dilakukan dengan menggunakan hemotoxylin dan eosin.Mukus
terdiri dari sel-sel yang berisi berbentuk padat berwarna basophilic oval dengan inti
rata terletak berdekatan dengan basal selaput sel sitoplasma, bersifat sedikit
eosinophilik dan terbungkus rapat oleh droplet dari mucinogen.
Serus
Sel serus mengandung ptyalin (suatu α-amilase) yang merupakan enzim untuk
mencerna karbohidrat.
Dihasilkan oleh kelenjar parotis dan submandibularis, mengandung ptialin
(suatu amilase, yaitu sebuah enzim untuk mencernakan serat).
Diwarnai dengan HE, suatu sinus serus dibentuk dari sel berbentuk baji
tersusun lingkaran di lumen usus kecil.Intinya spherical, basofilik dan terletak di
basal ke-3 dari sel. Sitoplasma infranuklear (basal) adalah basofilik (jumlah yang
besar dari Retikulum Endoplasma kasar), ketika sitoplasma apikal bergranul dan
eosinofil.Adanya retikulum endoplasma yang berlimpah, seperti yang dilihat di
mikroskop, adalah suatu refleksi dari fungsi sekresi mereka. Mitokondria ditemukan
21
pada bagian basal sel dan golgi apparatus pada posisi supranuklear.Granul adalah
vesikel ikat-membran yang mengandung α-amilase dan substansi lainnya.Karena sel
ini juga mengeluarkan sejumlah polisakarida, beberapa ahli menyebutnya sebagai
seromukus sel. Lumen dari asinus serus berhubungan dengan banyak kanalikuli
sekretori interselular, dan keduanya digariskan oleh banyak mikrofili
pendek.Membran basal sel dari sel serus menunjukkan lipatan dan sisa pada basal
lamina.
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu disebelah
kanan dan terletak dekat di depan agak kebawah telinga. Sekretnya dituangkan
kedalam mulut melalui saluran Stensen. Ada dua struktur penting yang melintasi
kelenjar parotis yaitu arteri karotis eksterna dan saraf cranial ketujuh (saraf fasial)
Kelenjar submandibularis
Kelenjar submandibularis nomer dua besarnya setelah kelenjar
parotis.Terletak dibawah kedua sisi tulang rahang dan berukuran sebesar biji kenari.
Sekretnya dikeluarkan ke dalam mulut melalui saluran Wharton
Kelenjar sublingualis
Kelenjar sublingualis adalah terkecil, letaknya dibawah lidah di kanan dan kiri
frnulum linguae.Sekretnya dituangkan kedalam mulut melalui beberapa muara kecil.
Karakteristik Komponen kelenjar saliva
Kelenjar saliva terbentuk dari sebuah cord ephitelium yang tumbuh kedalam dasar
jaringan ikat, dan cord membentuk sebuah tube. Pada bagian akhir tube ini sebuah
kelompok sel sekretori terbentuk, dan kelompok ini, yang terlihat seperti rangkaian
22
buah anggur, akan memiliki ujung yang berbentuk lingkaran atau seperti tube (tube-
like).
Acini
Bagian akhir dari sekretori dikenal dengan acini.Ada dua jenis sel acini, yaitu mucous
acini dan serous acini.Walaupun sel-sel ini berbentuk seperti anggur atau seperti tube
pada ujungnya, in cross section mereka dideskripsikan sebagai sel piramida.
Garis( batas) luar atau dasar sel rests on basement membrane diantara sel dan jaringan
ikat. Didalam jaringan ikat ini terdapat saraf dan pembuluh darah yang penting unutk
baerbagai aspek aktivitas seluler. Akar (ujung)dari permukaan seperti pusat dari tube
atau struktur buah anggur. Dasar sel dikelilingi oleh jaringan ikat dan bagian yang
mengelilingi tiap-tiap acinus sekretori adalah sel myoepitelial. Sel ini memiliki
proyeksi sel yang panjang, menyerupai cumi-cumi.Sel ini juga memiliki kemampuan
untuk berkontraksi seperti otot. Karena itu, kata myo, berarti otot. Proyeksi ini
mengelilingi acinus dan ketika sel myoepitelial berkontraksi, dia memeras/menekan
acinus dan membantu proses sekresi saliva yang diakumulasikan dalam pusat acinus
dan membantu memindahkannya keluar dari duct system. Semua tipe acini (mucous,
serous, dan seromucous) mngeluarkan produknya melalui proses sekresi merokrin.
Mucous acini
Sekresi mucus sedikit kental karena produksi dari banyak mucin. Walaupun
produknya 99% air, ia memiliki ion-ion inorganic, seperti sodium, potassium, dan
kloride, dan jumlah yang sangat sedikit dari amylase, enzim pemecah karbohidrat
yang mulai menghancurkan starches menjadi rantai gula panjang. Ia juga memiliki
protein yang membantu dalam penghambatan karies dan penyakit
periodontal.Mucous acinus lebih tubular dan memiliki lumen yang besar daripada
serous acinus, dan membrane sel lebih mudah dilihat pada sisi yang bersebelahan. Inti
dari mucus sel biasanya sangat rata (flat) dan terletak berlawanan dengan ujung (akhir
) basal sel dan sel berbentuk pyramidal. Ujung apical dari sel-sel ini tampak frothy
23
dibawah mikroskop sinar. Dengan mikroskop electron, dapat terlihat banyak mucus
droplet yang berwarna sangat buruk dan tampak kosong dan frothy.
Serous acini
Sekresi serous acini hampir sama dengan mucous acini, hanya tanpa mucin, sehingga
sekresi serous lebih encer,dan lebih banyak air. Serous acinus adalah sumber utama
amylase. Granula sekretorinya stain deeply , lumen sangat kecil dan sulit dilihat,
membrane sel yang berdekatan tidak mudah dilihat. Serous sell juga berbentuk
pyramidal. Inti sel nya bulat dan menutup dasar /pusat (base) sel.
Seromucous acini
Kelenjar yang memiliki komponen mucous dan serous acini. Mucous sel berbentuk
seperti tube struktur, dan pada ujung tube sekelompok serous sel membentuk half
moon cluster. Ini disebut serous demilunes. Sel serous demilunes mengeluarkan
produknya antara dinding sel dari underlying mucous sel dan sekretnya memasuki
lumen kelenjar. Acini ini memproduksi secret seperti mucous dan serous acini.
3.2 Fungsi Saliva
Saliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja
tubuh dan menjaga kesehatan secara umum. Fungsi saliva biasanya baru dapat
dirasakan jika produksinya telah berkurang. Beberapa fungsi saliva dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan Pengunyahan
Enzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan
sebagian makanan yang mengandung tepung kanji dan glikogen. Saliva juga
dapat membantu proses pengunyahan, sebab jika produksi saliva berkurang,
makanan yang membutuhkan pengunyahan optimal akan sukar dilakukan dan
dapat menimbulkan eksaserbasi pada mukosa mulut.
24
2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan Rasa
Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang
memiliki rasa tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-
reseptor pengecap. Penurunan jumlah saliva dapat mengganggu proses
pengecapan, sukar mengunyah dan menelan, apalagi jika makanan tersebut
kering atau kental.
3) Fungsi Saliva sebagai Bufer
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia
dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat
bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat
hubungannya dengan kecepatan sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi
saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium dan bikarbonat saliva, sehingga
kapasitas bufer saliva pun meningkat. Peningkatan kapasitas buffer dapat
melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang terdapat pada makanan saat
muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai akibat ulah organism akan
dihambat. Sistem bufer saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut
sekitar 7,0.
4) Fungsi Saliva dalam Proses Anti Bakteri
Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan
bakteri. Salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik
seperti lisozim, yang dapat menyerang bakteri, membantu ion tiosianat
memasuki bakteri yang kemudian menjadi bakterisidal, dan dapat pula
mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan pendukun
metabolism bakteri.
5) Fungsi Saliva dalam Mencegah Karies
25
Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke
dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan
remineralisasi karies dini. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam
komponen non imunologi seperti lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin
mempunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora tersebut,
sehingga derajatasi dogeniknya berkurang.
6) Fungsi Lubrikasi
Saliva dapat membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane
mukosa yang akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan
mencegah kekeringan dalam rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak
dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan mudah luka dan terkena
infeksi. Peradangan mukosa ditandai oleh rasa nyeri atau seperti terbakar dan
akan mengalami eksaserbasi oleh makanan pedas, buah-buahan, minuman
panas, dan tembakau.
7) Fungsi Saliva dalam Menjaga Higiene Rongga Mulut
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi
dan juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika
jumlah saliva di dalam mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan
terjadi modifikasi flora plak sehingga jumlah Candida, Laktobasilusdan
Streptococcus mutan smakin banyak. Oleh karena itu, pada pasien yang
menderita mulut kering akan sering terjadi infeksikan di gingivitis.
3.2.1 Fungsi Protein pada Saliva
a. Lisosim
Lisosim terdapat hampir pada semua cairan tubuh dan terdeteksi
pada fetus manusia umur 9-12 tahun. Sumber lisosim saliva berasal dari
26
glandula salivarius mayor dan minur, sel fagosit maupun cairan
krevikular gingival. Fungsi lisosim adalah sebagai berikut
Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa ikatan β (1-
4) antara asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan
peptidoglikan dinding sel bakteri. Hidrolisa lapisan peptidoglikan akan
melisis bakteri.
Aktivitas bakterial autolysin tergantung pada kationik. Oleh karena
lisosim merupakan kationik. Lisosim dapat merusak membrane bakteri
dan mengaktifkan mekanisme bacterial autolysin karena aktivasi
muramidase dan autolysin
Menyebabkan terjadinya agregasi bakteri
Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi
Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri
Memecah rantai streptokokus
b. Sistem Peroksidase Saliva
Sumber utama sistem peroksidase saliva (SPS) ialah glandula
salivarius dan sel lekosit. SPS yang berasal dari glandula salivarius
disebut salivary peroksidase, sedangkan SPS yang berasal dari lekosit
disebut mieloperoksidase. Salivary peroksidase manusia kadang-kadang
disebut pula laktoperoksidase karena kesamaannya dengan
laktoperoksidase susu sapi.
Aktivitas antimicrobial
Melindungi sel dari efek toksik hydrogen peroksida
Melindungi bakteri dari efek bakteriosidadl hydrogen peroksida
Melindungi asam sialik dari dekarbosilase okksidatif oleh hydrogen
peroksida
Inaktivasi komponen mutagenic dan karsinogenik
c. Laktoferin
27
Laktoferin (LF) adalah glikoprotein (berat molekul 76 kilodalton)
yang mengikat besi. Glikoprotein ini dikeluarkan oleh sel serosa dan
glandula salivarius minor. Dalam rongga mulut, sumber penting LF
ialah cairan gingival. Fungsi utama LF sangat ditentukan oleh tingginya
afinitas LF untuk mengikat ion besi, sehingga mLF mampu menurunkan
level ion besi yang merupakan bahan esensial untuk metabolism
mikroorganisme patogen. Dengan kata lain, sifat bakteriostatik LF
karena ikatannya dengan ion besi. LF mampu pula bersifat bakteriosid
terhadap S. mutan secara invitro dengan suhu 370C.
d. Salivari Aglutinin
Saliva mengandung beberapa komponen yang mampu
mengaglutinasi bakteri mulut. Akibatnya interaksi komponen tersebut
dengan bakteri menghasilkan agregasi bakteri (membentuk endapan
bakteri) yang mudah dibersihkan oleh saliva dan kemudian tertelan.
Komponen tersebut adalah:
Glikoprotein dengan berat molekul tinggi
Salivary IgA
Lisosim β –mikroglobulin (β, m)
Fibronektin (FN)
e. Proline Rich protein (PRP)
PRP adalah protein kaya prolin yang merupakan sekelompok kompleks
protein yang mampu menghambat presipitasi spotan garam kalsium
fosfat. Protein ini dengan cepat akan teradsorbsi dari saliva ke
permukaan hidroksi apatit. Diperkirakan adsorbs ini menghambat
pertumbuhan Kristal garam kalsium.
f. Protein antimicrobial anionic
Saliva mengandung 4 macam protenin anionic yang dapat menghambat
pertumbuhan S. mutans. Berat molekul protein ini adalah 14-17
28
kilodalton. Pada orang yang bebas karies, protein ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
3.2.2 Fungsi Lipid pada Saliva
Dalam saliva lipid merupakan perantara substansi lipofilik agar
dapat menembus mukosa mulut dan lipid mengganggu interaksi
kalsium dengan protein dan glikoprotein saliva. Beberapa lipid saliva
seperti lisofosfatidilkolin dapat mempengaruhi akktivitas enzim
glukosiltransferase bakteri kariogenik, seperti S. mutans. Lipid mampu
menstabilkan ikatan hidrofobik antara bakteri dengan jaringan mulut.
Pelikel lipid memelihara kohesi plak bakteri, sehingga mempercepat
terbentuknya kalkulus. Tetapi lipid dalam pelikel mampu menghambat
proses terjadinya karies.
3.3 Mekanisme Sekresi Saliva
Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang
menunjukan bahwa proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan
menjadi dua fase:
1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.
Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang
adrenergic maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun
parasimpatis.
Rangsang adrenergic menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein,
kaya kandungan musin dan berbuih.
29
Rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi
cairan yang kuat dengan kadar protein yang rendah.
Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan
sekresinya kepada lumen. Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah
ke asinus meningkat sehingga mempermudah pembentukan cairan
asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva primer.
2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.
Saliva diangkutdari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi
sel mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah
dari cairan isotonic dengan konsentrasi ion yang hamper sama dengan
plasma menjadi hipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang
rendah.
Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi
dan atau diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata.
Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari
encer sampai pekat.
Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi musin yang
diatur oleh saraf kolinergik dan adrenergik.
Neurotransmitter asetilkolin dan parasimpatetikomimetika merangsang
sekresi air, sedangkan obat seperti atropinesulfat menghambat sekresi air
dan menyebabkan keringnya mulut.
30
Mekanisme Sekresi Saliva Saat Istirahat
31
Mekanisme Sekresi Saliva Saat Makan
32
Saat istirahat
Sekresi saliva dipicu reseptor penglihatan di retina oleh cahaya
Refleks cahaya merangsang sel asini melalui saraf simpatis
Saliva banyak mengandung protein dan glikoprotein
Aliran saliva lambat menyebabkan Na+ banyak diresorbsi
Saliva bersifat hipotonik
3.4 Pengendalian Sekresi Saliva
33
Saat makan
Sekresi saliva sebagai hasil refleks makan, dipicu reseptor pengecap dan mekanik
Melibatkan saraf simpatis dan saraf parasimpatis
Saliva banyak mengandung protein, air dan elektrolit
Proses reabsorbsi minimal
Proses ini terjadi saat saraf para simpatis tidak aktif
Refleks sekresi saliva dipengaruhi oleh adanya makanan di rongga mulut,
juga rangsangan serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan
gaster. Dan faktor psikogenik yang memicunya berupa melihat, mencium dan
mengkonsumsi makanan yang meningkatkan nafsu makan. Daerah nafsu makan
pada otak, terletak di daerah pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan
berfungsi sebagai respon terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman
dari korteks serebral dan amigdala.
Bahan kimia penyusun makanan yang larut dalam saliva akan kontak
dengan sel rasa melalui sel pengecap. Pengecapan adalah fungsi utama dari taste
bud, yang didalamnya terdapat TRCs (Taste Receptor Cells). Sel reseptor
dipersarafi oleh afferent nerve endings, yang menyalurkan informasi ke pusat
rasa dalam otak dan talamus. Sehingga terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf
parasimpatik dan peningkatan triger dari saraf fasialis dan glosofaringeal,
mengakibatkan peningkatan sekresi saliva. Rasa mans dan pahit diatur oleh
fungsi TRCs yang melibatkan GPCRs (G-Protein Coupled Receptors),
aktivasinya menyebabkan terlepasnya transmiter pads saraf gustatori primer.
Serabut aferen berakhir di saraf gustatori di medula, mengatur aktivitas kelenjar
ludah dan perut. Kedua hipotalamus berperan dalam pusat kenyang dan lapar dan
sistem limbik membawa unsur afektif pengecapan. Ketiga adalah hubungan
reseptor raba lidah ke talamus dan korteks yang berkaitan dengan modalitas
kecap membedakan rasa.
Pusat pengaturan sekresi saliva
Pada dasarnya sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf.
Rangsangansarafbagisekresi saliva terbagimenjadidua, yang
pertamaadalahinervasi saraf parasimpatik. Inervasi saraf parasimpatik memegang
peran utama dalam modifikasi komposisi saliva. Sekresi liur cair dalam jumlah
besar dengan kandungan bahan organik yang rendah distimulasi oleh saraf
34
parasimpatis dari nukleus salivatorius superior. Sekresi ini disertai oleh
vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP
(vasoactive intestine polipeptide).
Inervasi kedua adalah dari saraf simpatis yang memegang peran utama dalam
memengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi
dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais.
Pada kelenjar sub lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh
respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi
adrenergic.
Sekresi saliva terbagi menjadi dua bagian yaitu biosintesis protein dan
tanspor air dan elektrolit dimana pengendalian sekresinya dipengaruhi oleh
sistem saraf yang berhubungan dengan rangsangan mekanik dan reseptor
pengecapan. Sistem saraf yang memengaruhi pengendaliannya meliputi
rangsangan kolinergik, reseptor alpha adrenergik, dan reseptor beta adrenergik.
Proses sekresi saliva ada dua bagian utama yaitu biosintesis protein dalam sel
asini serta transport protein menembus membran sel asini menuju lumen
kelenjar, transport air dan elektrolit menembus epitel lapisan kelenjar menuju
lumen kelenjar
3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi sekresi saliva
Faktor yang mempengaruhisekresi saliva antaralain :
1. Faktor Variasi Diurnal. Variasi di urnal merupakan proses yang kerja di
dalam tubuh manusia, antara lain terjadinya peningkatan Natrium dan
Kloride pada pagi hari, sedangkan Kalium akan meningkat pada siang hari.
2. Faktor Durasi Stimulus. Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva
dapat menyebabkan perubahan pada komponen saliva.
35
3. Faktor Tipe kelenjar.Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan
kepekaan yang berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun
berbeda-beda.
4. Faktor Diet. Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas
fungsional kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan pengecapan
5. Faktor Konsentrasi plasma. Konsentrasi plasma berhubungan dengan
konsentrasi asam amino, kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam uric
dalam saliva
6. Faktor hormone. Dapat berasal dari aldeosteron, hormone bradikinin,
testosterone dan tiroksin
7. Disfungsi kelenjar ludah. Dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran,
penyakit iritasi kelenjar ludah, dan terapi radiasi.
8. Faktor umum. Faktor umum terbagi menjadi reflex tidak bersyarat dan
reflex bersyarat
a. Reflek tidak bersyarat menyangkut :
1) Rasa:pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat
beragam, sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran
ludah pun berbeda-beda.
2) Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh
terhadap sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar.
3) Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita
mengunyah makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva
jika dibandingkan dengan makanan yang kasar yang dapat
menyebabkan penurunan sekresi saliva bahkan menyebabkan
terhambatnya aliran saliva.
4) Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur
polishing dapat mempengaruhi sekresi saliva.
36
5) Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan
impuls sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut,
tekanan pada gigi yang melibatkan reseptor periodontal, dan
impuls dari sendi temporo mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.
6) Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat,
sangat menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun
meningkat, berikutnya garam halus, dan rasa yang pahit.
7) Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.
8) Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.
9) Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa
mual.
10) Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah.
11) Obat (terutama dengan aktivitas anti cholinergic), contohnya
atropine.
12) Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing,
dan penyakit Addison. Dimana orang yang menderita penyakit
diabetes mellitus memiliki saliva yang lebih kental jika
dibandingkan dengan individu normal.
3.6 Kelainan Sekresi Saliva
Kelainan Sekresi Saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam
kelenjar saliva yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan
pembengkakan atau nyeri.
Terdapat beberapa kelainan pada kelenjar saliva antara lain:
1. Mucocele
37
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut
yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya
mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele dapat terjadi pada
bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut.
Etiologi
Umumnya disebabkan trauma, mis: bibir yang sering tergigit atau
pukulan di wajah.
Karena penyumbatan duktus (saluran) kelenjar liur minor.
Obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis
Batas tegas
konsistensi lunak
Ukuran biasanya kecil
Tidak ada keluhan sakit
Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul
lagi
Diagnosis
Melakukan anamnesa lengkap dan cermat secara visual
Bimanual palpasi intra & extraoral
Aspirasi
Melakukan pemeriksaan laboratories
38
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsy
2. Ranula
Etiologi
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius
major yang membesar atau terputus.
Gambaran klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung
keluar
Dinding sangat tipis dan mengkilap
Warna translucent
Kebiru-biruan
Palpasi ada fluktuasi
Tumbuh lambat dan expansif
3. Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius,
biasanya disebababkan oleh hyposecretion kelenjar. Proses ini dapat
bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama
sebagai akibat infeksi bakteri.
Etiologi
39
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion
atau saluran. Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis
dan biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an,
khususnya pada pasien sakit kronis dengan xerostomia,dan pasien
dengan sindrom Sjögren, dan pada mereka yang melakukan terapi
radiasi pada rongga mulut.
Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada
penyakit ini adalah Staphylococcus aureus organisme lain meliputi
Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.
Gambaran klinis
Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu,
dan dalam kasus yang parah penderita , demam, dan menggigil
4. Sjorgen syndrome
Sjorgen syndrome merupakan suatu penyakit auto imun yang
ditandai oleh produksi abnormal dari extra antibodi dalam darah yang
diarahkan terhadap berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan suatu
penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang dapat
menyebabkan mulut kering dan bibir kering.
Gejala
Mulut kering
Susah menelan
Kerusakan gigi
Penyakit gingiva
40
Mulut luka dan pembengkakan
Infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, namun ada
dukungan ilmiah yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit
turunan atau adanya faktor genetik, penyakit ini kadang-kadang
ditemukan pada anggota keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan
lebih umum pada orang yang memiliki penyakit autoimun lainnya
seperti lupus, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.
Diagnosis
Sjorgen syndrome dapat didiagnosis dengan cara biopsi
5. Sialorrhea
Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang detandai dengan
menetesnya air liur atau sekresi saliva yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan
gangguan neurologis, infeksi atau keracunan logam berat dan
insektisida serta efek samping dari obat-obatan tertentu
6. Sialosis
Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi
dan non-neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai
kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai
kelenjar submandibularis dan sublingualis.
41
Etiologi
Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah
penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme,
malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek
samping sejumlah obat-obatan.
7. Sialometaplasia necrotic
Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik,
peradangan yang dapat sembuh dengan sendirinya, terutama mengenai
kelenjar saliva yang terdapat pada palatum.
Gejala klinis
Muncul secara spontan
Terdapat lesi dan pembengkakan
Ukuran maksimal 1-2 cm
Lesi bilateral atau unilateral
Burning sensation (sensasi terbakar)
Etiologi
Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah
penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme,
malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek
samping sejumlah obat-obatan.
8. Sialolitiasis
Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat
pengendapan dari bahan-bahan organic dan anorganik antara lain
deposisi garam-garam kalsium disekitar nidus organik yang terdiri dari
42
alterasi musin-musin saliva bersama dengan adanya deskuamasi sel-sel
epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri dan
mikroorganisme (infeksi akut).
Etiologi
Reaksi pengobatan.
Peradangan
Kelainan Sistemik
Gejala klinis
Mulut kering
Wajah membengkak
Rasa Sakit/Nyeri pada mulut
Mulut kemerahan
Pembengkakan pada mulut dan sekitarnya
Kesulitan Menelan
Pembengkakan pada leher
Kesulitan Membuka Mulut
Rasa Sakit/Nyeri pada leher dan wajah
9. Xerostomia
Adalah kekeringan mulut yang terjadi karena adanya gangguan
fungsi kelenjar saliva yang disebabkan oleh :
f. Factor Psikis
43
- Reaksi emosiolnal, secara proses faal mengganggu aliran saliva
- Dehidrasi, karena kehilangan banyak cairan tubuh ( diare,muntah)
g. Anomali
- Aplasia kelenjar saliva (kelenjar saliva tidak terbentuk)
h. Proses menua, karena atropi jaringan sekretorik dan mempengaruhi
kecepatan aliran saliva
i. Radiasi daerah leher dan kepala
j. Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat
kerusakan yang berbeda-beda tergantung dari dosis dan lamanya
penyinaran
Berkurangnya saliva menyebabkan mengeringnya selaput
lendir, mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan
infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya daya
lubrikasi infeksi dan proteksi dari saliva (Amerongan, 1991; Kidd dan
Bechal, 1992). Proses pengunyahan dan penelanan, apalagi makanan
yang membutuhkan pengunyahan yang banyak dan makanan kering
dan kental akan sulit dilakukan. Rasa pengecapan dan proses bicara
juga akan terganggu (Kidd dan Bechal,1992; Amerongan,1991; Son is
dkk, 1995).
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari
saliva berkurang, sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput
lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar (Wall, 1990).
Pada penderita yang memakai gigi palsu, akan timbul masalah
dalam hal toleransi terhadap gigi palsu. Mukosa yang kering
menyebabkan pemakaian gigi palsu tidak menyenangkan, karena gagal
untuk membentuk selapis tipis mukus untuk tempat gigi palsu
melayang pada permukaannya (Haskell dan Gayford,1990). Selain itu
44
karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa yang kering
dengan permukaan gigi palsu (Kidd den Bechal,1992).
Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana
mikro organisme kariogenik seperti streptokokus mutans, laktobacillus
den candida meningkat. Selain. itu, fungsi bakteriostase dari saliva
berkurang. Akibatnya pasien yang menderita mulut kering akan
mengalami peningkatan proses karies gigi, infeksi candida dan
gingivitis (Amerongan,1991; Kidd dan Bechai,1992; Sonis dkk,1995).
10. Sialorrhea (hipersalivasi)
Adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang
berlebihan. Sialorrhea bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu symptom
dari banyak kelainan yang berhubungan dengan kelenjar-kelenjar
saliva, baik dalam keadaan local maupun sistemik.
11. Mumps
Mumps ( Gondongan) adalah suatu infeksi paramyxovirus
menular yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotos,
submandibula dan kelenjar saliva lainnya yang disertai nyeri
12. Sialadenitis supuratif akut
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828.
Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang
juga melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan
kelenjar parotis dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya
45
disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih
rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.
Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus
influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang paling sering adalah
Bacteroides melaninogenicus dan Streptocccus micros
46
BAB IV
KESIMPULAN
Saliva adalah cairan kompleks yang merupakan campuran dari sekresi
glandula Mayor dan Minor. Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam
rongga mulut, diantaranya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan,
pengunyahan dan penelanan makanan, proses bicara, sistem buffer dan yang paling
penting adalah fungsi sebagai pelindung dalam melawan karies gigi. Jenis sekresi
saliva memiliki tiga jenis yaitu serous, mucus, dan seromukus. Mekanisme sekresi
saliva dipengaruhi hormon dan system saraf. Mekanisme sekresi saliva dipengaruhi
oleh berbagai factor yang dapat mengakibatkan modifikasi baik pada viskositas,
volume dan derajat keasamaan saliva.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amerongan, A.V. N. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah. Arti Bagi Kesehatan
Gigi. alih bahasa Prof. drg. Rafiah Abyono. Ed. Ke-1. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Barid, Izzata, dkk. 2007. Biologi Mulut I Untuk Kedokteran Gigi. Jember:
Jember University Press.
Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore dengan Kolerasi Fungsional
Ed. 11. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
48