1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan
air melalui rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin,
secara hormonal hal ini diatur oleh arginin vasopresin (AVP)
sebagai ‘hormon anti diuretik’. SIADH (Syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion ) adalah sindrom
yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena
gagalnya keluaran air bebas melalui urin, kepekatan urin
terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan natriuresis. Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH
adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang kurang
dari 135 mEq/L.
Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang
jarang, survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan penyakit
sejenisnya hanya berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS.
Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai
kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia.
Angka insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini
bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain berhubungan
dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau
sistem syaraf.
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang
direhabilitasi cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini
terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan hiponatremi
2
idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan
usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang
kurang signifikan. Walau bagaimanapun risiko kejadian SIADH
meningkat bila pasien menderita hiponatremia. Insiden SIADH
adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan pneunomia,
yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.
Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan
untuk meningkatkan kesembuhannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian dari SIADH (Syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion)?
2. Bagaimanakah diagnose dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic
hormone secretion)?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memahami diagnosa dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
secretion)
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami Definisi SIADH
b. Memahami Etiologi SIADH
3
c. Memahami Manifestasi Klinis SIADH
d. Memahami Patofisiologi SIADH
e. Memahami Pemeriksaan Diagnostik pada SIADH
f. Memahami penatalaksanaan pada SIADH
g. Memahami Komplikasi SIADH
h. Memahami konsep asuhan keperawatan pada SIADH
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon
antidiuretik atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate
ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome. SIADH dapat
didefiisikan sebagai Gangguan produksi hormon antidiuretik
ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda
yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal
mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang
berasal dari hipofisis posterior. (Barbara K.Timby, 2000)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat
peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap
peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih
ringan. (Corwin, 2001)
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH
yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber
ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat
peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap
peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih
ringan. (Corwin, 2001)
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti
diuretic hormon) adalah gangguan pada hipofisis posterior
yang ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari
hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)
5
2.1 ETIOLOGI
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau
dengan gangguan hipotalamus (bagian dari otak yang
berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam
memproduksi hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa
keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa merangsang
produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru
dan kasus lainnya seperti dibawah ini:
a. Kelebihan vasopressin
b. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses
infeksi maupun trauma pada otak.
c. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan
vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)
d. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan
insufisiensi pituitary anterior
e. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/
karsinoma pancreatic yang dapat mensekresi ADH
secara ektopic(salah tempat)
f. Cidera Kepala
g. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)
h. Obat- obatan seperti
a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)
b. Carbamazepine (obat anti kejang)
c. Tricilyc (antidepresan)
d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan
).
i. Meningitis
6
j. Kelebihan ADH
Faktor Pencetus :
a. Trauma Kepala
b. Meningitis.
c. Ensefalitis.
d. Neoplasma.
e. Cedera Serebrovaskuler.
f. Pembedahan.
g. Penyakit Endokrin.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering muncul adalah:
1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )
2. Mual, muntah, anorexia, diare
3. Takhipnea
4. Retensi air yang berlebihan
5. Letargi
6. Penurunan kesadaran sanpai koma.
7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma ,
menyebabkan produksi urine yang kurang terlarut.
8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan
9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami
pasien dengan SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi
air dan hiponatremia . perlu dilakukan pemeriksaan tingka
osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium,
Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:
7
1. Na serum >125 mEq/L.
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan.
c. Kram otot.
2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.
a. Sakit kepala, perubahan kepribadian.
b. Kelemahan dan letargia.
c. Mual dan muntah.
d. Kram abdomen.
3. Na serum < 1115 mEq/L.
a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas.
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
e. Edema diatas sternum.
2.4 PATOFISIOLOGI
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus
koligentes ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap
air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan
ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini
menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang
diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air
dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra
selluler meningkat dengan hiponatremi delusional.Dimana
8
akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan
kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi
pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum.
Bila osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan
menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan
meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi
cairan tubuh dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang
abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu
a.Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis.
Mekanisme ini disebabkan oleh kelainan system saraf
pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre.
Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat
atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan
positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
b.ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar
system supraoptik – hipofisis , yang disebut sebagai
sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
c.Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami
pemacuan . bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau
mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk
nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum,
suplemen kalium, diuretic tiazid , obat-obat
hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti
9
neoplastic : sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan
vinkristin.
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi
ginjal terhadap Na)
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk
menghemat Na dan Kalium sedikit.
3. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion
mana yang hilang dengan DNA.
4. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau
tinggi.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L
kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi
osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020)
bila ada SIADH.
5. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:
kelebihan cairan melawan dehidrasi.
6. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan
konsentrasi natrium,natrium serum menurun sampai 170 M
Eq/L.
7. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid
normal.
8. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
9. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum,
hiponatremia, hipokalemia, peningkatan natrium urin
10
2.6 PENATALAKSANAAN
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi
cairan (manifestasi klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika
mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan intake cairan.
Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan
gejala neurologis akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner,
1975)
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan
yang ditunjukkan untuk mengatasi penyakit yang
menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik,
maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi
tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan
membatasi masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH
adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat
dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus
yang berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik
dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami
penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan
kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan
haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan
dukungan emosional.
Rencana non farmakologi
a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
11
b. Pembatasan sodium
Rencana farmakologi
a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas
rendah
b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan
vosopresin
c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari
hipertonik saline 3 % secara perlahan-lahan
mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum
(dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara
penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan
jantung kongestif.
Pengobatan khusus = prosedur pembedahan
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila
ADH bersal dari produksi tumor ektopik, maka terapi
ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain
:
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang
di programkan untuk membantu pasien merencanakan
masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk
situasi social dan rekreasi).
b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika
perlu, gunakan diuretic secara kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala,
mual, muntah, anoreksia segera lapor dokter.
12
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis,
jadwal, potensial efek samping.
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan
mengontrol gejala sampai sindrom secara spontan
lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan
diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus
pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium
klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi
natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka
terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi atau gejala sisa dari SIADH, meliputi:
1. Hipourikemia
Hipourikemia adalah kadar urea dalam darah sangat
rendah. Nilai normal urea dalam darah adalah 20 mg – 40
mg setiap 100 ccm darah. Penurunan kadar urea sering
dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis
hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak
dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi
air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak
semestinya.
2. overload tipe hipotonik
Lazim disebut “Keracunan Air”. Ketidakseimbangan
cairan tubuh dimana seluruh tubuh akan berada dalam
13
keadaan hipotonik, disertai dengan osmolaritas tubuh
menurun. Sehingga didalam tubuh, cairan ekstraseluler
akan pindah ke kompartemen intraseluler. Terjadi expansi
air berlebihan diseluruh kompartemen cairan dan kadar
elektrolit berkurang karena dilusi (rendahnya elektrolit
serum). Dalam kondisi berpindahnya cairan seperti ini,
tubuh sangat sulit mengkompensasinya. Faktor penyebab
tubuh menjadi overload hipotonik adalah SIADH (kumpulan
gejala karena malfungsi hormon antidiuretik)
3. Penurunan Osmolaritas (plasma)
Tekanan normal osmolaritas plasma darah ialah 285+ 5
mOsm/L. Sementara penurunan osmolaritas plasma terjadi
akibat Kerja hormon ADH yang berlebihan dan gangguan pada
ginjal dalam meekskresikan cairan.Pada keadaan ini
tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel,
termasuk ke sel otak. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
edema otak yang mana keadaan ini merupakan keadaan berat
yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
4. Hipokalemia
Nilai norman kalium dalam darah adalah (3,5 - 5,0
MEQ/L). Penyebab utama kehilangan kalium adalah
penggunaan obat-obatan diuretik yang juga menarik kalium
misalnya: tiazid dan furosemid) (Tamsuri anas 2009).
5. Hipomagnesemia
Nilai normal magnesium dalam darah adalah (1,4 – 2,1
Mg/l). Hipomagnesemia dapat terjadi karena penggunaan
beberapa obat dalam jangka waktu lama (diuretik,
siplantin) (Tamsuri anas 2009).
14
Semua komplikasi atau gejala SIADH diatas bersifat
sekunder dan agak mirip. Pada banyak kasus beda antara gejala
dan komplikasi SIADH kurang jelas dan sulit dibedakan.
15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SIADH
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
alamat.
2. Riwayat penyakit dahulu.
adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah
diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepala.
3. Riwayat penyakit sekarang,
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang. Kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan
kejang.
4. Riwayat penyakit keluarga
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai
penyakit menular.
5. Pantau status cairan dan elektrolit.
6. Monitor status neurologis yang berhubungan dengan
hiponatremi dan segera lakukan tindakan untuk
mengatasinya.
7. Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan
dari 1 kg laporkan pada dokter).
8. Pengkajian Fisik:
a. Inspeksi: Vena leher penuh.
b. Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam.
c. Auskultasi: Kardiovaskuler : Takikardia.
16
B1 (Breathing) :
Takhipnea
B2 (Blood) :
Inspeksi : Distensi vena jugularis.
Auskultasi : Takikardia.
B3 ( Brain ) :
Kekacauan mental.
Kejang.
Sakit kepala
Confusion
Disorientasi
Seizure
B4 ( Bladder )
Penurunan volume urine
Penurunan frekuensi berkemih
B5 ( Bowel )
Mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).
Mual dan muntah
Peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tanpa
oedema) sekitar 5-10 %.
B6 ( Bone )
Kelemahan
Letargi
Perkusi : Penurunan refleks tendon dalam
Twiching pada otot
17
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Volume cairan berlebih berhubungan dengan sekresi ADH
yang berlebihan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan
natrium.
3. Retensi urine berhubungan dengan hiponatremia
4. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar
Na
3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1. Kelebihan
volume
cairan dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi ADH
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24
jam diharapkan
sekresi ADH
kembali normal
1. Pantau
masukan dan
haluaran
cairan dan
tanda tanda
kelebihan
cairan setiap
1 – 2 jam.
- Catatan
masukan dan
haluaran
membantu
mendeteksi
tanda dini
ketidakseim
bangan
18
dengan kriteri
hasil :
- Volume cairan
dan
elektrolit
dapat kembali
dalam batas
normal.
- klien dapat
mempertahanka
n berat badan
dan volume
urin 800 –
2000 ml/hari
- Input sama
dengan output
- Tidak ada
edema.
2. Pantau
elektrolit
atau
osmolalitas
serum resiko
gangguan
signifikan
bila serum Na
kurang dari
125 mEq/L.
3. Batasi
masukan
cairan.
4. Monitor
TTV
cairan.
- Untuk
mengetahui
keadaan
natrium
serum
- Mencegah
intoksikasi
air.
- Tanda-tanda
vital
menjadi
indikasi
dari
kondisi
klien.
2. Ketidakseim
bangan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
perubahan
Tujuan setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24
jam, masalah
gangguan
nutrisi dapat
1. Timbang
berat badan
setiap hari.
2. Buat
- Memberikan
informasi
tentang
keadaan
masukan
diet atau
penentuan
kebutuhan
19
absorpsi
nutrisi dan
Natrium.
teratasi dengan
kriteria
hasil :
-Barat badan
kembali
normal.
-Bebas dari
tanda mal
nutrisi.
pilihan menu
yang ada dan
ijinkan pasien
untuk
mengontrol
pilihan
sebanyak
mungkin.
3. Kolaborasi
, Berikan
cairan IV
hiperalimentas
i dan lemak
sesuai
indikasi
nutrisi.
- Untuk
membuat
klien
meningkat
kepercayaan
dirinya dan
merasa
mengontrol
lingkungan
lebih suka
menyediakan
makanan
untuk
dimakan.
- Memenuhi
kebutuhan
cairan atau
nutrisi
sampai
masukan
oral dapat
dimulai.
20
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ny. Y mengeluh urine sedikit dan pekat, mengeluh sakit
kepala 2 hari seminggu sebelum MRS, disertai dengan mual dan
muntah, sehingga klien tidak nafsu makan. Dan diperberat
dengan kram perut yang semakin sering. Klien menyatakan
disorientasi orang, tempat dan waktu, mengeluh tidak dapat
melakuikan aktivitas secara normal. Hasil pemeriksaan fisik
S : 36 c,N : 90 x/menit , T : 90/130 mmHg, RR : 22x /
menit, didapat Na serum menurun <135 mEq/L, Klien mengalami
kelemahan otot, Kemampuan aktivitas terbatas, Klien
mengalami penurunan kesadaran, terlihat bingung,
Disorientasi orang, waktu dan tempat, Terdapat edema di
beberapa bagian tubuh, BB klien meningkat, Na urine lebih
dari 20 mEq/L, Osmolalitas serum < 287 mOsm/kg, Osmolalitas
atau berat jenis urine tinggi ( > 100 mOsm/kg), GCS 3-4-4.
4.1 PENGKAJIAN
4.1.1 BIODATA PASIEN
Nama Pasien : Ny. Y
Umur : 30 th
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Bronggalan 2/a
21
Tgl MRS : 18 Mei 2011
Tgl Pengkajian : 20 Mei 2011
No. RM : 1204.06.19
Jam Masuk : 10.15 WIB
Jam Pengkajian : 14.00 WIB
Diagnosa Masuk : SIADH
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : Klien mengeluh buang air kecil
sedikit dan pekat
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien mengeluh sakit kepala 2
hari seminggu sebelum MRS, disertai dengan
mual dan muntah, sehingga klien tidak
nafsu makan. Dn diperberat dengan kram
perut yang semakin sering. Klien juga
mengatakan urinennya sedikit dan pekat
3. Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan pernah
dirawat di RS sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga: Klien menagtakan mempunyai
riwayat penyakit DM dan hipertensi.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Apatis GCS : 3.4.4
TD : 90/130 mmHg RR : 22 x/mnt
Nadi : 90 x/mnt Suhu : 36,0 oC
B1 (Breathing) :
Pernafasan normal, tidak ada otot bantu pernafasan, tidak
ada suara tambahan.
22
B2 (Blood) :
Auskultasi : TD 90/130 mmHg
B3 ( Brain ) :
penurunan kesadaran, terlihat bingung,
Disorientasi orang, waktu dan tempat,
B4 ( Bladder )
urine sedikit dan pekat , Na urine lebih dari 20 mEq/L,
Osmolalitas serum < 287 mOsm/kg, Osmolalitas atau berat
jenis urine tinggi ( > 100 mOsm/kg), GCS 3.4.4
B5 ( Bowel )
mual dan muntah, tidak nafsu makan. diperberat dengan
kram perut yang semakin
sering, Terdapat edema di beberapa bagian tubuh, BB klien
meningkat.
B6 ( Bone )
kelemahan otot, Kemampuan aktivitas terbatas
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
23
1. Ds :
- Klien mengeluh
urine sedikit dan
pekat
DO :
- Terdapat edema di
beberapa bagian
tubuh
- BB klien
meningkat
- Na serum >125
mEq/L
- Na urine lebih
dari 20 mEq/L
- Osmolalitas serum
< 287 mOsm/kg
- Osmolalitas atau
berat jenis urine
tinggi ( > 100
mOsm/kg) dengan
- Klien mengalami
penurunan
kesadaran
Sekresi ADH
meningkat
↓
SIADH
↓
Volume cairan darah
menurun
↓
Viskositas darah
meningkat
↓
Aliran darah lambat
↓
Aliran darak ke
ginjal menurun
↓
Stimulasi renin
meningkat
↓
Angiontensin I
↓
Angiontensin II
↓
Pengeluaran
aldosteron
↓
Osmolalitas cairan
meningkat
Kelebihan
volume cairan
24
↓
Sift cairan ke
interstinal
↓
Edema
↓
BB meningkat
↓
Kelebihan volume
cairan2. Ds :
- Klien mengalami
anoreksia
- Klien mengalami
mual muntah
Do : -
Volume cairan darah
menurun
↓
Viskositas darah
meningkat
↓
Aliran darah lambat
↓
Aliran darah ke GI
menurun
↓
Aktivasi
parasimpatis
↓
Gerakan peristaltik
menurun
↓
Retensi makanan di
Gangguan
pemenuhan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
25
lambung
↓
Perut terasa penuh
↓
Anoreksia
↓
Gangguan pemenuhan
nutrisi3. Ds :
- Klien
menyatakan
disorientasi
orang, tempat
dan waktu.
Do :
- Na serum
menurun < 135
mEq/L
- Klien mengalami
penurunan
kesadaran
- Klien terlihat
bingung
- Disorientasi
orang, waktu
dan tempat
Eksresi ADH
meningkat
↓
Retensi air dari
tubulus ginjal dan
duktus
↓
Volume cairan ekstra
sel meningkat
↓
Penekanan pada
rennin dan sekresi
aldosteron
↓
Osmolaritas plasma
dan volume darah
meningkat
↓
Hiponatremi kronik
↓
Gangguan proses
pikir
26
Gangguan proses
pikir4 Ds :
- Klien mengeluh
tidak dapat
melakuikan
aktivitas
secara normal
Do :
- Na serum
menurun <135
mEq/L
- Klien mengalami
kelemahan otot
- Kemampuan
aktivitas
terbatas
Retensi air dari
tubulus ginjal dan
duktus
↓
Volume cairan sel
meningkat
↓
Menekan rennin dan
sekresi aldosteron
↓
Osmolaritas volume
dan plasma darah
meningkat
↓
Na meningkat dan K
menurun
↓
Perubahan biokimiawi
↓
Kelemahan
Kelemahan
27
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan sekresi ADH
2. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan Penurunan
kadar Natrium
4. Kelemahan berhubungan dengan perubahan biokimiawi
4.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Kelebihan
volume
cairan dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi ADH
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24
jam diharapkan
sekresi ADH
kembali normal
dengan kriteri
hasil :
- Volume cairan
dan
elektrolit
dapat kembali
1. Pantau
masukan dan
haluaran
cairan dan
tanda tanda
kelebihan
cairan setiap
1 – 2 jam.
2. Pantau
elektrolit
atau
osmolalitas
serum resiko
- Catatan
masukan dan
haluaran
membantu
mendeteksi
tanda dini
ketidakseimb
angan
cairan.
- Untuk
mengetahui
keadaan
natrium
serum
28
dalam batas
normal.
- klien dapat
mempertahanka
n berat badan
dan volume
urin 800 –
2000 ml/hari
- Input sama
dengan output
- Tidak ada
edema.
gangguan
signifikan
bila serum Na
kurang dari
125 mEq/L.
3. Batasi
masukan
cairan.
4. Monitor TTV
- Mencegah
intoksikasi
air.
- Tanda-tanda
vital
menjadi
indikasi
dari kondisi
klien.
2. Ketidakseim
bangan
nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
anoreksia
Tujuan setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 X 24
jam, masalah
gangguan
nutrisi dapat
teratasi dengan
kriteria
hasil :
-Barat badan
kembali
normal.
1.Timbang berat
badan setiap
hari.
2. Buat pilihan
menu yang ada
dan ijinkan
pasien untuk
mengontrol
pilihan
sebanyak
- Memberikan
informasi
tentang
keadaan
masukan diet
atau
penentuan
kebutuhan
nutrisi.
- Untuk
membuat
klien
meningkat
kepercayaan
29
-Bebas dari
tanda mal
nutrisi.
mungkin.
3.Kolaborasi,
Berikan cairan
IV
hiperalimentas
i dan lemak
sesuai
indikasi
dirinya dan
merasa
mengontrol
lingkungan
lebih suka
menyediakan
makanan
untuk
dimakan.
- Memenuhi
kebutuhan
cairan atau
nutrisi
sampai
masukan oral
dapat
dimulai.3. Gangguan
Proses
Pikir b.d
Penurunan
kadar
Natrium
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama proses
keperawatan
diharapkan
tingkat
kesadaran
dapat kembali
1.Pantau
tentang
kebingungan,
dan catat
tingkat
anxietas
pasien.
1. Rentang
perhatian
untuk
berkonsentra
si mungkin
memendek
secara tajam
yang
berpotensi
terhadap
30
normal.
Dengan
kriteria
hasil:
1. Pasien
mampu
berkomunikasi
dengan baik.
2. Pasien
bisa
meningkatkan
konsentrasinya
.
3. Orientasi
pasien kembali
normal.
2.Batasi
aktivitas
pasien dalam
batas-batas
wajar untuk
mengumpulkan
energi.
3. Kurangi
stimulus yang
merangsang,
kritik yang
negatif,
argumentasi,
dan
konfrontasi.
4.Ajarkan
untuk
melakukan
teknik
relaksasi.
terjadinya
ansietas
yang
mempengaruhi
prose pikir
pasien
2. Tingkah
laku yang
sesuai tidak
akan
memerlukan
energi yang
banyak dan
mungkin
bermanfaat
dalam proses
belajar
struktur
internal.
3. Menurunka
n resiko
terjadinya
respon
penolakan
atau
pertengkaran
.
31
5. Pertahankan
harapan
realitas dari
kemampuan
pasien untuk
mengontrol
tingkah
lakunya
sendiri,
memahami, dan
mengingat
informasi
4. Dapat
membantu
memfokuskan
kembali
perhatian
klien dan
untuk
menurunkan
ansietaspada
tingkat yang
dapat
ditanggulang
i.
5. Penting
untuk
mmepertahank
an harapan
dari
kemampuan
untuk
mempertahank
an
harapan,dan
meningkatkan
aktivitas
rehabilitasi
kontinu.
32
4 Kelemahan
berhubungan
dengan
perubahan
biokimia
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama proses
keperawatan
diharapkan
pasien dapat
beraktivitas
dengan baik.
Kriteria
Hasil :
1.Menyatakan
mampu untuk
beristirahat,
peningkatan
tenaga, dan
penurunan rasa.
2.Menunjukkan
peningkatan
kemampuan dan
berpartisipasi
dalam
aktivitas.
3.Mampu
menunjukkan
factor yang
berpengaruh
1. Pantau/
diskusikan
tingkat
kelemahan
klian dan
identifikasik
an aktivitas
yang dapat
dilakukan
klien.
2. Berikan
masase ringan
dan kompres
pada bagian
otot yang
kram.
3. Berikan
kesempatan
pasien untuk
ikut
berpartisipas
i secara
adekuat untuk
melakukan
aktivitasnya
sehari-hari.
4. Diskusikan
1. Pasien
biasanya
telah
mengalami
penurunan
tenaga, kram
otot terus
memburuk
menyebabkan
kelemahan
karena
munculnya
ketidakseimb
angan
Natrium.
2. Meningkat
kan aliran
darah dan
memberikan
kenyamanan
pada pasien.
3. Menambahk
an tingkat
keyakinan
pasien dan
harga
dirinya
33
pada kelelahan kebutuhan
aktivitas dan
rencanakan
jadwal
aktivitas
bersama-sama
pasien.
5. Berikan
asupan yang
kaya akan
Natrium
sesuai
indikasi.
sesuai
dengan
tingkat
aktivitas
yang
ditoleransin
ya.
4. Meskipun
pasien pada
awal merasa
lemah karena
kram otot,
tapi hal
tersebut
memberikan
harapan
bahwa
kemampuan
untuk
melakukan
aktiviatas
yang baik
kembali
seperti
semula.
Kebutuhan
Natrium yang
34
cukup dapat
meminimalisi
r terjadinya
kram otot
sehingga
kelemahan
dapat
teratasi
4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Hari/tanggal Implementasi TTD
35
1. Kelebihan
volume cairan
dari
Kebutuhan
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi ADH
1.
mengobservasi
masukan dan
haluaran cairan
dan tanda tanda
kelebihan
cairan setiap 1
– 2 jam.
2.
Mengobservasi
elektrolit atau
osmolalitas
serum resiko
gangguan
signifikan bila
serum Na kurang
dari 125 mEq/L.
3. Membatasi
masukan cairan.
4. Memonitor
TTV2. Ketidakseimba
ngan
nutrisi :
kurang dari
1. menimbang
berat badan
setiap hari.
2. Membuat
36
kebutuhan
berhubungan
dengan
anoreksia
pilihan menu
yang ada dan
ijinkan pasien
untuk
mengontrol
pilihan
sebanyak
mungkin.
3. Kolaborasi,
Berikan cairan
IV
hiperalimentasi
dan lemak
sesuai indikasi
4.5 EVALUASI
DIAGNOSA EVALUASIKelebihan
volume cairan
dari kebutuhan
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi ADH
S: Klien mengatakan volume urin sudah
meningkat, dan tidak pekat
O: tidak Terdapat edema di beberapa
bagian tubuh, BB klien sedikit
menurun, kesadaran composmentis
A: Masalah keperawatan kelebihan
volume cairan sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Ketidakseimban S: Klien mengatakan tidak mengalami
37
gan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
anoreksia
anoreksia, tidak mual muntah.
O: -
A: Masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
P: Intervensi dihentikan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari
hipofisis posterior.Peningkatan pengeluaran ADH biasanya
terjadi sebagai respon terhadap peningkatan osmolalitas
38
plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan
tekanan darah.Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-
tumor si luar SSP terutama karsinoma bronkogenik.Tanda-
tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual dan
muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.
5.2 Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi
cairan cukup dengan pembatasan cairan dan pembatasan
sodium.Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilyn C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Kugler, John. 2000. Hiponatremia dan Hipernatremia di Lansia. American
Family Physician
‘.Gejala SIADH-Gejala sindrom SIADH, Penyebab dan Perawatan. 2000.
www.CancerTherapyChina.com (online) tanggal 29 September
2010 pukul 20.00 WIB
Sobotka, Harry & Stewart, Corbet . Advances in clinical chemistry,
Volume 17,page 21-33. London: Academic Press INC
Tisdale , James & Miller, Douglas . 2010. Drug-Induced Diseases:
Prevention, Detection, and Management, page 892. U.S : heartside
publishing.