i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FLUKTUASI HARGA CABAI RAWIT DI PASAR
KARISA KABUPATEN JENEPONTO
IRNA IRVIANA NURJANNAH
105961100417
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FLUKTUASI HARGA CABAI RAWIT DI PASAR
KARISA KABUPATEN JENEPONTO
IRNA IRVIANA NURJANNAH
105961100417
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI HARGA
CABAI RAWIT DI PASAR KARISA KABUPATEN JENEPONTO adalah
benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Makassar, 05 Mei 2021
Irna Irviana Nurjannah
105961100417
vi
ABSTRAK
IRNA IRVIANA NURJANNAH. 105961100417. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan ARDI RUMALLANG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan harga cabai rawit
dan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto terhadap variabel harga cabai rawit di petani, jumlah produksi
cabai rawit, inflasi, dan periode bulanan.
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Mei sampai dengan
bulan Juni 2021. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif
dengan menggunakan data sekunder berupa runtut waktu (time series) dengan
periode waktu 2018 - 2020 tahun (dalam data perbulan), analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu Analisis Regresi Linear Berganda.
Pengolahan data dilakukan menggunakan Software Microsoft Excel 2013 dan
Eviews 9. Penelitian ini mengambil data dari Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto.
Perkembangan harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto
tertinggi terjadi pada tahun 2019 pada bulan oktober dan harga cabai rawit terendah
terjadi pada tahun 2020 di bulan Juni – Juli dan faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto adalah harga cabai
rawit di petani, jumlah produksi cabai rawit, inflasi, dan periode bulanan. Harga
cabai rawit di petani (X1) dengan nilai koefisien sebesar 1,0263 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,0000 dan periode bulanan (T) dengan nilai koefisien sebesar
-0,0591 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 berpengaruh signifikan terhadap
harga cabai rawit, sedangkan jumlah produksi cabai rawit (X2) dengan nilai
koefisien sebesar 0,0011 dengan nilai probabilitas sebesar 0,1265 dan inflasi (X3)
dengan nilai koefisien sebesar -0,0920 dengan nilai probabilitas sebesar 0,5560
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto.
Kata Kunci : Fluktuasi, Cabai Rawit, Harga, Inflasi, Produksi
vii
ABSTRACT
IRNA IRVIANA NURJANNAH. 105961100417. Analysis of Factors Affecting
Price Fluctuations in Cayenne Pepper at Karisa Market, Jeneponto Regency.
Supervised by MOHAMMAD NATSIR and ARDI RUMALLANG.
This study aims to determine the development of the price of cayenne
pepper and the factors that influence the price fluctuation of cayenne pepper in
Karisa market, Jeneponto Regency on the variable price of cayenne pepper in
farmers, the amount of cayenne pepper production, inflation, and monthly period.
This research was conducted for two months, from May to June 2021. This
research is a quantitative research using secondary data in the form of a time series
with a time period of 2018 - 2020 years (in monthly data), data analysis used in this
study, namely Multiple Linear Regression Analysis. Data processing was carried
out using Microsoft Excel 2013 and Eviews 9 software. This study took data from
the Department of Agriculture, the Department of Industry and Trade, and the
Central Bureau of Statistics (BPS) of Jeneponto Regency.
The development of the price of cayenne pepper in the Karisa market,
Jeneponto Regency, the highest occurred in 2019 in October and the lowest price
of cayenne pepper occurred in 2020 in June - July and the factors that influence the
price fluctuation of cayenne pepper in the Karisa market, Jeneponto Regency are
the price cayenne pepper in farmers, the amount of cayenne pepper production,
inflation, and monthly period. The price of cayenne pepper in farmers (X1) with a
coefficient value of 1.0263 with a probability value of 0.0000 and a monthly period
(T) with a coefficient value of -0.0591 with a probability value of 0.0000 has a
significant effect on the price of cayenne pepper, while the amount of cayenne
pepper production (X2) with a coefficient value of 0.0011 with a probability value
of 0.1265 and inflation (X3) with a coefficient value of -0.0920 with a probability
value of 0.5560 has no significant effect on the price of cayenne pepper in
Indonesia. Karisa market, Jeneponto Regency.
Keywords : Fluctuation, Cayenne Pepper, Price, Inflation, Production
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto“
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali
hambatan dan kekurangan yang memerlukan bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P, Selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi
dapat diselesaikan.
4. Ardi Rumallang, S.P., M.M, Selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi
dapat diselesaikan.
5. Alm. Ayahanda dan Ibunda selaku kedua orang tua yang telah banyak
memberikan dorongan moril maupun materil serta motivasi kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ix
6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah segudang ilmu kepada penulis.
7. Kepada Sukryanto yang telah membantu penyusunan skripsi serta motivasi dari
awal hingga akhir kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Seperti halnya manusia yang tidak sempurna dimata manusia lain ataupun
dimata ALLAH SWT, penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan
penulisan dan penyajiannya mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh
Makassar, 27 Juni 2021
Irna Irviana Nurjannah
105961100417
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................................. iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................. 5
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cabai Rawit .............................................................................. 6
2.2 Fluktuasi Harga ........................................................................................ 8
2.3 Teori Permintaan (Demand) .....................................................................13
2.4 Teori Produksi ..........................................................................................15
xi
2.5 Inflasi .......................................................................................................17
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................19
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................22
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................23
3.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................................23
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................24
3.4 Teknik Analisis Data ................................................................................24
3.5 Definisi Operasional.................................................................................27
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis ........................................................................................29
4.2 Keadaan Demografis ................................................................................31
4.3 Keadaan Pertanian ....................................................................................32
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto .................................................................................................34
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit
di Pasar Karisa Kabupaten Jeneponto ......................................................35
5.3 Uji F-Statistik (Uji Model) .......................................................................37
5.4 Koefisien Determinan (R2) .......................................................................38
5.5 Uji t-Statistik (Uji Variabel) ....................................................................38
5.6 Standard Eror ...........................................................................................41
xii
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..............................................................................................43
6.2 Saran .........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................45
LAMPIRAN .......................................................................................................47
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................64
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-Rata Produksi Cabai Rawit di Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 – 2016 ................................................ 2
2. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 19
3. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Jeneponto ................................... 30
4. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data Perbulan) .......... 36
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kurva Permintaan ..................................................................................... 15
2. Kerangka Pemikiran Analisis yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai
Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto ........................................... 22
3. Grafik Perkembangan Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data Perbulan) .......... 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................... 47
2. Tabel Variabel Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa (Rp/Kg), Harga
Cabai Rawit di Petani (Rp/Kg), Jumlah Produksi Cabai Rawit (Kg),
Inflasi (%), dan Periode Bulanan (T) Komoditi Cabai Rawit ................... 48
3. Tabel Variabel Harga Riil Cabai Rawit di Pasar Karisa (Rp/Kg),
Harga Riil Cabai Rawit di Petani (Rp/Kg), Jumlah Produksi Cabai
Rawit (Kg), dan Inflasi (%) Komoditi Cabai Rawit ................................. 50
4. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data
Perbulan) Menggunakan Program Eviews 9 ............................................. 52
5. Grafik Trend Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data Perbulan) ............................ 53
6. Grafik Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor – Faktor
yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar
Karisa Kabupaten Jeneponto Menggunakan Program Eviews 9 .............. 54
7. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 55
8. Surat Izin Penelitian .................................................................................. 57
9. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ............................................................. 60
10. Hasil Turnitin ............................................................................................ 62
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar penduduknya
bekerja di sektor pertanian sehingga sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam
rangka pembangunan nasional. Sektor pertanian memiliki peranan cukup penting
dalam perekonomian nasional terutama perekonomian rakyat serta mendorong
pemerataan pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian
sumberdaya alamnya. Pembangunan pertanian sub sektor hortikultura di masa
mendatang diarahkan untuk menumbuhkan sistem agribisnis dan agroindusti.
Keadaan ini ditunjang dengan kondisi iklim Indonesia dan besarnya lahan potensial
dengan berbagai macam komoditi yang dapat dikembangkan sehingga mempunyai
nilai ekonomis (Daniel, 2005). Salah satu produk hortikultura yang menjadi
unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran
merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat
karena memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Sayuran dapat
dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu sesuai dengan
kebutuhan yang akan digunakan. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan
oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat adalah cabai sehingga
tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar (Anonim,
2011).
Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang
bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan
2
cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk
kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi
untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas
hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia. Harga cabai
yang tinggi memberikan keuntungan yang tinggi pula bagi petani. Keuntungan yang
diperoleh dari budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
budidaya sayuran lain. Cabai pun kini menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan.
Selain sebagai bumbu masak, buah cabai juga digunakan sebagai bahan campuran
industri makanan dan untuk peternakan (Setiadi, 2000).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi cabai
perkapita adalah 500 gram/tahun. Jika jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta
(sensus tahun 2010), berarti indonesia membutuhkan cabai sebesar 118.800 ton per
tahun (Wahyudi, 2011). Berikut tabel rata-rata produksi cabai rawit di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Kabupaten Jeneponto, tahun 2013 – 2016 :
Tabel 1. Rata-Rata Produksi Cabai Rawit di Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 – 2016
No Tahun Produksi di Provinsi
Sulawesi Selatan
(Ton)
Produksi di Kabupaten
Jeneponto
(Ton)
1. 2013 18.006 20.455
2. 2014 20.793 16.913
3. 2015 26.570 13.219
4. 2016 27.543 10.154
Rata-rata 23.228 15.185
Sumber : Badan Pusat Statistik 2016.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa dari tahun 2013 – 2016 jumlah
produksi cabai rawit di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan setiap
tahun, sehingga rata-rata produksi cabai rawit sebanyak 23,228 ton sedangkan di
3
Kabupaten Jeneponto produksi cabai rawit mengalami penurunan setiap tahun
sehingga rata-rata produksi cabai rawit sebanyak 15,185 ton.
Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan tetapi permintaan
terhadap cabai untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi yang disebabkan
karena naik turunnya harga cabai yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang
terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi
penawaran. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai adalah
petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak
ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik.
Apabila harga cabai melonjak, maka akan berdampak pada daya beli masyarakat
dan juga menimbulkan keresahan.
Kenaikan harga cabai sangat tergantung pada musim panen dan musim
tanam serta pengaruh iklim dan cuaca. Disamping itu, kenaikan harga juga
berkaitan dengan kegiatan pemasaran. Bila dibandingkan dengan harga di daerah
konsumen, harga cabai di daerah produsen lebih rendah. Beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya faktor angkutan, rendahnya daya tahan cabai, dan daya
beli masyarakat yang rendah (Santika, 1999).
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu meningkatnya permintaan melebihi penawaran atau diatas
kemampuan berproduksi seperti peningkatan konsumsi masyarakat, berlebihnya
4
likuiditas pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat
ketidaklancaran distribusi barang.
Melihat kebutuhan masyarakat Kabupaten Jeneponto yang dominan
mengkonsumsi cabai maka permintaan akan harga cabai akan tetap terus ada
meskipun harga cabai mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kabupaten
Jeneponto sering di temui bahwa harga cabai kadang tinggi dan kadang rendah
bahkan cenderung tidak menentu, inilah yang menjadi masalah mengapa hal itu bisa
terjadi. Apakah karena cita rasa dari cabai yang cenderung pedas atau karena
masyarakat Kabupaten Jeneponto yang memang menyukai cabai atau ada faktor
lain yang berpengaruh terhadap harga cabai tersebut.
Jika terjadi kenaikan maupun penurunan harga cabai berarti ada faktor yang
menyebabkan harga cabai tersebut yang berubah-ubah, oleh karena hal tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana perkembangan harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto ?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar
Karisa, Kabupaten Jeneponto ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan harga cabai rawit di Pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai
rawit di Pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi pedagang cabai rawit Kabupaten Jeneponto, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengembangan usaha yang
lebih baik lagi.
2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Jeneponto, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik
lagi dimasa yang akan datang terutama dalam pengembangan harga cabai
rawit.
3. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan, informasi, dan referensi dalam menyusun penelitian selanjutnya.
6
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman yang bersasal
dari benua Amerika. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama
sekitar khatulistiwa dan tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500
meter dpl, akan tetapi cabai rawit bisa tumbuh baik pada ketinggian 1000 meter dpl.
Produktivitas tanaman cabai akan berkurang pada tempat yang terlalu tinggi.
Tanaman cabai merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri, persilangan antar
varietas secara alami sangat mungkin terjadi di lapang yang dapat menghasilkan
ras-ras cabai baru dengan sendirinya (Cahyono, 2003). Beberapa sifat tanaman
cabai yang dapat digunakan untuk membedakan antar varietas di antaranya adalah
percabangan tanaman, perbungaan tanaman, ukuran ruas, dan tipe buahnya
(Prajnanta, 1999).
Berdasarkan sistematika (taksonomi) Capsicum frutescens L.
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L.
7
Cabai rawit juga memiliki banyak varietas diantaranya adalah cabai mini,
cabai cengek atau ceplik (rawit putih), cabai cengis (rawit hijau). Tinggi tanaman
cabai rawit umumnya dapat mencapai 150 cm. Daunnya lebih pendek dan
menyempit. Posisi bunga tegak dengan mahkota bunga berwarna kuning kehijauan.
Panjang buahnya dari tangkai hingga ujung buah hanya mencapai 3,7-5,3 cm.
Bentuk buahnya kecil dengan warna biji umumnya kuning kecoklatan. Pemanenan
pertama cabai rawit dapat dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan
selang waktu satu sampai dua minggu sekali. Tanaman cabai rawit dapat hidup 2
sampai 3 tahun. Di dataran tinggi, tanaman cabai rawit masih bisa berbuah hanya
saja periode panennya lebih sedikit dibanding dataran rendah. Cabai rawit yang
dibudidayakan di Indonesia sangat beragam. Secara umum, masyarakat mengenal
cabai rawit putih dan cabai rawit hijau, akan tetapi setiap tempat memiliki macam
cabai rawit yang berbeda-beda (Cahyono, 2003).
Tanaman cabai rawit termasuk tanaman semusim yang tumbuh sebagai
perdu dengan tinggi tanaman mencapai 1,5 m. Tanaman dapat ditanam di lahan
kering (tegalan) dan di lahan basah (sawah). Kondisi lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi cabai rawit. Keadaan iklim dan
tanah merupakan dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi
penanaman cabai rawit (Pitojo, 2003). Tanaman cabai rawit memerlukan tanah
yang memiliki tekstur lempung berpasir atau liat berpasir dengan struktur gembur
(Nawangsih, 1999).
8
Selain itu, tanah harus mudah mengikat air, memiliki solum yang dalam
(minimal 1m), memiliki daya menahan air yang cukup baik, tahan terhadap erosi
dan memiliki kandungan bahan organik tinggi (Setiadi, 1987). Tanaman cabai rawit
memerlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 6,0-7,0 (pH optimal 6,5) dan
memerlukan sinar matahari penuh (tidak memerlukan naungan). Tanaman cabai
rawit memerlukan kondisi iklim dengan 0-4 bulan basah dan 4-6 bulan kering
dalam satu tahun dan curah hujan berkisar antara 600-1.250 mm per tahun.
Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah 60-80%. Tanaman
cabai rawit Agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada suhu udara
rata-rata tahunan berkisar antara 18-300C (Cahyono, 2003).
2.2 Fluktuasi Harga
Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau
barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang
atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan
untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya
penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap nilai tukar
mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu kualitas barang atau jasa.
Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk
barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk
atau barang sejenis (Wikipedia, 2021).
9
Fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan, sebagai contoh terhadap
harga barang dan sebagainya, atas segala hal yang bisa dilihat di dalam sebuah
grafik (Wikipedia, 2021).
Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidak tetapan segala sesuatu yang bias
digambarkan dalam sebuah grafik, seperti fluktuasi harga barang. Fluktuasi harga
yang tinggi merupakan salah satu yang sering muncul dalam pemasaran komoditas
holtikultura. Harga yang sangat berfluktuatif secara teoritis akan menyulitkan
prediksi bisnis, fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi akibat ketidak
seimbangan antara jumlah pasokan dan permintaan yang dibutuhkan konsumen.
Jika pasokan berlebih maka harga komoditas akan turun, sebaliknya jika terjadi
kekurangan pasokan maka harga naik. Dalam proses pembentukan harga, perilaku
petani dan pedagang menjadi penting karena mereka dapat mengatur volume
penjualan sesuai dengan kebutuhan konsumen (Irawan, 2007).
Fluktuasi harga adalah gejala atau keadaan yang menunjukkan turun
naiknya harga dan sebagainya yang berlaku dari sehari ke sehari atau dari satu
periode ke periode lainnya, perubahan (harga tersebut) karena pengaruh permintaan
dan penawaran (KBBI, 2021).
Fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu isu sentral yang sering
muncul dalam pemasaran komoditas. Fluktuasi harga yang tinggi menyebabkan
penerimaan dan keuntungan usaha yang diperoleh petani dari hasil kegiatan
usahataninya sangat berfluktuasi. Kondisi demikian tidak kondusif bagi
pengembangan agribisnis karena keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
agribisnis menjadi tidak stabil padahal tingkat keuntungan yang tinggi dan stabil
10
umumnya justru merupakan daya tarik utama bagi pelaku bisnis untuk melakukan
investasi dan memperluas usahanya (Bambang Irawan, 2007).
Fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi akibat ketidak-seimbangan
antara kuantitas pasokan dan kuantitas permintaan yang dibutuhkan konsumen. Jika
terjadi kelebihan pasokan maka harga komoditas akan turun, sebaliknya jika terjadi
kekurangan pasokan maka harga komoditas akan naik Dalam proses pembentukan
harga tersebut perilaku petani dan pedagang memiliki peranan penting karena
mereka dapat mengatur volume penjualannya yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa fluktuasi harga
yang relatif tinggi pada komoditas pada dasarnya terjadi akibat kegagalan petani
dan pedagang dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
a. Pertama, produksi cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja,
misalnya sekitar 90 persen produksi bawang merah nasional hanya dihasilkan
di 6 provinsi dan 82 persen produksi cabai dihasilkan di 7 provinsi. Struktur
produksi demikian tidak kondusif bagi stabilitas harga karena jika terjadi
anomali produksi (Misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi
akibat pengaruh iklim) di salah satu daerah sentra produksi maka akan
berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasar secara keseluruhan.
b. Kedua, struktur produksi yang terkonsentrasi secara regional diperparah pula
oleh pola produksi yang tidak sinkron antar daerah produsen. Setiap daerah
produsen umumnya memiliki pola produksi bulanan yang relatif sama sehingga
11
total produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu.
Konsentrasi produksi secara temporer tersebut misalnya dapat disimak pada
pola produksi kentang dan kubis di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur yang menyumbang sekitar 90 persen dan 78 persen produksi
nasional. Keempat provinsi tersebut sekitar 60-65 persen produksi kentang dan
kubis hanya dihasilkan pada bulan Januari hingga Mei sehingga pada bulan-
bulan tersebut harga kedua komoditas tersebut cenderung mengalami
penurunan tajam.
c. Ketiga, permintaan komoditas umumnya sangat sensitif terhadap perubahan
kesegaran produk. Sementara itu komoditas umumnya relatif cepat busuk
sehingga petani dan pedagang tidak mampu menahan penjualannya terlalu
lama dalam rangka mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan
pasar, karena hal itu dapat berdampak pada penurunan harga jual yang
disebabkan oleh penurunan kesegaran produk. Konsekuensinya adalah
pengaturan volume pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen
tidak mudah dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera
menjual hasil panennya agar yang dipasarkan masih dalam keadaan segar.
d. Keempat, untuk dapat mengatur volume pasokan yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen maka dibutuhkan sarana penyimpanan yang mampu
mempertahankan kesegaran produk secara efisien. Namun ketersediaan sarana
penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan investasi
yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana yang dapat
diterapkan oleh petani sangat terbatas.
12
Dinamika jangka pendek harga komoditas pertanian di daerah konsumen
pada umumnya memiliki pola yang sama dengan dinamika harga di daerah
produsen karena permintaan yang dihadapi petani didaerah produsen merupakan
turunan dari permintaan di daerah konsumen. Jika terjadi kenaikan harga di pasar
konsumen akibat naiknya permintaan maka pedagang akan meneruskan kenaikan
harga tersebut kepada petani sehingga harga di pasar produsen juga mengalami
peningkatan. Akan tetapi proses transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar
produsen tersebut umumnya tidak sempurna dan bersifat asimetris, artinya jika
terjadi kenaikan harga di pasar konsumen maka kenaikan harga tersebut diteruskan
kepada petani secara lambat dan tidak sempurna, sebaliknya jika terjadi penurunan
harga. Pola transmisi harga seperti ini menyebabkan fluktuasi harga di pasar
konsumen cenderung lebih tinggi dibanding fluktuasi harga di pasar produsen dan
perbedaan fluktuasi harga tersebut akan semakin besar apabila transmisi harga yang
terjadi semakin tidak sempurna (Bambang Irawan, 2007).
Penentuan harga oleh permintaan dan penawaran dalam teori ekonomi
mikro, harga terbentuk oleh keseimbangan antar kurva permintaan dan kurva
penawaran. Hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang diminta
mengikuti suatu hipotesa dasar ekonomi yang menyatakan bahwa semakin rendah
harga suatu komoditas, semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta,
apabila variabel lain konstan (Lipsey, 1995).
Lipsey (1995) menerangkan lebih jauh mengenai kekuatan penawaran dan
permintaan. Kedua kekuatan tersebut saling berinteraksi dalam membentuk harga
pada suatu pasar yang bersaing. Kondisi keseimbangan (equilibrium condition)
13
akan tercapai, jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada
kondisi ini kedua belah pihak (produsen dan konsumen) akan terpuaskan.
2.3 Teori Permintaan (Demand)
Pada prinsipnya, teori permintaan menjelaskan mengenai ciri hubungan
antara jumlah permintaan dan harga. Apabila hubungan antara permintaan dan
harga tersebut kita gambarkan dalam sebuah grafik maka grafik tersebut kita kenal
dengan kurva permintaan. Permintaan terhadap suatu barang ditentukan oleh
banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang dominan berpengaruh antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang terkait erat dengan barang tersebut
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
d. Corak distribusi pendapatan di masyarakat
e. Citarasa masyarakat
f. Jumlah penduduk
g. Ramalan atau ekspektasi mengenai keadaan di masa yang akan datang.
Merupakan hal yang relatif sulit apabila kita menganalisis pengaruh
berbagai faktor tersebut terhadap permintaan suatu barang. Oleh karena itu, dalam
menganalisis teori permintaan perlu untuk dibuat analisis yang lebih sederhana.
Yang perlu menjadi pertimbangan penting adalah dalam analisis ekonomi dianggap
bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh harganya, sehingga
dengan kata lain dalam teori permintaan yang utama dianalisis adalah hubungan
14
antara jumlah permintaan suatu barang terhadap harga barang tersebut. Hal tersebut
diasumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris
paribus. Tetapi asumsi ini tidak berarti bahwa kita dapat mengabaikan faktor-faktor
yang dianggap tetap tersebut (Sukirno, 2013).
Setelah menganalisis hubungan antara jumlah permintaan dengan tingkat
harga maka selanjutnya boleh mengasumsikan bahwa harga adalah tetap dan
kemudian menganalisis mengenai permintaan suatu barang yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya atau faktor selain harga. Dengan demikian, dapat diketahui
mengenai bagaimana permintaan terhadap suatu barang akan berubah apabila harga
barang lain yang sejenis atau pendapatan masyarakat misalnya mengalami
perubahan. Pada hakekatnya hukum permintaan merupakan suatu pernyataan yang
menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka semakin banyak
permintaan akan barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang
maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2013).
Kenaikan harga akan menyebabkan pera pembeli mencari barang lain yang
sejenis yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami
kenaikan. Demikian pula sebaliknya, apabila harga turun maka orang akan
mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah
pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga tersebut. Kenaikan
harga akan menyebabkan pendapatan riil berkurang atau merosot. Pendapatan yang
merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap
berbagai jenis barang, terutama barang yang mengalami kenaikan harga. Kurva
permintaan bisa digambarkan sebagai berikut :
15
Gambar 1. Kurva permintaan (Sukirno, 2013).
2.4 Teori Produksi
Produksi adalah salah satu aktivitas ekonomi yang menghasilkan hasil akhir
atau output dari suatu proses yang membutuhkan beberapa masukan atau input.
Sehingga kegiatan produksi merupakan kombinasi antara beberapa masukan atau
input yang bisa disebut faktor-faktor produksi yang akan menghasilkan keluaran
atau output agar nilai guna barang atau jasa tersebut bertambah (Damayanti, 2019).
Dalam suatu proses produksi dibutuhkan input yang berupa faktor-faktor
produksi yaitu alat atau sarana agar kegiatan berjalan dengan lancar. Sehingga, jika
faktor produksi tidak ada, maka proses produksi juga tidak akan berlangsung.
Faktor-faktor produksi antara lain adalah Capital atau modal, Labour atau tenaga
kerja, Skill atau keahlian atau kemampuan, dan Land atau tanah. Capital atau modal
yang sering terlintas dipikiran biasanya dalam bentuk uang. Namun, modal juga
bisa berupa alat-alat seperti mesin untuk membuat barang atau jasa, ataupun juga
dapat berupa bangunan atau gedung yang akan digunakan untuk kegiatan
operasional usaha tersebut. Labour atau tenaga kerja dibutuhkan untuk menjalankan
16
operasional alat-alat yang tersedia agar proses produksi berlangsung dengan
semestinya, para tenaga kerja bekerja dengan menggunakan skill atau keahlian atau
kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan Land atau tanah merupakan lahan yang
mengandung sumber daya alam atau bahan baku yang nantinya akan diolah dalam
proses produksi (Damayanti, 2019).
Konsep fungsi produksi hanya berkaitan dengan kombinasi jumlah input
untuk memproduksi sejumlah output. Sedangkan konsep permintaan mengandung
hubungan harga dan jumlah produksi (Natsir, 2015). Fungsi produksi merupakan
suatu hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi atau input dengan
hasil produksinya atau output. Hubungan antara input dan output pada proses
produksi dapat dituliskan secara sistematis sebagai berikut :
𝑄 = (𝑋1,2,𝑋3,…,𝑋𝑛)
Dalam persamaan tersebut, Q mewakili output atau jumlah hasil produksi
pada periode tertentu, dan X mewakili faktor-faktor produksi atau input dalam
proses produksi tersebut.
Dalam suatu proses produksi, terdapat proses produksi yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu yang terbagi menjadi dua yaitu :
a. Produksi dalam jangka pendek
Jangka pendek merupakan kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau
lebih faktor produksi yang tidak bisa diubah atau tetap. Faktor-faktor yang tidak
dapat diubah disebut juga fixed input atau masukan tetap. Fixed input dalam jangka
waktu ini umumnya adalah capital atau modal. Modal bersifat tetap karena
jumlahnya tetap dan tidak akan berpengaruh terhadap banyaknya hasil produksi.
17
Sedangkan tenaga kerja bersifat variabel karena penggunaannya berubah sesuai
dengan banyaknya hasil produksi.
b. Produksi dalam jangka panjang
Jangka Panjang suatu proses produksi tidak dapat diperkirakan akan
berjalan 10 tahun, 25 tahun, atau bahkan sampai 50 tahun. Sehingga dalam kurun
waktu ini semua faktor produksi yang digunakan bersifat variabel atau tidak ada
faktor produksi tetap.
2.5 Inflasi
Definisi mengenai inflasi sejak awal tahun 1970-an para ahli ekonomi
mendefinisikan inflasi sebagai naiknya tingkat harga umum secara terus menerus.
Adapun definisi dari teori inflasi menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai
berikut :
Menurut Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa inflasi sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kenaikan tingkat harga umum. Maksud dari definisi
tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti
dengan semakin menurunnya nilai rill (intrinsic) mata uang suatu negara. Menurut
Ackley dalam Iswardono (1993) inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus
menerus dari barang- barang dan jasa secara umum. Menurut Marcus (2001) inflasi
merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan, maksudnya adalah inflasi merupakan salah satu peristiwa
moneter yang menunjukkan suatu kecendrungan akan naiknya harga barang secara
umum yang berarti terjadinya penrunan terhadap nilai mata uang. Veneris dan
18
Sebold dalam Anton Hermanto (1991) mendefinisikan inflasi sebagai
kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat
setiap waktu.
Kenaikan harga umum yang hanya terjadi sekali waktu saja menurut definisi
ini tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Sehingga menurut Veneris dan Sebold
dalam Anton Hermanto (1991), di dalam definisi inflasi tersebut ada tiga hal yang
perlu ditekankan dalam memahami inflasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat yang berarti bisa saja
tingkat harga yang terjadi actual pada waktu tertentu naik atau turun bila
dibandingkan dengan sebelumnyan tetapi tetap menunjukkan kecendrungan
yang meningkat.
b. Peningkatan harga tersebut terjadi secara terus menerus (sustained) yang
berarti bukan hanya dapat terjadi pada suatu waktu saja tetapi dalam beberapa
waktu lamanya. Misalnya dengan adanya kenaikan harga bakar minyak pada
awal tahun saja.
c. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum (general level of
prices) yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau
beberapa komoditi saja. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan barang tersebut
mengakibatkan kenaikan terhadap barang yang lain.
19
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang diambil berkaitan dengan penelitian ini
dilampirkan pada Tabel, sebagai berikut :
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti/
Tahun
Topik
Penelitian
Variabel yang
digunakan
Hasil Penelitian
1. Alex
Muharlis
(2007)
Peramalan dan
Faktor-Faktor
Penentu
Fluktuasi
Harga Cabai
Merah di Jawa-
Bali
Variabel
Independen : Harga
cabai merah besar,
jumlah pasokan
cabai, harga cabai
merah di tingkat
produsen, harga jual
cabai merah besar,
dan dummy budaya
masyarakat (D1).
Variabel dependen :
Perubahan harga
cabai merah besar
di Jakarta,
Bandung,
Semarang,
Yogyakarta,
Surabaya dan
Denpasar.
Perubahan harga
cabai merah besar
di enam kota
dalam jangka
panjang memiliki
trend yang
meningkat.
Untuk harga
cabai merah
keriting akan
meningkat pada
saat menjelang
dan saat hari
lebaran.
2. Tria Rosana
Dewi (2009)
Analisis
Permintan
Cabai Merah
(Capsicum
annuum.L) di
Surakarta
Variabel
Independen : Harga
cabai merah besar,
cabai merah
keriting, harga
bawang merah,
jumlah penduduk,
dan pendapatan per
kapita. Variabel
Dependen :
Permintaan cabai
merah di Kota
Surakarta.
Variabel harga
cabai merah
besar, cabai
merah keriting,
harga bawang
merah, jumlah
penduduk, dan
pendapatan per
kapita secara
bersama
berpengaruh
terhadap
permintaan cabai
20
merah di Kota
Surakarta.
3. Evi Silfinda
(2012)
Identifikasi
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Fluktuasi
Harga Cabai
Merah di Kab.
Deli Serdang
Variabel
Independen : harga
bibit, harga pupuk
kimia, harga
pestisida, harga
mulsa, harga
polybag, impor
cabai, kondisi cuaca
atau iklim, perayaan
hari-hari besar
keagamaan, hajatan
atau pesta, dan
biaya pemasaran.
Variabel Dependen
: Harga cabai merah
di Deli Serdang
(1)Perkembangan
harga cabai di
Kabupaten Deli
Serdang
berfluktuasi,
namun cenderung
tetap (tidak naik
dan juga tidak
turun). (2)
Faktor-faktor
yang
diidentifikasi
mempengaruhi
fluktuasi harga
cabai merah di
Kabupaten Deli
Serdang adalah :
Faktor Saprotan
(Sarana Produksi
Tanaman),
Perayaan hari-
hari besar
keagamaan, dan
Faktor cuaca.
4. Dyah
Anjarwani
Rosoutami
(2012)
Permintaan
dan Penawaran
Serta Fluktuasi
Cabai Rawit
(Capsicum
Frutescens L.)
di Kabupaten
Jember
1.Variabel
Independen : Harga
cabai rawit, jumlah
penduduk, dan
pendapatan
perkapita. Variabel
Dependen :
Permintaan cabai
rawit di Kabupaten
Jember. 2.
Varibabel
Independen : harga
cabai rawit waktu t-
1, luas area tanam
waktu t-1, dan biaya
produksi waktu t-1.
Variabel Dependen:
Penawaraan cabai
1) Variabel
Independen 1
mempengaruhi
permintaan cabai
rawit di
Kabupaten
Jember (2)
Variabel
Independen 2
mempengaruhi
penawaran cabai
rawit di
Kabupaten
Jember serta (3)
Permintaan dan
penawaran cabai
rawit
berpengaruh
secara signifikan
21
rawit di Kabupaten
Jember
terhadap
fluktuasi harga
5. Aisyah
Arfani (2013)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Sikap
Konsumen
dalam
engkonsumsi
Cabai Merah
Variabel
Independen : harga,
pendapatan dan
jumlah konsumsi.
Variabel Dependen
: Sikap konsumen
dalam
mengkonsumsi
cabai merah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
sikap konsumen
dalam
mengkonsumsi
cabai merah
adalah harga,
pendapatan dan
jumlah konsumsi.
Pernyataan sikap
positif lebih
banyak
ditunjukkan
konsumen dalam
mengkonsumsi
cabai merah yaitu
diperoleh dengan
persentase
sebanyak 90%.
6. Lisa Lestari
(2015)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Ketersediaan
Konsumsi
Pangan
Strategis di
Sumatera
Utara
Variabel
Independen :
produksi cabai,
harga cabai, harga
ikan dan konsumsi
beras. Variabel
Dependen :
Ketersediaan cabai
di Sumatera Utara.
Ketersediaan
cabai di Sumatera
Utara secara
serempak dan
parsial
dipengaruhi oleh
produksi cabai,
harga cabai,
harga ikan,
konsumsi beras
Konsumsi cabai
di Sumatera
Utara secara
serempak &
parsial
dipengaruhi oleh
pendapatan,
harga cabai, &
produksi cabai.
22
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.
Pengaruh antara harga cabai rawit di petani, jumlah produksi, inflasi, dan periode
bulanan terhadap fluktuasi harga cabai rawit dapat digambarkan dalam satu model
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Harga Cabai
P
(X1)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto
Harga Cabai
Rawit di petani
(X1)
Jumlah
Produksi
(X2)
Inflasi
(X3)
Fluktuasi Harga Cabai
Rawit di Pasar Karisa
(Y)
Periode
Bulanan
(T)
23
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi
Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian di mulai pada bulan Mei sampai Juni 2021.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time
series (runtut waktu) dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga cabai rawit di pasar karisa, Kabupaten Jeneponto periode tahun
2018 sampai 2020 (dalam data perbulan).
Berdasarkan sumber data terdiri dari data sekunder dan data primer. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mencatat dan mengutip secara
langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan
penelitian sedangkan data primer adalah sumber data dalam pemberian informasi
dilakukan secara langsung pada pengumpul penelitian. Data sekunder diperoleh
dari publikasi atau arsip Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, serta publikasi yang relevan dengan
penelitian ini.
24
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mencatat dan mengutip secara
langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan
praktek penelitian ini. Data yang digunakan dalam bentuk time series dimulai tahun
2018 sampai tahun 2020 (dalam data perbulan), melalui pengambilan data
kepublikasi atau arsip Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, serta instansi terkait lainnya yang
diperlukan serta terbitan atau publikasi lainnya, yaitu jurnal-jurnal dan hasil
penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis trend. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis trend dengan
rumus sebagai berikut :
Y = a + bx
𝑎 = ∑𝑦
𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑏 =
∑𝑥𝑦
∑𝑥
Keterangan :
Y = Nilai trend untuk harga cabai rawit (Rp/Kg)
A = Nilai tetap (konstanta) atau nilai Y pada X = 0
b = Koefisien Trend
x = Periode Waktu
25
Analisis ini digunakan untuk melihat perkembangan harga cabai rawit
dengan mengambil data 3 tahun terakhir (dalam data perbulan) untuk memudahkan
perhitungan dalam mencari persamaan trend. Setelah itu dilanjutkan menganalisis
dengan menggunakan regresi linear berganda untuk memudahkan perhitungan
dalam menjelaskan pengaruh faktor-faktor fluktuasi harga cabai rawit di Pasar
Karisa, Kabupaten Jeneponto yaitu harga cabai rawit di petani (X1), jumlah
produksi cabai rawit (X2), inflasi (X3), dan periode bulanan (T). Persamaan
tersebut diubah dalam bentuk persamaan linear yaitu sebagai berikut :
Yt = ß0 + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 +T + e
Keterangan :
Yt = Harga cabai rawit di pasar karisa (Rp/Kg)
ß0 = Bilangan konstanta
X1 = Harga cabai rawit di tingkat petani (Rp/Kg)
X2 = Jumlah produksi cabai rawit (Kg)
X3 = Inflasi
T = Periode bulanan
e = Tingkat eror
Setelah menganalisis dengan regresi linear berganda dilanjutkan dengan uji
hipotesis yang digunakan adalah uji t (parsial) dan uji F (serentak). Dengan kriteria
masing-masing uji hipotesis yaitu sebagai berikut :
a. Uji t (Parsial)
Pengujian secara parsial menggunakan Uji t yang merupakan uji t pengaruh
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji
26
signifikan adalah prosedur dimana hasil sampel yang digunakan untuk menentukan
keputusan dalam menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai Uji statistik yang
diperoleh dari data. Prosedur dari Uji t adalah sebagai berikut :
1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha)
2. Menghitung t dengan rumus :
𝑡 =(𝑏𝑖−𝑏∗)
𝑆𝑏𝑖 (Agus Widarjono, 2007)
Keterangan :
bi = Koefisien bebas ke - i
b* = Nilai Hipotesis dari nol
SBi = Simpangan baku dari variabel bebas ke i
3. Mencari nilai kritis t dari tabel t dengan df + n – k dan α yang tertentu.
4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan t
hitung dan t tabel (nilai kritis)
Jika : t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima
t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.
b. Uji F (Uji serentak)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel independen. Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan
nilai F hasil perhitungan dengan F tabel, maka kita dapat menerima hipotesis
alternative yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan
signifikasi mempunyai variabel dependen. Prosedur penguraian Uji F adalah
sebagai berikut :
27
1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)
2. Menghitung nilai F, hitung dengan rumus :
𝑓𝑛 =𝑅2∶𝑘
1− 𝑅2)∶(𝑛−𝑘−1) (Tri Bowo, 2010)
Keterangan :
R2 = Koefisien determinan
k = Jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
3. Mencari nilai kritis (F tabel) : df (k -1, n – k)
Dimana K = jumlah parameter termasuk intersep.
4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan F
hitung dan F tabel
Jika : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima
F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.
c. Koefisien Determinan (R2)
Uji koefisien determinan atau R2 ini menunjukkan kemampuan garis regresi
menerangkan variasi variabel terikat (proporsi (persen) variasi variabel terikat yang
dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Nilai kofisien determinan atau R2 berkisar
antara 0 sampai 1. Nilai R2 semakin mendekati 1, maka semakin baik.
4.5 Definisi Operasional
Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk
memperoeh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep penelitian ini,
antara lain :
28
1. Harga cabai rawit adalah Suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang
atau barang lain untuk membeli diukur dengan satuan kg cabai rawit.
2. Harga tingkat produsen adalah harga jual yang diterima produsen sebelum
komoditi di pasarkan.
3. Harga tingkat konsumen adalah harga beli yang konsumen bayarkan pada
komoditi yang dipasarkan.
4. Produksi cabai rawit adalah banyaknya cabai rawit yang dihasilkan dari
Kabupaten Jeneponto, biasanya dalam per satuan kilogram.
5. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar karisa.
6. Fluktuasi harga adalah persenan dari harga sekarang dikurangi harga tahun lalu
dibagi harga tahun lalu dan dikali seratus.
29
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Kabupaten Jeneponto dengan letak geografis 5º23’12”-5º42’1,2” Lintang
Selatan (LS) dan 119º29’12”-119º56’44,9” Bujur Timur (BT) dengan posisi
strategis dan aksebilitas yang tinggi sehingga memiliki peluang pengembangan
ekonomi melalui keterkaitan wilayah khususnya keterkaitan dengan daerah yang
mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya.
Ada beberapa kabupaten yang secara administratif berbatasan dengan
Kabupaten Jeneponto. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Jeneponto
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.
Kabupaten Jeneponto yang pusat pemerintahannya di Kota Bontosunggu
terletak 91 Km di sebelah selatan Kota Makassar dengan luas wilayah tercatat
749,79 Km2 atau 74.979 Ha yang secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan
dan 113 Desa/Kelurahan. Kecamatan Bangkala Barat merupakan kecamatan terluas
di Kabupaten Jeneponto yakni 15.269 ha atau 20,40% dari luas wilayah Kabupaten
Jeneponto, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Arungkeke dengan luas 2.991 ha atau 3,99% dari luas wilayah Kabupaten
Jeneponto.
30
Tabel 3. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Jeneponto
Nama Kecamatan Jumlah
Kelurahan/ Desa
Luas Wilayah Administrasi
(Ha) % Terhadap
Total
Bangkala 14 12.182 16,25
Bangkala Barat 8 15.296 20,40
Tamalatea 12 5.758 7,68
Bontoramba 12 8.830 11,78
Binamu 13 6.949 9,27
Turatea 11 5.376 7,17
Batang 6 3.304 4,41
Arungkeke 7 2.991 3,99
Tarowang 8 4.068 5.43
Kelara 10 4.395 5,86
Rumbia 12 5.830 7,78
Total 113 74.979 100
Sumber : Jeneponto Dalam Angka, 2015.
Kabupaten Jeneponto memiliki beberapa sungai yang sebagian telah
dibendung yaitu Kelara Tino dan Poko Bulo yang telah berfungsi untuk mengairi
sebagian lahan persawahan. Pada daerah bagian Selatan memiliki perairan Laut
Flores dengan panjang pantai berkisar 114 Km. Kabupaten Jeneponto terdapat
beberapa sungai besar, misalnya sungai Kelara, Poko’bulo dan sungai Tamanroya
dengan anak sungainya Topa, Canda’ dan sungai Allu. Kesemua sungai ini
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air iirigasi dan air minum.
Keadaan musim di Kabupaten Jeneponto pada umumnya sama dengan
keadaan musim di Sulawesi Selatan yakni musim hujan di bulan November sampai
dengan bulan April dan musim kemarau di bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober. Terdapat 2 tipe iklim D3 dan Z berkisar 5 sampai 6 bulan untuk kondisi
kering dan 1 sampai 3 bulan dengan kondisi basah, sedangkan tipe iklim C berkisar
5 sampai 6 bulan dengan kondisi basah dan 2 sampai 3 bulan dengan kondisi lembab
31
dijumpai pada dataran tinggi yang pada umumnya berada di wilayah Kecamatan
Kelara dan Kecamatan Rumbi. Kondisi curah hujan rata-rata tahunan Kabupaten
Jeneponto seperti itu, ditambah dengan distribusi curah hujan bulanan yang tidak
merata, sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrologi dan sumberdaya air di
Kabupaten Jeneponto. Dalam hal ini, pada bulan-bulan tertentu (Juli, Agustus,
September), umumnya menjadi periode yang sangat kering sehingga sangat sulit
untuk mendapatkan air (terutama pada wilayah pesisir) bahkan untuk keperluan
domestik (masak, cuci, kakus).
4.2 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2020 mencapai 365,610
jiwa yang tersebar pada 11 kecamatan. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2020
sebanyak 176,377 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan pada tahun 2020
sebesar 189,233 jiwa.
Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks
perbandingan jumlah penduduk pada suatu tahun terhadap jumlah penduduk pada
tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jeneponto setiap tahun
mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk
Kabupaten Jeneponto sendiri maupun migrasi dari daerah sekitar Kabupaten
Jeneponto.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Jeneponto mayoritas bekerja
sebagai petani dan ada juga penduduk yang bekerja diluar sektor pertanian antara
lain pedagang, jasa, pegawai negeri sipil (PNS), ABRI, dan lain-lain.
32
4.3 Keadaan Pertanian
Produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Jeneponto rata-rata memiliki
kesamaan dengan rata-rata produksi se kawasan namun, produktivitas tersebut
masih jauh dibawah potensi genetis dari tanaman pangan yang bersangkutan.
Sebagai contoh, produktivitas padi sawah hanya sekitar 5,8 ton/ha, sementara
beberapa jenis varietas padi unggul dapat berproduksi hingga 9 ton/ha bahkan lebih.
Hal ini berarti peluang untuk peningkatan produksi, sekaligus peningkatan
kesejateraan rakyat dan PDRB dari sektor ini masih terbuka lebar.
Terlepas dari produktivitas tanaman pangan yang umumnya masih
berpeluang untuk ditingkatkan tersebut, produksi tanaman pangan Kabupaten
Jeneponto memperlihatkan trend yang cukup menggembirakan. Sebagai contoh,
produksi tanaman padi sawah pada tahun 2012 hanya sekitar 123.813,00 ton,
namun pada tahun 2016, produksinya telah mencapai 126.909,80 ton. Trend
peningkatan produksi yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh peningkatan
luas areal panen dimana tahun 2016 mencapai 21.881 ha.
Khusus untuk tanaman pangan, nampak bahwa pada Tahun 2016
produksinya didominasi oleh 2 jenis komoditas utama, yakni padi (sawah dan
ladang) dengan produksi 126.909,80 ton dan jagung 284.859,12 ton. Komoditas
pangan lain seperti ubi kayu dan ubi jalar produksinya masing-masing 76.775,41
ton dan 5.072,04 ton pada tahun yang sama. Dengan tingkat produksi pangan
(khususnya padi) tersebut maka, Kabupaten Jeneponto telah menempatkan
posisinya sebagai salah satu kabupaten surplus beras.
33
Untuk komoditas buah-buahan ada beberapa jenis buah yang tumbuh dan
berproduksi baik di Kabupaten Jeneponto. Pada Tahun 2016, jenis buah yang
produksinya paling tinggi adalah nangka, yakni sekitar 5.857,3 ton disusul mangga
dengan produksi 4.242,7 ton dan pisang sekitar 1.870,4 ton. Untuk sayuran, nampak
bahwa bawang merah dan tomat adalah dua jenis sayuran yang populer dikalangan
petani Jeneponto, dengan produksi masing-masing 1.711,8 ton dan 1.404,7 ton.
Demikian populernya sehingga Jeneponto sudah diidentikkan sebagai salah satu
produsen bawang merah di Sulawesi Selatan.
34
y = 4.9232 - 0.0591t
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Har
ga (
Rp
)
Bulan
TREND HARGA CABAI RAWIT DI PASAR KARISA
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Berdasarkan hasil analisis trend pada harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto pada tahun 2018 – 2020 (dalam data perbulan), harga cabai
rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto mengalami fluktuasi. Perkembangan
harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto tahun 2018 – 2020 (dalam
data perbulan) dapat dilihat pada Gambar 3, yaitu sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Perkembangan Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (dalam data perbulan)
R² = 0.9977
Sumber : Grafik Trend Harga Rill Cabai Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto.
Berdasarkan Gambar 3, Harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Desember 2020 mengalami
fluktuasi setiap bulan namun cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat dari grafik
yang pergerakannya naik turun. Dari Grafik diatas, dapat kita lihat bahwa harga
35
cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto yang harganya mengalami
kenaikan tertinggi sebesar Rp. 62.770.00 per kilogram pada bulan Oktober 2019
dan pada bulan Juni – Juli 2020 harganya mengalami penurunan sebesar Rp.
3.840.00.
Berdasarkan Gambar 3, hasil analisis trend harga cabai rawit di pasar
Karisa, Kabupaten Jeneponto dapat dilihat dengan persamaan yang terbentuk
adalah Y = 4.9232 – 0.0591t yang diperoleh nilai intersep sebesar 4,9232 yang
artinya nilai rata-rata harga cabai rawit di pasar Karisa selama kurun waktu 36 bulan
(2018 sampai 2020) sebesar Rp. 4,923 per kilogram dan untuk nilai koefisien
diperoleh sebesar -0,0591t yang berarti bahwa berpengaruh negatif terhadap harga
cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto artinya setiap kenaikan sebesar
Rp. 1/Kg akan mempengaruhi atau menurunkan harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto cenderung (trend) turun sebesar Rp. 59,1 per kilogram setiap
bulan.
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di
Pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda dengan bantuan software Eviews 9 adalah sebagai berikut :
36
Tabel 4. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Fluktuasi Harga Cabai Rawit (Rp/Kg Perbulan) di Pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data Perbulan)
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2021.
Keterangan :
𝑌t = Harga cabai rawit di pasar Karisa (Rp/Kg)
𝑋1 = Harga cabai di petani (Rp/Kg)
𝑋2 = Jumlah produksi cabai rawit (Kg)
𝑋3 = Inflasi (%)
T = Periode bulanan (2018 – 2020)
Variabel Rata -
Rata
Koefisien
Estimasi
Standar
Eror
Uji t
(t Statistik)
Probabilitas
Simbol Nama (Satuan)
Intersep
βο
Harga Cabai
Rawit di Pasar
Karisa
(Rp/Kg)
22,870 4,9232*** 0,3552 13,8585 0,0000
X1 Harga Cabai
Rawit di
Petani (Rp/Kg)
21,290 1,0263*** 0,0106 95,9737 0,0000
X2 Jumlah
Produksi
Cabai Rawit
(Kg)
177,70 0,0011ns 0,0007 1,5704 0,1265
X3 Inflasi (%) 0,23 -0,0920ns 0,1546 -0,5952 0,5560
T Periode
Bulanan
(2018 – 2020)
- -0,0591*** 0,0099 -5,9485 0,0000
R2 = 0,9977 (99,77%) ***) : Signifikan (α = 1 %)
Uji F = 3438,1 **) : Signifikan (α = 5 %)
Probabilitas (Uji F) = 0,0000 *) : Signifikan (α = 10 %)
ns : Non Signifikan
Hasil Persamaan Regresinya :
Yt = 4,9234 + 1,0263X1 + 0,0011X2 – 0,0920X3 – 0,0591T
37
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar
Karisa, Kabupaten Jeneponto dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan bantuan software Eviews 9. Variabel dependen yang digunakan
dalam persamaan adalah Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa (Y) yang dipengaruhi
oleh Harga Cabai Rawit di Petani (X1), Jumlah Produksi Cabai Rawit (X2), Inflasi
(X3), dan Periode Bulanan (T).
5.3 Uji F-Statistik (Uji Model)
Mengetahui pengaruh variabel bebas (Independen) terhadap variabel terikat
(Dependen) secara bersama-sama (Simultan) maka dilakukan uji F. Uji F adalah uji
yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Uji F untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto yang dilakukan dengan menggunakan program EViews 9.
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4, dapat diliat bahwa nilai F Statistik
sebesar 3438,1 dan nilai Probabilitas (F-Statistik) yang lebih kecil sebesar 0,0000
dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa variabel independen (Harga cabai rawit di
petani, jumlah produksi cabai rawit, inflasi, dan periode bulanan) secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan pada taraf
kepercayaan sebesar 99% (α = 1%).
38
5.4 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) mencerminkan besarnya perubahan-perubahan
variabel independent dalam menjelaskan perubahan-perubahan pada variabel
dependen secara bersama-sama dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan
kebaikan hubungan antara variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai
koefisien determinan adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1) dimana nilai koefisien
mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan hasil estimasi Multiple Reggresion dengan menggunakan
program EViews 9 pada Tabel 4, dapat diketahui koefisien determinan (R2) sebesar
0,9977 yang bermakna bahwa variabel bebas (independen) yaitu harga cabai rawit
di petani, jumlah produksi cabai rawit, inflasi, dan periode bulanan (2018 – 2020)
sebesar 99,77% sedangkan sisanya sebesar 0,23% (100% - 99,77%) disebabkan
oleh faktor-faktor lain diluar variabel penelitian yang digunakan dalam analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto.
5.5 Uji t-Statistik (Uji Variabel)
Mengetahui pengaruh secara signifikan variabel bebas (independen) yaitu
harga cabai rawit di petani, jumlah produksi cabai rawit, inflasi, dan periode
bulanan (2018 – 2020) maka dapat dilakukan uji t-statistik (uji secara parsial)
terhadap variabel terikat (dependen). Berdasarkan hasil estimasi Multiple
39
Reggresion dengan menggunakan program EViews 9 pada Tabel 4, dapat diketahui
hasil koefisien regresi variabel harga cabai rawit di petani (X1) sebesar 1,0263
dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 maka variabel harga cabai rawit dipetani
signifikan dan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan Rp.1/Kg akan
mempengaruhi atau meningkatkan harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto sebesar Rp.1.026,3/Kg. Dengan kata lain, apabila ada penambahan harga
cabai rawit di petani maka terjadi penambahan harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto.
Koefisien regresi variabel jumlah produksi cabai rawit (X2) sebesar 0,0011
dengan nilai probabilitas sebesar 0,1265 maka variabel jumlah produksi cabai rawit
tidak signifikan dan berpengaruh positif artinya setiap kenaikan 1 Kg akan
mempengaruhi atau meningkatkan harga cabai rawit di Pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto sebesar Rp.1,173/Kg. Hal ini disebabkan karena produksi cabai rawit
yang diperoleh dari setiap sentra-sentra produksi mengalami hambatan salah
satunya hambatan dari cuaca ataupun iklim dan juga pesatnya serangan hama atau
penyakit pada tanaman cabai rawit yang mengakibatkan gagal panen pada petani
cabai rawit, kemudian sifat-sifat komoditi cabai rawit yang tidak tahan lama yang
mengakibatkan hasil panen produksi cabai rawit cepat membusuk sehingga
perlunya penanganan yang optimal dalam pendistribusian cabai rawit ke setiap
pasar yang berada di Kabupaten Jeneponto sehingga mempengaruhi harga cabai
rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto. Hal ini selaras dengan teori Agromedia
(2008), mengingat cabai merupakan jenis komoditas yang mudah membusuk, maka
perubahan cuaca ini sangat mempengaruhi produksi cabai yang sangat bergantung
40
kepada cuaca khususnya kelembaban udara dan kadar air tanah. Oleh karena itu,
banyak petani yang mengalami gagal panen akibat lahannya terkena banjir.
Akibatnya keberadaan cabai di pasaran menjadi langka dan secara otomatis
harganya melonjak tajam.
Koefisien regresi variabel inflasi (X3) sebesar -0,0920 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,5560 maka variabel inflasi tidak signifikan artinya setiap
perubahan inflasi sebesar 1% menyebabkan perubahan inflasi sebesar Rp.92/Kg
terhadap harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto. Hal ini
disebabkan karena produksi cabai rawit mengalami gagal panen akibat cuaca
ataupun iklim dan juga pesatnya serangan hama atau penyakit pada tanaman cabai
rawit sehingga produksi cabai rawit berkurang sementara dari sisi permintaan
meningkat sehingga harga cabai rawit cenderung naik yang akan berpengaruh
terhadap inflasi.
Koefisien regresi periode bulanan (T) sebesar -0,0591 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,0000 maka variabel periode bulanan signifikan dan
berpengaruh negatif terhadap harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten
Jeneponto artinya setiap kenaikan sebesar Rp.1/Kg akan mempengaruhi atau
menurunkan harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto cenderung
(trend) turun sebesar Rp.59,1/Kg setiap bulan.
Berdasarkan hasil estimasi Multiple Reggresion dengan menggunakan
program eviews 9 pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang
41
mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto.
Adapun variabel tersebut yaitu :
1. Harga cabai rawit di petani (X1)
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat hasil estimasi terlihat bahwa t-Statistik
untuk variabel harga cabai rawit di petani sebesar 95,9737 dan nilai probabilitas t-
Statistik sebesar 0,0000 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (α = 1%) yang berarti
bahwa harga cabai rawit di petani berpengaruh signifikan terhadap cabai rawit di
pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto pada taraf kepercayaan 99% (α = 1%). Dengan
kata lain, apabila ada penambahan harga cabai rawit di petani maka terjadi
penambahan harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto.
2. Periode bulanan (2018 – 2020) (T)
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat hasil estimasi terlihat bahwa t-Statistik
untuk variabel periode bulanan sebesar -5,9485 dan nilai probabilitas t-Statistik
sebesar 0,0000 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (α = 1%) yang berarti bahwa
periode bulanan berpengaruh signifikan terhadap harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto pada taraf kepercayaan 99% (α = 1%). Dengan kata lain,
trend harga cabai rawit di pasar karisa cenderung menurun secara signifikan artinya
setiap kenaikan akan mempengaruhi atau menurunkan harga cabai rawit di pasar
Karisa, Kabupaten Jeneponto sebesar Rp. 5,958 per kilogram setiap bulannya.
5.6 Standard Eror
Standard error adalah standar deviasi dari distribusi sampling suatu statistik.
Standard error adalah istilah statistik yang mengukur keakuratan sampel dalam
42
merepresentasikan populasi. Jika statistiknya rata-rata sampel maka dinamakan
standard error mean. Semakin kecil nilai standard error, maka semakin representatif
terhadap populasinya. Standard error berkebalikan dengan ukuran sampel. Semakin
besar ukuran sampel, maka akan semakin kecil standard error karena statistik
mendekati nilai yang sebenarnya.
Dari kedua variabel harga cabai rawit di petani dan periode bulanan secara
keseluruhan signifikan pada taraf kepercayaan 99% (α = 1%) dan yang memiliki
tingkat estimasi yang paling kuat dengan nilai standard error paling rendah yaitu
periode bulanan sebesar 0,0099.
43
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten Jeneponto,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Grafik trend harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto
menggunakan uji trend linear diperoleh Harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto yang harganya mengalami kenaikan tertinggi sebesar Rp.
62.770.00 per kilogram pada bulan Oktober 2019 dan pada bulan Juni – Juli
2020 harganya mengalami penurunan sebesar Rp. 3.840.00.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit di pasar Karisa,
Kabupaten Jeneponto dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi.
Dari empat variabel bebas (independen) terdapat dua variabel independen yang
berpengaruh signifikan yaitu Harga cabai rawit di petani (X1) dengan nilai
koefisien sebesar 1,0263 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 dan periode
bulanan (T) dengan nilai koefisien sebesar -0,0591 dengan nilai probabilitas
sebesar 0,0000 berpengaruh signifikan terhadap harga cabai rawit, sedangkan
jumlah produksi cabai rawit (X2) dengan nilai koefisien sebesar 0,0011 dengan
nilai probabilitas sebesar 0,1265 dan inflasi (X3) dengan nilai koefisien sebesar
-0,0920 dengan nilai probabilitas sebesar 0,5560 tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga cabai rawit di pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto.
44
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran yaitu
sebagai berikut :
1. Diharapkan pendistribusian cabai rawit kepada pedagang secara berkelanjutan
dari sentra-sentra produksi sehingga pedagang dapat memasarkan komoditi
cabai rawit sesuai penempatan harga di pasar dan dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal baik pada pedagang ataupun petani cabai rawit.
2. Kepada pemerintah sebaiknya dilakukan suatu kebijakan yang mengatur harga
cabai rawit dan melakukan pengendalian harga cabai rawit jika terjadi fluktuasi
harga serta adanya kebijakan memfasilitasi adanya kemitraan usaha antara para
petani cabai rawit dengan para pedagang dengan prinsip saling berbagi peran,
berbagi keuntungan dan yang paling penting yaitu berkelanjutan.
3. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti variabel-variabel lain yang belum
termasuk dalam penelitian ini yaitu harga cabai rawit di petani, jumlah
produksi cabai rawit, inflasi, dan periode bulanan yang terkait pada harga cabai
rawit.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agus Widarjono. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Edisi Kedua. EKONISIA. Yogyakarta
Akhmad Mujahidin. 2014. Ekonomi Islam 2. Pekanbaru : al-Mujtahadah Press.
h.93.
Anton Hermanto Gunawan. 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi. Jakarta :
Gramedia.
Anonim, 2011. Budidaya Tanaman Cabai Merah.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta
: PT Rineka Cipta.
Bambang Irawan. Desember 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin
Pemasaran Sayuran dan Buah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Cabai Rawit dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta.
Daniel, M. 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Dilengkapi Beberapa Alat
Analisa dan Penuntun Penggunaan. Jakarta : Bumi Aksara.
Irawan, B. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, Dan Marjin Pemasaran
Sayur Dan Buah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor.
Iswardono SP. 1993. Ekonomi Uang dan Bank. Yogyakarta : BPFE.
KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. kbbi.web.id. (diakses tanggal
25 April 2021).
Lipsey, Richard G, Peter o. Steiner dan Douglas D. Purvis. 1995. Economics.
Seventh Edition. New York: Harper anf Row Publisher.
Maharani Lutfiah Damayanti. 2019. Teori Produksi. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Muhammadiyah Siduarjo.
Natsir, M. (2015). Analisis Supply Response Jagung di Daerah Sentra Produksi
Utama Indonesia. Yogyakarta.
46
Nawangsih, A.A., H. Purwanto, W. Agung. 1999. Budidaya Cabai Hot Beauty.
Cetakan kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prajnanta, F. 1999. Agribinis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prajnanta, F. 1999. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pitojo, Setijo. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Yogyakarta.
Santika, A. 1999. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikro ekonomi. Yogyakarta : C.V Andi Offset. h.
Samuelson dan Nordhaus. 1995. Menyeimbangkan Permintaan dan Penawaran.
Tri Bowo. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Belimbing.
Fakultas Ekonomi. Universitas Semarang.
Wahyudi. 2011. Panen Cabai Sepanjang Tahun. Jakarta : Agromedia Pustaka.
47
L
A
M
P
I
R
A
N
48
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
49
Lampiran 2. Tabel Variabel Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa (Rp/Kg),
Harga Cabai Rawit di Petani (Rp/Kg), Jumlah Produksi Cabai
Rawit (Kg), Inflasi (%), dan Periode Bulanan (T) Komoditi
Cabai Rawit
No.
Bulan
Harga
Nominal
Cabai
Rawit di
Pasar
Karisa
(Rp/Kg)
Harga
Nominal
Cabai
Rawit di
Petani
(Rp/Kg)
Jumlah
Produksi
Cabai
Rawit (Kg)
Inflasi
(%)
Periode
Bulanan
Y X1 X2 X3 T
1 Januari 2018 30,000 25,000 58,300 1.31 1
2 Februari 30,000 25,000 82,400 0.46 2
3 Maret 50,000 45,000 41,000 -0.01 3
4 April 15,000 10,000 32,700 0.39 4
5 Mei 20,000 15,000 47,600 0.39 5
6 Juni 25,000 20,000 107,300 0.59 6
7 Juli 40,000 35,000 149,100 0.51 7
8 Agustus 20,000 15,000 183,900 - 0.12 8
9 September 20,000 15,000 221,300 - 0.38 9
10 Oktober 15,000 10,000 335,500 - 0.18 10
11 November 25,000 20,000 258,900 0.41 11
12 Desember 20,000 15,000 256,800 0.40 12
13 Januari 2019 20,000 15,000 132,300 0.90 13
14 Februari 20,000 15,000 58,400 - 0.22 14
15 Maret 30,000 25,000 52,400 - 0.16 15
16 April 30,000 25,000 55,700 0.33 16
17 Mei 30,000 25,000 106,200 0.90 17
18 Juni 30,000 25,000 151,400 0.08 18
19 Juli 25,000 20,000 213,800 - 0.07 19
20 Agustus 50,000 45,000 226,500 0.28 20
21 September 40,000 35,000 242,000 - 0.05 21
22 Oktober 60,000 55,000 306,900 - 0.02 22
23 November 25,000 20,000 184,400 0.09 23
24 Desember 30,000 25,000 127,100 0.18 24
25 Januari 2020 60,000 55,000 71,200 0.22 25
26 Februari 40,000 35,000 61,100 0.61 26
27 Maret 30,000 25,000 81,300 0.15 27
50
28 April 15,000 10,000 111,100 0.37 28
29 Mei 20,000 15,000 171,900 0.28 29
30 Juni 5,000 3,000 237,700 0.03 30
31 Juli 5,000 3,000 279,300 - 0.01 31
32 Agustus 15,000 10,000 314,700 - 0.04 32
33 September 10,000 5,000 369,200 0.05 33
34 Oktober 15,000 10,000 425,700 0.08 34
35 November 20,000 15,000 341,100 0.09 35
36 Desember 40,000 35,000 301,000 0.44 36
Rata-rata 27,083 22,250 177,700 0
51
Lampiran 3. Tabel Variabel Harga Riil Cabai Rawit di Pasar Karisa (Ribu
Rp/Kg), Harga Riil Cabai Rawit di Petani (Ribu Rp/Kg), Jumlah
Produksi Cabai Rawit (Kg), dan Inflasi (%) Komoditi Cabai
Rawit
No Bulan Harga
Riil Cabai
Rawit di
Pasar
Karisa
(Ribu
Rp/Kg)
Harga Riil
Cabai
Rawit di
Petani
(Ribu
Rp/Kg)
Jumlah
Produksi Cabai
Rawit (Kg)
Inflasi
(%)
Y X1 X2 X3
1 Januari 2018 30.02 25.02 58.30 1.31
2 Februari 30.16 25.13 82.40 0.46
3 Maret 50.26 45.23 41.00 - 0.01
4 April 15.14 10.09 32.70 0.39
5 Mei 20.26 15.20 47.60 0.39
6 Juni 25.48 20.38 107.30 0.59
7 Juli 40.97 35.85 149.10 0.51
8 Agustus 20.46 15.35 183.90 - 0.12
9 September 20.39 15.29 221.30 - 0.38
10 Oktober 15.26 10.17 335.50 - 0.18
11 November 25.54 20.43 258.90 0.41
12 Desember 20.52 15.39 256.80 0.40
13 Januari 2019 20.70 15.53 132.30 0.90
14 Februari 20.66 15.49 58.40 - 0.22
15 Maret 30.93 25.78 52.40 - 0.16
16 April 31.04 25.86 55.70 0.33
17 Mei 31.04 25.87 106.20 0.90
18 Juni 31.34 26.12 151.40 0.08
19 Juli 26.10 20.88 213.80 - 0.07
20 Agustus 52.34 47.11 226.50 0.28
21 September 41.85 36.62 242.00 - 0.05
22 Oktober 62.77 57.53 306.90 - 0.02
23 November 26.18 20.94 184.40 0.09
24 Desember 31.47 26.22 127.10 0.18
25 Januari 2020 45.45 41.66 71.20 0.22
26 Februari 30.49 26.68 61.10 0.61
27 Maret 22.90 19.08 81.30 0.15
52
28 April 11.49 7.66 111.10 0.37
29 Mei 15.37 11.53 171.90 0.28
30 Juni 3.84 2.31 237.70 0.03
31 Juli 3.84 2.31 279.30 - 0.01
32 Agustus 11.52 7.68 314.70 - 0.04
33 September 7.69 3.84 369.20 0.05
34 Oktober 11.54 7.69 425.70 0.08
35 November 15.40 11.55 341.10 0.09
36 Desember 30.93 27.06 301.00 0.44
Rata-rata 22,87 21,29 177,70 0,23
53
Lampiran 4. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto Tahun 2018 – 2020 (Dalam Data
Perbulan) Menggunakan Program Eviews 9
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 07/02/21 Time: 16:18
Sample: 1 36
Included observations: 36
HAC standard errors & covariance (Parzen-Cauchy kernel, Newey-West
fixed bandwidth = 4.0000)
No d.f. adjustment for standard errors & covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.923202 0.355246 13.85859 0.0000
X1 1.026351 0.010694 95.97372 0.0000
X2 0.001173 0.000747 1.570464 0.1265
X3 -0.092038 0.154612 -0.595283 0.5560
T -0.059143 0.009942 -5.948578 0.0000
R-squared 0.997751 Mean dependent var 25.87009
Adjusted R-squared 0.997461 S.D. dependent var 13.41228
S.E. of regression 0.675860 Akaike info criterion 2.182583
Sum squared resid 14.16037 Schwarz criterion 2.402516
Log likelihood -34.28650 Hannan-Quinn criter. 2.259346
F-statistic 3438.129 Durbin-Watson stat 1.187605
Prob(F-statistic) 0.000000 Wald F-statistic 7289.079
Prob(Wald F-statistic) 0.000000
54
-2
-1
0
1
0
20
40
60
80
5 10 15 20 25 30 35
Residual Actual Fitted
Lampiran 5. Grafik Hasil Estimasi Multiple Reggresion Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto Menggunakan Program Eviews 9
55
y = 4.9232 - 0.0591t
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
Har
ga (
Rp
)
Bulan
TREND HARGA CABAI RAWIT DI PASAR KARISA
Lampiran 6. Grafik Trend Harga Cabai Rawit di Pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto
R² = 0.9977
56
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Data (Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Jeneponto
Gambar 2. Proses Pengambilan Data
57
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Data di Kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Jeneponto.
Gambar 4. Proses Pengambilan Data di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten
Jeneponto.
58
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
59
60
Lampiran 9. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
61
62
Lampiran 10. Hasil Turnitin
63
64
RIWAYAT HIDUP
Irna Irviana Nurjannah lahir di Takalar pada tanggal 10
Juni 1999 dari pasangan Alm. Hanapi, S.P dan Nadirah.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis yakni selesai di SDN
227 Romanga lulus pada tahun 2011, selanjutnya
menyelesaikan studi di MTS Negeri 1 Jeneponto lulus pada tahun 2014, kemudian
melanjutkan studi di SMAN 1 Jeneponto lulus pada tahun 2017. Dengan tahun yang
sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan magang
di BBPP Batangkaluku dan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa
Balleanging, Kelurahan Palangngisang, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten
Bulukumba.
Penulis juga pernah berproses di salah satu ortom Muhammadiyah yaitu
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah periode 2018 – 2019 dan Himpunan Mahasiswa
Agribisnis periode 2019 – 2020. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis, penulis menyusun skripsi
dengan judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Cabai
Rawit di Pasar Karisa, Kabupaten Jeneponto.