ANALISIS DAN PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C PADA
BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) DAN BUAH SIRSAK
(Annona muricata L.) SECARA TITRASI VOLUMETRI
DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL
SKRIPSI
OLEH:
SHERINA ELVIRA NASUTION
NIM 151524017
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
ii
ANALISIS DAN PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C PADA
BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) DAN BUAH SIRSAK
(Annona muricata L.) SECARA TITRASI VOLUMETRI
DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SHERINA ELVIRA NASUTION
NIM 151524017
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pengayom
segenap alam yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis dan
Perbandingan Kadar Vitamin C pada Buah Srikaya (Annona squamosa L.) dan
Buah Sirsak (Annona muricata L.) secara Titrasi Volumetri dengan 2,6-
Diklorofenol Indofenol”. Bahan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Prof.
Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi
USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Tuty Roida
Pardede, M. Si., Apt. yang telah membimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk
serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya bahan skripsi ini. Bapak
Prof. Dr. Ginda Haro, M. Sc., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu staf
pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Iwan
Ruhdi Nasution, A. Md., dan Ibunda Ratna Dewi, Am. Keb., Adinda Dion
Fachrezy Nasution dan Shatila Khairina Nasution atas segala do’a, kasih sayang
serta dorongan moril maupun materil kepada penulis selama ini. Penulis juga
tidak lupa berterima kasih dengan orang-orang terdekat dan semua teman-teman
yang ikut serta membantu dan memberi dukungan kepada penulis selama
Universitas Sumatera Utara
v
penelitian dan penulisan bahan skripsi ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan
Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang farmasi.
Medan, Januari 2018
Penulis,
Sherina Elvira Nasution
NIM 151524017
Universitas Sumatera Utara
vi
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Sherina Elvira Nasution
NIM : 151524017
Program Studi : S-1 Ekstensi Farmasi
Judul Skripsi : Analisis dan Perbandingan Kadar Vitamin C pada Buah
Srikaya (Annona squamosa L.) dan Buah Sirsak (Annona
muricata L.) secara Titrasi Volumetri dengan 2,6-
Diklorofenol Indofenol
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumber di dalam pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, Januari 2018
Yang membuat pernyataan,
Sherina Elvira Nasution
NIM 151524017
Universitas Sumatera Utara
vii
ANALISIS DAN PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C PADA BUAH
SRIKAYA (Annona squamosa L.) DAN BUAH SIRSAK (Annona muricata
L.) SECARA TITRASI VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL
INDOFENOL
ABSTRAK
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang seringkali dikaitkan dengan
peningkatan daya tahan tubuh. Vitamin C berperan sebagai antioksidan dan efektif
mengatasi radikal bebas yang merusak sel atau jaringan. Dibanding jenis vitamin
lain, vitamin C hingga sekarang mungkin merupakan jenis vitamin yang paling
populer di masyarakat. Untuk melengkapi kebutuhan vitamin C, sebagai salah
satu sumber vitamin C adalah buah-buahan segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar vitamin C pada buah Srikaya dan buah Sirsak yang
beredar di pasaran dan sekitar kita dengan metode titrasi volumetri dengan larutan
pentiter 2,6-diklorofenol indofenol. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel buah, pengolahan
sampel, pembuatan pereaksi dan larutan pentiter. Dilakukan penetapan kadar
vitamin C pada sampel buah yang telah diolah menggunakan larutan pentiter 2,6-
Diklorofenol Indofenol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C yang diperoleh pada
buah Srikaya adalah 67,32 ± 1,46 mg/100g dan buah Sirsak 42,16 ± 1,73
mg/100g. Pada uji perolehan kembali (recovery) diperoleh persen recovery
sebesar 93,8197% dan RSD sebesar 1,1858%.
Dari hasil penetapan kadar diketahui bahwa terdapat perbedaan kadar
vitamin C yang signifikan antara buah Srikaya dan buah Sirsak.
Kata kunci: Vitamin C, Srikaya, Sirsak, 2,6-Diklorofenol Indofenol
Universitas Sumatera Utara
viii
ANALYSIS AND COMPARISON OF VITAMIN C CONTENT IN
SWEETSOP (Annona squamosa L.) AND SOURSOP (Annona muricata L.)
BY TITRATION VOLUMETRIC WITH 2,6-DICHLOROPHENOL
INDOPHENOL
ABSTRACT
Vitamin C is the one of the vitamins that often related to increase the
immune system. Vitamin C acts as an antioxidant and effectively overcomes free
radical that damage cell or tissue. Compared with the other type of vitamins,
probably vitamin C is the most popular type of vitamins in public. To complement
needs of vitamin C, as a source of vitamin C is fresh fruits. The purpose of this research was to compare the contain of vitamin C in the Sweetsop and Soursop
that circulating in the market and around us by the titration volumetric method
with 2,6-Dichlorophenol Indophenol solution. Steps of this research are fruit sampling, sample processing, reagent and
titrant solution preparation. Determination of vitamin C content on fruit that has
been processed using 2,6-Dichlorophenol Indophenol solution.
The result showed the contain of vitamin C obtained of Sweetsop was
67,32 ± 1,46 mg/100g and Soursop 42,16 ± 1,73 mg/100g. In recovery test, the
percent recovery is 93,8197 % and RSD is 1,1858%.
The result show that there is significant difference vitamin C content
between Sweetsop and Soursop.
Keywords: Vitamin C, Sweetsop, Soursop, 2,6 – Dichlorophenol Indophenol
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ......................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ........................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Hipotesis .............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Srikaya ................................................................................. 5
2.1.1 Klasifikasi buah srikaya .............................................. 6
2.2 Sirsak .................................................................................... 6
2.2.1 Klasifikasi buah sirsak ................................................ 8
Universitas Sumatera Utara
x
2.3 Vitamin ...................................................................................... 8
2.3.1 Vitamin C ........................................................................ 9
2.3.1.1 Sejarah vitamin C ................................................ 10
2.3.1.2 Sifat vitamin C .................................................... 10
2.3.1.3 Fungsi vitamin C ................................................. 11
2.4.1.4 Kebutuhan vitamin C .......................................... 11
2.4.1.5 Kekurangan vitamin C ........................................ 11
2.4.1.6 Sumber vitamin C ............................................... 12
2.4 Metode Penetapan Kadar Vitamin C ........................................ 13
2.4.1 Metode spektroskopis ...................................................... 13
2.4.2 Metode titrasi dengan iodin ............................................. 13
2.4.3 Metode titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol ........... 14
2.4.4 Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin ................... 15
2.4.5 Titrasi dengan Methylene-blue (biru metilen) ................. 15
2.4.6 Metode giri (test ferrisianida dan ammonium molybdat) . 16
2.4.7 Test asam fosfomolybdat ................................................ 16
2.4.8 Test azo (metode Barac) .................................................. 16
2.4.9 Test pita Kelli ................................................................... 16
2.4.10 Test merkuri klorida ....................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 17
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 17
3.2 Bahan-bahan ............................................................................. 17
3.3 Alat-alat .................................................................................... 17
3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel ...................................... 18
3.4.1 Pengambilan sampel ........................................................ 18
Universitas Sumatera Utara
xi
3.4.2 Pengolahan sampel .............................................................. 18
3.5 Pembuatan perekasi .................................................................. 19
3.5.1 Larutan 2,6-diklorofenol indofenol .................................. 19
3.5.2 Larutan asam metafosfat-asetat ........................................ 19
3.5.3 Larutan natrium bikarbonat 0,84% b/v ............................. 19
3.5.4 Larutan feri klorida 3% b/v ................................................ 19
3.5.5 Larutan perak nitrat 0,1 N ................................................ 19
3.5.6 Larutan natrium hidroksida 2 N ....................................... 19
3.5.7 Larutan ammonium hidroksida 2 N ................................. 19
3.5.7 Larutan perak amoniakal .................................................. 19
3.6 Perhitungan kesetaraan pentiter 2,6-diklofenol indofenol .......... 20
3.7 Uji kualitatif vitamin C dari larutan sampel .............................. 20
3.7.1 Dengan FeCl3 ................................................................... 20
3.7.2 Test daya reduksi dengan perak amoniakal ..................... 21
3.8 Penetapan kadar vitamin C dari larutan sampel ........................ 21
3.9 Uji kecermatan (accuracy) ........................................................ 21
3.10 Analisis data secara statistik .................................................... 22
3.10.1 Penolakan hasil pengamatan .......................................... 22
3.10.2 Uji keseksamaan (precision) metode analisis ................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 24
4.1 Uji Kualitatif ............................................................................. 24
4.2 Kadar ........................................................................................ 24
4.2.1 Kadar vitamin C dari buah srikaya dan buah sirsak ........ 24
4.3 Uji Perolehan Kembali ............................................................. 25
Universitas Sumatera Utara
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 27
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 27
5.2 Saran ......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Bahan makanan dan sumber vitamin ............................................. 9
3.1 Nilai Q kritis pada taraf kepercayaan 95% .................................... 23
4.1 Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel buah
srikaya dan buah sirsak .................................................................. 24
4.2 Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah srikaya dan buah
sirsak .............................................................................................. 24
4.3 Hasil uji perolehan kembali dari buah srikaya ................................ 26
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rumus bangun vitamin C ........................................................... 9
2.2 Mekanisme reaksi antara vitamin C dengan 2,6-diklorofenol in- 15
dofenol.
4.1 Kadar vitamin C pada buah srikaya dan buah sirsak .................. 25
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
1 Buah Srikaya ............................................................................... 31
2 Pohon Srikaya ............................................................................. 31
3 Buah Sirsak ................................................................................. 32
4 Pohon Sirsak ............................................................................... 32
5 Blanko (tanpa sampel) ditambah FeCl3 ...................................... 34
6 Hasil (dengan sampel) ditambah FeCl3....................................... 34
7 Blanko (tanpa sampel) ditambah Perak amoniakal ..................... 35
8 Hasil (dengan sampel) ditambah Perak amoniakal ..................... 35
Universitas Sumatera Utara
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Sertifikat bahan baku pembanding ........................................... 30
2 Sampel yang digunakan ............................................................ 31
3 Flowsheet .................................................................................. 33
4 Uji kualitatif vitamin C ............................................................. 34
5 Data perhitungan kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol
indofenol .................................................................................... 36
6 Perhitungan kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis ........ 38
7 Data hasil analisis kadar vitamin C dari sampel yang
dianalisis ................................................................................... 39
8 Perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang
dianalisis ................................................................................... 40
9 Data analisis perolehan kembali (recovery) vitamin C dari
buah srikaya .............................................................................. 42
10 Contoh perhitungan analisis perolehan kembali (recovery) ..... 43
11 Perhitungan koefisein variasi (%RSD) dari buah srikaya
untuk recovery .......................................................................... 44
12 Hasil identifikasi buah sirsak .................................................... 45
13 Hasil identifikasi buah srikaya ................................................. 46
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang beriklim tropis dan berada di daerah
khatulistiwa. Indonesia memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuh-
tumbuhan dengan subur seperti buah-buahan. Buah-buahan mengandung berbagai
macam vitamin yang diperlukan oleh tubuh, salah satunya adalah vitamin C.
Vitamin C berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang
merusak sel atau jaringan (Linder, 1992).
Dibanding jenis vitamin lain, vitamin C hingga sekarang mungkin
merupakan jenis vitamin yang paling populer di masyarakat awam. Meski sama
pentingnya dengan yang lain, memang banyak orang yang menganggap khasiat
vitamin C jauh melebihi kebutuhan vitamin lain, dan hal ini seringkali dikaitkan
dengan peningkatan daya tahan tubuh (Aina dan Suprayogi, 2011).
Buah srikaya (Annona squamosa L.) (umumnya yang lebih dikenal dengan
sebutan buah nona sri) ini, hanya ditanam di pinggir pagar pekarangan rumah.
Buah yang masih hijau dan biji mudanya memiliki sifat anti cacing dan insektisida
yang efektif. Sedangkan akar, daun, dan kulit kayu srikaya dapat digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis penyakit seperti batuk, demam, disentri, sembelit dan
lain-lain. Kandungan zat gizi dan fitonutrien buah srikaya diantaranya yaitu
provitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin C, Mineral besi,
Potasium/kalium, Kalsium, fosfor, dan serat. Dan mengkonsumsi ekstrak daun
srikaya dapat menurunkan diabetes selama 30 hari secara signifikan mengurangi
Universitas Sumatera Utara
2
kadar glukosa darah, hemoglobin glikosilasi, urea dan kreatinin (Cresna, dkk.,
2014).
Meskipun tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun namun
pembudidayaan tanaman ini belum dilakukan karena pemanfaatannya yang belum
optimal. Masyarakat tidak membudidayakan tanaman ini secara baik sehingga
menyebabkan buah ini menjadi langka pada saat tertentu (Listiorini, dkk., 2014).
Buah sirsak (Annona muricata L.) milik keluarga Annonaceae, tersebar
luas di daerah tropis dan subtropis frost-free dari dunia. Buah sirsak yang bernama
latin Annona muricata juga salah satu buah yang digemari masyarakat dan banyak
tumbuh di pekarangan rumah penduduk. Sirsak (Annona muricata L) berupa
tumbuhan yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Di Indonesia, sirsak
tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1000
meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa Belanda Zuurzak yang kurang lebih berarti kantung yang asam. Buah
Sirsak yang sudah masak lebih berasa asam dari pada manis. Pengembangbiakan
sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada
usia 4 tahunan setelah ditanam (Cresna, dkk., 2014).
Menurut Almeida, dkk., (2011), kadar vitamin C dalam buah Srikaya
29,6±0,9 mg/100 g dan dalam buah Sirsak adalah 3,3±0,9 mg/100 g; menurut
Pinto, dkk., (2005), kadar vitamin C dalam buah Srikaya adalah 37,38±4,62
mg/100 g dan dalam buah Sirsak 19,4±3 mg/100 g; sedangkan menurut Orwa,
dkk., (2009), kadar vitamin C dalam buah Srikaya adalah 35-42 mg/100 g dan
dalam buah Sirsak adalah 20 mg/100 g.
Universitas Sumatera Utara
3
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kandungan
vitamin C yang terdapat pada buah Srikaya dan membandingkan kadar vitamin C
yang terdapat dalam buah Sirsak yang beredar di pasaran. Pemilihan ini
didasarkan karena masyarakat beranggapan buah Sirsak dengan rasanya yang
sedikit asam lebih banyak mengandung vitamin C dibanding buah Srikaya yang
lebih manis. Selain itu, ada beberapa alasan lagi yang membuat peneliti tertarik
pada kedua buah ini, yaitu kedua buah ini berasal dari famili yang sama, harganya
murah dan mudah didapat.
Untuk analisis kadar vitamin C dalam penelitian ini digunakan metode
volumetri yaitu titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol karena selain
larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih selektif terhadap vitamin C, metode ini
merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin
C dalam bahan pangan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada buah Srikaya dan buah Sirsak?
2. Apakah ada perbedaan kadar vitamin C yang signifikan pada buah Srikaya dan
buah Sirsak?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
1. Buah Srikaya memiliki kadar vitamin C yang lebih tinggi dari buah Sirsak
Universitas Sumatera Utara
4
2. Buah Srikaya dan buah Sirsak memiliki perbedaan kadar vitamin C yang
signifikan
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kadar vitamin C pada buah Srikaya dan buah Sirsak
2. Untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C pada buah Srikaya dan buah
Sirsak
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai informasi
mengenai kadar vitamin C dalam buah Srikaya dan buah Sirsak yang berada di
sekitar kita.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Srikaya
Buah srikaya (umumnya yang lebih dikenal dengan sebutan buah nona sri)
ini, hanya ditanam di pinggir pagar pekarangan rumah. Buah yang masih hijau
dan biji mudanya memiliki sifat anti cacing dan insektisida yang efektif.
Sedangkan akar, daun, dan kulit kayu srikaya dapat digunakan untuk pengobatan
berbagai jenis penyakit seperti batuk, demam, disentri, sembelit dan lain-lain.
Kandungan zat gizi dan fitonutrien buah srikaya diantaranya yaitu provitamin A,
Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin C, Mineral besi, Potasium/kalium, Kalsium,
fosfor, dan serat. Dan mengkonsumsi ekstrak daun srikaya dapat menurunkan
diabetes selama 30 hari secara signifikan mengurangi kadar glukosa darah,
hemoglobin glikosilasi, urea dan kreatinin (Cresna, dkk., 2014).
Buah ini termasuk tanaman tahunan yang tergolong tanaman perdu/pohon,
tinggi 2-7 meter, daun berbentuk elliptis, tepi rata. Bunga 1-2 berhadapan atau
disamping daun. Buah majemuk berbentuk bola, kulitnya seperti sisik, daging
buah yang matang lembik, putih, manis, dan biji berwarna hitam mengkilat (Aziz,
2010).
Meskipun tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun namun
pembudidayaan tanaman ini belum dilakukan karena pemanfaatannya yang belum
optimal. Masyarakat tidak membudidayakan tanaman ini secara baik sehingga
menyebabkan buah ini menjadi langka pada saat tertentu (Listiorini, dkk., 2014).
Di Indonesia perkembangan tanaman ini belum begitu semarak seperti
buah durian, rambutan, atau mangga. Namun demikian, buah ini sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
6
menyimpan potensi yang cukup baik. Pohon sudah dapat mendatangkan hasil
setelah umur kurang lebih 1- 1,5 tahun. Buahnya kecil dan warnanya abu kebiru-
biruan dan seolah-olah bersisik (berbenjol-benjol). Sisik atau benjolan itu adalah
buah yang sesungguhnya, tiap sisik terdiri dari daging buah dan biji, rasa buah
manis. Produksi tiap pohon atau tiap tahunnya rata–rata 24 buah. Buah ini harus
dipetik pada saat ia belum masak benar, sebab buah yang telah masak biasanya
mudah pecah (Aziz, 2010).
Annona squamosa biasanya dikonsumsi secara segar. Daging buahnya bisa
digunakan sebagai perasa dalam es krim (Orwa, dkk., 2009).
2. 1. 1 Klasifikasi buah srikaya menurut Herbarium Medanense (2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Annonales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L.
Nama lokal : Srikaya
2. 2 Sirsak
Buah sirsak (Annona muricata) milik keluarga Annonaceae, tersebar luas
di daerah tropis dan subtropis frost-free dari dunia. Buah sirsak yang bernama
latin Annona Muricata juga salah satu buah yang digemari masyarakat dan banyak
tumbuh di pekarangan rumah penduduk. Sirsak (Annona muricata L) berupa
tumbuhan yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Di Indonesia, sirsak
Universitas Sumatera Utara
7
tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1000
meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa Belanda Zuurzak yang kurang lebih berarti kantung yang asam. Buah
Sirsak yang sudah masak lebih berasa asam dari pada manis. Pengembangbiakan
sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada
usia 4 tahunan setelah ditanam (Cresna, dkk., 2014).
Seluruh bagian dari pohon A. muricata telah digunakan dalam pengobatan
alami di daerah tropis termasuk kulit kayu, daun, akar dan biji. Umumnya jus
buah digunakan untuk melawan cacing dan parasit, meningkatkan ASI setelah
melahirkan, mengatasi diare serta disentri. Serbuk dari biji buah Annona muricata
sebagai vermifuge, dan anthelmintik terhadap parasit internal atau eksternal dan
cacing. Setiap 100 g buah yang dapat dimakan mengandung vitamin B 0,07 mg,
vitamin C 20 mg, sukrosa 2,54%, dekstrosa 5,05% dan levulosa 0,04%
(Saraswati, 2013).
Annona muricata dapat dikonsumsi segar untuk makanan penutup saat
benar-benar matang atau dicampur dengan es krim atau susu untuk membuat
minuman yang lezat, seperti yang telah dilakukan di Jawa dan Kuba serta bagian
lain dari Amerika. Namun lebih sering dikonsumsi yang murni setelah daging
buah diremas menggunakan saringan. Bisa dibuat menjadi jeli buah, jus (dengan
tambahan gula), atau sirup (Orwa, dkk., 2009).
Menurut Pinto, dkk., (2005), daging buah sirsak dianggap aromatik dan
eksotis, dan dikonsumsi kebanyakan setelah diolah menjadi minuman dingin atau
kadang dikonsumsi segar. Bagian yang dapat dimakan 67,5% dari berat buah. Ciri
khas buah ini dihasilkan oleh asam amil dan geranyl kaproat. Daging buah yang
Universitas Sumatera Utara
8
telah di proses digunakan untuk membuat jus dan es krim di Kuba, daging buah
yang di proses untuk minuman beralkohol disebut Champola.
2. 2. 1 Klasifikasi buah sirsak menurut Herbarium Medanense (2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Annonales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Nama lokal : Sirsak
2. 3 Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah
kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor
untuk enzim metabolisme. Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (1) vitamin
larut lemak: vitamin A, D, E, dan K; dan (2) vitamin larut air: vitamin B kompleks
dan vitamin C. Untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin larut air perlu
sering dikonsumsi (Dewoto dan Wardhini B. P., 1995).
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah
yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi.
Sebagai pengecualian adalah vitamin D, yang dapat dibuat dalam kulit asalkan
kulit mendapat cukup kesempatan kena sinar matahari (Winarno, 1995).
Universitas Sumatera Utara
9
Beberapa bahan makanan yang merupakan sumber vitamin dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Bahan Makanan dan Sumber Vitamin
Vitamin Bahan makanan sumber
vitamin
Fungsi
A: Retinol/karoten Hati, telur, wortel, sayuran
hijau, produk susu, keju
Proses penglihatan
jaringan ikat dan kulit
B1: Thiamin Daging, padi-padian Metabolisme karbohidrat,
fungsi susunan syaraf
pusat (SSP)
B2: Riboflavin Kacang-kacangan, hati,
produk susu, daging, sereal
Metabolisme karbohidrat,
penglihatan, kulit
B6: Piridoksin Daging, ikan, sayuran
hijau, biji-bijian dan
kacang-kacangan
Metabolisme protein,
pembentukan sel darah
merah dan fungsi syaraf
pusat
B12: Cianokobalamin Daging, ikan, produk susu Pembentukan sel darah
merah, fungsi SSP
C: Asam Askorbat Sayuran hijau, buah-
buahan, kentang,roti putih
Jaringan kulit,
penyerapan dan
metabolisme,
penyembuhan dan
pertahanan terhadap
infeksi
D: Kalsiferol Produk susu, pengaruh
sinar matahari terhadap
kulit
Metabolisme kalsium,
tulang dan gigi
E: Tokoferol Minyak nabati, hati,
sayuran warna hijau,
produk susu dan biji-bijian
Pembekuan darah,
pencernaan lemak
(Surbakti, 2010)
2. 3. 1 Vitamin C
Rumus bangun asam askorbat (berat molekul 176,13) atau vitamin C dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rumus Bangun Vitamin C
Universitas Sumatera Utara
10
Asam askorbat dalam keadaan kering cukup stabil, tetapi dalam larutan
cepat dioksidasi oleh udara. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh beberapa ion
logam, utamanya tembaga, besi (III), dan mangan (II). Oleh pengaruh sinar,
vitamin C lambat laun akan berubah menjadi coklat (Rohman dan Sumantri,
2007).
2.3.1.1 Sejarah vitamin C
Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy telah dikenal
semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat dicegah
dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan segar terutama golongan jeruk
yang ternyata mengandung vitamin C. Asam askorbat mula-mula dikenal sebagai
asam heksuronat dengan rumus C6H8O6. Karena berkhasiat antiskorbut maka
dinamakan asam askorbat atau vitamin C (Dewoto dan Wardhini B. P., 1995).
2.3.1.2 Sifat vitamin C
Sangat tidak stabil pada pH netral atau alkali, terutama terhadap panas,
tetapi sangat stabil terhadap asam (seperti halnya dalam banyak jenis air buah-
buahan/juice) dan cukup stabil selama penyimpanan sementara dalam keadaan
dingin dan segar (Linder, 1992).
Vitamin C (Asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-
pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar
air, dan katalisator logam (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Ada dua sifat yang penting dari vitamin C sebagai antioksidan. Pertama,
karena mempunyai potensial reduksi yang rendah, askorbat dan radikal askorbil
mampu bereaksi dengan radikal biologis dan mereduksi oksidan-oksidan. Kedua,
Universitas Sumatera Utara
11
stabilitas dan reaktivitas yang rendah dari radikal askorbil, yang terbentuk ketika
askorbat menangkap SOR dan senyawa nitrogen yang reaktif (Silalahi, 2006).
2.3.1.3 Fungsi vitamin C
Pada level molekular, askorbat dan dehidroaskorbat mempunyai sifat
pereduksi (reducing agent) seperti halnya vitamin E, dalam keadaan demikian
vitamin tersebut mempunyai sifat umum yang penting sebagai antioksidan yang
mempengaruhi redoks-potensial tubuh (status relatif dalam oksidasi/reduksi zat-
zat yang larut dalam air di dalam dan diluar sel) (Linder, 1992).
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua
asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Kedua
senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting. Penjagaan agar fungsi
itu tetap mantap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C
dalam tubuh (Winarno, 1995).
Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan
karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi
kekebalan (Almatsier, 2002).
2.3.1.4 Kebutuhan vitamin C
Kebutuhan vitamin C untuk orang dewasa adalah 60 mg, lebih banyak
dalam kehamilan dan laktasi, sedangkan untuk bayi dan anak-anak 35-45 mg. Ada
beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan vitamin C diatas 60 mg/hari
termasuk merokok, pemakaian kontraseptif dan penyembuhan luka (Linder,
1992).
2.3.1.5 Kekurangan vitamin C
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau
skorbut. Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi; bila terjadi pada
anak-anak, biasanya pada usia setelah 6 bulan dan dibawah 12 bulan. Gejala-
Universitas Sumatera Utara
12
gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan
demam (Winarno, 1995).
Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita
kekurangan vitamin C dalam makanannnya. Akibat yang parah dari keadaan ini
ialah, gigi menjadi goyah dan mudah lepas (Winarno, 1995).
2.3.1.6 Sumber vitamin C
Sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama buah-
buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin (Winarno,
1995).
Asam askorbat juga memiliki peran penting dalam berbagai proses
fisiologis tanaman, termasuk pertumbuhan, diferensiasi, dan metabolismenya.
Askorbat berperan sebagai reduktor untuk berbagai radikal bebas. Selain itu juga
meminimalkan terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif
(Winarsi, 2007).
Askorbat dapat langsung menangkap radikal bebas oksigen, baik dengan
atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung, askorbat dapat meredam
aktivitasnya dengan cara mengubah tokoferol menjadi bentuk tereduksi.
Reaksinya terhadap senyawa oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan dengan
komponen cair lainnya. Askorbat juga melindungi makromolekul penting dari
kerusakan oksidatif. Reaksinya terhadap radikal hidroksil terbatas hanya melalui
proses difusi (Winarsi, 2007).
Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang
teroksidasi oleh radikal bebas dapat bereaksi dengan vitamin C, kemudian akan
berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C
(Winarsi, 2007).
Universitas Sumatera Utara
13
Kadar asam askorbat bisa sangat bervariasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hal ini meliputi kultivar, praktik budidaya, area tumbuh, dan
mungkin yang paling signifikan dalam hal praktik, selang waktu antara panen dan
analisis. Poin terakhir ini penting karena penundaan antara pemanenan dan
pengolahan buah membuat tidak mungkin untuk menjamin konsentrasi yang
diharapkan dalam produk akhir (Counsell dan Hornig, 1981).
2. 4 Metode Penetapan Kadar Vitamin C
Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu:
2.4.1 Metode spektroskopis
Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air
untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada
265 nm. Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan
maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk
memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang
lebih kuat dari pada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan
larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan dan
Koswara, 1992).
Menurut Rohman dan Sumantri (2007), asam askorbat dalam larutan air
netral menunjukkan absorbansi maksimum pada 264 nm. Panjang gelombang
maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam mineral. Asam askorbat dalam
asam sulfat 0,01 N mempunyai panjang gelombang maksimal 245 nm.
2.4.2 Metode titrasi dengan iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan murni dapat ditentukan secara titrasi
menggunakan larutan 0,01 N iodin. Metode ini tidak efektif untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
14
kandungan asam askorbat dalam bahan pangan, karena adanya komponen lain
selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa tersebut
mempunyai warna titik akhir titrasi yang sama dengan warna titik akhir titrasi
asam askorbat dengan iodin (Andarwulan dan Koswara, 1992).
2.4.3 Metode titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol
Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6-diklorofenol
indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmans pada tahun 1972. Metode ini pada
saat sekarang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan
kadar vitamin C dalam bahan pangan (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Menurut Rohman dan Sumantri (2007), 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-
diklorofenolindofenol. Asam askorbat akan mereduksi indikator warna 2,6-
diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir
titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna merah muda
dalam larutan asam.
Suatu cara untuk menghilangkan pengaruh senyawa pengganggu adalah:
a. Semua asam askorbat diubah menjadi asam dehidroaskorbat dengan
menambahkan norit ke dalam larutan asam askorbat atau dengan menggunakan
oksidase asam skorbat.
b. Jumlah senyawa mereduksi yang masih ada ditetapkan
c. Asam dehidroaskorbat direduksi menjadi asam askorbat dengan penambahan
hidrogen sulfida pada pH 4-7
d. Asam askorbat dititrasi dengan diklorofenol indofenol
Dengan menggunakan cara tersebut diatas maka metode DCIP menjadi
lebih spesifik. Asam dehidroaskorbat tidak bereaksi dengan diklorofenol
Universitas Sumatera Utara
15
Asam
Dehidroaskorbat
indofenol. Metode ini digunakan untuk penetapan kadar asam askorbat dalam
sediaan vitamin dan jus. Metode ini tidak dipakai untuk penetapan kadar larutan
jus yang sangat berwarna (Rohman dan Sumantri, 2007).
Mekanisme reaksi antara vitamin C dengan 2,6-diklorofenol indofenol
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Mekanisme reaksi antara vitamin C dengan 2,6-diklorofenol
indofenol (Elliott, dkk., 1941).
2.4.4 Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Asam askorbat dengan 4-metoksi-2-nitroanilin yang telah didiazotasi
membentuk senyawa yang berwarna biru. Metode ini cukup spesifik untuk asam
askorbat karena asam dehidroaskorbat, asam 2,3-diketoglukonat, tiamin,
riboflavin, piridoksin, pantotenat, asam folat, niasin, niasinamid, vitamin A,
vitamin D, vitamin E, fenol, gliserol, propilenglikol, dan tween tidak mengganggu
penetapan. Pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin dibuat dengan melarutkan 500mg 4-
metoksi-2-nitroanilin dalam 126mL asam asetat glasial lalu mengencerkannya
dengan asam sulfat 10% sampai 250mL (Rohman dan Sumantri, 2007).
2.4.5 Titrasi dengan Methylene-blue (biru metilen)
Asam askorbat dapat direduksi methylene-blue dengan bantuan cahaya
menjadi bentuk senyawa leuco (leuco-methylene-blue). Reaksi ini sering
digunakan untuk menentukan vitamin C secara kuantitatif. Ekstraksi vitamin dari
2,6- Diklorofenol
indofenol Asam Askorbat
Biru
Tidak berwarna
Tereduksi
(Tidak berwarna)
Universitas Sumatera Utara
16
jaringan tanaman atau hewan dilakukan dengan asam trikloroasetat atau asam
sulfosalisilat (Andarwulan dan Koswara, 1992).
2.4.6 Metode Giri (Test Ferrisianida dan Ammonium Molybdat)
Asam askorbat dalam asam trikloro asetat dapat mereduksi kalium
ferrisianida, yang jika kemudian ditambah ammonium molibdat menghasilkan
endapan berwarna merah kecoklatan. Larutan vitamin C murni dapat diperoleh
dari ekstrak bahan pangan dengan penambahan merkuri asetat yang dapat
mengendapkan pigmen, tannin, glutation dan sistein (Andarwulan dan Koswara,
1992).
2.4.7 Test Asam Fosfomolibdat
Asam fosfomolibdat dapat membentuk senyawa-senyawa berwarna biru
dengan vitamin C dalam suasana asam (Andarwulan dan Koswara, 1992).
2.4.8 Test Azo (metode Barac)
Asam sulfanilat yang terazotisasi dapat direduksi oleh asam askorbat
menghasilkan warna oranye (Andarwulan dan Koswara, 1992).
2.4.9 Metode pita Kelli
Metode ini menggunakan kupri sulfat dan amonium tiosianat. Jika kedalam
larutan asam askorbat ditambahkan kupri sulfat dan amonium tiosianat akan
terbentuk endapan putih. Jika penambahan amonium tiosianat diteruskan akan
terbentuk warna hijau yang dapat digunakan untuk mengukur kadar vitamin C
(Andarwulan dan Koswara, 1992).
2.4.10 Test Merkuri klorida
Endapan HgCl2 dapat dihasilkan dari larutan merkuri klorida ditambah
asam askorbat (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Universitas Sumatera Utara
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah Srikaya dan buah Sirsak secara
titrasi volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol.
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas
Farmasi USU pada bulan Juli 2017 – Agustus 2017.
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkualitas pro
analisis dari E. Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-diklorofenol indofenol,
asam metafosfat, natrium bikarbonat 0,084% b/v, feri klorida 3%
b/v, asam asetat
glasial 96%, larutan perak nitrat 0,1 N, larutan natrium hidroksida 2 N, larutan
ammonium hidroksida 1 N, larutan perak amoniakal, air suling, dan asam askorbat
Baku Pembanding Farmakope Indonesia sertifikat bahan baku pembanding dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3.3 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 25 ml,
mikroburet 10 ml, neraca analitik (Bueco Germany) , blender (National) , kertas
saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert) , pipet ukur 10 ml, pipet volum
1 ml, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, botol timbang (Pyrex), pH indicator
universal (E. Merck), dan alat-alat gelas.
Universitas Sumatera Utara
18
3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel
3.4.1 Pengambilan sampel
Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah buah Srikaya yang
diperoleh dari jalan Pasar Merah kota Medan dan buah Sirsak yang diperoleh dari
pasar tradisional di Kecamatan Tanjung Morawa.
Cara pemilihan sampel adalah buah yang sudah matang baik itu Srikaya
dan buah Sirsak. Menurut Aziz (2010), buah Srikaya yang sudah matang adalah
yang daging buahnya lembek (lembut), berwarna putih, rasanya manis, dan
bijinya berwarna hitam mengkilat. Kulit buahnya berwarna hijau terang berbentuk
seperti sisik yang timbul, celah antara sisik satu dengan lainnya berwarna jingga
terang. Menurut Pinto, dkk., (2005), buah Sirsak yang sudah matang memiliki
kulit buah berwarna hijau terang, daging buah putih dan berair, dan seratnya
lembut.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yang dikenal juga sebagai
sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa semua buah srikaya dan buah sirsak yang berada di pasaran
mengandung vitamin C.
3.4.2 Pengolahan sampel
Sampel dikupas dan dibuang kulitnya, ditimbang sekitar 500 g lalu
dipotong kecil–kecil dan diblender, ditimbang lebih kurang 10 g lalu dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai
garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang ± 20 ml.
Filtrat dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap.
Universitas Sumatera Utara
19
3.5 Pembuatan Pereaksi
3.5.1 Larutan 2,6-diklorofenol indofenol
Ditimbang seksama 50 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol P yang
telah disimpan dalam eksikator, tambahkan 50 ml larutan NaHCO3, kocok kuat,
dan jika sudah terlarut, tambahkan air hingga 200 ml. Saring ke dalam botol
bersumbat kaca berwarna coklat (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Larutan asam metafosfat-asetat
Dilarutkan 15 g asam metafosfat P dalam 40 ml asam asetat glasial P dan
encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya
boleh digunakan dalam 2 hari (Ditjen POM, 1995).
3.5.3 Larutan natrium bikarbonat 0,84% b/v
Dilarutkan 84 mg natrium bikarbonat dalam 100 ml air (Ditjen POM,
1979).
3.5.4 Larutan feri klorida 3 % b/v
Dilarutkan 3 g feri klorida dalam 100 ml air.
3.5.5 Larutan perak nitrat 0,1 N
Dilarutkan 16,99 g perak nitrat dalam 1000 ml air (Ditjen POM, 1979).
3.5.6 Larutan natrium hidroksida 2 N
Dilarutkan 80,02 g natrium hidroksida dalam 100 ml air (Ditjen POM,
1979).
3.5.7 Larutan ammonium hidroksida 1 N
Diencerkan 7,4 ml ammonium hidroksida 25% v/v dalam 100 ml air.
3.5.8 Larutan perak amoniakal
Dicampur sama banyak larutan perak nitrat dan larutan natrium hidroksida
Universitas Sumatera Utara
20
dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan ammonium hidroksida setetes
demi setetes sampai endapan yang terbentuk larut kembali (Feigl, 1960).
3.6 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol
Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu
tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat LP,
dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Titrasi segera dengan
larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap tidak kurang
dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat dan
dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda
mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan
kesetaraan dalam mg asam askorbat (Ditjen POM, 1995).
Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus:
Kesetaraan (mg) =
Keterangan:
Va = Volume aliquot (ml)
W = Berat vitamin C (mg)
Vt = Volume titrasi (ml)
Vb = Volume blanko (ml)
Vc = Volume labu tentukur (ml)
3.7 Uji Kualitatif Vitamin C dari Larutan Sampel
3.7.1 Dengan FeCl3
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, lalu dinetralkan
sampai pH 6-8 dengan penambahan NH4OH, lalu ditambahkan beberapa tetes
FeCl3, akan terbentuk warna ungu (Auterhoff dan Kovar, 2002).
Universitas Sumatera Utara
21
3.7.2 Test daya reduksi dengan perak amoniakal
Kedalam tabung reksi dimasukkan 2 ml larutan sampel dan tambahkan
beberapa tetes pereaksi, bila perlu panaskan dalam penangas air, akan terbentuk
cermin perak pada dinding tabung (Auterhoff dan Kovar, 2002).
3.8 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel
Dipipet 2 ml larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambah 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol
indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir
titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).
Menurut AOAC (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:
Kadar vitamin C (mg/g) =
Keterangan:
Vt = Volume titrasi (ml)
Vb =Volume blanko (ml)
Vl =Volume labu tentukur (ml)
Vp =Volume pemipetan (ml)
Bs =Berat sampel (g)
3.9 Uji Kecermatan (Accuracy)
Kecermatan dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery) analit
yang ditambahkan. Dalam hal ini persen perolehan kembali dapat dilakukan
dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel
yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali
ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat
ditemukan (Harmita, 2004).
Universitas Sumatera Utara
22
Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan
sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar.
Pembuatan vitamin C baku yaitu ditimbang sebanyak 68,7812 mg vitamin
C baku, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam
metafosfat-asetat sampai garis tanda.
Buah srikaya yang telah dihaluskan ditimbang seksama sebanyak 10 gram
dan dimasukkan kedalam labu tentukur. Lalu ditambahkan 10 ml larutan baku
vitamin C (konsentrasi 0,6878 mg/ml). Dilakukan enam kali pengulangan.
Rumus perhitungan persen recovery (Harmita, 2004):
% Recovery = |
| x 100%
Keterangan:
A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C
B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C
C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan
3.10 Analisis Data Secara Statistik
3.10.1 Penolakan hasil pengamatan
Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima,
perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95% (α =
0,05), hasil analisis ditolak jika Q hitung > Q tabel (Rohman, 2007). Untuk
menghitung nilai Q digunakan rumus:
Q hitung = | –
|
Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada
Tabel 3.1, apabila Q hitung > Q kritis maka data tersebut ditolak.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 3.1 Nilai Q kritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Banyak Data Nilai Q kritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
(Rohman, 2007)
Untuk menentukan kadar vitamin C di dalam sampel dengan taraf
kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
μ = X ± t (
, dk) SD/√n
Keterangan :
μ = Interval kepercayaan
X = Kadar rata-rata sampel
t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = Tingkat kepercayaan
SD = Standar deviasi
n = Jumlah ulangan
3.10.2 Uji keseksamaan (Precision) metode analisis
Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada
sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard
Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).
Adapun rumus perhitungan simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004):
RSD =
x 100
Keterangan:
SD = standar deviasi
= kadar rata-rata sampel
Sementara itu, nilai simpangan baku dihitung dengan menggunakan rumus:
SD = √ ( )
Universitas Sumatera Utara
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Uji Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk
mengetahui adanya vitamin C dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara
kuantitatif dengan metode volumetrik dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Hasil
analisis kualitatif vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Vitamin C pada Larutan Sampel Buah Srikaya
dan Buah Sirsak
Sampel Pereaksi yang digunakan Hasil Keterangan
Srikaya
dan
Sirsak
Dengan FeCl3 Ungu +
Test daya reduksi dengan
Perak Amoniakal Cermin Perak +
Keterangan :
+ = Mengandung vitamin C
4. 2 Kadar
4.2.1 Kadar vitamin C dari buah srikaya dan buah sirsak
Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara titrasi volumetri dengan 2,6-
diklorofenol indofenol. Hasil penetapan kadar vitamin C dari buah Srikaya dan
buah Sirsak dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Srikaya Dan Buah Sirsak
No. Sampel Kadar Vitamin C (mg/100 g)
1. Buah Srikaya 67,32 ± 1,46
2. Buah Sirsak 42,16 ± 1,73
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 4.1 Grafik Kadar Vitamin C Pada Buah Srikaya Dan Buah Sirsak
Dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
kadar vitamin C yang signifikan antara buah Srikaya dan buah Sirsak.
Menurut Counsell dan Hornig (1981), kadar vitamin C tersebar dengan
luas dalam tumbuhan, kadar vitamin C ini dapat berbeda-beda dikarenakan
beberapa faktor seperti varietas, pengolahan, suhu, masa pemanenan dan yang
terakhir adalah tempat tumbuh.
4.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Dari uji perolehan kembali diperoleh persen recovery rata-rata adalah
93,8197% dan persen RSD rata-rata adalah 1,1858%. Dari hasil yang diperoleh
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan presisi metode analisis yang
dilakukan cukup tinggi. Menurut Harmita (2004), Kisaran rata-rata hasil uji
perolehan kembali yang diizinkan untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam sampel
yang diperiksa adalah 90%-107%, sedangkan persen RSD yang diizinkan adalah
tidak lebih dari 2%. Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari buah
Srikaya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 4.3 Hasil Uji Perolehan Kembali dari Buah Srikaya
No.
Kadar Vitamin
C sebelum
penambahan
baku vitamin C
(mg/100g)
Penambahan
Baku Vitamin C
(mg/100g)
Kadar Vitamin
C setelah
penambahan
baku vitamin C
(mg/100g)
recovery
(%)
1
2
3
4
5
6
68,3601
68,4950
68,4985
68,3567
68,5066
68,4862
68,4275
68,5626
68,5660
68,4241
68,5742
68,5537
134,4276
132,4481
130,1980
134,4210
132,4705
132,4309
96,5510
93,2769
89,9855
96,5512
93,2769
93,2768
Rata-rata (% Recovery)
93,8197
Universitas Sumatera Utara
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
1. Hasil penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol
indofenol diperoleh kadar vitamin C dari buah Srikaya 67,32 ± 1,46 mg/100 g
dan buah Sirsak 42,16 ± 1,73 mg/100 g.
2. Terdapat perbedaan kadar vitamin C yang signifikan antara buah Srikaya dan
buah Sirsak. Kadar vitamin C pada buah Srikaya lebih besar dibandingkan
kadar vitamin C pada buah Sirsak.
5. 2 Saran
Disarankan kepada masyarakat untuk mengonsumsi buah Srikaya sebagai
sumber vitamin C dan mulai membudidayakannya kembali. Kepada peneliti
selanjutnya disarankan untuk meneliti buah murah yang kaya akan vitamin C,
mudah didapat namun kurang populer di masyarakat agar menambah pengetahuan
masyarakat bahwa untuk memenuhi kebutuhan vitamin C tidak perlu membeli
buah yang mahal.
Universitas Sumatera Utara
28
DAFTAR PUSTAKA
Aina, M., dan Suprayogi, D. (2011). Uji Kualitatif Vitamin C pada Berbagai
Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Pemanasan. Sainmatika. 3(1): 61-67.
Halaman 61. Diakses tanggal: 19 Mei 2017.
Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Halaman 188.
Almeida, M. M. B., de Sousa, P. H. M., Arriaga, A. M. C., do Prado, G. M., de
Carvalho Magalhaes, C. E., Maia, G. A., de Lemos, T. L. G. (2011).
Bioactive Compounds and Antioxidant Activity of Fresh Exotic Fruits
from Northeastern Brazil. Food Research International. 44: 2155-2159.
Halaman 2156-2157. Diakses tanggal: 20 Mei 2017.
Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Pers.
Halaman 26, 32-33, 36-38.
Auterhoff, H., dan Kovar, K. A. (1981). Identifizierung von Arzneistoffen 4.
Penerjemah: Sugiarso, N. C. (2002). Identifikasi Obat. Bandung: ITB.
Halaman 94.
Aziz, Z. (2010). Korelasi Antar Sifat-Sifat Buah Pada Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.) di Daerah Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Skripsi. Halaman 1, 6.
Diakses tanggal: 19 Mei 2017.
Counsell, J. N., dan Hornig, D. H. (1981). Vitamin C (Ascorbic Acid). London:
Applied Scince Publishers. Halaman 123.
Cresna, Napitupulu, M., Ratman. (2014). Analisis Vitamin C pada Buah Pepaya,
Sirsak, Srikaya, dan Langsat yang Tumbuh di Kabupaten Donggala.
J.Akad.Kim. 3(3): 121-128. Halaman 122. Diakses tanggal: 19 Mei 2017.
Dewoto, H. R., dan Wardhini B. P., S. (1995). Vitamin dan Mineral. Dalam:
Farmakologi dan Terapi Edisi Keempat. Editor: Ganiswara, S. G. Jakarta:
Gaya Baru. Halaman 714, 722.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 745, 748, 750.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 1133, 1216.
Elliott, M. A., Sklar, A. L., Acree, S. F. (1941). Rapid Method for Determining
Ascorbic Acid Concentration. Part Of Journal Of Research Of The National
Bureau Of Standards. 26. Halaman 121. Diakses tanggal 8 Januari 2018.
Feigl, F. (1960). Spot Test in Organic Analysis, 6th
English edition. Japan:
Elsevier Publishing Company. Halaman 130.
Universitas Sumatera Utara
29
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135. Halaman 118,
120-123. Diakses tanggal 19 Mei 2017.
Linder, M. (1985). Nutritional Biochemistry and Metabolism. Penerjemah:
Parakkasi, A. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press.
Halaman 165, 178.
Listiorini, E., Syahraeni., Rostiati. (2014). Karakteristik Kimia dan Organoleptik
Daging Buah Srikaya (Annona squamosa L.) pada Berbagai Suhu
Pemanasan Pulp. e-J Agrotekbis. 2(6): 596-603. Halaman 597. Diakses
tanggal: 19 Mei 2017.
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R. Jamnadass, R., Anthony, S. (2009). Agroforestree
Database: A Tree Reference and Selection Guide Version 4.0.
www.worldagroforestry.org. Halaman 3. Diakses tanggal: 18 Mei 2017.
Pinto, A. C. de Q., Cordeiro, M. C. R., de Andrade, S. R. M., Ferreira, F. R.,
Filgueiras, H. A. de C., Alves, R. E., Kinpara, D. I. (2005). Annona
Species. Southampton: International Centre for Underutilised Crops.
Halaman 11, 36-37, 38.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halaman 22.
Rohman, A., dan Sumantri. (2007). Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Halaman 171-172, 177.
Saraswati, H. A. C. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daging Buah
Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Staphylococcus aereus,
Streptococcus pneumoniae, Shigella sonnei, dan Pseudomonas aeruginosa
Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis. Naskah Publikasi. Halaman 3.
Diakses tanggal: 30 Agustus 2017.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 52.
Surbakti, S. (2010). Asupan Bahan Makanan dan Gizi Bagi Atlet Renang. Jurnal
Ilmu Keolahragaan. 8(2). Halaman 114. Diakses tanggal: 18 Mei 2017.
Winarno, F. G. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 132-133.
Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 139, 142.
Universitas Sumatera Utara
30
Lampiran 1. Sertifikat Bahan Baku Pembanding
Universitas Sumatera Utara
31
Lampiran 2. Sampel yang digunakan
Gambar 1. Buah Srikaya
Gambar 2. Pohon Srikaya
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran 2. (Lanjutan)
Gambar 3. Buah Sirsak
Gambar 4. Pohon sirsak
Universitas Sumatera Utara
33
Lampiran 3. Flowsheet
Dikupas dan dibuang kulitnya
Dipisahkan daging buah dan bijinya
Ditimbang 100 g
Dipotong kecil-kecil
Diblender
Ditimbang sebanyak 10 g
Dimasukkan kedalam labu tentukur
100 ml
Ditambah asam metafosfat sampai
garis tanda
Dihomogenkan
Disaring
Dipipet 2 ml
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 5 ml asam metafosfat
Dititrasi dengan 2,6-diklorofenol
indofenol sampai terbentuk warna
pink mantap
Filtrat
Larutan pink mantap
Buah Srikaya/Sirsak
Universitas Sumatera Utara
34
Lampiran 4. Uji Kualitatif Vitamin C
Ditambah FeCl3
Gambar 5. Blanko (tanpa sampel)
Gambar 6. Hasil (dengan sampel)
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran 4. (Lanjutan)
Test Daya Reduksi dengan Perak Amoniakal
Gambar 7. Blanko (tanpa sampel)
Gambar 8. Terbentuk cermin perak dipermukaan (dengan sampel)
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol
Berat
Vitamin
C (mg)
Volume
Aliquot
(ml)
Volume Larutan 2,6-
Diklorofenol Indofenol
(ml) Blanko
(ml)
Kesetaraan
Larutan 2,6-
Diklorofenol
Indofenol
(mg) V1 V2 V3
Vrata
-rata
50,2 1 2,30 2,22 2,28 2,26 0,06 0,2279
50,4 1 2,32 2,30 2,30 2,30 0,06 0,2247
50,4 1 2,30 2,28 2,30 2,29 0,06 0,2257
Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus:
Kesetaraan =
Keterangan:
Va = Volume aliquot (ml)
W = Berat vitamin C (mg)
Vc = Volume labu tentukur (ml)
Vt = Volume titrasi (ml)
Vb = Volume blanko (ml)
a) Berat vitamin C = 50,2 mg
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
Rata rata volume titrasi = 2,26 ml
K1 = |
| = 0,2279 mg vitamin C / ml
b) Berat vitamin C = 50,4 mg
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
Rata rata volume titrasi = 2,30 ml
K2 = |
| = 0,2247 mg vitamin C / ml
c) Berat vitamin C = 50,4 mg
Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml
Rata rata volume titrasi = 2,29 ml
Universitas Sumatera Utara
37
Lampiran 5. (Lanjutan)
K3 = |
| = 0,2257 mg vitamin C / ml
Harga rata-rata dan deviasi
K1 = |
| = |
|
= 0,2263 mg vitamin C / ml
d1 = |
|
= |
| = 0,7070%
K2 = |
| = |
|
= 0,2268 mg vitamin C / ml
d2 = |
|
= |
| = 0,4850%
K3 = |
| = |
|
= 0,2252 mg vitamin C / ml
d3 = |
|
= |
| = 0,2220%
Kesetaraan vitamin C dengan harga rata rata d terkecil adalah d = 0,2220%,
maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml 2,6-diklorofenol indofenol
setara dengan 0,2252 mg vitamin C.
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis
Kadar vitamin C (mg/g sampel) =
Keterangan:
Vt = volume titrasi (ml)
Vb = volume blanko (ml)
Vl = volume labu (ml)
Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml)
Bs = berat sampel (g)
Contoh penetapan kadar vitamin C pada buah Srikaya:
Volume titran = 0,68 ml
Kesetaraan = 0,2252 mg vitamin C
Volume labu tentukur = 100 ml
Berat sampel = 10,0415 g
Volume blanko = 0,06 ml
Kadar vitamin C (mg/g bahan) :
= 0,695234 mg/g sampel
= 69,5234 mg/ 100 g sampel
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis
Buah Berat Sampel
(g)
Vol. Titrasi
(ml)
Kadar
(mg/100 g)
Kadar rata-rata
(mg/100 g)
Srikaya
10,0415
10,0442
10,0310
10,0313
10,0312
10,0282
0,68
0,66
0,66
0,66
0,66
0,64
69,5234
67,2626
67,3512
67,3491
67,3304
65,1243
67,3235
Sirsak
10,0607
10,0612
10,0497
10,0652
10,0661
10,0435
0,44
0,44
0,42
0,46
0,44
0,42
42,5298
42,5277
40,3355
44,7482
42,5070
40,3604
42,1681
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis
1. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari buah Srikaya
No. Kadar (mg/100 g)
(Xi) (Xi- ) (Xi- )
2
1
2
3
4
5
6
69,5234
67,2626
67,3512
67,3491
67,3304
65,1243
2,1999
-0,0609
0,0277
0,0256
0,0069
-2,1992
4,8395
0,0037
0,0007
0,0006
0,000047
4,8364
Σxi= 403,941
= 67,3235 Σ(Xi- )
2= 9,6809
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah data yang paling menyimpang, maka
dilakukan uji Q.
Q hitung = |
|
= |
|
= 0,4937
SD= √∑
= √
= √ = 1,3914
RSD=
100% =
100% = 2,0667%
μ = ± t
,dk. SD/√
= ± 2,5706 . 1,3914/√
= ± 1,4601) mg/100 g
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 8. (Lanjutan)
2. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari buah Sirsak
No. Kadar (mg/100 g)
(Xi) (Xi- ) (Xi- )
2
1
2
3
4
5
6
42,5298
42,5277
40,3355
44,7482
42,5070
40.3604
0,3617
0,3596
-1,8326
2,5801
0,3389
-1,8077
0,1308
0,1293
3,3584
6,6569
0,1148
3,2677
Σxi= 253,0086
= 42,1681 Σ(Xi- )
2= 13,6579
Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah data yang paling menyimpang, maka
dilakukan uji Q.
Q hitung = |
|
= |
|
= 0,5027
SD= √∑
= √
= √ = 1,6527
RSD=
100% =
100% = 3,9193%
μ = ± t
,dk. SD/√
= ± 2,5706 . 1,6527/√
= ± 1,7344) mg/100g
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 9. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari
buah Srikaya
No.
Penambahan
Vitamin C
(mg)
Berat
Sampel
(g)
Volume
Titrasi
(ml)
Kadar
(mg/100
g)
% Recovery
%
Recovery
Rata-Rata
1
2
3
4
5
6
68,4275
68,5626
68,5660
68,4241
68,5742
68,5537
10,0515
10,0317
10,0312
10,0520
10,0300
10,0330
1,26
1,24
1,22
1,26
1,24
1,24
134,4276
132,4481
130,1980
134,4210
132,4705
132,4309
96,5510
93,2769
89,9855
96,5512
93,2769
93,2768
93,8197
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery)
Kadar vitamin C rata-rata dari buah Srikaya adalah 67,3235 mg/100 g sampel.
Penambahan sejumlah vitamin C baku dalam sampel dihitung dengan rumus:
Kadar vitamin C (mg/g sampel) = ( – )
= ( – )
= 1,344276 mg vitamin C/g sampel
= 134,4276 mg vitamin C/100 g sampel
Untuk penambahan 6,8781 mg vitamin C baku ke dalam 10,0515 g sampel, maka
kadar teoritis vitamin C untuk tiap g sampel:
=
= 68,3601 mg vitamin C/100 g sampel
Kadar vitamin C baku yang ditambahkan:
x 10 ml
=
x 10 ml
= 0,684275 mg/g
= 68,4275 mg/100 g
Maka % recovery:
= –
100%
= –
100%
=
100%
= 96,5510%
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari buah Srikaya untuk
Recovery
No. Kadar (mg/100 g)
(Xi) (Xi- ) (Xi- )
2
1
2
3
4
5
6
134,4276
132,4481
130,1980
134,4210
132,4705
132,4309
1,695
-0,2845
-2,5346
1,6884
-0,2621
-0,3017
2,8730
0,0809
6,4241
2,8506
0,0686
0,0910
Σxi= 796,3961
= 132,7326 Σ(Xi- )
2= 12,3882
SD= √∑
= √
= √ = 1,5740
RSD=
100% =
100% = 1,1858%
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 12. Hasil identifikasi buah Sirsak
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 13. Hasil identifikasi buah Srikaya
Universitas Sumatera Utara