AKURASI ARAH KIBLAT
MASJID AGUNG SUNAN AMPEL
SURABAYA JAWA TIMUR
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
ACHMAD JAELANI
N I M : 72111054
KONSENTRASI ILMU FALAKJURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKH SIYAH
FAKULTAS SYARI’AHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2010
ii
iii
iv
M O T T O
@è%°!ä-ÎŽô³pR ùQ $#Ü>Ì• øóyJø9 $#ur4
Artinya : Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur danbarat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yangdikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Dan Terjemahannya, Bandung :CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V, halm. 22.
v
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk :
Abahku H. Bayhaki, Ummiku H. Ummini/Umi Kalsum,Kakakku Ahmad Abdul Ghofar, Imam Syafi i, Abdul Wahid, Abdul
Rohman, Nur Hafid Mbakku Yu Waroh, Yu SatunAdikku Robiatur Rohmah,
Keponakanku Shohib Arisalah, Farid Risaldi, Husein, Adimdan
Kau Yang Selalu MenyemangatikuAdek Q
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain
kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 09 desember 2010
Deklarator
Achmad JaelaniNIM : 72111054
vii
ABSTRAK
Masjid Agung Sunan Ampel adalah masjid kuno yang didirikan olehSunan Ampel dan penentu arah kiblatnya adalah Mbah Shonhaji. Arah kiblatmasjid ini dijadikan rujukan bagi masyarakat Ampel dan sekitarnya ketika akanmendirikan masjid baru. Penulis mengambil judul akurasi arah kiblat masjidAgung Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur untuk mengetahui akurasi arah kiblatmasjid Agung Sunan Ampel dan respon masyarakat Ampel terhadap pengecekanini. Penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research) untukmengecek kembali arah kiblat masjid dan metode wawancara (interview) kepadamasyarakat Ampel untuk mengetahui respon mereka terhadap pengecekan yangpenulis lakukan.
Penulis melakukan pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampeldengan metode azimuth kiblat menggunakan data ephemeris dengan theodolityang teruji keakurasiannya karena data-data diolah secara mekanik. Metode iniadalah metode yang digunakan Departemen Agama RI untuk melakukanpengecekan arah kiblat masjid-masjid yang ada di Indonesia. Penulis jugamenggunakan posisi matahari di jalur Ka’bah / rashdul kiblat untuk mengecekhasil arah kiblat menggunakan metode azimuth kiblat. Hasil dari pengecekan arahkiblat masjid Agung Sunan Ampel adalah kurang ke utara sebesar 00 12’ 28,94’’untuk shaf asli dan shaf perluasan kurang ke utara sebesar 00 16’ 34,43’’ atau 2940
01’ 51’’ dari titik UTSB dengan kedua metode tersebut. Penulis wawancaradengan pengurus masjid Agung Sunan Ampel dan masyarakat Ampel, danpengunjung mengenai respon mereka terhadap pengecekan yang telah penulislakukan. Pengurus masjid dan masyarakat Ampel tidak ingin mengubah shafshalat dengan alasan menghormati jasa dari Sunan Ampel sedangkan pengunjungmerima dengan adanya perubahan shaf shalat.
Hasil pembahasan skripsi ini adalah arah kiblat masjid Agung SunanAmpel baik shaf asli dan shaf perluasan kurang dari 10 ke utara dan arah kiblat initergolong bagus untuk masjid-masjid kuno yang masih sederhana dalammenentukan arah kiblat. Hasil wawancara dengan pengurus dan masyarakatAmpel adalah mereka tidak ingin shaf shalat masjid Agung Sunan Ampel dirubahdengan alasan sebagai penghormatan atas jasa Sunan Ampel sedang pengujungmenerima ketika adanya perubahan shaf shalat.Keyword : Masjid Agung Sunan Ampel-Akurasi Arah kiblat.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung
Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur, dengan baik tanpa banyak menemui
kendala yang berarti.
Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan
senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya wal Mursalin Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang
telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata
hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud
berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada :
1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu
Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi
tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.
2. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan
pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
3. Drs. H. Slamet Hambali, selaku Pembimbing II yang selalu menjadi
motivator, dan inspirator untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyah Konsetrasi
Ilmu Falak, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
ix
6. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian,
dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis
ungkapkan dalam untaian kata-kata.
7. Keluarga Besar Pengurus Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya yang telah
memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di masjid tersebut.
8. Terima kasih kepada PD Pontern Kementerian Agama RI yang telah
memberikan beasiswa dari awal sampai selesai perkuliahan.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,
khususnya kepada KH. Sirojd Chudlori dan Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku
pengasuh yang juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah
memberikan ilmu-ilmunya dan juga telah meminjamkan semua buku-buku
falak yang penulis butuhkan serta atas bimbingan dan arahannya.
10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Unggulan Amanatul Ummah, Siwalankerto
Utara, Surabaya, khususnya kepada DR. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag
dan Hj. Alif Fadhilah, selaku pengasuh.
11. Keluarga besarku di Demak, Surabaya, Jawa Timur.
12. Bapak Baidowi beserta keluarga di Ampel, Surabaya.
13. “Adek Q”, Kau adalah inspirasiku meskipun Kau adalah penyemangat hati
gundah gulana.
14. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo,
akhwan dan akhwat PSHT, Sahabat-Sahabat PMII, teman-teman di Pondok
Pesantren DAARUN NAJAAH, Pondok Pesantren UNGGULAN
AMANATUL UMMAH.
15. Temen falak seangkatan : Anifatul Kiftiyah (Sidoarjo, Jawa Timur), Anisah
Budiwati (Garut, Jawa Barat), Ansorulloh (Lampung, Sumatra), Arrikah
Imeldawati (Jakarta), Ayuk Khoirunnisak (Jepara, Jawa Tengah), Encep
Abdul Rojak (Sukabumi, Jawa Tengah), Eni Nuraini Maryam (Bandung, Jawa
Barat), Faqih Baidawi (Kalimantan), Hasanuddin (NTB), Hasnah Tuddar Putri
(Aceh), Kitri Sulastri (Sumatra), Latifah (Kalimantan), M. Rifa’ Jamaludin
Nasir (Cianjur, Jawa Barat), M. Syamsul Ma’arif (Demak, Jawa Barat),
Mahya Laila (Padang), Maryani (Lampung), Miftahurrokhman H. (Sidoarjo,
x
Jawa Timur), Muhammad Mannan Ma’nawi (Solo, Jawa Tengah), Mukhsin
Ari Wibowo (Ngawi, Jawa Timur), Musyaiyadah (Lamongan, Jawa Timur),
Oki Yosi (Tegal, Jawa Tengah), Robi’atul Aslamiyah (Jember, Jawa Timur),
Siti Mufarrohah (Banyuwangi, Jawa Timur), Siti Muslifah (Bondowoso, Jawa
Timur), Siti Tatmainul Qulub (Jember, Jawa Timur), Sri Hidayati (Gresik,
Jawa Timur), Takhrir Fauzi (Lampung), Wahyu Fitria (Situbondo, Jawa
Timur), Yuyun Hudhoifah (Purwodadi, Jawa Tengah) terima kasih atas
dorongan dan do’a kepada penulis selama melaksanakan studi di Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan nyantri bareng di Daarun Najaah.
Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima
Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 09 Desember 2010
Penulis
Achmad Jaelani.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .v
HALAMAN DEKLARASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .vi
HALAMAN ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .vii
HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .viii
HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
B. Pokok Permasalahan . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Telaah Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
E. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
F. Sistematika Penulisan . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BAB II : ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
B. Dasar Hukum Arah Kiblat . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ...............16
C. Sejarah Arah Kiblat . . . . . . . . . . ..............................................19
D. Pendapat Ulama’ Tentang Arah Kiblat.....................................21
E. Macam-Macam Metode Arah Kiblat . .. . . . ............................27
BAB III : AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL
A. Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..34
B. Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel ..................39
C. Respon Masyarakat Ampel Terhadap Pengecekan Arah Kiblat
Masjid Agung Sunan Ampel....................................................41
xii
BAB IV : ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID
AGUNG SUNAN AMPEL
A. Analisis akurasi Arah Kiblat masjid Agung Sunan Ampel............47
B. Analisis tanggapan Masyarakat Ampel terhadap Pengecekan Arah
Kiblat masjid Agung Sunan Ampel...............................................50
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....57
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .58
C. Penutup . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..59
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang Permasalahan
Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid bersejarah yang terletak
satu komplek dengan makam Sunan Ampel. Arah kiblat masjid ini dilakukan
oleh Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang
terkenal dengan keistimewaannya menentukan arah kiblat masjid Agung
Sunan Ampel dengan menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian
masyarakat Ampel melihat bangunan Ka’bah di tembok yang dilubangi oleh
Mbah Shonhaji sebagai bukti arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel benar.2
Penulis mengambil judul skripsi akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel karena ingin mengecek kembali arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel. Masjid ini tergolong masjid kuno dan cara penentuan arah kiblatnya
juga unik hanya dengan melubangi tembok. Tulisan Totok Roesmanto di
kolom “KALANG” Suara Merdeka tanggal 1 Juni 2003 juga menjadi inspirasi
penulis dalam mengambil tema dan isi dari tulisannya adalah :
“Keberadaan bangunan masjid di sebelah barat alun-alun menyebabkansumbu bangunannya sering dikaitkan dengan arah timur-barat. Bangunanmasjid kuno di anggap menghadap ke timur.
Lajur-lajur shalat telah disesuaikan dengan arah kiblat sehingga tidaklagi tegak lurus pada sumbu bangunan. Sebenarnya, sumbu bangunan masjidjuga tidak mengarah timur-barat.
Ada baiknya data beberapa masjid kuno di bawah ini di simak, MasjidMenara atau Masjidil Aqsa, Kudus, yang di bangun tahun 1549 memilikisumbu bangunan bergeser 25 derajat ke arah utara dari sumbu bumi timur-barat.
2 Dachlan Abd. Qohar , Wali Songo (Terjemahan Dari Kitab Kanzul Ulum IbnuBathuthoh) Sebagai Kenang Kenangan Haul Agung Sunan Ampel Ke 544, Surabaya : PanitiaHaul Masjid Agung Sunan Ampel, halm. 27.
2
Masjid Kotagede yang menempati lahan bekas Dalem Ki AgengPemanahan, 1550, bergeser 19 derajat. Masjid Mantingan di sebelah timurbangunan cungkup makam Ratu Kalinyamat, 1559, bergeser hampir 40derajat.
Masjid Agung Jepara yang atap aslinya bersusun lima di bangun tahun1700 bergeser 15 derajat, Masjid Tembayat, Klaten, 1700, bergeser 26derajat, dan Masjid Agung Surakarta, 1757, bergeser 10 derajat .3
Sunan Ampel merupakan tokoh masyarakat penyebar agama Islam di
daerah Ampel Surabaya. Masyarakat banyak berziarah di makam Sunan
Ampel untuk mendo’akan agar mendapatkan berkah karena telah mendo’akan
orang shaleh. Haul Agung Sunan Ampel pertama terjadi pada tahun 1972 dan
diisi dengan acara pengajian khusus Muslimat, khataman al-qur’an dengan
cara hafalan, ziarah diikuti oleh para ulama’ dan pejabat, pengajian umum,
khitanan, dan hadrah. Kawasan makam Sunan Ampel tidak hanya menjadi
tempat ziarah akan tetapi juga menjadi lembaga pengajaran bahasa arab
sekolah tinggi ilmu tarbiyah dan ilmu al-qur’an.4
Penjelasan di atas menggambarkan masyarakat menghormati Sunan
Ampel sebagai tokoh penyebar agama Islam di Jawa terutama di daerah
Ampel, Surabaya dan penghomatan ini bukan hanya dilakukan oleh orang
sekitar Ampel bahkan orang dan ulama’ dari berbagai berbagai penjuru
Indonesia. Penulis ingin wawancara terhadap masyarakat Ampel untuk
mengetahui respon mereka terhadap pengecekan arah kiblat yang dilakukan
penulis.
3 Lihat Totok Roesmanto tentang “Kiblat dalam Kolom “KALANG Suara Merdeka,Minggu, tanggal 01 Juni 2003.
4 Dachlan Abd. Qohar , Op. Cit., halm. 49-54.
3
B. Pokok Permasalahan
Merujuk dari latar belakang permasalah yang telah dipaparkan di atas
maka dapat dikemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan penulis bahas
dalam skripsi ini.
Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini?
2. Bagaimanakah respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat
masjid Agung Sunan Ampel saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Dalam hal ini tujuan penelitian antara lain :
1. Untuk mengetahui akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat
ini.
2. Untuk mengetahui respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah
kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini.
D. Telaah Pustaka
Penelusuran penulis belum menemukan tulisan secara spesifik dan
mendetail membahas tentang arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, namun
demikian ada beberapa tulisan/penelitian yang berhubungan dengan masjid
Agung Sunan Ampel dan tentang arah kiblat secara umum.
4
Di antara penelitian tersebut antara lain :
Skripsi Ismail Khudhori5 tahun 2005, S.I Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo, Semarang berjudul “Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid
Agung Surakarta”, secara garis besar melakukan pengecekan arah kiblat masjid
Agung Surakarta dengan metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat karena
dua metode ini dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi. Skripsi ini
tidak membahas bagaimana metode arah kiblat yang digunakan pada waktu itu.
Skripsi Iwan Kuswidi6 tahun 2003, S.I Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta berjudul “ Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah
Kiblat . Skripsi ini menjelaskan perhitungan arah kiblat dilakukan di atas muka
bumi yang berbentuk mendekati bola dengan menggunakan ilmu ukur segitiga
bola. Rumus-rumus trigonometri tersebut kemudian diaplikasikan untuk
menentukan arah kiblat.
Skripsi Erfan Widiantoro7 tahun 2008, S.I Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang yang berjudul Studi Analisis tentang Sistem Penentuan
Arah Kiblat Masjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta . Penulis
menggunakan kajian historis dan secara garis besar menggambarkan poros timur
5 Ismail, Khudhori tahun 2005, Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarangsekarang menjadi Staf Ahli Hisab Rukyat di wilayah Jawa Tengah.
6 Iwan Kuswidi tahun 2003, S.I Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakartadengan skripsi berjudul “ Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat . Skripsi inimenjelaskan tentang perhitungan arah kiblat dilakukan diatas muka bumi yang berbentukmendekati bola menggunakan ilmu ukur segitiga bola yang kemudian rumus-rumus trigonometritersebut diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat.
7 Erfan Widiantoro , Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang wisudapada tahun 2008 dengan judul skripsi “ Studi Analisis Tentang Sistem Penentuan Arah KiblatMasjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta ” dimana skripsi ini secara garis besar menitik padametode atau sistem apa yang digunakan dalam menentukan arah kiblat Masjid Besar MataramKotagede, Yogyakarta, kemudian menganalisis arah kiblat sekarang ini, arah kiblat bagi masjidKotagede dan seberapa besar tingkat keakurasian arah kiblatnya meskipun tidak terlepas dariperhitungan arah kiblat.
5
barat digunakan sebagai acuan dalam penentuan sumbu bangunan masjid Besar
Mataram Kotagede. Bantuan bayang-bayang matahari sebagai acuan untuk
menentukan arah kiblat masjid Besar Mataram Kotagede dan metode ini tergolong
tradisional, kemudian perbaikan dengan menggunakan kompas dan busur. Penulis
skripsi menggunakan metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat serta
menggunakan theodolite dengan bantuan matahari yang memiliki tingkat
keakurasian jauh lebih tinggi, jika dibandingkan dengan menggunakan kompas
yang memiliki tingkat akurasi rendah.
Tulisan Abdul Baqir Zain tentang Masjid-Masjid Bersejarah di
Indonesia menerangkan sejarah dan fungsi masjid-masjid bersejarah yang tersebar
di Indonesia tetapi tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana sistem
penentuan arah kiblatnya dan pengaruh sejarah tersbut dalam penentuan arah
kiblat.8
Skripsi Hasna Tuddar Putri9 yang berjudul PERGULATAN MITOS DAN
SAINS DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT ( Studi Kasus Pelurusan Arah
Kiblat Mesjid Agung Demak) yang membahas bagaimana fiqih kiblat yang
digunakan oleh masyarakat pengguna masjid Agung Demak dan bagaimana
masyarakat menempatkan mitos dan sains dalam penentuan arah kiblat.
8 Abdul Baqir Zain, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, Cet.ke-1, 1999.
9 Hasna Tuddar Putri , Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAIN WalisongoSemarang wisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi “PERGULATAN MITOS DAN SAINSDALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT ( Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid AgungDemak) .
6
Skripsi Siti Muslifah10 yang berjudul SEJARAH METODE
PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO
JAWA TIMUR” membahas bagaimana sejarah metode penentuan arah kiblat
Masjid Agung At Taqwa Bondowoso dan bagaimana akurasi metode penentuan
arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso dalam setiap pengukuran.
Penelitian verifikasi tentang arah kiblat masjid-masjid Agung Se Jawa
Timur hasil penelitian yang dilakukan oleh Drs. H.Syamsul Arifin AR, Dosen
Fakultas Syari'ah Ponorogo IAIN SA. Penelitian ini lebih menekankan pada
besaran deviasi arah kiblat di masjid-masjid Agung Jawa Timur dan kedudukan
shalat menghadap kiblat dengan deviasi tertentu, dengan demikian akan lebih
memantapkan ibadah shalat kita dan dapat memperbaiki sikap keberagamaan
khususnya masyarakat di Jawa Timur11.
Penelitian Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap arah kiblat
masjid dan musalla di kecamatan Ciputat untuk mengetahui sejauh mana tingkat
akurasi arah kiblat masjid dan musalla yang berada di kecamatan Ciputat dan
bagaimana pola masyarakat Ciputat dalam menentukan arah kiblat bagi masjid
dan musala ketika awal pembangunannya.12
PRASASTI MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA (STUDI
TENTANG KONTAK PERADABAN ANTARA JAWA, ARAB DAN BARAT
DALAM KRONOLOGI) skripsi yang dibuat oleh Iva Istiqomah. Penelitian ini
10 Siti Muslifah , Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarangwisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi SEJARAH METODE PENENTUAN ARAH KIBLATMASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR”.
11 http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain-gdl-res-1994-drshsyamsu-439, diambil pada 7/6/2010, pukul 11.48.
12 www.arah-kiblat-masjid-dan-musholla-di.html, diakses tanggal 2 Juni 2010 pukul 14.15WIB
7
fokus pada prasasti masjid Agung Sunan Ampel Surabaya kontak peradaban
antara Jawa, Arab dan Barat dalam kronologi13.
SUNAN AMPEL BERDARAH CINA. Hasil penelitian dosen Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, Drs H Sjamsudduha penelitian sejak
1971 menyimpulkan bahwa Sunan Ampel yang merupakan guru para wali itu
ternyata keturunan Cina14.
Tulisan di koran harian bangsa yang berjudul “Saat tepat meluruskan
kiblat masjid dan musalla yang di terbitkan pada hari kamis 16 juli 2009
pukul 13.39.00 menjelaskan tentang kebanyakan masjid-masjid kuno yang
didirikan oleh para wali untuk menentukan arah kiblat menggunakan cara
metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur
Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah. Peneliti utama Astronomi-Astrofisika
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Thomas
Jamaluddin membenarkan menggunakan cara seperti itu dalam menentukan
arah kiblat.15
Wali Songo yang di terjemahkan oleh K.H, Dachlan sebagai kenang-
kenangan haul agung Sunan Ampel ke 544 di Ampel, Surabaya berisikan
sejarah walisongo dan menjelaskan tempat-tempat penting di Sunan Ampel.16
13 http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--ivaistiqom-8291, diambil pada 7/6/2010, pukul 13,31.
14 http://dharmoghandul.blogspot.com/2007/07/sunan-ampel-berdarah-cina.html, diambilpada7/06/2010, pukul 7.13.
15http://www.harianbangsa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=571:saat-tepat-luruskan-kiblat-masjid-atau-musala-&catid=52:nasional&Itemid=87, di ambil pada 5April 2010, pukul 13.13.
16 Dachlan Abd. Qohar , Op. Cit.
8
Buku-buku yang menguraikan tentang arah kiblat secara umum antara
lain:
Fiqh Hisab Rukyah 17, Ilmu Falak Praktis18, Ilmu Falak (Teori dan
Praktik) 19, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern)20,
Almanak Hisab Rukyah 21, Ilmu Falaq 22, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah
17 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah ( menyatukan NU & Muhammadiyah), Jakarta :Erlangga, 2007, halm. 40. Menyatakan tidak adanya pertentangan dalam masalah pengukuran arahkiblat antara mazhab hisab (Muhammadiyah) dan mazhab rukyat (NU) sedangkan untuk acuanyang di gunakan dalam penentuan arah kiblat mazhab hisab dilambangkan dengan penggunaanilmu ukur bola (spherical trigonometry) dan mazhab rukyat dilambangkan dengan memakaibencet, miqyas, tongkat istiwa , rubu al-mujayyab, atau berpijakan kepada waktu mataharikulminasi (tepat di atas) titik zenith Ka’bah (metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalurKa’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah).
18 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah (metode hisab-rukyah praktis dan solusipermasalahannya), Semarang : Komulo Grafika, 2006, halm. 18-49. Pembahasan meliputi fiqiharah kiblat (pengertian arah kiblat dengan memberikan pemaknaan untuk masalah arah yang benardalam menghadap Ka’bah sehingga meyakinkan bagi orang yang shalat bahwa dirinya benar-benar menghadap kiblat dan tidak ada rasa kekhawatiran dalam menghadap kiblat karenamerupakan kewajiban bagi seorang muslim ketika akan melaksanakan shalat, memberikanpendapat para ulama’ dalam arah kiblat serta mengulaskan kata kiblat yang berarti tempat shalat,dasar menghadap kiblat melalui sumber-sumber yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits, sejarahkiblat mulai dari bentuk, stuktur bangunan sampai dengan masalah pihak-pihak dalam pembahasansejarah kiblat ini), hisab praktis arah kiblat (hisab azimuth kiblat (Arah atau garis yangmenunjukkan ke kiblat/Ka’bah) dengan data-data yang di perlukan sebagai berikut: lintang tempat,bujur tempat, lintang tempat kota Makkah dan bujur tempat kota Makkah dan hisab metoderashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalurKa’bah (Waktu-waktu tertentu dimana arah bayang-bayang suatu benda adalah arah kiblat karenapada saat itu matahari tepat berada di atas Ka’bah dan 2 kali terjadi setiap tahunnya yaitu 27/28mei dan 15/16 juli ).
19 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta : BuanaPustaka, cet.I, 2004, halm. 49-80. Membahas tentang pengertian arah kiblat, dalil sya’i, dasarperhitungan arah kiblat, perhitungan arah kiblat, pengukuran arah kiblat dengan kompas dan sinarmatahari, pengukuran arah kiblat dengan theodolit.
20 Susiknan Azhari, Ilmu Falak ((Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern),Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007, halm. 39. Berisikan pendahuluan, kiblat (Ka’bah)dalam lintas sejarah, hisab arah kiblat antara teks dan konteks, posisi matahari di atas Ka’bah(rasdu al-kiblat), proses perhitungan arah kiblat, praktik pengukuran.
21 Badan Hisab & Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, ProyekPembinaan Badan Peradilan Agama Islam, halm. 151. Membahas ilmu-ilmu ukur segitiga boladalam menghitung posisi benda langit dan arah kiblat karya Badan Hisab & Rukyah DepartemenAgama.
22 Maskufa, Ilmu Falaq, cet.I, Jakarta : Gaung Persada (GP Press), 2009, halm. 123-147.Membahas tentang pengertian arah kiblat, landasan normatif, sejarah kiblat, beberapa metodepenentuan arah kiblat dan penentuan arah kiblat dalam praktek.
9
(penerapan sains dalam peribadatan) 23. Pengantar Ilmu Falak 24. Karya-
karya dari para pakar falak tersebut memang tidak secara spesifik membahas
tentang arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya namun demikian di
dalamnya terdapat pembahasan arah kiblat yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembahasan skripsi ini.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan25 untuk meneliti akurasi
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini sebagai latar belakang dari
judul skripsi yang akan dibahas. Metode azimuth kiblat dan metode rashdul
kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi
matahari dijalur Ka’bah dengan data ephemeris26 dan theodolit digunakan
untuk melakukan pengecekan terhadap arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel. Penelitian juga menggunakan wawancara untuk mengetahui respon
23 HM Dimsiki Hadi, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah (penarapan sains dalamperibadatan), cet.I, Jogyakarta :Prima Pustaka, 2009, halm. 81-95. Membahas tentang:menentukan arah kiblat, saat matahari kulminasi di atas Makkah, saat bayangan searah padasebarang hari, penentuan arah kiblat dengan rumus segitiga bola.
24 Tgk. M. Yusuf Harun, Pengantar Ilmmu Falak, cet.I, Banda Aceh :Yayasan Pena,2008, halm. 67-71. Membahas tentang hisab arah kiblat dan rumusnya dan hisab baying-bayangkiblat dan rumusnya.
25 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Ed. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,Cet. 10, 1997, hlm. 22.
26 Merupakan buku pedoman hisab rukyat yang dibuat oleh REKTORAT URUSANAGAMA ISLAM DAN PEMBINAAN SYARIAH DITJEN BIMBINGAN MASYARAKATAMPEL DEPARTEMEN AGAMA RI. Perhitungan ini sama dengan buku falak yang dibuat olehMuhyiddin Khazin yang berjudul Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik cetakan I november 2004salah satu jabatannya adalah instruktur pada berbagai pelatihan Hisab Rukyat baik Regionalmaupun Nasional bahkan pada tingkat MABIMS (Menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia,Malaysia, dan Singapura).
10
masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel.
2. Sumber Data
A. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengecekan arah kiblat masjid Agung
Sunan Ampel saat ini untuk mengetahui akurasi arah kiblatnya dengan metode
azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah.
Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui respon masyarakat Ampel
terhadap pengecekan arah kiblat yang dilakukan oleh penulis.
B. Data Sekunder
Penulis mendapatkan data arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dan
respon masyarakat Ampel dengan mengkaji beberapa data yang berasal dari
bahan-bahan kepustakaan: berupa ensiklopedi, buku-buku, artikel-artikel,
karya ilmiah yang dimuat dalam media massa seperti majalah dan surat kabar,
serta jurnal ilmiah maupun laporan – laporan hasil penelitian dan data-data
yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.
3. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penulisan ini dengan observasi /
pengamatan langsung27 untuk melakukan pengecekan arah kiblat masjid
Agung Sunan Ampel dengan metode azimuth kiblat diantara alat-alat yang
digunakan antara lain: theodolit sebagai pengola data ephemeris secara
mekanik dan diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat, GPS sebagai alat
27 Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 17.
11
elektronik untuk mengetahui lintang dan bujur tempat, dan metode rashdul
kiblat / posisi matahari dijalur Ka’bah. Penulis juga melakukan wawancara
untuk mengetahui respon masyarakat Ampel dan pengurus masjid terhadap
pengecekan arah kiblat yang penulis lakukan.
4. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dipelajari dan dilakukan analisis data.
Dalam menganalisis data penulis menggunakan tehnik analisis verifikasi
dengan cara menguji kembali arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini
dengan metode metode azimuth kiblat diantara alat-alat yang digunakan antara
lain: theodolit sebagai pengola data ephemeris secara mekanik dan
diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat, GPS sebagai alat elektronik
untuk mengetahui lintang dan bujur tempat, dan metode rashdul kiblat / posisi
matahari dijalur Ka’bah. Tehnik analisis semacam ini disebut juga analisis
kualitatif. 28 Metode wawancara juga digunakan untuk mengetahui respon
masyarakat Ampel dengan pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel saat ini.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana dalam
setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan yaitu :
28Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis denganlogika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin, MenyusunRencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 95.
12
BAB I : Pendahuluan.
Bab ini memuat latar belakang permasalahan, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II : Arah Kiblat.
Dalam bab ini memuat pengertian arah kiblat, dasar hukum arah
kiblat, sejarah arah kiblat, pendapat ulama’ tentang arah kiblat dan
macam-macam metode arah kiblat.
BAB III : Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel
Dalam bab ini mencakup sejarah masjid Agung Sunan Ampel,
akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, respon masyarakat
Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel.
BAB IV : Analisis Terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan
Ampel
Dalam bab ini analisis dilakukan dengan menganalisis tentang
bagaimana akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dan
bagaimana respon Masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah
kiblat masjid Agung Sunan Ampel.
BAB V : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran dan penutup.
13
BAB II
ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat
1. Pengertian Arah Kiblat Menurut Bahasa
Umat Muslim wajib menghadap ke kiblat (Ka’bah) ketika
melakukan shalat. Kamus Munjid mengartikan kiblat adalah menghadap
ke Ka’bah berasal dari -- .29 Kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan kiblat adalah arah ke Ka’bah di Makkah.30 Kiblat dalam Al-
Qur’an memiliki 2 pemaknaan yaitu arah dan tempat.
A. Kiblat Berarti Arah
Arah disini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah
ayat 144 :
*ãAq à)u‹ y™âä !$ygxÿ•¡9$#z̀ ÏBĨ$̈Z9$#$tBöN ßg9 ©9urt̀ããN ÍkÉJn=ö6 Ï%ÓÉL©9$#(#q çR% x.$ygø‹ n=tæ4
@è%°!ä-ÎŽô³ pRùQ$#Ü> Ì•øóyJ ø9$#ur4“ωöku‰t̀Bâä !$t± o„4’n<Î):ÞºuŽÅÀ5OŠÉ)tG ó¡ •BÇÊÍËÈ
Artinya : Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusiaakan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) darikiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblatkepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; diamemberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yanglurus" Al-Baqarah : 142).31
29 Louis Ma’luf, al-Munjid fil Lughah wal Alam, Beirut : Darul Masyriq, 1986, hlm.606-607.
30 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta : PT. GramediaPustaka Media, 2008, edisi IV, halm. 695.
31 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Dan Terjemahannya, Bandung :CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V, halm. 22.
14
Ayat lain yang mengartikan kiblat sebagai arah tercantum dalam
surat al-baqarah ayat : 143, 144, dan 145.
y7Ï9ºx‹x. uröN ä3» oY ù=yèy_Zp ¨Bé&$VÜy™ur(#q çRq à6 tG Ïj9uä !#y‰pkà’n? tãĨ$̈Y9$#tbq ä3 tƒ ur
ãAq ß™§•9$#öN ä3 ø‹ n=tæ#Y‰‹ Îgx©3$tBur$oY ù=yèy_s' s#ö7 É)ø9$#ÓÉL©9$#|MZä.!$pköŽ n=tæžwÎ)zN n=÷èuZÏ9
t̀BßìÎ6 ®K tƒtAq ß™§•9$#£̀J ÏBÜ=Î= s)Ztƒ4’n? tãÏmø‹ t7 É)tã4b Î) urôMtR% x.¸o uŽ•Î7 s3 s9žwÎ)’n? tã
tûï Ï% ©!$#“y‰ydª!$#3$tBurtb%x.ª!$#yì‹ ÅÒ ã‹Ï9öN ä3 oY» yJƒ Î)4žcÎ)©!$#Ĩ$̈Y9$$Î/
Ô$râä t• s9ÒOŠÏm§‘ÇÊÍÌÈô‰s%3“t• tR|=•=s)s?y7Îgô_ur’ÎûÏä !$yJ ¡¡9$#(y7̈Y uŠÏj9uq ãY n=sù\' s#ö7 Ï%
$yg9 |Êö• s?4ÉeAuq sùy7ygô_urt• ôÜx©Ï‰Éfó¡ yJ ø9$#ÏQ#t• ysø9$#4ß] øŠymur$tBóO çFZä.(#q —9uq sù
öN ä3 ydq ã_ãr¼ çn t• ôÜx©3¨b Î) urtûï Ï%©!$#(#q è?ré&|=» tG Å3 ø9$#tbq ßJ n=÷èu‹ s9çm ¯Rr&‘, ysø9$#Ï̀B
öN ÎgÎn/ §‘3$tBurª!$#@@Ïÿ» tóÎ/$£J tãtbqè=yJ ÷è tƒÇÊÍÍÈ÷ûÈõ s9ur|MøŠs?r&tûï Ï% ©!$#(#q è?ré&
|=» tG Å3 ø9$#Èe@ä3 Î/7p tƒ#uä$̈B(#q ãèÎ7 s?y7tFn=ö7 Ï%4!$tBur|MRr&8ìÎ/$tFÎ/öN åktJn=ö6 Ï%4$tBurO ßgàÒ ÷èt/
8ìÎ/$tFÎ/s' s#ö6 Ï%<Ù ÷èt/4ÈûÈõ s9ur|M÷èt7 ¨?$#N èd uä !#uq ÷d r&. Ï̀iBω÷èt/$tBx8 uä !$y_šÆÏB
ÄN ù=Ïèø9$# š• ¨RÎ)#]ŒÎ)z̀ ÏJ ©9šúü ÏJ Î=» ©à9$#ÇÊÍÎÈ
Artinya : Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umatIslam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas(perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadikiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata)siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yangTelah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakanimanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayangkepada manusia(143). Sungguh kami (sering) melihat mukamumenengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu kekiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. danSesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
15
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke MasjidilHaram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidaklengah dari apa yang mereka kerjakan(144). Dan Sesungguhnya jikakamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yangdiberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidakakan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblatmereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblatsebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginanmereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu-termasuk golongan orang-orang yang zalim (al-baqarah : 143-145).32
B. Kiblat Berarti Tempat
!$uZø‹ ym÷rr&ur4’n<Î)4Óy›q ãBÏm‹Åz r&urb r&#uä §q t7 s?$yJ ä3 ÏBöq s)Ï9uŽóÇÏJ Î/$Y?q ã‹ ç/(#q è=yèô_$#ur
öN à6 s?q ã‹ ç/\' s#ö6 Ï%(#q ßJŠÏ%r&urno 4q n=¢Á9$#3ÎŽÅe³ o0uršúü ÏZÏB÷s ßJ ø9$#ÇÑÐÈ
Artinya : Dan kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:"Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempattinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempatshalat dan Dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman" (yunus : 87).33
Rumah disini tidak diartikan dengan rumah yang berarti tempat
tinggal akan tetapi kiblat sebagai tempat melakukan ibadah kepada
Allah.34
2. Pengertian Arah Kiblat Menurut Istilah
Fachruddin dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menjelaskan kiblat adalah
satu arah yang dituju oleh kaum Muslimin dimanapun mereka berada
ketika mengerjakan shalat fardu atau sunat. Kiblat yang dituju kaum
32 Ibid.33 Ibid., halm. 218.34 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, cet. I, vol. VI,
halm. 142.
16
Muslimin adalah Ka’bah terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di kota
Mekkah yang dibangun oleh nabi Ibrahim dan Ismail.35
Slamet Hambali dosen falak IAIN Walisongo, Semarang
mengartikan arah kiblat adalah arah terdekat menuju Ka’bah yang
melewati lingkaran besar (great circle) bumi. Lingkaran arah kiblat adalah
lingkaran besar bola bumi yang melewati kiblat/lingkaran besar bola bumi
yang melewati sumbu kiblat (sumbu yang menghubungkan titik pusat
Ka’bah dengan titik kebalikan dari Ka’bah).36
B. Dasar Hukum Arah Kiblat
1. Dasar Hukum al-Qur’an
ô‰s%3“t• tR|=•=s)s?y7Îgô_ur’ÎûÏä !$yJ ¡¡9$#(y7̈Y uŠÏj9uq ãY n=sù\' s#ö7 Ï%$yg9 |Êö• s?4ÉeAuq sù
y7ygô_urt• ôÜx©Ï‰Éfó¡ yJ ø9$#ÏQ#t• ysø9$#4ß] øŠymur$tBóOçFZä.(#q —9uq sùöN ä3 ydq ã_ãr
¼ çn t• ôÜx©3¨b Î) urtûï Ï%©!$#(#q è?ré&|=» tG Å3 ø9$#tbq ßJ n=÷èu‹ s9çm ¯Rr&‘, ysø9$#Ï̀BöN ÎgÎn/ §‘3$tBurª!$#
@@Ïÿ» tóÎ/$£J tãtbqè=yJ ÷è tƒÇÊÍÍÈ
Artinya : Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah kelangit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamusukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana sajakamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnyaorang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalahbenar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yangmereka kerjakan (al-baqarah : 144).37
35 Fachruddin Hs., Ensiklopedia Al-Qur an, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992, jilid I, cet.I, halm. 608-609.
36 Slamet Hambali, Op. Cit.37 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., halm. 22.
17
Ayat ini memerintahkan umat Muslim untuk menghadap Ka’bah
secara tepat ketika melakukan shalat baik yang melihat langsung maupun
tidak langsung.38
ô Ï̀Burß] ø‹ ym|Mô_t• yzÉeAuq sùy7ygô_urt• ôÜx©Ï‰Éfó¡ yJ ø9$#ÏQ#t• ysø9$#4ß] øŠymur$tB
óO çFZä.(#q —9uq sùöN à6 ydq ã_ãr¼çn t• ôÜx©žx y¥ Ï9tbq ä3 tƒÄ¨$̈Y=Ï9öN ä3 ø‹ n=tæîp¤fãmžwÎ)
šúï Ï% ©!$#(#q ßJ n=sßöN åk÷]ÏBŸx sùöN èd öq t± øƒrB’ÎTöq t± ÷z $#ur§N Ï?T{ urÓÉLyJ ÷èÏRö/ ä3 ø‹ n=tæ
öN ä3 ¯=yès9 urtbr߉tG öh s?ÇÊÎÉÈ
Artinya : Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlahwajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian)berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjahbagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantaramereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supayakamu mendapat petunjuk (al-baqarah : 150).39
2. Dasar Hukum Al-hadits
a. Kewajiban Menghadap Kiblat Ketika Shalat
: " : .
Artinya : dari Abu Hurairah dalam suatu hadits yang akan disebutnanti- ia berkata : telah bersabda Nabi saw. : apabila kamu berdirihendak shalat, maka sempurnakanlah wudlu , lalu menghadaplah kekiblat lalu bertakbirlah
:-
38 Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006,cet. I, edisi I, halm. 18.
39 Ibid., halm. 23.40 Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah no. 827.
18
.Artinya : dan dari Ibnu Umar, ia berkata : ketika orang-orang
berada di Quba waktu shalat shubuh- tiba-tiba ada seseorang datangkepada mereka, lalu ia berkata : sesungguhnya Nabi saw. Pada malamhari ini telah diturunkan kepadanya ayat Al-Qur an, dan sesungguh iadiperintah untuk menghadap kiblat, oleh karena itu menghadaplah kekiblat, sedang muka-muka mereka waktu itu menghadap ke Syam,kemudian mereka memutar ke jurusan Ka bah.
. " "-
- : .
Artinya : dan dari Anas, sesungguhnya Rasulullah saw. Pernahshalat menghadap ke jurusan Baitul Maqdis, lalu turunlah ayat :
sungguh kami mengetahui berbolak-baliknya mukamu ke langit, olehkarena itu-sekarang-kami memalingkan kamu ke satu kiblat yang pastikamu rela, maka hadapkanlah mukamu ke jurusan Masjidil Haram .Kemudian seorang laki-laki dari Bani Salamah berjalan sedang merekasemua dalam keadaan ruku dalam shalat shubuh- dan mereka shalat saturakaat. Lalu ia menyeru : ketahuilah, sesungguhnya kiblat telahdipindahkan. Lalu mereka berpaling sebagaimana keadaan mereka kejurusan kiblat.
Hadits-hadits di atas menunjukkan kewajiban bagi seluruh umat
Muslim untuk menghadap kiblat (Ka’bah) dan menjadi ijma’ seluruh umat
Muslim kecuali dalam keadaan tidak mampu seperti dalam peperangan,
ketakutan dan lain sebagainya.43
41 Hadits riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad no. 828.42 Hadits riwayat Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud no. 829.43 Mu’ammal Hamidy, Imron AM, Umar Fanany BA., Terjemahan Nailul Authar
Himpunan Hadits- Hadits Hukum, Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1991, jilid 2, halm. 477-478.
19
b. Menghadap Arah Ka’bah
: .
Artinya : dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. Telahbersabda : arah antara timur dan barat adalah kiblat
" "
Artinya : dan sabda Nabi saw. Dalam hadits yang diriwayatkan olehAbu Ayyub : tetapi menghadaplah ke timur dan barat ini menguatkan diatas.
,
Artinya : Baitullah adalah kiblatnya orang yang berada di MasjidilHaram, sedang Masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk Makkah, danMakkah adalah kiblat bagi penduduk dunia dari ummatku di barat dan ditimur.
Hadits-hadits di atas menganjurkan untuk berkiblat ke arah bendanya
bagi orang yang tidak dapat melihat langsung ke Ka’bah.47
C. Sejarah Arah Kiblat
Hadits- hadits kiblat shalat dari Al Qudus ke Ka’bah :
. .--
44 Hadits riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi mengesahkannya no. 830.45 Hadits no. 831, Ibid.46 Al Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas.47 Ibid., halm. 479-480.
20
. .-
-
Artinya : Al Barra Ibn Azib ra. Berkata : Rasulullah saw. Bershalatke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Rasulullah sangatingin diperintahkan menghadap ke Ka bah, karena itu Allah menurunkanfirman : qad nara................sungguh kami telah melihat muak engkau kearah langit. Nabi pun menghadap ke arah Ka bah. Dan berkatalah orang-orang yang kuat akalnya di antara manusia, yakni orang-orang Yahudi :apakah yang memalingkan mereka dari kiblat yang telah mereka hadapi?Katakanlah kepunyaan Allah timur dan barat, Allah menunjuki siapa yangdia kehendaki kepada jalan yang lurus. Maka seorang laki-laki bershalatbersama Nabi kemudian dia keluar setelah shalat kemudian dia melewatikaum Anshar yang sedang shalat ashar dengan menghadap ke arah BaitulMaqdis, maka orang itu berkata sambil bersumpah bahwasannya diatelah shalat bersama Rasulullah ke arah Ka bah, karenanya orang-orangitu shalat menghadap Ka bah.
Artinya : kami telah bershalat dengan Nabi saw. Ke arah BaitulMaqdis selama 16 bulan atau 17 bulan kemudian dipalingkan ke arahkiblat (Ka bah) .
:
,
48 Hadits Al Bukhari 8 : 31, Muslim : 5 : 2, Al Lu’lu-u Wal Marjan 1 : 116 no. 303.49 Hadits no. 304 Al Bukhari 65 : 18, Ibid.50 Hadits no. 305 Al Bukhari 8 : 32, Ibid.
21
Artinya : sebagian orang-orang Quba berada di masjid Qubadalam shalat shubuh, tiba-tiba datanglah seorang pendatang lalu berkata: sesungguhnya pada malam hari ini turunlah aayt Al Qur an dandiperintahkan untuk menghadap ke Ka bah maka hadaplah ke arah itu,dan ketika itu muka-muka mereka menghadap ke Syam, oleh karena itumereka memutar menghadap ke arah Ka bah.
Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad untuk menghadap ke
Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan setelah hijrah ke Madinah,
kemudian memerintahkan mengubah kiblat ke Ka’bah karena seringnya
nabi Muhammad menghadapkan wajahnya ke langit dan berharap kiblat
kembali ke Ka’bah. Abbas bin Bisyir atau Abbas bin Nahid adalah
seseorang laki-laki yang telah berjamaah shalat dhuhur dengan nabi
Muhammad kemudian berniat untuk pulang ke kampungnya. Dia melihat
dalam perjalanannya kaum Anshar yang sedang shalat ashar, kemudian dia
mengatakan kepada kaum Anshar tersebut bahwasannya nabi Muhammad
telah menghadap ke Ka’bah ketika shalat dhuhur dan dia termasuk
jamaahnya. Abbas juga memberikan kabar kepada penduduk Quba yaitu
Bani Amer ibn Auf yang sedang melakukan shalat shubuh bahwa nabi
Muhammad telah diperintahkan menghadap Ka’bah maka mereka
memutar arah ketika sedang melakukan shalat.51
D. Pendapat Ulama’ Tentang Arah Kiblat
Ka’bah merupakan kiblat umat Islam dan para ulama mazhab
seluruhnya sepakat untuk menghadap Ka’bah secara tepat bagi orang yang
dapat melihat langsung ke Ka’bah, akan tetapi perbedaan terjadi ketika
51 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadits 3 Shalat, Semarang : PT.Pustaka Rizki Putra, 2003, cet. I, edisi II, halm. 23-25.
22
kiblat bagi orang yang jauh dari Ka’bah dan tidak dapat melihat
langsung.52 Mayoritas penduduk Indonesia bermazhab kepada Imam
Syafi’i oleh karena itu disini penulis memberikan penjelasan tentang kiblat
menurut Imam Syafi’i dengan keterangan kiblat menurut imam-imam
lainnya.
Imam Syafi’i mewajibkan seluruh umat Islam untuk menghadap
kiblat (Ka’bah) ketika shalat fardu, sunah, jenazah, sujud syukur, dan
sujud tilawah. Imam Syafi’i mengambil dasar dari Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 150 serta ayat Al-Qur’an sebagai berikut :53
. .--
. .-
-
Artinya : Al Barra Ibn Azib ra. Berkata : Rasulullah saw. Bershalatke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Rasulullah sangatingin diperintahkan menghadap ke Ka bah, karena itu Allah menurunkan
52 Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Khamsah, Masykur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, “Fiqih Lima Mazhab”, Jakarta : Lentera, 2007, cet. V,halm. 77.
53 Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad Bin Idris, Mukhtashar Kitab Al-Umm FiilFiqhi, Mohammad Yazir Abd. Muthalib, Andi Arlin, “Ringkasan Kitab Al Umm”, Jakarta :Pustaka Azzam, 2004, halm. 146.
54 Hadits Al Bukhari 8 : 31, Muslim : 5 : 2, Al Lu’lu-u Wal Marjan 1 : 116 no. 303.
23
firman : qad nara................sungguh kami telah melihat muak engkau kearah langit. Nabi pun menghadap ke arah Ka bah. Dan berkatalah orang-orang yang kuat akalnya di antara manusia, yakni orang-orang Yahudi :apakah yang memalingkan mereka dari kiblat yang telah mereka hadapi?Katakanlah kepunyaan Allah timur dan barat, Allah menunjuki siapa yangdia kehendaki kepada jalan yang lurus. Maka seorang laki-laki bershalatbersama Nabi kemudian dia keluar setelah shalat kemudian dia melewatikaum Anshar yang sedang shalat ashar dengan menghadap ke arah BaitulMaqdis, maka orang itu berkata sambil bersumpah bahwasannya diatelah shalat bersama Rasulullah ke arah Ka bah, karenanya orang-orangitu shalat menghadap Ka bah.
Artinya : kami telah bershalat dengan Nabi saw. Ke arah BaitulMaqdis selama 16 bulan atau 17 bulan kemudian dipalingkan ke arahkiblat (Ka bah) .
:
,Artinya : sebagian orang-orang Quba berada di masjid Quba
dalam shalat shubuh, tiba-tiba datanglah seorang pendatang lalu berkata: sesungguhnya pada malam hari ini turunlah aayt Al Qur an dandiperintahkan untuk menghadap ke Ka bah maka hadaplah ke arah itu,dan ketika itu muka-muka mereka menghadap ke Syam, oleh karena itumereka memutar menghadap ke arah Ka bah.
Imam Syafi’i mengatakan ada dua cara menghadap kiblat:
I. Orang yang dapat melihat Ka’bah secara langsung dengan kasat mata
maka kiblatnya harus benar-benar menghadap Ka’bah.
II. Orang buta yang diarahkan kiblatnya oleh orang yang normal maka sah
shalatnya dan jika tidak ada yang mengarahkan maka dia diperbolehkan
untuk shalat dan mengulangi shalatnya ketika tidak yakin.
55 Hadits no. 304 Al Bukhari 65 : 18, Ibid.56 Hadits no. 305 Al Bukhari 8 : 32, Ibid.
24
Imam Syafi’i mengatakan :
o Orang yang berijtihat dalam menentukan arah kiblat dan ijtihatnya salah
maka harus diulangi karena untuk menghilangkan ijtihad yang salah
menuju pengetahuan yang sempurna.
o Orang yang berada di Makkah akan tetapi tidak dapat melihat langsung ke
arah Ka’bah atau orang bertempat tinggal di luar Makkah harus
bersungguh-sungguh dalam menentukan arah kiblat baik dengan petunjuk
bintang-bintang, matahari, bulan, gunung, arah hembusan angin atau
segala cara untuk mengetahui arah kiblat.
o Pendapat orang buta dianggap tidak sah ketika menentukan kiblat dengan
sendirian baik dalam perjalanan maupun dengan orang lain dan wajib
mengulang semua shalat yang telah dilakukannya.
o Petunjuk arah kiblat dapat diterima apabila orang yang mengucapkan
adalah orang yang tidak buta dan dia tidak pernah dusta sehingga dapat
dipercaya perkataannya.
o Petunjuk kiblat orang musyrik tidak dapat dipercaya walaupun benar
karena termasuk orang yang tidak amanah.
o Seseorang harus mengulangi shalatnya ketika dia menggunakan petunjuk
alam dan ternyata dia salah karena cuaca mendung dan sebagainya.
o Shalat tidak harus diulangi ketika diyakini shalatnya seseorang ke arah
kiblat sebenarnya selama masih dalam satu arah.
25
o Seseorang diperbolehkan menghadap ke arah mana saja ketika dalam
keadaan takut serta dikawal.57
Fiqih lima mazhab kumpulan pendapat dari para Imam mazhab
antara lain :
o Imam Hanafi, Hambali, Maliki, dan sebagian kelompok Imamiyah
menjelaskan kiblat orang yang jauh dari Ka’bah adalah arah dari bangunan
Ka’bah.
o Imam Syafi’i dan sebagian Imamiyah mewajibkan untuk menghadap
Ka’bah secara pasti baik bagi orang yang dapat melihat langsung ataupun
tidak langsung. Umat Muslim wajib bersungguh-sungguh dalam berijtihat
untuk mengetahui kiblat secara tepat.
o Imam Syafi’i, empat mazhab dan sekelompok Imamiyah lainnya
mengesahkan umat Muslim untuk melaksanakan shalat ke arah mana saja
ketika tidak menemukan kiblat setelah bersungguh-sungguh dalam
berijtihat.
o Imamiyah sebagian besar menganjurkan untuk melaksanakan ke empat
arah karena berlandaskan ayat 144 surat Al-Baqarah dan sedangkan pada
surat yang sama ayat 115 memerintahkan menghadap ke arah mana saja
yang disukai. Perbedaan pendapat terjadi, pendapat pertama mengatakan
ayat pertama menghapus ayat ke dua. Pendapat kedua tidak ada ayat yang
terhapus dan menggantikan oleh karena itu terdapat dua cara untuk
57 Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad Bin Idris , op. cit., halm. 147-150.
26
melaksanakannya. Ayat pertama bagi orang-orang yang dapat melihat
Ka’bah dan ayat kedua bagi orang yang tidak dapat melihat Ka’bah.
o Imamiyah mengatakan kesalahan menghadap kiblat diketahui ketika
seseorang sedang melaksanakan shalat, maka seseorang meneruskan
shalatnya dan sisanya menghadap ke arah kiblat yang benar. Seseorang
mengetahui kesalahan menghadap kiblat setelah selesai shalat maka
shalatnya diulang seketika itu bukan di luar waktu itu dan orang yang tahu
shalatnya salah menghadap kiblat maka shalatnya batal.
o Pendapat Imamiyah sebagian mengatakan tidak perlu mengulangi shalat
jika melenceng sedikit akan tetapi jika seseorang shalat membelakangi
Ka’bah maka harus mengulangi seketika itu bukan di luar waktu shalat
tersebut.
o Imam Hanafi dan Hambali mengatakan jika seseorang tidak menemukan
arah yang diyakini sebagai pedoman kiblat maka dia boleh menghadap ke
arah mana saja. Seseorang masih dalam pertengahan melaksanakan shalat
dan mengetahui arah kiblat maka sisa shalatnya menghadap arah kiblat,
akan tetapi jika mengetahui arah kiblat sebenarnya setelah shalat maka
shalatnya sah dan tidak wajib diulangi.
o Imam Maliki dan Hambali mengatakan shalat seseorang batal shalatnya
jika dia tidak mau berusaha untuk menemukan arah kiblat walaupun arah
yang dihadapnya ketika shalat benar. Hanafi dan Imamiyah mengatakan
27
sah shalat seseorang jika yakin arah kiblatnya benar karena niatnya adalah
mendekatkan diri kepada Allah.58
E. Macam-Macam Metode Arah Kiblat
Metode arah kiblat memiliki beberapa macam antara lain :
I. Metode Hitungan Ephemeris Menggunakan Alat Bantu Theodolit59.
Persiapan sebelum melakukan pengukuran arah kiblat suatu tempat atau
kota dengan theodolit maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah :
vMenentukan kota yang akan diukur arah kiblatnya.
vMenentukan data lintang ( ) dan bujur tempat ( ).
- Lintang tempat / Ardlul balad adalah jarak suatu tempat sampai
khatulistiwa diukur sepanjang garis garis bujur. Khatulistiwa adalah
lintang 00 - 900 sampai kutub bumi.
- Bujur tempat / Thulul balad adalah jarak suatu tempat sampai garis
bujur kota greenwich. Greenwich adalah 1800 bujur barat (BB) dan
1800 bujur timur (BT).60
vData lintang dan bujur Ka’bah :
Data lintang dan bujur Ka’bah bermacam-macam diantaranya :
No Sumber data Lintang Bujur1.2.3.4.5.6.7.
Atlas PR Bos 38Mohammad IlyasSaadoe’ddin Djambek (1)Saadoe’ddin Djambek (2)Nabhan MasputraMa’shum bin AliGoogle Earth
210 31’ LU210 LU210 20’ LU210 25’ LU210 25’ 14,7 LU210 50’ LU210 25’21,2’’ LU
390 58’ BT400 BT390 50’ BT390 50’ BT390 49’ 40’’ BT400 13’ BT390 49’ 34’’ BT
58 Muhammad Jawad Mughniyah, Op. Cit., halm. 77-79.59 Muhyiddin Khazin, Op.Cit, halm.62.60 Ahmad Izzuddin, Op. Cit halm. 28.
28
8.9.10.11.12.13.
Monzur AhmedAli AlhadadGerhard KaufmannS. Kamal AbdaliMuhammad Basil at- Ta’iMohammad Odeh
210 25’ 18’’ LU210 25’23,2’’ LU210 25’21,4’’ LU210 25’ 24’’ LU210 26’ LU210 25’ 22’’ LU
390 49’ 30’’ BT390 49’ 38’’ BT390 49’ 34’’ BT390 49’ 24’’ BT390 49’ BT39049’31’’ BT61
vMenyiapkan hitungan arah kiblat tempat yang akan diukur dan
hasil hitungan arah kiblatnya hendaklah dari barat ke utara (B -
U).
vMenyiapkan data astronomis ephemeris hisab rukyat pada hari dan
tanggal pengukuran.
vMembawa jam penunjuk waktu yang akurat.
Pelaksanaan dilakukan setelah persiapan telah terlengkapi, kemudian
langkah-langkah penggunaan sebagai berikut :
vPasang theodolit pada penyangganya.
vPeriksa waterpass yang ada di theodolit agar terpasang benar-benar
datar.
vBerilah titik pada tempat bersdirinya theodolit (misal T).
vBidik matahari.62
vKunci theodolit dengan skrup horizontal clamp dikencangkan agar
tidak bergerak.
vTekan tombol “0-set” pada theodolit agar angka layar
(HA=Horizontal Angel) menunjukkan angka 0.
61 Susiknan Azhari, Op.Cit, halm. 206.62 Hati-hati sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak mata, oleh karena itu
pasang filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk membidik matahari.
29
vMencatat waktu ketika membidik matahari.63
vMengkonversi waktu yang dibidik dengan GMT (misalnya WIB
dikurangi 7 jam).
vMelihat nilai deklinasi matahari ( 0) dan equetion of time (e) saat
matahari berkulminasi (misal pada jam 5 GMT) dari ephemeris.
- Deklinasi matahari / Mailus Syams adalah jarak sepanjang lingkaran
deklinasi dihitung dari equator sampai matahari.
- Equetion of time / Ta dilul Waqti / Ta diluz Zaman / perata waktu
adalah selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu
matahari rata-rata (pertengahan).64
vMenghitung waktu Meridian Pass (MP) dengan rumus:
MP = ((10565 - ) : 15) + 12 – e
- Meridian Pass (MP) adalah waktu pada saat matahari tepat di titik
kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu
pertengahan.66
vMenghitung Sudut Waktu (t0) dengan rumus:
t0 = (MP – waktu bidik) x 15
vMenghitung Azimuth Matahari (A0) dengan rumus:
Cotg A0 = [((cos x tan 0) : sin t0) – (sin : tan t0)]67
63 Akan lebih baik pembidikan dilakukan tepat seperti jam 09.00.64 Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm.67-69.65 letak masjid Agung Sunan Ampeldi bujur barat (WIB) maka nilainya 1050, WITA
(1200), WIT (1350).66 Muhyiddin Khazin, Op.Cit, halm.70.67 [....] = harga mutlak.
30
vArah kiblat (AK) dengan theodolit adalah :
• Jika 0 positif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari
berkulminasi maka AK = 360 - A0 – kiblat (B - U).
• Jika 0 positif dan pembidikan dilakukan setelah matahari
berkulminasi maka AK = A0 – kiblat (B - U).
• Jika 0 negatif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari
berkulminasi maka AK = 360 – (180 - A0) – kiblat (B -
U).
• Jika 0 negatif dan pembidikan dilakukan setelah matahari
berkulminasi maka AK = 180 - A0 – kiblat (B - U).
vBuka kunci horizontal dan kendurkan skrup horizontal clamp.
vPutar theodolit hingga menampilkan angka hasil AK.68
vTurunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak
sekitar 5 meter dari theodolit berdiri dan berilah tanda (misal Q).
vHubungkan titik T dan sasaran Q dengan garis lurus atau benang.
vGaris atau benang itulah yang merupakan arah kiblat untuk
tempat/kota tersebut.
II. Pengukuran Arah Kiblat dengan Kompas dan Sinar Matahari69.
Hitunglah arah kiblat suatu tempat terlebih dahulu yang arahnya (B - U),
kemudian lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
68 Apabila diputar ke kanan (searah jarum jam) maka angkanya semakin membesar(bertambah) dan sebaliknya jika diputar ke kiri (anti jarum jam) maka angkanya semakin mengecil(berkurang).
69 Muhyiddin Khazin, Op. Cit., halm.59.
31
vPilih tempat datar dan rata.
vMenentukan titik utara dan selatan sejati baik dengan kompas70
atau sinar matahari71, kemudian beri tanda pada kedua arah
tersebut.72
vTitik keduanya dihubungkan dengan tali atau benang sehingga
menunjukkan garis lurus arah utara dan selatan sejati.
vBuatlah titik P pada benang yang menghubungkan utara dan
selatan sejati.
vTitik P ditarik lurus ke arah barat dengan garis atau benang
sehingga menjadi garis PB.
vTarik berapa meter dari titik P ke titik B kemudian diberi tanda C
(misal 1 meter).
vTarik garis tegak lurus dari ke arah utara dari titik C.
70 Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin dengan jarum jam didalamnya. Jarumjam terbuat dari logam magnetis sehingga dengan mudah menunjuk arah utara, akan tetapi bukanarah utara sejati (titik kutub utara) sehingga untuk mendapat utara sejati perlu adanya koreksideklinasi kompas terhadap arah jarum kompas. Deklinasi kompas berubah-ubah tergantung posisitempat dan waktu, untuk itu dianjurkan berhati-hati karena jarum kompas kecil dan peka terhadapdaya magnit. Mendapatkan deklinasi kompas dapat menghubungi BMG (Badan Meteorologi &Geofisika).
71 Menentukan titik barat dan timur dengan sinar matahari dapat dilakukan sebagaiberikut : 1. Pilih tempat yang rata, datar, dan terbuka, 2. Buat lingkaran dengan jari-jari sekitar 0,5meter, 3. Tancapkan tongkat tegak lurus di tengah-tengah lingkaran kira-kira 1,5 meter, 4. Berilahtanda B di titik perpotongan antara bayangan tongkat dengan garis lingkaran sebelah barat (ketikabayangan sinar matahari masuk lingkaran). Titik B terjadi sebelum dhuhur, 5. Berilah tanda T dititik perpotongan antara bayangan tongkat dengan garis lingkaran sebelah timur (ketika bayangansinar matahari keluar lingkaran). Titik T terjadi sesudah dhuhur, 6. Hubungkan titik T dan Bdengan garis lurus atau tali, 7. Titik T adalah timur dan titik B adalah barat sehingga didapat garislurus timur dan barat, 8. Buatlah garis utara tegak lurus dengan garis timur dan barat maka ituadalah utara sejati.
72 Penentuan titik utara dengan kompas harus memperhatikan variasi magnet. WilayahIndonesia dari barat sampai timur sebesar – 1 sol + 50 artinya titik utara sejati berada di sebelahtimur utara magnet kompas sebesar 00 45’.
32
vGaris yang ditarik dari titik C diukur dengan tangen arah kiblatnya
( misal 240 42’ 46,34’’ =0,46 meter), kemudian beri titik K.
vTarik garis antara titik P dan K sehingga membentuk garis PK dan
garis ini yang menunjukkan arah kiblatnya.
III. Posisi Matahari di atas Ka’bah yang Terjadi Setiap Tahun pada Tanggal
28 Mei dan 16 Juli73.
v28 Mei (jam 11j 57 m 16 d LMT atau 09j 17 m 56 d GMT ).
v16 Juli (jam 12j 06 m 03 d LMT atau 09j 26 m 43 d GMT ).74
Apabila dikehendaki dengan waktu lain maka waktu GMT harus
dikoreksi75 dengan selisih waktu di tempat (misal tanggal 28 Mei = 09j 17 m 56 d +
7 jam = 16j 17 m 56 d WIB).
IV. Posisi Matahari di Jalur Ka’bah76.
vTentukan lokasi atau tempat untuk mengetahui data lintang dan
bujur.
vMenghitung kiblat dengan arah utara ke barat (U - B).
73 Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm. 73.74 Lintang Ka’bah 210 25’ LU dan bujur Ka’bah 390 50’ BT ditetapkan oleh Muhyiddin
Khazin dalam bukunya berjudul “Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik” cetakan I tahun 2004.75 Bujur timur ditambah (+) dan bujur barat dikurangi (-).76 Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm.74.
Utara
Selatan
Kiblat Shof
PB
C
K
33
vTentukan tanggal untuk mengetahui deklinasi matahari dan
equation of time.
vMenghitung unsur-unsur yang diperlukan dalam rumus.77
vMelakukan perhitungan dengan rumus yang ada.
77 1. Az = azimuth arah kiblat yaitu besar sudut dihitung dari titik utara ke barat atautimur sampai garis menuju arah kiblat sehingga : a. Jika arah kiblat U ke B/T maka Az = 000 +arah kiblat, b. Jika arah kiblat S ke B/T maka Az = 1800 - arah kiblat, c. Jika arah kiblat B/T ke Umaka Az = 900 - arah kiblat, d. Jika arah kiblat B/T ke S maka Az = 900 + arah kiblat. 2. a = jarakantara kutub utara dengan deklinasi matahari diukur sepanjang lingkaran deklinasi dan besarnya adihitung dengan rumus a = 900 - 0. 3. b = jarak antara kutub utara langit dengan zenit (besarnyazenit = besarnya lintang tempat) dengan rumus a = 900 – . 4. MP = waktu pada saat mataharitepat di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit dengan rumus MP = 12 – e. 5. Interpolasi= selisih antara dua tempat (misal waktu setempat dengan waktu daerah WIB) dengan rumus cotanP = cos b x tan Az dilanjutkan dengan cos (C - P) = cotan a x tan b cos P dengan C = (C-P) + Pdan diperoleh bayangan = C : 15 + MP. Keterangan P = sudut pembantu dan C = sudut waktumatahari yaitu busur pada garis edar harian matahari antara lingkaran meredian dengan titik pusatmatahari yang sedang membuat bayang-bayang menuju arah kiblat. C hasilnya negatif berarti padawaktu itu matahari belum melewati MP (tengah siang hari) dan jika C hasilnya positif berartiterjadi sesudah melewati MP. Harga mutlak C tidak boleh lebih besar dari setengah busur siangnya(1/2 BS) karena jika lebih besar maka matahari akan menempati posisi arah kiblat pada malamhari sehingga bayangan arah kiblat tidak akan terjadi. Cos ½ BS = -tan 0 x tan dan bayangankiblat tidak akan terjadi jika : 1. Harga mutlak deklinasi matahari lebih besar dari harga mutlak 90– Az. 2. Harga deklinasi matahari sama besar dengan harga lintang tempat. 3. Harga mutlak Clebih besar daripada harga setengah busur siangnya.
34
BAB III
AKURASI ARAH KIBLAT
MASJID AGUNG SUNAN AMPEL
A. Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel
Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid yang dibangun oleh
Sunan Ampel (Raden Mohammad Ali Rahmatullah) dan murid-muridnya
seperti Mbah Shonhaji (Mbah Bolong) dan Mbah Sholeh pada 821 H
(821+578=1399 M). Data ini didapat dari buku kenang-kenangan haul Agung
Sunan Ampel ke 544 menjelaskan pada tahun 1421 H umur bangunan masjid
Agung Sunan Ampel sekitar 600 tahun. Masjid Agung Sunan Ampel terletak
di jalan Ampel Masjid no. 53 kode pos 60151 kelurahan Ampel kecamatan
Semampir kota Surabaya. Ukuran asli masjid Agung Sunan Ampel adalah
46,80 m x 44,20 m = 2.068,56 m2. Adipati Regent R. Aryo Niti Adiningrat
memperluas bangunan masjid Agung Sunan Ampel pada tahun 1926 M seluas
22,70 m x 20,55 m = 466,485 m2 karena semakin banyaknya penganut Islam
dan para peziarah yang mengunjungi makam Sunan Ampel. Bangunan asli
masjid Agung Sunan Ampel memiliki 16 batang kayu jati sebagai tiang
bangunan dan setiap penyangga memilki panjang 17 m dan lebar 0,4 m tanpa
sambungan. Tiang kayu jati merupakan ciri khas dan merupakan sesuatu yang
spesial dari masjid Agung Sunan Ampel karena sampai sekarang masih
menimbulkan pertanyaan dari mana kayu tersebut dan bagaimana
mendatangkannya, padahal alat transportasi pada saat itu belum secanggih saat
ini.
35
Bangunan asli masjid Agung Sunan Ampel
Kepengurusan makam Sunan Ampel sekaligus menjadi pengurus masjid
Agung Sunan Ampel saat ini antara lain :
1. Nadzir : K. H. Ubaidillah
2. Ta’mir : K. H. Azmi Nawawi
3. Bilal : Ustad H. Baidowi
4. Muadin : ustad Sa’in
5. Imam shalat
• Dhuhur : Ustad H. Ahmad Suhada
• Ashar : Ustad H. Anwar
• Magrib : Ustad H. Marzuki
• Isya’ : Ustad H. Imam Ghazali
• Shubuh : Ustad H. Dzulhilmi
6. Para Abdi : orang-orang yang menjadi pegawai di area
makam Sunan Ampel baik sebagai pembersih, keamanan dan
lainnya.
Pengurus masjid Agung Sunan Ampel mempunyai inisiatif untuk
melakukan renovasi. Mereka berusaha menghubungi para pengusaha untuk
36
mendanai dan terakhir berkonsultasi dengan Prof. DR. Sri Edi Swasono ketua
umum Dekopin (menantu proklamator Republik Indonesia Drs. Moh. Hatta).
Prof. DR. Sri Edi Swasono bersama dengan H. Probosutedjo didampingi H.
Rosihan Anwar berziarah ke makam Sunan Ampel dan berkunjung ke masjid
Agung Sunan Ampel pada 26 juni 1992. Kunjungan tersebut untuk membahas
rencana renovasi masjid Agung Sunan Ampel dan dana renovasi induk masjid
Agung Sunan Ampel diperkirakan lebih dari 500 juta. K. H. Nawawi
Mohammad selaku nadzir masjid Agung Sunan Ampel beserta staf-stafnya
berterima kasih kepada H. Probosutedjo dengan diiringi do’a semoga amal
suci ini dapat diterima dan dibalas oleh Allah swt. Pencanangan renovasi
masjid induk Agung Sunan Ampel dan diresmikan pada tanggal 20 agustus
1992 dengan penyandang dana adalah Sutarno MS, BA.
Tahapan pembangunan masjid Agung Sunan Ampel berangsur selama 4
tahapan antara lain78 :
1. Tahap I
• Pekerjaan : pembangunan atau renovasi masjid Agung
Sunan Ampel.
• Pemberi tugas : PEMDA tingkat I Jawa Timur.
• Kontrak no. : 050 / 2079 A / 032 / 93.
• Tanggal : 30 oktober 1993.
• Dana : APBD / tahun 1993 / 1994
Rp. 338. 500. 000,00
78 Data diambil dari papan tahap renovasi masjid Agung Sunan Ampel yang berada dibagian timur masjid.
37
• Waktu pelaksanaan : 30 Oktober 1993 s /d 10 Maret
1994.
2. Tahap II
• Pekerjaan : Pembangunan / renovasi masjid Agung
Sunan Ampel dan pembangunan mushalla wanita.
• Pemberi tugas : PEMDA tingkat I Jawa Timur.
• Kontrak no. : 451 / 2736 A / 031 / 94.
• Tanggal : 02 November 1994.
• Dana : APBD TA. 1994 / 1995 Rp. 841. 740. 000,00
Sumbangan Masyarakat Ampel Rp. 153. 000. 000,00
Total Rp. 994. 740. 000,00
• Waktu pelaksanaan : 02 Nopember 1994 / 25 Februari
1995.
3. Tahap III
• Pekerjaan : Pembangunan / renovasi masjid Agung
Sunan Ampel.
• Pemberi tugas : PEMDA tingkat I Jawa Timur.
• Kontrak no. : 451 / 1487 A / 031 / 1996
• Tanggal : 02 Mei 1996
• Dana : APBD TA. 1996 / 1996
Rp. 2. 510. 137. 000,00
• Waktu pelaksanaan : 2 Mei 1996 s/d 27 Nopember
1997.
38
4. Tahap IV
• Pekerjaan : Pembangunan / renovasi masjid
Agung Sunan Ampel.
• Pemberi tugas : PEMDA tingkat I Jawa Timur
• Kontrak no. : 451 / 5902 A / 031 / 1997
• Tanggal : 15 Oktober 1997
• Dana : APBD TA. 1996 / 1997
Rp. 929. 820. 000,00
• Waktu pelaksanaan : 15 oktober 1997 s/d 10 maret
1998
Masjid Agung Sunan Ampel berbatasan dengan :
• Utara : Makam Mbah Sholeh, K. H. Mas Mansyur sebagai
pahlawan Nasional, dan makam murid-murid Sunan Ampel
disekelilingnya.
• Timur : Pintu gerbang ke makam Sunan Ampel sebelah
timur dan disamping kanan kiri terdapat para pedagang yang
menjual perlengkapan Muslim seperti : busana Muslim,
sajadah, dan kurma makanan khas orang Arab.
• Selatan : Mushalla putri yang digunakan sebagai pusat
pembelajaran bahasa arab, kantor komunikasi yang
digunakan sebagai pelayanan para pengunjung, serta pintu
gerbang selatan menuju lokasi Ampel dan disamping kanan
39
dan kiri terdapat para pedagang yang menjual sama dengan
pintu utara.
• Barat : Makam Sunan Ampel, makam Mbah Shonhaji, dan
beserta makam murid-muridnya yang lainnya.
B. Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel
Arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini kurang akurat.
Ketidakakuratan ini karena alat yang digunakan untuk menetukan arah kiblat
pada waktu itu masih tergolong sederhana. Penulis melakukan pengecekan
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel pada 16 Agustus 2010 dan mengambil
dua shaf. Shaf pertama adalah shaf asli karena terletak pada bangunan masa
Sunan Ampel tepatnya disekitar 16 tiang penyangga yang terbuat dari kayu
jati dan setiap penyangga memilki panjang 17 m dan lebar 0,4 m tanpa
sambungan. Shaf kedua adalah shaf perluasan yaitu shaf perluasan bangunan
masjid dikarenakan semakin banyaknya peziarah yang melakukan shalat di
masjid tersebut dan pengukuran dilakukan di bagian selatan masjid di samping
musholla putri. Penulis mengambil dua shaf ini karena hasil pengukuran
berbeda walaupun selisih hanya menit tidak sampai derajat. Hasil yang
berbeda ini karena ubin shaf perluasan berbeda bentuknya lebih kecil dan
tidak tepat lurusnya dengan ubin shaf asli.
Pengukuran menggunakan metode azimuth kiblat diantara alat-alat yang
digunakan antara lain: theodolit sebagai pengola data ephemeris secara
mekanik dan diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat, GPS sebagai alat
elektronik untuk mengetahui lintang dan bujur tempat, dan metode rashdul
40
kiblat / posisi matahari dijalur Ka’bah. Perhitungan dengan data ephemeris
menggunakan theodolit yang akurasinya lebih baik dibanding dengan alat-alat
pada jaman dahulu seperti rubu’ mujayyab, kompas dan lainnya. Penulis juga
menggunakan metode perhitungan posisi matahari di jalur Ka’bah atau pada
jam tertentu setiap hari bayangan benda yang tegak lurus dan terkena sinar
matahari menunjukkan arah kiblat sebagai pembuktian perhitungan dengan
data ephemeris menggunakan theodolit yang penulis lakukan sama atau tidak.
Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut dan untuk
perhitungannya akan dijelaskan pada lampiran.
Pengecekan shaf asli dilakukan pada jam 14 : 02 : 04 WIB dan diketahui
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel kurang ke utara sebesar 00 12’ 28,94’’
dengan data sebgai berikut79 :
• Equetion of time : -00 4’ 20’’
• Deklinasi : 130 44’ 33,38’’
• Sudut waktu : 370 10’ 34,1’’
• Azimuth matahari : 600 25’ 35,32’’
• Utara sejati : 600 25’ 35,32’’
• Azimuth kiblat : 2940 01’ 51’’
Pengecekan shaf perluasan dilakukan pada jam 14 : 2 4 : 55 WIB dan
diketahui arah kiblatnya kurang ke utara sebesar 00 16’ 34,43’’ dengan data
sebagai berikut :
79 Perhitungan dapat dilihat pada halaman lampiran.
41
• Equetion of time : -00 4’ 20’’
• Deklinasi : 130 44’ 15,48’’
• Sudut waktu : 420 53’ 19,1’’
• Azimuth matahari : 630 48’ 34,63’’
• Utara sejati : 630 48’ 34,63’’
• Azimuth kiblat : 2940 01’ 51’’
Perhitungan posisi matahari di jalur Ka’bah atau bayangan benda
menunjukkan arah kiblat terjadi pada jam 14 : 41 : 33 WIB.
C. Respon Masyarakat Ampel Terhadap Pengecekan Arah Kiblat Masjid
Agung Sunan Ampel
Penulis melakukan wawancara untuk mengetahui respon masyarakat
Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini.
Penulis membagi wawancara dengan masyarakat Ampel menjadi 3 bagian :
I. Pengurus masjid Agung Sunan Ampel.
Penulis wawancara dengan H. Baidowi pada 4 september 2010 atau
bertepatan tanggal 25 Ramadhan selaku bilal dari kepengurusan makam
Sunan Ampel dan masjid Agung Sunan Ampel tentang pengecekan arah kiblat
masjid Agung Sunan Ampel saat ini. Dia merupakan salah satu pengurus inti
yang selalu aktif dalam area makam Sunan Ampel, sedangkan untuk Nadzir
dan Ta’mir sulit ditemui dan hanya hadir ketika ada acara besar seperti haul
Sunan Ampel dan lainnya. Dia mengatakan Mbah Shonhaji dipercaya oleh
Sunan Ampel untuk menentukan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel
karena sebelum menjadi murid Mbah Shonhaji adalah seorang nahkoda kapal
42
yang ahli dalam ilmu perbintangan. Perluasan shaf dilakukan dengan
meletakkan kompas pada shaf asli kemudian ditarik lurus dengan benang.
Kiblat masjid Agung Sunan Ampel dijadikan rujukan oleh orang-orang
terutama daerah Surabaya ketika akan membangun masjid di daerahnya. Cara
yang digunakan adalah mengambil sampel dengan menaruh kompas di tempat
pengimaman masjid Agung Sunan Ampel setelah itu diletakkan ke tempat
yang akan dibangun masjid sebagai arah kiblat.
Bapak Baidowi merespon positif dengan adanya pengecekan arah kiblat
masjid Agung Sunan Ampel yang dilakukan oleh penulis karena telah
memberikan data ilmiah mengenai arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel.
Bapak Baidowi dan pihak pengurus masjid Agung Sunan Ampel tetap
menggunakan arah kiblat semula karena berkeyakinan arah kiblat suatu masjid
tidak harus benar-benar menghadap kiblat bagi orang yang tidak dapat melihat
langsung ke bangunan Ka’bah dan kiblat membahas tentang arah ke Ka’bah
bukan bangunan Ka’bah. Bangunan dan arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel merupakan hasil karya dari orang-orang yang memiliki jasa besar
dalam penyebaran agama Islam di daerah Ampel sehingga para pengurus tidak
mengubah shaf sebagai tanda penghormatan bagi mereka yang telah
menyebarkan agama Islam di daerah Ampel.
II. Masyarakat Ampel.
Penulis melakukan wawancara dengan penduduk ampel pada tanggal 26
September 2010 dengan narasumber sebagai berikut :
43
1. Muhammad Haris yang bertempat tinggal di jalan Ampel
Kesumba Pasar no. 17 RT. 05 RW II.
2. Munayar warga Ampel yang bertempat tinggal di jalan Ampel
Suci.
Narasumber pertama merupakan tokoh masyarakat bagi warga Ampel
Kesumba Pasar dan dia dipercaya menjadi ketua RT untuk memimpin dan
menjadi panutan bagi warganya. Dia mengartikan arah kiblat adalah arah barat
bagi orang yang tidak tahu/awam akan tetapi dengan adanya kabar tentang
gempa dan lainnya maka kiblat bergeser. Dia mengatakan semua keputusan
berada pada para pengurus masjid Agung Sunan Ampel untuk melakukan
rapat dengan adanya pengecekan arah kiblat yang dilakukan oleh penulis dan
menyarankan kepada penulis untuk memberikan data pengecekan arah
kiblatnya kepada Departemen Kementerian Agama Surabaya agar dapat
ditinjak lanjutin.
Narasumber kedua merupakan warga yang disegani oleh masyarakat
Ampel Suci karena merupakan penduduk asli dan lama menempati daerah
Ampel. Dia mengetahui banyak tentang peninggalan-peninggalan dan
keberadaan kawasan makam Sunan Ampel dahulu dari orang tua dan garis ke
atasnya yang mendiami kawasan Ampel sejak dahulu. Orang yang menempati
daerah Ampel saat ini kebanyakan adalah pendatang dan banyak dihuni oleh
orang-orang arab.
Dia mengatakan arah kiblat adalah arah yang digunakan umat Muslim
untuk menyembah kepada Allah. Dia merespon pengecekan arah kiblat yang
44
dilakukan penulis itu tidak ada masalah karena semua tergantung dari
keyakinan masing-masing individu. Dia mengatakan Sunan Ampel salah satu
wali Allah dan memiliki ilmu yang tidak dapat dijangkau oleh nalar seperti
muridnya Mbah Shonhaji yang menentukan arah kiblat masjid hanya dengan
melubangi tembok dan terlihat Ka’bah. Dia berpendapat dan berkeyakinan
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel benar selama masih menghadap ke
kiblat / barat.
III. Pengunjung masjid Agung Sunan Ampel
Penulis melakukan wawancara terhadap pengunjung masjid Agung
Sunan Ampel pada tanggal 20 September 2010 dengan orang-orang sebagai
berikut :
1. Imam Winarto SH. Alumni UMM (Universitas Muhammadiyah
Malang) tahun 2007 dan bertempat tinggal di Villa Sengkaling
Malang.
2. M. Rozin Fazaa Al-Mubarok mahasiswa PBSB (Penerimaan santri
berprestasi tahun 2009 UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang)
bertempat di jalan gajayana 50 MSAA UIN Maulana Malik
Ibrahim Al-Faroby 32, Malang.
3. Mursyid Kholidi alumni tahun 2005 P.P. Bidayatul Hidayah Mojo
Geneng, Jati Rejo Mojokerto.
Narasumber pertama mengetahui tentang arah kiblat karna pernah
membaca di Internet dan media cetak lainnya yang membahas masalah
kemencengan arah kiblat masjid-masjid yang berada di Indonesia yang ramai
45
diperbincangkan pada tahun 2009 dan pernah melihat masjid yang arah
kiblatnya dirubah dengan cara memberikan lakban (perekat warna hitam)
sebagai arah kiblat yang telah diperbaharui. Dia memberikan respon terhadap
pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel baik dan menawarkan
solusi untuk penulis yaitu shaf dapat diberi lakban hitam seperti masjid yang
pernah dilihat oleh narasumber dan jika pihak pengurus masjid tidak mau
mengubah cukup dengan sosialisasi kepada para jamaah masjid Agung Sunan
Ampel tentang data arah kiblat yang telah dilakukan oleh penulis.
Narasumber kedua merupakan adik dari narasumber ketiga. Mereka
mengetahui tentang arah kiblat karena shaf masjid di pondok mereka serong
ke utara. Mereka sepakat jalan terbaik adalah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terutama jamaah masjid Agung Sunan Ampel tentang upaya
pelurusan yang dilakukan oleh penulis. Mereka memberikan pendapat agar
diadakan seminar, wacana, informasi atau cara apapun kepada semua
masyarakat terutama yang masih belum mengetahui tentang arah kiblat sama
sekali agar mereka tidak kebingungan jika ada masalah arah kiblat masjid
yang merka miliki. Narasumber ketiga mengkritik pemerintah terutama MUI
harus bertanggungjawab dan berkewajiban untuk menjelaskan kepada
masyarakat tentang arah kiblat karena mereka adalah pemimpin bagi
masyarakat.
46
BAB IV
ANALISIS TERHADAP AKURASI
ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL
A. Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel
GAMBAR I
GAMBAR II GAMBAR III80
Gambar di atas diambil dari program google earth dengan akses internet.
Gambar ini menerangkan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel kurang ke
utara sekian derajat dengan garis putih adalah penghubung antara masjid
Agung Sunan Ampel dan bangunan Ka’bah di kota Makkah. Jarak bagunan
80 Gambar I : titik masjid Agung Sunan Ampel ditarik garis terdekat dengan bangunanKa’bah dan jarak keduanya adalah 8.552,86 km. Gambar II : Ka’bah ketika diperbesar. Gambar III: masjid agung sunan ampel ketika diperbesar. Gambar ini diperoleh dengan program googleearthdengan akses internet.
U
47
Ka’bah di kota Makkah ke masjid Agung Sunan Ampel jika ditarik garis lurus
adalah 8.553 kilometer.
Penulis menganalisis arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini
kurang akurat karena pada jaman dahulu masih menggunakan alat yang
sederhana, akan tetapi penulis kagum karena masjid ini termasuk masjid kuno
yang memiliki kemelencengan arah kiblat sedikit sekali yaitu kurang dari 10.
Arah kiblat masjid kurang ke utara sebesar 00 12’ 28,94’’ untuk shaf asli dan
shaf perluasan kurang ke utara sebesar 00 16’ 34,43’’ atau 2940 01’ 51’’ dari
titik UTSB sehingga dapat disimpulkan arah kiblat semuanya baik shaf asli
dan perluasan tidak lebih dari 10 dengan metode azimuth kiblat menggunakan
data ephemeris dengan theodolit serta menyamakan hasilnya dengan
perhitungan posisi matahari di jalur Ka’bah81.
Metode azimuth kiblat menggunakan data ephemeris dengan theodolit
adalah metode yang digunakan oleh Departemen Agama RI dan hasil
perhitungan diakui kebenarannya dan theodolit adalah alat yang terjamin
keakurasianya karena data-data perhitungan diolah secara mekanik. Data
ephemeris menggunakan data dari winhisab untuk mencari equetion of time
dan deklinasi yang selalu berubah setiap jam walaupun pada jam tertentu
memiliki nilai yang sama sehingga lebih akurat data yang diperoleh. Adapun
langkah-langkah perhitungan dengan metode azimuth kiblat menggunakan
data ephemeris dengan theodolit yang digunakan penulis ketika melakukan
pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel pada 16 agustus 2010 jam
81 Muhyiddin Khazin, Op. Cit., halm. 74.
48
14 : 02 : 04 WIB di shaf asli dan shaf perluasan pada jam 14 : 2 4 : 55 WIB
dapat dilihat di lampiran.
Penulis mengecek kembali dengan posisi matahari di jalur Ka’bah /
rashdul kiblat untuk pembuktian terhadap hasil pengecekan dengan theodolit.
Penulis memasang bandul yang diikat dengan tali pada theodolit dan melihat
bayangan tali yang menunjukkan arah kiblat pada jam 14 : 41 : 33 WIB sama
dengan arah kiblat yang penulis lakukan dengan menggunakan theodolit.
Penulis menganalisis bahwa hasil arah kiblat dengan menggunakan data
ephemeris dengan theodolit dan perhitungan posisi matahari di jalur Ka’bah /
rashdul kiblat adalah sama. Kedua metode tersebut membuktikan arah kiblat
masjid Agung Sunan Ampel kurang ke utara tidak lebih dari 10 dengan rincian
untuk shaf asli 00 12’ 28,94’’ dan shaf perluasan 00 16’ 34,43’’. Penulis
menyarankan agar para pengurus masjid atau para pihak yang memiliki
wewenang dalam kepengurusan masjid Agung Agung Sunan Ampel terutama
dalam hal ini bapak Baidowi yang mengetuai dalam kegiatan sehari-hari di
area makam Sunan Ampel untuk merevisi arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel. Arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel sebenarnya sedikit sekali
kemelencengannya yaitu kurang dari 10 akan tetapi harus dirubah arah
kiblatnya karena metode yang digunakan adalah metode dari pengembangan
hasil keilmuan dan teknologi yang semakin canggih pada saat ini. Perubahan
arah kiblat dikarenakan pengecekan ulang dengan alat yang lebih canggih dari
alat dahulu sesuai dengan pendapat Imam Syafi’i yang mengatakan orang
yang berijtihat dalam menentukan arah kiblat dan ijtihatnya salah maka
49
harus diulangi karena untuk menghilangkan ijtihad yang salah menuju
pengetahuan yang sempurna .82
B. Analisis Respon Masyarakat Ampel Terhadap Pengecekan Arah
Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel.
Penulis melakukan analisa berdasarkan pembagian wawancara terhadap
Masyarakat Ampel.
I. Pengurus masjid Agung Sunan Ampel
Penulis memberikan apresiasi yang tinggi kepada bapak Baidowi karena
telah menerima data-data pengecekan arah kiblat yang telah dilakukan oleh
penulis walaupun tidak ingin mengubah arah kiblat dan tetap menggunakan
arah kiblat semula sebagai bentuk penghormatan bagi para tokoh yang
menyebarkan agama Islam di daerah Ampel terutama Sunan Ampel. Penulis
menyarankan agar bapak Baidowi beserta para pengurus masjid Agung Sunan
Ampel yang memiliki wewenang di area makam Sunan Ampel menerima
perubahan untuk mendapatkan arah kiblat yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah sehingga memberikan keyakinan yang kuat bahwa shalatnya sah
karena benar-benar menghadap Ka’bah dan ini sesuai dengan pendapat Imam
Syafi’i yang mengatakan orang yang telah bersungguh-sungguh berijtihat
dalam menentukan arah kiblat dan diketahui salah karena perkembangan
ilmu pengetahuan sehingga muncul metode pengukuran arah kiblat yang
akurat maka ijtihad yang awal harus dirubah demi menuju kebenaran.
82 Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad Bin Idris , Op. Cit..
50
Penulis kagum dengan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini
karena termasuk masjid kuno yang kemelencengannya sedikit sekali yaitu
kurang dari 10 akan tetapi sebaiknya harus dirubah agar benar-benar
menghadap Ka’bah arah kiblatnya. Penulis memberikan solusi lain kepada
para pengurus masjid jika tidak ingin mengubah shaf shalat maka bisa dengan
cara menempelkan di papan pengumuman bahwa arah kiblat masjid kurang ke
utara sekian derajat dengan menampilkan data-data pengukuran dan
memberikan kebebasan kepada para jamaah untuk menggunakan data tersebut
atau tidak.
II. Masyarakat Ampel
Penulis menganalisis bahwa masyarakat Ampel tidak tahu betul tentang
arah kiblat dan mereka masih menggunakan shaf shalat awal sebagai tanda
penghormatan kepada Sunan Ampel beserta murid-muridnya yang menjadi
tokoh dalam penyebaran agama Islam di daerah Ampel walaupun ada
sebagian yang mengerti tentang arah kiblat karena dapat dari media cetak
sampai internet. Masyarakat Ampel menyerahkan semuanya kepada para
pengurus masjid Agung Sunan Ampel untuk merubah atau tidak shaf shalat.
Penulis menyarankan kepada masyarakat untuk menggunakan arah
kiblat yang telah dilakukan oleh penulis karena metode yang digunakan sama
dengan metode yang digunakan oleh Departemen Agama RI dan
menggunakan alat theodolit yang terjamin keakurasiannya, akan tetapi semua
itu tergantung kepada para jamaah masjid Agung Sunan Ampel
menggunakannya atau tidak. Penulis hanya memberikan gambaran tentang
51
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini dan semuanya tergantung
bagaimana masyrakat Ampel untuk menyikapi permasalahan ini.
III. Pengunjung Masjid Agung Sunan Ampel
Para pengujung yang diwawancarai oleh penulis memiliki kesadaran
yang tinggi terhadap pentingnya pengecekan kembali arah kiblat masjid-
masjid yang telah ada selama ini terutama pengecekan terhadap arah kiblat
masjid Agung Sunan Ampel yang telah dilakukan oleh penulis. Mereka
memberikan masukan kepada pengurus masjid Agung Sunan Ampel agar shaf
diubah dengan lakban atau sebagainya agar masyarakat dan para pengunjung
yang shalat disana tahu arah kiblat yang seharusnya. Perubahan shaf jika
tidak dapat dilakukan dikarenakan sebagai bentuk penghormatan kepada orang
yang berjasa bisa menggunakan sosialisasi kepada masyarakat dan para
pengunjung tanpa mengubah shaf asli.
Penulis menyimpulkan dari wawancara terhadap masyarakat Ampel
yang meliputi : pengurus masjid Agung Sunan Ampel, masyarakat daerah
Ampel, dan pengunjung masjid Agung Sunan Ampel pada dasarnya arah
kiblat masjid kuno apalagi yang didirikan oleh tokoh masyarakat dapat
dibenarkan arah kiblatnya ketika terjadi kesalahan jika masyarakatnya tahu
betul akan pentingnya arah kiblat untuk kesempurnaan shalat dan tidak fanatik
dengan kepercayaan yang telah ada. Masyarakat Indonesia dalam hal ini
meliputi masyarakat Jawa dan dikhususkan lagi masyarakat Ampel memiliki
kepercayaan bahwa makam adalah tempat suci dan dihormati. Makam
merupakan tempat istirahat bagi nenek moyang dan semuanya yang telah
52
meninggal. Makam seorang tokoh masyarakat seperti makam Sunan Ampel
yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di daerah Jawa membuat
masyarakat Jawa dan terutama masyarakat Ampel memiliki motivasi tinggi
untuk melakukan ziarah kubur ke makam Sunan Ampel. Kepercayaan ziarah
kubur sendiri pada dasarnya merupakan kepercayaan dari masyarakat agama
Hindu dahulu yang merupakan agama pertama di Indonesia kemudian agama
Islam masuk dan diserap menjadi suatu kepercayaan masyarakat. Ziarah kubur
yang dilakukan oleh masyarakat agama Hindu pada waktu itu bertujuan untuk
pemujuaan roh nenek moyang.83 Para tokoh penyebar agama Islam
menggunakan cara memasukkan unsur-unsur agama Islam ke dalam adat
kebiasaan masyarakat pada jaman dahulu karena sangat sulit ketika harus
melarang dan membuang kebiasaan yang telah melekat. Sunan Kalijaga
sendiri menyebarkan agama Islam dengan cara memasukkan unsur-unsur
Islam ke dalam kewayangan.84 Kepercayaan ziarah kubur masih melekat pada
orang-orang Islam pada saat ini seperti pasangan calon Bupati dan wakil
Bupati Sidoarjo Bambang Prasetyo Widodo dan Khoirul Huda melakukan
ziarah kubur ke makam Sunan Ampel dengan membaca surat yasin dan tahlil
dan di sana mereka menangis teringat pada pengorbanan Sunan Ampel dalam
memimpin orang-orang Islam pada waktu itu. Kepercayaan ziarah kubur ini
sangat baik bagi seseorang ketika meraka melakukan ziarah kubur ke makam
seorang tokoh masyarakat dan orang tersebut melakukan perenungan terhadap
83 http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6094032, diambil pada 04 Januari 2011,pukul : 12.28.
84 http://republika.co.id:8080/koran/153/125922/Wayang_dan_Penyebaran_Islam, diambil pada 04 Januari 2011, pukul; 12.45.
53
pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat sehingga
menjadi motivasi diri untuk menjadi orang yang baik dari hari ke hari.85
Kepercayaan ziarah kubur ini akan menjadi jelek citranya ketika seorang yang
melakukannya mengharapkan agar keinginannya dikabulkan padahal dalam
ajaran Islam sendiri melarang kepada umatnya untuk meminta sesuatu selain
kepada Allah sebagai pencipta seluruh alam semesta. Kepercayaan terhadap
tokoh masyarakat secara berlebihan juga tidak baik karena akan memunculkan
sikap fanatik yang berlebihan. Sikap fanatik yang berlebihan menyebabkan
seseorang tidak menerima dengan kenyataan yang ada dan menganggap
semua yang dilakukan oleh tokoh masyarakat tersebut adalah benar semua
tidak ada kekeliruan. Masyarakat Ampel sendiri masih fanatik dengan Sunan
Ampel dan mereka tidak ingin mengubah arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel walaupun ada fakta dari pengecekan yang penulis lakukan bahwa arah
kiblat kurang ke utara sekian derajat. Mereka menganggap arah kiblat masjid
Agung Sunan Ampel benar dan tidak ada kesalahan. Kesadaran masyarakat
Ampel sendirilah yang dibutuhkan untuk terbuka dan menerima fakta yang
ada. Kesalahan menentukan arah kiblat akan terjadi ketika alat yang
digunakan masih sederhana dan tidak bisa dielakkan adanya koreksi ulang
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel ketika dilakukan pengecekan dengan
metode yang berkembang sesuai dengan kemajuan keilmuan dan alat yang
canggih karena teknologi yang semakin canggih pada era saat ini.
85 http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2010-05-02/62778/BPW-Khoirul_Huda_Titikkan_Air_Mata_di_Pusara_Sunan_Ampel_, diambil pada 04Januari 2011, pukul : 12.29.
54
Sikap manusia cenderung tidak menerima kenyataan ketika tidak sesuai
dengan hati nurani. Mereka lebih memilih apa yang telah diyakini walaupun
sesuatu yang diyakini itu salah bahkan tidak benar sama sekali. Antisipasi
dalam permasalahan ini adalah dengan cara mengubah pemikiran atau
kepercayaan yang telah melekat lama pada manusia tersebut. Kepercayaan
masyarakat Ampel dapat dirubah dengan cara melakukan perubahan shaf arah
kiblat masjid Agung Sunan Ampel walaupun resiko pertama kali adalah
adanya protes keras dari masyarakat Ampel.
Perubahan shaf shalat pada Masjid Agung Sunan Ampel sangat
diperlukan untuk mendapatkan arah yang benar dalam menghadap ke Ka’bah.
Perubahan ini akan perlahan-lahan mendorong masyarakat Ampel beserta
seluruh jamaah yang melakukan ibadah shalat sesuai dengan perubahan shaf
shalat karena pada dasarnya secara perlahan-lahan manusia mengalami
perkembangan baik dalam segi fisik serta keilmuan. Keilmuan yang semakin
berkembang memaksa manusia untuk menerima fakta yang terjadi atau
kebenaran terhadap sesuatu walaupun kebenaran atau fakta tersebut tidak
sesuai dengan kehendak hati.
Perubahan ini akan berjalan lancar dan berhasil ketika masyarakat
Ampel menerima dengan adanya perubahan pengukuran arah kiblat dengan
cara yang lebih akurat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Cara
ini tidak akan berhasil ketika masyarakat Ampel tidak menerima dan
membuka cakrawala perkembangan ilmu pengetahuan yang memunculkan
metode yang akurat untuk menentukan arah kiblat dalam menghadap Ka’bah.
55
Masyarakat Ampel dan para jamaah akan selamanya kurang akurat dalam
menghadap Ka’bah ketika tidak dilakukan perubahan arah kiblat masjid
Agung Sunan Ampel.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis dari beberapa bab terdahulu, maka
penulis menyimpulkan sebagai jawaban dari berbagai pokok-pokok
permasalahan sebagai berikut :
A. Arah kiblat Masjid Agung Sunan Ampel kurang akurat. Arah kiblat masjid
kurang ke utara sebesar 00 12’ 28,94’’ untuk shaf asli dan shaf perluasan
kurang ke utara sebesar 00 16’ 34,43’’ atau 2940 01’ 51’’ dari titik UTSB
sehingga dapat disimpulkan arah kiblat semuanya baik shaf asli dan
perluasan tidak lebih dari 10 dengan metode ephemeris atau posisi
matahari di jalur Ka’bah. Penulis menyimpulkan kemelencengan arah
kiblat masjid Agung Sunan Ampel sangat kecil akan tetapi kurang akurat
dan seyogyanya shaf masjid di rubah agar memberikan keyakinan yang
matang kepada para jamaah bahwa arah kiblat masjid Agung Sunan
Ampel benar dan dapat dipertanggungjawabkan karena diukur dengan alat
theodolit yang dapat di pertanggungjawabkan keakurasinya.
B. Masyarakat Ampel masih fanatik dengan Sunan Ampel. Mereka sangat
menghormati jasa-jasa Sunan Ampel walaupun di jaman secanggih ini
terdapat metode dan alat yang akurat dalam pengukuran arah kiblat karena
data-data yang didapat diolah dengan secara mekanik sehingga sangat
kecil ketika ada kekeliruan. Kesadaran dari diri masyarakat Ampel sendiri
yang dibutuhkan untuk terbuka dan menerima bahwa arah kiblat masjid
57
Agung Sunan Ampel kurang ke utara sekian derajat dengan metode dan
alat pengukuran yang akurat sesuai dengan perkembangan keilmuan dan
teknologi pada era saat ini. Arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel
selamanya tidak akan akurat ketika masyarakatnya serta pengurus masjid
tidak menerima dan terbuka dengan kebenaran yang ada padahal suatu
masyarakat akan berkembang ketika mereka mengikuti perkembangan
jaman dan terbuka serta menerima realita yang ada walaupun pada
dasarnya kebbenaran tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita rasakan
dan pikirkan.
B. Saran-Saran
• Pengurus masjid Agung Sunan Ampel seharusnya bersedia untuk
mengubah shaf masjid 00 12’ 28,94’’ ke utara untuk shaf asli dan
00 16’ 34,43’’ ke utara untuk shaf perluasan atau 2940 01’ 51’’
dari arah UTSB untuk menambah yakin Masyarakat Ampel dan
para pengunjung terhadap arah kiblat yang mereka shalati benar
dan jika tidak ingin mengubah shaf shalat seharusnya ada
informasi kepada Masyarakat Ampel dan para pengunjung bahwa
arah masjid Agung Sunan Ampel kurang ke utara sebanyak
sekian derajat.
• Pemerintah mengerahkan atau merekomendasikan Departemen
Agama untuk mengecek kembali arah kiblat masjid-masjid yang
ada terutama masjid yang didalamnya dibangun oleh orang-orang
penting karena jika orang yang tidak memiliki jabatan melakukan
58
pengukuran maka kebanyakan hasil pengukurannya dianggap
sebagai angin lalu.
• Masjid-masjid khususnya Masjid Agung yang dijadikan acuan
masjid-masjid di sekitarnya termasuk dalam penentuan arah
kiblat, hendaknya dilakukan pengecekan kembali untuk
menghindari kesalahan dalam penentuan arah kiblat masjid-
masjid di sekitarnya.
• Ilmu Falak termasuk penentuan arah kiblat di dalamnya merupakan
salah satu ilmu yang langka karena tidak banyak orang yang
mempelajari dan menguasainya, oleh karena itu hendaknya ilmu
ini tetap di jaga eksistensinya dengan melakukan pengembangan
dan pembelajaran baik bersifat personal maupun institusi
pendidikan formal seperti IAIN maupun informal seperti pondok
pesantren karena telah kita ketahui bersama bahwa ilmu ini
memiliki peranan sangat penting terhadap syari’at agama Islam.
C. Penutup
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. Penulis ucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Meskipun telah
berupaya dengan optimal, penulis yakin masih ada kekurangan dan kelemahan
didalam skripsi ini dari berbagai sisi, akan tetapi penulis berdo’a dan berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
59
Atas saran dan kritik konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan
tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih.
Wallahu a’lam bish shawab.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Qohar, Dachlan, Wali Songo (Terjemahan Dari Kitab Kanzul Ulum IbnuBathuthoh) Sebagai Kenang Kenangan Haul Agung Sunan Ampel Ke544, Surabaya : Panitia Haul Masjid Agung Sunan Ampel.
Abu Abdullah Muhammad Bin Idris, Imam Syafi’i, Mukhtashar Kitab Al-UmmFiil Fiqhi, Mohammad Yazir Abd. Muthalib, Andi Arlin, “RingkasanKitab Al Umm”, Jakarta : Pustaka Azzam, 2004.
Amirin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja GrafindoPersada, 1995.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta :PT. Rineka Cipta, Cet. XII, 2002.
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak ((Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern),Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.
Dep. Agama, Badan Hisab & Rukyah, Almanak Hisab Rukyah, Proyek PembinaanBadan Peradilan Agama Islam.
Hadi, HM Dimsiki, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah (penarapan sains dalamperibadatan), cet.I, Jogyakarta :Prima Pustaka, 2009.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah no. 827.
Hadits riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad no. 828.
Hadits riwayat Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud no. 829.
Hadits riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi mengesahkannya no. 830.
Hadits Al Bukhari 8 : 31, Muslim : 5 : 2, Al Lu’lu-u Wal Marjan 1 : 116 no. 303.
Hambali, Slamet, Arah Kiblat Dalam Perspektif Nadlatul Ulama, disampaikanpada seminar nasional “MENGGUGAT FATWA MUI NO 3 2012TENTANG ARAH KIBLAT”, Semarang, 2010.
Hamidy, Mu’ammal, AM, Imron, Fanany BA., Umar, Terjemahan Nailul AutharHimpunan Hadits- Hadits Hukum, Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1991, jilid2.
Harun, Tgk. M. Yusuf, Pengantar Ilmmu Falak, cet.I, Banda Aceh :YayasanPena, 2008.
Hasan, Abdul Halim, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2006, cet. I, edisi I.
61
Hs., Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur an, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992, jilid I,cet. I.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah ( menyatukan NU & Muhammadiyah),Jakarta : Erlangga.
_______________, Fiqh Hisab Rukyah (metode hisab-rukyah praktis dan solusipermasalahannya), Semarang : Komulo Grafika, 2006.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta : BuanaPustaka, cet.I, 2004.
Khudhori, Ismail, Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang lulustahun 2005, judul Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat MasjidAgung Surakarta .
Kuswidi, Iwan, Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang lulustahun 2003, judul Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan ArahKiblat .
Ma’luf, Louis, al-Munjid fil Lughah wal Alam, Beirut : Darul Masyriq, 1986.
Maskufa, Ilmu Falaq, cet.I, Jakarta : Gaung Persada (GP Press), 2009.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Khamsah,Masykur A. B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, “Fiqih LimaMazhab”, Jakarta : Lentera, 2007, cet. V.
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku, Mutiara Hadits 3 Shalat, Semarang :PT. Pustaka Rizki Putra, 2003, cet. I, edisi II.
Muslifah , Siti, Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAIN WalisongoSemarang wisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi SEJARAHMETODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWABONDOWOSO JAWA TIMUR .
Republik Indonesia, Departemen Agama, Al-Qur an dan Terjemahannya,Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V.
Roesmanto, Totok, Kiblat dalam Kolom KALANG Suara Merdeka, Minggu,tanggal 01 Juni 2003.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, cet. I, vol. VI.
Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Media, 2008, edisi IV.
62
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Ed. I, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, Cet. 10, 1997, hlm. 22.
Tuddar Putri, Hasna, Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAINWalisongo Semarang wisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi
PERGULATAN MITOS DAN SAINS DALAM PENENTUAN ARAHKIBLAT ( Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid Agung Demak) .
Widiantoro, Erfan, Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang lulustahun 2008, judul Studi Analisis Tentang Sistem Penentuan ArahKiblat Masjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta .
Zain, Abdul Baqir, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, Jakarta: Gema InsaniPress, Cet. ke-1, 1999.
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain-gdl-res-1994-drshsyamsu-439, diambil pada 7/6/2010, pukul 11.48.
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--ivaistiqom-8291, diambil pada 7/6/2010, pukul 13,31.
http://dharmoghandul.blogspot.com/2007/07/sunan-ampel-berdarah-cina.html,diambil pada7/06/2010, pukul 7.13.
http://www.harianbangsa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=571:saat-tepat-luruskan-kiblat-masjid-atau-musala-&catid=52:nasional&Itemid=87, diambil pada 5 April 2010, pukul13.13.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6094032, diambil pada 04 Januari 2011,pukul : 12.28.
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2010-05-02/62778/BPW-Khoirul_Huda_Titikkan_Air_Mata_di_Pusara_Sunan_Ampel_, diambilpada 04 Januari 2011, pukul : 12.29.
http://republika.co.id:8080/koran/153/125922/Wayang_dan_Penyebaran_Islam, di ambil pada04 Januari 2011, pukul; 12.45.
63
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama Lengkap : Achmad Jaelani, S.Hi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 9 Agustus 1989
Agama : Islam
Alamat Asal : Dupak Rukun 10 RT 018 RW 002 kelurahan Dupak
kecamatan Krembangan 60179
Alamat Sekarang : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun No. 275 Jerakah Tugu
Semarang
Telepon : 085786037996
Pendidikan Formal : - SDN Asemrowa II , lulus tahun 2001.
- MTs. UNGGULAN PP. AMANATUL UMMAH,
lulus tahun 2004.
- MA. UNGGULAN PP. AMANATUL UMMAH,
lulus tahun 2007.
- IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah lulus
tahun 2011.
Pendidikan Non Formal : - Madrasah Diniyah Fathul Khoir, Demak, Surabaya.
- PP. PP. AMANATUL UMMAH, Siwalankerto
Utara, Surabaya.
- PP. Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang (2001 –
sekarang)
Pengalaman-pengalaman : - Anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) PP.
AMANATUL UMMAH (2004-2007).
- Seksi olaraga OSIS Aliyah PP. AMANATUL
UMMAH (2006-2007).
Demikian riwayat pendidikan ini di buat dengan sebenarnya untuk menjadi
maklum dan periksa adanya.
Semarang, 09 Desember 2010
Achmad Jaelani
64
METODE AZIMUTH KIBLAT MENGGUNAKAN
DATA EPHEMERIS DENGAN THEODOLIT
Persiapan sebelum melakukan pengukuran arah kiblat masjid Agung
Sunan Ampel dengan theodolit maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah86 :
vMenentukan data lintang ( ) dan bujur tempat ( ) masjid Agung
Sunan Ampel. 87
Lintang : 70 13’ 50,2’’ LS
Bujur : 1120 44’ 34,1’’ BT
vData Ka’bah : lintang 210 25’ 21,04’’ LU dan bujur 390 49’ 34,3’’
BT.88
vMenyiapkan hitungan arah kiblat tempat yang akan diukur dan
hasil hitungan arah kiblatnya hendaklah dari barat ke utara (B -
U).
Tan kiblat = cos lintang tempat x tan lintang Ka’bah : sin C89 - sin
lintang tempat : tan C
Tan kiblat = cos -70 13’ 50,2’’ x tan 210 25’ 21,04’’ : sin 720 54’
59,8’’ - sin -70 13’ 50,2’’ : tan 720 54’ 59,8’’
Kiblat = 240 01’ 51,36’’
86 Muhyiddin Khazin, op.cit, halm.62.87 Data lintang dan bujur masjid diambil dengan alat GPS (Global Positioning System).88 Lihat makalah ARAH KIBLAT DALAM PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA
yang disampaikan pada seminar nasional “MENGGUGAT FATWA MUI NOMOR 3 TAHUN2010 TENTANG ARAH KIBLAT” oleh Drs. H. Slamet Hambali. Menerangkan data diambil darigoogle earth tengah bangunan Ka’bah.
89 Selisih bujur Ka’bah dan daerah masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya 1120 44’ 34,1’’- 390 49’ 34,3’’ = 720 54’ 59,8’’.
65
vMenyiapkan data astronomis ephemeris hisab rukyat pada 16
Agustus 2010.
vMembawa jam penunjuk waktu yang akurat.90
Pelaksanaan dilakukan setelah persiapan telah terlengkapi, kemudian
langkah-langkah penggunaan sebagai berikut :
vPasang theodolit pada penyangganya.
vPeriksa waterpass yang ada di theodolit agar terpasang benar-benar
datar.
vBerilah titik pada tempat bersdirinya theodolit (misal T).
vBidik matahari.91
vKunci theodolit dengan skrup horizontal clamp dikencangkan agar
tidak bergerak.
vTekan tombol “0-set” pada theodolit agar angka layar
(HA=Horizontal Angel) menunjukkan angka 0.
vMencatat waktu ketika membidik matahari.
vMengkonversi waktu yang dibidik dengan GMT (14 : 02 : 04 – 7 =
7 : 02 : 04).
vMelihat nilai deklinasi matahari ( 0) dan equetion of time (e) saat
matahari berkulminasi.92
vData jam 7 dan 8 GMT pada 16 Agustus 2010 di Winhisab :
90 Jam tangan yang digunakan dapat disamakan dengan GPS atau bisa menggunakanlayanan operator kartu seluler yang kita pakai.
91 Hati-hati sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak mata, oleh karena itupasang filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk membidik matahari.
92 Pembidikan lebih dari jam 7 GMT maka dilakukan interpolasi untuk mencari datapada jam 7 : 02 : 04 GMT.
66
vDeklinasi matahari jam 7 GMT : 130 44’ 35’’ (A)
jam 8 GMT : 130 43’ 48’’ (B)
kelebihan jam : 000 02’ 04’’ (C)
Interpolasi = A + C x (B - A)
Interpolasi = 130 44’ 35’’ + 000 02’ 04’’ x (130 43’ 48’’ - 130 44’ 35’’)
Interpolasi = 130 44’ 33,38’’
v Equation of time jam 7 GMT : -000 4’ 20’’ (A)
jam 8 GMT : -000 4’ 20’’ (B)
kelebihan jam : 000 02’ 04’’ (C)
Interpolasi = A + C x (B - A)
Interpolasi = -000 4’ 20’’ + 000 02’ 04’’ x (-000 4’ 20’’ - -000 4’ 20’’)
Interpolasi = -000 04’ 20’’
vMenghitung waktu Meridian Pass (MP) dengan rumus:
MP = ((10593 - bujur tempat) : 15) + 12 – equation of time
MP = ((105 -1120 44’ 34,1’’) : 15) + 12 – -000 04’ 20’’
MP = 110 33’ 21,73’’
vMenghitung Sudut Waktu (t0) dengan rumus:
t0 = (MP – waktu bidik) x 15
t0 = (110 33’ 21,73’’ – 14.02.04) x 15
t0 = -370 10’ 34,1’’
vMenghitung Azimuth Matahari (A0) dengan rumus:
Cotg A0 = [((cos x tan 0) : sin t0) – (sin : tan t0)]94
93 letak masjid Agung Sunan Ampel di bujur barat (WIB) maka nilainya 1050, WITA(1200), WIT (1350).
67
Cotg A0 = [((cos -70 13’ 50,2’’ x tan 130 44’ 33,38’’) : sin
-370 10’ 34,1’’ ) – (sin -70 13’ 50,2’’ : tan -370
10’ 34,1’’)]
A0 = 600 25’ 35,32’’
vArah kiblat (AK) dengan theodolit adalah :
• Jika 0 positif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari
berkulminasi maka AK = 360 - A0 – kiblat (B - U).
(A)
• Jika 0 positif dan pembidikan dilakukan setelah matahari
berkulminasi maka AK = A0 – kiblat (B - U). (B)
• Jika 0 negatif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari
berkulminasi maka AK = 360 – (180 - A0) – kiblat (B -
U). (C)
• Jika 0 negatif dan pembidikan dilakukan setelah matahari
berkulminasi maka AK = 180 - A0 – kiblat (B - U). (D)
Perhitungan dilakukan dengan rumus (B) :
AK = A0 – kiblat (B - U)
AK = 600 25’ 35,32’’ - 240 01’ 51,36’’
AK = 360 23’ 43,96’’
vBuka kunci horizontal dan kendurkan skrup horizontal clamp.
94 [....] = harga mutlak.
68
vPutar theodolit hingga menampilkan angka hasil AK.95
vTurunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak
sekitar 5 meter dari theodolit berdiri dan berilah tanda (misal Q).
vHubungkan titik T dan sasaran Q dengan garis lurus atau benang.
vGaris atau benang itulah yang merupakan arah kiblat untuk masjid
Agung Sunan Ampel.
vCari kemelencengan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat
ini dengan cara sebagai berikut :
A. Garis tegak lurus menghubungkan arah kiblat Sunan Ampel
dengan arah kiblat sebenarnya sebesar 3 cm karena panjang kiblat
masjid Agung Sunan Ampel ditarik 344 cm.
B.Arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini diambil 344 cm.
C.Arah kiblat sebenarnya (garis TQ).
Rumus kemencengan.
Tan kemencengan = A : B
Tan kemencengan = 3 : 344
Kemencengan = 00 12’ 28,94’’ kurang ke utara untuk shaf asli.
Adapun kemencengan untuk shaf perluasan adalah :
95 Apabila diputar ke kanan (searah jarum jam) maka angkanya semakin membesar(bertambah) dan sebaliknya jika diputar ke kiri (anti jarum jam) maka angkanya semakin mengecil(berkurang).
B
CA
69
A. Garis tegak lurus menghubungkan arah kiblat Sunan Ampel
dengan arah kiblat sebenarnya sebesar 4 cm karena panjang kiblat
masjid Agung Sunan Ampel ditarik 275 cm.
B.Arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini diambil 275 cm.
C.Arah kiblat sebenarnya (garis TQ).
Rumus kemencengan.
Tan kemencengan = A : B
Tan kemencengan = 3 : 344
Kemencengan = 00 16’ 34,43’’ kurang ke utara untuk shaf
perluasan.
B
CA
70
METODE RASHDUL KIBLAT / POSISI MATAHARI DIJALUR
KA’BAH
Pengecekan pada tanggal 16 agustus 2010 pada jam 14 : 41 : 33 WIB
dengan cara sebagai berikut96 :
vTentukan data lintang dan bujur masjid Agung Sunan Ampel.
vMenghitung kiblat dengan arah utara ke barat (U - B).97
vTentukan tanggal untuk mengetahui deklinasi matahari dan
equation of time.98
Data tanggal 16 agustus 2010 :
Equetion of time : -000 040 150
Deklinasi : 130 380 220
vMenghitung unsur-unsur yang diperlukan dalam rumus.99
96 Muhyiddin Khazin, op.cit, halm.74.97 900 – kiblat (B-U).98 Data equetion of time dan deklinasi dapat dilihat pada buku ilmu falak dalam teori dan
praktik karangan Muhyiddin Khazin bagian belakang daftar deklinasi matahari dan equetion oftime.
99 1. Az = azimuth arah kiblat yaitu besar sudut dihitung dari titik utara ke barat atautimur sampai garis menuju arah kiblat sehingga : a. Jika arah kiblat U ke B/T maka Az = 000 +arah kiblat, b. Jika arah kiblat S ke B/T maka Az = 1800 - arah kiblat, c. Jika arah kiblat B/T ke Umaka Az = 900 - arah kiblat, d. Jika arah kiblat B/T ke S maka Az = 900 + arah kiblat. 2. a = jarakantara kutub utara dengan deklinasi matahari diukur sepanjang lingkaran deklinasi dan besarnya adihitung dengan rumus a = 900 - 0. 3. b = jarak antara kutub utara langit dengan zenit (besarnyazenit = besarnya lintang tempat) dengan rumus a = 900 – . 4. MP = waktu pada saat mataharitepat di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit dengan rumus MP = 12 – e. 5. Interpolasi= selisih antara dua tempat (misal waktu setempat dengan waktu daerah WIB) dengan rumus cotanP = cos b x tan Az dilanjutkan dengan cos (C - P) = cotan a x tan b cos P dengan C = (C-P) + Pdan diperoleh bayangan = C : 15 + MP. Keterangan P = sudut pembantu dan C = sudut waktumatahari yaitu busur pada garis edar harian matahari antara lingkaran meredian dengan titik pusatmatahari yang sedang membuat bayang-bayang menuju arah kiblat. C hasilnya negatif berarti padawaktu itu matahari belum melewati MP (tengah siang hari) dan jika C hasilnya positif berartiterjadi sesudah melewati MP. Harga mutlak C tidak boleh lebih besar dari setengah busur siangnya(1/2 BS) karena jika lebih besar maka matahari akan menempati posisi arah kiblat pada malamhari sehingga bayangan arah kiblat tidak akan terjadi. Cos ½ BS = -tan 0 x tan dan bayangankiblat tidak akan terjadi jika : 1. Harga mutlak deklinasi matahari lebih besar dari harga mutlak 90– Az. 2. Harga deklinasi matahari sama besar dengan harga lintang tempat. 3. Harga mutlak Clebih besar daripada harga setengah busur siangnya.
71
vMelakukan perhitungan dengan rumus yang ada.
Bayangan arah kiblat untuk masjid Agung Sunan Ampel 16 Agustus :
Lintang tempat : 70 13’ 50,2’’ LS
Bujur tempat : 1120 44’ 34,1’’ BT
Arah kiblat (U – B) : 650 58’ 08,28’’
Deklinasi matahari : 130 380 220
Equetion of time : -00j 04m 15d
vUnsur :
4. Az = 00 + 650 58’ 08,28’’
Az = 650 58’ 08,28’’
5. a = 900 – deklinasi
a = 900 - 130 380 220
a = 760 210 380
6. b = 900 – (-70 13’ 50,2’’)
b = 970 13’ 50,2’’
7. MP = 12 – (-00j 04m 15d)
MP = 12j 04m 15d
8. Interpolasi = (bujur tempat – bujur daerah100) : 15
Interpolasi = (1120 44’ 34,1’’ - 1050) : 15
Interpolasi = 0j 30m 58,27d
vPerhitungan :
Cotan P = cos b x tan Az
100 letak masjid Agung Sunan Ampel di bujur barat (WIB) maka nilainya 1050, WITA(1200), WIT (1350).
72
Cotan P = cos 970 13’ 50,2’’ x tan 650 58’ 08,64’’
P = -740 14’ 11,7’’
Cos (C - P) = cotan a x tan b x cos P
Cos (C - -740 14’ 11,7’’) = cotan 760 210 380 x tan 970 13’ 50,2’’
x cos -740 14’ 11,7’’
C = 470 04’ 04,17’’
Bayangan = C : 15 + MP
Bayangan = 470 04’ 04,17’’ : 15 + 12j 04m 15d
Bayangan = 150 12’ 31,28’’ (LMT)
Interpolasi = 0j 30m 58,27d –
= 14j 41m 33d ( WIB)