AKTIVITAS AMINOTRANSFERASE DAN PEROKSIDASI
LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA YANG
DIBERI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH
ELVIRA YUNITA
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas
Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus Hiperkolesterolemia yang
Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Elvira Yunita
NIM G84090006
ABSTRAK
ELVIRA YUNITA. Aktivitas Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus
Hiperkolesterolemia yang Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih. Dibimbing oleh
HASIM dan SULISTIYANI.
Ekstrak Jamur tiram putih mengandung lovastatin sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai antikolesterol. Meskipun demikian, ekstrak jamur tiram
tersebut diduga bersifat hepatotoksik pada dosis tertentu. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis aktivitas enzim AST dan ALT serta konsentrasi lipid
peroksida hati pada tikus hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak jamur tiram
putih. Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus Sprague
Dawley jantan sebanyak 35 ekor yang dibagi menjadi lima kelompok yaitu
kelompok: normal (N), hiperkolesterolemia (HK), lovastatin (L), ekstrak jamur
tiram putih dosis 30 mg/kg BB (E1), ekstrak jamur tiram putih dosis 60 mg/kg BB
(E2). Pemberian ekstrak jamur tiram putih dosis 30 mg/kg BB dapat menurunkan
32.92% aktivitas AST, 34.73% aktivitas ALT, dan 54.05% konsentrasi lipid
peroksida hati dibandingkan kelompok HK. Ekstrak jamur tiram putih dosis 60
mg/kg BB dapat menurunkan 38.78% aktivitas AST, 24.62% aktivitas ALT, dan
17.50% konsentrasi lipid peroksida hati dibandingkan kelompok HK. Data ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih tidak mengganggu
fungsi hati tikus serta dapat berperan sebagai antioksidan.
Kata kunci: ALT, AST, enzim, jamur tiram putih, lipid peroksida
ABSTRACT
ELVIRA YUNITA. Aminotransferase Activity and Lipid Peroxidation in
Hypercholesterolemic Rats that Given White Oyster Mushroom Extract.
Supervised by HASIM and SULISTIYANI.
White oyster mushroom extract contain lovastatin which can be used as
anticholesterol agent. But, this extract is thought to be hepatotoxic in certain
doses. The aim of this research was to analyze AST and ALT activities and to
measure concentration of lipid peroxide in liver of hypercholestrolemic mice
induced with white oyster mushroom extract. Animals used in this research were
35 males Sprague Dawley mice that have been divided into five groups, that are
normal (N) group, hypercholesterolemia (HK), lovastatin (L), white oyster
mushroom extract dose 30 mg/kg BB (E1) and white oyster mushroom extract
dose 60 mg/kg BB (E2). Administration of white oyster mushroom extract dose
30 mg/kg BB decreased 32.92% AST activity, 34.73% ALT activity and also
lowered 54.05% lipid peroxide concentration than HK group. Induction with
white oyster mushroom extract dose 60 mg/kg BB decreased 38.78% AST
activity, 24.62% ALT activity and also lowered 17.50% lipid peroxide
concentration than HK group. This data showed that the oyster mushroom extract
was not affect the function of rat liver and could act as antioxidant.
Keywords: ALT, AST, enzyme, lipid peroxide, white oyster mushroom
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
AKTIVITAS AMINOTRANSFERASE DAN PEROKSIDASI
LIPID PADA TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA YANG
DIBERI EKSTRAK JAMUR TIRAM PUTIH
ELVIRA YUNITA
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Aktivitas Aminotransferase dan Peroksidasi Lipid pada Tikus
Hiperkolesterolemia yang Diberi Ekstrak Jamur Tiram Putih
Nama : Elvira Yunita
NIM : G84090006
Disetujui oleh
Dr Hasim, DEA
Pembimbing I
drh Sulistiyani, MSc PhD
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Syukur senantiasa tercurah atas karunia Allah SWT sehingga karya ilmiah
ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari hingga Agustus 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan penelitian yang telah dilakukan, lebih berfokus pada analisis
aktivitas enzim AST (Aspartat aminotransferase) dan ALT (Alanin
aminotransferase) serta pengukuran konsentrasi lipid peroksida hati tikus
hiperkolesterolemia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
ilmu pengetahuan dan teknologi agar potensi jamur tiram sebagai antikolesterol
dapat termanfaatkan dengan lebih optimal.
Pelaksanaan kegiatan, pelaporan serta keseluruhan kegiatan penelitian ini
tentu saja tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak terkait. Ucapan terima
kasih tercurah kepada Dr. Hasim, DEA dan drh. Sulistyani, M.Sc, Ph.D selaku
dosen pembimbing serta tim Permen Tiramisu (Waliyuddin, Naila, Amel dan
Yusuf) yang sangat besar kontribusinya atas pelaksanaan penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah dan ibu serta seluruh keluarga,
teman-teman dari Asrama TPB IPB dan teman-teman Biokimia IPB angkatan 46
yang telah memberikan dorongan tiada henti dalam proses penyelesaian karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Elvira Yunita
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 2
Bahan dan Alat 2
Metode Penelitian 3
HASIL 5
Pengukuran Aktivitas Enzim Aminotransferase 5
Konsentrasi Lipid Peroksida 7
PEMBAHASAN 7
Aktivitas Aminotransferase Pasca Induksi Ekstrak Jamur Tiram Putih 7
Aktivitas Lipid Peroksida Hati Pasca Induksi Ekstrak Jamur Tiram Putih 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 21
DAFTAR GAMBAR
1 Aktivitas enzim AST 6 2 Aktivitas enzim ALT 6 3 Konsentrasi lipid peroksida hati tikus 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tahapan penelitian 15 2 Aktivitas enzim AST hewan coba 16
3 Aktivitas enzim ALT hewan coba 17 4 Kurva standar lipid peroksida 18 5 Konsentrasi lipid peroksida 19 6 Analisis ANOVA 20
PENDAHULUAN
Penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di wilayah
Asia, termasuk Indonesia (Kementerian Kesehatan RI 2012). Penyakit jantung
koroner dapat berawal dari kondisi hiperkolesterolemia (tingginya konsentrasi
kolesterol dalam darah) yang pengobatannya biasa dilakukan dengan pemberian
obat-obatan dari golongan statin. Obat golongan statin memiliki beberapa efek
samping, yaitu mual, konstipasi, dan kram abdomen (Kabo 2008). Sakit kepala,
nyeri otot, gangguan pada mata (katarak), gangguan hati, gagal ginjal, disfungsi
saraf, serta disfungsi ereksi juga pernah dilaporkan pada beberapa kasus (Cheung
et al. 1993). Fakta ini dihadapkan pada potensi bahan-bahan alam yang belum
termanfaatkan optimal di Indonesia. Sebanyak lebih dari 15000 komoditas di
Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan beberapa diantaranya
belum termanfaatkan optimal (Prapti 2010). Salah satu komoditas yang belum
termanfaatkan optimal tersebut adalah jamur tiram putih.
Jamur tiram putih merupakan komoditas yang cukup berkembang pesat
budidayanya di masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, kebanyakan
masyarakat Indonesia mengonsumsi jamur tiram putih hanya sebagai bahan
pangan dan produk olahan saja. Jamur tiram putih memiliki potensi sebagai bahan
baku yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Pemanfaatan jamur ini
sebagai antikolesterol dapat menaikkan nilai mutu jamur tiram putih yang baru
termanfaatkan sebagai bahan pangan di Indonesia. Hossain et al. (2003)
menyatakan bahwa pada masyarakat Cina dan India, jamur tiram putih sudah
sejak lama dimanfaatkan sebagai obat yang dapat mengobati kanker dan inflamasi.
Alam et al. (2009) menyatakan bahwa pada tikus hiperkolesterolemia,
pemberian 5 % simplisia jamur tiram putih selama tiga minggu dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol dalam serum sebesar 30.18%. Waliyuddin (2013)
melaporkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih dengan dosis 30 mg/kg
BB dan 60 mg/kg BB dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus
sebesar 53.89% dan 66.43%. Meskipun demikian, potensi antikolesterol yang
dimiliki oleh jamur tiram putih ini masih diiringi dengan faktor resiko tertentu.
Nieminen (2009) menyatakan bahwa konsumsi Pleurotus ostreatus
sebesar 9 gram tepung per kg BB pada tikus dapat meningkatkan aktivitas enzim
alanin aminotransferase pada plasma secara signifikan. Al Deen et al. (1987)
menyatakan bahwa pemberian ekstrak ini pada dosis besar juga dapat
mengakibatkan pendarahan pada usus halus, hati dan ginjal sehingga senyawa
pada ekstrak jamur tiram putih ini memiliki kemungkinan hepatotoksik pada dosis
tertentu. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan aktivitas enzim aspartat
aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) pada tikus
hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak jamur tiram putih.
Keadaan ketika konsentrasi kolesterol melebihi normal di dalam tubuh,
juga memicu terjadinya peroksidasi lipid sehingga banyak terbentuk radikal bebas.
Kolesterol di dalam hati (pada proses biosintesis asam empedu), akan bereaksi
dengan 7α-hidroksil yang dikatalisis oleh 7α-hidroksilase dengan bantuan oksigen,
NADPH, dan sitokrom P-450 oksidase. Sitokrom P-450 oksidase merupakan
enzim yang berperan dalam memperantarai metabolisme retikulum endoplasmik
2
yang menghasilkan radikal superoksida (O2-). Semakin banyak kolesterol yang
tersedia, maka akan dibutuhkan banyak sitokrom P-450 oksidase dan banyak
dihasilkan radikal bebas (Murray et al. 2009). Konsentrasi lipid peroksida yang
tinggi dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel-sel hati (Yagi 1994). Penentuan
konsentrasi lipid peroksida hati tikus hiperkolesterolemia yang diberi ekstrak
jamur tiram putih belum pernah dilaporkan, begitu juga halnya dengan pengujian
aktivitas enzim AST dan ALT.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis aktivitas enzim AST, ALT serta
konsentrasi lipid peroksida hati pada tikus hiperkolesterolemia yang telah
diinduksi dengan ekstrak jamur tiram putih. Hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai keamanan penggunaan ekstrak jamur tiram putih sebagai
komponen antikolesterol. Hipotesis penelitian ini adalah sediaan dari ekstrak
jamur tiram putih yang diberikan pada tikus tidak meningkatkan aktivitas AST
dan ALT melebihi batas normal. Selain itu, senyawa ini juga diduga dapat
menurunkan konsentrasi lipid peroksida hati hewan coba yang diteliti.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Hewan uji yang digunakan adalah 35 ekor tikus putih jantan galur Sprague
Dawley berusia 8-10 minggu serta memiliki bobot rata-rata 136.68 gram. Hewan
uji ini diperoleh dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Pakan standar yang diberikan pada tikus adalah pakan PURE 512 yang diperoleh
dari pasar Laladon, Dramaga Bogor. Telur ayam curah yang digunakan untuk
pembuatan pakan kolesterol dibeli di daerah Cimanggu Bogor. Lemak kambing
yang digunakan diperoleh dari Pasar Empang Bogor. Ekstrak jamur tiram putih
pada penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Waliyuddin (2013) yang
diekstraksi dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian
aktivitas enzim AST dan ALT menggunakan kit komersial ALT dan AST SIGMA.
Bahan untuk pengujian peroksidasi lipid antara lain NaCl 0.9%, Thiobarbituric
Acid (TBA) 1%, asam asetat 50%, n-butanol:piridin (15:1 v/v), NaOH 1 M, SDS
8.1%, asam asetat 20% dan akuades. Selain itu, bahan lain yang juga digunakan
adalah propil tiourasil (PTU), dietil eter, dan lovastatin.
Peralatan yang diperlukan pada tahapan awal penelitian ini (proses
pembuatan pakan kolesterol) diantaranya adalah penangas air, mesin pembuat
pelet (pelet yang dihasilkan memiliki diameter 3 mm), serta bak pengaduk. Selain
itu, pada tahapan analisis aktivitas enzim aminotransferase dibutuhkan juga
spektrofotometer UV-VIS (Thermo Electron Corporation Beckman), oven (Eyela
NDO-700), mikrosentrifus (Hettich Universal), tabung Eppendorf 2 mL serta
pipet mikro ukuran 10-1000 µL, pipet kapiler 1µL dan kuvet kaca 1 mL serta
peralatan gelas. Pengkuran konsentrasi lipid peroksida hati pada penelitian ini
memerlukan peralatan lainnya seperti neraca analitik, kuvet 5 mL, tabung
sentrufus 15 mL, coolbox, aluminium foil, vortex, penangas air, sarung tangan dan
masker.
3
Metode Penelitian
Pembuatan Pakan Kolesterol (modifikasi Kristiani 2003)
Pakan kolesterol dibuat dengan menggunakan mesin pembuat pelet milik
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pakan kolesterol yang dibuat
merupakan campuran dari beberapa komponen, yaitu 3% kolesterol, minyak sayur
6%, lemak kambing 5%, dan pakan standar hingga mencukupi 100%. Komponen
tersebut dicampur rata kemudian dibentuk menjadi pelet dengan menggunakan
mesin pembuat pelet.
Pengelompokan dan Pemeliharaan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley
dewasa (dengan bobot rata-rata 136.68 gram). Tikus yang diperlukan sejumlah 35
ekor dibagi ke dalam 5 kelompok (n=7), yaitu kelompok normal (N),
hiperkolesterolemia (HK), lovastatin (L), ekstrak jamur tiram putih dosis 30
mg/kg BB (E1), dan ekstrak jamur tiram putih dosis 60 mg/kg BB (E2). Masing-
masing hewan coba dipelihara dalam kandang individual. Selama 3 minggu masa
adaptasi, kelima kelompok tikus tersebut diberikan pakan standar sebanyak 20
g/hari dan air minum dalam kondisi ad libitum. Masa induksi hiperkolesterolemia,
semua kelompok tikus (kecuali kelompok N) diberikan pakan kolesterol sebanyak
20 g/hari serta dicekok dengan PTU 0.5 mg/kg BB sedangkan kelompok N
diberikan pakan standar dan dicekok dengan akuades. Masa induksi
hiperkolesterolemia dilakukan selama 4 minggu. Setelah itu, dimulai masa
perlakuan selama 2 minggu. Tikus kelompok HK tetap dicekok dengan PTU dan
pakan kolesterol, ketiga kelompok lainnya juga diberikan perlakuan yang sama
kecuali pada kelompok N yang tetap mengonsumsi pakan standar. Selain
diberikan pakan kolesterol dan dicekok dengan PTU, kelompok L dicekok 0.2857
mg/kg BB lovastatin, kelompok E1 dicekok 30 mg/kg BB ekstrak jamur tiram
putih dan 60 mg/kg BB ekstrak jamur tiram putih pada E2. Selama pemeliharaan,
penimbangan bobot dilakukan setiap satu minggu sekali dan pengambilan darah
serta organ hati dilakukan pada akhir perlakuan.
Dosis ekstrak yang digunakan ditentukan berdasarkan nilai LD50 dan dosis
ekstrak yang memiliki efek menurunkan konsentrasi kolesterol. Al Deen et al.
(1987) menyatakan bahwa nilai LD50 ekstrak jamur tiram putih sebesar 319 mg/kg
BB. Alam (2009) menyatakan bahwa pemberian jamur tiram putih sebanyak 5%
dari pakan yang dikonsumsi mampu menurunkan konsentrasi kolesterol darah
sebesar 30.18%. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dosis 30 mg/kg BB
dan 60 mg/kg BB yang merupakan nilai dosis 1/5 dan 1/10 dari LD50 serta
memiliki efek dapat menurunkan konsentrasi kolesterol.
Pengambilan Sampel Darah dan Organ Hati (Malole 1989)
Tikus yang akan diambil darahnya dipuasakan terlebih dahulu selama 16
jam. Sebelum proses pengambilan darah, tikus dibius dengan menggunakan dietil
eter yang telah diteteskan ke kapas putih. Kapas tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam toples bersamaan dengan hewan coba yang akan diambil darahnya.
Setelah itu, tikus dipegang dan dijepit pada bagian tengkuk dengan jari tangan,
kemudian mikrohematokrit digoreskan pada medical canthus mata di bawah bola
mata ke arah foramen opticus. Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus,
4
darah yang keluar melalui mikrohematokrit ditampung pada Eppendorf lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit sehingga diperoleh
serumnya.
Sebelum proses nekropsi, tikus kembali dibuat kehilangan kesadaran
dengan menggunakan dietil eter. Setelah kehilangan kesadaran, tikus dibedah
dengan menyayat tubuh bagian depan tikus yang telah terlentang. Jarum suntik
steril digunakan untuk mengambil darah langsung dari organ jantung sehingga
diperoleh volume darah yang lebih banyak pada masing-masing hewan coba.
Darah yang diperoleh kemudian disimpan ke dalam vial dan diletakkan di dalam
cool box yang telah berisi es batu. Hati tikus tersebut diambil dan dimasukkan
dalam gelas kimia berisi natrium klorida 0.9% untuk menghilangkan darah yang
menempel pada jaringan hati. Organ hati akan digunakan dalam analisis lipid
peroksida hati.
Pengukuran Aktivitas Enzim AST ALT (IFCC 1986)
Prinsip pengukuran aktivitas ALT dan AST adalah mengukur laju
berkurangnya jumlah NADH menjadi NAD+ pada reaksi yang terjadi antara
enzim dan substrat yang dapat diukur pada panjang gelombang 340 nm.
pengukuran AST dan ALT yang dilakukan menggunakan metode International
Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tahun 1986. Sampel berupa darah tikus
yang disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan
serumnya. Serum darah segera diperiksa aktivitas AST dan ALT sesaat setelah
serum diperoleh. Sebanyak 100 μL serum darah tikus dicampur dengan 1000 μL
reagen, kemudian dilakukan pengukuran nilai absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS (Thermo Electron Corporation
Beckman) pada panjang gelombang 340 nm.
Pengukuran Lipid Peroksida Hati (Yagi 1994)
Organ hati yang telah dibekukan kemudian dicairkan pada suhu ruang
hingga agak mencair. Sebanyak 10% b/v jaringan hati tersebut dilumatkan dengan
homogenizer. Campuran yang diperoleh disentrifugasi selama 5 menit dengan
kecepatan 3000 rpm dan diambil bagian supernatannya dengan pipet Pasteur
sehingga terbentuk homogenat hati.
Kurva standar dibuat menggunakan larutan stok pereaksi TMP 6M yang
diencerkan dengan akuades menjadi 60 μM kemudian dibuat konsentrasinya
menjadi 0.6, 0.9, 1.5, 3.0, 4.5, dan 6.0 μM. Larutan pada masing-masing
konsentrasi tersebut dipipet sebanyak 4 mL ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, ke
dalam tiap tabung reaksi tersebut ditambah 1 mL TBA 1% dalam pelarut asam
asetat 50%. Kemudian dipanaskan di penangas air hingga mendidih pada suhu
95oC selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu kamar. Setiap tabung ditambah
1 mL akuades dan 5 mL n-butanol: piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, lalu
disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada
larutan diambil, kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang 532 nm
dengan spektrofotometer.
Homogenat hati sebanyak 0.1 mL ditambah dengan 0.2 mL SDS 8.1% dan
1.5 mL asam asetat 20% ke dalam tiap tabung dan diatur pHnya dengan NaOH
1M dari 2.5 menjadi 3.5. Pengontrolan pH dilakukan menggunakan pH meter.
Setiap tabung reaksi kemudian ditambah dengan 0.7 mL akuades dan 1.5 mL
5
TBA 1% dalam pelarut asam asetat 50%, dan dipanaskan ke dalam penangas air
pada suhu 95oC selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu ruang. Tiap tabung
reaksi ditambah 1 mL akuades dan 5 mL n-butanol: piridin (15:1 v/v), diaduk
dengan vorteks, disentrifus pada 4000 rpm selama 10 menit, diambil lapisan
atasnya, dan diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
532 nm.
Prosedur Analisis Data
Analisis statistik terhadap data aktivitas enzim serta konsentrasi lipid
peroksida hati dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL),
serta uji analysis of variant (ANOVA) dan uji lanjutan Duncan pada tingkat
kepercayaan 95% dan taraf nyata 0.05. Keseluruhan data tersebut akan dianalisis
dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science
(SPSS). Model RAL adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij.
Keterangan:
i = 1, 2, …, t
j = 1, 2, …, r
μ = pengaruh rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5
pengaruh galat perlakuan ke-i dan
εij = ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6,7
Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
HASIL
Pengukuran Aktivitas Enzim Aminotransferase
Aktivitas enzim AST kelompok N pada penelitian ini sebesar 136.77 U/L
(Gambar 1). Aktivitas AST normal tikus jantan Sprague Dawley yaitu 77 U/L–
157 U/L (Suckow et al. 2006). Kelompok HK memiliki aktivitas enzim AST
sebesar 145.31 U/L atau 5.88% lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
N, namun tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pada
penelitian ini, kondisi hiperkolesterolemia tidak meningkatkan aktivitas enzim
AST. Kelompok lovastatin yang memiliki aktivitas AST sebesar 143.66 U/L atau
1.13% lebih rendah dibandingkan kelompok HK (p>0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa pada penelitian ini, pemberian lovastatin tidak berpengaruh nyata terhadap
aktivitas AST pada tikus hiperkolesterolemia.
Aktivitas enzim AST pada kelompok E1 diperoleh sebesar 91.66 U/L, data
ini lebih rendah 32.9% dibanding kelompok HK maupun kelompok normal
(p<0.05). Kelompok E2 memiliki aktivitas sebesar 88.95 U/L, 38.78% dan
34.96% lebih rendah dibanding kelompok HK dan N (p<0.05). Data ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih pada dosis 30 mg/kg
BB maupun dosis 60 mg/kg BB dapat menurunkan aktivitas enzim AST secara
nyata (p<0.05).
6
Gambar 1 Aktivitas enzim AST
Aktivitas enzim ALT kelompok N pada penelitian ini yaitu sebesar 43.75
U/L (Gambar 2). Suckow et al. (2006) menyatakan bahwa aktivitas ALT normal
untuk tikus jantan Sprague Dawley yang berusia di atas 10 minggu adalah 24
U/L– 53 U/L, sehingga aktivitas ALT kelompok N pada penelitian ini masih
termasuk ke dalam range normal. Aktivitas ALT kelompok HK pada penelitian
ini sebesar 57.52 U/L menunjukkan bahwa kondisi hiperkolesterolemia pada
hewan coba dapat meningkatkan aktivitas enzim ALT, namun tidak berbeda nyata
(p>0.05) terhadap kelompok N. Kelompok lovastatin memiliki aktivitas ALT
sebesar 46.95 U/L, angka ini 18.37% lebih rendah bila dibandingkan HK. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian lovastatin memiliki kecenderungan menurunkan
aktivitas ALT tikus hiperkolesterolemia.
Aktivitas enzim ALT pada kelompok E1 34.73% lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok HK dan pada kelompok E2 diperoleh aktivitas
ALT 24.62% lebih rendah dibandingkan kelompok HK. Selain itu, data aktivitas
pada kelompok E1 maupun E2 tersebut masih termasuk dalam kondisi normal
(Suckow et al. 2006). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram
putih pada kedua dosis yang diujikan tidak merusak sel-sel hati hewan coba pada
penelitian ini.
Gambar 2 Aktivitas enzim ALT
136.77b ± 26.9145.31b ±24.1 143.66b ± 20.9
91.66a ± 23.9 88.95a ± 21.7
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Normal Hiperkolesterol Lovastatin Perlakuan I Perlakuan II
Rer
ata
Ak
tiv
ita
s A
ST
(U
/l)
Kelompok Tikus
43.75a ± 13.7
57.52a ± 29.9
46.95a ± 18.3
37.54a ± 6.343.36a ± 15.5
0
10
20
30
40
50
60
70
N HK L E1 E2
Rer
ata
Ak
tiv
ita
s A
LT
(U
/l)
Kelompok Tikus
7
Konsentrasi Lipid Peroksida
Hasil pengukuran konsentrasi lipid peroksida ditunjukkan pada Gambar 3,
rerata konsentrasi lipid peroksida hati kelompok N pada penelitian ini diperoleh
sebesar 18.12 nmol/gram, sedangkan pada kelompok HK diperoleh konsentrasi
lipid peroksida hati 59.95% lebih tinggi apabila dibandingkan kelompok N
(p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hiperkolesterolemia pada hewan
coba mampu meningkatkan konsentrasi lipid peroksida hati dibandingkan
kelompok N. Kelompok lovastatin memiliki konsentrasi lipid peroksida sebesar
21.88 nmol/gram, angka ini berbeda nyata terhadap kelompok HK (p<0.05). Hal
ini menunjukkan pemberian lovastatin dapat menurunkan konsentrasi lipid
peroksida hati tikus.
Kelompok E1 memiliki konsentrasi lipid peroksida sebesar 20.79
nmol/gram atau 54.05% lebih rendah jika dibandingkan kelompok HK (p<0.05).
Data ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih dosis 30 mg/kg
BB dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida hati sehingga tidak berbeda
nyata (p<0.05) terhadap kelompok N. Kelompok E2 memiliki rerata konsentrasi
lipid peroksida hati sebesar 37.33 nmol/gram, atau sebesar 17.50% lebih rendah
dibandingkan kelompok HK (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak jamur tiram putih dosis 30 mg/kg BB maupun 60 mg/kg BB dapat
menurunkan konsentrasi lipid peroksida hati sehingga ekstrak tersebut dapat
berperan sebagai antioksidan.
Gambar 3 Konsentrasi lipid peroksida hati tikus
PEMBAHASAN
Aktivitas Aminotransferase Pasca Induksi Ekstrak Jamur Tiram Putih
Aktivitas enzim AST dan ALT pada penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan kit SIGMA. Kit untuk pengukuran aktivitas AST mengandung
buffer tris, L-aspartat, α-ketoglutarat, malat dehidrogenase, dan NADH. Pereaksi
18.12a±2.7
45.25b±8.2
21.88a±7.5 20.79a±3.9
37.33b±11.7
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
N HK L E1 E2
Rer
ata
Kon
sen
trasi
Lip
id
Per
ok
sid
a H
ati
(nm
ol/
gra
m)
Kelompok Tikus
8
yang digunakan dalam pengukuran ALT yaitu bufer tris, L-alanin, α-ketoglutarat,
laktat dehidrogenase, dan NADH. Sardini (2007) menyatakan bahwa prinsip kerja
enzim AST adalah enzim ini mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat ke
oxoglutarate menjadi oxaloacetate dari L-glutamat, oxaloacetate selanjutnya
mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD+ dengan bantuan
enzim malate dehydrogenase. Prinsip kerja enzim ALT adalah enzim ini
mengkatalisis transfer gugus amino dari L-alanin ke oxoglutarate menjadi
pyruvate dan L-glutamat. Molekul piruvat selanjutnya mengalami reduksi dan
terjadi oksidasi NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim laktat
dehidrogenase.
Aktivitas AST yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai aktivitas ALT pada semua kelompok tikus. Rata-rata
aktivitas AST yang diperoleh 62.21% lebih besar dibandingkan aktivitas ALT.
Akbar (2004) menyatakan bahwa hasil pengukuran aktivitas AST akan lebih
tinggi dibandingkan ALT pada kasus kerusakan hati kronik. Selain itu, aktivitas
AST juga akan menjadi lebih tinggi pada kasus nekrosis jaringan hati akibat
paparan komponen-komponen hepatotoksin seperti paracetamol, tetrasiklin,
maupun obat sitotoksik. Enzim AST juga merupakan enzim yang tidak hanya
terdapat pada sel-sel hati (Wijayanti 2008) melainkan terdapat juga pada sitosol
dan mitokondria sel otot rangka, otot jantung, ginjal, otak serta eritrosit
(Stockham 2002) sehingga paparan komponen toksin akan menyebabkan enzim
AST juga keluar dari sitoplasma maupun mitokondria sel-sel lain (selain sel hati).
Akibatnya, aktivitas AST yang terukur pada serum menjadi lebih besar.
Kelompok HK pada penelitian ini memiliki aktivitas AST yang tidak
melampaui nilai normalnya (Suckow et al. 2006). Iqbal (2008) juga melaporkan
hal yang sama pada penelitian dengan menggunakan kelinci sebagai hewan coba.
Induksi hiperkolesterolemia dengan menambahkan 0.25% kolesterol pada pakan
hewan coba tidak meningkatkan aktivitas enzim AST hingga melebihi batas
normalnya. Aktivitas enzim AST dan ALT yang melebihi normal merupakan
bioindikator terjadinya kerusakan pada sel-sel hati (Panjaitan et al. 2007).
Kerusakan pada sel-sel hati dapat disebabkan oleh obat (Lindgreen et al. 1997),
senyawa kimia (Lee et al. 2003), maupun virus (Day et al. 2004). Kerusakan
hepatosit diawali dengan perubahan permeabilitas membran yang diikuti dengan
kematian sel. Jika terjadi peningkatan permeabilitas membran sel, enzim ini akan
keluar dari sel-sel hati dan masuk ke pembuluh darah sehingga aktivitasnya di
serum dapat dianalisis (Hasan dan Salim 2003).
Kelompok E1 dan E2 yang diinduksi ekstrak etanol jamur tiram putih
menunjukkan aktivitas AST yang lebih rendah (p<0.05) jika dibandingkan dengan
kelompok HK maupun N. Pemberian ekstrak jamur tiram putih pada kedua dosis
ini dapat menurunkan aktivitas AST. Enzim AST merupakan enzim yang terdapat
di sitoplasma dan mitokondria (Giannini et al. 2005) sehingga peningkatan
aktivitasnya (melebihi normal) akan terjadi pada kasus kerusakan lanjutan sel-sel
hati. Pada penelitian ini, terjadi penurunan aktivitas AST yang disebabkan oleh
kemampuan ekstrak dalam memproteksi sel-sel dalam tubuh hewan coba. Sumy
(2010) menyatakan bahwa jamur tiram putih dapat berperan sebagai
hepatoprotektor meskipun mekanismenya belum diketahui. Beberapa senyawa
alam mampu melindungi hati dari kerusakan akibat senyawa-senyawa kimia
sehingga memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor. Arianti (2012) menyatakan
9
bahwa ekstrak alang-alang dapat berkhasiat sebagai hepatoprotektor, Sari (2008)
juga menyatakan bahwa tapak liman (Elephantopus scaber Linn) juga memiliki
daya hepatoprotektif. Selain itu, jamur tiram putih dapat pula berperan sebagai
komponen nefroprotektif (Sasikumar 2011). Jayakumaret al. (2007) menyatakan
jamur tiram putih memiliki komponen yang dapat memproteksi organ-organ di
dalam tubuh, terutama dari komponen-komponen radikal.
Aktivitas ALT merupakan indikator yang lebih spesifik (dibandingkan
AST) bagi kerusakan sel-sel hepar (Hasan dan Salim 2003). Hal ini karena enzim
ini hanya terdapat di sitoplasma sel-sel hati (Stockham 2002). Kelompok HK
memiliki aktivitas ALT tidak berbeda nyata terhadap N. Hasil penelitian ini sesuai
dengan yang pernah dilaporkan Iqbal (2008) yang menyatakan bahwa sebanyak
0.25% kolesterol yang menyebabkan kelinci menderita hiperkolesterolemia tidak
mempengaruhi fungsi hati karena tidak terjadi peningkatan aktivitas enzim ALT
maupun AST. Birkner (2007) menggunakan induksi kolesterol yang cukup besar
sehingga diperoleh penurunan aktivitas enzim AST dan ALT pada hati sampai
50% karena banyak yang keluar ke dalam darah. Peningkatan aktivitas enzim-
enzim tersebut di dalam darah menunjukkan bahwa fungsi hati hewan coba
terganggu. Hal ini menunjukkan pada tahap tertentu, induksi kolesterol juga dapat
mempengaruhi fungsi hati.
Kelompok E1 dan E2 pada penelitian ini memiliki aktivitas enzim ALT
yang masih berada dalam nilai normal menurut Suckow et al. (2006). Besarnya
aktivitas enzim ALT yang lebih rendah bila dibandingkan kelompok N
kemungkinan mengindikasikan ekstrak jamur tiram putih berkhasiat
hepatoprotektor. Ariati (2012) melakukan penelitian lain yang menginduksikan
fraksi air kelopak bunga rosela pada tikus hiperkolesterolemia, hasil yang
diperoleh yaitu fraksi tersebut mampu menurunkan aktivitas enzim ALT hingga
dua kalinya. Penurunan aktivitas enzim ALT terbesar pada penelitian ini terlihat
pada kelompok E1 dengan dosis induksi sebesar 30 mg/kg BB, bukan pada dosis
yang lebih besar yaitu pada kelompok E2 yang diberikan dosis 60 mg/kg BB.
Meskipun demikian, angka aktivitas pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda
nyata (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variasi dosis yang diujikan tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan aktivitas enzim ALT pada serum
hewan coba. Ariati (2012) juga melaporkan hal yang serupa, yaitu variasi dosis
fraksi air kelopak rosela tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas ALT tikus
hiperkolesterolemia.
Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Pasca Induksi Ekstrak Jamur
Tiram Putih
Konsentrasi lipidperoksida hati kelompok N pada penelitian ini yaitu
sebesar 18.12 nmol/ gram. Alviani (2007) melaporkan bahwa konsentrasi lipid
peroksida hati tikus kelompok normal yang berusia 5 bulan dan dinekropsi pada
minggu ke 12 adalah sebesar 87.10 nmol/gram. Sayogya (2002) juga melaporkan
konsentrasi lipid peroksida hati kelompok normal usia 8.5 bulan yang dinekropsi
setelah 19 minggu adalah sebesar 100.46 nmol/gram. Perbedaan data ini karena
faktor usia tikus yang digunakan. Penelitian ini menggunakan tikus jantan
Sprague Dawley yang berusia 3 bulan dan dinekropsi pada minggu ke 9 sehingga
10
konsentrasi lipid peroksida hati yang diperoleh lebih kecil dari pada data
konsentrasi pada penelitian sebelumnya.
Kondisi hiperkolesterolemia dapat meningkatkan konsentrasi lipid
peroksida pada hewan percobaan. Kelompok HK pada penelitian ini, memiliki
konsentrasi lipid peroksida hati sebesar 59.96% lebih tinggi bila dibandingkan
kelompok N. Konsumsi kolesterol yang dicampurkan ke dalam pakan pada
penelitian ini adalah sebesar 3%. Selama masa induksi hiperkolesterolemia, terjadi
peningkatan konsentrasi kolesterol serum sebesar 321.43% (Waliyuddin 2013).
Hal ini sesuai dengan penelitian Alviani (2007) menyatakan bahwa konsumsi
1.25% kolesterol dapat meningkatkan konsentrasi lipid peroksida hati tikus lima
kali lebih tinggi dibandingkan kelompok normalnya. Tombilangi (2004)
melaporkan bahwa diet 0.25% dapat meningkatkan konsentrasi lipid peroksida
darah kelinci sebesar 86.36%. Hal ini menunjukkan terdapat keterkaitan antara
konsentrasi lipid peroksida dengan kondisi hiperkolesterolemia (Moriel 2000).
Mekanisme yang terjadi terkait proses sintesis asam empedu. Kolesterol
dapat dieleminasi dari dalam tubuh setelah terlebih dahulu diubah menjadi asam
empedu. Proses ini berlangsung dengan reaksi 7α-hidroksilasi sebagai reaksi
kunci yang dikatalisis oleh 7α-hidroksilase serta memerlukan oksigen, tahapan ini
menyebabkan molekul oksigen mudah tereduksi menjadi anion superoksida
(Mayes dan Botham 1996). Jadi, semakin tinggi konsentrasi kolesterol pada kasus
hiperlipidemia mampu meningkatkan aktivitas 7α-hidroksilase sehingga semakin
banyak radikal superoksida yang terbentuk serta menyerang rantai asam lemak tak
jenuh majemuk.
Terputusnya rantai asam lemak tak jenuh majemuk akan menghasilkan
berbagai senyawa antara lain malondialdehid (MDA). Penelitian ini mengukur
konsentrasi MDA dengan metode pengukuran menggunakan asam tiobarbiturat
(TBA) sebagai parameter peroksidasi lipid yang terjadi. Halliwell dan Gutteridge
(1999) menyatakan bahwa MDA sebagai produk akhir peroksidasi lipid dapat
digunakan sebagai parameter tidak langsung dari kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh peroksidasi lipid. Prinsip pengukuran MDA adalah reaksi satu
molekul MDA dengan dua molekul TBA membentuk komplek senyawa MDA-
TBA berwarna merah muda yang dapat terbaca dengan spektrofotometer (Tokur
et al. 2006).
Kelompok E1 dengan konsentrasi lipid peroksida hati sebesar 20.79
nmol/gram berbeda nyata jika dibandingkan dengan kelompok HK (45.25
nmol/gram) serta tidak berbeda nyata dengan kelompok N (18.12 nmol/gram). Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak jamur tiram putih pada dosis 30 mg/kg BB dapat
berperan sebagai antioksidan. Waliyuddin (2013) menyatakan bahwa ekstrak
etanol jamur tiram putih mengandung alkaloid, saponin dan triterpenoid. Senyawa
alkaloid merupakan senyawa kelompok fenolik yang dapat menjadi kandidat kuat
sebagai komponen antioksidan karena potensial redoks serta stabilitas relatif yang
dimiliki (Hallliwell & Gutteridge 1999). Selain itu, komponen triterpenoid juga
dapat berperan sebagai antioksidan. Latif (2013) melaporkan bahwa komponen
triterpenoid yang terdapat pada tanaman Sorbus lanata memiliki aktivitas
antioksidan berdasarkan pengujian dengan metode diphenyloicrylhydrazyl
(DPPH). Sorbus lanata tersebut berasal dari daerah pegunungan Himalaya.
Ahmed (2013) juga melaporkan komponen asam betulinik dan betulin
11
(pentasiklik triterpenoid) dari tanaman Holoptelea integrifolia yang berasal dari
Pakistan dapat berperan sebagai antioksidan.
Kelompok E2 meskipun diberikan dosis ekstrak yang lebih besar (60
mg/kg BB), penurunan konsentrasi lipid peroksida yang diperoleh lebih kecil bila
dibandingkan dengan ekstrak pada dosis 30 mg/kb BB. Al Deen et al. (1987)
menyatakan bahwa nilai LD50 ekstrak jamur tiram putih adalah 319 mg/kg BB.
Dosis 60 mg/kg (1/5 LD50) yang diberikan pada penelitian ini hanya menurunkan
17.50% konsentrasi lipid peroksida hati tikus. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh toksisitas jamur tiram putih tersebut. Sepcic (2004) menyatakan bahwa
toksisitas jamur tiram putih berkaitan dengan ostreolisin, salah satu protein yang
terdapat pada jamur tiram. Ostreolisin merupakan protein berukuran 15 kDa yang
secara spesifik disintesis pada badan buah jamur tiram putih. Zuzek (2006)
menyatakan bahwa ostreolisin dapat menjadi pemicu lisisnya sel pada tikus dalam
konsentrasi hanya beberapa mikromolar.
SIMPULAN DAN SARAN
Induksi ekstrak etanol jamur tiram putih dosis 30 mg/kg BB dan 60 mg/kg
BB tidak merusak sel-sel hati hewan coba. Selain itu, ekstrak jamur tiram putih
pada kedua dosis tersebut juga memiliki aktivitas antioksidan. Perlu penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak etanol jamur tiram putih terhadap
konsentrasi lipid peroksida hati dengan variasi dosis yang lebih banyak antara 30
mg/kg BB hingga 60 mg/kg BB. Hal ini untuk memberikan data mengenai dosis
efektif jamur tiram putih sebagai antikolesterol dan meminimalisir efek toksik
yang dimiliki oleh ekstrak tersebut. Selain itu juga diperlukan penelitian lanjutan
mengenai potensi ekstrak etanol jamur tiram putih sebagai dalam memproteksi
organ-organ vital seperti jantung maupun otak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed M, Ghazala HR, Faryal VM, Iffat M, Viqar UA, Shaukat M. 2013. A
triterpenoid antioxidant agents found in Holoptelea integrifolia (roxb) planch.
International Journal of Pharmaceutical, Chemical, and Biological Sciences.
3(1):63-67.
Akbar Nurul. 2004. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru.
Alam N, Amin R, Khan A, Ara I, Shim MJ, Lee MW, Lee TS. 2009. Comparative
effect of oyster mushrooms on lipid profile, liver and kidney function in
hypercholesterolemic rats. Mycobiology. 37(1):37-42.
Al Deen I H, Twaij H A, AL Badr A A, Istarabadi T A. 1987. Toxicologic and
histopathologic studies of Pleurotus ostreatus mushroom in mice. J
Ethnopharmacol. 21(3):297-305.
Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun jati belanda terhadap peroksidasi
lipid hati tikus hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Program Studi Biokimia
FMIPA IPB.
12
Arianti R. 2012. Aktivitas hepatoprotektor dan toksisitas akut ekstrak alang alang
(Imperata cylindrical). [skripsi]. Bogor: Program Studi Biokimia FMIPA IPB.
Birkner E. 2007. The influence of methionine, selenomethionine, and vitamin E
on liver metabolic pathways and steatosis in high-cholesterol fed rabbits. Biol
Trace Elem Res. 120:179-194.
Cheung, Alfred K, De Vault, George A, Gregory, Martin C. 1993. A prospective
study on treatment oh hypercholesterolemia with lovastatin in renal transplant
patients receiving cyclosporine. Journal of The American Society of
Nephrology. 3: 12.
Day L, Shikuma C, Gerschenson M. 2004. Mithochondrial injury in the
pathogenesisof antiretroviral-induced hepatic steatosisand lactic acidemia.
Mithochondrion. 4: 95-109.
Giannini EG, Testa R, Savarino V. 2005. A Guide for Clinicians. Can Med Assoc.
172: 367-379.
Guyton, Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. Burlington: Elsevier Inc.
Halliwell B, Gutteridge JMC. 1999. Freen Radicals in Biology and Medicine.
London: Oxford Univ.
Harkness, Wagner. 1989. Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. New
York: Wiley-Blackwell.
Hasan FA, Salim O. 2003. Interpretation of liver chemistry test. Bulletin of The
Kuwait Institute for Medical Specialization. 2: 27-31.
Hossain S, Hashimoto M, Choudhury EK, Alam N, Hussain S, Hasan M,
Choudhury SK, Mahmud I. 2003. Dietary mushroom (Pleurotus ostreatus)
ameliorates atherogenic lipid in hipercholesterolaemic rats. Clinical and
Experimental Pharmacology and Physiology. 30: 470-475.
Iqbal M. 2008. Akumulasi lipid di hati dan akibatnya terhadap fungsi hati pada
kelinci hiperlipidemia. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Biokimia IPB.
International Federation of Clinical Chemistry (IFCC). 1986. Methods for the
measurement of catalytic concentration of enzymes. J Clin. Chem Clin
Biochem. 24: 481.
Jayakumar T, Thomas PA, Geraldine P. 2007. Protective effect of an extract of the
oyster mushroom, Pleurotus ostreatus of major organs of aged rats. Exp
Gerontol. 42(3): 183-91.
Kabo P. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Kesaksian
Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[Kementerian Kesehatan RI]. 2012. Penyakit Tidak Menular (PTM) penyebab
kematian terbanyak di Indonesia. [Internet]. [diunduh 25 Desember 2013].
Tersedia pada :http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1637-
penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html.
Kristiani EBE. 2003. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)sebagai
obat alternatif untuk hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vitro. [Tesis]. Bogor:
Program Pasca Sarjana IPB.
Latif A, Syed HH, Mumtaz A, Mohammad A, Manzoor A, Russel JC, Thomas JS,
Ghias U. 2013. A new antioxidant triterpenoid from stem wood of Sorbus
lanata. Natural Products. 8:19-24.
Lee JI, Lee KS, Paik YH, Han KH, Chon CY, Moon YM. 2003. Apoptosis of
hepatic stellatecells in carbon tetrachloride induce acuteliver injury of the rat:
analysis of isolatehepatic stellate cells. Journal of Hepatology.39: 960-966.
13
Lindgren A, Aldenborg F, Norkrans G, OlaisonL, Olsson R. 1997. Paracetamol-
induced cholestatic and granulomatous liver injuries. Journal of Internal
Medicine. 241:435-439.
Malole MB. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan Laboratorium. Bogor:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Mahfouz MM, Kummerow FA. 2000. Cholesterol-rich diets have different effects
on lipid peroxidation, Cholesterol Oxides, and Antioxidant Enzymes in Rats
and Rabbits. J Nutr Biochem 11:293-302.
Mayes PA, Botham PA. 1996. Cholesterol Synthesis, Transport, and Excretion.
New York: McGraw-Hill. 26: 219-230.
Moriel P. 2000. Lipid peroxidation and antioxidants in hyperlipidemia and
hypertension. Biology Research. 33(2): 105.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. Ed ke-27. Pendit
BU, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Harper’s Illustrated
Biochemistry,27th ed.
Nieminen P, Vesa K, Anne M. 2009. Myo and hepatotoxic effect of cultivated
mushrooms in mice. Food and Chemical Toxicology. 47: 70-74.
Panjaitan RGP, Handharyani E, Chairul, Masriani. 2007. Pengaruh pemberian
karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan ginjal tikus putih. Makara
Kesehatan. 11:11-6.
Permatasari N. 2012. Manual Prosedur, Pengambilan Darah, Perlakuan, dan
Injeksi pada Hewan Coba. Malang: Laboratorium Biosains Universitas
Brawijaya Malang.
Prapti IY. 2010. Implementation of Herbal Medicine Networking. Central Java:
Medical Plants and Traditional Medicine Research Development Center.
Salimi YK. 2005. Aktivitas antioksidan dan antihiperkolesterolemia ekstrak beta
glukan dari Saccharomyces cerevisiae pada tikus putih. [disertasi]. Bogor: IPB.
Salter AM, Hayashi R, Al-Seeni M. 1991.Effect of hypothyroidism and high-
fatfeeding on mRNA concentrations for thelow density lipoprotein receptor
and onacyl coA. Cholesterol acyltransferase activities in rat liver. J Biochem.
276:825-832.
Sardini S. 2007. Penentuan aktivitas enzim GOT dan GPT dalam serum dengan
metode reaksi kinetic enzimatik sesuai IFCC (International Federation of
Clinical Chemistry and Laboratory Medicine). [prosiding]. Jakarta: Pusat
Teknologi Keselamatan dan Meteorologi Radiasi BATAN.
Sari PS, Azizahwati. 2008. Efek hepatoprotektif rebusan akar tapak liman pada
tikus putih yang diinduksi dengan karbon tertraklorida. Jurnal Farmasi
Indonesia. 4:2.
Sasikumar V, Sudha GM. 2011. Antioxidant activity and nephroprotective effect
of aqueous extract of Pleurotus ostreatus. [article]. Department of Biochemistry
Kongunadu Arts and Science College.
Sepcic K, Sabrina B, Katja R, Urska B, Ana P, Marjeta S, Peter M. 2004.
Ostreolysin, a pore forming protein from the oyster mushroom, interacts
specifically with membrane cholesterol-rich lipid domain. FEBS Journals. 575:
81-85.
Stockham SL. 2002. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology Ed I.Lowa
State: Blackwell publishing.
14
Suckow M, Steven H, Craig F. 2006. The Laboratory Rat. Burlington: Elsevier
Academic Press.
Sumy AK, Nasim J, Nayma S. 2010. Study on the hepatoprotective effect of
Oyster mushroom against paracetamol induced liver damage in Wistar albino
rats. J Bangladesh Soc Physiol. 5(2): 46-52.
Tombilangi AK. 2004. Khasiat ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk) terhadap kadar lipid peroksida darah kelinci yang hiperlipidemia.
[skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia FMIPA IPB.
Waliyuddin. 2013. Aktivitas ekstrak etanol jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterolemia. [skripsi]. Bogor:
Program Studi Biokimia FMIPA IPB.
Yagi K. 1994. Lipid peroxide in hepatic, gastrointestional and pancreatic
diseases. Free Radicals in Diagnostic Medicine. New York: Plenum Press.
Zuzek M, Peter M, Kristina S. 2006. Toxic and lethal effect of ostreolysin, a
cytolytic protein from edible oyster mushroom (Pleurotus ostreatus), in rodents.
Toxicon. 48: 264-271.
15
Lampiran 1 Tahapan Penelitian
Tiga Puluh Lima Ekor Tikus Putih
Normal (N=7)Hiperlipidemia
(N=7)
Hiperlipidemia + Lovastatin
(N=7)
Hiperlipidemia +Ekstrak
Dosis 30 mg/ kg BB (N=7)
Hiperlipidemia +Ekstrak
Dosis 60 mg/ kg BB (N=7)
Pengambilan Darah
Pengujian
Aktivitas AST
ALT
Pengukuran
Konsentrasi Lipid
Peroksida Hati
16
Lampiran 2 Aktivitas enzim AST Hewan Coba
Kel Sampel Δ Absorbansi
ΔA/menit Aktivitas(U/Liter)
ΔA1 ΔA2 ΔA3
N
1 0.096 0.057 0.058 0.070 122.802
2 0.092 0.083 0.078 0.084 147.246
3 0.095 0.104 0.096 0.098 171.690
4 0.101 0.087 0.087 0.092 160.050
5 0.075 0.069 0.053 0.066 114.654
6 0.051 0.082 0.046 0.060 104.178
Rata- rata aktivitas AST 136.770
HK 1 0.059 0.067 0.062 0.063 109.416
2 0.102 0.087 0.076 0.088 154.230
3 0.106 0.079 0.071 0.085 148.992
4 0.099 0.098 0.106 0.101 176.346
5 0.13 0.054 0.087 0.090 157.722
6 0.113 0.054 0.048 0.072 125.130
Rata- rata aktivitas AST 145.306
L 1 0.103 0.095 0.05 0.0827 144.336
2 0.087 0.131 0.071 0.096 168.198
3 0.08 0.048 0.069 0.066 114.654
4 0.083 0.085 0.063 0.077 134.442
5 0.085 0.132 0.07 0.096 167.034
6 0.092 0.066 0.071 0.076 133.278
Rata- rata aktivitas AST 143.657
E1 1 0.048 0.05 0.053 0.050 87.882
2 0.073 0.073 0.076 0.074 129.204
3 0.004 0.062 0.066 0.044 76.824
4 0.061 0.045 0.046 0.051 88.464
5 0.065 0.062 0.057 0.061 107.088
6 0.046 0.031 0.027 0.035 60.528
Rata- rata aktivitas AST 91.665
E2 1 0.074 0.036 0.039 0.050 86.718
2 0.052 0.03 0.039 0.040 70.422
3 0.08 0.071 0.07 0.074 128.622
4 0.063 0.053 0.048 0.055 95.448
5 0.057 0.043 0.041 0.047 82.062
6 0.05 0.034 0.037 0.040 70.422
Rata- rata aktivitas AST 88.949
17
Lampiran 3 Aktivitas enzim ALT Hewan Coba
Kel Sampel Δ Absorbansi
ΔA/menit Aktivitas(U/Liter)
ΔA1 ΔA2 ΔA3
N 1 0.009 0.022 0.019 0.017 29.1
2 0.015 0.019 0.016 0.017 29.1
3 0.05 0.016 0.013 0.026 45.978
4 0.045 0.014 0.015 0.025 43.068
5 0.069 0.021 0.022 0.037 65.184
6 0.043 0.023 0.02 0.029 50.052
Rata- rata aktivitas ALT 43.747
HK 1 0.02 0.014 0.012 0.015 26.772
2 0.086 0.049 0.049 0.061 107.088
3 0.059 0.023 0.018 0.033 58.2
4 0.053 0.037 0.041 0.044 76.242
5 0.026 0.019 0.018 0.021 36.666
6 0.043 0.019 0.007 0.023 40.158
Rata- rata aktivitas ALT 57.521
L 1 0.034 0.02 0.021 0.025 43.65
2 0.032 0.019 0.014 0.022 37.83
3 0.026 0.005 0.014 0.015 26.19
4 0.046 0.023 0.019 0.029 51.216
5 0.039 0.016 0.018 0.024 42.486
6 0.06 0.039 0.039 0.046 80.316
Rata- rata aktivitas ALT 46.948
E1 1 0.041 0.012 0.015 0.023 39.576
2 0.043 0.011 0.015 0.023 40.158
3 0.026 0.014 0.015 0.018 32.01
4 0.029 0.029 0.024 0.027 47.724
5 0.025 0.019 0.016 0.020 34.92
6 0.027 0.015 0.011 0.018 30.846
Rata- rata aktivitas ALT 37.539
E2 1 0.027 0.017 0.015 0.020 34.338
2 0.027 0.016 0.014 0.019 33.174
3 0.032 0.019 0.018 0.023 40.158
4 0.05 0.041 0.037 0.043 74.496
5 0.028 0.02 0.017 0.022 37.83
6 0.033 0.019 0.017 0.023 40.158
Rata- rata aktivitas ALT 43.359
18
y = 0.253x + 0.021
R² = 0.998
0
0.5
1
1.5
2
0 2 4 6 8
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (μM)
y = 0.202x + 0.017
R² = 0.999
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 2 4 6 8
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (μM)
Lampiran 4 Kurva Standar Lipid Peroksida
17/07/2013
Konsentrasi
(μM)
Ulangan Rata-Rata
Absorbansi 1 2 3
6 1.564 1.595 1.506 1.555
4.5 1.188 1.156 1.121 1.155
3 0.787 0.752 0.734 0.758
1.5 0.416 0.388 0.369 0.391
0.9 0.298 0.240 0.280 0.273
0.6 0.198 0.237 0.161 0.199
14/07/2013
Konsentrasi
(μM)
Ulangan Rata-Rata
Absorbansi 1 2 3
6 1.230 1.238 1.216 1.228
4.5 0.993 0.911 0.918 0.941
3 0.732 0.440 0.645 0.606
1.5 0.328 0.344 0.327 0.333
0.9 0.190 0.214 0.191 0.198
0.6 0.128 0.142 0.139 0.136
Contoh perhitungan:
Persamaan garis pada kurva standar: y= 0.202x +0.017, r= 99.9%
Missal absorbansi sampel 0.247, maka 0.247= 0.202x + 0.017
x = 1.138 µM
Konsentrasi lipid peroksida hati dalam nmol/g:
=C µM x volume total homogenat hati mL /volume homogenat hati yang direaksikan (mL)
bobot hati pada 10%b
vhomogenat (g)
= 1.138 µM x 10 ml 0.1 mL
1 g
= 113.861 nmol/ gram
19
Lampiran 5 Konsentrasi Lipid Peroksida
No Kel Sampel Absorbansi [ ] (µM) [ ] (nmol/gram)
1
N
1 0.050 0.163 16,337
2 2 0.056 0.193 19,307
3 3 0.054 0.183 18,317
4 4 0.061 0.218 21,782
5 5 0.047 0.148 14,851
Rata- rata 18,120
6
HK
1 0.079 0.307 30,693
7 2 0.116 0.490 49,010
8 3 0.116 0.490 49,010
9 4 0.117 0.495 49,505
10 5 0.114 0.480 48,020
Rata-rata 45,250
11
L
1 0.054 0.183 18,317
12 2 0.076 0.292 29,208
13 3 0.079 0.307 30,693
14 4 0.051 0.168 16,832
15 5 0.046 0.144 14,356
Rata-rata 21,880
16
E1
1 0.050 0.163 16,337
17 2 0.067 0.247 24,752
18 3 0.062 0.223 22,277
19 4 0.065 0.237 23,762
20 5 0.051 0.168 16,832
Rata-rata 20,790
21
E2
1 0.105 0.435 43,564
22 2 0.088 0.351 35,149
23 3 0.111 0.465 46,535
24 4 0.053 0.178 17,822
25 5 0.105 0.436 43,564
Rata-rata 37,330
20
Lampiran 6 Analisis ANOVA
Aktivitas Enzim AST
Aktivitas Enzim ALT
Konsentrasi Lipid Peroksida Hati
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis berasal, dilahirkan serta dibesarkan di Curup (salah satu kota
Kecamatan di Provinsi Bengkulu). Penulis merupakan putri pertama dari
pasangan Suharsono dan Eliyani. Kecintaan pada bidang Biokimia membawa
penulis sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Biokimia Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2009, di tahun yang sama juga penulis berhasil menuntaskan
pendidikan di SMAN 01 Curup.
Selama menjalani perkuliahan, penulis juga aktif di beberapa kegiatan
asrama, kelembagaan Tingkat Persiapan Bersama (TPB), maupun kelembagaan di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Penulis pernah
menjadi komandanwati Gugus Disiplin Asrama serta sekretaris divisi Syifokom
Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT). Selain itu, penulis juga pernah menjadi
sekretaris Komisi IV Dewan Perwakilan Mahasiswa FMIPA IPB. Semester 4,
penulis menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB. Penulis juga
pernah menjadi komandanwati Senior Resident Asrama Putri TPB IPB periode
2012/ 2013. Tahun 2012, penulis melaksanakan kegiatan praktik lapang di Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan di Bogor selama dua bulan dan menulis
laporan ilmiah dengan judul Analisis Kadar Hemoglobin dan Albumin Darah pada
Tikus Kurang Gizi yang Disuplementasi Omega 3.