PENGA BELI Me Pa S ARUH ST KONSUM Diajukan enempuh Uj ada Fakultas FAKUL UN SK. Ketua Ba N TORE ATM MEN DI B S n untuk mem jian Sarjana E s Bisnis dan Di Nama : Y NRP LTAS BIS NIVERSIT Terakr adan Akredita Nomor : 010/ Tan MOSPHER BLOSSOM SKRIPSI menuhi salah Ekonomi Pr Manajemen isusun Oleh: Yulia Shint P : 02 08 2 SNIS DAN TAS WIDY reditasi (Accr asi Nasional P /BAN-PT/AK nggal 19 Mei 2 2013 RE TERH M FACTO h satu syarat rogram Studi Universitas : ta Dewi 255 N MANAJE YATAMA redited) Perguruan Tin K-X/S1/V/200 2007 HADAP MI ORY OUTL dalam i Manajemen Widyatama EMEN A nggi (BAN -PT 07 INAT LET n a T)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH
BELI KONSUMEN
Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
PENGARUH STORE ATMOSPHERE
BELI KONSUMEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalamMenempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
Nomor : 010/BAN
STORE ATMOSPHERE
BELI KONSUMEN DI BLOSSOM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalamMenempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Disusun Oleh:
Nama : Yulia Shinta Dewi
NRP
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
Nomor : 010/BAN
Tanggal 19 Mei 2007
STORE ATMOSPHERE
BLOSSOM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalamMenempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Disusun Oleh:
: Yulia Shinta Dewi
NRP
: 02 08 255
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
Nomor : 010/BAN-PT/AK
Tanggal 19 Mei 2007
2013
STORE ATMOSPHERE
TERHADAP MINAT
BLOSSOM
FACTORY OUTLET
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalamMenempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Disusun Oleh:
: Yulia Shinta Dewi
: 02 08 255
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
(Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN
PT/AK-X/S1/V/2007
Tanggal 19 Mei 2007
TERHADAP MINAT
FACTORY OUTLET
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN -PT)
X/S1/V/2007
TERHADAP MINAT
FACTORY OUTLET
Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Widyatama
PT)
PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT
BELI KONSUMEN DI BLOSSOM FACTORY OUTLET
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Disusun Oleh:
Nama : Yulia Shinta Dewi NRP : 02 08 255
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
(Dr. Mariana Rachmawati, S.E., M.M.)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen S1
(Hj. Wien Dyahrini, S.E., MSIE, M.Si)
ABSTRAK
Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka perlu diciptakan store atmosphere yang baik. store atmosphere merupakan suatu karakteristik fisik sangat penting dimiliki oleh suatu bisnis ritel untuk dapat mempertahankan konsumen agar merasa nyaman dan ingin berlama-lama berada ditoko yang dikunjungi sehingga dapat dengan tenang memilih produk yang dibutuhkan dan juga dapat merangsang keinginan membeli yang tidak direncanakan. Store atmosphere yang baik dapat menarik minat para konsumen untuk berbelanja bahkan memungkinkan mereka menjadi pelanggan yang setia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai pelaksanaan Store Atmosphere yang dilakukan Blossom factory outlet, untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai minat beli di Blossom factory outlet dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Blossom factory outlet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriftif dengan pengumpulan data melalui, wawancara, observasi dan kuesioner.
Tanggapan responden mengenai pelaksanaan Store Atmosphere di Factory Outlet Blossom dapat dikatakan baik karena diperoleh nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3.936, yang artinya baik karena berada pada interval 3,40
4,19. Tanggapan responden mengenai minat beli di Factory Outlet Blossom dapat dikatakan tinggi karena diperoleh hasil nilai rata-rata secara keseluruhan yaitu sebesar 3,943 yang artinya tinggi karena berada pada interval 3,40
4,19. Pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Factory
Outlet Blossom sebesar 63,20% dan sisanya 36,80% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penulis misalnya, promosi, ragam produk. Hasil perhitungan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai rs sebesar 0.795. Karena nilai rs berada diantara 0,60
0,799 maka hubungan antara store atmosphere dengan minat beli konsumen dapat dikatakan kuat. Hasil uji hipotesis bahwa nilai t tabel sebesar 1,663, sedangkan nilai hitungt lebih besar dari tabelt (12,97 > 1,663),
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli Konsumen pada Blossom Factory Outlet. Hal ini berarti hipotesis yang penulis ajukan pada Bab I yaitu Store atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. , dapat diterima
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini
menjadi semakin ketat, terutama dalam bidang retail, dengan persaingan yang
semakin ketat ini memungkinan persaingan itu datang dari luar negri yang
melakukan retail di Indonesia. Para pengusaha saat ini secara agresif melakukan
ekspansi untuk memperluas wilayah usahanya, terutama dalam bidang retail.
Seperti halnya yang terjadi pada industri ritel nasional dimana perkembangan
jumlah ritel di Indonesia terus bertambah secara pesat seperti factory outlet, outlet
dan ritel lainya yang terus bermunculan.(www.infobelanja.com)
Banyaknya perusahaan ritail di satu sisi memberikan keuntungan bagi
pihak konsumen, karena hal ini menjadikan banyak pilihan bagi konsumen,
sebaliknya bagi para pengusaha hal ini merupakan tantangan karena perusahaan
dituntut untuk lebih cermat dalam melayani kebutuhan konsumen, hal ini
dilakukan agar perusahaan tersebut dapat bertahan. Hanya perusahaan yang dapat
mengerti perilaku konsumenlah yang akan bertahan. (Info Bisnis, Edisi Maret
2007).
Tak dapat dipungkiri beberapa tahun terakhir ini di Jawa Barat menjadi
salah satu tujuan wisata belanja khususnya Bandung dan sekitarnya, tak
sedikitnya bermunculan toko yang menjual pakaian seperti factory outlet,
boutique, dan sebagainya, yang menjadikan toko tersebut berbeda dengan toko-
toko yang telah ada sebelumnya adalah suasana toko (store atmosphere) yang
dibuat semenarik mungkin sehingga konsumen akan merasa nyaman.
Bandung merupakan kota yang terkenal dengan industri pakaian jadi
dengan model-model yang unik dan sangat mengikuti trend masa kini. Banyak
sekali orang-orang yang berasal dari luar kota sengaja menyempatkan diri hanya
untuk mendapatkan pakaian-pakaian yang ada di Bandung dengan cara
mengunjungi outlet-outlet di kota yang terkenal dengan sebutan Paris Van Java
ini. Antusias masyarakat terhadap berdirinya factory outlet sangat besar. Tawaran
yang diberikan factory outlet yaitu barang impor dengan harga murah dan kualitas
yang baik sangat mempengaruhi animo masyarakat untuk berkunjung dan
membeli bahkan dengan jumlah yang banyak.
Berikut ini merupakan jumlah dan nama Factory Outlet yang berada di Jl.
Ir. H. Juanda (Dago) :
Tabel 1.1
Daftar Factory Outlet di Kawasan Dago
No. Nama Factory Outlet Alamat 1. Rich and Famous Jl. Ir. H. Juanda No.14 2. Happening Jl. Ir. H. Juanda No.14 3. Putri Dago Jl. Ir. H. Juanda No. 18 4. VIP Jl. Ir. H. Juanda No. 24 5. M n M Jl. Ir. H. Juanda No. 81-83 6. Uptown Jl. Ir. H. Juanda No. 84 7. Dago Stoct Export Jalan Sulanjana off Jalan Ir. H. Juanda 8. Victory Jl. Ir. H. Juanda No. 111 9. Blossom Jl. Ir. H. Juanda No. 112
10. Jetset Jl. Ir. H. Juanda No. 116 11. Grande Jl. Ir. H. Juanda 12. Level Jl. Ir. H. Juanda No. 138 13. Rafless City Jl. Ir. H. Juanda 14. Glamour Jl. Ir. H. Juanda 15. Solution Jl. Ir. H. Juanda 16. Episode Jl. Ir. H. Juanda 17. Au let Jl. Ir. H. Juanda No. 141 18. Stop N Shop Jl. Ir. H. Juanda No. 152 19. Ba-joe Jl. Sultan Tirtayasa No. 15 20. Seximo Jl. Ir. H. Juanda No. 106 Bandung
Sumber : Survey Lapangan 2012
Dari sekian banyak toko-toko yang ada, banyak hal yang menjadi
pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian di toko tersebut, masing-
masing konsumen memiliki harapan yang berbeda mengenai produk apa yang
akan mereka beli, dimana mereka akan membelinya, dengan harga berapa mereka
akan membelinya, dan store atmosphere apa yang mereka harapkan.
Memuaskan konsumen merupakan hal yang kritis, mengingat konsumen
yang merasa puas, diharapkan akan melakukan pembelian, pembelian ulang dan
bahkan memberitahukan kepada konsumen yang lainya, hal ini akan membuat
perusahaan dapat menempatkan pesaingnya di urutan rendah atau sebaliknya,
yang tentu saja akan mempengaruhi hasil penjualan pada perusahaan tersebut.
Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka perlu
diciptakan store atmosphere yang baik, menurut Evan dan Berman dalam
bukunya Retail Management (2004:545) menerangkan bahwa Atmosphere refers
to the store s physical characteristics that project an image and draw customer
dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa store atmosphere merupakan
suatu karakteristik fisik sangat penting dimiliki oleh suatu bisnis ritel untuk dapat
mempertahankan konsumen agar merasa nyaman dan ingin berlama-lama berada
ditoko yang dikunjungi sehingga dapat dengan tenang memilih produk yang
dibutuhkan dan juga dapat merangsang keinginan membeli yang tidak
direncanakan.
Store atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi yang dapat
berakibat positif dan menguntungkan di buat semenarik mungkin. Tetapi
sebaliknya mungkin juga dapat menghambat proses pembelian. Suatu proses
pemasaran yang dilakukanya adalah retail dan bertujuan untuk menciptakan
kenyamanan bagi konsumen. Minimal konsumen akan merasa betah berada di saat
berada di toko tersebut dan hal ini akan membuat konsumen untuk memutuskan
pembelian di toko tersebut.
Blossom merupakan salah satu factory outlet yang berdiri sejak tahun
2000 di Bandung dan sudah memiliki 9 cabang di lima kota besar, dalam
memberikan pelayanannya Blossom Factory Outlet selalu mengupayakan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan memberikan harga yang terjangkau
namun memiliki barang yang berkualitas, selain itu toko ini memiliki konsep
masa kini dengan ciri khas gaya remaja, dimana didalamnya menjual pakaian.
Blossom Factory Outlet memiliki store atmosphere yang enak dipandang. Oleh
karena itu tempatnya pun di desain sedemikian rupa sehingga memberikan rasa
nyaman, yang pada akhirnya akan merangsang konsumen untuk melakukan
pembelian dan diharapkan berminat untuk berbelanja di Blossom pada masa yang
akan datang.
Namun, untuk membuat pelanggan melakukan pembelian bukanlah sebuah
pekerjaan yang mudah, walaupun semua produk dan fasilitas sudah disediakan,
namun salah satu pemilik Factory Outlet Blossom yaitu Bapak Matthew Lukman
masih merasa konsumennya belum maksimal dan ingin lebih meningkatkan
jumlah konsumennya serta ingin menciptakan positioning brand dibenak
masyarakat. Hal ini disebabkan karena menjamurnya factory outlet di Bandung
terutama di kawasan Dago yang mencapai hingga kurang lebih 19 factory outlet
yang nyatanya memang lokasi tersebut memang salah satu tempat yang terkenal
untuk meraih customer loyal.
Fenomena yang ada di Blossom factory outlet Bandung saat ini yaitu
pengaturan cahaya yang kurang terang, hal ini untuk memudahkan konsumen
untuk melihat-lihat barang yang ditawarkan, selain itu dengan penerangan yang
baik akan menambah kesan luas pada toko, serta kurang lebarnya jalan/gang di
dalam toko, hal ini untuk memudahkan konsumen berlalu lalang.
Store atmosphere yang baik dapat menarik minat para konsumen untuk
berbelanja bahkan memungkinkan mereka menjadi pelanggan yang setia. Dengan
adanya Blossom factory outlet Bandung yang menyediakan berbagai macam
kebutuhan seperti t-shirt, jacket atau sweater, boxer, hat (topi), wallet (dompet),
shoes (sepatu), bag (tas), dan berbagai macam accecories lainnya, maka banyak
konsumen tertarik dan menjadikan Blossom factory outlet Bandung sebagai salah
satu tempat yang tepat untuk membeli berbagai macam kebutuhan pakaian dan
sejenisnya.
Mengingat Store Atmosphere merupakan salah satu faktor penting untuk
mempengaruhi konsumen terhadap minat beli, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul:
Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen di Blossom
Factory Outlet
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian diatas, penulis mencoba
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan responden mengenai pelaksanaan Store Atmosphere
yang dilakukan Blossom factory outlet ?
2. Bagaimana tanggapan responden mengenai minat beli pada Blossom factory
outlet?
3. Bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen pada
Blossom factory outlet ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan dan
menganalisis data sebagai bahan atau masukan dalam rangka penyusunan suatu
karya ilmiah guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana
jurusan manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.
Sedangkan tujuan dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai pelaksanaan
Store Atmosphere yang dilakukan Blossom factory outlet
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai minat beli di
Blossom factory outlet
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap minat beli
konsumen di Blossom factory outlet.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan menfaat bagi
pihak-pihak berikut:
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
tentang konsep pemasaran, khususnya store atmosphere, serta dapat
membandingkan teori-teori yang di dapat dari perkuliahan dengan
praktek yang sesungguhnya di dalam perusahaan.
2. Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam menangani masalah yang sedang dihadapi berkaitan
dengan store atmosphere yang dilakukan perusahaan.
3. Bagi pihak lain, tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi
peneliti lain yang meneliti pada bidang usaha yang sama maupun
khalayak umum menambah pengetahuannya.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Dalam menghadapi persaingan bisnis para pengusaha ritel dalam
menjalankan kegiatannya memiliki bauran pemasaran yang penting untuk
diperhatikan. Bauran pemasaran tersebut meliputi: place, product, price,
promotion, store atmosphere, personalia, dan customer service. Bauran pemasaran
yang di maksud sering dikenal dengan istilah store atmosphere Dari keterangan
tersebut dapat kita ketahui bahwa store atmosphere merupakan salah satu dari
bauran ritel yang penting untuk di kelola.
Dalam upaya memuaskan kebutuhannya, konsumen tidak hanya merespon
terhadap produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan responnya terhadap
lingkungan tempat pembelian, seperti yang dikemukakan oleh Hendri Ma ruf
(2005: 201) bahwa:
Store atmosphere adalah salah satu ritel marketing mix dalam gerai yang berperan penting dalam memikat pembelian, membuat mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang ingin dimiliki baik untuk keperluan pribadi, maupun untuk keperluan rumah tangga.
Store atmosphere yang nyaman akan membuat pembeli santai dan dapat
berpikir barang apa yang dibutuhkannya, bahkan dapat merangsang konsumen
untuk melakukan pembelian terhadap barang yang tidak dibutuhkan atau tidak
direncanakan.
Dalam upaya memuaskan kebutuhanya pada suatu toko, konsumen tidak
hanya merespon terhadap produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan
responnya terhadap lingkungan tempat pembelian, menurut Utami dalam bukunya
Manajemen Ritel
(2006:238) mengatakan bahwa :
Store atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang
Store atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari retailing mix
yang mampu mempengaruhi proses minat pembelian konsumen, karena dalam
proses minat pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon terhadap
barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon
terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer.
Pengertian atmosphere sangat luas seperti tersedianya pengaturan udara
(AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, bahan-
bahan rak, bahan-bahan dinding, aksesoris dan lain-lain.
Toko dilengkapi dengan pengaturan ruangan yang nyaman dan artistik,
penggunaan cat dinding, ruangan yang sejuk, semua itu menunjukan adanya
atmosphere kemewahan, dan berkelas. Jika di dalam toko terasa panas dan
pengap, produk yang di pajang tidak tertata rapih, penggunaan cat yang berselera
rendah, lantai yang tidak bersih maka hal itu akan menimbulkan atmosphere yang
akan mencitrakan bahwa toko tersebut untuk kalangan rendah.
Menurut Berman dan Evan dalam bukunya Retail Management
(strategic approach)
(2007:545) membagi elemen-elemen store atmosphere ke
dalam empat elemen, yaitu :
Bagian depan toko (Exterior)
Bagian depan toko merupakan keseluruhan physical exterior dari sebuah
toko, didalamnya termasuk pintu masuk, jendela, teras, papan nama toko,
dan kontruksi material lainnya. Terkadang konsumen menilai sebuah toko
dari bagian exteriornya.
Store Atmosphere Created by The
Retailer
Exterior
General Interior
Store Layout
Interior Displays
2. Bagian dalam toko (General interior)
Perasaan dan emosi konsumen di dalam sebuah toko dipengaruhi oleh
general interior dari toko tersebut, maka hendaknya dapat diciptakan kesan
yang nyaman dan menyenangkan kesan ini dapat diciptakan, misalnya
dengan gang-gang yang cukup lebar untuk menampung lalu lintas
konsumen, penerangan yang baik, loteng yang cukup tinggi, dan pajangan
yang berwarna-warni. Berpengaruh disini adalah cat lantai, peralatan dan
perabotan toko termasuk penerangan tangga berjalan dan lain-lain.
3. Tata letak (Store layout)
Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari
peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko.
4. Interior poin-of purchase
Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi
kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah: poster,
tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti
hari raya dan tahun baru.
Gambar 1.1
Elemen-elemen Store atmosphere
Sumber : Berman dan Evans dalam bukunya Retail Management (2007:545)
Store atmosphere juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja
pada suatu toko, seperti mood, komitmen dan tingkat keterampilan dan juga
seperti yang telah disinggung sebelumnya dapat juga mempengaruhi perilaku
konsumen, seperti kenyamanan, lamanya waktu berkunjung pada suatu toko,
minat pembelian dan keputusan konsumen.
Perilaku konsumen (consumen behavior) dan perilaku pembelian (buyers
behavior) berbeda menurut Djaslim Saladin (2005:2) bahwa perilaku konsumen
merupakan aktivitas langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan
barang-barang ataupun jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhannya, konsumen harus melakukan pembelian
terhadap barang dan jasa yang mereka butuhkan. Adapun proses tersebut adalah :
1. Pengenalan Masalah (Needs Recognition)
Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan adalah pengenalan
kebutuhan. Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen menghadapi
ketidakseimbangan antara keadaan sebenarnya dan keinginan. Pengenalan
kebutuhan terpicu ketika konsumen diekspos pada stimulus internal dan
eksternal.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Tahap dari proses keputusan pembelian yang merangsang konsumen untuk
mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya meningkatkan
perhatian atau mungkin aktif mencari informasi. Konsumen dapat memperoleh
informasi dari beberapa sumber, yaiitu :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan.
c. Sumber publik : media massa, organisasi penilai konsumen.
d. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, menggunakan produk.
3. Evaluasi alternatif (Evaluation of Alternative)
Yaitu tahap ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi
merek alternatif dalam perangkat penilaian. Pada tahap ini konsumen akan
memperhatikan ciri-ciri atau sifat yang berkaitan langsung dengan kebutuhan
mereka dan juga konsumen akan menggali kembali ingatannya pada suatu
merek, mereka mencoba menyeleksi persepsinya sendiri mengenai citra merek
tersebut. Persepsi yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu
merek tersebut akan menciptakan minat untuk membeli.
4. Keputusan membeli (Purchases Design)
Yaitu tahap ketika konsumen benar-benar membeli produk tersebut. Keputusan
membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, dan dua faktor
mungkin dapat muncul yaitu antara niat untuk membeli dan keputusan untuk
membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor
situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat membeli
berdasarkan pada faktor-faktor seperti pendapatan yang diharapkan, harga yang
Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah membeli
produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas serta akan telibat dalam
tingkah laku pasca pembelian yang menarik perhatian pemasar. Ada beberapa
hal yang harus pemasar perhatikan setelah produk terjual.
a. Kepuasan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen merasa puas
dengan produk yang dibelinya. Kepuasan pembeli merupakan suatu fungsi
kedekatan antara harapan pembeli terhadap suatu kinerja produk yang
dirasakan. Apabila kinerja produk kurang dari apa yang diharapkan maka
pelanggan akan kecewa, tetapi bila kinerja produk sesuai dengan apa yang
diharapkan maka pelanggan akan merasa puas.
b. Tindakan pasca pembelian, yaitu tindakan yang akan diambil konsumen
setelah melakukan pembelian. Apabila konsumen merasa puas maka
kemungkinan besar mereka akan membeli produk itu lagi dan juga akan
mengatakan hal-hal yang baik mengenai merek tersebut pada orang lain.
c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana
konsumen menggunakan dan menghabiskan suatu produk. Jika konsumen
menemukan kegunaan baru produk tersebut, pemasar harus
mengiklankaan kegunaan-kegunaan ini. Jika konsumen membuang
produk, pemasar harus mengetahui bagaimana mereka membuangnya,
terutama jika produk tersebut merusak lingkungan.
Adapun dalam memenuhi semua kebutuhannnya konsumen harus
memiliki minat beli dan kemampuan untuk membeli produknya guna memenuhi
kebutuhan dan memuaskan keinginannya. Untuk membeli produk-produknya
tersebut konsumen harus mengetahui secara pasti produk apa saja yang ingin
dibelinya. Untuk dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai minat beli berikut
ini adalah definisi menurut Ajzen (2002: 102) :
Minat beli (intention) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang
sebelum melakukan tindakan (over action) yang dapat dijadikan
dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan
Menurut Howard (2000;41) :
Intention to buy is defined as a mental state that reflects the buyer s
plant to buy some specified number of units of a particular brand in
some specified time period
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah suatu
keinginan yang timbul dibenak konsumen untuk dapat memilki atau membeli
suatu produk atau jasa yang baru dilihat, didengar atau dirasakannya. Minat beli
merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian yang
dilakukan oleh konsumen.
Berikut adalah sebuah gambar1.2 yang menjelaskan hubungan antara
keragaman produk (product assortment) dengan minat beli:
Gambar 1.2 Hubungan antara Product Assortment dengan minat beli:
Dalam melakukan proses pembeliannya konsumen biasanya menginginkan
untuk membeli berbagai produknya disatu tempat sekaligus. Oleh karena itu
factory outlet harus dapat menyediakan berbagai macam produk untuk
memuaskan keinginan konsumen tersebut. Dengan beragamnya produk yang
tersedia konsumen akan lebih banyak memiliki pilihan untuk membeli.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut penulis merumuskan hipotesis
yaitu : Store atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen
1.6 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
metode penelitian deskriptif, menurut M.Nazir (2003:54), yaitu sebagai suatu
metode yang berusaha menyimpulkan, menyajikan serta menganalisis data
sehingga dapat memberi gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti
dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Tujuan dari
Product Assortment
Preferensi (pemilihan)
Evaluasi alternatif
Motivasi
Niat Membeli
Minat beli
penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan ( Field Research)
Yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan peninjauan langsung ke
perusahaan untuk mengadakan:
a. Wawancara
Yaitu mengadakan pembicaraan langsung dengan pihak perusahaan, baik
pada pimpinan maupun karyawan mengenai masalah-masalah yang
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini.
b. Kuisioner
Yaitu membagikan daftar pertanyaan, dengan maksud untuk mengetahui
respon konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan
sejauh mana pelaksanaan store atmosphere berperan pada keputusan
pembelian konsumen.
c. Pengamatan Langsung ( Observasi )
Yaitu penulis mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang akan
diteliti.
Selanjutnya data-data tersebut akan diproses, dianalisis dan kemudian akan
ditarik kesipulan.
2. Penelitian Kepustakaan ( library research )
Yaitu pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari dan membaca
buku-buku literature serta sumber-sumber lainya yang ada hubunganya
dengan objek penelitian. Selanjutnya data tersebut akan dijadikan sebagai
landasan teori dalam penelitian ini.
Sedangkan metode analisis yang dipakai adalah metode analisis korelasi
(correlational study). Menurut Husein Umar (2002,48), metode korelasi dipakai
untuk menentukan tingkat hubungan variable-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi dan untuk menaksir hubungan antar variable. Dengan metode korelasi
ini, dapat dipakai intuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang terjadi.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan pada salah satu outlet yang bergerak
dibidang retail pakaian yang bernama Blossom Factory Outlet yang terletak di jl
Ir. H. Djuanda No. 112 Bandung . Waktu penelitian dilakukan mulai bulan
Oktober 2012 sampai dengan selesai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Yang paling mendasar dalam setiap pekerjaan manajer adalah berhasil
dalam membantu suatu organisasi mencapai kinerja yang tinggi melalui
pemanfaatan terbaik sumber daya material dan manusianya. Jika produktivitas
dalam bentuk meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien adalah suatu ukuran
dari tercapainya kesuksesan organisasi, para manajer adalah orang yang
bertanggung jawab atas hasil kerjanya. Itu pekerjaan mereka untuk mengerahkan
bakat dan teknologi oleh lingkungan kreatif dimana orang-orang bekerja keras dan
melaksanakannya sejauh kemampuan mereka.
Semua akan tercapai melalui proses manajemen, yang secara formal
menurut Schermerhorn (2005:19) diartikan sebagai berikut:
Management is the process of planning, organizing, leading and
controlling the use of resources to accomplish performance goals
Artinya:
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian menggunakan sumber-sumber daya
untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Kreitner (2007:5) mendefinisikan manajemen yaitu
sebagai berikut:
Management is the process of working with and through other to
achieve organizational objective in a changing environment .
Artinya:
Manajemen adalah suatu proses bekerjasama dengan dan melalui pihak
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam perubahan lingkungan.
Planning Setting performance objective and desiding how to achieve them
The Management
Process
Organizing Arranging tasks, people, and other resources to accomplish the word
Controlling Measuring performance and taking action to ensure desired results
Leading Inspiring people to work hard to achieve high performance
Dan menurut Terry dan Rue ( 2003:1 ) mengemukakan bahwa:
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud nyata .
Dari berbagai definisi diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa dalam
mencapai tujuan perusahaan, maka perusahaan harus dapat menyatukan berbagai
macam fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian.
Menurut Schermerhorn (2005:19) empat fungsi manajemen dan
hubungan timbal balik ditunjukkan pada gambar 2.1
Planning
Dalam manajemen, perencanaan adalah suatu proses menetapkan tujuan
dan menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk mencapainya.
Lewat perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil yang
diinginkan dan cara untuk mencapainya.
Organizing
Bahkan rencana yang terbaik akan gagal tanpa implementasi yang kuat.
Sukses mulai dengan pengorganisasian, proses dalam menugaskan tugas,
pengalokasian sumber daya, dan mengkoordinir aktivitas individu dan
kelompok untuk menerapkan rencana. Melalui pengorganisasian, para
manajer mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata melalui penentuan
tugas, menugaskan personil, dan melengkapi mereka dengan teknologi dan
sumber daya yang lain.
Leading
Dalam manajemen, kepemimpinan yaitu proses dalam membangkitkan
orang-orang untuk bekerja keras serta membangkitkan semangat usaha
mereka untuk melaksanakan rencana dan mencapai tujuan. Melalui
kepemimpinan, para manajer membangun kesanggupan untuk suatu visi
umum; mendorong aktivitas yang mendukung tujuan, dan mempengaruhi
karyawan untuk berbuat yang terbaik untuk kepentingan organisasi
Controlling
Pengendalian merupakan proses pengukuran kinerja, membandingkan
antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan
pembetulan yang diperlukan. Melalui pengendalian, manajer melakukan
kontak secara aktif dengan apa yang dilakukan oleh karyawan,
mendapatkan serta menginterprestasikan laporan tentang kinerja serta
menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan tindakan yang
bersifat membangun serta perubahan.
2.1.2 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, untuk
berkembang, serta untuk memperoleh keuntungan yang lebih baik. Perusahaan
tidak cukup hanya dengan menghasilkan produk tetapi juga harus memperhatikan
pemasaran produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dan pemasaran
berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan
masyarakat.
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, yang dikutip oleh Philip Kotler
dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen Pemasaran yang
dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:6), mendefinisikan pemasaran
sebagai berikut:
Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya .
Definisi lain mengenai Pemasaran menurut Stanton yang dikutip oleh
Mursid dalam buku Manajemen Pemasaran edisi pertama (2003:26) adalah :
Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial .
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemasaran merupakan suatu proses untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
dengan membuat, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk atau jasa
yang mempunyai nilai untuk memuaskan konsumen dan berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan usaha yang menggunakan prinsip pemberian harga, promosi
hingga mendistribusikan barang atau jasa kepada konsumen untuk mencapai
sasaran serta tujuan organisasi..
2.1.3 Pengertian Manajemen Pemasaran
Agar dapat tercapai tujuan perusahaan yaitu memberikan kepuasan kepada
konsumen, maka setiap perusahaan harus menganalisa, merencanakan,
mengimplementasikan dan mengontrol aktifitas pemasarannya. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan melaksanakan manajemen pemasaran.
Definisi Manajemen Pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller dalam buku Manajemen Pemasaran yang dialihbahasakan oleh
Benyamin Molan (2007:6) adalah:
Seni atau ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga
dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan
dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul .
Menurut Buchari Alma dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa
(2004:130), definisi manajemen pemasaran diuraikan sebagai berikut:
Manajemen Pemasaran adalah kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka tujuan organisasi.
Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran adalah suatu proses dimana perusahaan memilih pasar sasaran dengan
melaksanakan program-program yang diterapkan agar tercapai tujuannya.
2.2 Bauran pemasaran
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran dalam buku Marketing an Introduction (2007; 52), definisi bauran
pemasaran adalah:
Marketing mix is the of controllable, tactical Marketing tools that the
firm to response it wants it wants in target market .
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa bauran pemasaran adalah
rangkaian alat-alat yang dapat dikendalikan, yang berfungsi sebagai strategi
pemasaran yang dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang
diinginkan dari pasar sasaran.
Philip Kotler dan Garry Armstrong dalam bukunya Dasar-dasar
Pemasaran (2007;52), Alih Bahasa oleh Alexander Sindoro juga menjelaskan
bahwa ada 4 konsep yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing
mix) yang terkenal dengan sebutan 4ps, yang tertera pada gambar berikut:
Gambar 2.2
The Four P Of The Marketing
Sumber : Kotler dan Amstrong (2007:53)
1. Product
Produk (produk) adalah barang dan jasa yang dikombinasikan oleh
perusahaan yang akan disampaikan kepada target market.
2. Price
Harga (harga) adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen atau
pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.
3. Place
Place (tempat / saluran distribusi) termasuk aktifitas dari perusahaan untuk
membuat produk yang dihasilkan sampai ketanggan konsumen.
4. Promotion
Promotion (promosi) adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai
keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market
untuk membeli produk tersebut.
Berdasarkan definisi di atas bahwa bauran pemasaran adalah rangkaian alat-alat
yang dapat dikendalikan, yang berfungsi sebagai strategi pemasaran yang
Product 1. Variety 2. Quality 3. Design 4. Features 5. Brand name 6. packaging
Place
Channels
Coverage
Assortments
Location
Inventory
Transportation
logistic
Promotion a. Advertizing b. Personal
selling c. Sales
promotion d. Public
relation
Price 1. List price 2. Discount 3. Allowance 4. Payment
period 5. Credit terms
Target consumers
Intended positioning
dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang diinginkan dari pasar
sasaran.
2.3 Saluran Pemasaran
Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau saluran
pemasaran yang merupakan media bagi produsen untuk menyampaikan
produknya kepada konsumen
2.3.1 Pengertian Saluran Pemasaran
Pengertian saluran pemasaran menurut Djaslim Saladin (2004; 153)
dalam bukunya Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan,
dan Pengendalian) adalah :
Saluran pemasaran terdiri atas seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk atau jasa dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen .
Pengertian di atas mencakup tiga unsur, yaitu :
a) Adanya kelompok lembaga pemasaran.
b) Adanya kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut.
c) Adanya arah pergerakan produk serta pemiliknya dari produsen ke konsumen.
2.3.2 Fungsi Saluran Pemasaran
Fungsi saluran pemasaran menurut Djaslim Saladin (2004; 153) adalah :
a) Informasi
Yaitu sebagai pengumpul dan penyebar informasi riset pemasaran tentang
potensi dan kemampuan pasar, pesaing, dan kekuatan-kekuatan lain dalam
lingkungan peasaran.
b) Promosi
Yaitu sebagi pengembangan dan penyebaran komunikasi.
c) Negosiasi
Yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan perpindahan hak milik.
d) Pemesanan
Yaitu komunikasi saluran ke belakang mengenai minat membeli oleh
anggota saluran pemasaran ke produsen.
e) Pembiayaan
Yaitu permintaan dan penyebaran dana untuk menutup biaya saluran
pemasaran tersebut.
f) Pengambilan risiko
Yaitu perkiraan besar risiko berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
saluran tersebut.
g) Kepemilikan Fisik
Yaitu milik dari penyimpangan dan pergerakan barang secara fisik dar
bahan mentah sampai ke konsumen akhir.
h) Pembayaran
Yaitu arus pembayaran atau uang kepada penjual atas jasa atau produk
yang telah diserahkan.
i) Kepemilikan
Yaitu arus kepemilikan dari suatu lembaga pemasran ke lembaga
pemasran lainnya.
2.3.3 Tingkat Saluran Pemasaran
Menurut Djaslim Saladin dalam bukunya Manajemen Pemasaran
(2004; 155), Tingkat Saluran Pemasaran terbagi atas beberapa macam, yaitu :
a) Saluran Nol Tingkat Atau Saluran Pemasaran Langsung
Produsen menjual langsung ke konsumen dilakukan dengan empat cara,
yaitu :
1) Dari rumah ke rumah.
2) Arisan rumah.
3) Lewat pos
4) Lewat toko-toko perusahaan.
b) Saluran Satu Tingkat
Penjualan melalui satu perantara. Di dalam saluran pemasaran barang
konsumsi, perantara ini merupakan pedagang besar atau grosir, sedangkan di
dalam saluran barang industri ini, mereka merupakan tenaga penjual yang
representatif.
c) Saluran Dua Tingkat
Penjualan yang mempunyai dua perantara penjualan. Di dalam saluran
pemasaran barang konsumsi mereka merupakan pedagang besar atau grosir
dan pengecer, sedangkan dalam saluran pemasaran barang industri mereka
merupakan sebuah penyalur tunggal dan distributor industri.
d) Saluran Tiga Tingkat
Penjualan yang mempunyai tiga perantara, yaitu pedagang besar (grosir),
pemborong, dan pengecer. Ada juga perusahaan yang menggunakan saluran
banyak tingkat (higer level marketing channel), akan tetapi jarang terjadi.
e) Saluran Aneka Tingkat
Merupakan aluran distribusi lebih dari tiga tingkat.
2.4 Retailing
Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer. Eceran
(retailing) mempunyai peranan penting dalam perekonomian dengan
menyediakan banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan.
2.4.1 Pengertian Retailing
Pengertian eceran (retailing) menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2001;
70) dalam buku Pemasaran. Edisi Pertama. adalah :
Semua aktivitas yang langsung berhubungan dengan penjualan
produk dan jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi
dan bukan bisnis .
2.4.2 Klasifikasi Retailing
Klasifikasi toko-toko eceran menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel
(2001; 71) dalam buku Pemasaran adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan
Pengecer dapat diklasifikasikan secara luas menurut bentuk kepemilikan
independen, bagian dari rantai, atau toko waralaba.
a) Pengecer independen adalah pengecer yang dimiliki oleh seseorang
atau suatu kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari
lembaga eceran yang lebih besar.
b) Toko berantai (chain store) adalah toko yang dimiliki dan
dioperasikan sebagai satu kelompok oleh satu organisasi.
c) Waralaba (franchise) dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi
memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar.
2. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan yang disediakan oleh pengecer dapat diklasifikasikan
sepanjang suatu rangkaian dari pelayanan penuh (full service) sampai self
service (pelayanan sendiri).
3. Keragaman Produk
Dasar ketiga untuk memposisikan atau mengklasifikasikan toko-toko
adalah berdasarkan keluasan dan kedalaman lini produk mereka. Sebagai
contoh adalah toko khusus (speciality store) merupakan toko-toko yang
paling terkonsentrasi dalam keragaman produk mereka, biasanya menjual
lini produk tunggal atau sempit tetapi dengan tingkat kedalaman yang
tinggi.
4. Harga
Harga merupakan cara keempat untuk memposisikan toko-toko eceran.
Toko diskon, factory outlet, dan pengecer obral adalah toko yang
menggunakan harga rendah.
2.4.3 Jenis Toko Eceran
Menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel dalam buku Pemasaran (2001; 74)
ada beberapa jenis toko eceran yang utama. Masing-masing menawarkan
keragaman produk, jenis jasa dan tingkat harga yang berbeda-beda, sesuai dengan
keinginan belanja pelanggan.
1. Department Store
Menaungi beberapa bagian penjualan produk di bawah satu atap, sebuah
department store menyediakan variasi produk belanja dan produk-produk
khusus secara luas, termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alat-
alat elektronik, dan kadang-kadang meubel. Pembelian biasanya dilakukan di
masing-masing bagian dari pada di satu area pintu keluar pusat. Masing-
masing bagian diperlakukan sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis
dalam promosi, pembelian, pelayanan, dan pengawasan.
2. Toko Khusus
Toko khusus adalah toko eceran yang mengkhususkan diri pada jenis barang
dagangan tertentu. Format toko khusus memungkinkan pengecer memperhalus
strategi segmentasi mereka dan menempatkan barang dagangan mereka di
target pasar yang spesifik. Sebuah toko khusus tidak hanya merupakan sejenis
toko tetapi juga merupakan metode operasi eceran, yaitu mengkhususkan diri
pada jenis barang dagangan tertentu.
3. Pasar Swalayan
Pasar swalayan merupakan sebuah pengecer pelayanan sendiri (self service)
yang besar dan terbagi dalam beberapa departmen yang mengkhususkan diri
dalam makanan dan produk non makanan.
4. Toko Obat
Toko obat (drugstore) menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan
dengan farmasi sebagai daya tarik utama mereka. Konsumen paling sering
tertarik dengan sebuah toko obat oleh farmasinya atau ahli farmasinya,
kenyamanannya, atau karena ia mempertahankan rencana resep pihak ketiga
mereka.
5. Toko Kebutuhan Sehari-hari
Sebuah toko kebutuhan sehari-hari didefinisikan dapat didefinisikan sebagai
suatu pasar swalayan mini, yang menjual hanya lini terbatas produk-produk
kebutuhan sehari-hari yang perputaranya tinggi. Toko kebutuhan sehari-hari
dengan pelayanan sendiri (self service) seperti ini secara fisik berlokasi dekat
area tempat tinggal penduduk dan buka 24 jam, 7 hari setiap minggunya. Toko
kebutuhan sehari-hari menawarkan produk-produk persis dengan arti dan
namanya : lokasi yang mudah, jam panjang, pelayanan cepat. Namun, harga-
harga barang biasanya lebih tinggi di toko kebutuhan sehari-hari daripada di
pasar swalayan. Oleh karena itu, dapat dikatakan konsumen membayar untuk
kemudahan yang ditawarkan.
6. Toko Diskon
Sebuah toko diskon merupakan pengecer yang bersaing atas basis harga
rendah, perputaran tinggi, dan volume tinggi. Pemberi diskon dapat
diklasifikasi ke dalam empat kategori utama yaitu :
a. Toko diskon lini penuh
Dibandingkan dengan department store tradisional, toko diskon lini penuh
menawarkan kepada para konsumen pelayanan yang sangat terbatas dan
menyediakan keberagaman yang lebih luas dari produk-produk keras
yang bermerek secara nasional termasuk peralatan rumah tangga, mainan
anak-anak, suku cadang otomotif, perangkat keras, produk olah raga, dan
barang-barang keperluan taman, serta pakaian, sprei, dan kain linen.
Yang termasuk dalam toko diskon nilai penuh adalah :
1) Hypermarket, yaitu toko eceran yang mengkombinasikan dari pasar
swalayan dan pemberi diskon lini penuh di dalam sebuah ruangan yang
berukuran dari 200.000 hingga 300.000 meter persegi.
2) Supercenter, yaitu toko eceran yang mengkombinasikan barang bahan
pangan dan barang dagangan umum dengan serangkaian luas
pelayanan termasuk farmasi, dry cleaning, studio foto, cuci-cetak foto,
salon rambut, toko optic, dan restoran dalm satu lokasi.
b. Toko Diskon Khusus
Toko diskon khusus merupakan toko eceran yang menawarkan pilihan
yang hampir lengkap dari lini produk tunggal dan menggunakan pelayanan
sendiri, harga-harga diskon, volume tinggi, dan perputaran tinggi.
c. Klub Keanggotaan Pergudangan.
Klub anggota pergudangan merupakan pedagang dengan pelayanan
terbatas yang menjual suatu pilihan terbatas untuk peralatan yang
bermerek, barang-barang rumah tangga,dan barang-barang bahan pangan
atas basis tunai dan langsung dibawa kepada anggota, biasanya bisnis kecil
dan kelompok.
d. Pengecer Pengurangan Harga
Pengecer pengurangan harga merupakan pengecer yang menjual pada
harga 25% atau lebih di bawah harga department store tradisional karena
ia membayar tunai untuk persediaannya dan biasanya tidak meminta
keistimewaan pengembaliannya. Yang termasuk dalam pengecer
pengurangan harga adalah factory outlet, merupakan sebuah pengecer
pengurangan harga dimiliki dan dikelola oleh sebuah pabrikan.
7. Restoran
Restoran melangkahi garis antara pendirian bisnis eceran dan jasa. Restoran
memang menjual produk-produk yang berwujud, makanan dan minuman,
tetapi juga menyediakan pelayanan yang bernilai untuk konsumen dalam
bentuk penyajian dan penyiapan makanan.
2.4.4 Kategori Eceran Bukan Toko
Eceran bukan toko, yaitu berbelanja di luar lingkungan toko memiliki 3
(tiga) kategori utama yaitu :
1. Automatic Vending
Automatic vending merupakan bentuk eceran yang berprofil sederhana namun
penting. Automatic vending merupakan penggunaan mesin untuk menawarkan
produk untuk dijual, sebagai contoh mesin cola, permen, ataupun makanan
kecil yang terdapat di cafeteria kampus atau perkantoran.
2. Eceran Langsung
Dalam eceran langsung, pihak perwakilan perusahaan menjual dari pintu ke
pintu, kantor-ke kantor, atau di pesta penjualan di rumah.
3. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung kadang-kadang disebut pemasaran respons langsung,
merujuk pada teknik-teknik yang digunakan untuk mengajak konsumen untuk
membeli dari rumah, kantor, atau tempat-tempat bukan eceran lain. Teknik-
teknik ini mencakup :
a) Surat Langsung
Surat langsung mungkin merupakan metode eceran yang paling efisien
atau sebaliknya, tergantung pada mutu daftar surat dan efektifitas
lembaran surat.
b) Katalog dan Mail Order
Katalog-katalog yang berhasil biasanya diciptakan dan dirancang untuk
market yang sangat tersegmentasi.
c) Pemasaran Melalui Telepon
Pemasaran melalui telepon merupakan penggunaan telepon untuk menjual
secara langsung kepada konsumen.
d) Jaringan Belanja di Rumah
Jaringan belanja d rumah merupakan penggunaan jaringan televisi belanja
di rumah untuk pemasaran respons langsung.
e) Eceran On-line
Merupakan pelayanan interaktif dua arah yang tersedia bagi konsumen
yang memiliki computer dan akses internet.
2.4.5 Bauran Eceran
Menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2001; 96), para pengecer
menggabungkan unsur-unsur retailing mix untuk menciptakan suatu metode
tunggal untuk menarik pasar sasaran. Retailing mix terdiri dari :
1. Produk (Keluasan dan keragaman produk). 2. Promosi (Periklanan, publisitas, dan hubungan masyarakat). 3. Tempat / distribusi (Lokasi dan waktu).
4. Harga. 5. Presentasi (Tata letak dan suasana). 6. Personalia (Pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi).
2.5 Store Atmosphere
Salah satu unsur dari retailing mix adalah presentasi yang meliputi tata
letak dan suasana (store atmosphere).
2.5.1 Pengertian Store Atmosphere
Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evans (2004; 454) :
Atmosphere refers to the store s physical characteristics that project an
image and draw customer .
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa store
atmosphere merupakan perpaduan unsur-unsur penampilan dari suatu toko, yang
dapat mempengaruhi konsumen.
Pengertian store atmosphere menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel
(2001; 105) :
Suasana (atmosphere) yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh
tata letak fisik toko, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya .
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa store atmosphere
dapat menciptakan kesan yang santai atau sibuk, kesan mewah atau efisiensi,
sikap ramah atau pun dingin, terorganisir atau kacau,dan suasana hati
menyenangkan atau serius.
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Suasana Toko
Faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam menciptakan suasana toko
menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2001; 108) adalah:
1. Jenis karyawan dan kepadatan
Jenis karyawan mengacu kepada karakteristik umum karyawan. Sebagai
contoh, rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.
Kepadatan adalah jumlah karyawan perseribu meter persegi ruangan
penjualan. Jumlah karyawan akan memberi kesan kesiapan melayani segala
kebutuhan pelanggan. Namun, terlalu banyak karyawan dan tidak cukup
banyak pelanggan dapat menyampaikan suasana keputusasaan dan
mengintimidasi pelanggan.
2. Jenis barang dagangan dan kepadatan
Jenis barang dagangan yang dijual dan bagaimana barang tersebut
dipajang.menentukan suasana yang ingin diciptakan. Pengecer pemberi diskon
dan pemotong harga mungkin nmenjual beberapa merek tetapi banyak pula
menjual barang bekas atau barang-barang yang sudah lewat musim. Baran-
barang mereka mungkin ditumpuk begitu tinggi dan dibiarkan jatuh untuk
menciptakan kesan baha kami punya begitu banyak barang, dan untuk
praktisnya kami bagikan .
3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan
Perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari krom dan
kaca tidak tembus pandang), atau terdiri dari meja-meja kuno seperti di toko
antic. Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin
diciptakan. The Gap menciptakan suasana santai dan teratur dengan memajang
barang dagangan di atas meja dan rak dari pada diatas rak-rak pipa tradisional,
memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh barang
dagangan dengan mudah. Menambahkan teknologi sebagai suatu
perlengkapan tetap merupakan trend yang sukses di coffe shop dan lounge.
Contoh yang paling popular adalah menambah computer untuk menyediakan
akses internet bagi pelanggan, dan yang akhiornya membuat mereka tinggal
lebih lama dalam toko.
4. Bunyi suara
Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan.
Musik klasik di restoran Italia membantu menciptakan suasana yang pas bagi
konsumen. Sama halnya dengan musik country yang diputar di pemberhentian
truk (truck stop). Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di
toko dan membeli lebih banyak atau makan dengan cepat dan meninggalkan
meja untuk pelanggan lainnya. Sebagai contoh, para peneliti telah menemukan
bahwa musik beraliran cepat cenderung membuat orang makan lebih banyak,
mengunyah lebih sedikit, dan menggigit dengan potongan lebih besar.
Sedangkan musik slow membuat orang makan lebih santai dan lebih sedikit.
Pengecer dapat menyesuaikan suasana musik mereka untuk disesuaikan
dengan kondisi demografis pembelanja dan barang dagangan yang dijual.
Musik dapat mengkontrol lalu-lintas di dalam toko, menciptakan suatu citra,
dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelanja.
5. Aroma
Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Bau kue kering dan roti
akan memikat konsumen roti. Sebaliknya, pelanggan dapat dipukul mundur
oleh bau busuk seperti dari asap rokok, bau apek, aroma antiseptic, dan
pengharum ruangan yang terlalu menyengat. Jika sebuah toko bahan pangan
menggunakan bau harujm roti panggang, penjualan di departemen itu
meningkat tiga kali lipat. Departemen toko yang menyemprotkan wangi-
wangian yang menyenangkan bagi pasar sasaran mereka, dan responya adalah
menguntungkan. Tidak mengherankan apabila para pengecer meningksatkan
pemakaian wangi-wangian sebagai kunci elemen desainnya, sama pentingnya
dengan tata letak, pencahayaan dan musik latar belakang. Penelitian
menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan lebih positif,
menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja, dan umumnya memiliki
suasana hati yang lebih baikbila ada aroma yang yang dapat disetujui.
6. Faktor visual
Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian dan oleh
karena itu menjadi faktor yang penting dalam suasana. Warna merah, kuning,
dan oranye dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan diinginkan.
Warna-warna yang menyejukan seperti biru, dan violet digunakan untuk
membuka tempat-tempat yang tertutup dan menciptakan suasana yang elegan
dan bersih. Warna-warna tertemtu lebih pas untuk barang-barang yang
dipajang dengan beludru hitam atau biru tua. Pencahayaan juga bisa
mempunyai pengaruh yang penting terhadap suasana toko. Banyak pengecer
berpendapat bahwa penerangan alamiah, apakah itu melalui jendela atau
cahaya langit dapat mengarah pada peningkatan penjualan. Pnerangan dari
luar dapat juga mempengaruhi pelanggan. Konsumen sering takut untuk
berbelanja pada malam hari di daerah-daerah tertentu, dan lebih merasa
senang bila daerah itu memiliki penerangan yang kuat untuk alasan
keselamatan.Tampak luar suatu toko juga mempunyai pengaruh terhadap
suasana yang diinginkan dan dalam menciptakan kesan pertama yang
menguntungkan bagi pembelanja.
2.5.3 Elemen Store Atmosphere
Store atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh
terhadap suasana toko yang ingin diciptakan.
Elemen-elemen store atmosphere menurut Berman dan Evans
(2004;455) :
Gambar 2.3
Elemen-elemen Store Atmosphere
1. Exterior
Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh yang kuat terhadap image toko
dan harus direncanakan secara matang. Konsumen terkadang menilai sebuah toko
dari bagian depannya. Bagian depan sebuah toko merupakan keseluruhan physical
exterior dari sebuah toko. Yang termasuk dalam exterior adalah pintu masuk
jendela, teras, papan nama toko, dan konstruksi material lainnya.
Exterior
ATMOSPHERE CREATED BY
THE RETAILER General Interior
Store layout
Interior displays
Sebuah papan nama dapat dibuat dengan menggunakan cat atau lampu
neon, yang diset secara terpisah atau bersama-sama dengan slogan (trademark)
dan informasi lainnya. Papan nama toko juga harus dapat menarik perhatian.
Berikutnya yang termasuk exterior toko adalah pintu masuk toko. Pintu
masuk toko harus memperhatikan tiga hal utama yaitu :
a) Yang pertama adalah jumlah pintu masuk yang dibutuhkan. Banyak
toko kecil yang hanya mempunyai satu pintu masuk. Sebuah
department store mungkin bisa memiliki pintu masuk antara empat
sampai delapan buah atau lebih. Sebuah toko diharapkan dapat
mengatur antara pintu keluar dan masuk toko, karena pintu keluar dan
masuk toko memiliki tujuan berbeda sehingga memerlukan desain
yang berbeda juga. Pintu sebuah toko juga harus dapat menanggulangi
potensi terjadinya pencurian.
b) Hal yang kedua adalah tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah yang
dapat secara otomatis membuka sendiri atau yang bersifat manual.
Lantai jalan masuk dapat menggunakan semen, keramik atau karpet.
c) Hal yang terakhir adalah jalan masuknya. Jalan yang lebar dan lapang
dapat menciptakan atmosfir yang berbeda dibandingkan dengan jalan
yang kecil dan sempit. Etalase yang besar mungkin sangat attraktif,
tetapi hal ini dapat menimbulkan masalah apabila tidak cukup tempat
bagi jalan masuk.
Etalase toko juga memiliki arti yang penting bagi exterior toko. Etalase
toko memiliki dua tujuan utama yaitu :
a) Sebagai identifikasi dari sebuah toko
b) Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk kedalam toko.
Dibutuhkan perencanaan yang matang dalam membuata etalase toko. Hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah mengenai jumlah, ukuran, warna
dan tema yang digunakan serta frekuensi pergantiannya pertahun.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah melalui
penataan yang unik dan menarik perhatian. Bagian depan toko yang berbeda,
papan nama toko yang menarik, sirkulasi udara yang baik, dekorasi etalase yang
baik, dan bangunan toko yang tidak biasa adalah merupakan kelengkapan-
kelengkapan yang dapat menarik perhatian karena keunikannya.
Lingkungan disekitar toko juga perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko
dapat berpengaruh terhadap citra mengenai harga produk, level, serta pelayanan
toko dan sebagainnya. Lingkungan di sekitar toko menunjukkan keadaan
demografi dan gaya hidup serta orang-orang yang tinggal disekitar toko.
Fasilitas parkir juga berpengaruh terhadap atmosfir toko. Tempat parkir
yang dekat dengan toko serta gratis mencitrakan kesan yang lebih positif daripada
tempat parker yang memungut bayaran serta letaknya jauh dari pintu masuk toko.
Pembeli potensial mungkin tidak akan mau memasuki toko apabila harus bersusah
payah memarkirkan mobilnya. Atmosfir toko dapat berkurang kenyamanannya
apabila tempat parkirnya sempit serta antrian masuknya padat.
2. General Interior
Saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka banyak elemen-elemen
yang mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang dengan vibrant colors
dapat memberikan kontribusi terhadap atmosfir yang berbeda daripada
penerangan dengan lampu yang remang. Suara dan aroma dapat mempengaruhi
perasaan konsumen. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma makanan untuk
merangsang konsumen. Toko kosmetik dapat menggunakan aroma dari parfum
untuk menarik konsumen. Salon kecantikan dapat memainkan musik yang slow
atau rock tergantung permintaan pelanggannya. Musik dengan tempo yang lambat
dapat membuat orang yang berada dalam supermarket bergerak lebih lambat.
Perlengkapan toko dapat direncanakan berdasarkan kegunaan dan
estetikannya. Meja, rak barang, pintu, dan tiang merupakan bagian dari dekorasi
interior. Toko untuk kalangan atas akan benar-benar mendandani
perlengkapannya dengan berkelas. Dinding toko juga mempengaruhi atmosfir.
Pemilihan wallpaper pada setiap toko berbeda sesuai dengan keadaan toko.
Konsumen juga dipengaruhi oleh temperature udara di dalam toko.
Kurangnya sejuknya udara dapat mempercepat keberadaan konsumen di dalam
toko. Ruangan yang luas dan tidak padat menciptakan suasana yang berbeda
dengan ruangan yang sempit dan padat. Konsumen dapat berlama-lama di dalam
toko apabila mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika sedang melihat-lihat
produk yang dijual.
Toko dengan dengan bentuk bangunan yang moderen serta perlengkapan
yang baru akan lebih mendukung atmosfir. Remodelling bangunan serta
penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat
meningkatkan citra toko serta peningkatan penjualan dan keuntungan.
Yang perlu diperhatikan dari semua hal di atas adalah bagaimana
perawatannya agar dapat selalu terlihat bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya
interior sebuah toko, tetapi apabila terlihat kotor maka akan menimbulkan kesan
jelek.
3. Store Layout
Dalam poin ini, perencanaan store layout meliputi penataan penempatan
ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan produk yang
akan ditawarkan, pengaturan lalu lintas di dalam toko, pengaturan lebar ruang
yang dibutuhkan, pemetaan ruangan toko, dan menyusun produk yang ditawarkan
secara individu.
Pembagian ruangan toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut ::
a) Ruang penjualan yang merupakan tempat produk-produk dipajang serta
merupakan tempat interaksi antara pembeli dan penjual.
b) Ruang merchandise yang merupakan ruang untuk produk-produk dengan
kategori nondisplayed items.
c) Ruang karyawan yang merupakan ruang yang khusus untuk karyawan.
d) Ruang untuk konsumen yang meliputi kursi, rest room, restoran dan lainnya.
Mengklasifikasi produk yang ditawarkan untuk menentukan penempatan
produk, dilakukan berdasarkan karakteristik dari masing-masing produk.
Klasifikasi produk dilakukan berdasarkan pada pembagian sebagai berikut :
a) Produk yang menjadi kebutuhan umum.
b) Produk yang dapat memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian.
c) Produk untuk target pasar tertentu.
d) Produk yang membutuhkan penanganan khusus.
Mengatur lalu lintas di dalam toko dilakukan dengan menggunakan dua
pola yaitu straight (gridiron) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic flow.
Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri.
Pola straight (gridiron) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut :
a) Dapat menciptakan atmosfir yang efisien.
b) Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.
c) Menghemat waktu belanja.
d) Mempermudah mengontrol barang, dan dapat menerapkan self service.
Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai
berikut :
a) Dapat menciptakan atmosfir yang lebih bersahabat.
b) Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.
c) Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yang berbeda-beda.
d) Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.
Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang
penjualan dan ruang nonpenjualan. Pemetaan ruangan toko dimaksudkan untuk
mempermudah penempatan produk yang ditawarkan.
Hal terakhir yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-
produk yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merek
yang paling menguntungkan harus ditempatkan di lokasi yang paling baik. Produk
harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merek, dan produk yang paling
digemari konsumen.
4. Interior (Point-of-Purchased) Displays
Poster, papan petunjuk, dan ragam interior displays lainnya dapat
mempengaruhi atmosfir toko karena memberikan petunjuk bagi konsumen. Selain
memberikan petunjuk bagi konsumen, interior displays juga dapat merangsang
konsumen untuk melakukan pembelian.
Macam Interior displays antara lain adalah :
a) Assortment displays
Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk berbagai macam
produk yang berbeda dan dapat memperngaruhi konsumen untuk merasakan,
melihat, dan mencoba produk. Kartu ucapan, majalah, buku, dan produk
sejenis lainnya merupakan produk-produk yang menggunakan assortment
displays.
b) Theme-setting displays
Merupakan bentuk interior displays yang menggunakan tema-tema tertentu.
Theme-setting displays digunakan dengan tujuan untuk membangkitkan
suasana/nuansa tertentu. Biasanya, digunakan dalam even-even tertentu seperti
menyambut hari kemerdekaan, valentine, dan hari-hari besar lainya.
c) Ensemble displays
Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk satu setel produk
yang merupakan gabungan dari berbagai macam produk. Biasanya digunakan
untuk produk satu setel pakaian ( sepatu, kaos kaki, celana, baju, dan jaket ).
d) Rack displays
Merupakan bentuk interior displays yang memiliki fungsi utama sebagai
tempat/gantungan untuk produk yang ditawarkan. Bentuk lain dari rack
displays adalah case displays yang memiliki fungsi hampir sama dengan rack
displays hanya saja case displays digunakan untuk produk-produk seperti
catatan, buku, dan sejenisnya.
e) Cut case
Merupakan interior displays yang murah karena hanya menggunakan kertas
biasa. Biasanya digunakan di supermarket atau oleh toko yang sedang
menyelenggarakan diskon. Bentuk lain dari cut case adalah dump bin,
merupakan tempat menumpuk pakaian-pakaian atau buku-buku yang sedang
di diskon.
2.6 Pengertian Perilaku Konsumen
Perusahaan yang ingin berhasil memasarkan produknya harus juga
memperhatikan perilaku konsumennya. Menurut Setiadi dalam bukunya Perilaku
Konsumen Konsep dan Implikasi (2003;2) :
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
aktifitas masing-masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi, mendapatkan, penggunaan, atau mengatur barang-barang dan jasa .
Sedangkan pengertian perilaku konsumen menurut Sciffman dan Kanuk
dalam bukunya Perilaku Konsumen yang diterjemahkan oleh Sumarwan
(2004;13) :
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditujukan dalam membeli,
menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa, dan gagasan .
Dari definisi diatas menjelaskan, bahwa perilaku konsumen merupakan
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, menilai serta menentukan produk, jasa, dan gagasan
mana yang akan digunakan.
2.7 Pengambilan Keputusan Konsumen
Sebelum mengkonsumsi produk bahkan sebelum konsumen membeli
produk yang akan dikonsumsi, konsumen terlebih dahulu perlu untuk mengambil
keputusan mengenai produk yang akan dibeli atau dikonsumsinya. Kemudian
keputusan yang telah dipilih oleh seorang konsumen akan dilanjutkan dengan
aksi.
2.7.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Setiadi dalam bukunya Perilaku Konsumen Konsep dan
Implikasi (2003;16) menyatakan bahwa :
Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengitegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.
Proses psikologis dasar ini memainkan peran penting dalam memahami
bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan. Para pemasar harus
memahami setiap sisi perilaku konsumen. Perusahaan yang cerdas akan mencoba
Rangsangan Pemasaran
Produk & jasa Harga Distribusi Komunikator
Rangsangan Lain
Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Psikologi Konsumen
Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori
Proses Keputusan Pembeli
Pengenalan masalah Pencarian informasi Pemilihan alternatif Keputusan pembelian Perilaku Pasca Pembelian
Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode pembayaran
Keputusan Pembeli
Karakteristik Konsumen
Budaya Sosial Personal
memahami sepenuhnya proses pengambilan keputusan konsumen, semua
pengalaman mereka dalam belajar, memilih, menggunakan, bahkan dalam
memposisikan produk.
2.7.2 Model Rangsangan Tanggapan Keputusan Pembelian
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:226), titik tolak
model rangsangan tanggapan keputusan pembelian diperlihatkan dalam gambar
2.4 berikut. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem
kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti itu jauh lebih
dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan
keinginan orang dalam jangka panjang. Pemasar yang menargetkan konsumen
berdasarkan pada keyakinan nilai mereka dengan menarik bagi inner-selves orang
sendiri, adalah mungkin untuk memengaruhi outer-selver perilaku pembelian
mereka.
Gambar 2.4 Model Perilaku Konsumen
Sumber : Kotler dan Keller dalam Manajemen Pemasaran yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:226)
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:235), proses
keputusan konsumen diuraikan sebagai berikut:
1) Pengenalan masalah
Proses dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal (lapar, haus,
dsb) dan eksternal (menonton iklan televisi).
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka
kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat
konsumen. Ini sangat penting pada pembelian dengan kebebasan memilih
(discretionary), misalnya pada barang-barang mewah, paket liburan, dan opsi
hiburan. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial
memberikan pertimbangan yang serius.
2) Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua
level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap
informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif
mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber
informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap
sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi
konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok:
1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber komersil : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
3. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.
4. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
3) Evaluasi alternatif
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru
yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam memberi manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.
4) Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat
membentuk minat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam
melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub-
keputusan: merek, dealer, kualitas, waktu, dan metode pembayaran.
5) Perilaku pasca pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuian
karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar
hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga
terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran
harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen
dan membantu dia merasa nyaman dengan merek.
Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para
pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca
pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli
produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika
kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa;
jika ternyata sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas; jika melebihi
harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu akan
membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
tentang produk tersebut dengan orang lain.
Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan
produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti
mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut. Komunikasi pasca pembelian
dengan pembeli ternyata menghasilkan berkurangnya pengembalian
produk dan pembatalan lainnya.
Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang
produk tertentu. Dalam kasus ini, konsumen harus diyakinkan tentang
keuntungan penggunaan secara lebih teratur, dan rintangan potensial
terhadap penggunaan yang ditingkatkan harus diatasi. Jika para konsumen
membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka
membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.
2.7.3 Minat Beli
Untuk mendorong agar konsumen melakukan pembelian terhadap produk
perusahaan maka pemasar harus berupaya membangkitkan minat beli yang dalam
hal ini dikaitkan sebagai behavioural intentions. Mowen dan Minor (2001:125)
mengatakan bahwa Behavioural intentions are defined as expectations to behave
in a particular way with regard to acquisition, dispotition, and use of product
and services.
Sedangkan menurut Ajzen (2002; 102) :
Minat beli (intention) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang
sebelum melakukan tindakan (over action) yang dapat dijadikan
dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan
Menurut Davidson ( 1994 ; 140 ) minat beli konsumen dapat diartikan
sebagai berikut :
Minat beli konsumen merupakan serangkaian unsur-unsur yang
mencerminkan hasrat dan keinginan konsumen
Serangkaian unsur tersebut meliputi:
1) Tersedianya ruang dan waktu (Convenience Location and Hours)
Yaitu tingkat kemudahan konsumen untuk menjangkau lokasi toko
dan waktu berbelanja. Bagi konsumen yang sibuk karena berharap
efisien waktu berbelanja yang dapat meminimalkan waktu seperti
fast check cost (proses pembayran cepat), kemudahan dalam
memarkirkan kendaraan, mendapatkan pertolongan yang lebih dari
petugas penjualan, adanya catalog produk, catalog service centre.
Sedangkan konsumen yang memiliki banyak waktu berbelanja,
mereka kan merespon baik penjualan khusus serta tingkat
pelayanan dari petugas penjualan yang kurang tanggap.
2) Suasana toko (store atmosphere)
Yaitu kesadaran penjual yang dirasakan konsumen pada saat
berbelanja sehingga diharapkan menumbuhkan minat membeli.
Suasana yang tepat mempengaruhi konsumen untuk berbelanja,
artinya ada kesesuaian antara barang yang dijual dengan interior
ruangan dan perbedaan suasana antara satu bagian dengan bagian
lainnya.
3) Barang dagangan (merchandise)
Yaitu kesesuaian kebutuhan konsumen dengan barang yang
ditawarkan penjual. Konsumen biasanya menginginkan variasi atau
adanya pilihan dari perbedaan macam-macam barang sesuai
dengan tujuan dan pilihan konsumen. Konsumen berharap tidak
hanya menemukan variasi dari perbedaan tipe barang, tetapi
menemukan bermacam-macam perbedaan warna, merek, gaya,
mode, dan ukuran masing-masing penilaiandan pilihan individu.
4) Harga (price)
Yaitu harga jual yang diinginkan konsumen sesuai dengan nilai
dan barang dan jasa yang ditawarkan penjual. Suatu barang
dipandang mahal atau murah oleh konsumen atau penjual
tergantung oleh masing-masing pihak perlu penyesuaian harga
dengan nilai barang yang dijual oleh karena itu konsumen
mengharapkan harga jual yang ditawrkan oleh penjual sesuai
dengan nilai barang yang di belinya. Nilai sangat berkaitan dengan
utilitas produk, harga produk, pelayanan, serta manfaat sehingga
dapat menciptakan suatu minat beli konsumen. Dalam menetapkan
harga harus sesuai dengan faktor tersebut.
5) Informasi dan interaksi pribadi (information and personal
interaction)
Yaitu informasi tentang barang yang ditawarkan sesui
dengankebutuhan dan hubungan sumber daya manisia yang
dimiliki penjual denhan konsumen berlangsung dengan baik.
Sebagian konsumen menginginkan penjual menyediakan informasi
yang mendetail mengenai produk, karakteristik, dan penggunaanya.
6) Pelayanan (service)
Yaitu jenis kegiatan pelayanan penjual yang diinginkan konsumen
sesuai dengan barang, pemasangan dan cara-cara yang lain yang
ditujukan supaya lebih menarik bagi konsumen.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa minat beli adalah suatu
keinginan yang timbul dibenak konsumen untuk dapat memiliki atau membeli
suatu produk atau jasa yang baru dilihat, didengar atau dirasakannya. Selain itu
merupakan serangkaian unsur-unsur yang mencerminkan hasrat dan keinginan
konsumen. Minat beli merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelian.
2.8 Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli Konsumen
Sebagian besar konsumen akan pergi berbelanja dengan tujuan yang jeias
akan kebutuhannya mereka karena sudah memiliki perencanaan pembelian
sebelumnya. Tetapi ada sebagian konsumen yang berbelanja karena berdasarkan
emosi mereka.
Konsumen yang berbelanja karena didorong oleh emosi, mereka memiliki
suasana hati yang berperan penting dalam pengambilan keputusan. Hal itu
berdampak pada saat konsumen sedang berbelanja dan dimana mereka berbelanja.
Emosi mereka itu juga berpengaruh pada bagaimana respon mereka terhadap
lingkungan tempat berbelanja yang sebenarnya.
Beberapa retailier berusaha untuk menciptakan emosi yang baik bagi konsumen,
bahkan dimulai pada saat konsumen memasuki toko mereka. Menurut Schiffman
dan Kanuk (2003: 441), yakni:
Research, suggest that a store's image or atmosphere can effect shopper's moods in turn, shoppers moods can influence how long they stay in (he store, as well as other behavior that retailer wish to encourage
Penelitian, mengingatkan bahwa suatu gambaran atau suasana toko dapat
mempengaruhi suasana hati atau emosi para konsumen. Sebaliknya suasana hati
atau emosi konsumen yang tenang, dapat mempengaruhi beberapa lama mereka
tinggal di dalam toko dan bagaimana perilaku lainnya yang ditimbulkan sebaik
yang diharapkan dapat memberi semangat bagi retailer.
Store atmosphere, seperti telah dibuktikan dalam penelitian, dapat
mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan meningkatnya atau
menurunnya perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul
dari psikological set ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse).
Ketika konsumen mengunjungi sebuah toko, tata letak rak pajangan di
dalam toko akan mempengaruhi perilaku pengunjung, pembuatan gang atau jalan
akan memudahkan alur lalu lintas pengunjung. Penempatan item produk secara
berkesinambungan berdasarkan kategori produk juga akan mempengaruhi
perilaku konsumen.
Penggunaan point of purchase display (POP) sebagai teknik penjualan,
sesuai dengan kebiasaan konsumen dalam memutuskan produk mana yang akan
dibelinya. Dengan demikian, keputusan produk apa yang akan dibeli dilakukan di
tempat penjualan produk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa 66%
keputusan pembelian dibuat di dalam toko. (Sutisna, Komunikasi Pemasaran
2001:163)
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada salah satu
factory outlet yang terkenal di kota Bandung yaitu Blossom Factory Outlet yang
berada di jalan Ir. H. Djuanda No. 112 Bandung.
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Blossom Factory Outlet didirikan pada tanggal 10 Oktober 2000, di kantor
pusat yang beralamat di Jl. Sriwijaya No.03 Bandung dengan misi ingin
membantu program wisata kota Bandung. Factory Outlet saat ini menjadi salah
satu tujuan wisata belanja bagi mereka yang berakhir pekan di kota Bandung
dengan nama asal Kosmo Factory Outlet.
Pada bulan Juli 2001, pihak Blossom melebarkan sayapnya ke daerah luar
kota, dan kota yang dipilih adalah Yogyakarta yang terkenal dengan kota pelajar,
sehingga sasarannya adalah para pelajar dan mahasiswa selain para turis yang
berwisata ke Yogyakarta. Sementara itu nama outlet yang dipilihpun masih
Kosmo Factory Outlet.
Mengingat besarnya minat masyarakat untuk berbelanja di Factory Outlet,
pada bulan November tahun 2003 pihak manajemen Blossom, membuka cabang
baru yang kali ini memilih tempat yang lebih strategis sebagai tujuan wisata yaitu
yang beralamatkan di Jl. Ir. H. Djuanda No. 112 Bandung yang lebih dikenal
dengan daerah Dago.
Konsep yang disajikan pun berbeda dengan yang sebelumnya, yaitu lebih
menekankan pada konsep kekeluargaan. Dengan nama toko Blossom Family
Outlet, dimana outlet ini diharapkan akan menjadi tempat wisata untuk belanja
dengan nyaman dan santai.
Empat tahun kemudian tepatnya Agustus 2007 Blossom membuka
cabangnya kembali di Bandung Barat tepatnya di Jl. Pasir Kaliki (Paskal) yang
berada di lokasi PASKAL HYPER SQUARE. Pada bulan Desember 2007,
Blossom Family Outlet kembali membuka cabangnya di daerah Bogor yang
beralamat di Jl. Pajajaran No.19, yang mana kota ini sering menjadi tempat
pilihan untuk bersantai warga Jakarta.
Pada bulan Desember tahun 2008, Blossom kembali menambah
cabangnya di kota Bandung, kali ini lokasi yang dipilih adalah Jalan Riau
Bandung dimana ditempat ini menjadi salah satu tempat yang banyak terdapat
Factory Outlet selain Blossom.
Dengan terus berkembangnya Blossom yang meramaikan dunia fashion,
membuktikan keberadaan Blossom diminati oleh masyarakat Bandung dan luar
kota, seiring dengan itu Blossom pun terus meningkatkan kualitas barang yang
disajikan agar lebih memuaskan para konsumennya, sehingga terus diharapkan
dapat membantu program Pemerintah untuk menjadikan Kota Bandung sebagai
kota wisata, dan membantu program wisata di kota Indonesia.
3.1.2 Struktur Organisasi
Setiap perusahaan-perusahaan yang akan di dirikan tentunya mempunyai
tujuan yang jelas demi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu dalam
mencapai tujuanya perusahaan harus memiliki stuktur organisasi yang dapat
mendukung dalam menjalankan oprasional perusahaan.
Stuktur organisasi yang ada harus memungkinkan adanya koordinasi
usaha antara semua satuan dan jenjang dalam mengambil tindakan agar tujuan
umum perusahan dapat tercapai oleh karena itu penting sekali bagi satuan dan unit
organisasi yang ada di perusahaan untuk mengetahui dan memahami tanggung
jawab dan tugas yang di bebankan kepada mereka, bagaimana masing - masing
pihak dapat lebih baik lagi dalam berkomunikasi dengan unit yang lainnya serta
mengetahui apakah pendelegasian wewenang telah diterapkan sesuai dengan tugas
yang di bebankan kepada masing-masing unit organisasi. Struktur organisasi yang
digunakan oleh Blossom Factory Outlet ini merupakan struktur organisasi garis.
Sumber : Blossom Factory Outlet
Gambar 3.1
Struktur Organisasi
3.1.3 Deskripsi Tugas
Berikut adalah uraian pekerjaan (job description) masing-masing jabatan
pada Blossom Factory Outlet Dago :
1. Supervisor
a. Mengatur operasional toko
b. Mengkoordinasi tugas kepada karyawan
c. Pembentukan tim bagi program khusus
d. Rolling daftar tugas (mengatur shift kerja)
e. Koordinasi pelaksanaan stok
f. Koordinasi dalam hal pengadaan barang dagangan
2. Staff Administrasi
a. Menerima dan mengecek daftar faktur dari bagian komputerisasi
b. Melakukan kegiatan administrasi perpajakan dan perbankan
Supervisor
Staff Administrator
Staff IC
Staff gudang
Koordinator SPG
Security Gudang
Cleaning Service
Kasir SPG
c. Melakukan kegiatan pengembangan sistem dan prosedur yang
berkaitan dengan administrasi keuangan dan akuntasi
3. Staff IC (Coordinator Inventory Control)
a. Menjamin kondisi produk yang prima
b. Mengecek antara data yang input di komputer dengan faktur
pemasaran
c. Bersama-sama dengan supervisior mengkoordinasi pelaksanaan
stock
d. Menganalisa stock
4. Staff Gudang
a. mengelola seluruh aktivitas karyawan di unit kerjanya untuk
memastikan kelancaran proses masuk keluarnya barang ke dan dari
gudang
b. mengelola pendistribusian barang yang diorder dari gudang
c. memastikan kebersihan dan kerapian area gudang
d. mengawasi kerja karyawan bagian gudang
5. Pelaksana Gudang
a. mengelola gudang produksi
b. mengelola penyimpanan barang siap edar
c. mengatur lalu lintas keluar masuk barang di gudang
d. memberi informasi kepada Inventory Control tentang ada atu
tidaknya barang
6. Koordinator SPG
a. melakukan pengawasan kerja para SPG
b. mengatur jadwal shift SPG
7. Security
a. Melakukan pengawasan dan tata tertib di lingkungan toko terhadap
para pembelian dan seluruh karyawan toko.
b. Menangani masalah pencurian, penipuan dan perbuatan yang tidak
bertanggung jawab.
8. SPG (Salles Promotion Girl)
a. melakukan dan memelihara proses pemajangan
b. memastikan kualitas barang pajangan
c. mengidentifikasi barang-barang over stock/out of stock dan
melaporkannya kepada atsan yang bersangkutan
d. Menjaga kebersihan dan kerapian area yang menjadi tanggung
jawabnya.
9. Cleaning Service
Bertugas untuk memelihara dan menjaga kebersihan kantor maupun toko.
10. Kasir
a. Memastikan kesiapan sarana prasarana kerja untuk mendukung
kelancaran proses transaksi
b. Memeberikan layanan sesuai standar pelayanan kasir Blossom
Factory Outlet untuk memastikan terciptanya kepuasan pelanggan
c. Memastikan kebersihan dan kerapihan peralatan, meja, dan
lingkungan kassa
d. Memastikan keakuratan transaksi dari awal hingga akhir hari.
3.1.4 Aspek Kegiatan Perusahaan
Blossom Factory Outlet adalah perusahaan yang kegiatan usahanya
dibidang pakaian jadi impor yang didatangkan langsung dari beberapa negara
seperti Cina, Hongkong dan lain-lain. Blossom Factory Outlet memiliki tujuan
selain ingin meningkatkan laba juga memiliki maksud ingin memenuhi kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat akan pakaian jadi atau fashion yang tak
pernah ada habisnya untuk dibahas terutama dijaman globalisasi seperti sekarang
ini saat berbagai kebudayaan dari berbagai negara mudah keluar masuk ke negara
kita.
Awal mula pemilik berinisiatif untuk mendirikan Blossom factory outlet
adalah dimulai dengan adanya fenomena meningkatnya kebutuhan pakaian jadi
yang terjadi di Indonesia, setelah krisis moneter berlalu, kebutuhan masyarakat
Indonesia semakin meningkat bukan hanya pada sandang, namun juga pangan dan
papan. Tingkat konsumsi masyarakat indonesia semakin meningkat. Maka dari itu
pemilik Blossom Factory Outlet berinisiatif untuk membuat factory outlet untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan sandang.
Blossom Factory Outlet menjual jenis pakaian casual untuk sehari-hari
seperti berbagai model T-shirt, kemeja lengan panjang dan lengan pendek, celana
bahan casual, celana jeans panjang dan pendek, batik, sandal, sepatu, pernak-
pernik aksesoris (seperti kalung, gelang, gantungan handphone, dan lain-lain), tas,
spray, dan lain-lain. Barang-barang yang ada di Blossom Factory Outlet selain
pakaian jadi, hanya merupakan diferensiasi produk untuk memenuhi kebutuhan
lain bagi konsumen. Namun sebenarnya fokus penjualan pada Blossom Factory
Outlet adalah pakaian jadi.
Blossom Factory Outlet melakukan impor pakaian jadi dari negara seperti
Cina dan Hongkong untuk selanjutnya dijual dioutlet-outlet blossom yang berada
di 9 cabangnya. Selain membeli dan mengimpor pakaian jadi dari luar negeri
untuk dijual didalam negeri, Blossom juga memiliki konveksi sendiri, yaitu
mendisain dan membuat pakaian-pakaian untuk dijual di outlet sendiri.
3.2 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi
atau gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta
fakta, sifat
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. ( Moch. Nazir,
2003, Metode Penelitian, 2003:54).
Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode
penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang
lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering
diberi nama metode survey. Kerja peneliti bukan memberikan gambaran terhadap
fenomena
fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis
hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin dipecahkan.
3.2.1 Operasionalisasi Variabel
Sebelum hubungan antar Variabel diadakan pengujian, setiap Variabel
akan diukur dan dijabarkan melalui operasional Variabel. Variabel
variabel ini
bersumber dari kerangka teoritik yang dijadikan sebagai dasar penyusunan konsep
berrpikir, yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Variasi dan
nilai dari konsep disebut dengan Variabel, yang didalam setiap penelitian selalu
didefinisikan atau dibatasi pengertiannya secara operasional. Variabel
variabel
yang dioperasionalisasikan adalah semua Variabel yang terkandung didalam
hipotesis penelitian yang dirumuskan, yakni dengan cara menjelaskan pengertian
pengertian konkret di setiap Variabel, sehingga indikator
indikator dan
kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat diterapkan.
Adapun definisi dari Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai
bermacam
macam nilai. (Husein Umar, Metode Riset Bisnis. 2002;62).
Variabel Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi Variabel lain. Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah Store Atmosphere.
2. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variable)
Variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independent. Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel tidak bebas adalah Minat beli
Konsumen.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran,
(Variabel Independen)
Variabel Konsep
Variabel Indikator Sub Indikator Skala
Variabel
Independen:
Store
Atmosphere
Atmosphere
refers to the
store s
physical
characteristics
that project an
image and
draw
customer.
Berman dan
Evan
(2004:454)
Exterior - Papan nama toko
- Pintu masuk toko
- Etalase/pajangan
toko
- Desain toko
Ordinal
General interior - Luas bangunan
- Suhu ruangan
- Pencahayaan
- Warna dinding
- Musik
- Aroma
- Kebersihan
Ordinal
Store layout - Lebar gang
- Penataan barang
- Cafetaria
- Outlet (food court)
Ordinal
Interior display - Tanda petunjuk
- Label harga barang
- Papan diskon
Ordinal
Minat Beli
(Variabel Y)
Serangkaian
unsur-unsur
yang
mencerminkan
hasrat dan
keinginan
konsumen
untuk membeli
produk
tersebut.
(Davidson
1994; 140)
7) Tersedianya
ruang dan
waktu
8) Suasana toko
9) Barang
dagangan
10) Harga
11) Informasi dan
interaksi
pribadi
12) Pelayanan
- lokasi strategis
- mudah dicari
- Daya tarik toko
- Area toko yang
cukup luas
- Keanekaragaman
- Sesuai design
- Harga yang
menarik
- Adanya potongan
harga
- Kemudahan
mendapatkan
Informasi
- Informasi yang
disampaikan
menarik
- Kepuasan layanan
- Minat pembelian
ulang
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
Data
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
3.2.3 Populasi dan Sampel
Dalam melakukan penelitian, selalu dihadapkan pada sumber data tertentu
yang diharapkan dapat memberikan informasi serta keterangan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
Pengertian populasi menurut Sekaran yang dikutip Zulganef (2008:133)
dalam bukunya Metode Penelitian Sosial dan Bisnis adalah :
Populasi sebagai keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal
yang menarik bagi peneliti untuk ditelaah.
Pendapat lain di kemukakan oleh Sudjana (2000 : 6) dalam bukunya
metode statistik mengatakan bahwa populasi adalah :
Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap yang jelas dan yang ingin di pelajari sifat-sifatnya.
Apabila dalam populasi terdapat jumlah yang besar yang mengakibatkan
peneliti tidak mungkin dapat mempelajari semua yang ada pada populasi oleh
karena terbatasnya waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti
mengambil sebagian sampel untuk diteliti yang tentunya mewakili populasi
tersebut. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah pelanggan yang
mengunjungi Blossom Factory Outlet. Berdasarkan data jumlah pengunjung yang
diperoleh dari Blossom Factory Outlet pada setiap minggunya jumlah
pengunjung yang datang rata-rata sebanyak 950 orang, (sumber: Blossom Factory
Outlet).
Sedangkan definisi sampel menurut Zulganef (2008:134) adalah :
Bagian atau subset dari populasi yang terdiri dari anggota-anggota
populasi yang terpilih.
Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan Non probability
Sampling. Menurut Sekaran yang dikutip Zulganef (2008;146) non probability
sampling adalah sebagai berikut:
Metode penarikan sampel yang dilakukan ketika unsur-unsur
populasi tidak diketahui atau tidak mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik pengambilan sample juga memperhatikan pendapat yang
dikemukakan oleh Akdon (2008:210) bahwa: untuk persiapan yang baik untuk
subjek kurang dari 100, maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-
15% atau 20%-25% atau lebih.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan
Proporsional Random Sampling dengan menggunakan rumus propotional Slovin
besarnya sampel:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e2 =Kelongggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir.
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sample sebagai berikut :
21.0.9501
950n
n= 99,89
Dengan demikian ukuran sampel minimal yang dapat digunakan adalah
99,89 dibulatkan menjadi 100. Jadi sampel yang digunakan sebanyak 100
responden. Dimana 100 orang tersebut diambil dengan menggunakan persentase
keseluruhan dari jumlah pelanggan yang pernah mengunjungi Blossom Factory
Outlet.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan meninjau langsung ke
perusahaan
untuk memperoleh data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung oleh peneliti ke
objek penelitian dengan jalan mengamati objek penelitian tersebut
guna kelengkapan data dan mendapat gambaran mengenai
perusahaan sehingga diharapkan data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b. Wawancara
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
langsung dengan pihak
pihak yang berkepentingan yang dapat
memberikan keterangan dan data - data yang diperlukan.
c. Kuesioner
Data diperoleh dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan
yang cukup terperinci dan lengkap tentang obyek yang diteliti pada
responden. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer
yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis sehingga dapat ditarik
kesimpulan.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari teori
teori dari bahan
bahan literatur, catatan kuliah yang ada
hubungannya dengan masalah yang dibahas sebagai bahan
pendukung.
3.2.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menurut sifatnya, data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang dapat menjawab hipotesis yang diajukan.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk numeric, dijabarkan untuk
mendukung penelitian sehingga data yang telah terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis.
Untuk keperluan analisis ini, penilaian responden dicatat dengan
menggunakan Skala Likert untuk mengukur sikap seseorang terhadap
sesuatu, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang (Husein
Umar, 2002,98). Bobot penilaian dalam skala likert adalah sebagai berikut:
SS = diberi skor 5
S = diberi skor 4
KS = diberi skor 3
TS = diberi skor 2
STS = diberi skor 1
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kuarng Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden, untuk
memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut, maka dibuat interval. Dalam
penelitian ini penulis menentukan banyak kelas interval sebesar 5.
Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2000 : 79) adalah sebagai
berikut:
Rentang P = Banyak Kelas Interval
Keterangan :
p : Panjang Interval Kelas
Rentang : Data tertinggi
Data terendah
Banyak Kelas Interval : 5
Berdasarkan rumus tersebut, maka panjang kelas interval adalah :
(5 1) p = = 0.8 5 Maka interval dari kriteria penilaian masing-masing variable
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Interval Penilaian Variabel
Store Atmosphere Minat Beli
Interval Penilaian Interval Penilaian
1,00 - 1,79 Sangat Tidak Baik (STB) 1,00 - 1,79 Sangat Rendah (SR)
1,80 - 2,59 Tidak Baik (TB) 1,80 - 2,59 Rendah (R)
2,60 - 3,39 Cukup Baik (CB) 2,60 - 3,39 Sedang (Sd)
3,40 - 4,19 Baik (B) 3,40 - 4,19 Tinggi (T)
4,20 - 5,00 Sangat Baik (SB) 4,20 - 5,00 Sangat Tinggi (ST)
3.2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
3.2.6.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui sah / valid tidak suatu
kuisioner, suatu kuisioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.
Pengujian validitas menurut Simamora ( 2004 :172) yaitu :
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang ingin di ukur, dengan kata lain mampu memperoleh data yang dapat dari variabel yang diteliti.
Semua item kuesioner yang digunakan untuk mengukur store atmosphere
dan minat beli, akan diuji validitasnya. Nilai validitas masing-masing butir
pertanyaan dapat dilihat pada nilai Correct item-Total Correlation masing-masing
butir pertanyaan. Dengan r tabel untuk 100 responden sebesar 0.195 maka apabila
data perhitungan SPSS koefesien korelasi (r) diketahui bahwa seluruh korelasi
item variabel X lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan valid. Begitu
pula untuk variabel Y, jika seluruh korelasi item varibel Y lebih besar dari r tabel
maka instrumen dinyatakan valid.
Kriteria pengujian validitas menurut Simamora (2004 : 174) keputusan
pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut :
Jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid.
Jika rhitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
3.2.6.2 Uji Reliabilitas
Dalam pengujian reliabilitas menggunakan SPSS, langkah yang dapat
ditempuh yaitu sama dengan langkah pengujian validitas. Karena output keduanya
bersamaan muncul.
Pengertian Reliabilitas menurut Simamora (2004 : 177), adalah :
Tingkat kehandalan kuesioner yang apabila diuji cobakan secara
berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data
yang sama.
Untuk kuesioner yang mempunyai item banyak (Multi item
quetionnaire) umumnya diukur melalui Cronbach Alpha. Pengukuran reliabilitas
yang digunakan oleh penulis adalah one shoot atau pengukuran sekali saja yaitu
pengukuran yang dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
skor total. SPSS memberi fasilitas untuk mengukur reliabilitas, dengan uji statistik
cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha 0.6.
Kriteria uji reliabilitis jika Cronbach s alpha > 0.6
3.2.7 Koefesien Korelasi Rank Spearman
Analisis ini mengukur kuat lemahnya hubungan dan arah variabel
independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel tidak
bebas/terikat). Kedua variabel tersebut diukur dalam skala ordinal.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuat/lemahnya serta arah dan
hubungan antara variabel x (store atmosphere) dengan variabel y (minat beli
konsumen). Rumus koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
bila tidak terdapat angka yang kembar
NN
drs
3
261
bila terdapat angka kembar
)(2 22
222
yx
diyxrs
dimana:
Txnn
x12
32
Tynn
y12
32
n = Banyaknya pasangan data
rs = Koefisien korelasi
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
di = Selisih Rank X dan Rank Y
2x
= Jumlah kuadrat variabel X
2y
= Jumlah kuadrat variabel Y
Rank kembar dapat dikatakan berpengaruh terhadap rs namun apabila
proporsi dari rank kembar ini cukup besar, maka dalam perhitungan (koefisien
korelasi) perlu dimasukkan faktor koreksinya, yang dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
12
3 ttT
dimana:
T = faktor koreksi
Tx = faktor koreksi x
Ty = faktor koreksi y
t = menunjukkan jumlah rank kembar dari penelitian
Interpretasi dari hasil perhitungan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
1. Apabila rs = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antar kedua variabel
kuat dan mempunyai hubungan berbalikkan (negative)
2. Apabila rs = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antar kedua variabel
sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali,
3. Apabila rs = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antar kedua variabel
kuat dan mempunyai hubungan searah atau positif.
Dalam melakukan perhitungan korelasi rank spearman penulis
menggunakan bantuan program SPSS. Untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara variabel X dan variabel Y maka diperlukan tafsiran dengan
batasan
batasan yang lebih sepesifik sebagaimana dikemukakan oleh:
Riduan, (2003:208).
Tabel 3.3
Interval Koefisien
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00
0,199 Sangat rendah
0,20
0,399 Rendah
0,40
0,559 Sedang
0,60
0,799 Kuat
0,80
1,000 Sangat kuat
Setelah koefisien korelasi diperoleh harus dilakukan pengujian atas
keberartian (signifikansi) korelasi tersebut dengan pengujian satu arah
(tingkat signifikansi 5%) menggunakan rumus berdistribusi student s t
dengan derajat kebabasan (df) = n-2. dengan demikian harga rs dapat
ditentukan dengan menghitung t yang berkaitan denga harga itu, yaitu
dengan rumus:
21
)2(
rs
nrst
3.2.8 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi variabel x (store atmosphere) terhadap variabel y (minat beli
konsumen). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus:
%1002 xrKd s
dimana : Kd = Koefisien determinasi, yaitu persentase pengaruh variabel
2sr = nilai korelasi Spearman
3.2.9 Rancangan Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang dihasilkan signifikan
atau tidak, maka harus dilakukan pengujian hipotesis di dalam penelitian ini.
Hipotesis penelitian yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran adalah
Store
atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
Pengujiannya sebagai berikut :
- Menentukan taraf signifikansi ( )
Menyatakan tingkat kekeliruan dalam pengujian hipotesis yang dapat
ditolerir. Tingkat kesalahan ( ) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebesar 5% (0,05), karena dianggap sudah cukup mewakili.
- Derajat Kebebasan (degree of freedom)
df = n - (k+l)
Dimana:
df = degree of freedom
n = Jumlah Sampel
k = Variabel Independent
1 = Variabel Dependent
- Untuk menguji signifikansi (tingkat keberartian) variabel x dengan
variabel y digunakan statistik uji t dengan rumus :
21
)2(
rs
nrst
Dimana:
rs = Koefisien korelasi spearman
rs2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah Sampel
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan apabila terdapat signifikan atau
tidaknya pengaruh antara store atmosphere terhadap minat beli maka hasil t
(hitung) dibandingkan dengan t (tabel), dengan kriteria sebagai berikut :
- t hitung < t tabel ( , df); maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti tidak
terdapat pengaruh antara store atmosphere terhadap minat beli
- t hitung t tabel ( , df); maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat
pengaruh antara store atmosphere terhadap minat beli.
Jika Ho dinyatakan dengan lebih kecil, maka Ha harus dinyatakan dengan
lebih besar. Hipotesis ini disebut hipotesis direksional. Pengujiannya
menggunakan uji satu pihak yaitu pihak kanan. Jika ingin memutuskan untuk
mengadopsi suatu sistem baru atau metode baru, maka uji satu pihak yang lebih
cocok untuk dipilih. Oleh sebab itu, uji satu pihak dapat membantu untuk
pengembangan suatu teori. (Usman, 2008:120). Sedangkan uji dua pihak disebut
hipotesis nondireksional atau tidak langsung, karena keputusan yang akan diambil
sebagai hasil dari penemuan penelitiannya. Jika ingin membuat suatu keputusan
untuk memilih salah satu dari dua bentuk, maka uji dua pihak yang cocok untuk
dipilih.
Adapun pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengujian hipotesis satu pihak yaitu pihak kanan:
H0:
>
0, Store Atmosphere tidak berpengaruh positif terhadap minat beli
Konsumen di Blossom Factory Outlet.
Ha:
< 0, Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli
Konsumen di Blossom Factory Outlet.
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak, penulis
membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria:
- Jika thitung > ttabel : Ha ditolak dan Ho diterima
- Jika thitung < ttabel : Ho ditolak dan Ha diterima
Gambar 3.2
Uji Signifikasi Koefisien Korelasi dengan Uji Satu Pihak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Blossom Factory Outlet,
dipaparkan hasil penelitian yang meliputi uji instrumen, analisis deskriptif, dan
analisis statistik.
4.1.1 Pengujian Instrumen
4.1.1.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas
Semua item kuesioner yang digunakan untuk mengukur store atmosphere
dan minat beli, akan diuji validitasnya. Nilai validitas masing-masing butir
pertanyaan dapat dilihat pada nilai Correct item-Total Correlation masing-masing
butir pertanyaan. Dengan r tabel untuk 100 responden sebesar 0.195 maka apabila
data perhitungan SPSS koefesien korelasi (r) diketahui bahwa seluruh korelasi
item variabel X lebih besar dari r tabel maka instrumen dinyatakan valid. Begitu
pula untuk variabel Y, jika seluruh korelasi item varibel Y lebih besar dari r tabel
maka instrumen dinyatakan valid
Hasil uji validitas masing - masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Rank Spearman, maka diperoleh
nilai rs sebesar 0,795. Karena nilai rs berada diantara 0,600-0,799 maka hubungan
antara store atmosphere dengan minat beli dapat dikatakan kuat, seperti yang
tertera pada tabel 4.44 sebagai berikut :
Tabel 4.44
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0,000-0,199 Sangat Lemah
0,200-0,399 Lemah
0,400-0,599 Cukup Kuat
0,600-0,799 Kuat
0,800-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Riduwan (2003:208)
4.3.2 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya pengaruh store atmosphere terhadap minat
beli pada Blossom Factory Outlet dalam bentuk persentase, maka digunakan
perhitungan koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:
Kd = 2sr x 100%
= (0,795)2 x 100%
= 63,20%
Besarnya pengaruh store atmosphere terhadap minat beli Blossom Factory
Outlet sebesar 63,20% dan sisanya 36,80% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang
tidak diteliti oleh penulis misalnya, promosi, ragam produk.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu Wibisana (2009) skripsi yang
berjudul Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Victoria Factory Outlet menyatakan bahwa Store atmosphere berpengaruh positif
terhadap minat beli konsumen pada outlet Victoria sebesar 55,05%, sisanya
sebesar 44.95% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak terukur.
4.3.3 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis, maka dilakukan uji
satu pihak dengan hipotesis sebagai berikut :
H0:
> 0, Store Atmosphere tidak berpengaruh positif terhadap minat beli
Konsumen di Blossom Factory Outlet.
Ha:
< 0, Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli Konsumen
di Blossom Factory Outlet.
Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut:
Jika t hitung t tabel maka Ho akan ditolak dan Ha diterima
Jika t hitung < t tabel maka Ho akan diterima dan Ha ditolak.
Dimana derajat keeratan ( df ) adalah :
df = n
(k+1)
= 100
2
= 98
Dimana tingkat kekeliruan (
) yang digunakan sebesar 5 %. Untuk
menetapkan nilai t hitung dipergunakan rumus sebagai berikut :
ttabel = t (
; df )
= (0,05 ; 98)
Karena dalam tabel distribusi tidak ditemukan df = 98 maka dicari melalui
perhitungan sebagai berikut :
Diketahui t (0,05; 60 ) = 1,671
t (0,05; 120 ) = 1,658
maka untuk df = 98
97,12795.01
2100795.0
1
2
2
2
s
nhitung
rrst
663,1
766,9960
762,36004,632238
658,1
671,1
98120
6098
x
x
xx
x
x
jadi
ttabel = ( ; df)
= (0,05 ; 98)
= 1,663
maka untuk t (0,05;98) adalah sebesar 1,663.
Dari perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa t hitung = 12,97 lebih besar dari
ttabel = 1,663 Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka Store Atmosphere
berpengaruh positif terhadap minat beli Konsumen pada Blossom Factory Outlet.
Untuk lebih jelasnya, pengujian hipotesis akan disajikan dalam gambar berikut
ini:
Gambar 4.1
Uji Signifikasi Koefisien Korelasi
Dengan Uji Satu Pihak
Berdasarkan gambar 4.1 tersebut, ttabel = 1,663 dan t hitung = 12,97 berada di
daerah penolakan Ho. Hal ini berarti hipotesis yang penulis ajukan pada Bab I
yaitu Store atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. ,
dapat diterima.
1,658
0
Daerah Penolakan Ho/ Penerimaan Ha
Daerah Penerimaan Ho
12,97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, secara literatur dan
pembahasan penelitian yang telah dilakukan pada Bab IV, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanggapan responden mengenai pelaksanaan Store Atmosphere di Factory
Outlet Blossom dapat dikatakan baik karena diperoleh nilai rata-rata
keseluruhan sebesar 3.936, yang artinya baik karena berada pada interval 3,40
4,19. Walaupun store atmosphere pada Factory Outlet Blossom dapat
dikatakan baik, tetapi masih ada yang perlu diperhatikan mengenai pernyataan
Pengaturan cahaya di dalam toko terang dan Jalan/gang didalam toko lebar
dan memudahkan konsumen berlalu-lalang karena memiliki nilai dibawah
rata-rata..
2. Tanggapan responden mengenai minat beli di Factory Outlet Blossom dapat
dikatakan tinggi karena diperoleh hasil nilai rata-rata secara keseluruhan yaitu
sebesar 3,943 yang artinya tinggi karena berada pada interval 3,40
4,19.
Walaupun minat beli pada Factory Outlet Blossom dapat dikatakan puas,
tetapi masih ada yang perlu diperhatikan mengenai pernyataan Saya berminat
membeli produk di Blossom Factory Outlet karena barang dagangan yang
ditawarkan sesuai dengan design dan Saya berminat melakukan pembelian di
Blossom Factory Outlet karena harga yang ditawarkan menarik karena
memiliki nilai dibawah rata-rata.
3. Pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Factory Outlet
Blossom sebesar 63,20% dan sisanya 36,80% dipengaruhi oleh faktor lainnya
yang tidak diteliti oleh penulis misalnya, promosi, ragam produk. Hasil
perhitungan korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai rs sebesar 0.795. Karena
nilai rs berada diantara 0,60
0,799 maka hubungan antara store atmosphere
dengan minat beli konsumen dapat dikatakan kuat. Hasil uji hipotesis bahwa
nilai t tabel sebesar 1,663, sedangkan nilai hitungt lebih besar dari tabelt (12,97 >
1,663), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Store Atmosphere
berpengaruh positif terhadap minat beli Konsumen pada Blossom Factory
Outlet. Hal ini berarti hipotesis yang penulis ajukan pada Bab I yaitu Store
atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. , dapat
diterima.
5.2 Saran
Setelah menguraikan kesimpulan, maka penulis mencoba memberikan
saran-saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan
dan diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan baik untuk masa sekarang
maupun untuk masa yang akan datang, sehingga perusahaan dapat lebih
meningkatkan minat beli konsumen. Adapun saran yang dapat penulis berikan
yaitu :
1. Pengaturan cahaya di dalam toko sebaiknya di tata kembali agar pencahayaan
di dalam ruangan lebih terang dan Jalan/gang didalam toko lebih lebar agar
memudahkan konsumen berlalu-lalang untuk melihat-lihat barang yang
ditawarkan, selain itu dengan penerangan yang baik akan menambah kesan
luas pada toko.
2. Untuk menambah minat beli konsumen dalam melakukan pembelian,
sebaiknya Factory Outlet Blossom memberikan penawaran sesuai dengan
design dan memberikan harga yang menarik seperti diskon akhir pekan atau
secara berkala. Hal ini untuk menyiasati persaingan antar bisnis yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuh. Bandung : CV Alfabeta.
Berman, Berry, and Joel R Evans. 2007. Retail Management. Ninth Editions.
New Jersey: Prentice Hall Inc.
Charles W Lamb, Joseph F Hair, Carl McDaniel, 2001. Pemasaran. Edisi pertama. Jakarta; Selemba empat
Christina Whidya Utami, 2006. Manajemen Retail dan Implementasi Retail, Jakarta, Salemba Empat
Djaslim, Saladin. 2004. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian). Bandung : Linda Karya.
Hendri Ma aruf, 2005, Pemasaran Ritel, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Husaini Usman dan R. Purmono Setiady Akbar, 2008, Pengantar Statistik, Salemba Empat, Jakarta
Kotler, Philip dan Armstrong, 2007, Dasar-dasar Pemasaran, Alih Bahasa oleh Alexander Sindoro dan Tim Mark Plus, Jilid 1, Edisi Kesembilan. Jakarta : PT. Indeks Gramedia
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Indeks.
Kotler, Philip. (2007), Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Oleh Drs. Benyamin Molan, Bambang Sarwiji, Jilid 2, Edisi Sebelas. Penerbit PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta.
Mowen, J.C., dan Michael Minor. 2001. Consumer Behaviour : A Framework. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall
Mursid, 2003, Manajemen Pemasaran, Edisi pertama, Jakarta; Penerbit Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Edisi Kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia
Riduwan, 2003, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Cetakan Kedua, Bandung :Alfabeta
Riduwan. 2008. Metode dan tekhnik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Schermerhorn, Jr., John R., 2005, Manajemen, diterjemahkan oleh M. Purnama
Putranta dan Surya Dharma, Yogyakarta
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : PT Indeks.
Setiadi J. Nugroho 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama, Penerbit Prenada Media
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.