Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nadia Yossemay Dyah Pramesti NIM. 13520241048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i
319
Embed
eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/50753/1/SKRIPSI_Nadia Yossemay D P … · Web viewmenyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimediadi SMK Piri 3 Yogyakarta
SKRIPSIDiajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2017
i
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM : 13520241048
Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika
Judul TAS : Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di
Piri 3 Yogyakarta
SMK
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, 21 Maret 2017
Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
iii
iv
HALAMAN MOTTO
“ Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”
~Abraham Licoln~
“Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal:
namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang diperhatikan”
~Sir Winston Churchill~
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orangtua saya Ibu Anie Nurtjahjaningsih dan Bapak Suradi
yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan.
2. Keluarga PTI F 2013 (Hima F) yang menemani dari semester 1 dan
selalu memberi dukungan.
3. Teruntuk yang selalu mengingatkan, dan membantu sealama
pengerjaan skripsi Priaji Iman P
4. Teruntuk yang Selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan
memberi motivasi serta saran David S, Syani Fauziah, Agus
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluation research) model CIPP (context, input, process and product). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK Piri 3 memiliki paket keahlian multimedia dan telah melaksanakan uji kompetensi keahlian. Populasi dalam penelitian ini adalah asesor, yang terdiri dari guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang berjumlah 4 orang. Sampel penelitian dengan menggunakan sampel jenuh atau sampel total. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Uji validitas dengan validitas isi yaitu expert judgment dan validitas konstruk dengan rumus korelasi product moment. Uji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori sangat sesuai (85%), yaitu relevan dengan kebijakan dan tujuan uji kompetensi, tuntutan pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan multimedia di dunia usaha dan industri, serta perkembangan IPTEK; (2) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori sangat sesuai (82.7%), yaitu memenuhi kriteria asesor, ketersediaan perangkat uji, kelayakan tempat uji, dan kelengkapan sarana prasarana uji komptensi; (3) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori sangat sesuai (83.4%), yaitu dari segi waktu, prosedur pelaksanaan, pengawasan dan sistem penilaian dalam uji kompetensi; (4) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu (83.5%), yaitu ketercapaian dari segi hasil uji, produk dan sertifikat uji kompetensi; (5) uji kompetensi siswa keahlian multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek CIPP secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik (85,7%).Kata Kunci: evaluasi, CIPP, uji kompetensi, multimedia
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi
sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan
dengan judul “Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia SMK Piri
3 Yogyakarta”. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran, semangat, dan
bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Tim Penguji, Selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang
memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap
Tugas Akhir Skripsi ini.
3. Bapak Handaru Jati, S.T, M.M, M.T, Ph.D selaku ketua program studi
pendidikan teknik informatika yang memberikan bantuan dan
fasilitas selama penyusunan tugas akhir skripsi.
4. Bapak Fatchul Arifin, M.T selaku ketua jurusan pendidikan teknik
elektronika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan
dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan
selesainya tugas akhir skripsi ini.
5. Bapak Dr. Widarto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan
Tugas Akhir Skripsi.
viii
6. Kepala Sekolah, guru dan staf SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah
member ijin, dan bantuan selama pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
7. Ibu Dewi, S.Pd, Bapak Adi, S.Pd yang telah member bantuan
pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan hingga terselesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Demikian Tugas Akhir Skripsi ini penulis susun, besar harapan
Tugas Akhir SKripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain
yang membutuhkan.
Yogyakarta, 21 Maret 2017
Penulis
Nadia Yossemay Dyah Pramesti
NIM. 13520241048
ix
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PERSETUJUAN............................................................iiSURAT PERNYATAAN...............................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN.........................................................ivHALAMAN MOTTO....................................................................vHALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................viABSTRAK...............................................................................viiKATA PENGANTAR.................................................................viiiDAFTAR ISI.................................................................................................................................xDAFTAR TABEL.......................................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR...................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................xivBAB I. PENDAHULUAN..............................................................1A. Latar Belakang...................................................................................1B. Identifikasi Masalah...........................................................................7C. Batasan Masalah................................................................................8D. Rumusan Masalah..............................................................................9E. Tujuan Penelitian...............................................................................9F. Manfaat Penelitian............................................................................10BAB II. KAJIAN TEORI..............................................................11A. Kajian Teori......................................................................................111. Pendidikan Kejuruan.........................................................................112. Kompetensi......................................................................................173. Penilaian...........................................................................................214. Penetapan Kriteria KKM....................................................................285. Kompetensi......................................................................................296. Sertifikasi Kompetensi......................................................................36
x
7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia................................................408. Evaluasi............................................................................................409. Penelitian yang Relevan...................................................................5310. Kerangka Pikir...............................................................................55BAB III. METODE PENELITIAN..................................................59A. Jenis dan Desain Penelitian..............................................................59B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................59C. Responden.......................................................................................59D. Variabel Penelitian...........................................................................60E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data........................................61F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen......................62G. Teknik Analisis Data.........................................................................67BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................72
A. Hasil Penelitian.................................................................................72B. Jawaban Pertanyaan Penelitian........................................................86C. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................90BAB V. SIMPULAN DAN SARAN..............................................100DAFTAR PUSTAKA................................................................103
HalamanGambar 1. Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja................31Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)..................................................34Gambar 3. Skema Kerangka Pikir..............................................................56Gambar 4. Grafik Aspek Context...............................................................74Gambar 5. Grafik Aspek Input...................................................................77Gambar 6. Grafik Aspek Process...............................................................81Gambar 7. Grafik AspekProduct................................................................84Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Context..............91Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Input..................93Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process............95Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product............97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin Penelitian dari Fakultas Teknik.........................................121Lampiran 2. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol........................................122Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian dari Dikpora................................................123Lampiran 4. Surat ijin Penelitian dari SMK Piri 3 Yogyakarta...........................124Lampiran 5. Instrumen Penelitian....................................................................................125Lampiran 6. Contoh instrumen yang telah diisi.......................................................140Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data................................................................................155Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan................................................................................156
xiv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi tolok ukur
tingkat kecerdasan suatu negara. Sejauh ini Indonesia telah
mengusahakan peningkatan kualitas, untuk menjadikan pendidikan
yang lebih baik. Usaha untuk mewujudkan pendidikan yang baik,
Indonesia menerapkan tiga jalur pendidikan yang terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal (UU Nomor 20 tahun
2003 tentang pengertian pendidikan). Salah satu pendidikan formal
pada pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) atau yang sering dikenal dengan pendidikan vokasi.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan
formal yang mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. Hal ini sesuai
dengan Depdikbud 1995 yang menyatakan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu maka dari itu Peserta
didik yang telah lulus dari SMK diharapkan mampu bekerja sesuai
dengan bidang yang diminati.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai pendidikan
kejuruan yang memiliki tujuan pendidikan mempersiapkan lulusan
untuk memasuki dunia
1
kerja akan dihadapkan dalam tantangan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan agar mampu mengantisipasi dan mengisi
tenaga kerja dalam era ekonomi kreatif (Istanto, 2010). Sekolah
Menengah Kejuruan diharapkan peserta didik mampu mendapatkan
pekerjaan yang layak dan sesuai dengan bidang yang diminatinya.
Agar bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok maka masyarakat
pengguna pendidikan kejuruan harus mengerti dan memahami
dengan baik jenis-jenis lapangan kerja dan berbagai jenis bidang
keahlian yang di selenggarakan di SMK. Untuk mencapai tujuan
pendidikan kejuruan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan
kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri sebagai institusi
penyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus
didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan,
kemampuan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan kerja yang
diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Dalam dunia pendidikan,
SMK merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang
mempersiapkan dan mengembangkan kompetensi siswa untuk
memasuki dunia kerja, sehingga kualifikasi lulusan SMK juga harus
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
Salah satu kompetensi program keahlian di SMK yaitu
Multimedia. Tujuan kompetensi keahlian paket keahlian multimedia
adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap agar kompeten di bidang Teknik Multimedia
baik sebagai teknisi web, teknisi multimedia maupun teknisi video
digital dan efek visual. SMK sebagai pendidikan untuk
2
dunia kerja, maka siswa SMK wajib menguasai tuntutan kompetensi
keahlian yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Keahlian
Multimedia. Pada Kenyataannya masih banyak lulusan SMK
kompetensi keahlian multimedia yang belum memiliki keahlian atau
keterampilan seperti yang di harapkan oleh stakeholder. Seiring
dengan perkembangan dunia kerja dibidang teknologi informasi
dan komunikasi, lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian
multimedia terus berkembang diantarannya seperti pengembang
multimedia, pengembang web, rumah produksi sinema, industry
media dan periklanan. Padahal yang sering ditemui adalah
kualifikasi lulusan SMK program keahlian multimedia tidak sama
sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga professional di
bidang multimedia tidak begitu saja bersedia menerima lulusan
multimedia.
Kualifikasi lulusan yang beragam tersebut karea sarana
prasarana dan proses pendidikan di masing-masing sekolah juga
belum standar. Beberapa tahun silam ketika semakin banyak SMK
yang bermunculan, mengukur kemampuan lulusan SMK hanya
dapat dilihat dari nilai rata-rata dalam ijazah padahal sesungguhnya
ijazah yang dimiliki oleh lulusan SMK belum mengambarkan secara
persis keahlian kejuruan yang dikuasai oleh pemilik ijazah
Kebutuhan terhadap tenaga terampil dan tenaga ahli di bidang
multimedia akan terus meningkat. Keahlian di bidang multimedia
semakin dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di dunia kerja
atau di dunia
3
industri. Pekerjaan di bidang teknik multimedia sangat banyak dan
beragam sesuai dengan namanya. Ruang lingkup pekerjaan bagi
lulusan Paket Keahlian Multimedia adalah jenis pekerjaan dan atau
profesi yang relevan dengan kompetensi yang sesuai dengan SKKNI
Bidang Teknologi Infomatika pada jenjang SMK. Dalam konteks
pendidikan, asesmen atau penilaian merupakan suatu kegiatan
untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan hasil belajar
siswa. Menurut Wagiran (2011) bahwa penilaian merupakan upaya
sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang
ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan
serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (Aiken, 1985, Anastasi, 1988, Buckendahl, 2002,
Cullen, 2003).
Uji Kompetensi keahlian pada SMK merupakan salah satu
bagian penting dalam pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswa SMK.
Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009 meyebutkan bahwa hasil dari
pelaksanaan uji kompetensi keahlian menjadi indikator
ketercapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan bagi
stakeholder akan dijadikan infomasi atas kompetensi yang dimiliki
calon tenaga kerja. Seorang siswa dikatakan dapat lulus uji
kompetensi apabila sudah mengikuti uji kompetensi keahlian baik
praktik maupun uji kompetensi teori. Uji kompetensiteori ini dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan,dan pemahaman,
Sedangkan untuk praktik dapat mengukur kemampuan siswa.
Persentase skor uji kompetensi praktik adalah 70% dan uji
kompetensi teori 30%. Menurut BSNP (2013) secara
4
keseluruhan skor yang harus diperoleh siswa agar dapat dinyatakan
lulus uji kompetensi yaitu minimal 7,0. Pelaksanaan uji kompetensi
keahlian harus memenuhi syarat serta standart yang telah
ditentukan baik berupa perlengkapan maupun peralatan. Salah satu
hal penting dalam pelaksanaan uji kompetensi ini adalah verifikasi
tempat pelaksanaan ujian.
Hasil dari penilaian tersebut kemudian digunakan sebagai
dasar untuk melakukan tindakan dalam mengambil keputusan
tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Penilaian hasil
belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah juga oleh masyarakat
(DU/DI). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan
penilaian internal (internal assessment) dalam rangka penjaminan
mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat
(DU/DI) merupakan penilaian eksternal (external assessment)
sebagai pengendali mutu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian
yang dilakukan secara internal dan eksternal sehingga dapat
diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi
peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa SMK dalam hal ini uji
kompetensi keahlian siswa termasuk pada penilaian berbasis
kompetensi (Competency based Assessment).
Berdasarkan observasi di lapangan uji kompetensi SMK sudah
melibatkan pihak industry sebagai pemakai lulusan Multimedia,
tetapi belum berlaku begitu dengan lembaga sertifikasi profesi
telematika. Uji kompetensi
5
praktik biasanya dilaksanakan dengan cara mengharuskan siswa
membuat suatu produk tertentu yang kriterianna sudah ditentukan.
Seorang siswa yang berhasil dalam uji kompetensi keahlian
dinyatakan telah lulus maka akan mendapatkan sertifikat
kompetensi yang dibuat oleh sekolah dengan lembaga industri
yang bekerja sama dengan sekolah. Tentunya pelaksanaan uji
kompetensi yang dilakukan oleh suatu sekolah akan berbeda
dengan sekolah lain apabila sekolah tersebut tidak memiliki sarana
prasarana penunjang yang memadai. Demikian pula tidak semua
SMK dapat dan sudah mengajak dunia industry melakukan
pengujian di sekolah
Hasil dari observasi terhadap pelaksanaan uji kompetensi
keahlian di lapangan ditemukan bahwa beberapa hal yang terkait
dengan pelaksanaan uji kompetensi belum sesuai seperti yang
diharapkan dalam pedoman pelaksanaan. Hal tersebut dapat dilihat
dengan kurang lengkapnya sarana prasarana untuk uji kompetensi
dan alokasi waktu yang kurang memadai. Terlebih lagi dalam hal
pelaksanaan uji kompetensi belum mencerminkan standar
kemampuan yang dipersyaratkan dunia kerja karena belum ada
sertifikasi dengan lembaga sertifikasi profesi telematika, maka dari
itu mengingat begitu pentingnya uji kompetensi keahlian bagi siswa
lulusan SMK, maka diperlukan penelitian mengenai uji kompetensi
keahlian.
Keberhasilan uji kompetensi disuatu sekola dapat terlaksana
apabila semua aspek dalam uji kompetensi mempuyai angaka
kualitas yang tinggi. Aspek aspek dalam uji kompetensi meliputi
aspek context, input, process,
6
dan prouduct. Aspek context meliputi kebijakan, tujuan, tuntutan
pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di dunia
usaha serta kemajuan iptek. Aspek input meliputi dukungan sumber
daya manusia (asesor), sarana prasarana, perangkat dan tempat uji
kompetensi. Aspek process, meliputi waktu, prosedur, pengawasan
uji kompetensi keahlian. Aspek product meliputi dokumentasi atau
nilai hasil uji kompetensi dan sertifikat. Berdasarkan uraian diatas,
maka studi penelitian ini berupaya mendeskripsikan uji kompetensi
di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3 Yogyakarta pada tahun 2017
yang dituangkan dalam judul “ Evaluasi Uji Kompetensi Keahlian
Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum memiliki keahlian
atau keterampilan seperti yang diharapkan,
2. Kualifikasi Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum
standar, sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga
professional di bidang multimedia tidak begitu saja bersedia
menerima lulusan multimedia,
3. SMK Se-Kota Yogyakarta belum ada yang memiliki tempat uji
kompetensi keahlian multimedia maupun teknik komputer
jaringan sebagaimana yang dipersyaratkan dari LSP Telematika,
7
4. Tidak semua SMK dapat mengajak dunia industri melakukan
pengujian di sekolah,
5. Pelaksanaan uji Kompetensi belum sesuai yang diharapkan
seperti dalam pedoman pelaksanaan,
6. Pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia belum
mencerminkan standar kemampuan yang dipersyaratkan dunia
kerja,
7. Kurangnya keterampilan lulusan SMK sehingga sulit memasuki
dunia kerja,
8. Uji kompetensi siswa Program Keahlian Teknik Informatika di
SMK se-Kota Yogyakarta yang mencakup aspek context, input,
process dan product di SMK Piri 3 belum pernah dievaluasi.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan diteliti,
maka perlu adanya batasan masalah karena dapat diketahui
bersama bahwa permasalahan mengenai uji kompetensi keahlian
ini begitu beragam, maka permasalahan dibatasi pada uji
kompetensi kejuruan multimedia yang meliputi : (a) Aspek context
meliputi kebijakan dan tujuan uji kompetensi paket keahlian
multimedia, tuntutan pengembangan diri dan peluang lulusan, dan
kemajuan IPTEK; (b) Aspek input meliputi dukungan sumber daya
manusia (asesor), perangkat, tempat uji kompetensi dan sarana
prasarana;
(c) Aspek process, yang meliputi waktu, prosedur, pengawasan, dan
system penilaian; (d) Aspek product meliputi hasil nilai uji
kompetensi, product uji
8
kompetensi dan sertifikat kompetensi. Penelitian ini hanya dibatasi
pada uji kompetensi praktik, paket keahlian multimedia SMK Piri 3
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah
terpenuhi dan dapat dikembangkan lebih lanjut ( Dominique,
2006:46)
8. Evaluasi
Menurut suhasimi Arikunto dan Cepi (2009:2) evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
40
Weiss (1972) memandang, evaluasi meliputi berbagai jenis
atau gradasi makna judgment (penentuan nilai). Suatu gejala
tunggal (orang, benda, idea atau pemikiran) dicermati dan
ditimbang dengan menggunakan semacam ukuran atau kriteria
baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Menurut Hadi (2011 :
13) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai
suatu objek, menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan
kriteria, standar dan indikator.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pengertian evaluasi sebagai suatu kegiatan
mendiskripsikan, mengumpulkan data, menyajikan suatu informasi
yang terrencana untuk mengetahui keadaan suatu objek.
Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan
instrument yang hasilnya dibandingkan dengan suatu acuan
(standar) untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat
untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Setiap pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi tentunya memiliki
suatu tujuan tertentu. Evaluasi sendiri memiliki tujuan yaitu untuk
mendapatkan informasi mengenai suatu program yang digunakan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut
Weiss (1972 :4) bahwa tujuan evaluasi adalah :
The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against the goals it set out accomplish as means of vontributing to subsuquest decision making about the program end improving future programming.
41
Pernyataan sebut dapat diartikan bahwa tujuan evaluasi adalah
untuk mengukur dampak atau pengaruh sebuah program dengan
membandingkan dengan sasaran atau tujuan program yang telah
ditetapkan sebelumnya hasil dari perbandingan akan dijadikan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan tentang program
tersebut untuk peningkatan program dimasa yang akan datang
Menurut Arikunto (2010:292) evaluasi program juga berarti
upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan
secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing
komponennya, berikut beberapa komponen tersebut :
a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut kurang bermanfaat atau dalam pelaksanaanya sangat
banyak hambatan
b) Memodifikasi Program, berdasarkan dari data yang terkumpul
dapat diketahui bahwa hasil dari program tersebut kurang
tinggi sehingga diperlukan penyusunan perencanaan program
kembali secara lebih baik.
c) Merevisi program, karena ada yang kurang sesuai dengan
harapan (terdapat kelemahan pada program tetapi hanya
sedikit)
d) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah
berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang
bermanfaat
Uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program
adalah jawaban atas pernyataan apakah program dilanjutkan atau
dihentikan. Dilanjutkan dalam arti perlu perbaikan atau revisi agar
program
42
lebih efektif pada masa yang akan datang. Evaluasi perlu
dihentikan apabila program tidak banyak memberikan manfaat
justru menimbulkan banyak resiko.
Terdapat beberapa model evaluasi, model evaluasi sendiri
merupakan rancangan yang akan digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap suatu program. Desain evaluasi dikembangkan
oleh para ahli evaluasi, yang biasanya sering dinamakan dengan
nama pembuat atau tahap evaluasinya. Para ahli evaluasi telah
merancang model evaluasi yang dapat digunakan oleh para
evaluator. Tayibnapis (2008: 13-21) dalam bukunya evaluasi
progam, menyebutkan beberapa evaluasi yang terkenal antara lain:
model CIPP, UCLA, model Stake atau model counternances. Model-
model yang satu dengan yang lainnya memang nampak bervariasi
namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sehubungan
dengan pengambilan keputusan. Ada banyak model evaluasi
program tersebut antara lain:
a) Model Evaluasi CIPP
Evaluasi model CIPP dikembangkan pertama kali oleh Daniel
Stufflebean pada tahun 1960-an. CIPP merupakan singkatan dari
Context, Input, Procees, and Product yang berarti evaluasi model ini
menilai dari segi konteks, input, proses, dan keluaran yang
dihasilkan. CIPP adalah pendekatan pengambilan keputusan yang
difokuskan untuk evaluasi dan menekankan penyediaan informasi
yag sistematis berdasarkan program dan
43
pelaksanaanya. Informasi dipandang sebagai suatu nilai yang palin
berharga ketika suatu program akan dilaksanakan (Robinson,
2002 :1).
Menurut Patton (Robinson, 2002 : 1), CIPP merupakan
kumpulan dari informasi yang terangkum secara sistematis
mengenai aktivitas, karakteristik dan keluaran dari program yang
digunakan oleh orang-orang tertentu. CIPP bertujuan mengevaluasi
dan mengurangi kegagalan, meningkatkan tingkat efektifitas dan
membuat keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan
beserta dampak yang menyertainya.
Olds dan militer dikutip dari Kuo-Hung Tseng (2010: 3)
menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi dengan CIPP, maka
langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perencanaan penilaian
adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi keserasian tujuan dari
program yang dilaksanakan dengan tujuan dari institusi dan badan
akreditasi sekolah yang ditunjuk; (2) mengembangkan objektivitas
program dan kriteria performa pada tiap-tiap tujuan; (3)
menentukan metode yang terbaik untuk menilai dan mengevaluasi
tiap-tiap hasil dan mengumpulkannya; (4) melaporkan hasil kepada
instansi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan memberikan
perbaikan terhadap program tersebut.
Tahap model evaluasi CIPP yang dikemukakan Kaufman dan
Thomas (2009: 116-117) adalah sebagai berikut :
44
1) Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks adalah fase awal dalam pengembangan program yang
meliputi identifikasi kebutuhan dan desain program. Fase ini juga
merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan,
kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel penelitian
dan tujuan program. Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar
belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan
kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan
sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang
sudah diidentifikasi.
2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi input digunakan untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar
diperlukan untuk menentukan definisi tentang tujuan evaluasi yang
sedang dilakukan. Masukan (input) merupakan model yang
digunakan untuk menentukan bagaimana cara penggunaan sumber
daya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara essential
memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari
pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan
prosedur dan desain untuk mengimplementasi program.
3) Evaluasi Proses (Procees Evaluation)
Evaluasi proses secara khusus digunakan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program yang terjadi selama
45
implementasi suatu program. Evaluas proses digunakan sebagai
rekaman impelemntasi riil suatu program.
4) Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk terjadi ketika suatu program sudah
berlangsung dengan penekanan pada pengumpulan informasi yang
dibutuhkan untuk suatu keputusan yang dibuat berkenaan dengan
suatu program. Evaluasi produk meliputi penentuan (penilaian)
dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak
terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tidak terantisipasi,
memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektifitas
program.
Berdasarkan berbagai jenis pemamaparan mengenai model
CIPP diatas, maka dapat didefinisikan bahwa model CIPP
merupakan model evaluasi yang mengevaluasi suatu pelaksanaan
program dilihat dari empat aspek yaitu konteks, masukan, proses
dan keluaran informasi yang diperoleh dalam model ini merupakan
data yang sangat berharga. Data tersebut digunakan untuk
mengevaluasi dan mengurangi kegagalan.
b) Model Evaluasi Kesenjangan ( Discrepancy Model )
Kata discrepancy adalah istilah bahasa inggris yang dapat
diartikan kedalam bahasa Indonesia yang berarti “kesenjangan”.
Model yang di kembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan
model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk
mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat
membandingkan apa yang seharusnya dan diharapkan
46
terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dari kegiatan
membandingkan tersebut dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan
dengan kinerja sesungguhnya ( Kaufman dan Thomas, 2009: 127).
Model evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis suatu
program sehingga dapat ditentukan apakah suatau program layak
ditentukan, ditingkatkan, atau sebaliknya dihentikan dengan
mementingkan terdefinisikannya standar, performance, dan
discrepancy secara terperinsi dan terukur. Evaluasi program yang
dilaksanakan oleh evaluator bertujuan mengukur besarnya
kesenjangan yang ada disetiap komponen program. Dengan
terjabarnya setiap komponen program maka langkah-langkah
perbaikan dapat di lakukan.
c) Model Evaluasi Scriven
Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven dengan tujuan
utama pada waktu itu adalah evaluasi kurikulum. Akan tetapi
evaluasi yang dikemukakanya dapat dialihkan kepada evaluasi
proses, dan evaluasi produk, maupun evaluasi program. Dengan
kata lain model scriven dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan
dan program pendidikan. Scriven menenkankan bahwa evaluasi
menginterprestasi-kan evaluator sebagai pengambil keputusan dan
sekaligus penyedia informasi. Dengan demikian ia membedakan
antara “god of evaluation dan role of evaluation” berhubungan
dengan proses pendidikan, antara lain proses pengembangan
kurikulum dan
47
proses pembelajaran. Scriven memberikan kontribusi dan evaluasi
pendidikan antara lain:
1) Evaluasi berdasarkan kenyataan ( Goal Free Evaluation )
Scriven menekankan bahwa evaluasi program dan produk
hendaklah menilai efek nyata dari suatu kegiatan. Ini berarti
bahwa evaluasi tidak terikat hanya pada tujuan yang
dirumuskan pada permulaan program, akan tetapi juga
memperhatikan efek nyatanya. Dengan cara ini semua hasil
kegiatan dapat diketahui termasuk didalamnya efek samping
yang ditimbukan pada suatu kegiatan.
2) Evaluasi Formatif ( Formative Evaluation )
Model ini juga pada awalnya dirancang oleh Scriven dalam
hubungan pengembangan kurikulum. Ia menyatakan suatu
kurikulum mempunyai bentuk yang siap. Evaluasi formatif
merupakan pengumpulan data atau bukti selama penyusunan
dan uji coba kurikulum baru. Revisi atau perbaikan dilakukan
berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui
evaluasi formatif. Evaluator dapat melihat kekurangan dalam
pelaksanaan program / kegiatan dan dapat memantau proses
pelaksanaan sehingga dapat membantu dalam
penyempurnaan dan kelengkapan produk yang dikembangkan.
Oleh karena itu, evaluasi formatif dapat juga disebut dengan
evaluasi internal (Internal-evaluation atau intrinsic evaluation)
Context Tuntuta pengembangan diri dan 8, 12-16peluang tamatan multimedia di duniausaha dan industriKemajuan IPTEK dibidang Multimedia 9-11Asesor 1,4-16Perangkat Uji kompetensi 2,3,18,21,
Input Tempat uji kompetensi 17Sarana dan Prasarana 19,20Waktu uji kompetensi 1,2Prosedur uji kompetensi 3,4
Process Pengawas uji kompetensi 5-7,9-11Sistem penilaian 8,12-16
Hasil uji kompetensi siswa 1-6Product Produk uji kompetensi 7-9
Sertifikat kompetensi 1-14Tabel 3 menunjukan Kisi-kisi instrument yang telah dibedakan menjadi 4 bagian context, input, process, dan product.
F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen
1. Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan dan kebenaran suatu instrumen. Instrumen dapat
dikatakan valid apabila dapat sebagai alat ukur untuk mengukur
suatu hal yang diinginkan serta dapat mengungkapkan data dari
variable yang akan diteliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila
data yang terkumpul tidak menyimpang dari
62
gambaran variable yang akan diteliti. Untuk memperoleh bukti
validitas terdapat dua jenis validitas yaitu aliditas isi dan validitas
konstruk a. Validitas isi
Untuk memperoleh bukti validitas isi pada instrument
penelitian dilakukan dengan cara meminta pertimbangan ahli
(expert judgment). Instumen yang dipakai adalah instrument
yang sudah ada dan sudah divalidasi yang di buat oleh
Yowanita Irwanti Dalam Tesis nya yang berjudul “Evaluasi Uji
Kompetensi Keahlian Multimedia di SMK Se-Kota Yogyakarta”
Validitas isi intrumen yang berupa angket dilakukan oleh dua
orang ahli yaitu Bapak Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd ,selaku
ahli dalam bidang pembelajaran pendidikan vokasi dan Bapak
Herman Dwi Surjono, Ph.D., selaku ahli dalam bidag multimedia
pembelajaran. Berdasarkan penilaian dari kedua ahli tersebut
dinyatakan bahwa lembar angket yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian di lapangan. (lampiran , hal)
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk dilakukan dengan uji terbatas pada
istrumen penelitian. Selanjutnya instrument penelitian ini
dianalisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan melalui
rumus “ Product Moment” dari Pearson yaitu:
Keterangan :
63
rₓᵧ : Koefisien korelasi antara variable x dan y
N : Jumlah butir
∑XY : Jumlah perkalian skor total dengan skor butir
X : Skor Butir
Y : Skor Total
Menurut Sugiyono (2011: 188), syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r ≥ 0,30. Harga
korelasi butir soal dengan skor total kurang dari 0,30 maka butir
soal dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid begitu
pula sebaliknya jika harga korelasi butir soal dengan skor total
lebih dari sama dengan 0,30 maka butir soal dalam instrument
tersebut dinyatakan valid atau sahih. Perhitungan analisis
validitas instrument menggunakan bantuan software statistic
SPSS versi .
2. Reliabilitas
Reabilitas pada instrument evaluasi uji kompetensi dari segi
context, input, process, dan product pada penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena
instrumentnya yang digunakan berupa angket dan skalanya
Ukuran skewness adalah 0.855.Untuk penilaian nilai tersebut
diubah ke angka rasio. Rasio adalah = nilai skewness/standar
error skewness = 0.855/1.014 = 0.843. Karena rasio skewness
berada antara -2 sampai dengan +2, maka distribusi data adalah
normal.
Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek ContextNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 0 02 32.5 >x ≥26 Rendah 2 503 39 > x ≥32.5 Tinggi 1 254 x ≥39 Sangat Tinggi 1 25
Jumlah 4 100
73
Penyebaran skor berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa 0
responden dalam kategori sangat rendah (0%); 2 responden
dalam kategori rendah (50%); 1 responden dalam kategori tinggi
dan 1 lainnya dalam kategori sangat tinggi.Model visual
penyebaran skor dari tabel 8 dapat dilihat pada gambar 4.
Context2
2
1,51 1
1 Context
0,50
0Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat
Rendah
Gambar 4. Grafik Aspek Context
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi siswa
keahlian di SMK Piri 3 Yogyakarta dari aspek contextdapat
dilihat pada tabel 9:
Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context
Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase
Keterangan
responden soal (%)4 13 175 43.75 85%
74
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa komponen uji
kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspekcontextmemiliki nilai pencapaian 43.75.Menurut
batasan kategori nilai NPK aspek context berada pada keadaan
sangat sesuai yaitu lebih besar dari 39.00 (≥ 39.00).Nilai
Pencapaian yang diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek
context yang dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah
sangat sesuai.
Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek ContextIndikator Nilai Total Butir Nilai
Kebijakan dan tujuan uji 1 4.00kompetensi 2 3.25
3.64 3 3.004 3.755 3.756 4.007 3.75
Tuntutan pengembangan diri 8 3.50dan peluang tamatan
multimediadi dunia usaha dan industry ( 2.75 11 2.50
2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditijau dari aspek input
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input
diperoleh dari instrument berupa angket. Responden adalah
asesor yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia
dan asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain: (1) asesor; (2) perangkat uji kompetensi; (3)
tempat uji kompetensi; (4) sarana dan prasarana. Data komponen
ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4
responden.Angket tersebut memiliki 20 butir pertanyaan.
Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input
MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness
Deviasi67.50 67.50 65 2.082 70 65 0.000
Berdasarkan Tabel 11, dapat diperoleh hasil bahwa harga rata-rata
sebesar67.50; nilai tengah sebesar 67.50; nilai yang paling banyak
diperoleh adalah 65; Data tersebut memiliki standar deviation sebesar
2.082; nilai minimum sebesar 65; nilai maksimum 70; dan nilai skewness
0.000
Berdasarkan tabel 11nilai mean sama dengan nilai median
dan modus maka data distribusinya normal atau lurus.Ukuran
Skewness adalah 0.000.Untuk penilaian, nilai tersebut diubah ke
angka rasio. Rasio skewness adalah = nilai skewness/standar error
skewness = 0.000/1.014 = 0. Karena
76
rasio skewness berada diantara -2 sampai dengan +2, maka
distribusi data adalah normal.
Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek InputNo Interval Kategori F %1 x < 40 Sangat Rendah 1 25%2 50 > x ≥40 Rendah 1 25%3 60 > x ≥50 Tinggi 1 25%4 x ≥ 60 Sangat Tinggi 1 25%
Jumlah 4 100
Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data
diatas menunjukan bahwa 1 responden dalam kategori sangat
tinggi; 1 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam
kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.
Model visual penyebaran skor dari tabel 12 dapat dilihat pada
gambar 5 .
Input
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Input
Sangat Tinggi Tinggi Rendah SangatRendah
Gambar 5. Grafik Aspek Input
77
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di
SMK Piri 3 dari aspek input dapat dilihat pada tabel 13.
Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input
Jumlah Jumlah Total Skor NPKPresentase
Keterangan
responden soal (%)4 13 270 67,5 82.7%
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa komponen dari
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek inputnilai pencapaian 67.5. Menurut batasan
kategori nilai NPK aspek input berada pada keadaan sangat sesuai
yaitu lebih besar dari 60.00 (≥ 60.00). Nilai Pencapaian yang
diperoleh menunjukan bahwa aspek-aspek input yang
dibandingkan dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.
Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input
Indikator Nilai Total Butir Nilai1 3.754 4.005 4.00
Asesor 6 4.003.19 7 3.75
8 3.759 3.5010 3.5011 1.75
78
12 1.7513 2.5014 2.5015 3.7516 2.252 3.75
Perangkat Uji kompetensi 3.75 3 3.7518 3.75
Tempat uji kompetensi 4.00 17 4.0019 3.75
Saraba dan Prasarana 3.75 20 3.75
Tabel 14 menunjukan perolehan nilai pencapaian kualitas
setiap indikator pada aspek input dengan skala 4.
3. Uji Kompetens Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek process
Data pada komponen uji kompetensi siswa keahlian
multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek proses
diperoleh dari instrumen berupa angket. Responden adalah asesor
yang terdiri dari guru mata pelajaran produktif multimedia dan
asesor dari dunia kerja. Indikator yang terdapat dalam aspek
tersebut antara lain: (1) waktu; (2) prosedur uji kompetensi; (3)
pengawasan uji kompetensi; (4) sistem penilaian. Data komponen
ini diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada 4
responden.Angket tersebut memiliki 13 butir pertanyaan.
79
Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process
MeanMedian Modus Standar Max Min Skewness
Deviasi
47.25 47.50 49 2.062 49 45 -0.200
Berdasarkan Tabel 15 dapat diperoleh hasil bahwa harga
rata-rata (mean) sebesar 47.25; nilai tengah (median) sebesar
47.50; nilai yang paling sering muncul (mode) sebesar 49.00. Data
tersebut memiliki standart deviation (simpangan baku) sebesar
2.062; nilai minimum sebesar 45; sedangkan nilai maksimum
sebesar 49; dan nilai skewness adalah -0.200.
Berdasarkan Tabel 15 nilai rata-rata (mean) lebih kecil dari
nilai tengah (median) dan nilai yang sering muncul, maka data
Karena rasio skewness berada antara -2 sampai dengan +2, maka
distribusi data adalah normal.
Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek ProcessNo Interval Kategori F %1 x<26 Sangat rendah 1 252 32.5 >x ≥26 Rendah 1 253 39 > x ≥32.5 Tinggi 2 504 x ≥39 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 4 100
80
Penyebaran skor berdasarkan tabel distribusi frekuensi data
diatas menunjukan bahwa 0 responden dalam kategori sangat
tinggi; 2 responden dalam kategori tinggi; 1 responden dalam
kategori rendah; dan 1 responden dalam keadaan sangat rendah.
Model visual penyebaran skor dari tabel 16 dapat dilihat pada
gambar 6 .
Proses
2
1,5
1 Proses
0,5
0SangatTinggi
Tinggi Rendah SangatRendah
Gambar 6. Grafik Aspek Process
Nilai pencapaian kualitas dari uji kompetensi keahlian di
SMK Piri 3 dari aspek process dapat dilihat pada tabel 17.
Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process
Jumlah Jumlah Total Skor NPK PresentaseKeterangan
responden soal (%)4 13 189 47.25 83.4%
81
Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa komponen dari
uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta
ditinjau dari aspek processtermasuk dalam kategori sangat sesuai
dengan nilai pencapaian 47.25 .Menurut batasan kategori nilai
NPK aspek process berada pada keadaan sangat sesuai yaitu lebih
besar dari 39.00 (≥ 39.00). Nilai Pencapaian yang diperoleh
menunjukan bahwa aspek-aspek process yang dibandingkan
dengan kenyataan yang ada telah sangat sesuai.
Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process
Pada indikator tempat uji komptensi dan sarana prasarana,
indikator menegenai kelayakan tempat uji, jumlah alat dan bahan,
kualitas alat dan bahan memiliki kualitas yang tinggi yaitu sebesar
3.75 artinya bahwa dalam uji kompetensi keahlian multimedia di
SMK Piri 3 Yogyakarta merupakan tempat uji, ketersediaan alat
dan bahan, serta kualitas alat dan bahan yang dimiliki dinilai
sangat layak.
3. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek process.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar
32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)
kesesuaian uji kompetensi siswa dengan waktu; (2) kesesuaian uji
kompetensi siswa dengan prosedur; (3) pengawasan uji
kompetensi; dan (4) sistem penilaian.
Aspek Process4,5
43,5
32,5
21,5
10,5
0
Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Process
95
Berdasarkan grafik pada gambar 10, butir dari indikator
waktu uji kompetensi memiliki nilai kualitas masing-masing 4 baik
mengenai penjadwalan uji kompetensi maupun alokasi waktu
yang digunakan.Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan uji
kompetensi telah terjadwal dengan baik, dan alokasi waktu yang
diberikan sudah sesuai.Sementara itu indikator kesesuaian uji
kompetensi dengan prosedur sudah sangat jelas dengan nilai
pencapaian sebesar 4.
Dalam indikator pengawasan uji kompetensi keahlian NPK
terendah sebesar 2.25 bahwa pengawas masih merupakan guru
yang mata pelajarannya sedang diujikan.Kesiapan dan Karater
pengawas dalam uji kompetensi termasuk dalam kategori sangat
tinggi dengan NPK sebesar 4. Dalam indikator sistem penilaian
nilai kualitas paling tinggi yakni sebesar 4 yaitu penilaian uji
kompetensi berpedoman pada lembar penilaian ujian praktik, dan
sistem penilaian yang jujur dan transparan. Pada indikator
penilaian dapat diartikan system penilaian telah sesuai atau telah
berpedoman pada lembar ujian praktik, dan dalam uji kompetensi
sistem penilaian jujur dan transparan.NPK terendah pada indikator
sistem penilaian yaitu 3.5, dalam uji kompetensi keahlian
diperlukan remedial untuk komponen yang belum mencapai
standar.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah uji kompetensi ditinjau
dari aspek process dalam kategori sangat baik, dengan beberapa
indikator yang harus diperhatikan yaitu, kesesuaian pengawas
yaitu pengawas merupakan guru
96
yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan, penentuan
pengawas, dan remedial dalam sistem penilaian.Dalam sistem
pengawasan, hambatan pengawas adalah keterbatasan SDM dan
juga hambatan pengawas silang yaitu kesesuaian dengan
kompetensi keahlian.Dalam sistem penilaian, remedial diperlukan
dalam uji kompetensi untuk memenuhi kriteria penilaian.
4. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek product.
Hasil penelitian menunjukan bahwa uji kompetensi siswa
keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta termasuk dalam
kategori sangat sesuai dengan nilai pencapaian kualitas sebesar
32.0. Indikator yang terdapat pada instrument ini yaitu: (1)
dokumen hasil uji kompetensi; (2) produk uji kompetensi; dan (3)
sertifikat kompetensi
Aspek Product3,3
3,253,2
3,153,1
3,053
2,952,9
2,85
Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek Product
97
Berdasarkan grafik pada gambar 11, butir dari indikator
dokumen hasil uji kompetensi masing-masing memiliki nilai
kualitas yang sama yaitu 3.25, baik aspek kognitif, psikomotorik,
afektif ini berarti bahwa aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
sudah sangat sesuai dengan kualifikasi lulusan. Butir dari indikator
kehandalan produk uji kompetensi memiliki nilai kualitas sebesar
3.25 dan kesesuaian produk dengan kebutuhan masyarakat juga
memilki nilai kualitas sebesar 3.25. Butir dari pengakuan sertifikat
dunia industry atau dunia usaha terhadap sertifikat komputer, dan
penerbitan sertifikat kompetensi oleh LSP telematika memiliki NPK
terendah yaitu 3, ini berarti sertifikat yang dimiliki siswa dari hasil
uji kompetensi belum memiliki pengakuan didunia usaha atau
dunia industry yang ada dan belum adanya kerjasama dengan LSP
telematika. Nilai kualitas yang tertinggi dalam indikator sertifikat
kompetensi ada 3 yaitu sertifikat sebagai bukti pengakuan
terhadap penguasaan kompetensi siswa, sertifikat sebagai bukti
penguasaan keahlian sesuai berdasarkan masukan dari DUDI, dan
pendatangan sertifikat kompetensi ditandatangani oleh asesor
eksternal. Responden setuju bahwa sertifikat dapat dijadikan bukti
terhadap suatu keahlian yang dimiliki, sertifikat sebagai bukti fisik
bahwa telah memiliki keahlian seperti yang tertuang dalam
sertifikat dan responden juga setuju penandatangan sertifikat
kompetensi tersebut dilakukan oleh asesor eksternal.
98
Ditinjau dari aspek product uji kompetensi penguasaan aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif sudah sangat sesuai dengan
kompetensi siswa.Kehandalan produk uji kompetensi telah sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan public, karena dengan uji
kompetensi yang berkualitas/ ideal diharapkan mampu
menghasilkan calon tenaga kerja yang berkompeten
dibidangnya.Asepk product lainnya harus diperhatikan yaitu masih
rendahnya pengakuan dari DUDI mengenai sertifikat komputer
siswa dan masih belum adanya kerjasama dengan LSP telematika.
5. Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process,product
secara akumulatif .
Evaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK
Piri 3 Yogyakarta ditinjau secara akumulatif dari empat aspek
yakni context, input, process, product.Hasil penelitian uji
kompetensi siswa keahlian multimedia ini secara akumulatif
termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian kualitas
sebesar 190.50, meski begitu masih terdapat beberapa indikator
yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan.Ditinjau dari aspek
context yang perlu diperhatikan adalah rendahnya peluang
berkerja di industri skala internasional, kurangnya pemanfaatan
ICT. Ditinjau dari aspek input hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan asesor guru yang minimal telah memiliki pengalaman 5
tahun mengajar dan memiliki pengalaman kerja di DUDI yang
berkenaan dengan multimedia. Hal yang perlu diperhatikan jika
ditinjau dari aspek process yaitu dalam pengawasan
99
yaitu kesesuaian pengawas dan penunjukan pengawas.Sedangkan
hal yang perlu diperhatikan ditinjau dari aspek product yaitu
dalam rendahnya pengakuan sertifikat olh DUDI, dan belum
adanya kerjasama dengan LSP telematika.
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis dan
pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
1. Uji kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
2. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
3. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori
sangat sesuai.
4. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori
sangat baik.
5. Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3
Yogyakarta ditinjau dari aspek context, input, process, dan
product secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik
(85.7%).
B. Keterbatasan Penelitian
Evaluasi uji kompetensi siswa kehalian multimedia dengan
menggunakan model CIPP ini memiliki keterbatasan antara lain :
100
6. Peneliti uji kompetensi siswa dibatasi pada satu kompetensi
keahlian dan hanya pada satu sekolah saja.
7. Penelitian ini hanya mengevaluasi uji kompetensi praktik .
8. Penelitian ini hanya melibatkan responden asesor dalam uji
kompetensi siswa keahlian multimedia
9. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini hanya
menggunakan angket.
C. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan uji kompetensi
siswa keahlian multimedia d SMK Piri 3 Yogyakarta, diajukan
saran atau rekomendasi sebagai berikut:
1. Asesor yang kompeten di bidang multimedia sangat
berpengaruh terhadap pengakuan DU/DI, sehingga harus ada
pengawasan dan seleksi yang ketat dari peyelenggara karena
masih banyak sekolah multimedia mengambil asesor yang
kurang kompeten dengan pertimbangan nilai diberikan tinggi
tanpa memperhatikan kualitas lulusan, apakah telah sesuai atau
belum.
2. Menambah perlengkapan dan sarana prasarana penunjuang
pelaksanaan uji kompetensi, contohnya seperti alat yang
digunakan dalam proses produksi multimedia, camera,
camrecorder, laptop, dan lain sebagaiannya.
101
3. Melakukan pembaharuan berkala terhadap materi
pembelajaran, dan bahan praktik yang digunakan di lab, agar
dapat meningkatkan kompetensi siswa.
4. Meningkatkan peran guru dan DUDI untuk memberkan
penjelasan dan bimbingan pelaksanaan uji kompetensi siswa
secara komperhensif kepada siswa.
5. Pihak sekolah dalam melaksanakan uji kompetensi keahlian
sebaiknya menyesuaikan alokasi waktu dengan tuntuttan
kompetensi di setiap paket soal dan menyesuaikan dengan
ketersediaan alat penunjang di sekolah.
6. Sebuah produk semestinya bersifat marketable atau layak jual,
sehingga dalam kehandalan produk pelaksanaan uji kompetensi
harus bisa menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan di
masyarakat
7. Sertifikat kompetensi dari lembaga resmi LSP Telematika bisa
menjadi bukti penguasaan kompetensi peserta uji agar
mendapat pengakuan dari dunia kerja dan industry. Persoalan
dana untuk memperoleh sertifikat dari LSP telematika dapat di
bantu dari APBN atau APBD.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik . Jakarta:Rineka Cipta
Astuti,B.(2008). Sertifikasi uji kompetensi sebagai upaya perlindingan hokum bagi tenaga kerja Indonesia/ tenaga kerja wanita piñata laksana rumah tangga (TKI/TKW PLRT).Tesis magister.Tdak diterbitkan, Unversitas DIponegoro, Semarang.
BSNP.(2016). Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi keahlian (ukk) smk tahun pelajaran (2016/2017). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
BSNP.(2016). Prosedur operasional standar (POS) UN tahun pelajaran 2016/2017.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Depdiknas.(2003). Undang-Undang RI No 20, Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional.
-------. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Multimedia.
------, (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19, Tahun 2007, tentang standar pendidikan nasional.
------, (2007). Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.
------, (2009). Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009, tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan(SMK)/ MAdrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
------, (2008). Keputusan Direktor Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 251/C/KEP/MN/2008, tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
-----, (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
-----, (2007). Materi sosialisasi dan pelatihan KTSP SMK.
103
-----, (2013). Petunjuk teknis penyelenggaraan ujian nasional SMP/MTS, SMPLB, SMA/MA, SMALB DAN SMK daerah istimewah Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013
Dikti. (2011). Kerangka Kualifikasi nasional Indonesia (IQF) kajian tentang implikasi dan strategi implementasi KKNI Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional.
Dinas Pendidikan Kota Malang, (2006). KTSP multimedia 2006. Malang: SMKN 4 Malang.
DIsnakertrans (2004). Keputusan Meteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : 211 Tahun 2004 tentang pedoman penerbitan sertifikat kompetensi.
-----. (2007). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep. 115/Men/iii/2007. Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Komunikasi Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi bidang jaringan telekomunikasi sub bidang jasa multimedia.
Conrad, C. F., & Wilson, R. F. (1985). Aca-demic program review: Institutional ap-proaches, expectations, and controver-sies . ASHE – ERIC Higher Education Report No. 5. Washington DC: Associa - tion for the Study of Higher Education.
Dominique M. A., Frans J. P & Rob L. M. (2006). Learning Environments Re-search. The Design Of Competency-Based Performance Assessment In E-Learning (P.45-66). Leiden: Springer.
Djohar, A. (2007). Penddikan Teknologi dan Kejuruan. Dalan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Pess.
Hamalik, O.(1990). Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan Kewirausahaan dan
Manajemen. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kaufman, R. & Thomas, S. (2009). Evaluation without fear. New York: New Viewpoint
Kuo-Hung Tseng. 2010. Using the context, input, process and product model to as-sess an engineering curriculum. Journal World Transactions on Engineering and Technology Education. Ohio: WIETE.
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Penddikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan. (2005/2007). Online : http://www.damandiri.or.id/file/mulityunjbab.pdf
104
Robinson, B. (2002). CIPP to approach evalua-tion. COLLIT Project.
Sudhana, Nana,(1995), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tayibnapis, Farida Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Thompson, John F. (1973). Foundation of Vocational Education Social and Philosophical Concepts. New Jersey: Prentice-Hall.
Stern, B., (2003). Career and workforce devel-opment trends:implications for michi-gan higher education. Michigan: Career Institute for Education and Workforce Development Ferris State University.
Sudira, P. (2012). Filosofi & teori pendidikan vokasi dan kejuruan. Yogyakarta: