BLOK KARDIOVASKULARWRAP UP SKENARIO IPILEK PADA PAGI HARI
Kelompok: A4Ketua: Darayani Amalia(NPM: 1102013070)Sekertaris:
Annisa Karla Arini S(NPM: 1102013035)Anggota: Aiman Idrus Alatas
(NPM: 1102013015)Fega Arabela(NPM: 1102013111)Fitrianinda Ravidan
Wijaya(NPM: 1102013113)Inna Nurrohmatul
Karimah(NPM:1102013135)Chairunissa Zata Yumni(NPM: 1102013149)
Larasti Puspita Seruni(NPM: 1102013153)Maulidya Nur Amalia(NPM:
1102013156)Lilik Nur Arum Sari(NPM: 1102013144)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSIJL. LETJEND SUPRAPTO,
CEMPAKA PUTIHJAKARTA 10510TELP. 62.21.4244574 FAX.
62.21.4244574
1) Skenario
PILEK PAGI HARI
Seorang pemuda usia 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari,
keluar ingus encer, gatal di hidung dan mata, terutama bila udara
berdebu, diderita sejak usia 14 tahun. Tidak ada pada keluarganya
yang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempuanyai riwayat
penyakit asma. Pemuda tersebut sangat rajin sholat tahajud,
sehingga dia bertanya adakah hubungannya dengan memasukkan air
wudhu kedalam hidungnya di malam hari dengan penyakitnya? Kawannya
menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bisa
terjadi demikian, dan apakah berbahaya apabila menderita seperti
ini dalam waktu yang lama.
2) Kata Sulit
Asma : Penyakit kronis saluran pernafasan yang ditandai dengan
peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan
saluran pernafasan .
3) Pertanyaan sementara
1. Apakah penyakit yang diderita pasien ( diskenario ) dengan
udara pada pagi hari ? 2. Kenapa terjadi bersin bersin pada pagi
hari ? 3. Apakah ada hubungan nya dengan ayah nya yang mengidam
penyakit asma ?4. Apakah diagnosis nya ? 5. Mengapa terjadi gatal
pada mata dan hidung ?6. Memasukan air wudhu pada hidung apakah
baik atau tidak untuk penyakit ini ?7. Bagaimanakah penangan nya
?8. Bagaimanakah pemeriksaan nya ?
4) Jawaban Sementara
1. Karena pada pagi hari terjadi perubahan cuaca dari dingin ke
panas. Bila udara panas , kelembapan udara nya berubah .
2. Bersin pada pagi hari normal apabila kurang dari 3kali. Bila
sudah lebih dari 5 kali sudah termasuk tidak normal . bersin
disebabkan oleh respon tubuh karena masuk nya benda asing.
3. Karena ada riwayat alergi pada keluarga
4. Bersin pada pagi hari
5. Karena ada inflamasi di konka sehingga menyumbat duktus
nasoacrimalis .
6. Baik karena memasukan air ke hidung itu membersihkan mikroba
mikroba yang ada di hidung.
7. Diberikan antihistamin 1. Dan kortikosteroid.
8. Skin prick test dan ELISA
5) Hipotesa
Alergen Tubuh merespon karna igE hipersensitivitas
Manifestasi Pemeriksaan Diagnosis
Bersin - Skin Prick Test- Rinitis Alergi Gatal- ELISA ingus
encer - Riwayat keluarga
Penanganan
Diberi antihistamin Kortikosteroid Dengan berwudhu
SASARAN BELAJAR
LO.1. Memahami Dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas1.
Anatomi Makro 2. Anatomi Mikro LO.2. Memahami Dan Menjelaskan
Fisiologi Saluran Pernafasan Atas1. Funsi dari saluran pernafasan
atas 2. Batuk dan bersinLO.3. Memahami Dan menjelaskan Rinitis
Alergi 1. Definisi2. Etiologi3. Klasifikasi4. Manifestasi5.
Patofisiologi6. Diagnosis Dan Diagnosis Banding 7.
Penatalaksanaan8. Komplikasi9. PrognosisLO.4. Memahami Dan
Menjelaskan Berwudhu
LO.1. Memahami Dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas1.
Anatomi Makro
Saluran nafas bagian atas (upper respiratory tract) mulai dari
nares anterior hidung sampai cartilago cricoids larynx.
Nasal (Hidung), merupakan organ pertama yang berfungsi dalam
saluran nafas. Hidung merupakan organ berongga yang terdiri atas
tulang, tulang rawan hyalin otot bercorak dan jaringan ikat
Fungsi : Menyalurkan udara Menyaring udara dari benda asing
Menghangatkan udara pernafasan Melembabkan udara pernafasan
2 buah nares anterior = apertura nasalis anterior (lubang
hidung)Nares anterior adalah bagian terbuka yang masuk kedalam dari
sebelah luar dan posterior nares terbuka dengan cara yang sama pada
bagian belakang, masuk kedalam faring. Vestibulum nasi tempat muara
nares anterior pada mukosa hidung terdapat silia yang kasar yang
berfungsi sebagai saringan udara.Terdapat cilia kasar yang
berfungsi sebagai saringan udara
Cavum nasi bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan,
mulai dari nares anterior sampai choana dilanjutkan ke
nasopharynx.Dasar: dibentuk oleh processus palatinuns os maxilla
dan lamina horizontal os palatinusAtap: bagian bawah atap dibentuk
oleh os frontale dan os nasal, bagian tengah oleh lamina cribosa os
ethmoidalisDinding: bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae
nasalis (superior, media, dan inferior) diantaranya ada saluran
meatus nasalis. Septum nasi Sekat antara kedua rongga hidung,
dibentuk oleh tulang-tulang Cartilago septi nasi Os vomer Lamina
parpendicularis ethmoidalis Concha nasalis Concha nasalis superior
Concha nasalis media Concha nasalis inferiorFungsi:-Meningkatkan
luas permukaan epitel respirasi -Turbulensi udara dimana udara
lebih banyak kontak dengan permukaan mukosa Meatus Saluran keluar
cairan melalui hidung Meatus nasalis superior (antara concha
nasalis superior dan media) Meatus nasalis media (antara concha
media dan inferior) Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis
inferior dan dinding atas maxilla)
Sinus paranasalis Sinus sphenoidalis, mengeluarkan sekresinya
melalui meatus superior Sinus frontalis, ke meatus media Sinus
maxillaris, ke meatus media Sinus ethmoidalis, ke meatus superior
dan media
Bila terdapat infeksi pada sinus dinamakan dengan sinusitis.
Yang sering terjadi pada komplikasi penderita infeksi rongga hidung
dan sakit gigi (rhinitis kronis) yaitu sinus maxillaris.
Persarafan hidungPersarafan sensorik dan sekremotorik hidung:
bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari
cabang nervus opthalmicus (v.1). Bagian lainnya, termasuk mucusa
hidung dipersarafi oleh ganglion pterygopalatinum. Nervus
olfactorius keluar dari cavum cranii melalui lamina cribrosa
ethmoidalis. Sel-sel reseptor penciuman terletak pada 1/3 atas
depan mucusa hidung septum dan conchae nasalis. Serabut-serabut
n.olfactorius bukan untuk mensarafi hidung, tapi hanya untuk
fungsional penciuman. Proses penciuman dimulai dari: gyrus
frontalis (pusat penciuman) menembus lamina cribrosa ethmoidalis
tractus olfactorius bulbus olfactorius serabut n.olfactorius pd
mucusa atas depan cavum nasi.
Vaskularisasi hidung/pendarahan hidungBerasal dari cabang-cabang
A.opthalmica dan A.maxillaris interna1. Arteria ethmoidalis
anterior dengan cabang-cabangnya sbb : a.nasalis externa dan
lateralis, a.septalis anterior1. Arteria ethmoidalis posterior
dengan cabang-cabangnya : a.nasalis posterior, lateralis dan
septal, a.palatinus majus1. Arteria sphenopalatinum cabang
a.maxillaris internaKetiga pembuluh darah di atas pada mukusa
hidung membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang disebut plexus
kisselbach. Plexus ini mudah pecah oleh trauma/infeksi, sehingga
sering menjadi sumber epistaxis (pendarahan hidung, terutama pada
anak-anak).
NASOFARING
Daerah yang terletak di belakang choanae/nares posterior dapat
dicari dengan memakai Rhinoscopy posterior: Tonsilla pharyngealis
terletak di bagian atasBagian ujung belakang conchae nasalis Torus
tubarius daerah yang menonjol osteum pharyngeum tuba Osteum
pharyngeum tuba auditiva (lubang yang menghubungkan hidung dengan
bagian dalam telinga) Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh
badan tulan sfenoidalis dan sebelah dalamnya berhubungan langsung
dengan esophagus. Pada bagian belakang faring dipisahkan dari
vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding
depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut dan
laring. Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang
hidung diatas spalatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat
lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal yang
biasanya disebut adenoid. Orofaring terletak di belakang mulut
dibawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling
berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus
palate-glosum yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut
tonsil palatum.
Laring, daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas
bawah cartilago cricoidRangka laring terbentuk oleh:1. Berbentuk
tulang ialah os hyoid (1 buah) didaerah batas atas leher dengan
batas bawah dagu1. Berbentuk tulang rawan: tiroid (1buah),
arytenoid (2 buah), epiglotis (1 buah)
Cavum laryngis bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas
Aditus laryngis Os hyoid Terbentuk dari ajringan tulang, seperti
besi telapak kuda Mempunyai 2 cornu; majus dan minus Berfungsi
tempat perlekatan otot mulut dan cartilago tiroid Cartilago thyroid
Terdapat prominens laryngis atau adams apple atau jakun Jaringan
ikatnya ialah membrana thyroid Mempunya cornu superior dan inferior
Perdarahan dari a.thyroidea superior dan inferior Cartilago
arytenoid Bentuk seperti penguin, ada cartilago cornuculata dan
cuneiforme Kedua arytenoid dihubungkan oleh m,arytenoideus
transversus Epiglotis Tulang rawan berbentuk sendok Berfungsi
membuka dan menutup aditus laryngis Pada waktu biasa epiglotis
terbuka, tapi pada saat menelan epiglotis menutup aditus laryngis
agar makanan tidak masuk ke laring Cartilago cricoid Batas bawah
cartilago thyroid Batas bawah cincin pertama tracheaOtot-otot
ekstrinsik laring:1. M.cricothyroideus1.
M.thyroepigloticusOtot-otot intrinsik laring:1. M.cricoarytenoideus
posterior1. M.cricoarytenoideus lateralis1. M.arytenoideus
tranversus dan oblique1. M.vocalis1. M.aryepiglotica1.
M.thyroarytenoideus
Dalam cavum laryngis terdapat:1. Plica vocalis = pita suara
asli1. Plica ventricularis = pita suara palsuPlica vocalis adalah
pita suara yang terbentuk dari lipatan mucusa lig.vocale dan
lig.ventricularis. Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan
disebut dengan rima glotis, sedangkan antara kedua plica ventriculi
disebut rima ventriculi Pada rima glotis terdapat m.vocalis,
m.cricoarytenoideus posterior dan disampingnya
m.thyroarytenoideus.Rima glotis terbuka disebut abduksi plica
vocalis, sedangkan rima glotis menutup yang menyebabkan udara tidak
bisa masuk disebut adduksi plica vocalis yang terjadi bila
m.cricoarytenoideus posterior relaksasi.
2. Anatomi Mikro
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring,
trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis1. Bagian
respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
alveolus.Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi,
yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet.
Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel
epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa,
sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.
Rongga hidungRongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa
nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea
dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis
(cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial,
terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing
dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel
respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghirup/membaui. Epitel
olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler,
sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di
permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai
reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron
olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar
Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret
yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses
neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan
vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara
yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan
sebelum masuk lebih jauh.
Sinus paranasalisTerdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris,
sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung
dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel
respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih
sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil
penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia
mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang
berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel
tipe skuamosa/gepeng. Bagian pertama faring yang ke arah kaudal
berlanjut sebagai bagian oral organ ini yaitu orofaring Dilapisi
oleh epitel jenis respirasi (bagian yang kontak dengan palatum
mole).Terdiri dari:Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia,
dengan sel goblet)Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk)Laringofaring (epitel bervariasi)
LaringLaring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan
trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan
elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan
dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis
merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki
permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal
epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris
bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan
serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas
ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara
palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan
kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati
yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat
elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis
akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
LO.2. Memahami Dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Pernafasan
Atas1. Funsi dari saluran pernafasan atas
Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yamh meneruskan
udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
Protection ( perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian
bawah agar terhindar dari masuknya benda asing. Warming, filtrasi,
dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan,
menyaring, dan memberi kelembaban udara yang diinspirasi
(dihirup)
2. Batuk dan bersin
a. Mekanisme refleks batukBroncus dan trakea sangat sensitif
terhadap sentuhan yang sangat halus, bahkan benda-benda asing yang
sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan iritasi sehingga
menyebabkan batuk. Laring dan carina (tempat bercabangnya trakea
menjadi bronchi) adalah bagian tersensitif, sementara bronchiolus
terminalis hingga ke alveolus sangat sensitif terhadap zat korosif,
misalnya sulfur dioxide atau gas chlorine. Impuls saraf aferen dari
saluran pernafasan umumnya melalui nervus vagus, yang diteruskan ke
medulla otak. Oleh karena itu, beberapa urutan kejadian mekanisme
batuk dipicu oleh rangkaian neuron yang ada di medulla otak, dengan
urutan sebagai berikut:(1) sebanyak 2.5 liter udara secara cepat
diinspirasi.(2) Epiglottis menutup, dan pita suara menutup secara
erat untuk menahan udara agar tidak keluar dari paru-paru.(3)
Otot-otot abdominal berkontraksi secara kuat, sehingga dapat
mendorong diafragma; bersamaan dengan itu, otot-otot ekspirasi
(misalnya m. intercostalis interna) juga berkontraksi secara kuat.
Akibatnya, tekanan di dalam paru-paru meningkat secara drastis,
hingga pada tekanan 100 mmHg atau lebih.(4) Pita suara dan
epiglottis secara cepat membuka, menyebabkan udara yang bertekanan
tinggi dari paru-paru meledak ke luar.Oleh karena itu,
kadang-kadang udara dapat dikeluarkan dari paru secepat 75-100 mph
karena mekanisme batuk ini. Kompresi yang kuat oleh paru-paru ini
menyebabkan kolapsnya bronchi dan trachea, akibatnya, struktur
non-kartilago yang mereka miliki menjadi cekung ke dalam. Udara
yang keluar secara cepat ini biasanya juga mengandung benda-benda
asing yang ada di bronchi ataupun trachea.(Hall, 2006)b. Respon
refleks bersinMekanisme terjadinya refleks bersin sebetulnya mirip
dengan batuk, namun pada bersin, mekanisme utama terjadi pada
rongga hidung. Stimulus yang merangsang terjadinya bersin
mengiritasi bagian nasal; impuls aferen dihantarkan melalui nervus
V menuju medulla, tempat di mana reflex dapat dipicu. Serangkaian
mekanisme selanjutnya sama dengan batuk, namun pada bersin, terjadi
depresi pada uvula, sehingga banyak udara yang keluar melalui
hidung; hal ini dapat membersihkan saluran hidung dari benda
asing.(Hall, 2006)
LO.3. Memahami Dan menjelaskan Rinitis Alergi 1. Definisi
Rhinitis alergika adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
tersebut.Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dan
gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh IgE.
2. Etiologi
Rhinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan
predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik
dan herediter sangat berperan pada ekspresi rhinitis alergi.
Penyebab tersering adalah allergen inhalan pada dewasa dan ingestan
pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alegi lain
seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rhinitis alergi
dapat berbeda tergantung dari klasifikasi.Rhinitis alergi musiman
biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rhinitis alergi perennial
diantaranya debu tungau (Dermatophagoides farinae dan
Dermatophagoides pteronyssinus), jamur, binatang peliharaan, dan
binatang pengerat. Faktor resiko terpaparnya debu tungau biasanya
karpet, sprei, suhu tinggi, dan kelembaban udara. Berbagai pemicu
yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor
nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang
kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.Berdasarkan cara masuknya
allergen dibagi atas:1. Allergen inhalan yang masuk bersama dengan
udara pernafasan misalnya, debu rumah, tungau, serpihan epitel bulu
binatang, serta jamur.1. Allergen ingestan yang masuk ke saluran
cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan, dan
udang.1. Allergen injektan yang masuk melalui suntikan atau tusukan
misalnya penisilin atau sengatan lebah.1. Allergen kontaktan yang
masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan.3. Klasifikasi
Dahulu rhinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat
berlangsungnya yaitu:
1. Rhinitis Alergi Musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Di
indonesia tidak dikenal rhinitis alergi musiman, hanya ada di
negara yang mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu
tepungsari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang
tepat ialah polinosis atau rino kongjungtivitis karena gejala
klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan mata (mata merah,
gatal).
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala pada
penyakit ini timbul intermitten atau terus-menerus, tanpa variasi
musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling
sering adalah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa dan
alergen ingesten. Alergi inhalan utama adalah alergen dalam rumah
(indoor) dan alergen di luar rumah (outdoor). Alergen ingesten
seing merupakan penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai
dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan
pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih ringan
dibandingkan dengan golonga musiman tetapi karena lebih persistem
maka komplikasinya lebih sering ditemukan.
Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan
rekomendasi dari WHO, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4
hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.2. Persisten/menetap: bila
gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis
alergi dibagi menjadi:
1. Ringan: bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan
hal-hal lain yang mengganggu.2. Sedang-berat: bila terdapat satu
atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
4. Manifestasi
Gejala klinis yang khas adalah bersin yang berulang. Bersin
biasanya pada pagi hari dan karena debu. Bersin lebih dari lima
kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai adanya rinitis
alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat.Gejala lain
berupa keluarnya ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
mata gatal dan banyak air mata. Pada anak-anak sering gejala tidak
khas dan yang sering dikeluhkan adalah hidung tersumbat.Pada
anak-anak, akan ditemukan tanda yang khas seperti:
1. Allergic salute: adalah gerakan pasien menggosok hidung
dengan tangannya karenagatal.2. Allergic crease: adalah alur yang
melintang di sepertiga bawah dorsum nasiakibat sering menggosok
hidung3. Allergic shiner: adalah bayangan gelap di bawahmata yang
terjadi akibat stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.4.
"Bunny rabbit" sound: adalah suara yang dihasilkan karena lidah
menggosok palatum yang gatal dangerakannya seperti kelinci
mengunyah.
5. Patofisiologi
Mukosa saluran nafas selalu terpapar oleh bermacam alergen yang
terbawa oleh udara nafas. Pada penderita yang mempunyai bakat
alergi, alergen yang terbawa udara nafas akan menyebabkan
sensitisasi mukosa respirasi. Akibat sensitisasi ini, apabila
terjadi paparan berikutnya akan menimbulkan gejala alergi. Secara
Mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh dengan pembesaran sel
goblet dan sel pembentuk basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel
eosinophil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung. Gambaran yang
ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan serangan,
mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi
terus-menerus sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi
perubahan yang irreversible, yaitu terjadi proliferasi jaringan
ikat dan hiperplasa mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal,
dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi yang secara
garis besar terdiri dari :1. Respon primerTerjadi proses eliminasi
dan fagositosis (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat
berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya
dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.2. Respon
sekunderReaksi yang terjdi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga
kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau
keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap ni,
reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada efek dari
sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.3.
Respon tersierReaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan
tubuh. Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung
dari daya eliminasi Ag oleh tubuh. Selengkapnya imunopatogenesis
rinitis alergi adalah sebagai berikut:
a) Fase sensitisasiAlergen yang terhirup bersama udara nafas
akan terdeposit dalam mukosa hidung yang kemudian diproses oleh
makrofag atau sel dendrit yang berfungsi sebagai fagosit dan sel
penyaji antigen (antigen presenting cell/APC). Didalam endosom
alergen diproses menjadi bentuk fragmen peptide (berupa 7 sampai 14
asam amino) yang akan berikatan dengan molekul MHC (major
histocompatibility complex) kelas II, yang disintesis di vesikel
golgi. Dengan gerakan intraseluler, endosom yang mengandung peptide
bergabung (intersect) dengan vesikel yang berisi molekul MHC kelas
II dan membentuk ikatan non kovalen. Fusi antara endosom dengan
membran plasma akan mengekspresikan komplek peptide dan MHC kelas
II di permukaan sel penyaji.
Tipe polimorfik molekul MHC kelas II yang diekspresikan oleh
tiap-tiap individu akan menentukan afinitas molekul terhadap
peptide antigen spesifik, yang akan berperanan pada respon sistem
imun terhadap protein spesifik. Sel penyaji antigen ini akan
berjalan melintasi adenoid, tonsil dan limfonodi regional. Pada
area sel T limfonodi, antigen dipresentasikan pada sel Th 0 yang
baru keluar dari timus. Diduga sel Th 0 ini mengekspresikan tanda
permukaan sel yang dapat membuat sel tersebut tinggal di pembuluh
darah mukosa saluran nafas.
Penderita dengan kecenderungan atopik, reseptor antigen spesifik
sel Th 0 (TCR) bersama molekul CD4 dengan MHC kelas II, CD 28
dengan B7 serta molekul asesoris pada sel T ( CD2, LFA-1) dengan
ligand pada sel penyaji antigen, memicu terjadinya rangkaian
aktivitas pada membran sel, sitoplasma maupun nukleus sel T yang
hasil akhirnya berupa produksi sitokin. Berdasarkan sitokin yang
dihasilkan, sel T CD4 dapat mengalami polarisasi menjadi sel Th 1
dan atau sel Th 2 yang tergantung dari tipe antigen, dosis, tipe
sel APC, microenviroment sitokin, sinyal kostimulator yang diterima
sel T dan faktor genetik.
Sel T CD4+ pada individu yang atopik mengalami polarisasi
menjadi sel Th 2 dan akan menghasilkan berbagai sitokin antara lain
IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, IL-13, GM-CSF yang akan
mempertahankan lingkungan pro atopik ( terutama IL-4) yaitu
menginduksi sel B yang memproduksi Ig E dan menghambat produksi
sitokin sel Th 1. Paparan alergen dosis rendah yang terus menerus
dan presentasi alergen oleh sel penyaji antigen (APC) kepada sel B
disertai adanya pengaruh sitokin IL-4 maka sel B akan memproduksi
Ig E yang terus bertambah yang akan beredar bebas dalam
sirkulasasi, berikatan dengan reseptornya (high affinity receptors
mast, yang kemudian keluar dari sirkulasi berada dalam jaringan
termasuk mukosa hidung. Dalam fase ini maka sesorang sudah dalam
keadaan sensitif.
b) Fase elisitasi Terjadinya gejala-gejala rinitis ditandai
dengan dimulainya aktivasi sel mast yang diakibatkan oleh paparan
ulang alergen serupa pada mukosa yang sudah sensitif. Terjadi
cross- linking dua molekul IgE pada permukaan sel mast dengan
alergen (multivalent/bivalen). Akibatnya terjadi aktifasi guanosin
triphosfate (GTP) binding (G) protein yang mengaktifkan enzim
phospholipase C untuk mengkatalisa phosphatidyil inositol
biphosphat (PIP2) menjadi inositol triphosfate (IP3) dan
diacyglicerol (DAG) pada membrane PIP2. IP3 menyebabkan pelepasan
ion calcium intraseluler (Ca2+) dari reticulum endoplasma. Ca2+ di
sitoplasma secara langsung mengaktifkan beberapa enzim seperti
phospolipase A, dan komplek Ca2+ kemudian mengaktifkan enzim myosin
light chain kinase C.
Sehingga hasil akhir aktivasi ini terbentuk lipids mediators (
newly formed mediators) seperti prostaglandin D2 (PGD2), leukotrin
C4 (LCT4), platelet activating factor dan exocytosis sekresi
granula yang berisi mediator kimia (preformed mediators) seperti
histamin, tryptase, bradykinin. Histamin merupakan mediator penting
yang dihasilkan dari degranulasi sel mast, merupakan penyebab lebih
dari 50% gejala rinitis alergi. Histamin dimetabolisme oleh
histamine N-methyltransferase (HMT) pada sel epitel maupun
endotel.
Reseptor histamin H1 terdapat pada sel endotel, yang apabila
diinduksi dapat menyebabkan kenaikan permeabilitas kapiler dan
rinore. Selain itu histamin juga terikat pada resptor H1 di saraf
nociceptive tipe C. Saraf ini secara luas bercabang di epitel dan
submukosa. Neuron berasal dari cabang pertama dan kedua nervus
trigeminus. Salah satu fungsi penting dari saraf nociceptive
mengaktifkan pusat gatal, mengerakkan reflek sistemik seperti
bersin-bersin dan reflek parasimpatik yang mengakibatkan
peningkatan sekresi kelenjar. Gejala-gejala hidung gatal, rinore,
kongesti dan bersin yang disebabkan pelepasan mediator kimia oleh
sel mast akibat paparan alergen disebut reaksi fase cepat.
Apabila mediator-mediator telah mengalami metabolisme dan
dibersihkan dari mukosa, gejala-gejalanya akan berkurang. Tetapi
setelah reaksi fase cepat, adanya pelepasan sitokin dan aktivasi
sel endotel mengakibatkan terjadinya reaksi fase lambat yang
terjadi antara 4-6 jam setelah paparan alergen dan menetap selama
24-48 jam.2 Keadaan ini secara klinik ditandai dengan penebalan
mukosa hidung yang dapat dideteksi dengan adanya kenaikan
resistensi nasal airflow dengan sedikit perubahan pada gejala
hidung lainnya. Gambaran khas reaksi fase lambat ditandai dengan
tertariknya berbagai sel inflamasi khususnya eosinofil pada mukosa
hidung. Kenaikan eosinofil dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
kadar eosinophil cationic protein (ECP) dan produk eosinofil
lainnya pada sekresi hidung.
Mekanisme tertariknya eosinofil sampai ke lokasi alergi
dipengaruhi sekresi sitokin oleh sel mast, eosinofil dan sel Th 2,
yang dapat meningkatkan ekspresi molekul adhesi endotel (IL-3,
IL-4, IL-5, GM-CSF) dan eosinofil chemoattractant (eotaxin, IL-5,
RANTES). Oleh pengaruh IL-3, IL-5 dan GM-CSF dapat meningkatkan
survival eosinofil dijaringan. Eosinofil dalam perjalannya dari
sirkulasi sampai ke lokasi alergi melalui beberapa tahap yaitu
perpindahan eosinofil dari tengah ke tepi dinding pembuluh darah
dan berikatan secara reversibel dengan sel endotel (rolling) yang
disebabkan interaksi antar E-selectin dengan glikoprotein
eosinofil.
Selanjutnya oleh karena pengaruh sitokin (IL-4) terjadi
peningkatan ekspresi molekul adhesi endotel seperti ICAM-1 (inter
cell adhesion molecule-1), VCAM-1 (vascular cell adhesion
molecule-1). VCAM-1 bersifat spesifik terhadap perlekatan eosinofil
karena eosinofil mengekspresikan VLA-4 yang akan berikatan dengan
VCAM-1, sehingga ekspresi VCAM-1 meningkat pada rinitis alergi.
Dengan adanya ikatan antara VCAM-1 dan VLA-4 ini eosinofil semakin
kuat melekat pada endotel, kemudian terjadi perubahan bentuk dan
diikuti migrasi eosinofil keluar dari pembuluh darah lewat celah
antar sel endotel (diapedesis) untuk selanjutnya menuju lokasi
alergi.
Tertariknya eosinofil ditempat alergi menyebabkan perubahan
mukosa saluran nafas. Pelepasan granula eosinofil yang mengandung
berbagai macam mediator kimia yaitu major basic protein (MBP),
eosinophil cationic protein (ECP), eosinophil derived neurotoxin
(EDN) dan eosinophil peroxidase (EPO) yang berikatan dengan
proteoglikan dan hyaluran membran basalis menyebabkan disagregasi
sel dan deskuamasi epitel. Protein ini juga merusak membran sel
yang berakibat kematian sel. EDN dapat menginaktifkan saraf mukosa
dan EPO menyebabkan kerusakan sel oleh karena radikal bebas.
Gambar 14. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi pada kasus
rhinitis alergi dan asma (Holt & Sly, 2012)Singkatnya,
terjadinya rhinitis alergi adalah sebagai akibat dari respon
hipersensitivitas tipe 1. Respon ini melibatkan produksi IgE yang
berlebihan, dan dikategorikan sebagai reaksi atopic. Pada pasien
dengan disposisi atopic (atau yang memiliki bakat genetik), reaksi
alergi bermula dengan sensitasi terhadap alergen spesifik (pada
kasus rhinitis alergi, umumnya alergen yang ada di udara), yang
dapat menginduksi terbentuknya antibodi IgE. Reaksi ini terjadi
karena cascade reaction sel T, sel B, dan sel plasma. Apabila
penderita telah beberapa kali terpapar antigen spesifik, antigen
tersebut akan diikat oleh dua antibodi IgE, yang mana IgE ini sudah
berikatan dengan sel mast. Sel mast ini banyak terdapat pada
lapisan submucosa dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan,
serta terdapat juga di bagian subconjunctiva mata, dan lapisan
subkutan dari kulit. Akibatnya, reaksi IgE ini menyebabkan
degranulasi sel mast, yang kemudian menstimulasi terjadinya respon
infalmasi dengan menyebabkan pelepasan mediator seperti histamine,
leukotrien, sitokin, prostaglandine, dan platelet-activating
factor. Rekasi ini termasuk reaksi early-phase atau humeral
reaction, dan terjadi dalam waktu 10-15 menit setelah terjadinya
paparan alergen; pengeluaran histamine menyebabkan gejala seperti
bersin-bersin, rinorrhea, gatal-gatal, vasodilatasi, dan sekresi
glandular.Pelepasan sitokin dan leukotrien kemudian menyebabkan
influks dari sel inflamatori (umumnya eosinofil) ke tempat
terjadinya reaksi alergi (kemotaksis). Respon inflamasi ini
termasuk rekasi late-phase atau celullar reaction, yang umumnya
terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah sensitasi pertama. Reaksi ini
dapat memperpanjang respon alergi hingga selama 48 jam. Respon
inilah yang menyebabkan gejala kongesti nasal. (Lawalni, 2008)
Gambar 15. Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi pada
saluran pernafasan atas yang ditandai dengan rinorrhea,
bersin-bersin, gatal, dan kongesti hidung, serta gatal pada palatum
(Holgate & Broide, 2003).
6. Diagnosis Dan Diagnosis Banding
AnamnesisDiagnosis dari rhinitis alergi perlu ditegakkan dengan
benar agar jelas apabila pasien mengalami atopic, dan untuk
mengetahui alergen kausatifnya. Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan
anamnesis (umumnya menanyakan riwayat alergi pasien), pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis, perlu ditanyakan riwayat penyakit pasien maupun
keluarga terkait dengan alergi, karena dapat memunculkan beberapa
petunjuk penting. Faktor genetik menyebabkan individu lebih mudah
tersensitasi dan memproduksi antibodi IgE. Riwayat keluarga yang
positif menderita alergi, eczema, ataupun asma dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya rhinitis alergi. Anak dengan kedua orangtua
yang menderita alergi, memiliki kemungkinan >50% menderita
alergi. Apabila hanya salah satu orangtua yang menderita, maka
kemungkinannya lebih kecil, namun tetap signifikan.
Pasien perlu ditanyakan mengenai onset, durasi, tipe, progresi,
dan juga derajat gejala yang dialami. Hal ini berguna untuk
menetukan klasifikasi rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu,
perlu ditanyakan juga bagaimana rhinitis yang dialami dapat
memengaruhi kualitas hidupnya. Karena dengan diagnosis yang tepat,
dan juga terapi yang tepat, maka kualitas hidup pasien dapat
ditingkatkan.
Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik untuk kasus rhinitis alergi
meliputi inspeksi bagian telinga, tenggorokan, dan saluran hidung
(inspeksi juga perlu dilakukan setelah pemberian decongestan
topikal). Beberapa kondisi yang umum ditemui antara lain conchae
yang berwarna kebiruan, pucat, dan lembab. Mucosa hidung terlihat
basah dan bengkak, serta terjadi kongesti hidung dengan obstruksi
nasal. Pada alergi perennial, kongesti nasal merupakan tanda utama.
Abnormalitas anatomi, misalnya deviasi septum nasal, bullosa
concha, dan polip dapat ditemukan. Kelainan anatomi ini perlu
diperhatikan, apakah abnormalitas ini menjadi penyebab utama
ataupun menjadi faktor kontribusi dari gejala yang dialami pasien.
Apabila terdapat polip nasal, maka perlu dilakukan endoskopi nasal.
Beberapa temuan lainnya antara lain conjunctivitis, eczema, dan
wheezing asma.
Pada anak-anak, dapat terlihat shiners (lingkar hitam pada
bagian bawah mata), pernafasan mulut, dan nasal salute
(menggaruk-garuk bagian ujung hidung secara konstan).(Lalwani,
2008)
Pemeriksaan Penunjanga. Tes Alergi (epikutan dan
intradermal)Prick Test merupakan tes alergi epikutan yang paling
umum dilakukan. Tes ini sifatnya cepat, spesifik, aman, dan
ekonomis. Namun apabila hasil tes tidak memberikan petunjuk, maka
perlu dilakukan pemeriksaan intradermal.
Pemeriksaan intradermal, yaitu dengan menggunakan dilusi 1:5
kuantitatif. Metode ini digunakan oleh hampir seluruh klinisi
alergi THT.
b. Pemeriksaan in vitroPada serum, terdapat IgE yang spesifik
terhadap alergen tertentu, dan saat ini dapat diperiksa dengan
akurat dan cepat. Dengan peralatan yang modern, pemeriksaan in
vitro kurang lebih ekuivalen dengan pemeriksaan kulit untuk
mendiagnosis alergi atopic. Pemeriksaan in vitro aman, spesifik,
dan cost-effective, dan tidak ada interfensi dari antihistamin yang
sedang dikonsumsi.
Metodologi terbaru dapat menghitung IgE total pada serum. Jika
dibandingkan dengan pemeriksaan kulit, pemeriksaan IgE total kurang
sensitif, namun lebih spesifik. Penghitungan protein IgE total
dalam serum dapat mendiagnosis berbagai macam penyakit terkait
alergi, dan juga dapat digunakan sebagai faktor prediktif bagi bayi
maupun anak-anak. (McPherson & Pincus, 2011; Lalwani, 2008;
Fauci, 2008)
Tabel 2. Nilai normal IgE serum berdasarkan usia (McPherson
& Pincus, 2011)
Differential DiagnosisBeberapa diganosis banding yang perlu
diperhatikan antara lain: (1) rhinitis infeksi (akut atau kronis),
(2) rhinitis nonalergic (vasomotor rhinitis), (3) iritan atau
polutan,(4) rhinitis hormonal (pada saat kehamilan atau
hypotiroid), (5) rhinitis medicamentosa, (6) deformitas anatomi,
(7) tumor atau badan asing.(Lalwani, 2008)
7. Penatalaksanaan a.) Medikamentosa Antihistamin yang dipakai
adalah antagonis H-1, yang bekerja secara inhibitorkompetitif pada
reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang
paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis
alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan
dekongestan secara peroral.Antihistamin dibagi dalam 2 golongan
yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi -2
(non sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga
dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan
plasenta serta mempunyai efek kolinergik.
Antihistamin 1 Farmakodinamik : Antagonis kompetitif pada
pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu
AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau
keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen
berlebihan. Farmakokinetik :Setelah pemberian oral atau parenteral,
AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru
sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih
rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati. Penggolongan
AH1AH generasi 1Contoh: etanolamin, Etilenedamin, Piperazin,
Alkilamin, Derivat fenotiazinKeterangan: H1:sedasi ringan-berat,
antimietik dan komposisi obat flu, antimotion sicknessIndikasi AH1
berguna untuk penyakit:1. Alergi2. Mabuk perjalanan3. Anastesi
lokal4. Untuk asma berbagai profilaksis- Efek sampingVertigo,
tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut
kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat,
lemah pada tangan.Antihistamin golongan 1 lini pertama Pemberian
dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan
secara peroral. Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah
otak, mempunyai efek pada SSP dan plasenta. Kolinergik Sedatif
:
Oral : difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin
Topikal : AzelastinAntagonis Reseptor H2 (AH2)Contoh: simetidin dan
ranitidin FarmakodinamikMenghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam
lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi
asam lambung dihambat. Farmakokinetik 1. Bioavibilitas oral
simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian intravena atau
intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan,
sehingga simetidin diberikan segera setelah makan.2. Bioavibilitas
ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada
pasien penyakit hati. Indikasi: efektif untuk mengatasi gejala
tukak duodenum. Efek samping: pusing, mual, malaise, libido turun,
disfungsi seksual. Preparat simpatomimetik golongan agonis
adrenergik alfa dipakai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa
kombinasi dengan antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian secara
tropikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari
terjadinya rinitis medikamentosa.- golongan simpatomimetik ->
beraksi pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung untuk
menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak,dan
memperbaiki pernafasan- Penggunaan dekongestan topikal tidak
menyebabkan atau sedikit sekali menyebabkan absorpsisistemik-
Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat
menyebabkan rinitis medikamentosa,di mana hidung kembali tersumbat
akibat vasodilatasi perifer, oleh sebab itu dibatasi
penggunaannya.
DEKONGESTAN ORAL1. Efedrin Adalah alkaloid yang terdapat dalam
tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral, masa kerja panjang,
efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta
2. Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat,
tekanan nadi membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena
vasokontriksi dan stimulasi jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang
relatif lama.Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada
pengobatan kronik yanf dapat diatasi dengan pemberian sedatif.
Dosis.Dewasa: 60 mg/4-6 jamAnak-anak 6-12 tahun : 30 mg/4-6
jamAnak-anak 2-5 tahun: 15 mg/4-6 jam
2. FenilpropanolaminDekongestan nasal yang efektif pada
pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa
hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung.
Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan
efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi
dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat ini dengan
penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan dalam
dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan
meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam
dosis maksimal 75 mg/hari sebagai dekongestan.Dosis.Dewasa: 25 mg/4
jamAnak-anak 6-12 tahun : 12,5 mg/4 jamAnak-anak 2-5 tahun: 6,25
mg/4 jam
3. FenilefrinAdalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya
sedikit mempengaruhi reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi
jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan
konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga
menaikkantekanan darah.
Obat Dekongestan TopikalDerivat imidazolin (nafazolin,
tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin).Dalam bentuk
spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat
kerjanya lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan
menimbulkan penyumbatan berlebihan disebut rebound congestion. Bila
terlalu banyak terabsorpsi dapat menimbulkan depresi Sistem Saraf
Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh yang hebat,
terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak
kecil- Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang menyebabkan
iritasi lokal -> tidak menimbulkan - Efk samping : rhinitis
medikamentosaContoh : Fenilefrin,Fenilpropanilamin (IT sempit ;
resiko hipertensi), Pseudo - efedrin
Obat dekongestan topikal dan durasi aksinya Aksi pendek Sampai 4
jam : Fenilefrin HCl Aksi sedang 4 6 jam : Nafazolin
HCl,Tetrahidrozolin HCl Aksi panjang Sampai 12 jam : Oksimetazolin
HCl , Xylometazolin HCl
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan
hidung akibat respons fase lambat berhasil diatasi dengan obat
lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid tropikal
(beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan
triamsinolon).
Sodium Kromolin (obat semprot hidung) Efeknya terbatas pada
hidung dan tenggorokan bagian belakang- suatu penstabil sel mast
mencegah degranulasi sel mast dan pelepasan mediator, termasuk
histamin.- tersedia dalam bentuk semprotan hidung untuk mencegah
dan mengobati rinitis alergi.- Efek sampingnya : iritasi lokal
(bersin dan rasa perih pada membran mukosa hidung- Dosisnya untuk
pasien di atas 6 tahun adalah 1 semprotan pada setiap lubang hidung
3-4 kali sehari pada interval yang teratur. - Untuk rinitis
seasonal, gunakan obat ini pada saat awal musim alergi dan
digunakan terus sepanjang musim.- Untuk rhinitis perennial, efeknya
mungkin tidak terlihat dalam 2-4 minggu pertama, untuk itu
dekongestan dan antihistamin mungkin diperlukan pada saat terapi
dimulai.
Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida,
bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi
reseptor kolinergik permukaan sel efektor (Mulyarjo, 2006).
IPRATROPIUM BROMIDA- Merupakan agen antikolinergik berbentuk
semprotan hidung- bermanfaat pada rinitis alergi yang persisten
atau perenial- memiliki sifat antisekretori jika digunakan secara
lokal dan bermanfaat untuk mengurangi hidung berair yang terjadi
pada rinitis alergi.- tersedia dalam bentuk larutan dengan kadar
0,03%,diberikan dalam 2 semprotan (42 mg) 2- 3 kali sehari.- Efek
sampingnya ringan, meliputi sakit kepala, epistaxis,dan hidung
terasa kering.
Deconamine merupakan merek obat yang terdiri dari 2 komponen,
yaitu antihistamin (chloropheniramine) dan decongestan
(pseudoephedrine).Efek antihistamin dari chloropheniramine untuk
mengurangi gejala alergisedangkan efek dekongestan dari
pseudoephedrine merupakan hasil darikonstriksi pembuluh darah di
dalam aliran udara pada hidung. Sediaan-chloropheniramine tablet
4mg/pseudoephedrine tablet 60mg-tablet kunyah chloropheniramine
1mg/pseudoephedrine 15mg-chloropheniramine sirup
2mg/pseudoephedrine 30mg
Menjelaskan Analgetik-Antipiretik
Mekanisme keduanya diperoleh dari hambatan
pembuatanprostaglandin dengan menghambat kerja enzim
siklooksigenase I & II.Contoh obat untuk analgetik adalah
Ibuprofen sedangkan untukantipiretik adalah Paracetamol,
Ibuprofen-Nama Dagang Advil, Motrin, Medipren, Nuprin -Kelas Obat
dan Mekanisme Ibuprofen termasuk ke dalam kelas Obat Anti Inflamasi
Non-Steroid(OAINS). Kegunaan obat ini untuk mengatasi rasa nyeri
yang ringansampai sedang, demam dan inflamasi. Rasa nyeri, demam
daninflamasi dicetuskan oleh mediator inflamasi yaitu
prostaglandin.Ibuprofen memblok enzim pembuat prostaglandin.
-SediaanTablet 200mg, 400mg, 600mg dan 800mg.Tablet kunyah 50mg dan
100mg.Kapsul 200mg. Tetes oral 40mg/ml.-PenyimpananIbuprofen
disimpan pada suhu ruangan 15oC-30oC.
-Indikasi Nyeri derajat ringan sampai sedang, inflamasi dan
demam.
-Kontraindikasi Ibuprofen tidak boleh digunakan untuk ibu hamil
terutama padakehamilan tua karena dapat menyebabkan tertutupnya
duktusarteriosus lebih awal pada janin. Namun, ibuprofen dapat
digunakanpada ibu menyusui.
-Efek Samping Rash, telinga berdenging, sakit kepala, pusing,
nausea, diare,konstipasi, nyeri abdomen dan heartburn, ulserasi
pada perut atau usus.
b.) Operatif Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior)
perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak
berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25 % atau
troklor asetat
c.) Imunoterapi Jenisnya desensitasi, hiposensitasi &
netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking
antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat,
berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan Bersifat
kausatif Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap
dengan menginjeksikan alergen yang diketahui memicu reaksi alergi
pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat. Tujuannya adalah
agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai
pasien tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh
senyawa tersebut
Caranya : Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000 sampai
1:1000.000.000 b/v) diberikan 1 2 Kali seminggu.Konsentrasi
kemudian ditingkatkan sampai tercapai dosis yang dapat ditoleransi.
Dosis ini kemudian dipertahankan setiap 2-6 minggu,tergantung pada
respon klinik. Terapi dilakukan sampai pasien dapat mentoleransi
alergen pada dosis yang umumnya dijumpai pada paparan alergen.
Parameter Efektifitas ditunjukkan dengan :berkurangnya produksi
IgE,meningkatnya produksi IgG,perubahan pada limfosit
T,berkurangnya pelepasan mediator dari sel yang tersensitisasi,
danberkurangnya sensitivitas jaringan terhadap alergen. Namun,
imunoterapi terbilang mahal dan butuh waktu lama, membutuhkan
komitmen yang besar dari pasien.
8. KomplikasiKomplikasi rinitis alergi yang paling sering
adalah:
Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited
mucouse glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa
banyaknya, hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet, dan
metaplasia skuamosa. Otitis media yang sering residif, terutama
pada anak-anak Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu
atau lebih sinus paranasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh
proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia
sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga
sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama
bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel
antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa
yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan
semakin parah (Durham, 2006)
9. Prognosis
Baik, banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati.
Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin
memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang
sensitif pada alergen.
LO.4. Memahami Dan Menjelaskan Berwudhu
a. Manfaat secara umumKulit merupakan organ yang terbesar tubuh
kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta melindungi tubuh
dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu
tubuh, fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna
melalui pori-pori ) dan media komunikasi antar sel syaraf untuk
rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan.Begitu besar fungsi
kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan
kelembaban.Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan
tersebut khususnya kelembaban kulit.Kalau kulit sering kering akan
sangat berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi
kuman. Dengan bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan
pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang tubuh yang
berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung,
telinga). Seperti kita ketahui kulit merupakan tempat berkembangnya
banya kuman dan flora normal, diantaranya Staphylococcus epidermis,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp
(penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat
kuman Streptococcus pneumonia (penyakit pneumoni paru), Neisseria
sp, Hemophilus sp.Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh kedua
belah tangan setiap kali melakukan operasi sebagai proses
sterilisasi dari kuman. Cara ini baru dikenal abad
ke-20,sebagaimana kita tahu jepang membutuhkan 100 tahun untuk
membiasakan cuci tangan, kapanye2 cuci tangan juga sedang
gencar2nya di media massa, padahal umat Islam sudah membudayakan
sejak abad ke-14 yang lalu. Luar Biasa!
b. Keutamaan Berkumur kumur.Dari Humran budak Utsman bin Affan
dia berkata:
Bahwa dia melihat Utsman bin Affan minta untuk diambilkan air
wudlu. Lalu beliau menuang bejana itu pada kedua tangannya, lalu
dia mencuci kedua tangannya tersebut hingga tiga kali. Kemudian
beliau memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudlunya, kemudian
berkumur, menghirup air ke dalam hidung, dan mengeluarkannya.
Kemudian beliau mencuci mukanya tiga kali, mencuci kedua tangannya
hingga ke siku sebanyak tiga kali. Kemudian beliau mengusap
kepalanya lalu mencuci setiap kakinya tiga kali. Setelah itu beliau
berkata, Aku telah melihat Nabi -shallallahu alaihi wasallam-
berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, Barangsiapa
yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian dia shalat dua rakaat,
dan tidak menyibukkan hatinya dalam kedua rakaat itu, maka Allah
akan mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al-Bukhari no. 164
dan Muslim no. 226)========Dari Abdullah bin Zaid ketika beliau
memperagakan sifat wudhunya Nabi -shallallahu alaihi wasallam-:
Dia menuangkan air dari gayung ke telapak tangannya lalu
mencucinya tiga kali. Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam
gayung, lalu berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung, dan
mengeluarkannya kembali dengan tiga kali cidukan. Kemudian dia
memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu membasuh mukanya tiga
kali. Kemudian dia membasuh kedua tangannya dua kali sampai ke
siku. Kemudian memasukkan tangannya ke dalam gayung, lalu mengusap
kepalanya dengan tangan; mulai dari bagian depan ke belakang dan
menariknya kembali sebanyak satu kali. Lalu dia mencuci kedua
kakinya hingga mata kaki. (HR. Al-Bukhari no. 186 dan Muslim no.
235)
Berkumur kumurberarti membersihkan rongga mulut dari penularan
penyakit. Sisa makanan sering mengendap atau tersangkut di antara
sela gigi yang jika tidak dibersihkan ( dengan berkumur-kumur atau
menggosok gigi) akhirnya akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman.
Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima kali sehari
berarti tanpa kita sadari dapat mencegah dari infeksi gigi dan
mulut.Penelitian modern membuktikan bahwa berkumur dapat menjaga
mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka.
Berkumur juga dapat menjaga dan membersihkan gigi dengan
menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi
setelah makan. Manfaat berkumur lainnya yg juga penting adalah
menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya.
Berkumur merupakan latihan penting yang diakui oleh pakar dalam
bidang olahraga, karena berkumur jika dilakukan dengan menggerakkan
otot-otot wajah dengan baik dapat menjadikan jiwa seseorang
tenang.
c. IstinsyaqIstinsyaqberarti menghirup air dengan lubang hidung,
melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung
(nasofaring). Fungsinya untuk mensucikan selaput dan lendir hidung
yang tercemar oleh udara kotor dan juga kuman.Selama ini kita
ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan
pertama pernapasan.Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) dapat dicegah.Penelitian ilmu modern
yang dilakukan oleh tim kedokteran Universitas Aleksandria
membuktikan bahwa kebanyakan orang yg berwudhu secara kontinyu,
maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba.
Tidak diragukan lagi bahwa lubang hidung merupakan tempat yg rentan
dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung secara
kontinyu den melakukan istinsyaq (memasukan dan mengeluarkan air ke
dan dari hidung di saat berwudhu), maka lubang hidung menjadi
bersih dan terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Proses ini dapat menjaga
manusia akan bahaya pemindahan mikroba dari hidung ke anggota tubuh
yg laind. Membasuh Wajah dan Kedua Telapak TanganMembasuh wajah dan
kedua telapak tangan sampai ke siku memiliki manfaat yang sangat
besar dalam menghilangkan debu dan mikroba, lebih dari membasuh
hidung. Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sanpai ke siku juga
daat menghilangkan keringat dan permukaan kulit dan membersihkan
kulit dari lemak yg dipartisi oleh kelenjar kulit, dan ini biasanya
menjadi tempat yg ideal untuk berkembang biaknya bakteri.Begitu
pula dengan pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki
beserta telapak kaki yang tak kalah pentingnya untuk mencegah
berbagai infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di
negara kitae. Membasuh Kedua Telapak KakiMembasuh kedua telapak
kaki dengan memijat secara baik danpat mendatangkan perasaan tenang
dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan seluruh
perangkat tubuh. Orang yang berwudhu seakan-akan memijat seluruh
tubuhnya satu-persatu, padahal ia hanya membasuh kedua telapak
kakinya dengan air dan memijatnya dengan baik. Ini merupakan salah
satu rahasia timbulnya perasaan tenang dan nyaman yang dirasakan
oleh seorang muslim setelah berwudhu.======Wudhu dan Aliran Darah
PeriferDalam hadits riwayat empat Imam (Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad Hambali) diterangkan.Sempurnakanlah
dalam berwudhu dan gosoklah sela sela jari kalian...perintah ini
secara medis sangat bermakna. Mengapa sela sela jari yang disebut?,
ternyata di bagian itulah berjalan serabut saraf, arteri, vena, dan
pembuluh limfe. Penggosokan daerah sela sela jari itu sudah barang
tentu memperlancar..aliran darah perifer (terminal) yang menjamin
pasokan makanan dan oksigen. Kita tahu berapa banyak pasien yang
mengalami sumbatan aliran darah dan berakibat pembusukan jari jari.
Tidak jarang diantara mereka harus menjalani amputasi..elain itu,
serabut saraf juga secara langsung distimulasi oleh perbuatan kita
menggosok sela sela jari. Ujung jari sampai telapak tangan adalah
bagian yang paling sensitif, karena paling banyak mengandung simpul
reseptor saraf. Tiam 1 cm2 kulit di daerah itu, terdapat 120 230
ujung saraf peraba.
Titik titik penting terdapat di Anggota WudhuKita dapat memahami
bahwa anggota wudhu yang dibasuh adalah bagian bagian tubuh yang
biasanya banyak bersentuhan dengan dunia luar. Bagian bagian
tersebut umumnya tidak tertutup pakaian, abhakan memang menjadi
alat kontak tubuh kita dengan lingkungan, sehingga paling banyak
mengalami kontaminasi (kotoran), dan oleh karena secara logis
paling perlu dibasuh. Inilah aspek higine dalam ritual wudhu.Disisi
lain, daerah ujung lengan (siku ke bawah) dan ujung tungkai(lutut
kebawah) terdapat titik titik penting dalam akupuntur. Seluruh
organ bagian dalam memiliki lima buah titik penting apabila
dilakukan stimulasi akam memperbaiki fungsinya. Beberapa gangguan
fungsi organ juga bisa dinormalkan dengan cara menstimulasi titik
titik penting tersebut.Nabi Muhammad bersabda "berwudhu dan
gosoklah sela sela jari kalian...Perintah ini secara medis sangat
bermakna. Mengapa sela sela jari yang disebut?, ternyata di bagian
itulah berjalan serabut saraf, arteri, vena, dan pembuluh limfe.
Penggosokan daerah sela sela jari itu sudah barang tentu
memperlancar aliran darah perifer (terminal) yang menjamin pasokan
makanan dan oksigen. Kita tahu berapa banyak pasien yang mengalami
sumbatan aliran darah dan berakibat pembusukan jari jari. Tidak
jarang diantara mereka harus menjalani amputasi.Selain itu, serabut
saraf juga secara langsung distimulasi oleh perbuatan kita
menggosok sela sela jari. Ujung jari sampai telapak tangan adalah
bagian yang paling sensitif, karena paling banyak mengandung simpul
reseptor saraf. Tiam 1 cm2 kulit di daerah itu, terdapat 120 230
ujung saraf peraba.==Ear AcupuntureAkupuntur telinga berkembang
menjadi suatu cabang spesialis kedokteran di China. Menurut ilmu
akupuntur telinga adalah representasi dari tubuh manusia. Bentuk
telinga serupa dengan bentuk tubuh saat masih berupa janin yang
meringkuk dalam rahim ibu. Kepalanya adalah bagian sering dipasan
anting. Daerah lubang adalah rongga tubuh tempat tersimpanya organ
organ dalam. Melakukan stimulasi seperti wudhu akan berpengaruh
baik terhadap fungsi organ dalam. Adapun lingkaran luar
menggambarkan punggung. Pemijatannya juga seakan akan melakukan
stimulasi daerah punggung dan ruas ruas tulang belakang.lmu Brain
Gym juga menjelaskan gerakan pasang telinga. Caranya, telinga
digosok gosok sendiri dengan lembut, hingga timbul warna kemerahan
dan dirasakan dengan sensasi yang lebih hangat. Metode ini menambah
konsentrasi dan daya serap belajar anak disekolah. Akibatnya
prestasi juga meningkat. Sebaiknya anak anak diajari untuk
melakukan ini secara sadar, saat memulai belajar, baik di sekolah
maupun dirumah.
Dirangkum dari Buku Mukjizat Gerakan Sholat oleh dr. Sagiran,
M.Kes, Sp.B
DAFTAR PUSTAKA
Brashers, L Valentina.2007.Aplikasi Klinis Patofisiologi dan
Managemen.Jakarta:EGC
Efiati A,dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga H. Edisi
6.JakartaFKUI
Ganiswarna SG, Setiabudy R, dkk. 2012.Farmakologi dan Terapi,
Edisi 5.Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI
Raden, Inmar.2014.Anatomi Kedokteran Sistem Respiratorius.
Jakarta: Universitas Yarsi
Robert Dion, Gregory, Erik K. Weitzel, and Kevin C.
McMains.2013.Current Approaches to Diagnosis and Management of
Rhinitis.South Medical Journal
http://www.medscape.com/viewarticle/810615_2
Rukmini, Sri dan Herawati, Sri. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok
Sheikh, Javed. Allergic Rhinitis
http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview#showall
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke system,
Edisi 6.Jakarta: EGC
Zulliesikawati.2009. Rinitis Alergi
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/allergic-rhinitis.pdf
S. Lee, Joann.Dan Wilson, Deepen Patel,Jonathan A.Bernstein,
Pina D'Angelo,and Anne Marie Salapatek.2010. An Ideal Clinical
Non-Allergic Rhinitis (NAR) Model In An Environmental Exposure
Chamber (EEC) Induces Significant Rhinitis Symptoms Which Affects
Quality Of Life Of NAR Patients.
http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1164/ajrccm-conference.2010.181.1_MeetingAbstracts.A4207?prevSearch=non+allergic+rhinitis&searchHistoryKey=
Mukjizat Gerakan Sholat oleh dr. Sagiran, M.Kes, Sp.B