Sejarah Film The Edison Lab Thomas Edison dan asistennya William Dickson mengembangkan apa mungkin fotografi telah menjadi yang pertama dalam praktek film dalam kamera dan melihat alat. Dickson memecahkan masalah mengenai bagaimana perpindahan film dengan cepat melalui kamera dengan melubangi bagian tepi dengan lubang kecil. Pada tahun 1889, Dickson menyempurnakan sebuah mesin yang disebut kinetsocope dan memberi penjelasan lalu menunjukan bagaimana alat itu bekerja. The Nickelodions Nickelodions mempercayai penonton untuk mendapat keuntungan. Penonton diperlukan untuk kembali menarik perhatian penggemar dan mengetahui bahwa film dapat mengalami perubahan. Kebijakan ini dibuat sebagai permintaan untuk film, dan perusahaan produksi yang terbentuk secara cepat. Zukor and Griffith Adolph Zuckor memutuskan untuk meniru pembuat film dari Eropa yang membuat film dengan durasi yang lebih panjang, film yang lebih mahal yang disasarkan pada penonton kelas menegah. Lahirnya MPPC Pembuatan film terjadi selama decade antara tahun 1908-1918 telah memiliki efek jangka panjang untuk dunia perfilman di masa
19
Embed
massawatch.files.wordpress.com · Web viewBanyak aktris, aktor bahkan komedian yang terjerat kasus pembunuhan, narkoba, pemerkosaan, dsb. Reaksi publik terhadap pemberitahuan ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sejarah Film
The Edison Lab
Thomas Edison dan asistennya William Dickson mengembangkan apa mungkin fotografi
telah menjadi yang pertama dalam praktek film dalam kamera dan melihat alat. Dickson
memecahkan masalah mengenai bagaimana perpindahan film dengan cepat melalui kamera
dengan melubangi bagian tepi dengan lubang kecil. Pada tahun 1889, Dickson menyempurnakan
sebuah mesin yang disebut kinetsocope dan memberi penjelasan lalu menunjukan bagaimana alat
itu bekerja.
The Nickelodions
Nickelodions mempercayai penonton untuk mendapat keuntungan. Penonton diperlukan
untuk kembali menarik perhatian penggemar dan mengetahui bahwa film dapat mengalami
perubahan. Kebijakan ini dibuat sebagai permintaan untuk film, dan perusahaan produksi yang
terbentuk secara cepat.
Zukor and Griffith
Adolph Zuckor memutuskan untuk meniru pembuat film dari Eropa yang membuat film
dengan durasi yang lebih panjang, film yang lebih mahal yang disasarkan pada penonton kelas
menegah.
Lahirnya MPPC
Pembuatan film terjadi selama decade antara tahun 1908-1918 telah memiliki efek jangka
panjang untuk dunia perfilman di masa yang akan datang. Sebagai dasar struktur ekonomi dalam
industry film, pusat pembuatan film berpindah ke West Coast dan para produser independen
berupaya mempertahankan dengan studio utama dan menjadi kekuatan penting dalam industri.
Permintaan-permintaan besar mengenai gambar baru dibawa kompetisi. Perusahaan film kecil
memotong sudut-sudut tertentu dengan oeralatan selundupan dan memulai membuat film.
Kompetisi ini dengan cepat mencapai level yang kejam, gugatan hukum diajukan. Dalam upaya
untuk membawa bisnis dan megurangi biaya hukum, produsen film dan peralatan film terkemuka
bersatu mengumpulkan pola mereka dan membentuk MPPC (Motion Pictures Patent Company).
The star sistem
Aura glamor sekitar Hollywood dan bintang-bintangnya mungkin tidak akan muncul jika
MPPC tidak terlalu keras kepala. Sedangkan perusahaan tetap menolak untuk mempublikasikan
penyanyi, sehingga pihak independen menyatakan bahwa minat penggemar di actor dan aktris
dapat digunakan untuk menarik perhatian orang banyak jauh dari film yang ditawarkan oleh
MPPC. Terdapat dua aktris terbaik dalam pertumbuhan star system ini, yaitu Marry Pickford dan
Charlie Chaplin.
1913 : Film Chaplin meraup 150 US Dollar setiap minggunya dan Marry Pickford meraup
1000 US Dollar dalam seminggu.
1918 : Marry Pickford meraup 15.000 hingga 20.000 US dollar setiap minggunya
1919 : star sistem mencapai keputusan akhirnya. Chaplin dan Pickford hengkang.
Konsolidasi dan pertumbuhan
Kenaikan biaya pembuatan film manjadi hal yang penting bagi para produser film untuk
memastikan bahwa perusahaan film sudah menjadikan suatu teater yang besar sehingga
mendapatkan keuntungan. Di bawah tekanan ekonomi ini, produksi film berada dalam posisi
konsolidasi. Setiap pemilik studio teater harus mengatur para independen melalu kebijakan yang
dikenal sebagai block booking. Untuk menerima dua atau tiga toplight film dari sebuah studio,
pemilik teater harus menyetujui untuk menampilkan lima atau enam film dalam kualitas rendah.
Meskipun peraturan ini dianggap kurang bermanfaat namun ini menjamin produksi film
mendapat pendapatan yang stabil. Pada jaman akhir perang di tahun 1918, industri perfilman
America mendominasi film di dunia, 80% pasar dunia. Sebagai permulaan pada tahun 1920an,
ketua perusahaan produksi film yang nyaman, makmur, dan santai sebagai kunci dalam bisnis
film seperti MPPC yang lama. Mereka terganti hanya dalam waktu sebentar.
The Roaring Twenties
Keuntungan dari produksi film mulai meningkat dan pemborosan menjadi semboyan bagi para
pembuat film yang memiliki prinsip, salah satu cara untuk membuat uang adalah dengan
menghabiskan uang. Antara tahun 1914 sampai 1924, biaya untuk sebuah fitur film meningkat
hingga 1500%. Upah, lokasi syuting, kostum, alat pendukung, dan hak untuk menjadi best sellers
semua itu dikontribusikan lewat anggaran pembuatan film. Bahkan, pengacara untuk United
Artist dibayar 100.000 dollar per tahun. Pada 1927, rata-rata produksi film membutuhkan biaya
sekitar 200.000 dollar dan beberapa film mengeluarkan biaya lebih dari itu. Upah yang besar
membuat pertumbuhan yang cepat di Hollywood karena kemakmuran yang datang secara tiba-
tiba. Banyak orang yang terbilang masih cukup muda, masih belum siap dengan godaan-godaan
yang muncul karena kaya mendadak. Setelah beberapa lama, banyak koran yang melaporkan
cerita tentang pesta-pesta, penyelundupan minum-minuman keras, prostitusi, narkoba.
Hollywood kemudian dijuluki sebagai “Sin City”. Banyak aktris, aktor bahkan komedian yang
terjerat kasus pembunuhan, narkoba, pemerkosaan, dsb. Reaksi publik terhadap pemberitahuan
ini dapat diprediksi, yaitu kemarahan dan penghinaan. Pada akhir tahun, politikus di 36 negara
telah memperkenalkan rencana undang-undang untuk mengatur sensor dalam film. Dengan nama
Motion Pictures Producers and Distributors Association, organisasi ini telah berhasil berangkat
dari kontrol pemerintah, dan memiliki standar dasar yang ditetapkan dan berlaku selama hampir
empat dekade.
The Coming of Sound
Bisnis berjalan dengan lancar pada tahun 1920-an dan studio-studio besar tidak mau mencoba
bereksperimen lewat tehnik-tehnik baru.Warner Bros contohnya, tidak memiliki kondisi finansial
yang baik dibandingkan dengan studio yang lainnya. Dikarenakan Warner tidak memiliki
bioskop sendiri di kota-kota besar dan filmnya tidak dapat menembus pasar sesuai dengan apa
yang diharapkan. Hal ini menyebabkan perusahaan tersebut rela untuk mencoba apapun untuk
menampilkan filmnya dalam bioskop. Pada 1927, Warner merilis The Jazz Singer, dimana Al
Jolson tidak hanya bernyanyi tetapi juga berbicara dari layar. Hal yang baru dalam suara film
memberi dorongan kepada industri film, walaupun terdapat efek penurunan dalam hal ekonomi.
Pada 1929, rata-rata hadirin dari film mingguan adalah 80 juta dan pada 1930, telah mencapai 90
juta. Industri film memulai inovasi mereka untuk memikat penonton. Becky Sharp misalnya,
dibuat dengan proses baru yaitu Technicolor pada tahun 1935. Film kartun animasi juga mulai
menarik penonton dengan jumlah yang besar. Semua aktivitas baru ini membuat Hollywood
memproduksi lebih banyak lagi film, hampir 400 film per tahun selama tahun 1930-an. Jumlah
biaya yang besar diperlukan untuk mengkonversi suara dan kondisi keuangan yang buruk
memaksa perusahaan film yang kecil keluar dari bisnis perfilman.
The Studio Years
Tahun 1930 sampai 1950 merupakan tahunnya studio. MGM, 20th Century Fox, RKO, Warner
Brothers, Paramount, Universal, Columbia, and United Artist mendominasi industri perfilman.
Studio-studio ini membuat ratusan are tanah untuk lokasi syuting, dan bahkan menyewa selebriti
papan atas. Penonton mendukung/memuja dan idola favorit mereka, yang menggambarkan dunia
fantasi, dsb.
Studio-studio perseorangan meninggalkan cap/kesan/jejak mereka pada film. Sebagai contoh,
selama ini, Warner Bros terkenal dengan film gangster, 20th Century Fox terkenal dengan film
historikal dan petualangan, dan MGM terkenal dengan lavish, star-studded musicals. Pada tahun
1939 sampai 1941, adalah periode yang sangat penting karena film banyak diberi penghargaan.
Penonton dan keuntungan yang didapat mulai meningkat pada tahun 1934.Pada tahun 1940-an,
menonton film sama saja seperti bagian dari kehidupan orang Amerika, sama seperti menonton
televisi saat ini. Faktanya, pada tahun 1946 merupakan puncak minat orang-orang untuk
menonton film. Rata-rata penonton yang hadir hampir mencapai 90 juta orang setiap minggunya.
Pada tahun 1948, semua itu mulai berubah.
Kembali ke tahun 1938, pengadilan mengajukan gugatan terhadap Paramount dan perusahaan
film besar lainnya, menuduh bahwa kontrol industri perfilman terhadap produksi,
pendistribusian, dan penayangan film dapat membatasi praktek perdagangan dan monopoli
industri lain. Kasus ini telah dibatalkan, tetapi pada tahun 1948, pengadilan meminta perusahaan-
perusahaan film besar untuk mengurangi paling tidak satu dari tiga studio yang digunakan
sebagai tempat pembuatan film. Pengadilan juga menghilangkan sistem block booking dan
mencabut jaminan semua pembuatan film. Sebagai hasilnya, studio-studio tersebut harus
mengurangi produksi film dan biaya yang digunakan.
Industri Film Bereaksi Terhadap Tv
Ketika televisi mulai membangun penonton yang cukup besar selama tahun 1940-an,
kemudian muncul industri film yang memotong perkembangan televisi menjadi keuntungan
pada industri film. Reaksi pertama dari industry film ini adalah untuk melawan balik. Studio
menolak keras untuk mengiklankan film mereka di televisi, dan mereka tidak akan merilis film-
film lama untuk ditayangkan pada media yang lebih baru. Banyak studio menulis klausa dalam
kontrak dari bintang utama mereka melarang mereka untuk tampil di televisi. Tidak ada upaya
yang cukup untuk memiliki efek pada pertumbuhan popularitas televisi, semakin banyak orang
Amerika membeli perangkat televisi, sementara film yang hadir semakin menurun.
Penyusunan Kembali: Industri Film 1960-1990
Tahun 1960 ditandai oleh kekuatan memudarnya studio besar dan afiliasi dekat dengan
persaingan lama mereka, televisi. Kenaikan lanjutan dari produser independen menyebabkan
hilangnya kekuasaan bersamaan dengan studio. Sebagai rumah produksi yang utama menekan
biaya, mereka melepas banyak aktor, penulis, dan sutradara yang tentu cukup dibentuk kecil,
perusahaan produksi independen menggunakan studio besar untuk pembiayaan dan distribusi,
independen ini dan para seniman mereka dipekerjakan dengan gaji yang kecil dalam pertukaran
untuk persentasi keuntungan dalam film. Pada pertengahan 1960-an, sekitar 80 persen dari film-
film Amerika di produksi secara independen.
Tren Kontemporer dalam Film
20 lebih tahun terakhir telah menguntungkan untuk industri film. Meskipun bioskop
hanya mengalami peningkatan yang kecil, harga tiket yang tinggi telah mendorong pendapatan
Box Office untuk mecapai rekor. Di samping itu, penjualan dan pendapatan sewa film pada kaset
video dan terutama DVD terus melonjak yang “aftermarket” sewa dan penjualan pendapatan,
kini jauh terhalang Box Office sebagai sumber yang paling penting dari pendapatan industri.
Film pada Era Digital
Pembuatan Film
Pembuatan film digital sudah menjadi suatu kegiatan yang nyata dan menjadi cara yang
digunakan untuk produksi film di masa sekarang. Efek-efek khusus seperti yang tedapat dalam
film X2 dan Spider-Man diciptakan secara digital. Begitu juga dengan produksi film Star Wars:
Attack of the Clones yang sepenuhnya diambil secara digital. Pada film Lord of The Rings: The
Two Towers, karakter Gollum dihasilkan dari editan computer dengan menggunakan aktor
aslinya yang dilengkapi dengan sensor dan teknologi digital. Banyak perusahaan produksi yang
menggunakan digital harian (adegan yang diambil pada satu hari tertentu selama pembuatan
film). Dianggap lebih efisien karena tidak harus menunggu film-film untuk diproses dan dicetak,
dengan cara ini dapat dikonversi ke video digital dan melihatnya hanya dalam beberapa jam
setelah video itu diambil ini membuat lebih mudah bagi studio untuk memperbaiki masalah
sementara para pemain film dan perlengkapan produksi masih tersedia di tempat produksi film
tersebut.
Distribusi Digital
Di bawah sistem distribusi film saat ini, ratusan salinan film yang telah digandakan, dimasukan
ke dalam kaleng logam yang besar dan dikirim ke berbagai bioskop di berbagai negara. Cara ini
merupakan proses distribusi yang mahal karena satu kopi film memakan biaya lebih dari 2000
dollar dalam pembuatannya, dan sebuah film yang dirilis secara mendunia akan membutuhkan
ratusan kopi.
Sebaliknya, film digital dapat didistribusikan dengan biaya yang jauh lebih murah. Film tersebut
dapat dikirim lewat cakram atau secara elektronik dengan menggunakan satelit, serat optik, atau
bahkan lewat internet. Perbedaannya sangat jauh jika menggunakan sistem lama yang
mengirimkan film lewat wadah/kotak logam. Cara digital ini dapat menghemat biaya distribusi
film lebih dari $1 milyar dollar per tahun Masalah terbesar ketika beralih menggunakan sistem
digital adalah hampir semua bioskop saat ini belum dilengkapi oleh alat untuk menerima ataupun
menampilkan film versi digital. Melengkapi bioskop-bioskop dengan alat untuk melakukan
distribusi secara digital memerlukan biaya yang mahal.
Digital Projection
Merupakan suatu film digital yang akan ditayangkan pada teater harus menggunakan sebuah
proyektor digital khusus. Beberapa perusahaan, termasuk Kodak memiliki proyektor digital yang
dan difungsikan untuk meningkatkan mereka.
Mencegah Pembajakan
Pembajakan adalah menggandakan film secara ilegal. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Hal yang paling umum adalah seseorang mencuri dengan cara merekam keseluruhan isi
film. Film dikonversi ke data digital dan dirancang agar tersedia dalam bentuk online atau DVD.
Beberapa orang yang berpengalaman memiliki keahlian untuk memperoleh salinan film yang
dikirimkan pada pelaksana film untuk membuat duplikat film secara ilegal. Hollywood telah
mengeluarkan sebuah program untuk menyerang para pembajak film. Cara pertama adalah
meningkatkan perlindungan penggandaan. Solusi yang lain adalah meminta perancang komputer
untuk membuat perlindungan pada hardisk yang dirancang agar tidak dapat melakukan
penyebaran film bajakan di internet.
Movie Link
Hollywod juga memerangi pembajakan dengan menyediakan alternative yang illegal bagi
konsumen. Pada tahun 2002 lima studio besar mengeluarkan situs film yang dapat ditonton dan
di unduh melalui internet. Sekitar 200 film tersedia dan pelanggan bisa membayar antara $2
sampai $4 untuk menonton film. Biasanya untuk mengunduh film membutuhkan waktu satu jam
dengan jaringan koneksi yang cepat. Setelah pembayaran diterima, pelanggan memiliki 30 hari
untuk menonton film tersebut. Sekali film itu diaktifkan, pelanggan bisa menontonnya kapanpun
mereka inginkan selama 24 jam namun mereka tidak dapat menggandakan film dalam bentuk
dvd. Setelah 24 jam film tidak lagi dapat diputar.
Organisation of The Film Industry
1. Production
Film diproduksi dari berbagai organisasi dan individu. Selama beberapa tahun,
studio-studio besar mengendalikan semua produksi visual, tapi para produser yang berdiri
sendiri baru-baru ini menjadi popular. Studio besar sekarang ini mendistribusikan dan
membiayai berbagai film yang dibuat oleh perusahaan independen.
Studio film dibedakan menjadi empat bagian utama, (1) produksi film, (2)
distribusi, (3) produksi tv, (4) administrasi. Bagian prodiuksi film menangani semua
elemen yang termasuk dalam pembuatan film, pengembangan naskah, casting, seni,
make-up, dan setting. Bagian distribusi menangani pemasaran dan kontrak untuk
domestic dan mendunia serta penyebaran film pada bioskop-bioskop. Seperti namanya,
divisi pertelevisian mengembangkan dan memproduksi film serta series dalam
penayangan perdananya. Sementara itu bagian administrasi menangani pemasaran,
pendanaan, dan pengurusan ijin.
2. Distribution
Bertanggungjawab untuk memasok cetakan film ke berbagai bioskop-bioskop
yang tersebar di US dan seluruh dunia. Dalam beberapa tahun ini, perusahaan distribusi
juga menyuaplai persediaan film dalam jaringan pertelevisian dan untuk pembuat kaset
VCD dan DVD. Perusahaan distribusi mempertahankan kedekatan hubungan dengan
pemilik bioskop yang berada diseluruh dunia dan juga menyediakan transportasi untuk
mengangantarkan film-film tersebut ke berbagai bioskop yang tersebar. Selain untuk
pemesanan film di bioskop local, perusahaan distribusi juga bertanggungjawab dalam
membuat hasil cetakan yang diperlukan ketika film dirilis secara serentak. Mereka juga
menangani bagian periklanan dan promosi film. Kebanyakan dari distribusi film ditangai
oleh studio-studio besar. Dalam aspek ini perusahaan-perusahaan akan dengan serius
berkecimpung dalam kedua produksi dan distribusi. Distribusi film memastikan bahwa
perusahan-perusahaan mendapat porsi banyak dalam bisnis. Pertama karena produser
individu dan perusahaan kecil akan mengeluarkan banyak uang untuk menghubungi
bisokop-bioskop, kedua, rumah produksi yang besar dapat menawarkan para pemilik
bioskop akan menjadi pelanggan tetap untuk film-film besar yang ditayangkan.
3. Penayangan
Penayangan oleh industry yang memulai dalam sebuah gedung mulai marak pada
akhir 1990an, pembangunan biskop multiscreen yang baru dengan model tempat duduk
bertingkat dan surround sound.
Tahun 2000 terdapat 37400 bioskop di US dan terus bertambah.
Tahun 2002 bioskop yang ada di US jumlahnya menurun
Sejarah Perkembangan Film di Indonesia
Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia
(Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah
Abang dengan tema film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di
Den Haag. Namun pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu
mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat
penonton.
Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari
Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu, dan film cerita impor ini
cukup laku di Indonesia, dibuktikan dengan jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik
tontonan baru ini ternyata mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926,
dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company, adalah sebuah
film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang, karena pada tahun tersebut di belahan dunia
yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi. Kemudian, perusahaan yang sama
memproduksi film kedua mereka dengan judul “Eulis Atjih”.
Setelah film kedua ini diproduksi, kemudian muncul perusahaan-perusahaan film
lainnya seperti Halimun Film Bandung yang membuat Lily van Java dan Central Java Film
(Semarang) yang memproduksi Setangan Berlumur Darah. Untuk lebih mempopulerkan film
Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30
Maret - 5 April 1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan
Perusahaan Film Indonesia). Kemudian film “Jam Malam” karya Usmar Ismail tampil sebagai film
terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II
di Singapura. Film ini juga dianggap karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah film yang menyampaikan
kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan.
Pertengahan ‘90-an, film-film nasional yang tengah menghadapi krisis ekonomi harus bersaing keras
dengan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Apalagi dengan kehadiran Laser Disc, VCD
dan DVD yang makin memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor. Namun di sisi lain,
kehadiran kamera-kamera digital berdampak positif juga dalam dunia film Indonesia, karena dengan
adanya kamera digital, mulailah terbangun komunitas film-film independen. Film-film yang dibuat di
luar aturan baku yang ada.
Film-film mulai diproduksi dengan spirit militan. Meskipun banyak film yang kelihatan amatir
namun terdapat juga film-film dengan kualitas sinematografi yang baik, Sayangnya film-film
independen ini masih belum memiliki jaringan peredaran yang baik, sehingga film-film ini hanya
bisa dilihat secara terbatas dan di ajang festival saja. Baru kemudian pada Tanggal 19 Desember
2009 Film Laskar Pelangi meraih Penghargaan sebagai Film Terbaik se-Asia Pasifik di Festival Film
Asia Pasifik yg diselenggarakan di Taiwan.
Studi Kasus
Akhir-akhir ini pada zaman digital, banyak tersedia situs website yang menyediakan film streaming
seperti layar kaca 21 seperti gambar yang tertera di bawah ini :
Seperti gambar di atas, dapat terlihat bahwa banyak film-film yang tersedia untuk para penggemar
film. Keberadaan laman web ini dapat menguntungkan bagi tiga pihak, antara lain yang pertama
pemilikn website. Pemilik website dapat mendapat keuntungan dari advertisement yang memasang
iklan di halaman web nya, keuntungan lain yang didapat adalah website mendapatkan viewers yang
selalu mengikuti update dari website tersebut. Bagi Penggemar film, dapat dimudahkan dalam
menyalurkan kegemaran mereka menonton film dengan lebih hemat, fleksibel. Bagi pemasang iklan,
mereka dapat menarik konsumen-konsumen baru ketika iklan dipasang pada website tersebut
sehingga produknya dapat dikenal banyak orang. Namun kelebihan-kelebihan ini tidak menutupi
adanya sisi negative dari keberadaan laman penyedia film streaming karena keberadaanya memicu
adanya pembajakan yang tidak dapat diawasi oleh sang pembuat film yang asli.
sDaftar Pustaka : Dominick, Joseph R.2008. The Dynamics of Mass Communication, Media in The Digital Age.Mc Graw Hill:
New York
http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217.pdf (D.Joseph). Diakses pada Selasa, 21
Maret 2017
http://lk21.org/ Diakses pada Selasa, 21 Maret 2017