12 PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT 12.1 Perkembangan angkutan laut di Indonesia Sejarah angkutan laut atau pelayaran di Indonesia tidak terlepas dari migrasi penduduk dan perdagangan yang menyebar di 17.557 pulau. Angkutan atau transportasi laut merupakan penghubung, pendekat dan pemersatu antar bngsa/negara. Angkutan laut merupakan sarana transportasi yang tertua di dunia, bahkan telah dimulai sejak 3000 tahun sebelum masehi yaitu ketika bangsa Yunani menyeberangi laut tengah untuk melakukan pertukaran barang antar negara. Pelayaran bangsa Yunani ini kemudian pada abad pertengahan telah mendorong bangsa-bangsa Eropah seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Denmark, Jerman, Perancis dan Inggris untuk mengarungi laut dari Eropah hingga menemukan benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Pada awalnya, pelayaran antar negara berifat perdagangan murni namun pada akhirnya berubah ke arah kolonialisme dan imperialisme terutama di sebagian besar negara Asia dan Afrika. Pelayaran antar benua juga didorong oleh adanya realitas bahwa jumlah dan sebaran sumberdaya alam baik nabati, hewani maupun mineral bersifat tidak merata di mana sebagian negara memiliki sumberdaya alam yang berlimpah ruah sedang sebagian negara lainnya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali. Dengan kata lain, berlaku hukum sumberdaya alam yang melimpah ruahLaw of plentiful of natural resources) dan hukum kejarangan sumberdaya alam (Law of scarcity of natural resources). 124
29
Embed
ptn15b.files.wordpress.com€¦ · Web view(bangsa Indonesia 3. 1 2 . abad),terutama di pulau Jawa, Sumatra , Sulawesi, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya.. Dominasi dan eksploitasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12 PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT
12.1 Perkembangan angkutan laut di Indonesia
Sejarah angkutan laut atau pelayaran di Indonesia tidak terlepas dari migrasi penduduk
dan perdagangan yang menyebar di 17.557 pulau. Angkutan atau transportasi laut merupakan
penghubung, pendekat dan pemersatu antar bngsa/negara. Angkutan laut merupakan sarana
transportasi yang tertua di dunia, bahkan telah dimulai sejak 3000 tahun sebelum masehi
yaitu ketika bangsa Yunani menyeberangi laut tengah untuk melakukan pertukaran barang
antar negara. Pelayaran bangsa Yunani ini kemudian pada abad pertengahan telah mendorong
bangsa-bangsa Eropah seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Denmark, Jerman, Perancis dan
Inggris untuk mengarungi laut dari Eropah hingga menemukan benua Asia, Afrika, Amerika
dan Australia. Pada awalnya, pelayaran antar negara berifat perdagangan murni namun pada
akhirnya berubah ke arah kolonialisme dan imperialisme terutama di sebagian besar negara
Asia dan Afrika.
Pelayaran antar benua juga didorong oleh adanya realitas bahwa jumlah dan sebaran
sumberdaya alam baik nabati, hewani maupun mineral bersifat tidak merata di mana
sebagian negara memiliki sumberdaya alam yang berlimpah ruah sedang sebagian negara
lainnya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali. Dengan kata lain, berlaku
hukum sumberdaya alam yang melimpah ruahLaw of plentiful of natural resources) dan
hukum kejarangan sumberdaya alam (Law of scarcity of natural resources). Dalam praktek
perdagangan, kedua hukum tersebut mampu mengkaitkan atau menghubungkan kepentingan
antara pihak yang memiliki maupun yang tidak memiliki sumberdaya alam bahkan mampu
mendorong Jepang sebagai negara yang tidak memiliki sumberdaya alam (SDA) untuk
mengembangkan tehnologi untuk menguasai dunia.
Pengaruh kemajuan negara-negara Eropah terhadap Indonesia sangat besar seperti tata
cara perhubungan laut Inggris ( Brittain rulesthe waves) ke seluruh anggota persemakmuran
sampai pada eksploitasi sumberdaya alam khususnya rempah-rempah yang dilakukan
Belanda di negeri jajahan. Indonesia pada dasarnya adalah sumber rempah-rempah, cengkeh,
kopi, lada, karet, hasil palawija dan beragam hasil tambang yang dibutuhkan Belanda selama
ratusan tahun, ternyata mampu memakmurkan penjajah dan kelompok negara di sekitarnya.
Belanda dengan kebijakan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)mengakibatkan
kemiskinan, kemelaratan dan keterbelakangan negeri jajahan dalam kurun waktu yang lama
124
(bangsa Indonesia 312 abad),terutama di pulau Jawa, Sumatra , Sulawesi, Kalimantan, dan
pulau-pulau lainnya. Dominasi dan eksploitasi oleh penjajah Inggris, Belanda, Portugis atas
Indonesia membutuhkan sistem angkutan laut dan sistem pelayaran seperti kebutuhan kapal
laut, navigasi, pelabuhan, dermaga maupun peraturan pelayaran dunia. Selama penjajahan
Belanda hampir semua sistem pelayaran dan sistem angkutan laut dikuasai oleh pemerintah
kolonialsehingga sistem pelayaran, kapal, dermaga, gudang pelabuhan (veem), dan
sebagainya diarahkan untuk mempertahankan dan memperlancar kepentingan Belanda di
Indonesia.
Indonesia sebagai negara maritim memiliki sejarah panjang terhadap sistem transportasi
laut. Pada awalnya, dengan bentuk negara kepulauan telah mendorong putera-putera daerah
untuk membangun sistem transportasi lokal untuk mempertahankan kekuasaan, komunikasi,
transportasi maupun perdagangan antar pulau. Secara historis, di bumi nusantara ini pernah
mengalami kejayaan yang ditandai oleh munculnya negara-negara kerajaan yang tersebar di
seluruh wilayah dan puncaknya terjadi pada masa negara kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Pengaruh kekuasaan dan perdagangan negara-negara kerajaan tersebut meliputi wilayah yang
sangat luas yaitu memanjang dari Afrika di bagian barat sampai ke Cina di bagian timur atau
hampir 13 dunia. Dengan luas pengaruh itu maka bangsa Indonesia atau nusantara dikenal
luas oleh negara-negara Eropah dan negara-negara Asia sendiri, akibatnya, nusantara banyak
didatangi oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kedatangan bangsa-bangsa asing ini pada
awalya murni untuk perdagangan namun pada akhirnya berubah menjadi kolonialisme dan
imperialisme.
Pengalaman transportasi laut bangsa Indonesia di masa lalu telah mampu menciptakan
sistem komunikasi antar suku-antar pulau yang menjadi embrio bagi terciptanya persatuan
dan kesatuan bangsa. Puncak kejayaan negara kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah
membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu menjalin hubungan antar bangsa dalam
kondisi yang sederajat, bebas-aktif dan saling menguntungkan kepentingan nasional. Dalam
kehidupan kedaerahan, telah melahirkan kearifan lokal pada masyarakat Bugis (Sulawesi
Selatan) yaitu semboyan “jalesveva jaya mahe” yang berarti dilaut kita menang.
Berbarengan dengan itu masyarakat Bugis juga menemukan sistem pelayaran rakyat dengan
“perahu pinisi” yaitu perahu yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menyediakan jasa
125
transportasi angkutan laut menuju pulau-pulau yang sangat jauh. Bentuk dan ukuran perahu
pinisi pada waktu itu masih kecil dan sederhana namun berkat kepiawaian masyarakat Bugis
mampu mengarungi samudra yang luas bahkan perahu pinisi mampu menjangkau daerah-
daerah di seluruh pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan sebagainya. Selain perahu pinisi,
kita juga menemukan istilah-istilah sampan, tongkang, rakit atau gethek yang digunkan
bangsa Indonesia untuk menyeberangi selat baik untuk transportasi manusia maupun
perdagangan barang. Sampai saat ini bentuk perahu sederhana dan berukuran kecil masih
digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia terutama pada pulau-pulau kecil. Inilah
kehebatan bangsa Indonesia di masa lalu yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa Eropah.
Kapal laut merupakan sarana transportasi penting bagi bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu sampai sekarang. Jika ditilik dari relief candi Borobudur, dapat disimpulkan bahwa
pada saat itu bangsa Indonesia sudah mengenal kapal laut meskipun bentu dan fungsinya
masih sangat sederhana. Transportasi laut menempati fungsi yang sangat penting ketika kita
melihat bentuk wilayah Indonesia adalah negara kepulauan yang di dalamnya terdapat 17.557
pulau baik pulau besar maupun kecil. Ini berarti bahwa transportasi laut memegang kendali
penting dalam proses migrasi manusia, perdagangan dan komunikasi masyarakat antar pulau
di seluruh wilayah. Dalam konteks yang lebih luas, dapat disimpulkan bahwa transportasi
laut tidak hanya berhubungan dengan transportasi antar suku saja, melainkan sudah
mencakup migrasi antar bangsa, perdagangan internasional dan hubungan antar bangsa.
Perkembangan teknologi pembuatan kapal mengalami pertumbuhan yang sesuai
dengan zamannya. Pada awalnya teknologi pembuatan kapal dilakukan secara manual dan
masih sangat sederhana, seperti : pembuatan rakit. Rakit terbuat dari bambu atau rotan atau
benda mengapung lainnya yang diikat dengan tali. Penggunaan rakit dilakukan dengan cara
mengapungkan rakit ke sungai atau selat yang memiliki gelombang air rendah sedang teknik
menggerakkan dengan tenaga manusia baik dengan tongkat bambu, kayu atau dengan tenaga
angin/layar. Teknologi pembuatan kapal yang lebih rumit adalah pembuatan tongkang atau
perahu nelayan yang sudah memiliki bentuk seperti kapal-kapal besar. Teknik menggerakkan
tongkang/perahu nelayan dilakukan dengan caramanual
Kondisi umum penyelenggaraan transportasi laut di Indonesia, pada dasarnya dapat
dipilah ke dalam lima elemen kondisi, yaitu: (1) kondisi angkutan di perairan; (2) kondisi
kepelabuhanan; (3) kondisi keselamatan dan keamanan pelayaran; (4) kondisi perlindungan
126
lingkungan maritim dan (5) kondidi sumberdaya manusia. Kelima kondisi tersebut bekerja
saling berinteraksi dan saling tergantung satu dengan yang lain dalam mewujudkan sistem
penyelenggaraan transportasi laut yang efektif dan efisien. Kondisi sistem penyelenggaraan
transportasi laut nasional dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 kondisi Penyelenggaraan Transportasi laut nasional
Penjelasan masing-masing kondisi penyelenggaraan transportasi laut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Kondisi bidang transportasi di perairan
127
Permintaan jasa angkutan laut yang teratur, lancar, aman, selamat, tertib, nyaman dan terjangkau
Penyelenggaraan angkutan barang dan penumpang yang efektif dan efisien
KEBIJAKAN STRATEGIS DAN REGULASI
Penyelenggaraan Regulasi dan penyediaan jasa :1. Kapal (Vehicle) sebagai pelaksana
kegiatan angkuran laut2. Pelabuhan (Terminal) sebagai
pelaksana kegiatan kepelabuhanan3. Keselamatan dan Keamanan angkutan
sebagai penyedia fasilitas keselamatan pelayaran, penegakan hukum dan jaminan keamanan pelaayaran
4. Perlindungan lingkungan maritim sebagai penjaga keselamatan ekologis di laut
Kendala yang dihadapi :Sistem Transportasi laut belum mampu melakukan perubahan dan good governance yang menyeluruh. Indikator 1. Regulator belum maksimal dalam
mengelola Business as usual2. Operator: a. belum sepenuhnya
profit oriented, b. mampu menutup biaya operasi (cost recovery), c. masih bersifat monopolistik dan d. masih boros (high cost)
3. User: kemampuan membayar tiket rendah
4. Iklim kemitraan antara pemerintah dengan swasa belum terwujud
Efektif : Fasilitas, kualitas, usaha dan akseptabilitas
Efisien: Utilitas dan beban publik
b. Perkembangan armada transportasi nasional
128
c. Perkembangan jasa transportasi di perairan
129
d. Perkembangan bidang transportasi laut
Penyelenggaraan bidang transportasi laut pada dasarnya dapat dipilah ke dalam tiga bidang, yaitu:a. Transportasi angkutan laut perintis. Kondisi angkutan laut perintis, pada umumnya
menggambarkan lingkungan daerah perintis sesuai dengan kondisi alamnya, yang secara umum nampak sebagai berikut:
130
1) Kondisi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi (tempat berlabuh) pada umumnya belum memiliki program pembangunan dan sistem layanan secara terpadu baik oleh pemerintah daerah (provinsi/kota/kabupaten) maupun oleh instansi terkait.
2) Waktu perjalanan dalam satu kali berlayar pada umumnya lebih dari 14 hari (2 minggu) sehingga belum memenuhi syarat standar layanan kebutuhan masyarakat yang ideal
3) Sebagian besar kapal yang digunakan untuk sarana transportasi adalah kapal barang yang diberikan dispensasi untuk mengangkut penumpang. Pada umumnya, kapal yang digunakan masih berskala kecil, jumlahnya sangat terbatas, sebaran tidak merata dan masih terdapat kapal tradisional.
4) Jadual pengoperasian transportasi kapal perintis, penyeberangan perintis dan transportasi penumpang pada umumnya belum tertib waktu dan terpadu sehingga sering terjadi keterlambatan dalam penyelenggaraan transportasi.
5) Perawatan dan pemeliharaan kapal perintis belum optimal dan masih cenderung bersifat tradisional sehingga kondisi teknis kapal tidak terdeteksi oleh standar normal laik operasi. Hal ini dapat dipahami karena jumlah dan sebaran tempat reparasi dan pemeliharaan kapal (dok) belum merata di seluruh wilayah.
6) Kondisi pelabuhan perintis pada umumnya belum memiliki fasilitas pelabuhan yang lengkap dan sistem navigasi pelayaran masih bersifat tradisional sehingga sedikit banyak mengganggu kedatangan dan keberangkatan (embarkasi/debarkasi) kapal.
b. Kemampuan pangsa muatan angkutan laut luar negeri (Beyond Cabotage) yaitu jumlah pangsa pasar yang dapat dicapai dalam perdagangan internasional sepanjang tahun. Kemampuan untuk mengangkut muatan dalam perdagaangan transnasional dan multinasional dengan kapal sendiri (nasional) akan menentukan kontribusi yang diberikan oleh transportasi laut terhadap neraca pembayaran (perdagangan) Indonesia. Pada tahun 2012, menurut dirjen Perhubungan Laut, pangsa pasar internasional yang dapat dicapai masih 9,5% dari total volume perdagangan internasional sedang 90,5% pangsa pasar dikuasai oleh kapal-kapal asing. Akibatnya dengan pencapaian sejumlah itu ternyata neraca pembayaran Indonesia masih defisit USD 10 milyar.
c. Izin penggunaan kapal asing. Kondisi pelayaran dan transportasi laut di Indonesia ternyata masih semrawut, seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa lebih dari 90% armada kapal adalah kapal asing. Permasalahan ini menjadi semakin runyam karena banyak kapal asing yang memasang bendera Indonesia selama dalam wilayah hukum Indonesia. Akibatnya, lalulintas di perairan Indonesia seakan-akan dipenuhi oleh kapal nasional, namun kenyataannya adalah kapal asing. Pelanggaran ini sangat merugikan negara Indonesia baik dari sisi kedaulatan negara, hukum internasional, hukum nasional maupun kepentingan ekonomi nasional. Oleh karena itu, lalulintas kapal asing harus dengan izin yang jelas dan ditangani secara cermat dan profesional. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan betapa banyak illegal fishing, illegal mining, penyelundupan barang/manusia, dan kegiatan yang sangat merugikan negara
131
Indonesia. Kondisi seperti ini memerlukan tindak lanjut dan pemantauan secara maksimal agar lalulintas kapal dapat dikendalikan dan ditangani secara benar baik terhadap jenis kapal, ukuran kapal, peruntukan kapal, tujuan pemuatan, kesesuaian wilayah kerja maupun pembayaran biaya-biaya yang berkaitan dengan kepelabuhan dan kemaritiman Indonesia.
e. Kebijakan strategis Dirjen Perhubungan laut. Kebijakan strategis Dirjen Perla dapat
dirinci ke dalam tiga kategori kebijakan, yaitu :
1) Kebijakan penerbitan Surat Izin Usaha dan Pengoperasian angkutan laut (SIUPAL).
Jumlah perusahaan angkutan laut yang mengurus SIUPAL dari tahun ke tahun
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Sebagai ilustrasi, berdasar
UU No 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran, pada tahun 2011
dirjen Perla telah menerbitkan SIUPAL terhadap 398 perusahaan yang melibatkan
2016 armada kapal sedang tahun 2012 meningkat menjadi 426 perusahaan yang
melibatkan 2261 armada kapal. Implementasi UU No 5 tahun 2005 diharapkan dapat
mendorong berkembangnya industri perkapalan dan pelayaran nasional sesuai tugas,
fungsi dan kewenangan masing-masing. Sampai dengan tahun 2012, pemerintah
telah memberikan SIOPAL sebanyak 11.791 kapal yaitu akumulasi jumlah SIOPAL
baik kapal asing maupun kapal nasional sampai dengan tahun 2012. Permasalahan
yang muncul adalah negara Indonesia masih belum mampu memantau jumlah dan
sebaran kapal asing yang berlayar di Indonesia, terutama sebagai akibat penggunaan
bendera Indonesia bagi kapal-kapal asing yang berlayar di perairan Indonesia.
Keberadaan kapal-kapal tersebut (kapal asing dan kapal nasional) mendorong negara
Indonesia untuk membangun industri perkapalan nasional baru dan pembelian kapal
asing (nasionalisasi) agar kemampuan perhubungan laut semakin kuat dan tangguh.
2) Pelaksanaan perizinan berbasis teknologi informasi dan komunikasi melalui satu
pintu sehingga tata kelola perhubungan laut menjadi lebih efektif dan efisien.
3) Dalam rangka memperlancar arus transportasi pada hari-hari khusus seperti lebaran
idul Fitri, natal, tahun baru, liburan sekolah maka angkutan perintis diupayakan
mampu berfungsi maksimal dan dalam melaksanakan fungsi transportasi liburan.
f. Prediksi jangka pendek, menengah dan jangka panjang Dirjen perhubungan laut
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan angkutan laut perintis di
seluruh wilayah terpencil dan wilayah perbatasan direncanakan hal-hal berikut :
132
1) Mengusulkan trayek angkutann laut perintis disertai dengan program pembangunan
pelabuhan asal pemberangkatan dan singgah pada setiap daerah terpencil
2) Meningkatkan layanan angkutan laut perintis di beberapa daerah yang telah ada dan
akan terus dikembangkan secara merata di seluruh daerah terpencil hingga tercapai
rasio perjalanan laut rerata hingga 14 hari sedang sekarang masih 21 hari
3) Mengusulkan kapal perintis sesuai dengan karakteristik daerah yang mengoperasikan
kapal tersebut
4) Meningkatkan jadwal operasi angkutan laut perintis dan penyeberangan sehingga
kercipta keterpaduan dengan kapal-kapal berskala besar baik kapal barang maupun
penumpang yang datang maupun berangkat
5) Meningkatkan kualitas SDM baik tenaga administrasi di kantor maupun crew kapal
(nahkoda, teknisi, nautika dan sebagainya) sehingga layanan kapal dapat berjalan
secara efektif dan efisien
6) Menyiapkan SDM yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa sehingga
dapat membentuk panitia lelang terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan
7) Menyiapkan daftar inventaris kapal perintis secara urut perolehan, daftar perbaikan
dan daftar penilaian kondisi terakhir pra-docking untuk menentukan skala prioritas
kapal mana yang akan direparasi, dirawat atau diganti onderdilnya
8) Melaksanakan pengembangan fasilitas pelabuhan, dermaga, sistem navigasi dan
fasilitas pelabuhan lainnya guna meningkatkan kualitas layanan di pelabuhan
pemberangkattan maupun pelabuhan kedatangan
9) Menyiapkan ketersediaan BBM yang cukup, listrik yang stabil, ruang kesehatan dan
sebagainya.
g. Kerjasama luar negeri dalam transportasi laut
1) Indonesia sebagai anggota dari International Marine Organization (IMO) membawa
konsekuensi bahwa Indonesia harus tunduk dan bersedia untuk menjalankan semua
keputusan IMO termasuk harus bersedia mengisi jabatan dalam organisasi
2) Indonesia harus siap melaksanakan self-assessment, corrective action plan dan
bersedia untuk diaudit oleh lembaga internasional dalam kaitannya dengan IMO
133
12.2 Fasilitas angkutan laut
Angkutan laut memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan angkutan yang lain,
baik angkutan darat, ASDP, angkutan kereta api maupun angkutan yang lain. Karakteristik
khas angkutan laut antara lain adalah :
a. dapat mengangkut muatan baik barang maupun penumpang dalam jumlah besar
b. dapat menjangkau jarak yang sangat jauh
c. proses gerakan kapal lebih lambat daripada kecepatan kendaraan lain
d. penanganan muatan diperlukan cara yang lebih teliti pada setiap pelabuhan yang dilewati
terutama bila ada muatan yang perlu dipindahkan berulang kali
e. kapal laut perlu dilengkapi dengan berbagai mesin, navigasi dan nautika (awak kapal)
dan peralatan komunikasi yang lain
f. kapal laut perlu disediakan pelabuhan sebagai sarana bongkar muat angkutan barang,
menaikkan dan menurunkan penumpang dan sebagainya
g. kapal laut harus memiliki alur pelayaran yang tetap dan jelas
h. fasilitas navigasi dan komunikasi harus terhubung dengan setiap pelabuhan yang dilalui
12.3 Jenis kapal laut
Berdasar fungsinya, kapal laut dapat dibedakan menjadi empat jenis kapal laut, yaitu:
a. Kapal penumpang (Passanger ship). Kapal penumpang berfungsi untuk mengangkut
muatan manusia dalam jumlah massal sesuai dengan kapasitas daya angkut dan ukuran
kapal yaitu dari skala kecil, menengah dan besar. Berdasar skala kapal di atas, kapal
penumpang dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Kapal pesiar (Cruise ship) yaitu kapal penumpang yang khusus digunakan untuk
melayani wisata atau pesiar daritempat asal/pemberangkatan menuju tempat tujuan
dan kembali lagi ke tempat asal mereka. Pada saat ini, telah berkembang kapal-kapal
pesiar yang sangat tersohor seperti kapal Titanic, kapal Queen Mary dan kapal pesiar
lain yang menjadi pembicaraan di seluruh dunia. Kapal pesiar menyediakan beragam
fasilitas setara dengan hotel berbintang yang diperlukan untuk memenuhi semua
kebutuhan fisik baik pangan, sandang, papan, kesehatan maupun rekreasi. Didalam
kapal pesiar sudah tersedia beragam menu makanan yang ditawarkan penyelenggara
kapal pesiar sesuai dengan daerah dan tempat tujuan wisata. Kapal pesiar juga
134
menyesidakan beragam pakaian, tempat tudur dan pramuwisata yang akan
menjelaskan obyek-obyek wisata secara detail dan profesional.
2) Kapal samudera (Ocean Liner) yaitu sejenis kapal pesiar yang digunakan oleh
beragam latar belakang penumpang dari tempat asal menuju tempat tujuan masing-
masing. Perbedaan kapal samudera dengan kapal wisata adalah kapal samudera lebih
bersifat umum dan bersandar di pelabuhan-pelabuhan yang ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang, sedang kapal pesiar lebih bersifat paket
kelompok pesiar yang bersama-sama mengontrak kapal untuk berlayar sesuai dengan
tujuannya tanpa ada penambahan atau pengurangan penumpang selama dalam
perjalanan. Di dalam kapal samudera, terdapat fasilitas yang lengkap, seperti :
(1) Kamar tidur atau kamar penginapan
(2) Ruang restoran dan bar
(3) Kolam renang
(4) Ruang pertunjukan seni
(5) Fasilitas olah raga indoor dan olahraga air
(6) Ruang perawatan tubuh
(7) Tempat belanja barang khusus/souvenir
(8) Ruang planetarium
(9) Ruang dan fasilitas komunikasi berbagai latar belakang bahasa/kelas bahasa
(10) Ruang kasino
(11) Dan sebagainya
3) Kapal penyeberangan (ferry) yaitu kapal penyeberangan yang digunakan untuk
mengangkut penumpang/manusia, kendaraan penumpang, kendaraan barang dan
barang bawaan manusia. Kapal penyeberangan lebih berfungsi sebagai “jembatan”
yang secara khusus memberikan layanan penyeberangan antar pulau yang berskala
dekat dan menggunakan kapal kecil. Bentuk layanan kapal penyeberangan adalah
memfasilitasi penyeberangan selat, pesisir, sungai besar, dan sebagainya. Misalnya: