Wahabisme : Memahami Akar, Model Dan Peran Ekstremisme Islam oleh Zubair Qamar, As-Sunnah Foundation of America Pengantar Gerakan paling semu para ekstremis Sunni sekarang ini adalah Wahabisme (yang juga dikenal sebagai Salafisme). Mungkin banyak orang berpikir bahwa teror Wahabi merupakan fenomena baru yang hanya mentargetkan non-Muslim saja, banyak orang akan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Wahabisme : Memahami Akar, Model Dan
Peran Ekstremisme Islam
oleh Zubair Qamar, As-Sunnah Foundation of America
Pengantar
Gerakan paling semu para ekstremis Sunni
sekarang ini adalah Wahabisme (yang juga dikenal
sebagai Salafisme). Mungkin banyak orang berpikir
bahwa teror Wahabi merupakan fenomena baru yang
hanya mentargetkan non-Muslim saja, banyak orang
akan terkejut jika mengetahui kalau kelompok muslim
Sunni ortodoks adalah target pembantaian pertama
yang disembelih oleh mereka di Saudi beberapa ratusan
tahun yang lalu. Untuk mengetahui secara detail tragedi
mengerikan itu seseorang hanya cukup membaca 1
evolusi sejarah Arab Saudi - tragedi di mana ribuan
muslim Sunni dan Syiah tewas di tangan militan Wahabi.
Interpretasi ekstremis Wahabi, meskipun
sebelumnya terbatas pada sekelompok kecil orang di
Arabia, telah bertahan sampai hari ini di bawah
perlindungan, dukungan keuangan, dan pengawasan
dari organ-organ agama negara Saudi. Ini telah
mengubah Wahabisme - dan terkait kelompok Salafi
yang mendapat inspirasi dan dukungan dari mereka-
menjadi ancaman global yang harus diperhitungkan
oleh masyarakat dunia. Bagi seorang Wahabi-Salafi,
semua orang yang berbeda dengan mereka, termasuk
Muslim Sunni, Muslim Syiah, Kristen, dan Yahudi adalah
orang-orang yang menjadi sasaran pengkafiran mereka.
2
Apakah mayoritas Sunni mendukung
Wahabisme? Apakah Sunni dan Wahabi satu dan sama?
Apa Yang Dimaksud Dengan Wahabi?
Karena Wahabi mengklaim dirinya sebagai
"Sunni yang benar," adalah sulit bagi orang-orang yang
terbiasa dengan Wahabisme untuk membedakannya
dari Islam Sunni ortodoks. Jika Wahabi ditanya apakah
dia Sunni, dia akan selalu menjawab secara afirmatif.
Ketika ditanya apakah mereka Wahabi, mereka akan
menjawab dengan tegas "tidak" karena mereka
menganggap panggilan tersebut sebagai penghinaan
terhadap apa yang mereka percaya dan lakukan dalam
sebuah gerakan: "Kemurnian ibadah dan penghormatan
hanya kepada Allah saja. Para pembawa Islam otentik
3
dari zaman Nabi saw sampai sekarang "Memanggil
mereka dengan panggilan Wahabi untuk menyiratkan
bahwa mereka belajar dari ide-ide seorang pria
bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, bukan dari Al-
Qur'an dan Sunnah - dua besar sumber Islam-. Terlepas
dari apa yang mereka pikirkan, mereka tidak mengikuti
sumber-sumber Islam yang otentik, tetapi mengikuti
interpretasi yang salah dari pendiri gerakan Wahabi
yang muncul di tahun 1700. Sunni dan kelompok lain
penentang Wahabi telah melabeli mereka dengan
sebutan Wahabi untuk membedakannya dari kaum
Sunni ortodoks.
4
Wahabi Sebagai Salafi: Kalimat Semantik yang Menipu
Wahabi sendiri telah membedakan dirinya dari
Sunni ortodoks dengan label Salafi, yang mengacu pada
kata salaf – Satu periode di mana kaum muslim awal
tinggal pada 300 tahun pertama setelah Hijrah, atau
pada periode hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekah
ke Madinah pada tahun 622, periode para sahabat,
periode mereka yang mengikuti para sahabat (disebut
Tabi'in), dan periode mereka yang mengikuti para Tabiin
(Taba al-Tabi'in) yang hidup pada periode Salaf sebagai
periode terbaik yang menggambarkan bagaimana
kehidupan muslim yang seharusnya, sebagaimana Nabi
Muhammad saw telah memuji kaum muslimin masa itu
sebagai generasi umat Islam terbaik. Oleh karena itu,
setiap muslim sejak zaman Nabi Muhammad Saw telah
5
menjadinya sebagai perode ideal dimana mereka
dituntut mematuhi dan mengikuti jejak para penganut
salaf. Ini berarti bahwa ketika seorang Wahabi
menyebut dirinya Salafi, dia mengaku dirinya sebagai
pengikut sejati Islam yang murni. Ini, bagaimanapun
jauh dari kebenaran.
Muslim Sunni Ortodoks percaya bahwa mereka
adalah pembawa Islam yang sebenarnya murni karena
ada kesenjangan waktu antara periode mulia salaf dan
abad-abad berikutnya, posisi otentik kum Muslimin awal
diaku oleh para ulama dan menjadi acuan untuk
generasi kemudian, prosesnya dilakukan melalui cara
pelestarian yang teliti, sistematis, dan metodologis. Ini
merupakan rantai pengetahuan yang tidak terputus dari
zaman salaf sampai sekarang telah dilestarikan secara
6
otentik oleh Sunni ortodoks. Oleh karena itu Sunni
Ortodoks adalah kelompok sunni yang memiliki akar
kepada salaf, dan sekarang mereka diwakili oleh empat
mazhab hukum Islam yang otentik: Madzhab Hanafi,
Syafi'i, Maliki, dan Hanbali.
Kaum Wahabi, dengan menyebut diri mereka
sebagai Salafi, tidak hanya mengklaim dirinya mengikuti
jejak kaum Muslim awal, tetapi juga menggunakan
semantik ini untuk pembodohan dan sebagai daya tarik
bagi kaum muslimin yang kurang informasi tentang
Wahabism. Wahabi berkata, "Anda harus mengikuti
umat Islam Salaf." (Ini sebuah proposisi yang tidak
diragukan lagi kebenarannya). Kemudian semantik
Wahabi berikutnya: "Karena itu Anda harus menjadi
Salafi dan jangan pernah menjadi yang lainnya. Ketika
7
Anda mengikuti jalan lain berarti Anda mengikuti jalan
yang berbeda dari umat Islam Salaf". Dengan semantik
yang menipu seperti itu, umat Islam yang kurang
informasi percaya bahwa Wahabi (yang mengaku Salafi )
benar-benar mewakili interpretasi murni kaum
muslimin Salaf awal. Setelah itu semua, kata Salafi
terdengar seperti salaf, sehingga harus benar-benar
menjadi wakil dari itu. Lebih jauh dari itu, bagi yang
kurang informasi hal itu lebih dari sekedar semantik dan
kepercayaan sebagaimana seorang Salafi percaya.
Kebenaran yang diakui secara resmi adalah bahwa
pemahaman Salafi (Wahabi) berbeda dan bertentangan
dengan pemahaman dan posisi kaum muslimin saleh
yang hidup di zaman Salaf- juga dengan mayoritas umat
Islam Sunni yang pernah hidup.
8
Berbagai Macam Wahabi-Salafi
Kelompok Wahabi-Salafi percaya bahwa
kelompo muslim Sunni telah salah langkah selama 1.000
tahun terakhir dan mereka bertujuan untuk membawa
kembali umat Islam keluar dari keadaan jahilliyyah
(seperti kondisi pra Islam, penj) yang telah ada sejak
zaman para Salaf. Bahkan mayoritas Muslim Sunni
ortodoks yang kuat hari ini memerintah sebuah
kerajaan yang membentang jauh ke setiap sudut dunia
mereka tetap masih jauh dari tradisi Salafi karena dasar-
dasar seperti sistem politik yang mereka anut
didasarkan pada sebuah inovasi tercela (bid'ah) dan
kekufiran.
Bagi kelompok Salafi, kehadiran dan kekuasaan
Sunni ortodoksi, dalam semua manifestasinya seperti
9
yang digambarkan sepanjang sejarah Islam, sama tidak
murninya sebagai bukti meningkatnya hegemoni Eropa
dalam semua manifestasinya sejak runtuhnya
Kekaisaran Muslim Ottoman. Bagi kelompok Salafi yang
menjadi minoritas di dunia ini, dunia adalah tempat
tinggal penuh dengan penghujatan, diperintah dan
dikuasai oleh orang-orang kafir yang perlu mereka
reformasi melalui kedua cara baik kekerasan dan non-
kekerasan untuk menciptakan sistem dunia yang murni
Islam.
Wahabi - Salafi datang dalam berbagai strategi,
beberapa diantaranya denga wajah lebih ekstrim
daripada yang lain. Keragaman mereka ini disebabkan
karena perbedaan dalam pendekatan untuk membawa
umat Islam kembali ke keadaan Islam murni (keyakinan
10
diperkuat) berdasarkan contoh dari para pendahulu
yang saleh (salafush shalih, penj). Harus ditekankan
bahwa meskipun semua Wahabi disebut Salafi, tidak
semua Salafi murni Wahabi. " Muslim Salafi " termasuk
orang-orang seperti Sayyid Qutb yang ingin membasmi
kebodohan (kejahiliyahan) dan membawa umat Islam
kembali ke keadaan kemurnian - yang mengingatkan
kemurnian kesucian umat Islam yang hidup pada
periode Salaf. Namun, semua Muslim Salafi, apakah
mereka Wahabi atau Qutbi sama-sama mengagumi
secara berlebihan model peran Muhammad bin Abdul
Wahhab dan Ahmad Ibn Taimiyyah, dimana kelompok
garis keras dan kaum revolusioner saat ini telah
terilhami olehnya. Oleh karena itu, meskipun tidak
semua Salafi Wahabi, mereka benar-benar sangat
11
mengagumi model tokoh yang sama, model yang telah
ditolak dan dikutuk oleh para ulama Sunni ortodoks
untuk representasi mereka tidak autentik tentang Islam
murni. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa semua
Wahabi menganggap dirinya sebagai Salafi dan lebih
memilih untuk dipanggil dengan nama ini (dibandingkan
panggilan Wahabi), meskipun masih ada perbedaan
diantara kelompok Salafi.
Meskipun ada perbedaan pendekatan di antara
Salafi, mereka tetap bersekutu dalam upaya untuk
membuat visi Salafi menjadi kenyataan, yang satu
dengan cara lembut dan yang satunya dengan
kekerasan.
Contoh dari hal ini adalah Salafi Deobandis yang
berorientasi dan beraliansi dengan Wahabi. Aliansi
12
antara Ikhwanul Muslimin (dan berbagai faksi dan
cabang di dalamnya) dan Wahabi di Arab Saudi
diperkuat selama tahun 1950 dan 1960-an dalam
perjuangan Ikhwanul Muslimin menentang rezim
Nasserist Mesir. Saudi telah memberikan perlindungan
bagi beberapa pemimpin Persaudaraan (Ikhwanul
Muslimin) dan juga memberikan bantuan kepada
mereka di negara-negara Arab lainnya. Aliansi Wahabi-
Salafi ini diperkuat sebagai respon terhadap
meningkatnya ancaman dari kelompok Syiah ketika
Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran menggulingkan
Shah, sekutu AS pada tahun 1979.
Terakhir, aliansi terwujud dengan sendirinya
dalam perjuangan suci (jihad) menentang agresi
ateis/komunis Soviet di Afghanistan. Kelompok Salafi
13
dari semua kalangan bekerja sama sebagai "Sunni yang
benar" untuk melawan ancaman Syiah-Komunis.
Mereka menggunakan da'wah dengan cara membunuh
untuk membuat ideologi Salafi mereka menang.
Memang, Salafi telah menggunakan dakwah dengan
cara revolusioner untuk mengekspresikan pesan mereka
dengan menggunakan dua pendekatan politik dan non-
politis. Jadi yang disebut "Sunni teroris" saat ini adalag
gerakan teror yang dilakukan oleh Salafi radikal yang
ingin mengganti pemerintah "kafir" dengan
pemerintahan "ulama" yang mengikuti interpretasi dan
ideologi fanatik mereka. Cara pandang mereka pun
tersebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk Bosnia,
Albania, Indonesia, Filipina, Uzbekistan, Inggris,
Malaysia, Afrika Selatan, Libanon, Afghanistan, dan
14
Pakistan. Kelompok Salafi telah menunjukkan
malapetaka dalam beberapa dekade terakhir.
Wahabi Sebagai Neo-Khawarij
Kaum Wahabi sangat terkenal berupaya
menghidupkan kembali cara-cara Khawarij. Khawarij
adalah mereka yang berasal dari masa kekhalifahan
Utsman dan Ali, di antara para sahabat yang paling
dekat dengan Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah
kelompok fanatik paling awal yang memisahkan diri dari
komunitas Muslim. Mereka muncul sebagai oposisi
terhadap Ali – Menantu Nabi Muhammad saw - karena
kesediaan beliau berdamai dengan Muawiyah,
Gubernur Damaskus pada waktu itu terkait
permasalahan kekhalifahan. Kaum Khawarij, yang
15
berarti "mereka yang keluar," adalah sebutan yang
mereka sandang karena penghujatannya kepada Ali dan
Mu'awiyah -mereka dan para pengikutnya- mengatakan
bahwa Al Qur'an, dan bukan mereka, memiliki otoritas
tertinggi dalam hal ini. Ibn al-Jawzi, seorang ulama Sunni
ortodoks dalam bukunya Talbis Iblis di bawah judul
"Sebuah Perhatian dari Delusi Iblis pada Khawarij,"
mengatakan bahwa Dhul-Khuwaysira al-Tamimi adalah
Khawarij pertama dalam Islam dan bahwa adalah
kesalahan yang merasa puas dengan pandangannya
sendiri; setelah ia berhenti ia akan menyadari bahwa
tidak ada percontoham yang lebih tinggi selain dari
Rasulullah Saw". Selain itu, seorang ulama Sunni
ortodoks, Imam Abdul Qahir al-Baghdadi membahas
pemberontakan Khawarij dan pembantaian berdarah
16
mereka terhadap puluhan ribu kaum muslimin dalam
salah satu bukunya. Dia secara eksplisit menyebutkan
Azariqa, salah satu gerakan Khawarij yang paling
mengerikan yang dipimpin oleh Nafi 'Ibn al-Azraq dari
suku Bani Hanifah, suku yang sama di mana seorang
pelaku bid'ah, Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah
Sang Pembohong) yang mengklaim kenabian. Mereka
sama-sama seperti Khawarij, jika Khawarij melemparkan
tuduhan penghujatan kepada Ali dan Mu'awiyah,
kelompok Wahabi melemparkan tuduhan dan
penghujatan kepada kelompok Sunni dan Syiah.
17
Al-Sa`ud dan Muhammad Ibn 'Abdul Wahhab - Pendiri
Wahabisme
Dinamai Wahabi karena disesuaikan dengan
nama pendirinya, Muhammad Ibn 'Abdul-Wahhab
(1703-1792), berbasis di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Arab Saudi. Tanpa orang ini, al-Sa`ud, salah satu
klan yang banyak tersebar di jazirah Arab tidak akan
memiliki inspirasi, akal, dan tekad untuk
mengkonsolidasikan kekuatan yang mereka lakukan dan
imbalan "jihad" terhadap orang-orang yang mereka
anggap sebagai "musyrik", yaitu orang-orang yang
menghubungkan kemitraan dalam beribadah kepada
Allah Yang Mahakuasa. Bagaimana keintim hubungan al-
Sa`ud dengan Muhammad bin Abdul Wahhab? Robert
Lacey secara fasih menggambarkan hubungan ini:
18
Al Sa`ud sebelumnya adalah sebuah klan kecil
seperti kebanyakan klain lainnya di Najd sebagai
penduduk kota dan petani, hidup merasa cukup nyaman
dari hasil perdagangan dan mungkin sedikit peternakan
kuda. Sampai [Muhammad bin Abdul Wahhab] datang,
mereka menggabungkan suku-suku padang pasir untuk
menyerang ke wilayah luar ketika mereka merasa kuat.
Mereka tidak mungkin membangun jalan kekaisaran
dan tidak mungkin dunia yang lebih luas akan pernah
mendengar mereka tanpa beraliansi dengan Sang Guru.
Al-Sa`ud yang berasal dari desa ad-Diriyah, yang
terletak di Najd, di bagian timur Saudi terletak di dekat
Riyadh modern, ibu kota Saudi. Leluhur dari Sau'd Ibnu
Muhammad, yang tidak terlalu banyak diketahui,
menetap di daerah agrikulturis dan secara bertahap
19
jumlah mereka terus bertambah dari waktu ke waktu ke
dalam klan al-Sa`ud.
Muhammad bin Abdul Wahhab, dibesarkan di
Uyainah, sebuah oasis di selatan Najd dari suku Bani
Tamim. Dia berasal dari keluarga religius dan
meninggalkan Uyainah dalam mengejar pengetahuan
Islam. Dia melakukan perjalanan ke Mekah, Madinah,
Irak, dan Iran untuk memperoleh pengetahuan dari guru
yang berbeda-beda. Ketika ia kembali ke tanah airnya di
Uyainah, ia berkhotbah tentang apa yang dia yakini
sebagai Islam yang murni, yang pada kenyataannya apa
yang diyakininya itu adalah serangan kejam terhadap
kelompok muslim Sunni tradisional.
Seorang ulama Sunni ortodoks, Jamil Effendi al-
Zahawi mengatakan bahwa guru Ibnu `Abdul-Wahhab,
20
termasuk dua guru dimana ia pernah belajar dengannya
di Madinah adalah Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-
Kurdi dan Syaikh Muhammad Hayat al-Sindi, keduanya
menyadari kalau Wahabi anti terhadap keyakinan Sunni
dan keduanya memperingatkan umat Islam darinya.
Gurunya, termasuk dua syeikh tersebut pernah berkata:
"Allah mungkin membiarannya sesat, bahkan ia akan
menyesatkan banyak orang”.
Selain itu, ayahnya sendiri Ibnu Abdul Wahhab
telah memperingatkan umat Islam darinya, seperti yang
dilakukan saudara kandungnya, Sulaiman Ibn Abdul-
Wahhab, seorang ulama Sunni ortodoks yang
menyangkal dia dalam sebuah buku berjudul al-Sawa'iq
al-Ilahiyya fi al-Radd `ala al-Wahabiyya [Bantahan
terhadap Wahabi"]. Pemikiran-pemikiran Ibnu Abdul
21
Wahhab telah banyak disangkal oleh para ulama Sunni
ortodoks. Mungkin buku yang paling terkenal hasil
karyanya adalah Kitab at-Tauhid (Kitab Keesaan Tuhan)
yang beredar luas di kalangan Wahabi di seluruh dunia,
termasuk di Amerika Serikat. Bukunya populer di
kalangan mereka sendiri, meskipun para ulama Sunni
ortodoks mengatakan bahwa di dalamnya tidak ada
yang ilmiah, baik dari segi isi dan maupun gaya
penyampaiannya.
Ibnu Taimiyyah : Role Model Pendiri Wahabi
Perlu memberikan gambaran tentang seorang
pria bernama Ahmed Ibn Taimiyyah (1263-1328) yang
hidup beberapa ratus tahun sebelum Muhammad ibn
'Abdul-Wahhab. Pendiri Wahabi yang mengaguminya
22
sebagai model dan menganut ajarannya. Siapa
sebenarnya Ibnu Taimiyyah dan apa pendapat ulama-
ulama Sunni ortodoks tentangnya? Para ulama memiliki
pendapat yang beragam tentangnya tergantung pada
penafsirannya terhadap berbagai isu. Ia dianggap
menyimpang dari Islam Sunni terutama pada isu-isu
tertentu terkait keyakinan (`aqidah) dan ibadah
(`ibadah) membuatnya menjadi tokoh yang sangat
kontroversial di kalangan masyarakat Muslim.
Ibn Taimiyyah telah berhasil mencitrakan dirinya
sebagai pembawa Islam sesungguhnya dari tradisi umat
Islam saleh awal (salafush shalih), terutama di kalangan
kaum reformis revolusioner, sementara mayoritas Sunni
ortodoks telah menuduhnya melakukan bid'ah tercela,
beberapa diantara mereka menuduhnya kufur (kafir).
23
Karena itu sepatutnya kita bertanya mengapa Ibnu
Taimiyyah telah menerima penentangan begitu banyak
dari ulama-ulama Sunni terkemuka dimana mereka
dikenal dengan asketisme, kualitas dan kesalehannya.
Beberapa sikap anti-Sunni Ibnu Taimiyyah dan posisinya
yang kontroversial meliputi:
1) Klaimnya bahwa Asma Allah (nama-nama Allah) adalah
"literal", sehingga ia menghubungkan Allah dengan
atribut-atribut tertentu sehingga menjadi sebuah
anthropomorphist;
2) Klaimnya bahwa segala ciptaan (makhluk) ada secara
kekal di sisi Allah;
3) Sikap kerasnya menentang konsensus ilmiah pada
masalah perceraian;
24
4) Penentangannya terhadap praktek tawassul di kalangan
Sunni ortodoks (memohon sesuatu kepada Allah dengan
menggunakan perantara (wasilah) individu saleh
tertentu);
5) Ia mengatakan bahwa memulai perjalanan untuk
mengunjungi itu Nabi Muhammad Saw menyebabkan
tidak diperbolehkannya menjamak shalat;
6) Ia mengatakan bahwa penyiksaan terhadap penghuni
neraka akan berhenti dan tidak berlangsung selamanya;
7) Ia mengatakan bahwa Allah memiliki batas (hadd) yang
hanya Dia yang Tahu;
8) Ia mengatakan bahwa Allah secara harfiah duduk di
Tahta (al-Kursi) dan telah meninggalkan ruang bagi Nabi
Muhammad Saw untuk duduk di samping-Nya;
25
9) Ia mengatakan bahwa menyentuh makam Nabi
Muhammad Saw adalah politeisme (syirik);
10) Pernyataannya bahwa membuat permohonan di makam
Nabi Muhammad Saw untuk memohon kondisi lebih
baik dari Allah merupakan praktek bid`ah tercela;
11) Pernyataannya bahwa Allah turun dan membandingkan
"keturunan" Allah dengan nya, saat ia turun dari
mimbar saat memberikan khotbah (khutbah) kepada
kaum muslimin;
12) Ia mengklasifikasikan kesatuan dalam menyembah Allah
(tauhid) menjadi dua bagian: Tauhid al-rububiyya dan
Tauhid al-uluhiyya, yang tidak pernah dilakukan oleh
para penganut saleh salaf.
Meskipun Ibnu Taimiyyah itu tidak ortodoks, ia adalah
seorang pseudo-Sunni yang dijauhi masyarakat di Suriah
26
dan Mesir karena adanya konsensus ulama Sunni
ortodoks atas penyimpangan yang dilakukan juga atas
ajaran-ajarannya yang tetap beredar secara sembunyi-
sembunyi. Seorang ulama Sunni ortodoks mengatakan:
Memang, ketika seorang pedagang kaya dari Jeddah
mensponsori secara finansial [Keyakinan] Ibn Taimiyyah
pada awal abad ini dengan membiayai pencetakan Ibnu