Top Banner
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Tn. H Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 47 tahun Tempat dan Tanggal Lahir : 2 Juli 1968 Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Matraman Dalam 3 Kec. Menteng Jakarta Status : Menikah Suku Bangsa : Betawi Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Pendidikan Terakhir : STM Tanggal Masuk Perawatan : 27 Januari 2016 Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2016 II. RIWAYAT PSIKIATRI Alloanamnesis : Tanggal 29 Januari 2016 dengan isteri pasien di rumah pasien Autoanamnesis : Tanggal 29 Januari 2016 di Paviliun Amino A. Keluhan Utama 1
50

vvvvvvv

Apr 14, 2016

Download

Documents

DionissaShabira

m
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: vvvvvvv

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn. H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 47 tahun

Tempat dan Tanggal Lahir : 2 Juli 1968

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Matraman Dalam 3 Kec. Menteng Jakarta

Status : Menikah

Suku Bangsa : Betawi

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : STM

Tanggal Masuk Perawatan : 27 Januari 2016

Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Alloanamnesis : Tanggal 29 Januari 2016 dengan isteri pasien di

rumah pasien

Autoanamnesis : Tanggal 29 Januari 2016 di Paviliun Amino

A. Keluhan Utama

Pasien marah-marah dan berbicara sendiri

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke RSPAD Gatot Soebroto paviliun amino diantar oleh

isteri dan adiknya, menurut pengakuan keluarga alasan mengapa membawa

pasien ke rumah sakit dikarenakan pasien sudah kurang lebih satu bulan

terakhir sering marah- marah dan suka berbicara sendiri di rumahnya, pasien

1

Page 2: vvvvvvv

juga sering marah ketika permintaannya tidak dituruti, terutama ketika

meminta rokok namun isteri tidak memiliki uang pasien, akan marah dan

memukul isterinya, kemudian pasien akan melintingkan kertas untuk

dijadikan rokok. Isteri dan anak pasien sering melihat pasien berbicara sendiri

seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain. Awalnya perubahan perilaku

yang dialami pasien diawali sejak pasien memutuskan untuk berhenti bekerja

sebagai teknisi mesin di perusahaan tempat kakak tirinya bekerja, dengan

alasan bahwa pasien akan mendapatkan warisan dalam jumlah yang besar dari

ayahnya yang sudah meninggal dunia, sehingga pasien merasa bahwa ia tidak

perlu bekerja lagi. Namun sampai saat ini warisan yang ditunggu tidak ada

dan pasien selalu menuduh bahwa kakak tiri pasienlah yang mengambil semua

harta warisan peninggalan ayahnya.

Puncaknya pada tahun 2012 pasien sering menulis di kertas bahwa dia

adalah pemilik tunggal sebuah tanah yang berada di daerah kuningan dengan

tulisan “PT.CEMPAKA SURYA KENCANA”, dan dia adalah pewaris

tunggal daerah tersebut, pasien juga sering berbicara sendiri dilantai 2

rumahnya dan selalu mengobrolkan masalah tanah dan warisan ini. Menurut

pengakuan isteri pasien memang benar bahwa dahulu ayah pasien memiliki

banyak tanah didaerah kuningan, namun tanah tersebut sudah lama dijual ke

orang lain, namun isteri pasien tidak mau ikut campur dengan urusan tersebut

dan tidak mau tahu. Pasien sempat melaporkan kakak tirinya ke polisi untuk

di sidangkan, namun beberapa hari setelah melaporkan datang dokter dan

teman- teman kakak tirinya untuk menjemput pasien dan membawanya ke

rumah sakit jiwa Grogol, dikatakan bahwa pasien memiliki gangguan jiwa,

karena sebenarnya tanah yang dimiliki ayah pasien sudah tidak ada dan sudah

di jual ke makelar tanah oleh ayahnya sejak jaman dahulu dan sudah diketahui

oleh semua keluarga, namun pasien selalu mengira bahwa tanah yang dimiliki

ayahnya masih banyak dan pasien merupakan pewaris tunggal. Pasien sempat

dirawat dan dipulangkan namun pasien hanya meminum obat selama dua

bulan dan gejala pada pasien muncul kembali hingga saat ini, isteri pasien

memutuskan untuk membawa pasien ke RSPAD Gatoet Soebroto dikarenakan

2

Page 3: vvvvvvv

sudah tidak sanggup merawat suaminya, karena pasien sering marah dan

berteriak serta memukuli isterinya. Di rumsh pasien sering menyobeki kertas

termasuk buku pelajaran anaknya untuk menulis hal yang sama “PT.

CEMPAKA SURYA KENCANA” dimana pasien merasa dia adalah pewaris

tunggal tempat tersebut, menurut isteri pasien anaknya akan mengikuti ujian

akhir di sekolahnya sehingga anaknya sangat terganggu dan tidak nyaman

berada dirumahnya, isteri pasien meminta untuk dirawat agar tidak

mengganggu isteri dan anak-anaknya.

Menurut pasien alasan mengapa dirinya dibawa kerumah sakit

dikarenakan keluarganya adalah penghianat dan ingin mengambil warisan

yang dimilikinya, sehingga isteri dan adiknya bersekongkol untuk memasukan

dirinya ke rumah sakit jiwa, menurut pasien dirinya tidak sakit dan seharusnya

masalah warisan harus diselesaikan di pengadilan. Pasien mengakui bahwa

dirinya dan kakanya tirinya yang bernama Zaenal adalah pewaris tanah yang

dimiliki oleh ayahnya, dimana zaenal adalah pewaris tanah yang ada di

Kuningan Purwakarta dan drinya adalah pewaris tanah di Kuningan barat

Jakarta, namun zaenal ingin mengambil wariasan yang dimilikinya sehingga

pasien merasa dibohongi oleh zaenal. Pasien mengakui bahwa pasien mampu

melihat siluman

Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan Psikiatri

2. Gangguan Medik

Pasien tidak pernah memiliki riwayat trauma kepala, tidak pernah

kejang, tidak pernah demam tinggi, tidak pernah mengalami penyakit-

penyakit berat yang membutuhkan perawatan sebelumnya.

3. Penggunaan Zat Psikoaktif

Dari hasil autoanamnesa, pasien mengaku tidak memiliki riwayat

penggunaan zat-zat psikoaktif, dan alkohol Pasien merupakan perokok aktif

sejak SMP, hingga saat ini.

3

Page 4: vvvvvvv

C. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Perkembangan Fisik dan Kepribadian

Periode Prenatal dan Perinatal

Dari hasil alloanamnesa didapatkan bahwa selama kehamilan, ibu

pasien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius, tidak

mengalami muntah yang berlebihan, tidak mengonsumi alkohol maupun

obat-obatan secara bebas. Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya

ke bidan. Pasien lahir cukup bulan, spontan dan langsung menangis, tidak

ada cacat bawaan.

Periode Anak Awal ( Lahir sampai usia 3 tahun)

Tumbuh kembang pasien normal seperti anak-anak seusianya.

Pasien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 3 bulan. Pasien dapat

berjalan dan berbicara saat usia 1 tahun. Pasien mendapatkan imunisasi

secara lengkap, pasien tidak pernah mengalami demam tinggi disertai

kejang. Pasien termasuk anak yang aktif. Pasien dirawat oleh keluarganya

sendiri, pasien cukup dekat dengan keluarga. Orang tua pasien

menyayangi semua anaknya dengan sama rata. Hubungan pasien dengan

bapak ibunya baik. Hubungan pasien dengan saudara–saudaranya baik.

Periode Kanak-kanak Menengah (Usia 3 sampai11 tahun)

Dari hasil alloanamnesis, pasien memulai jenjang pendidikan

langsung dari Sekolah Dasar (SD) pada usia 6 tahun. Pasien mudah

bergaul dan memiliki cukup teman bermain. Pasien bercita-cita menjadi

seorang pilot.

Periode Remaja Awal (Pubertas hingga dewasa)

Setelah SD pasien melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) hingga menyelesaikan sekolahnya di STM, namun pasien

tidak melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan

pasien ingin langsung bekerja. Menurut pengakuan pasien, pasien

memiliki cukup banyak teman bermain dan tidak pernah ada masalah

dengan teman –temannya ataupun lingkungannya.

4

Page 5: vvvvvvv

2. Riwayat Pendidikan

Pasien mengenyam pendidikan Ssekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Parung Sukabumi

hingga tamat, namun pasien tidak meneruskan pendidikannya ke perguruan

tinggi, dikarenakan pasien ingin langsung bekerja dan menikah.

3. Riwayat Pekerjaan

Pasien mengaku sering berpindah-pindah tempat kerja, semejak lulus dari

SMK pasien bekerja sebagai teknisi mesin di perusahaan elektronik namun hanya

1 tahun pasien berhenti bekerja, kemudian pasien bekerja untuk membuat

aquarium dan memutuskan untuk berhenti, hingga akhirnya pasien bekerja

sebagai pegawai di PT.Indofarma dimana kakak pasien menjadi manager di

perusahaan tersebut namun tidak bertahan lama pasien berhenti dari pekerjaan

tersebut dan tidak bekerja sampai saat ini .

4. Riwayat Beragama

Dari hasil alloanamnesa, didapatkan bahwa pasien beragama Islam dan

merupakan penganut yang taat sebelum sakit. Pasien rajin sholat, mengaji. Namun

setelah sakit pasien tidak pernah beribadah.

5. Riwayat Kehidupan Seksual dan Perkawinan

Pasien sudah menikah dan sudah memiliki 4 orang anak diamana anak

pertama sudah menyelesikan pendidikan dibangku kuliah, anak ke 2 kelas 3

SMA, anak ke 3 kelas 1 SMA dan anak ke 4 kelas 3 SD, tidak ada riwayat

bercerai atapun masalah dalam rumah tangga sebelumnya.

6. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, tidak ada anggota

keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Pasien mengaku

keluarganya yang paling baik adalah ibu pasien, dan pasien sangat dekat dengan

5

Page 6: vvvvvvv

adiknya yang sudah meninggal. Menurut keterangan pasien, bapak pasien

bernama bapak Suar dan ibunya bernama Aminah. Orang tua pasien berasal dari

Padang. Ibu pasien merupakan istri ke-18, Ibu pasien dan kakaknya berdagang

baju bekas di pasar gaplok. Ayah pasien sekarang tidak bekerja dan berada di

rumah. Pasien memiliki 5 orang kakak dan 1 orang adik, kakak pasien bernama

Tn. RF, Tn. RT, Tn.RH, Ny.S, dan Ny. F, adik pasien bernama Tn.Re.

Genogram

7. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, ayah dan ibu pasien

sudah berusia tua. Pasien jarang mendapat perhatian dari keluarga, pasien lebih

sering dibiarkan melakukan hal yang ingin dilakukannya tanpa ada bimbingan

dari keluarga. Orang tua pasien mengatakan tidak mampu mengurus pasien jika

pasien masih berperilaku seperti sebelumnya. Pasien juga jarang bergaul dengan

tetangga sekitar rumah dan lebih sering menyendiri di kamar atau main ke pasar.

8. Persepsi Pasien tentang dirinya dan kehidupan

6

Page 7: vvvvvvv

Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun tidak mengetahui

penyakitnya, pasien berpikir bahwa penyakitnya dikarenakan santet karena

banyak yang tidak suka dengan pasien. Pasien ingin keluarganya di rumah

menerima kalau dia sakit dan tidak berpikiran buruk dan tidak menganggap remeh

dirinya. Pasien mengakui jarang meminum obat dan kontrol ke rumah sakit

dikarenakan pasien tidak memiliki uang untuk ongkos pergi ke rumah sakit.

Untuk mengambil obat. Persepsi pasien terhadap lingkungan normal.

9. Persepsi Keluarga terhadap Pasien

Keluarga berharap kondisi pasien membaik dan dapat sembuh dan pulang

ke rumah untuk membantu kedua orang tua yang sudah sepuh. Menurut keluarga

pasien sebelum sakit pasien adalah orang yang pintar dan bercita-cita menjadi

tabib yang dapat menyembuhkan orang sakit dan penulis, dan keluarga berharap

pasien dapat mandiri dalam menjalankan hidupnya.

10. Fantasi, Mimpi dan Nilai-nilai

Pasien bermimpi namun lupa mimpinya apa, tetapi tidak ingat

memimpikan hal yang menakutkan atau menegangkan. Pasien mengharapkan

anak-anak di daerah pasar dekta tempat tempat tinggal pasien tidak memiliki

kebiasaan mengelem aibon. Pasien menganggap dirinya manusia biasa dan tidak

memiliki kemampuan atau hal khusus. Pasien mengatakan ingin menjadi penulis

dan suka membuat kaligrafi.

III. STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Januari 2016.

A. Deskripsi Umum

1) Penampilan

Seorang laki-laki, berusia 29 tahun, bertubuh kurus dan tinggi,

berpenampilan seperti laki-laki dengan rambut pendek berwarna hitam, tampak

sesuai usia. Kulit pasien berwarna hitam. Tinggi badan pasien 175 cm dan berat

7

Page 8: vvvvvvv

badan 58 kg. Pasien menggunakan baju kaos, celana panjang. Pasien dengan

perawatan diri sendiri, tubuh kurang bersih, bau, tampak kuku tangan dan kaki

panjang dan kehitaman, gigi tampak kotor dan kuning. Pasien dapat berjalan dengan

baik dan cara berjalan normal.

a. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor yang Nyata

Pada saat wawancara, pasien tenang. Pasien tampak bersemangat ketika

diajak berbicara. Pasien mudah terdistraksi ketika ada stimulus eksternal. Saat

ditanya terkadang pasien sering berbicara sendiri. Pasien sering bergerak-gerak,

berubah posisi, dan suka bertopang tangan serta melipat lutut. Pasien melakukan

kontak mata dengan pemeriksa, tetapi sering kali melihat ke arah lain.

b. Sikap Pasien terhadap Pemeriksa

Pasien cukup kooperatif, masih mau menjawab pertanyaan yang diajukan. Pasien

akan menceritakan hal-hal yang ditanyakan dan harus digali terus. Pasien cenderung

cepat berganti topik pembicaraan walaupun masih dapat difokuskan kembali topik

yang sedang dibicarakan. Pasien cenderung mendominasi pembicaraan namun masih

dapat diinterupsi. Pasien cenderung banyak berbicara, namun sering mengeluarkan

kalimat-kalimat yang tidak jelas.

B. Alam Perasaan

1. Mood : Labil

2. Afek : terbatas serasi

3. Keserasian : serasi antara mood dan afek

C. Gaya Bicara

Cara berbicara : spontan

Volume bicara : cukup

Kecepatan bicara : sedang, artikulasi jelas dan dapat dimengerti, intonasi sesuai

emosi

Pasien cenderung banyak berbicara

Tidak ada gangguan bicara

8

Page 9: vvvvvvv

D. Gangguan Persepsi (Persepsi Panca Indera)

Halusinasi

Auditorik : Ada. Pasien memiliki riwayat mendengar suara bisikan sosok Ilham

yang mengomentari perilakunya dan beberapa kali memberi perintah dan

petunjuk pada pasien. Pasien juga mendengar suara yang menyuruhnya untuk

minum karbol untuk bunuh diri. Ada perilaku halusinatorik, pasien terkadang

terlihat berbicara sendiri dan tertawa sendiri.

Visual : ada. Pasien melihat sosok yang menurut pasien bernama Ilham yang

selalu dekat dengannya yang menyerupai burung rajawali dengan paruh sampai

ke tanah. Pasien juga melihat sosok Jager yang menyerupai orang Belanda

dengan tinggi 5 meter dan suka tidur di goa.

Taktil : tidak ada

Olfaktorik : tidak ada

Gustatorik : tidak ada

Ilusi : tidak ada

Depersonalisasi : tidak ada

Derealisasi : tidak ada

E. Pikiran

1. Proses Pikir

Produktivitas : ide banyak

Kontinuitas :

Blocking : tidak ada

Asosiasi longgar : ada

Inkoherensi : tidak ada

Flight of ideas : ada

Word salad : ada

Neologisme : ada

Sirkumstansialitas : tidak ada

Tangensialitas : tidak ada

9

Page 10: vvvvvvv

2. Isi Pikir

Waham bizar: saat ini pasien menganggap dirinya adalah kerbau yang

memilki tanduk dikepalanya.

Waham kejar : pasien merasa seperti setan pocong mengejar dirinya sehingga

pasien ketakutan dan sempat ingin bunuh diri, pasien meyakini bahwa ada

orang jahat yang tidak suka dengannya sehingga dia selalu dijahati. Pasien

merasa tidak dihargai oleh orang-orang dirumahnya. Pasien menganggap

orang-orang disekitarnya selalu menjahatinya dan tidak menyukainya, dan

berusaha untuk membunuhnya.

F. Fungsi Kognitif dan Sensorium

1. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran

Compos mentis dan kesiagaan baik.

2. Orientasi

- Waktu : pasien dapat membedakan waktu pagi, siang dan malam hari, tetapi

pasien tidak mengetahui hari, tanggal dan jam.

- Tempat : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang dirawat di RSPAD Gatot

Soebroto.

- Orang : pasien dapat mengingat identitas lengkapnya, keluarga dan temannya di

bangsal.

3. Ingatan

- Jangka panjang : pasien dapat mengingat tanggal lahir, nama sekolah dan nama

anggota keluarganya.

- Jangka sedang : pasien dapat mengingat siapa yang mengantarnya ke RS.

- Jangka pendek : pasien dapat mengingat menu sarapan pagi ini.

- Segera : terganggu, pasien dapat mengingat 3 kata yang diberikan oleh

pemeriksa untuk diingat-ingat.

10

Page 11: vvvvvvv

4. Konsentrasi dan Perhatian

Pasien terkadang sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus eksternal.

Pasien tidak dapat menjawab perhitungan 100 dikurangi 7. Pasien dapat mengeja

kata “WAHYU” secara berurutan dan terbalik dengan benar. Pasien sulit

berkonsentrasi jika ada orang lain berbicara saat ia akan bicara dan terkadang

tampak berbicara sendiri. Perhatian mudah teralihkan (distraktibilitas tinggi) saat

ada faktor eksternal.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Kemampuan membaca dan menulis pasien baik. Pasien dapat membaca

sebuah kalimat yang ditulis oleh pemeriksa dan melakukan instruksi yang ada

dalam kalimat tersebut. Pasien dapat menulis kalimat lengkap yang sederhana.

6. Kemampuan visuospasial

11

Page 12: vvvvvvv

Pasien dapat meniru gambar 2 segilima yang bertumpukan. Pasien dapat

menggambarkan jam sesuai dengan instruksi, memperlihatkan arah jarum panjang

dan pendek dengan benar.

7. Pikiran Abstrak

Pasien mengerti arti peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke

tepian” namun tidak mengerti arti peribahasa “sekali mendayung 2-3 pulau

terlampaui”.

8. Inteligensi dan Daya Informasi

Pasien dapat menjawab siapa presiden RI saat ini dan ibukota Indonesia.

9. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls pasien cukup baik. Pasien berbicara cukup. Pasien

masih belum dapat sepenuhnya mengontrol keinginannya untuk merokok, pasien

selalu meminta diberi rokok selama pembicaraan. Pasien tidak merokok saat

pembicaraan, hanya merokok saat sedang sendiri.

G. Daya Nilai dan Tilikan

- Daya nilai sosial : baik, pasien bersikap ramah dan sopan terhadap seluruh

tenaga medis, seperti dokter spesialis dan perawat, serta pasien lain di

bangsal.

12

Page 13: vvvvvvv

- Uji daya nilai : baik

- Reality Test Ability (RTA) : terganggu

- Tilikan derajat 3. Pasien mengakui dirinya sakit, namun pasien menyalahkan orang

lain mengenai penyakitnya, pasien mengira penyakitnya dikarenakan oleh santet.

H. Reliabilitas

Pasien dapat dipercaya dan mampu melaporkan keadaannya secara akurat.

Karena beberapa informasi yang didapat dari pasien dan kakak pasien sesuai.

Contoh: pasien menyadari penggunaan narkoba dapat berpengaruh buruk dan

pasien tidak mau konsumsi hal tersebut.

IV. PEMERIKSAAN FISIK GENERALIS

A. Status Generalis

- Keadaan Umum : Baik

- Berat badan : 55 kg; Tinggi badan : 175cm ; Kesan gizi: Kurang

- Tanda – Tanda Vital :

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

Nadi : 82 x / menit

Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : 36,7oC (per aksila)

- Limfonodi : Tidak teraba pembesaran

- Jantung :

Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis

Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra , tidak kuat

angkat, tidak ada thrill

Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternal dextra

Batas kiri : ICS V 2 cm ke arah medial midclavikula sinistra

Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra

Auskultasi : BJ I > BJ II reguler,murni, Gallop -/-, Murmur -/-

13

Page 14: vvvvvvv

- Paru

Inspeksi : Bentuk normochest, ukuran dinding dada normal, pergerakan

dinding dada simetris, tidak ada retraksi intracosta

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, vokal fremitus

simetris kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru: Suara nafas vesikuler melemah

kanan dan kiri

Auskultasi : Suara tambahan wheezing (-/-), Suara gesek pleura (-/-)

- Abdomen :

Inspeksi : Datar, tidak ada striae, tidak ada spider naevi, terdapat tato

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar lien tidak teraba

Perkusi : timpanik, tidak ada pekak alih

- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), perfusi < 2 detik,

B. Status Neurologis

GCS : 15 (E4M6V5)

Tanda rangsang meningeal : tidak ada

Cara berjalan : normal

Keseimbangan : baik

Motorik : baik 5555|5555

5555|5555 Sensorik : baik

Tanda Ekstrapiramidal :

Tremor : tidak ditemukan

Akatasia : tidak ditemukan

Bradikinesia : tidak ditemukan

Rigiditas : tidak ditemukan

Motorik : tidak ditemukan

Tonus : tidak ditemukan

Turgor : tidak ditemukan

14

Page 15: vvvvvvv

Kekuatan : tidak ditemukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi Lengkap

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

Hitung Jenis :

- Basofil

- Eosinofil

- Batang

- Segmen

- Limfosit

- Monosit

MCV

MCH

MCHC

RDW

Kimia darah

SGOT

SGPT

Ureum

Kreatinin

Asam Urat

Natrium

Kalium

Klorida

13.7

42

5.1

9470

322000

0

4

3

51

25

7

83

27

33

13.10

12

11

15

0.9

4.5

147

3.9

102

13 – 18 g/dL

40 – 52 %

4.3– 6.0 juta/μL

4.800-10.800/ μL

150.000 – 400.000/ μL

0-1%

1-3%

2-6%

50-70%

20-40%

2-8%

80-96% fL

27 -32 pg

32-36 g/dL

11.5 – 14.5 %

<1.1 mg/dL<35 U/L

<40 U/L

20-50 mg/dL

0.5 – 1.5 mg/dL

3.5 – 7 mg/dL

135-147 mmol/L

3.5-5.0 mmol/ L

95-105 mmol/L

15

Page 16: vvvvvvv

Glukosa darah sewaktu 64 < 140 mg/dL

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Tn N, laki-laki, 29 tahun, beragama islam, belum menikah, suku minang,

pendidikan terakhir SMP, saat ini tidak bekerja, warga negara Indonesia, masuk

perawatan pada tanggal 28 Desember 2015. Pasien merupakan rujukan dari RSJ

Grogol yang diantar oleh keluarganya ke Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto

dengan keluhan marah-marah dan memukuli orang tua dan kakaknya sejak 1 hari

SMRS, menurut keterangan keluarga, pasien marah-marah dikarenakan tidak mau

meminum obat. Menurut keterangan kakak pasien, pasien juga sering berbicara

sendiri dengan kata-kata yang tidak jelas, pasien juga seringkali marah-marah

akibat mengikuti saran dari suara-suara yang didengarnya. Pasien juga sering

tertawa sendiri.

Dari autoanamnesa, didapatkan alasan mengapa pasien sering marah-marah di

rumah karena dia mengikuti saran dari suara yang didengar oleh pasien, menurut

pasien suara yang didengar tersebut adalah suara Ilham, Ilham yang dianggap

seperti teman dan mirip dengan adiknya yang telah meninggal. Pasien sering

mendengar suara Ilham, Ilham sering memberi petunjuk-petunjuk kepada pasien

untuk melakukan sesuatu, dan juga mengatakan mana orang yang baik mana

orang yang jahat, pasien mengatakan tidak senang dengan orang jahat. Menurut

pasien hanya dia sendiri dan bapaknya yang dapat melihat Ilham, menurut

pengakuan pasien sosok Ilham seperti burung rajawali yang memiliki sayap dan

memiliki paruh sampai ke tanah. Pasien juga mengatakan dirinya adalah seekor

kerbau yang memiliki tanduk kecil yang bisa diliat orang lain jika memejamkan

mata sekedip.

Pasien mengaku menjadi seperti sekarang karena frustasi, setiap kerja yang

dia lakukan tidak pernah dihargai dan selalu dianggap salah, dia selalu

diremehkan oleh kakaknya dan lingkungan sekitarnya dan tidak pernah dihargai

seperti manusia. Pasien mengatakan dia hanya mau sedikit dihormati dan dihargai

16

Page 17: vvvvvvv

sebagai manusia. Pasien memukuli kakaknya dan marah–marah karena tidak

tahan dengan perlakuan orang-orang disekitarnya di tambah lagi karena pasien

mendapat saran dari suara yang didengarnya untuk menusuk kakaknya karena dia

mendengar dirinya akan di bunuh oleh keluarganya karena keluarganya dianggap

dipengaruhi oleh orang jahat.

Pada pemeriksaan status mental tanggal 11 Januari 2016 didapatkan

seorang pria, penampilan sesuai usianya, berambut pendek, berkulit hitam,

perawatan dan kerapihan diri kurang, dan memakai kaos berwana putih dan

celana jeans panjang. Pasien tampak tenang dan bersemangat saat diajak

berbicara. Pasien kooperatif dan mau menjawab pertanyaan. Kesadaran pasien

kompos mentis. Pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa. Pembicaraan spontan,

artikulasi jelas, dan intonasi biasa. Mood labil dan afek terbatas, serasi. Isi pikir

berupa waham bizar, waham kejar. Proses pikir assosiasi longgar. Orientasi dan

daya ingat baik. Pasien terkadang sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus

eksternal. Kemampuan mengendalikan impuls dan daya nilai pasien baik. RTA

pasien terganggu dengan tilikan derajat III. Dapat dipercaya, pernyataan pasien

sama dengan pernyataan keluarga pasien. Pemeriksaan fisik lainnya dan hasil

laboratorium dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Formulasi diagnostik menggunakan pendekatan diagnosis multiaksial yang

didasarkan pada PPDGJ III dan DSM-IV:

Aksis I

Berdasarkan wawancara didapatkan adanya gangguan pada pikiran,

perasaan, serta perilaku pasien yang menimbulkan hendaya dan disfungsi

dalam keseharian. Maka, pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa.

Pasien tidak memiliki penyakit primer maupun sekunder (trauma kepala,

riwayat kejang, epilepsi, atau infeksi otak) yang dapat menyebabkan adanya

disfungsi otak sehingga adanya gangguan mental akibat kerusakan dan

disfungsi otak (F0) dapat disingkirkan. Pasien juga tidak memiliki riwayat

17

Page 18: vvvvvvv

penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol sehingga penyebab akibat

penggunaan zat (F1) dapat disingkirkan.

Pada pasien terdapat halusinasi auditorik dan visual serta waham paranoid

(Kriteria A DSM IV). Kondisi ini menyebabkan gangguan pada fungsi

keseharian pasien (Kriteria B DSM IV) yang berlangsung lebih dari 6 bulan

(Kriteria C DSM IV). Pasien tidak pernah mengalami kondisi episode mood

depresif maupun episode manik selama periode aktif penyakit (Kriteria D

DSM IV) dan tidak pernah mengkonsumsi zat psikoatif (Kriteria E DSM IV).

Berdasarkan kriteria DSM IV pasien telah memenuhi kriteria Skizofrenia

sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasien adalah Skizofrenia (F20).

Pada pasien kriteria umum skizofrenia telah terpenuhi dan ditemukan

adanya gejala tambahan berupa halusinasi auditorik dan visual yang amat

menonjol dan waham paranoid berupa waham kejar, waham bizar, dan waham

pengendalian yaitu thought control yang cukup mendominasi, sehingga

berdasarkan hal tersebut pasien memenuhi kriteria diagnosis Skizofrenia

Paranoid (F20.0) menurut PPDGJ-III.

Aksis II

Ciri kepribadian pasien adalah kepribadian skizoid, dengan ciri-ciri pasien

yang termasuk dalam kriteria diagnostik adalah sbb :

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri.

Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab

(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin

hubungan seperti itu.

Aksis III

Pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan klinis (fisik dan neurologis)

lain yang bermakna sehingga aksis III pasien tidak ada diagnosis.

Aksis IV

Ditemukan masalah psikoedukatif yaitu pasien sebelumnya tidak

meminum obat secara teratur. Terdapat masalah primary support group

18

Page 19: vvvvvvv

(keluarga), yaitu tidak ada anggota keluarga yang dapat memastikan pasien

meminum obat karena anggota keluarga tidak selalu berada di rumah sehingga

pemberian obat tidak dilakukan dengan baik. Kondisi orangtua yang sudah

usia lanjut menjadi keterbatasan dalam perawatan pasien secara keseluruhan.

Serta masalah ekonomi

Aksis V

Penilaian kemampuan peyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan skala

Global Assessment of Functioning (GAF) :

Highest Level Past Year (HLPY) : 20-11, pasien memiliki bahaya

mencederai diri sendiri atau orang lain, disabilitas sangat berat dalam

komunikasi dan mengurus diri

GAF current : 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang, karena

sampai saat ini waham kejar dan bizar pasien belum hilang, namun pasien

sudah mampu berkomunikasi dengan baik, kooperatif dan mampu

mengendalikan emosinya.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia paranoid.

Aksis II : Ciri kepribadian schizoid.

Aksis III : Tidak ada.

Aksis IV : Ketidakpatuhan minum obat, dan kurang dukungan dari

keluarga

Aksis V : GAF Current 60-51 dan GAF HLPY 20-11

Diagnosis kerja : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

IX. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : ad bonam

Quo Ad Fungsionam : dubia ad malam

Quo Ad Sanationam : dubia ad malam

19

Page 20: vvvvvvv

Faktor yang mendukung prognosis baik:

1. Tidak ada penyakit penyerta lain yang mempengaruhi vital sign

pasien.

2. Pasien memiliki semangat untuk sembuh.

3. Pasien menyadari dirinya sakit.

Faktor yang mendukung prognosis buruk:

1. Perjalanan penyakit yang sudah Berlangsung 10 tahun. Sering relaps.

2. Pasien pertama kali terdiagnosis sakit pada usia muda (19 tahun)

3. Pasien beberapa kali putus obat dan tidak patuh minum obat.

4. Kondisi keluarga tidak mendukung untuk merawat pasien (faktor

keluarga). Riwayat melakukan tindakan penyerangan.

5. Kondisi keuangan yang tidak baik (faktor ekonomi).

6. Pasien tidak menikah dan riwayat sosial dan pekerjaan buruk

X. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologis

Tidak ada

2. Psikologis

Skizofrenia paranoid

Mood : Labil

Afek : Terbatas, serasi

Persepsi : Halusinasi auditorik dan visual

Proses pikir : Asosiasi longgar

Isi Pikir : Waham paranoid, waham bizar, waham kejar

RTA : Terganggu

Tilikan : Derajat 3, pasien mengetahui dirinya sakit tetapi

melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau pada

20

Page 21: vvvvvvv

faktor organik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun pasien

mengatakan dirinya sakit karena di kerjai (santet) oleh orang-orang yang

tidak menyukai dirinya.

Ketidakpatuhan pasien minum obat

Kebiasaan merokok

3. Lingkungan dan Sosio-Kultural

Masalah dengan “primary group support”

Masalah ekonomi

XI. RENCANA TERAPI

a. Farmakologi :

Clozapine 1x12,5 mg(PO)

Risperidone 2x2 mg PO

Trihexylphenidyl 2x2 mg

Haloperidol 2x2,5 mg

b. Nonfarmakologis

1. Terhadap pasien

Psikoterapi suportif: melihat pasien secara holistik dengan membina

hubungan, menunjukan empati dan memberikan perhatian kepada pasien,

tidak menghakimi pasien, memberi dukungan segala usaha adaptif pasien,

menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas

keseharian pasien, memotivasi pasien untuk lebih produktif dan minum

obat secara teratur agar penyakitnya tidak muncul kembali.

2. Terhadap keluarga dan teman

o Psikoedukasi mengenai :

a. Penyakit pasien

Memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien, penyebab,

gejala-gejalanya, faktor-faktor yang dapat memperberat keadaan

21

Page 22: vvvvvvv

penyakit pasien dan bagaimana cara pencegahan. Sehingga keluarga

dan teman atau lingkungan sekitar dapat mengerti keadaan pasien dan

mendukung proses kesembuhannya.

b. Terapi yang diberikan

Memberikan penjelasan tentang terapi yang dijalani, menjelaskan

fungsi obat kepada keluarga pasien dan efek samping yang mungkin

terjadi. Menyarankan keluarga untuk selalu memberi memotivasi

terhadap pasien untuk minum obat secara teratur dan juga memberikan

ketenangan serta kenyamanan pasien selama pasien masih dalam masa

perawatan sehingga pengobatan pasien dapat berjalan baik. Menunjuk

salah satu keluarga sebagai “key person” untuk mengontrol konsumsi

obat pasien.

22

Page 23: vvvvvvv

BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan PPDGJ III yang merujuk ke DSM IV, seseorang dikatakan gangguan

jiwa atau gangguan mental jika ditemukan adanya perubahan terhadap pola perilaku atau

psikologik seseorang, yang secara klinik menimbulkan distress (penderitaan) dan

disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari serta perawatan diri. Pada

pasien didapatkan adanya gangguan pada pikiran, perasaan, serta perilaku pasien yang

menimbulkan hendaya dan disfungsi dalam keseharian. Maka, pasien dapat dikatakan

mengalami gangguan jiwa.

Pada pasien ini terdapat waham tentang dirinya dikendalikan dan dipengaruhi

oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, waham tentang diirnya tidak berdaya dan pasrah

terhadap kekuatan dari luar yang menyebabkan pasien marah-marah dan menusuk

kakaknya karena dia berpikir dirinya akan dibunuh, pada pasien juga terdapat halusinasi

yang menonjol. Pasien mendengar suara yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, dan pasien juga melihat sosok seperti burung rajawali berparuh besar

yang sering memberi nasehat pada pasien, serta sosok orang belanda yang menyuruh

pasien untuk minum karbol. Gejala-gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan, dan

juga mengakibatkan pasien mengalami perubahan mutu kehidupan, tidak bisa mengurus

diri, hilangnya minat, dan hidup tidak bertujuan. Semua hal ini sesuai dengan gejala

skizofenia.

Untuk menegakkan sebuah diagnosis, hierarki diagnosis psikiatri harus

digunakan. Pada pasien ini, tidak ada riwayat trauma pada kepala, nyeri kepala, pusing,

mual, demam tinggi ataupun kejang. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan

kelainan. Sehingga kecurigaan ke arah diagnosis gangguan mental organik dapat

disingkirkan. Selain itu, perlu diperhatikan diagnosis ke arah gangguan mental akibat zat

psikoaktif. Pasien merokok sejak SMP sampai sekarang, tetapi selain itu pasien tidak

23

Page 24: vvvvvvv

menggunakan zat psikoaktif lainnya dan tidak juga mengkonsumsi alkohol. Dengan data

tersebut diagnosis gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan

juga. Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan pasien adalah murni akibat gangguan

psikotik primer bukan sekunder karena kondisi medis lainnya.

Pasien ini didiagnosis dengan skizofrenia paranoid (F20.0). Skizofrenia

ditunjukkan dengan adanya gejala berupa waham dan halusinasi pada pasien. Untuk

menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid, pasien harus memenuhi kriteria skizofrenia

terlebih dahulu.

Diagnosis umum skizofrenia (F20.-) berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ-III :

A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : (memenuhi 2 dari 4

kriteria dengan jelas)

Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda .

Thought insertion = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesatu dari luar

dirinya (withdrawal) .

Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya. Tidak ada

Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar.

Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar .

Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” = secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan

atau penginderaan khusus) .

Delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.

24

Page 25: vvvvvvv

Halusinasi auditorik :

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku

pasien dan terkadang memerintah pasien untuk melakukan suatu tindakan,

contohnya memerintah pasien untuk meminum air karbol dan menusuk

kakaknya.

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara) .

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. Pada

pasien tidak didapatkan gejala ini.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain) . pada pasien ini

didapatkan adanya waham bizar dan waham kejar yang menetap.

B. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(memenuhi 2 dari 4 kriteria)

Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus , halusinasi auditorik

(mendengar bisikan yang mengomentari tindakan pasien dan memerintah

pasien melakukan tindakan) dan visual (melihat “ilham” yang menyerupai

burung rajawali).

Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme, seperti yang didapatkan pada pasien.

25

Page 26: vvvvvvv

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mustisme, dan

stupor, pada pasien tidak dipapatkan gejala seprti ini.

Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika , tidak didapatkan pada pasien ini.

C. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). gejala

yang dialami pasien berlangsung selama lebih dari 6 tahun, episode terakhir berawal

dari bulan Desember sampai sekarang.

D. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara

sosial saat rutin dalam pengobatan pasien dapat be\rfungsi dengan lebih baik dalam

hal sosial maupun pekerjaan, namun saat kambuh pasien tidak dapat melakukan

fungsi sosial maupun pekerjaannya dimana pasien cenderung menarik diri dan

mengurung diri sepanjang hari.

Berdasarkan hal tersebut pasien menurut kriteria DSM IV pasien memenuhi

kriteria skizofrenia. Kriteria diagnostik DSM-IV-TR subtipe skizofrenia:

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk

bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati

dengan berhasil):

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

26

Page 27: vvvvvvv

5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau

atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau

pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

A. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,

atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset

(atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai

tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

B. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.

Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan

gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.

C. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif

atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada

episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama

gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,

durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

D. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

E. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Pada pasien terdapat halusinasi auditorik berupa suara-suara yang didengar pasien

dan waham paranoid berupa pikiran pasien yang merasa dirinya dikuasai,

diperhatikan, dibicarakan, dan ditertawakan oleh orang lain (Kriteria A DSM IV).

Kondisi ini menyebabkan gangguan pada fungsi keseharian pasien dimana karena

pasien selalu ketakutan sehingga pasien tdak mau keluar rumah untuk berinteraksi

dengan orang lain (Kriteria B DSM IV) yang berlangsung lebih dari 6 bulan (Kriteria

C DSM IV). Pasien tidak pernah mengalami kondisi episode mood depresif maupun

episode manik selama periode aktif penyakit (Kriteria D DSM IV) dan tidak pernah

mengkonsumsi zat psikoatif (Kriteria E DSM IV). Berdasarkan kriteria DSM IV

27

Page 28: vvvvvvv

pasien telah memenuhi kriteria Skizofrenia sehingga dapat disimpulkan diagnosis

pasien adalah Skizofrenia (F20).

Pasien sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia (F20).

Diagnosis skizofrenia dilanjutkan dengan menegaskan sub-tipe gangguan yang

dialami pasien, dengan kecurigaan ke arah tipe paranoid, pasien lebih menunjukkan

gejala waham dan halusinasi. Diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0) berdasarkan

kriteria diagnostik PPDGJ-III :

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

b. Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,

atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing) pasien

mendengar suara yang memberi perintah pada pasien, beberapa kali pasien

mencoba buuh diri dan menusuk kakaknya, dan mengaku bahwa ada suara

yang memerintahkannya.

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol pasien mengalami halusinasi visual (melihat “ilham”, “sanger”

yang hanya dapat dilihat oleh dirinya).

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), atau “passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas

pada pasien didapatkan waham bizar dimana pasien merasa dirinya adalah

kerbau yang memiliki tanduk dan waham kejar dimana pasien merasa

dirinya tidak disukai oleh orang lain dan mencoba untuk membunuhnya.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik

secara relatif tidak nyata / tidak menonjol memenuhi kriteria ini.

Kriteria diagnostik DSM-IV subtype skizofrenia Tipe paranoid :

28

Page 29: vvvvvvv

- Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering

- Tidak ada hal berikut yang prominen bicara kacau, perilaku kacau, afek datar

atau tidaksesuai.

Pasien sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia paranoid (F20.0)

Pasien memenuhi seluruh kriteria diagnostik yang dipaparkan sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah skizofrenia paranoid

(F20.0).

Penatalaksanaan yang disarankan pada pasien ini adalah psikoedukatif dan

psikofarmaka. Psikoedukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya.

Psikoedukasi yang diberikan kepada pasien adalah melihat pasien secara holistik

dengan membina hubungan, menunjukan empati, memotivasi pasien untuk lebih

produktif dan minum obat secara teratur agar penyakitnya tidak muncul kembali.

Psikoedukasi yang diberikan kepada keluarga pasien adalah memberikan

penjelasan mengenai penyakit pasien, faktor-faktor yang dapat memperberat

keadaan penyakit pasien dan bagaimana cara pencegahannya sehingga keluarga

dan teman atau lingkungan sekitar dapat mengerti keadaan pasien dan mendukung

proses kesembuhannya. Terapis juga disarankan memberikan penjelasan tentang

terapi yang dijalani, menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi, serta

menyarankan keluarga untuk selalu memberi memotivasi terhadap pasien untuk

minum obat secara teratur dan juga memberikan ketenangan serta kenyamanan

pasien selama pasien masih dalam masa perawatan sehingga pengobatan pasien

dapat berjalan baik.

Dalam penatalaksanaan skizofrenia pada umumnya diperlukan

antipsikotik atipikal untuk mengontrol gejala. Adapun antipsikotik atipikal yang

dapat menjadi pilihan, antara lain aripiprazole, asenapine, clozapine, iloperidone,

olanzapine, paliperidone, quetiapine, risperidone, dan ziprasidone. Pemilihan

antipsikotik atipikal lebih disarankan daripada antipsikotik tipikal untuk

menghindari gejala ekstrapiramidal atau sindrom parkinson. Selain itu

antipsikotik atipikal lebih bermanfaat untuk gejala positif dan negatif skizofrenia,

pada pasien ini terdapat kedua gejala sehingga disarankan untuk pemberian

antipsikotik atipikal.

29

Page 30: vvvvvvv

Clozapine termasuk dalam golongan obat antipsikotik atipikal, yang

digunakan untuk mengontrol gejala, Sejenis dengan obat dibenzodiazepine

lainnya, seperti olanzapine dan zotepine. Antipsikotik atipikal lebih bermanfaat

untuk gejala positif dan negatif skizofrenia, pada pasien ini terdapat kedua gejala

sehingga disarankan untuk pemberian antipsikotik atipikal. Pada dasarnya semua

obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis

ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik,

ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis

ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti

dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan

dosis ekuivalennya. Mekanisme kerja obat antipsikotik atipikal adalah

memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik di otak, khususnya di sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists) – efektif

untuk gejala positif, serta berafinitas terhadap “serotonin 5 HT2 receptors”

(serotonin-dopamine antagonists) – sehingga efektif juga untuk gejala negatif.

Clozapin harus diawali dengan dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap untuk

meminimalkan risiko agranulositosis. Rendahnya affinitas terhadap reseptor D2

berhubungan dengan rendahnya efek samping terhadap gejala ekstrapiramidal. Itu

sebabnya dibandingkan dengan antipsikotik atipikal lainnya, klozapin memiliki

efek gejala ekstrapiramidal yang lebih aman. Berdasarkan penelitian yang

membandingkan klozapin dengan obat antipsikotik lainnya, 79% menunjukkan

bahwa klozapin lebih superior dibandingkan antipsikotik lainnya.. Efek samping

lain yang dapat timbul pada pemberian klozapin adalah konstipasi akibat efek

antikolinergiknya, takikardia dan efek metabolik seperti kenaikan berat badan

yang signifikan, resistensi insulin, dan dislipidemia. Dengan demikian, ada

beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya

efek samping, antara lain dengan pemeriksaan leukosit setiap minggu selama 6

bulan pertama terapi. Dosis anjuran yang disarankan adalah 150- 600 mg per hari.

30

Page 31: vvvvvvv

Dalam penatalaksanaan skizofrenia pada umumnya diperlukan. Adapun

antipsikotik atipikal yang dapat menjadi pilihan, antara lain aripiprazole,

asenapine, clozapine, iloperidone, olanzapine, paliperidone, quetiapine,

risperidone, dan ziprasidone. Pemilihan antipsikotik atipikal lebih disarankan

daripada antipsikotik tipikal untuk menghindari gejala ekstrapiramidal atau

sindrom parkinson. Indikasi pemberian clozapine secara umum adalah pasien

skizofrenia yang tidak responsif atau intoleransi terhadap obat neuroleptik klasik

dimana pemilihan obat clozapine tepat terhadap pasien ini.

Pada pasien juga diberikan obat risperidone, merupakan obat antipsikotik

generasi 2. Pemeilihan obat antipsikotik generasi 2 (APG II) adalah karena APG

II resiko efek samping ektrapiramidal yang rendah jika dibandingkan dengan

APG I. Selain itu, risperidone dapat memperbaiki fungsi kognitif pasien dan juga

fungsi terapeutiknya terjadi pada dosis rendah. Absorpsi dari risperidone tidak

dipengaruhi oleh makanan. Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis

atipikal. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor

serotonin dan dopamine. Risperidon diberikan untuk mengatasi gejala negatif

ataupun positif skizofrenia.

Selain itu pada pasien ini juga diberikan obat haloperidol, yaitu obat APG

I.Kerja terapeutik obat obat antipsikotik konvensional adalah menghambat

reseptor D2, khususnya pada jalur mesolimbic. Hal ini dapat menimbulkan efek

berkurangnya hiperaktivitas dopamine pada jalur ini, yang merupakan sebagai

penyebab simtom positif pada psikosis. Haloperidol adalah salah satu obat yang

umumnya digunakan pada pasien agresif dan berbahaya, yang dimana pada pasien

ini terdapat tindakan agresif pada saat pertama masuk RSPAD karena pasien

menyerang kakaknya. Haloperidol memiliki efek samping yang cukup berta yang

termasuk simtom ektrapiramidal dan akitisia. Waktu paruh obat ini adalah

berkisar 24 jam. Orang dewasa dalam keadaan akut cukup sesuai dengan

menggunakan dosis ekivalen haloperidol 5 hingga 20mg, pada pasien ini

diberikan 2x2,5 mg.

Selain itu pada pasien ini diberikan obat trihexyphenidyl yaitu sebagai

obat untuk mengurangi gejala ektrapiramidal yang diakibatakan oleh efek

31

Page 32: vvvvvvv

samping dari pemberian haloperidol. Triheksipenidil memiliki daya antikolinergik

yang berkerja menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen,

menghambat reuptake dopamine pada ujung saraf presinaptik di otak.

Faktor resiko terjadinya gangguan jiwa terdiri dari faktor biologis yang

meliputi genetik, fisik dan lingkungan; dan faktor psikososial yang terdiri dari

faktor kepribadian, peristiwa kehidupan, dan stres lingkungan. Seorang yang

memiliki sanak saudara derajat pertama (orang tua atau saudara kandung) yang

menderita gangguan skizoafektif, bipolar ataupun skizofrenia lebih

memungkinkan seseorang untuk mengembangkan gangguan tersebut

dibandingkan dengan orang tanpa sanak saudara derajat pertama yang menderita

gangguan tersebut. Berdasarkan anamnesa keluarga pihak ayah dan ibu, tidak ada

keluarga yang memiliki gejala yang sama dengan pasien. Selain itu tidak ada

saudara kandung pasien yang memiliki keluhan yang sama. Kelainan genetik ada

pada pasien ini dapat dikesampingkan.

Faktor psikososial yang paling mendukung terjadinya gangguan

skizofrenia adalah stress, dimana suatu teori diajukan bahwa stress berkelanjutan

dapat menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang dapat

menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan

sistem pemberi signal intraneuronal. Perubahan ini menyebabkan seseorang

berada pada risiko lebih tinggi untuk menderita episode gangguan skizofrenia

selanjutnya tanpa adanya stressor eksternal. Pasien awalnya mengalami kesedihan

dan kecewa saat dirinya tidak bisa masuk ke pesantren untuk lanjutkan sekolah,

ditambah lagi adik pasien meinggal karena HIV, pasien juga mengaku frustasi

karena selalu di remehkan, merasa tidak dihargai, dan merasa selalu dijahati di

rumah. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan skizofrenia.

32

Page 33: vvvvvvv

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :

Surabaya. 1994.

2. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 1998.

3. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and Schizophrenia

AmongMedicaid Patients. Diakses melalui: www.psychiatryonline.org/data/Journals/

4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental

disorders (DSM V TM). American Psychological Association (APA): Washington

DC.

5. Agus, Dharmady. 2003. Psikopatologi: Dasar di Dalam Memahami Tanda dan

Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Ed.1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

Atmajaya: Jakarta.

6. Maslim, Rusdi, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III dan DSM 5. Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

Atmajaya: Jakarta.

7. Sadock, Benjamin James., Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock Buku Ajar

Psikiatri Klinis. Ed.7. Jakarta : EGC

8. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Klinis Obat Psikotropik. Ed 3.Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

33