Top Banner
Teknik Konfigurasi Router Untuk Pembatasan Akses Internet Berbasis Waktu Sukarno Bahat Nauli Pengolahan Limbah Cair Kertas dan Pulp Dengan Menggunakan Aerasi dan Tekanan Filter Karbon Aktif Nurhayati dan Imam Mahmudin Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Pendataan Penjualan Pada Toko Virgo Jaya Berbasis Java Netbeans Prionggo Hendradi dan Licke Silvana Adhinata Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada Pengolahan Air Sumur Tercemar Limbah Domestik Tambak Manurung, Yusriani Sapta Dewi, Benjamin J.Lekatompessy Analisis Rancangan Deteksi Sinyal Berbasis Syaraf Listrik Pertumpun Gurusinga dan Ignatius Widagdo Sidik Volume 8 No.1 Maret 2012 9 772161 184400 ISSN 0216-1184
13

Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Feb 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Teknik Konfigurasi Router Untuk Pembatasan Akses Internet

Berbasis Waktu

Sukarno Bahat Nauli

Pengolahan Limbah Cair Kertas dan Pulp Dengan Menggunakan

Aerasi dan Tekanan Filter Karbon Aktif

Nurhayati dan Imam Mahmudin

Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Pendataan Penjualan

Pada Toko Virgo Jaya Berbasis Java Netbeans

Prionggo Hendradi dan Licke Silvana Adhinata

Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada Pengolahan Air

Sumur Tercemar Limbah Domestik

Tambak Manurung, Yusriani Sapta Dewi, Benjamin J.Lekatompessy

Analisis Rancangan Deteksi Sinyal Berbasis Syaraf Listrik

Pertumpun Gurusinga dan Ignatius Widagdo Sidik

Volume 8 No.1 Maret 2012

9 7 7 2 1 6 1 1 8 4 4 0 0

I SSN 21611 84

ISSN 0216-1184

Page 2: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Volume 8 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN 0216-1184

JURNAL ILMIAH FAKULTAS TEKNIK

L I M I T’S

SUSUNAN REDAKSI

Pimpinan Umum/Penanggung Jawab: Berlin Sitorus, S.Kom.,M.Kom (Dekan Fakultas Teknik)

Staff Ahli: Dr. Ir. Jupiter Sitorus, M.Eng. Dr. Yusriani Sapta Dewi, MSi. Dr. Ir Tambak Manurung, MS.

Drs. S.H. Hutapea, M.Kom

Pimpinan Redaksi: Ir. Nunung Nurhayati, M.Si

Sekretaris Redaksi:

Kiki Kusumawati, ST, MMSi.

Anggota Dewan Redaksi: Drs. Charles Situmorang, M.Si.

Sukarno Bahat Nauli Sitorus, S.Kom., M.Kom. Agung Priambodo, S.Kom., M.Kom. Dra. Pertumpun Gurusinga, M.MSi.

Hernalom Sitorus, ST.,M.Kom. Bosar Panjaitan, SSi.,M.Kom. Riama Sibarani, SSi.M.MSi

Prionggo Hendradi, S.Kom.M.Kom

Sekretariat: Lina Mursadi, SE.

Alamat Redaksi Publikasi Ilmiah:

Fakultas Teknik – Universitas Satya Negara Indonesia Jl. Arteri Pondok Indah No. 11 Jakarta Selatan 12240 Indonesia

Telp. (021) 7398393, Fax: (021) 7200352 http://www.usni.ac.id

Page 3: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

DAFTAR ISI

Teknik Konfigurasi Router Untuk Pembatasan Akses Internet 1 - 13

Berbasis Waktu

Sukarno Bahat Nauli

Pengolahan Limbah Cair Kertas dan Pulp Dengan Menggunakan

Aerasi dan Tekanan Filter Karbon Aktif 14 - 26

Nurhayati dan Imam Mahmudin

Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Pendataan Penjualan 27 - 36

Pada Toko Virgo Jaya Berbasis Java Netbeans

Prionggo Hendradi dan Licke Silvana Adhinata

Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada Pengolahan Air 37 - 46

Sumur Tercemar Limbah Domestik

Tambak Manurung, Yusriani Sapta Dewi, Benjamin J.Lekatompessy

Analisis Rancangan Deteksi Sinyal Berbasis Syaraf Listrik 47 - 56

Pertumpun Gurusinga dan Ignatius Widagdo Sidik

Page 4: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

EFEKTIVITAS BIJI KELOR (Moringa oleifera) PADA PENGOLAHAN AIR SUMUR TERCEMAR LIMBAH DOMESTIK

Tambak Manurung, Yusriani Sapta Dewi, Benjamin Julies Lekatompessy Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Universitas Satya Negara Indonesia

Abstrak

Pemanfaatan bahan-bahan koagulan alami seperti biji kelor (Moringa oleifera) dimungkinkan dapat menggantikan

bahan koagulan sintetis pada proses pengolahan limbah domestik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas biji kelor (Moringa oleifera) untuk pengolahan air limbah domestik. Metode penelitian yang digunakan

adalah Rancang Acak Lengkap. Analisis data dengan Anava dan uji uji lanjut Least Significant Different (LSD).

Hasil yang diperoleh serbuk biji kelor sebagai bahan koagulan sangat mempengaruhi perubahan-perubahan pH,

Kekeruhan, TSS dan TDS. Peningkatan kekeruhan pada air sumur dengan perlakuan dosis serbuk biji kelor tersebut

disebabkan adanya peningkatan kadar senyawa dikumarol yang terkandung di dalam serbuk biji kelor.

Kata kunci : biji kelor, koagulan, pengolahan limbah domestik

Abstract

The use of natural materials such as seed coagulant kelor (Moringa oleifera) is possible to replace the synthetic

coagulant materials on domestic wastewater treatment process. This study aims to determine the effectiveness of

kelor seeds (Moringa oleifera) for domestic wastewater treatment. The research method used was Completely

Randomized Design. Analysis of data by ANOVA and Least Significant further test test Different (LSD). Results

obtained powder kelor seeds as coagulant material greatly affect the changes of pH, Turbidity, TSS and TDS.

Increased turbidity in the water with kelor seed powder dose treatment is due to increased levels of dikumarol

compounds contained in kelor seed powder.

Keywords: kelor seeds, coagulant, domestic wastewater treatment

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan manusia wajib minum air putih 8 gelas per hari. Tumbuhan dan binatang juga membutuhkan air. Dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. (Kodoatie, 2005). Oleh karena itu, pemeliharaan akan kualitas dan kuantitas sangatlah penting demi suatu kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

Air selalu menjadi perbincangan dalam beberapa dekade terakhir oleh para akademis dan pemerintahan. Permasalahan yang muncul adalah menurunnya kualitas air sungai dan atau air tanah karena pengaruh buangan cair industri maupun domestik. Banyak hal yang sudah dilakukan, tetapi belum seluruhnya dapat menanggulangi masalah yang nasional tersebut. Sangat ironis. Disaat kebutuhan akan air, terutama air bersih miningkat, berkaitan dengan meningkatnya kegiatan industri, perumahan dan pesatnya pertumbuhan penduduk, penyediaan air bersih justru menurun drastis (Suhenry dan Rahadiningrum, 2000). Kualitas air yang adapun sudah tidak sesuai lagi untuk pemenuhan berbagai keperluan, terutama bagi pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum.

Air minum yang ideal harus mempunyai karakteristik seperti jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk hidup yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya, tidak korosif dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Soemirat, 2000).

Metode pengolahan air khususnya air sungai yang umum digunakan adalah pengolahan secara fisika-kimia yakni koagulasi-floklasi diikuti dengan sedimentasi. Dalam proses koagulasi-flokulasi biasanya digunakan alum sebagai koagulan (Eckenfelder, 1989). Akan tetapi, metode ini sering mengalami kegagalan prosesnya terlalu kompleks dan membutuhkan biaya yang relatif tinggi (Chandra, 1998). Beberapa jenis koagulan anorganik yang banyak digunakan dalam pengolahan air atau limbah

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

37

Page 5: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

cair diantaranya aluminium sulfat (alum), polialuminium klorida (PAC), besi sulfat (II), besi klorida (II), dan lain-lain (Metcalf dan Eddy, 1979).

Selain koagulan anorganik, tersedia pula alternatif lokal sebagai koagulan organik alami dari tanaman yang mudah diperoleh. Koagulan alami ini biodegradabel dan aman bagi kesehatan manusia (Rahayu, 2011).

Kelompok penelitian The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah dan besar. Penelitian ini dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman kelor (Moringa oleifera).

Biji kelor telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan kekeruhan pada limbah cair kelapa sawit. Biji kelor juga tidak mengandung senyawa toksik sehingga aman bagi kesehatan (Hasbi dkk, 2000).

Dari uraian di atas, pemanfaatan bahan-bahan koagulan alami seperti biji kelor dimungkinkan dapat menggantikan bahan koagulan sintetis seperti alum sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan industri dapat teratasi. Di sisi lain pemanfaatan biji kelor yang selama ini jarang digunakan tentunya akan membantu meningkatkan perekonomian petani yang menanam pohon kelor.

Perumusan Masalah

Bagaimana efektitivitas koagulan alami cairan serbuk biji kelor (Moringa Oleifera) dalam mengolah air sumur tercemar ? Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui efektivitas dari koagulan alami cairan serbuk biji kelor (Moringa Oleifera) dalam mengolah air sumur tercemar limbah domestik. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat dan industri pada umumnya mengenai

pemanfaatan biji kelor, sekaligus sebagai upaya megurangi pemakaian koagulan kimiawi. 2. Meningkatkan informasi dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut oleh berbagai pihak

yang memiliki kepentingan dalam pengolahan sumber air tercemar dengan memanfaatkan biji kelor sebagai koagulan alami. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sumur dengan kriteria fisik mengalami

kekeruhan, berwarna, berasa dan berbau. 2. Kondisi yang diamati adalah derajat keasaman (pH), tingkat kekeruhan, total padatan tersuspensi

(TSS) dan total padatan terlarut (TDS).

LANDASAN TEORI

Tanaman Kelor Kelor awalnya banyak tumbuh di India. Namun, kini kelor banyak ditemukan di daerah beriklim

tropis (Grubben, 2004). Tanaman ini merupakan famili Moringgaceae. Pohon kelor mempunyai ketinggian 3-10 meter, dengan tajuk tidak rapat, buahnya merupakan buah kotak bergantung yang panjangnya kira-kira 20 cm. Biji yang berbentuk bola dengan radius sekitar 3 mm. daun kelor berbentuk sirip dan setiap helai daunnya berbentuk bulat telur. Daun dan buahnya yang masih muda dapat dijadikan sayuran, sedangkan biji yang tua dapat dimakan setelah digoreng (Arifin dkk, 1993).

Biji kelor sebagai koagulan

Biji kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelantang (Jawa) dan berbau minyak “behen” atau “ben”. Buahnya berbentuk memanjang, berwarna hijau, keras dan panjang 30-50 cm (Jonni dkk, 2008). Biji kelor telah banyak dimanfaatkan sebagai koagulan alami. Salah satunya yang pernah dimanfaatkan oleh Dwirianti (2007) untuk menurunkan kekeruhan air lindi di tempat pengolahan akhir

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

38

Page 6: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

(TPA) Benowo. Selain menurunkan kekeruhan, biji kelor juga efektif menurunkan kadar logam berat. Serbuk biji kelor tanpa kulit ari memberikan efisiensi penurunan logam Cu

2+ lebih besar daripada yang

berkulit ari (Widarti dan Titah 2007). Efektivitas koagulasi dari biji kelor ditentukan oleh kandungan protein kationik bertegangan rapat

dengan berat molekul sekitar 6,5 kdalton. Zat aktif (active agent) yang terkandung dalam biji kelor yaitu 4α L-rhamnosyloxy-benzyl-isothiocyanate (Sutherland dkk, 1990; Muyibi dan Evison, 1995)

Bahan koagulan biji kelor adalah protein kationik yang larut dalam air. Potensial zeta larutan 5% biji kelor tanpa kulit adalah sekitar +6 mV (Ndabigengesere dkk, 1995). Menurut Nurasiah, dkk (2002) biji kelor diketahui mengandung polielektrolit kationik dan flokulan alamiah dengan komposisi kimia berbasis polipeptida yang mempunyai berat molekul 6.000 – 16.000 dalton, mengandung 6 asam-asam amino sehingga dapat mengkoagulasi dan flokulasi kekeruhan air. Polielektrolit membantu koagulasi dengan menetralkan muatan-muatan partikel koloid tetapi polielektrolit bermuatan sama sebagaimana koloid dapat juga digunakan sebagai koagulan dengan menjembatani antar partikel (Stevens, 2001). Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin coagulare yang berarti bergerak bersama-sama dan flokulare yang berarti membentuk flok yang digunakan untuk menjelaskan agregat partikel-partikel koloid (Metcalf and Eddy, 1994).

Koagulasi adalah destabilisasi partikel yang dihasilkan melalui kompromi lapisan ganda bermuatan listrik yang mengelilingi permukaan partikel. Flokulasi merupakan destabilisasi partikel melalui adsorbsi organik yang diikuti dengan pembentukan partikel-polimer-partikel. Proses koagulasi dan flokulasi dapat dijelaskan secara umum yaitu serangkaian proses yang meliputi destabilisasi muatan partikel karena adanya penambahan koagulan. Penyebaran pusat-pusat aktif partikel yang tidak stabil akan saling mengikat partikel-partikel pada air keruh (pembentukan inti endapan) kemudian proses pengendapan flok-flok (penggabungan inti endapan) dan yang terakhir terjadi proses pengendapan flok pada bak pengendapan (Metcalf and Eddy, 1994).

Menurut Darpito (1989) Koagulasi merupakan proses penting yang telah dilasanakan secara meluas dalam pengolahan air, terutama terhadap air permukaan, proses ini juga diterapkan untuk pengolahan air buangan rumah tangga maupun industri. Koagulasi terhadap air dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan utama adalah untuk menghilangkan :

1. Kekeruhan, bahan organik dan anorganik 2. Warna 3. Bakteri 4. Algae dan lain organisme seperti plankton 5. Rasa dan bahan-bahan penyebab rasa 6. Fosfat, sebagai sumber makanan bagi pertumbuhan algae.

Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi dalam kaitannya dengan penggunaan tepung biji kelor sebagai koagulan (Suhenry dan Rahadiningrum, 2000), yaitu a. Suhu

Suhu rendah dapat mempengaruhi koagulasi, ini berkaitan dengan pH optimal cairan, dimana proses koagulasi dinyatakan dapat berjalan baik jika pH air baku olahan (abo) berkisar 8-10. Artinya, jika abo tidak dalam kisaran pH tersebut, penambahan koagulan ke dalam abo tidak ekonomis karena koagulan tidak bekerja optimal.

b. Bentuk koagulan Secara ekonomis laju pencampuran lebih efektif jika koagulan diberikan pada keadaaan

cair dibandingkan jika diberikan dalam bentuk padat. c. Tingkat kekeruhan

Pada tingkat kekeruhan rendah destabilisasi sulit terjadi, lebih muda jika dilakukan pada tingkat kekeruhan tinggi.

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

39

Page 7: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

d. Kecepatan pengadukan Pengadukan ditujukan untuk mempercepat kontak antara kandungan suspensi (koloid)

dalam abo dengan koagulan yang ditambahkan. Jika pengadukan lambat pengikatan akan rendah, sehingga flok yang terbentuk juga sedikit dan akibatnya proses penjernihan tidak tepat sasaran. Demikian halnya jika pengadukan dikerjakan terlalu cepat karena bisa jadi flok yang terbentuk akan terurai lagi.

Mekanisme koagulasi

Mekanisme terjadinya koagulasi dikelompokkan atas teori kimia dan teori fisika. Teori kimia menyatakan bahwa koloid memperolah muatan listrik pada permukaannya oleh ionisasi gugus kimia dan koagulasi atau destabilisasi terjadi karena interaksi kimia diantara partikel koloid dan koagulan (Arifin dkk, 1993). Muatan paartikel-partikel koloid penyebab kekeruhan di dalam air adalah sejenis, oleh karena itu jika kekuatan ionik di dalam air rendah, maka koloid akan tetap stabil. Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai permukaan muatan sejenis (negatif). (http://www.smk3ae.wordpress.com). AWWA (1971) mengemukakan bahwa, partikel-partikel pada air alami biasanya bermuatan negatif karena penggantian unsur-unsur pada sisi kristal dengan unsur-unsur yang bermuatan berlawanan atau melalui adsorpsi ion terutama ion OH

- dari air itu sendiri.

Teori fisika menekankan terutama terhadap faktor fisik sebagai lapisan listrik ganda (electrical double layer) dan adsorpsi counter ion dimana koagulasi terjadi melalui pengurangan gaya sebagaimana halnya zeta potensial (Arifin dkk, 1993). Pertikel koloid menyerap ion positif, ion-ion ini kemudian menyerap ion negatif tetapi jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif yang ada sehingga terjadi lapisan listrik ganda. Antara permukaan partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial yang disebut potensial elektrokinetik atau potensial zeta sedangkan ion-ion positif dan negatif di luar lapisan listrik ganda dapat bergerak bebas di dalam larutan. (AWWA, 1971).

Koagulan

Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini dapat mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan, partikel-partikel koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan diikat menjadi partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya yang besar, flok dapat mengendap karena gaya gravitasi (Kumalasari dan Satoto, 2011). Dalam pemakaian bahan kimia koagulan disebut juga flokulan (Scoutt J.S, et al, 1980). Beberapa koagulan anorganik yang banyak digunakan dalam pengolahan air atau limbah cair diantaranya aluminium sulfat (alum), polialuminum klorida (PAC), besi sulfat (II), besi klorida (II), dan lain-lain (Metcalf and Eddy, 1979).

Kelompok penelitian The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman kelor (Moringa oleifera). Dosis optimum koagulan biji kelor (nephelometric turbidity unit) adalah 50–200 mg/L.

Pengendapan

Pengendapan dilakukan untuk memisahkan benda terlarut atau tersuspensi pada air keruh. Pengendapan juga merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan lumpur yang terbentuk akibat penambahan bahan kimia (koagulan). Waktu pengendapan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk pada koagulasi (Khasanah, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pandia dan Husin (2005), disimpulkan bahwa waktu pengendapan efektif koagulan biji kelor terhadap turbiditas air sungai adalah 4 – 6 jam baik untuk partikel berukuran 100, 200, dan 300 mesh.

Parameter yang dukur Derajat keasaman (pH)

pH adalah kepanjangan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen (Miladi, 2010). pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. Istilah pH berasal dari “p” lambang matematika dari negatif

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

40

Page 8: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

logaritma, dan “H” lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. Yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

pH = -log [H

+]

pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang

berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika konsentrasi [H+] lebih besar daripada [OH-], maka material tersebut bersifat asam, yaitu nilai pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [OH-] lebih besar daripada [H+], maka material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7 (Vanila, 2009). Kekeruhan

Kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat di hubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis suspensi, karena tergantung juga pada ukuran dan bentuk butir (http://www.chemedu09.wordpress.com). Kekeruhan diukur dengan satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU).

Total Suspended Solid (TSS)

Menurut Salvato (1972), total suspended solid merupakan sisa padatan yang tertinggal pada penyaringan atau dengan kata lain berat zat padat tersuspensi atau tak terlarut dalam volume tertentu dari limbah cair, masing-masing berupa bahan organik dan mineral. Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan air. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke air sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik (Blom, 1994).

Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved solid adalah “benda padat yang terlarut” yaitu semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air (Santoso, 2008). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer(2×10-6 meter) (www.insansainsproject.wordpress.com).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan (15 experimental unit). Perlakuan adalah dosis serbuk biji kelor 0 mg/l, 50 mg/l, 100 mg/l, 150 mg/l, dan 200 mg/l. Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik (ANAVA) berdasarkan rancangan penelitian yang digunakan untuk setiap parameter yang diukur. Apabila dalam perlakuan menunjukan berbeda nyata (jika F hitung>F tabel 0,01) maka dilakukan uji lanjut Least Significant Different (LSD) untuk mengetahui perbedaan antara taraf perlakuan. Prosedur Pengujian

Adapun prosedur pengujian pengolahan air dengan biji kelor sebagai berikut: Preparasi Koagulan.Biji kelor yang sudah tua dikupas kulitnya kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh hingga mendapat ukuran serbuk yang seragam yaitu 30 mesh.

Sampel diambil dengan menggunakan botol plastik. Sampel diambil pada bagian permukaan air sumur, bagian tengah dan bagian dasar sumur dengan setiap pengambilan sebanyak 20 liter. Kemudian dihomogenkan dan ditutup rapat.

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

41

Page 9: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Nilai pH air sumur berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Tabel 1. Nilai pH air sumur berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Gambar 1. Rata-rata pH berdasarkan perlakuan dosis pembubuhan serbuk biji kelor

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa makin tinggi dosis pembubuhan serbuk biji kelor,

semakin rendah pH air sumur yang secara statistik memperlihatkan penurunan yang sangat berbeda namun sampai dosis 200 mg/lt masih dalam kategori pH netral.

Tabel 2. Analisis varian pengaruh perlakuan dosis biji kelor terhadap perubahan pH

Berdasarkan tabel 2. terlihat bahwa F hitung > F tabel 0.01 maka ada perbedaan sangat nyata.

5.2

5.4

5.6

5.8

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

0 mg/l 50 mg/l 100 mg/l 150 mg/l 200 mg/l

pH

Dosis Pembubuhan

Rata-rata pH

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

42

Page 10: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Nilai Kekeruhan berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Tabel 3. Nilai Kekeruhan berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Gambar 2. Rata-rata nilai kekeruhan berdasarkan perlakuan dosis pembubuhan serbuk biji kelor

Gambar di atas memperlihatkan bahwa semakin tinggi dosis pembubuhan biji kelor, maka semakin tinggi kekeruhan. Hal ini tidak seperti yang diharapkan. Penyebab terjadinya peningkatan kekeruhan yaitu :

1. Biji kelor mengandung senyawa dikumarol. Senyawa ini berfungsi sebagai anti koagulan sehingga fungsi biji kelor sebagai koagulan tidak seefektif dengan yang diharapkan untuk mengendapkan semua komponen yag terkandung di dalam air sumur.

2. Pada tingkat kekeruhan rendah (dalam hal ini rata-rata kekeruhan awal 29 NTU) destabilisasi sulit terjadi.

Tabel 4.Analisis varian pengaruh perlakuan dosis biji kelor terhadap perubahan kekeruhan

Tebel di atas memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata karena F hitung > F tabel 0.01.

0

200

400

600

800

1000

1200

0mg/l

50mg/l

100mg/l

150mg/l

200mg/l

Nila

i Ke

keru

han

(N

TU)

Dosis Pembubuhan

Rata -rata nilaikekeruhan

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

43

Page 11: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Nilai Total Suspended Solid (TSS) berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Tabel 5. Nilai TSS air sumur berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Gambar 3. Rata-rata nilai TSS berdasarkan perlakuan dosis pembubuhan serbuk biji kelor Gambar di atas memperlihatkan semakin tinggi dosis pembubuhan serbuk biji kelor, semakin tinggi nilai TSS.

Tabel 6. Analisis varian pengaruh perlakuan dosis biji kelor terhadap perubahan TSS

Tabel 6. memperlihatkan nilai F hitung > F tabel 0.01 sehingga ada perbedaan nyata dari perlakuan dosis biji kelor yang dibubuhkan terhadap peningkatan TSS.

050

100150200250300350400450

0mg/l

50mg/l

100mg/l

150mg/l

200mg/l

Nila

i TSS

(m

g/l)

Dosis Pembubuhan

Rata-rata nilai TSS

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

44

Page 12: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

Nilai Total Dissolved Solid (TDS) berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Tabel 7. Nilai TDS air sumur berdasarkan perlakuan dosis serbuk biji kelor

Gambar 4. Rata-rata nilai TDS berdasarkan perlakuan dosis pembubuhan serbuk biji kelor

Gambar di atas memperlihatkan semakin tinggi dosis pembubuhan serbuk biji kelor, semakin tinggi nilai TDS.

Tabel 8. Analisis varian pengaruh perlakuan dosis biji kelor terhadap perubahan TDS

Tabel 8. memperlihatkan nilai F hitung > F tabel 0.01 sehingga ada perbedaan nyata dari perlakuan dosis biji kelor yang dibubuhkan terhadap peningkatan TDS.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dengan menggunakan serbuk biji kelor sebagai bahan koagulan sangat mempengaruhi perubahan-perubahan pH, Kekeruhan, TSS dan TDS.

050

100150200250300350400

0 mg/l 50mg/l

100mg/l

150mg/l

200mg/l

Nila

i TD

S (m

g/l)

Dosis Pembubuhan

Rata-rata nilaiTDS

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

45

Page 13: Volume 8 No.1 Maret 2012 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/957/1/Jurnal%20Limit's%20Vol... · Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi dan flokulasi merupakan

2. Peningkatan kekeruhan pada air sumur dengan perlakuan dosis serbuk biji kelor tersebut disebabkan adanya peningkatan kadar senyawa dikumarol yang terkandung di dalam serbuk biji kelor.

Saran Perlu penelitian lebih lanjut dalam rangka meminimalkan atau mengeliminer kadar dikumarol

untuk memperoleh tingkat kekeruhan yang layak sebagai air bersih. DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, R J & Sjarief, R., 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Edisi 2, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kumalasari, F & Satoto, Y., 2011, Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih Hingga Layak Diminum, Laskar Askara, Bekasi.

Soemirat, J., 2000, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Eckenfelder, W W., 1989, “Industrial Water Pollution Control”, 2

nd editon, McGraw-Hil, Inc., New York.

Metcalf dan Eddy., 1979, “Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse”, 2nd edition, Tata McGraw Hill Publishing Co., New Delhi.

Grubben, G J H., 2004. “Plant Resources of Tropical Africa 2 Vegetables”, PROTA Foundation., Belanda. Jonni MS, Sitorus M, Katharina N., 2008, “Cegah Malnutrisi dengan Kelor”, Kanisius, Yogyakarta. Darpito, H., 1989, “Kualitas Air Dalam Teknik Penyehatan”, Unit Peminatan Teknik Penyehatan dan

Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institute Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta, hlm 62.

Suhenry, S & Rahadiningrum, S W S., 2000, “Biji Kelor Sebagai Koagulan Alternatif Pengganti Bahan Kimia”, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia & Proses 2000, Universitas Diponegoro, 26-27 Juli, hlm B.18-1 – B.18-6.

Chandra, A., 1998, “Penentuan Dosis Optimum Koagulan Ferro Sulfat-kapur Flokulan Chemifloc dan Besfloc, serta Bioflokulan Moringa Oleifera dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tesktil”, Laporan Penelitian Jurusan T.Kimia, Universitas Parahyangan, Bandung.

Hasbi, Purwanto E, Evawani., 2000, “Pemanfaatan biji kelor (Moringa oleifera) untuk penurunan tingkat kekeruhan limbah cair pabrik kelapa sawit”, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

Arifin dkk., 1993, “Penentuan Ukuran Partikel dan Waktu Kontak Minimum Dalam Penjernihan Air dengan Bijji Kelor Sebagai Koagulan”, Laporan Hasil Penelitian, Universitas Syah Kuala Darussalam, Banda Aceh.

Widarti PS, Titah HS., 2007, “Pengaruh penggunaan serbuk biji kelor (Moringa oleifera) terhadap penurunan konsentrasi Cu (II) dalam limbah cair buatan dengan proses adsorpsi”, Purifikasi 8, hlm 25-30.

Muyibi, S.A & Evison, L.M., 1995, “Moringa Oleifera Seeds for Softening Hardwater”, J.Water Research, 29(4), hlm 1099-1105.

Sutherland, J.P, Folkard G.K, dan Grant W.D., 1990, “Natural Coagulant for Appropriate Water Treatment”, a Novel Approach, J. Waterlines, (4), hlm 30-32.

Rahayu, R. S., 2011, “Kajian Potensi Biji Kelor (Moringa Oleifera) sebagai Koagulan”, termuat di: www.repository.ipb.ac.id, diakses 5 Maret 2012.

Khasanah, U., 2008, “Efektifitas Biji Kelor (Moringa Oleifera, LAMK) sebagai Koagulan Fosfat dalam limbah Cair Rumah Sakit (Studi Kasus di RSU Dr. Saiful Anwar Malang”, termuat di: www.lib.uin-malang.ac.id, diakses 15 November 2011.

Pandia, S. & Husin, A., 2005, “Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor Dalam Proses Penjernihan Air”, Jurnal Teknologi Proses, Univiversitas Sumatera Utara, Medan

Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.1

46