Top Banner

of 25

Koagulasi Dan Flokulasi

Oct 16, 2015

Download

Documents

koagulasi dan flokulasi.docx
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IIIKOAGULASI DAN FLOKULASI

Koagulasi Pengertian koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing) koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid dan suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut Kawamura (2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid dan padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutuhkan untuk zat kimia lain seperti polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan potasium permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis (Kawamura, 1991). Menurut Kawamura (1991), keefektifan pengadukan cepat dipengaruhi : Tipe koagulan yang digunakanJumlah zat kimia yang diberikan dan karakteristiknya masing-masingKondisi lokal, misalnya kondisi daerah, temperatur, kelayakan suplai energi dan sebagainyaKarakteristik air bakuTipe pengaduk zat kimiaKehilangan tekanan (headloss) yang tersedia untuk pengadukan cepatVariasi aliran pada instalasiJenis proses selanjutnyaBiayaDan lain-lain.

Kawamura (1991) menyebutkan bahwa pemilihan koagulan sangat penting untuk menentukan desain kriteria pengadukan cepat dan untuk proses flokulasi dan sedimentasi agar berjalan efektif. Koagulan yang sering digunakan adalah koagulan garam logam seperti : alumunium sulfat, ferric chloride, dan ferric sulfate. Polimer buatan seperti polydiallyl dimethyl ammonium (PDADMA) dan polimer kation alam seperti chitosan (terbuat dari kulit udang) juga dapat digunakan. Perbedaan antara koagulan logam dengan polimer kation adalah pada reaksi hidrolisnya dengan air. Garam logam mengalami hidrolisis ketika dimasukkan ke dalam air sedangkan polimer tidak. Reaksi hidrolisis ini menghasilkan hydroxocomplex seperti dan .Selain koagulan, biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan zat kimia yang dibubuhkan dalam pencampuran cepat. Zat kimia yang sering digunakan adalah alum, polimer kationik, potasium permanganat, chlorine, powerded activated carbon (PAC), amonia, kapur soda, serta anionic dan nonionic polymers. Pemilihan zat kimia yang tepat sangat penting khususnya pada air baku yang tidak memiliki alkalinitas yang cukup (Kawamura, 1991).Jenis koagulan yang sering dipakai (Reynolds, 1982) adalah :Alumunium Sulfat (Alum)Alum [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang umum digunakan karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang ada di dalam air bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan alumunium hidroksida sesuai dengan persamaan :Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2 + 14 H2OBila air tidak mengandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida yaitu berupa kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi : Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14 H2OAlkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan penambahan natrium karbonat. Kebanyakan perairan memiliki alkalinitas yang cukup sehingga tidak ada penambahan zat kimia selain alumunium sulfat. Nilai pH optimum untuk alum sekitar 4,5 8,0.Ferrous Sulfate (FeSO4) Ferrous sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 biasanya ditambahan untuk meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai Fe(OH)3. Reaksinya adalah : 2FeSO4. 7H2O + 2Ca(OH)2 + O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13 H2O Agar reaksi di atas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 9,5. Selain itu, ferrous sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi :3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0. Ferric Sulfate dan Ferric ChlorideReaksi sederhana ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam membentuk ferric hydroxide dengan reaksi :Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Sedangkan reaksi ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu :2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk membentuk hidroksida. Reaksinya adalah : 2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 Menurut Kawamura (1991), pengadukan cepat bisa dilakukan dengan sistem difusi secara hidrolis, mekanis maupun dengan pompa. Tipe pengadukan cepat yang umum digunakan, berdasarkan keefektifan, kemudahan pemeliharaan serta biaya, urutan pilihannya adalah sebagai berikut :Diffusion mixing dengan water jet bertekanan (Gambar 3.1)Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air baku tanpa penambahan zat kimia atau sudah mengalami destabilisai sebagian bisa digunakan dalam sistem injeksi zat kimia. Valve yang dipasang pada pompa bisa digunakan untuk mengontrol kecepatan pemompaan dan variasi energi input untuk aliran yang bervariasi dan berjenis-jenis zat kimia koagulasi. Sistem ini mempunyai durasi pengadukan sekitar 0,5 detik dan nilai G sekitar 1000 detik-1 (AWWA, 1997).

Sumber : Montgomery, 1985Gambar 3.1. Jet Injection Sistem Pengadukan Cepat

In-line static mixing (Gambar 3.2.)Pengaduk ini dikenal dengan pengaduk statis tidak bergerak. Pengaduk ini cukup efektif dalam proses koagulasi. Kelebihan pengaduk ini adalah (1) tidak adanya bagian yang bergerak, (2) tidak membutuhkan energi luar untuk menjadi input (masukan) ke dalam sistem, (3) lebih sedikit terjadinya penyumbatan daripada tipe pengadukan difusi dengan pompa. Kekurangannya adalah bahwa tingkat dan waktu pengadukannya merupakan fungsi debit aliran. Panjang pengadukan biasanya 1,5 2,5 diameter pipa. Dalam penerapannya, maksimum headloss yang melintasi unit koagulasi adalah 0,6 m. Desain instalasi pegolahannya harus mempunyai screen pada intake di bagian hulu dari pengaduk statis sehingga sampah-sampah besar tidak merusak pengaduk statis (Kawamura, 1991).

Sumber : Montgomery, 1985Gambar 3.2. In-line Static MixerNilai G dirumuskan sebagai berikut :

Untuk pengadukan cepat dengan static mixer besarnya P dapat diperoleh melalui persamaan (Kawamura, 1991) :

Dimana : P= energi pengadukan, (Watt = N.m/s)= viskositas absolut air (N.s/m2) = 1,336.10-3 N.s/m2 pada 10 CV= volume zone pengadukan (m3)Q= debit aliran (m3/s)w= berat air = 1000,15615 kg/m3h= tekanan jatuh (m)S= specific gravity = 1,00N= jumlah elemen pengadukan

Mechanical mixing (Gambar 3.3) Pengaduk mekanis secara umum merupakan tipe pengaduk paddle atau propeller. Lebih dari satu set blade propeller atau paddle tersedia pada sebuah shaft. Pengaduk mekanis sering dirancang dengan penggerak shaft vertikal dengan sebuah penurun kecepatan dan motor elektrik. Nilai desain untuk kebanyakan sistem pengaduk cepat secara mekanis yaitu waktu detensi 10 60 detik dan nilai G sebesar 600 1000 detik-1 (AWWA, 1997).Menurut Reynolds, 1982:

Gradien kecepatan : G2 = Menurut Fair & Geyer, 1986:Daya pengadukan yang dibutuhkan- Untuk single blade : P = 5.74 x 10-4. Cd . . (1 K )3 n3 r3 A - Untuk multiple blade : P = 1.44 x 10-4 CD . . (1 K )3 n3 b (r4 - r04 ) Cd = Koefisien Drag , harganya ditentukan sbb :Tabel 3.1. Harga Koefisien DragNoPanjang : LebarCd

151,2

2201,5

31,9

Sumber: Reynolds, 1982

Keterangan : P : Daya pompa (watt) n : jumlah putaran permenit (rpm) : viskositas dinamis (Ns/m2) r : jari-jari blade/impeller (m) v : volume (m3) A : luas blade/impeller (m2) Cd: koefisien drag b : lebar blade/impeler (m) : berat jenis air (kg/m3) td : waktu tinggal (jam)G : gradien kecepatan (1/dt)k : ratio kecepatan fluida terhadap kecepatan blade/impeller

Sumber : Montgomery, 1985Gambar 3.3. Mechanical Mixer

In-line mechanical mixing (Gambar 3.4)Tipe pengaduk ini menghasilkan pengadukan cepat yang lebih efisien walaupun letaknya tetap. Keuntungan menggunakan tipe ini adalah bisa mencapai dispersi atau penyebaran zat kimia yang cepat. Pengaduk ini beroperasi pada watu detensi yang pendek (kurang dari satu detik) dan pada nilai G yang tinggi. Namun, hal tersebut menjadi pertimbangan penting karena menjadi kelemahan alat ini dalam air yang membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama dan lebih dari satu zat kimia untuk pembentukan flok (AWWA, 1997). Sumber : Montgomery, 1985Gambar 3.4. In-line Mechanical Mixer

Hydraulic mixing dengan terjunan (Gambar3.5)Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan menggunakan V-notch, saluran air, orifice, aliran turbulen sederhana yang disebabkan oleh kecepatan dalam pipa, fitting atau saluran. Total headloss untuk pengadukan zat kimia koagulan tidak lebih dari 3,2 m. Energi dari suatu terjunan efektif setinggi 30 cm menyediakan nilai G sebesar 1000 s-1 pada suhu 20 C (AWWA, 1997).Gradien kecepatan (G):400-1000 /dtWaktu detensi (td):60 detik (untuk kekeruhan tinggi)G x td:20.000 30.000

(2-11)dimana, G=gradien kecepatan (1/detik)g=percepatan gravitasi (m/s2)h=tinggi terjunan=viskositas kinematis

Gambar 3.5. Koagulasi Tipe Terjunan

Diffusion dengan pipe grid (Gambar 3.6)Tipe pengadukan cepat ini tergantung pada turbulensi yang diciptakan oleh pipa grid. Koagulan atau zat kimia lainnya ditambahkan ke dalam aliran melaui injeksi orifice di dalam grid. Masalah yang umum terjadi adalah tersumbatnya orifice setelah beberapa bulan hingga satu tahun instalasi beroperasi. Di bawah kondisi normal, pengaduk ini tidak direkomendasikan (Kawamura, 1991).

Sumber : Montgomery, 1985Gambar 3.6. Diffusion Flash Mixer

Salah satu jenis pengadukan cepat tipe hidrolis adalah pengadukan dalam pipa. Panjang pipa yang diperlukan untuk pengadukan cepat berdasarkan kecepatan aliran dan waktu pencampuran, dengan rumus perhitungan sebagai berikut (Darmasetiawan, 2001) :

Dimana : L = panjang pipa (m) V= kecepatan aliran dalam pipa (m/detik) = 2.5 4 m/detik Q = kapasitas pengolahan (m3/detik) td = waktu pencampuran (detik) A = luas penampang pipa (m)

= D2 G = gradien kecepatan (/dt)

= viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)

Gradient kecepatan 350-1700 /dt /detik. Dengan rumus sebagai berikut :

0.5Dimana : G = gradient kecepatan (per detik) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2) Hf = kehilangan tinggi tekanan sepanjang aliran (m) td = waktu pencampuran

= viskositas kinematis ( 1,306 x 10-6 m2/det pada temperatur 10 C)

Peavy (1985) menjelaskan bahwa parameter desain untuk pengadukan cepat adalah waktu pengadukan (t) dan gradien kecepatan (G). Untuk mendapatkan flok yang baik dilakukan pengadukan yang bertahap dan gradien kecepatannya makin lama makin menurun.

Tabel 3.2. Kriteria Desain Unit KoagulasiNoKeteranganUnitKawamura1Al-Layla2Reynolds3Darmasetiawan4Peavy5Montgomery6

1Gdtk-1300700 - 1000700 - 1000600 - 10001000

2Tddtk10 - 3030 - 6020 - 6020 - 4010 - 60

3G x Td300 - 160020000 - 30.0001000 - 2000

4pH alum opt.44,5 - 8,05,0 - 7,5

Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982; 4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985Pengadukan cepat dengan in-line static mixer mempunyai kriteria desain tersendiri yaitu (Kawamura, 1991) : G x t= 350 1700 (rata-rata 1000)t= 1 5 detik

3.2. FlokulasiMenurut kawamura (1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat yang mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat. Tujuannya adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya gumpalan partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah koagulasi-flokulasi kadang-kadang digunakan secara bergantian dalam beberapa literatur. Namun penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua tahap proses. Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria di bawah ini (Montgomery, 1985) :Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung, softening atau sludge conditioning.Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna, partikel tersuspensi dan temperatur.Tipe koagulan yang digunakan.Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan.Proses flokulasi bisa dilakukan melalui pengadukan mekanis maupun dengan baffle (Kawamura, 1991) :Pengadukan secara mekanisVertical shaft dengan turbin atau blade tipe propeler.Tipe paddle dengan horizontal atau vertical shaft.Baffled channelsHorizontal baffled channelVertically baffled channelMontgomery (1985) menjelaskan bahwa tipe flokulator yang umum digunakan adalah pengaduk mekanis. Flokulator dengan paddle digunakan untuk energi pengadukan rendah hingga sedang. Sedangkan flokulator dengan propeler atau turbin digunakan untuk energi pengadukan sedang hingga besar. Pengadukan di dalam flokulator direkomendasikan dengan menggunakan pengaduk paddle shaft vertikal karena dapat menghasilkan energi yang bervariasi terhadap zona-zona flokulasi. Sedangkan bak flokulasi yang disarankan adalah rektangular karena dapat menghasilkan pengadukan yang sempurna (AWWA, 1997).Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan lebih besar (Peavy, 1985).Menurut Kawamura (1991), nilai gradien kecepatan masing-masing tipe flokulasi dapat ditentukan sebagai berikut : Baffle ChannelPersamaan yang digunakan:

dengan: G= gradien kecepatan (1/dtk)g= percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2)h= headloss total (m)= viskositas kinematik air (m2/dtk)td = waktu dsetensi (dtk)hL= headloss per belokan (m)K= 1,5v= kecepatan aliran air (m/dtk)(Kawamura, 1991)

Sumber : AWWA, 1997Gambar 3.7 Baffled Channels

2. Pengaduk mekanis dengan paddle

Dimana :CD= koefisien drag yang tergantung pada bentuk paddle dan kondisi aliran (nilainya 1,8)A= luas daerah paddle (m2)= viskositas kinematik fluida (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 CV= volume tangki flokulasi (m3)v= kecepatan aliran (m/s)

Sumber : Kawamura, 1991Gambar 3.8 Horizontal Shaft Flocculator3. Pengadukan melalui plat berlubang, pengadukan ini memanfaatkan kontraksi pada waktu air melalui lubang.

Diffuser

Detail plat

Gambar 3.9. Flokulator Melalui Media Berlubang

Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan lebih besar (Peavy, 1985).Menurut Darmasetiawan (2001) pada model flokulator dengan plat berlubang kehilangan tekanan dan dapat dihitung dengan persamaan :

Sedangkan untuk menghitung nilai G dicari dengan rumus :

Keterangan :Hf = kehilangan tekanan (m)K = koefisien kontraksi (2 - 4)Q = debit (m3/dt)N = jumlah lubang / diffuser

= viskositas kinematik (1.306 x 10-6 m/s2 pada suhu 10 oC)D = diameter lubang (m)A = luas plat (m2)L = jarak antar plat (m)Tabel 3.3. Kriteria Desain Flokulator Mekanis (Horizontal Shaft dengan Paddle)NoKeteranganUnitKawamura1Al-Layla2Reynolds3Darmasetiawan4Peavy5Montgomery6

1Gdtk-160 - 1010 - 7580 - 2070 - 20> 50

2Tdmnt30 - 4010 - 9010 - 2010 - 3015 - 20

3G x Td104- 105104- 105104- 105

4Dalam bak4,8

5Kec. maksm/s 1,00,15 1,00,1 - 1,01

6Luas paddle5 - 20 %area bak15 - 20 % area bak15 - 20 %area bak 20 % area bak

Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982; 4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985

Contoh perhitungan :Contoh 1Koagulasi Aliran air = 0,05 m3/sDiameter pipa = 8 inchi = 0,2032 mPanjang pengadukan (L)= 2,5 X 0,2032 m 0,5 mV = D2.L = (0,2032)2.(0,5)m = 0,016 m3

Dengan persamaan 2.12

Dengan persamaan 2.11, Dengan persamaan 2.10

=(tidak memenuhi)Dengan waktu detensi (t) = 2 detik maka nilai G x t = 175,7 x 2 = 351,4(memenuhi)Perhitungan kebutuhan PAC (Poly Aluminium Chloride)Pembubuhan PAC untuk 1 (satu) line= 150 ppm = 150 mg/LPembubuhan PAC untuk 2 (dua) line= 300 ppm = 300 mg/LDebit yang diolah untuk 2 (dua) line= (180+180) m3/jam = 360 m3/jam = 360.103 L/jamKebutuhan PAC= 360.103 L/jam x 300 mg/L = 1,08.108 mg/jam= 1,08.108 mg/jam x 10-6 kg/mg x 24 jam/hari= 2592 kg/hari Perhitungan kebutuhan NaOCl (Sodium Hypochloride)Debit yang diolah dalam 1 (satu) line= 50 L/sDPC (daya pengikat Chlor)= 1,2 mg/LSisa Chlor= 0,4 mg/LJadi, dosis chlor= (1,2 + 0,4) mg/LNaOCl mengandung 17,5 % chlor, sehingga dosis NaOCl adalah

= NaOCl yang dibutuhkan 1 (satu) line = 50 L/s x 9,14 mg/L = 457 mg/L = 457 mg/L x 10-6 kg/mg x 3600 s/jam = 1,6452 kg/jam = 39,4848 kg/hari 39,5 kg/hari

FlokulatorKapasitas Instalasi= 50 L/s = 0,05 m3/sViskositas kinematis ()= 1,306.10-6 m2/s pada suhu 10CPercepatan gravitasi= 9,81 m/s2DimensiDiameter flokulator= 4,8 mTinggi air existing= 3,6 mVolume tangki berdasarkan tinggi air := D2 x t = x (3,14) x (4,8)2 x 3,6 = 65,11 m3

Waktu detensi (td) = = = 1302,2 detik = 21,70 menit(memenuhi)Luas lintasan paddle= 20 % luas bak = 20 % x D2 = 20 % x (3,14) (4,8)2 = 3,62 m2Gradien kecepatan (G) dengan kecepatan aliran 0,5 m/s (Persamaan 2.14)

= = 69,20 /detik(memenuhi)G x td= 69,20 /detik x 1302,2 detik = 90.112,24(memenuhi)

Contoh 2Kriteria desain terpilihPengadukan dengan cara mekanisWaktu detensi (td): 60 dtkGradien kecepatan (G) : 1000 1/dtkKedalaman bak (H): 1,25 x lebar bakDiameter impeler (D): 50% x lebar bakJarak impeler dari dasar : 1 x diameter impelerJumlah putaran (N): 10 150 rpmJumlah bak pengaduk: 2 bakViskositas absolut air (): 0,890 x 10-3 kg/m.dtkMassa jenis air (): 997 kg/m3PerhitunganDebit tiap bak (Q),

Volume bak (V),

Dimensi bak,Panjang (p)= 2 mLebar (l) = 2 mKedalaman (H)= 2 mDaya pengadukan (P),

Diameter impeler (Di),Di= 50% x 2 = 1 mJari-jari impeler (r),

Jarak impeler dari dasar (H),H= Di = 1 mJumlah putaran (N),Untuk koagulasi pengaduk yang digunakan adalah blade menerus, dengan demikian ri = 0 dan blade ada di kedua sisi batang pengaduk, maka:

\Bak koagulanKriteria desain terpilihKoagulan yang digunakan: Aluminium sulfat (Al3(SO4)3.14H2O)Kadar alum aktif: 49 %Massa jenis ():134 gr/100 ml (1,34 kg/l)Konsentrasi larutan alum : 5 %Dosis alum maksimum (Cal): 40 mg/lJumlah bak koagulan: 2 bakWaktu pencampuran (tc): 8 jamPerhitunganKebutuhan alum (M),

Debit koagulan (Q),

Volume alum yang dibutuhkan selama pencampuran (Val),Val= Q x tc= 54,83 x 8 = 438,64 lVolume larutan (Vlar),

Dimensi bak pembubuhPanjang (p)= 2 mLebar (l) = 2 mKedalaman (H)= 2,4 m

Sistem pembubuhan koagulanSistem pembubuhan koagulan dilakukan dengan menggunakan pompa pembubuh (dosing pump). Dosing pump menyedot koagulan pada bak koagulan di ruang pembubuh kemudian menginjeksikannya ke pipa header sebelum masuk ke unit koagulasi.Debit koagulan (Q)= 54,83 l/jam

Berdasarkan perhitungan debit koagulan yang dibutuhkan dan besarnya volume per stroke dapat ditentukan jenis dosing pump yang digunakan serta setting panjang strokenya dengan menggunakan grafik. Dari grafik didapat jenis dosing pump DM2-48 dengan tekanan 5 bar yang disetting pada angka 10.

FlokulasiKriteria desain terpilihPengadukan dengan cara hidrolis (baffle channel vertikal)Jumlah bak: 2 bakJarak antar baffle minimum: 0,75 mKedalaman (H) : 4 mJumlah channel (n): 6 buahJumlah belokan (n-1): 5 buahHeadloss (hL): 1 2 ft (0,3 0,6 m)Gradien kecepatan (G): 20 70 1/dtkWaktu detensi minimum (td): 20 menit (1200 dtk)Kecepatan aliran (v): 0,1 0,4 m/dtkViskositas kinematik air ( ): 0,893 x 10-6 m2/dtkK: 1,5PerhitunganVolume bak (V),

Kedalaman bak dibuat 4 m dan lebar bak dibuat 3 m, maka panjang bak (p),

Headloss per channel (h),

Tahap I (h1),G = 70Td= 200 dtk

Tahap II (h2),G = 60Td= 200 dtk

Tahap III (h3),G = 50Td= 200 dtk

Tahap IV (h4),G = 40Td= 200 dtk

Tahap V (h5),G = 30Td= 200 dtk

Tahap VI (h6),G = 20Td= 200 dtk

Jadi headloss channel total (hchannel),hchannel = h = 0,253 mLuas bukaan (A),A = 0,7 x 0,5= 0,35 m2Kecepatan aliran (v),v= Q/A = 0,125/0,35= 0,36 m/dtkHeadloss per belokan (hL),

Terdapat lima (5) buah belokan, maka :hL = 5 x hL= 0,05 m