PRESENTASI KASUS VITILIGO Pembimbing : dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK Disusun Oleh : Suryo Adi Kusumo B. G4A013002 SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRESENTASI KASUS
VITILIGO
Pembimbing : dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK
Disusun Oleh :Suryo Adi Kusumo B. G4A013002
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO2014
1
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
VITILIGO
Oleh :
Suryo Adi Kusumo B. G4A013002
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RS Margono Soekarjo Purwokerto.
telah disetujui dan dipresentasikan
pada tanggal: Mei 2014
Purwokerto, Mei 2014
Mengetahui
Pembimbing,
dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan presentasi kasus dengan judul “VITILIGO”.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
presentasi kasus ini. Akhirnya penulis berharap, semoga presentasi kasus ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Purwokerto, Mei 2014
Penulis
3
BAB I. KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. H
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Bener 02/07, Majenang
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk RS : 24 April 2014
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Warna kulit berubah menjadi pucat dan putih di tangan, wajah, kaki.
2. Keluhan Tambahan
Pasien tidak mengeluhkan perubahan warna yang terjadi disertai dengan
gatal ataupun terasa panas dan pegal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki, usia 47 tahun, datang ke poli Kulit Kelamin RSMS
dengan keluhan perubahan warna kulit menjadi lebih pucat dan putih di
tangan, kaki dan wajah. Keluhan tersebut sudah ia rasakan sejak usia 40
tahun yang lalu dan semakin melebar. Pasien menyangkal perubahan
warna kulit disertai dengan gatal, ataupun rasa pegal dan panas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit kulit yang lainnya disangkal
b. Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
c. Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
d. Riwayat kencing manis disangkal
e. Riwayat penyakit jantung disangkal
f. Riwayat penyakit ginjal dan hati disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan yang sama disangkal
4
b. Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
c. Riwayat kencing manis (DM) disangkal
d. Riwayat penyakit jantung disangkal
e. Riwayat penyakit ginjal dan hati disangkal
6. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah rutin berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSMS.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai petani, tinggal bersama seorang istri dan keempat
anaknya. Pasien terkesan termasuk berstatus ekonomi menengah ke bawah
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis, GCS E4M6V5
3. Vital Sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Laju pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
4. Berat badan : 47 kg
5. Tinggi badan : 156 cm
6. Kepala : Simetris, mesochepal, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut, tidak tampak jejas
trauma, tidak tampak bekas operasi, tidak
terdapat limfadenopati cervical. Terdapat makula
hipopigmentasi.
7. Mata : Konjungtiva dekstra et sinistra tidak anemis,
sklera dekstra et sinistra tidak ikterik
8. Hidung : Pada pemeriksaan hidung tidak tampak discharge,
nafas cuping hidung, deviasi septum, maupun
deformitas.
9. Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor dan tremor
5
10. Telinga : Telinga tampak simetris dan tidak tampak
discharge.
11. Jantung : Ictus cordis tidak kuat angkat, S1 > S2 reguler,
tidak ada murmur maupun gallop
12. Paru : Suara dasar vesikuler, tidak ada ronkhi dan
wheezing
13. Abdomen : Bising usus (+) normal
14. Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada keempat ektremitas,
tidak terdapat limfadenopati inguinal, akral
hangat, kuku tampak bercahaya, tidak ada
lekukan lekukan milier. Terdapat makula
hipopigmentasi di ekstremitas superior dan
inferior di regio manus dan pedis menjalar ke
arah proksimal.
Status Dermatologis
1. Lokasi :
Regio manus dextra et sinistra, pedis dextra et sinistra dan facialis
2. Inspeksi :
Efloresensi berupa makula hipopigmentasi batas tegas berukuran milier,
numular sampai plakat. Rata dengan kulit sekitarnya.
Palpasi :
Perabaan halus seperti kulit di sekitarnya, nyeri tekan -, kalor -, edema -,
tanda tetesan lilin -
D. Diagnosis Kerja
Vitiligo
E. Diagnosis Banding
Tinea versicolor, piebaldism, pitiriasis alba.
6
F. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan darah rutin, asam urat, liver function test, renal function test, T3
dan T4.
G. Terapi
a. Medikamentosa
Topikal
Psoralen lotion oles 3 menit dengan paparan sinar matahari kemudian
bilas
Hidrocortison 2,5% tube
ʃ 2 dd 1 oles
b. Nonmedikamentosa
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan perjalanan
penyakit yang kronik residif serta kemungkinan sendi dan kuku
dapat terkena. Pengobatan memerlukan kesabaran karena sulit
mencapai taraf kesembuhan sempurna, pengobatan lebih ditujukan
untuk memperbaiki kosmetik dan meningkatkan kulaitas hidup
pasien
2. Menjelaskan pasien agar teratur dalam mengkonsumsi obat dan
pemakaian obat salep dengan memperhatikan cara penggunaanya
H. Prognosis
Ad vitam ad bonam
Ad fungsionam ad bonam
Ad sanationam dubia ad malam
Ad cosmeticum ad malam
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sejak zaman dahulu vitiligo telah dikenal dengan beberapa istilah
yakni shwetekusta, suitra, behak, dan beras.Kata vitiligo sendiri berasal dan
bahasa latin, yaknivitellus yang berarti anak sapi, disebabkan karena kulit
penderita berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Istilah
vitiligo mulai diperkenalkan oleh Celsus, ia adalah seorang dokter Romawi
pada abad kedua. Vitiligo adalah gangguan depigmentasi idiopatik didapat
yang ditandai dengan gambaran makula putih tidak bersisik,hasil dari
hancurnya melanosit kulit secara selektif (Djuanda, 2007).
B. Epidemiologi
Vitiligo terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi mencapai 1%.
Survey epidemiologi pada kepulauan Bornholm di Denmark menemukan
prevalensi vitiligo mencapai 0,38%. Kemungkinan bahwa angka ini juga
berlaku untuk negara-negara lain di utara-barat Eropa (Djuanda, 2007).
Vitiligo pada umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia
dewasa muda, dengan puncak onsetnya (50% kasus) pada usia 10-30 tahun,
tetapi kelainan ini dapat terjadi pada semua usia.Tidak dipengaruhi oleh ras,
dengan perbandingan laki-laki sama dengan perempuan. Pernah dilaporkan
bahwa vitiligo yang terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki,
tetapi perbedaan ini dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien
perempuan oleh karena masalah kosmetik (Djuanda, 2007).
C. Etiopatogenesis
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui.
Namun, diduga ini adalah suatu penyakit herediter yang diturunkan
secarapoligenikatau secara autosomal dominan.Berdasarkan laporan,
didapatkan lebih dari30% dari penderita vitiligomempunyai penyakit yang
sama pada orangtua, saudara, atau anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus
vitiligo yang terjadi pada kembar identik (Djuanda, 2007).
8
Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya.
Namun, beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo
pada seseorang2 :
1. Faktor mekanis
Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik,
misalnya setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik
dan kimiawi
2. Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A
Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar
matahari atau UVA dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada
bagian kulit yang terpajan
3. Faktor emosi / psikis
Dikatakan bahwa kira-kira 20% penderita vitiligo berkembang setelah
mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat
4. Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan
kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.
Masih sedikit yang diketahui tentang patogenesis vitiligo, sehingga
patofisiologi penyakit ini masih menjadi teka-teki. Sampai saat ini terdapat
4 hipotesis utama tentang mekanismepenghancuranmelanositpadavitiligo,
yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan, yaitu:
Hipotesis autoimun adanya hubungan antara vitiligo dengan tiroiditis
Hashimoto, anemia pernisiosa dan hipoparatiroid melanosit dijumpai pada
serum80% penderita vitiligo.
Hipotesis neurohormonal karena melanosit terbentuk dari neuralcrest,
maka diduga faktor neural berpengaruh. Tirosin adalah substrat untuk
pembentukan melanin dan katekol. Kemungkinan adanya produk
intermediate yang terbentuk selama sintesis katekol yang mempunyai efek
merusak melanosit. Pada beberapa lesi ada gangguan keringat dan
pembuluh darah terhadap respons transmiter saraf, misalnya asetilkolin.
Autositotoksik sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin
ke DOPA dan DOPA ke dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi
9
berbagai indol dan radikal bebas. Melanosit pada vitiligo dirusak oleh
penumpukan prekursor melanin. Secara in vitro dibuktikan tiroksin, dopa,
dan dopakrom merupakan sitotoksik terhadap melanosit.
Pajanan terhadap bahan kimiawi depigmentasi kulit dapat terjadi
terhadap pajanan Mono Benzil Eter Hidrokinon dalam sarung tangan atau
detergen mengandung fenol (Djuanda, 2007).
D. Gejala Klinis
Vitiligo merupakan anomali pigmentasi kulitdidapat. Kulit vitiligo
menunjukan gejala depigmentasi dengan bercak putih yang dibatasi oleh
warna kulit normal atau oleh hiperpigmentasi. Pada vitiligo, ditemukan
makula dengan gambaran seperti “Kapur” atau putih pucat dengan tepi
yang tajam (Wolff & Johnson, 2009).
Progres dari penyakit ini bisa merupakan suatu pengembangan
bertahap dari makula lama atau pengembangan dari makula