TINJAUAN PUSTAKA DIABETES MELLITUS DEFINISI Menurut Ammerican Diabetes Assosiation (ADA) 2010, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi Karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya [1] EPIDEMIOLOGI Secara epidemiologik, diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologik diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan DM tipe 2. [1] A. Klasifikasi
33
Embed
· Web viewTINJAUAN PUSTAKA DIABETES MELLITUS DEFINISI Menurut Ammerican Diabetes Assosiation (ADA) 2010, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELLITUS
DEFINISI
Menurut Ammerican Diabetes Assosiation (ADA) 2010, diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi Karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya [1]
EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologik, diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau terjadinya
diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas
dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan
adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi
perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara
epidemiologik diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya
obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua
faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan DM tipe 2.[1]
A. Klasifikasi
Tabel klasifikasi etiologis DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut:
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin
DM
Tipe lain
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
DM gestasional
BAGAN PENGELOLAAN DM
MANAJEMENT DM TIPE2
KENDALI GLKOSA:
-Diet /Gaya hidup sehat
- Latihan Jasmani
-Obat/insulin
KELAINAN KOMORBID:
-Dislipidemia
-Hipertensi
-Obesitas
-Peny.Jantung Kororner
PENAPISAN ?PENGELOLAAN KOMPLIKASI:
-Retinopati
-Nefropati
-Neuropati
-Peny.Kardio-vaskular
-Komplikasi lain
ny.
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasaradanya glukosuria .Guna pemantauan diagnosis DM,
pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena,
ataupun angka criteria diagnotik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.Ada perbedaan antara uji diagnostik
DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang
menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM. [1]
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah satu resiko DM sebagai
berikut:
Usia > 45 tahun
Usia lebih muda, terutama dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >23 kg/m2,
Kebiasaan tidak aktif
Turunan pertama dari orang tua dengan DM
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM
gestasional
Hipertensi (> 140/90)
Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
Menderita polycystic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
terkait dengan resistensi insulin
Adanya riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya
Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu aau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa
oral (TTGO) standar.
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT dan GDPT, sehingga
dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT
merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT
akan berubah menjadi DM, 1/3 lainnya tetap TGT, dan 1/3 lainnya kembali normal. Adanya
TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT ini resiko terjadinya
aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. TGT sering bertkaitan dengan
penyakit kardiovaskular, hipertensi dan dislipidemia.
Tabel. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar Glukosa
Darah Sewaktu
Plasma vena <100 100-199 > 200
Darah
kapiler
<90 90-199 > 200
Kadar Glukosa
Darah Puasa
Plasma vena <100 100-199 > 126
Darah
kapiler
<90 90-199 >100
Diagnosis DM ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan,
maka pemeriksaan glukosa plasama puasa >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Kedua dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah
dilakukan, mudah diterima oleh pasien dan murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis DM. Ketiga, dengan TTGO. Meskipun TTGO engan beban glukosa 75 gram
glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun memiliki keterbatasan tersendiri, karena sulit untuk dilakukan berulang-ulang. [1]
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung hasil yang diperoleh.
TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeiksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma puasa 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl.
GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glikosa plasma
puasa didapatkan antara 100-125 mg/dl.
Kriteria Diagnosis DM:
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
atau
2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa >126 mg/dl
atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO >200 mg/dl
Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis DM dan gangguan toleransi
glukosa
Diagnosis klinis DM akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuri, polidipsi,
polifagi dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang
mungkin dikeluhkan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria serta pruritus vulvae pada wanita. Jika keluhan khas ada, pemeriksaan glukosa
darah sewaktu >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. hasil pemeriksaan
glukosa darah puasa >126 mg/dl juga dijadikan patokan untuk diagnosis DM. Untuk
kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru sekali saja
abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa
>126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan >200
mg/dl.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO,1994):
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti kebiasaan sehari-hari dengan
karbohidrat yang cukup dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/KgBB (anak-anak)
dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
B. Penatalaksanaan
Tujuan :
1. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa
nyaman dan sehat.
2. Jangka panjang : mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati
maupun neuropati,
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.