JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MATA KULIAH KOMPUTER DAN INTERNET Diajukan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah : Komputer dan Internet (KOMNET) Dosen : Ipin Aripin,M.Pd Oleh : RIMA NURFITRIANI 14111620088 T.IPA Biologi C/VII KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
MATA KULIAH KOMPUTER DAN INTERNET
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS
Mata Kuliah : Komputer dan Internet (KOMNET)
Dosen : Ipin Aripin,M.Pd
Oleh :
RIMA NURFITRIANI
14111620088
T.IPA Biologi C/VII
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2014
1. Jelaskan desain pembelajaran menurut model :
a. ADDIE
Model ADDIE adalah salah satu model desain pembelajaran
yang memperlibatkan tahapan – tahapan dasar sistem
pembelajaran yang sederhana dan mudah di pelajari. Model
ADDIE juga dapat diterapkan untuk profesionalitas guru dan
tenaga kependidikan di lembaga – lembaga pendidikan. Model
ini menggunakan 5 tahap pengembangan yaitu Analysis, Design,
Development, Implementation, Evaluation. Sehingga dari tahap
pengembangan yang digunakan, model ini sering diset dengan
model ADDIE.
Langkah - langkah model desain pembelajaran ADDIE adalah
sebagai berikut:
1) Analisis
Pada langkah ini pendidik atau pendesain sistem
pembelajaran harus memperhatikan komponen- komponen
penunjang agar proses belajar mengajar dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. “Tahap analisis
merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar, yaitu menganalisis
kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan
analisis tugas.” (Muhammad Afandi dan Badarudin,
2011:24). Sehingga hasil yang diharapkan dapat sesuai
dengan hal-hal yang diharapkan sebelumnya. Dan pendesain
harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan,
karaktreristik, keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik serta kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh
peserta didik.
2) Desain
Design (Desain) merupakan tahap setelah proses
analisis dimana tahap ini adalah tidak lanjut atau
kegiatan inti dari langkah analisis. Desain pembelajaran
juga dikatakan sebagai rancangan dalam proses
pembelajaran. Desain disusun dengan mempelajari masalah,
kemudian mencari solusi melalui identifikasi dari tahap
analisis kebutuhan pada proses sebelumnya. Salah satu
tujuan dari tahap ini adalah menentukan strategi
pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai
tujuan dalam proses pendidikan, khususnya dalam mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan dalam proses
pembelajaran.
3) Pengembangan
Langkah pengembangan ini merupakan penjabaran dari
langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa
yang ada dalam desain pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Seperti
mengembangkan materi pelajaran, strategi pembelajaran,
pengembangan media pembelajaran dan penunjang
pembelajaran lainnya. Tahap pengembangan ini juga harus
dikombinasikan atau dipadukan dengan media – media yang
kiranya dapat mendukung pembelajaran. Selain itu, hal –
hal yang berada disekitarnya tentunya harus berhubungan
dan mendukung satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu,
pembelajaran akan berjalan dengan baik jika hal yang satu
dengan yang lain berhubungn dengan baik.
4) Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari langkah
pengembangan atau dalam kata lain ada proses penyampaian
materi dan informasi. Pendidik membimbing peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Pendesain juga harus memperhatikan model
dan strategi pembelajaran apa yang efektif untuk
digunakan dalam penyampaian materi, karena akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.
5) Evaluasi
Evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan untuk
memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian
terhadap kompetensi, pengetahuan, keterampilan, sikap
peserta didik setelah memperoleh program pembelajaran
tersebut. Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses
pembelajaran.
b. ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau
disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et
al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan
yaitu:
1) Analyze Learners (Menganalisis Pembelajar)
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi
karakteristik pembelajar. Media dan teknologi dikatakan
efektif bila ada kesesuaian antara karakteristik
pebelajar dengan metode media dan karakteristik
pembelajar. Faktor kunci Yang dibahas dalam analisis
pembelajar adalah sebagai berikut:
a) General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia,
tingkat pendidikan, pekerjaan atau posisi, kebudayaan
dan sosial ekonomi. Dengan analisis pebelajar akan
membantu pemulihan metode dan media pembelajaran yang
sesuai. Sebagai contoh pembelajar yang lemah dalam
ketrampilan membaca, lebih tepat diberi media non
cetak.
b) Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran
adalah untuk mengidentifikasi kompetensi spesifik dari
siswa. Kita dapat melakukan ini melalui cara-cara
informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau cara
formal lebih (seperti meninjau hasil tes standar).
c) Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-
sifat psikologis yang menentukan bagaimana seseorang
individu merasakan berinteraksi dengan dan merespon
secara emosional pada lingkungan belajar. Gardner
(1999) mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang
yaitu: visual, auditory dan kinestetik. Cara yang
terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan memberikan
variasi pembelajaran. Guru, Perancang kurikulum, dan
spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum
sehingga pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan
perbedaan gaya belajar. Variabel gaya belajar dapat
dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu:
Kekuatan persepsi
Kebiasaan memproses informasi
Faktor-Faktor motivasional
2) States Objectives (Menyatakan Tujuan)
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan
pembelajaran sekhusus mungkin. Tujuan ini dijabarkan
munkin dari silabus, buku teks, kurikulum atau
dikembangkan sendiri oleh gurunya. Suatu pernyataan
tujuan, bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam
pembelajaran melainkan apa yang harus dicapai pebelajar
dengan pembelajaran itu. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perumusannya adalah :
a. Tetapkan ABCD (Audience, Behavior, Conditions, Degree)
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997):
A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus
kepada apa yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh
pembelajar bukan apa yang harus dilakukan pengajar.
B (Behavior) kata kerja yang mendeskripsikan
kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar
setelah melalui proses pembelajaran dan harus dapat
diukur.
C (Conditions) pernyataan tujuan yang meliputi
kondisi dimana unjuk kerja itu diamati
D (Degree) pernyataan tujuan yang mengidentifikasi
standar atau kriteria yang menjadi dasar pengukuran
tingkat keberhasilan pembelajar.
b. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelopokan tujuan sangat penting karena
pemilihan metode dan media serta cara mengevaluasi
tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan. Suatu
tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar
utama yang akan dicapai . Meskipun ada rentangan
pendapat mengenai cara terbaik untuk mendiskripsikan
dan menorganisasikan jenis-jenis belajar, ada 3
kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu:
ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam
menuntaskan atau memahami sebuah materi yang
diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki kesulitan
belajar dengan pebelajar yang memiliki kesulitan
belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap
materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam
menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang
dimiliki tiap individu).
3) Select Strategies, Technology, Media, And Materials
(Memilih Strategi , Metode, Media Dan Bahan Ajar)
Suatu rencana yang sistematik dalam penggunaan media
dan teknologi tentu menuntut agar metode, media dan
materinya dipilih secara sistematis pula. Proses
pemilihannya melibatkan tiga langkah.
Memilih Metode : Metode ceramah, Metode Tanya jawab,
Metode diskusi, Metode pemberian tugas, dan Metode
simulasi.
Memilih format media
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan
membawakan pesan yang akan disajikan. Bentuk media
misalnya, bagan lembaran balik (gambaran diam dan
teks), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik),
video (gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia
computer (grafik, teks, dan gambaran bergerak pada
monitor).
Mendapatkan materi khusus
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap
pake yang disediakan oleh sekolah-sekolah atau juga
bisa dari internet atau dari sumber-sumber lain. Guru
seharusnya memperbarui konten-konten bidang studi
dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih
materi pembelajaran tergantung pada beberapa faktor.
Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat
menemukan materi yang sesuai maka pengajar perlu
memodifikasi materi yang ada. Dan hal tersebut merupakan
tantangan pengajar dan memerlukan krestifitas.
Merancang materi baru
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien
dari segi biaya bila menggunakan materi yang tersedia,
dengan atau tanpa modifikasi, dari pada mulai menyusun
materi baru. Memang lebih banyak waktu yang dibutuhkan
untuk mendesain materi yang dibuat sendiri.
4) Utilize Technology,Media And Materials (Memanfaatkan
Teknologi , Media, Dan Bahan Ajar)
Perubahan peradigman pembelajaran dari teacher-
centered ke student-centered, yang lebih memungkinkan
pembelajar memanfaatkan materi, baik secara mandiri
maupun kelompok kecil dari pada mendengarkan presentasi
guru secara klasikal.
5) Require Learner Participation (Partisipasi Pelajar Di
Dalam Kelas)
Partisipasi berisi kegiatan siswa dalam pembelajaran
di dalam kelas diawali dengan kesiapan siswa untuk
belajar yaitu siswa duduk dengan rapi di bangku masing-
masing, memberikan penghormatan dan mengucapkan salam
kepada guru. Guru mengkondisikan kelas sampai siswa siap
dalam belajar (nyaman). Pada kegiatan awal guru
memberikan salam, motivasi, melakukan apersepsi dengan
menanyakan keadaan siswa serta menyampaikan tujuan dan
manfaat pembelajaran.
6) Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi)
a. Menilai hasil pembelajar
Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada
hakekat tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut
keterampilan kognitif , misalnya mengingat hukum OHM,
membedakan kata sifat dengan kata keterangan,
menyimpulkan sesuatu.
b. Menilai motode dan media
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran.
c. Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data
evaluasi yang dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi.
c. Kemp
Model desain system interuksional yang dikembangkan
oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut
Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul. Model
system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak
ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai
proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen
tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi
untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model
Kemp, dilihat dari kerangka sistem merupakan model yang
sangat luwes.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional
menurut Kemp adalah:
1. Hasil yang ingin dicapai
2. Analisi tes mata pelajaran
3. Tujuan khusus belajar
4. Aktivitas belajar
5. Sumber belajar
6. Layanan pendukung
7. Evaluasi belajar
8. Tes awal
9. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang
terus-menerus direvisi setelah dievaluasi baik evaluasi
sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk menentukan
kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan
berbagai kendala yang muncul.
Langkah-Langkah Model J.E. Kemp
Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model
Kemp, terdiri dari delapan langkah, yakni:
1. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau
kompetensi dasar, yaitu tujuan umum yang ingin dicapai
dalam mengajarkan masing-masing pokok bahhasan.
2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis
ini diperlukan antara lain untuk mengetahui apakah latar
belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan
untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang
perlu diambil.
3. Menentukan tujuan instruksional secara spesifik,
operasional dan terukur (dalam KTSP adalah indikator).
Dengan demikian siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan,
bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia telah
berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan berguna dalam
menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan
materi/bahan belajar yang sesuai.
4. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan
instruksional khusus (indikator) yang telah dirumuskan.
Masalah yang sering dihadapi guru-guru adalah begitu
banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan
waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam
mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan
kepada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru
dalam memilih dan memilah sumber belajar, materi, media,
dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
5. Menetapkan penjajagan atau tes awal (pressessment). Ini
diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal
siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk
mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan
tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa
tidak menjadi bosan.
6. Menetukan strategi belajar mengajar, media dan sumber
belajar. Kreteria umum untuk pemilihan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksiomal khusus
(indikator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan,
ekonomis, kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif.
7. Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan,
meliputi biaya, fasilias, peralatan, waktu dan tenaga.
8. Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk
mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara
keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat
evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.
Semua komponen diatas saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, bila adanya perubahan atau data yang
bertentangan pada salah satu komponen mengakibatkan pengaruh
pada komponen lainnya. Dalam lingkungan model Kemp menunjukkan
kemungkinan revisi tiap komponen bila diperlukan. Revisi
dilakukan dengan data pada komponen sebelumnya. Berbeda dengan
pendekatan sistem dalam pembelajaran, perencanaan desain
pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen mana saja, jadi
perencanaan desain boleh dimulai dengan merencanakan pokok
bahasan lebih dahulu, atau mungkin dengan evaluasi. Komponen
mana yang didahulukan serta di prioritaskan yang dipilih
bergantung kepada data apa yang sudah siap, tersedia, situasi,
dan kondisi sekolah atau bergantung pada pembuat perencanaan
itu sendiri.
d. Pick & Hanafin
Model Hanafin dan Peck merupakan salah satu dari banyak
model desain pembelajaran yang berorietasi produk. Model
berorientasi produk adalah model desain pembelajaran utuk
menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran
(Afandi dan Badarudin, 2011:22).
Menurut Hanafin dan Peck (Afandi dan Badarudin, 2011:26)
model desain pembelajaran terdiri dari tiga fase yaitu Need