Page 1
1. JARINGAN PERIODONTAL
Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang menyokong gigi dan secara garis besar dibagi menjadi
4 bagian, yaitu: gingiva, sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal.
1. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge)
alveolar. Gingiva terbentuk oleh mukosa yang sangat padat (yang disebut mukosa mastikatori), diselimuti
epithelial yang tebal dan berkeratin. Mukosa tersebut mengandung serat kolagen yang padat. Secara anatomis,
gingiva terbagi menjadi 3 area, yaitu :
1. Free gingiva (unattached gingiva atau marginal gingiva)
2. Attached gingival
3. Interdental gingival
1.1 Free Gingiva
Page 2
Free gingiva merupakan jaringan gusi yang memanjang dari tepi gusi sampai ke dasar sulkus gingiva.
Free gingiva biasanya memiliki kedalaman 0,5 – 2 mm dan berwarna merah muda terang sampai merah muda
tua tergantung jumlah melanin yang dimiliki. Di antara marginal gingival dan gigi terdapat ruang sempit di
sekeliling gigi yang disebut sulcus gingival. Pada free gingival terdapat papilla gingival. Papilla gingiva adalah
free gingiva yang terletak di ruangan triangular interdental.
1.2 Attached Gingiva
Attached gingiva merupakan jaringan gusi yang memanjang dari dasar sulkus gingiva sampai ke
mucogingiva junction. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini terikat
kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari attached gingiva terus memanjang ke
mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival junction.
1.3 Interdental Gingiva
Gingiva interdental merupakan gingiva yang terletak diantara gigi-geligi, berupa col yang umumnya
berbentuk konkaf yang menghubungkan papilla fasial dengan papilla lingual. Epithelium col biasanya sangat
tipis, tidak berkeratin, dan hanya terdiri dari beberapa lapis sel. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal
atau berbentuk seperti lembah.
2. Sementum
Sementum merupakan jaringan yang mempunyai struktur seperti tulang yang menyelimuti akar gigi.
Sementum adalah jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar dan tempat berinsersinya bundel
serabut kolagen. Sementum dapat dianggap sebagai ’tulang perlekatan’ dan merupakan satu-satunya jaringan
gigi khusus dari jaringan periodontal. Sementum terdiri dari serabut kolagen yang tertanam di dalam matriks
organic yang terkalsifikasi.
Ada dua tipe sementum, yaitu selular dan aselular. Sementum selular mengandung sementosit pada
lacuna seperti osteosit pada tulang dan saling berhubungan satu sama lain melalui anyaman kanalikuli.
Sementum aselular membentuk lapisan permukaan yang tipis, sering terbatas hanya pada bagian cervical akar.
Sementum aselular tidak mengandung sementosit di dalam substansinya, tetapi sementoblast terletak di
permukaan.
Page 3
Fungsi utamanya adalah menghubungkan gigi dengan tulang alveolar. Selain itu, sementum juga
berfungsi sebagai pelindung dan pemberi nutrisi pada gigi yang didapat dari luar gigi melalui pembuluh darah
yang berhubungan langsung dengan tulang.
3. Ligamen periodontal
Ligamen merupakan suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua tulang. Akar gigi berhubungan dengan
soket alveolar melalui suatu struktur jaringan ikat yang dianggap sebagai ligamen. Ligamen ini kita kenal
dengan ligamen periodontal.
Ligamen terdiri dari serabut jaringan ikat yang tersusun dengan teratur pada matriks substansi dasar dan
dilewati pembuluh darah dan serabut saraf. Bundel serabut, yang berinsersio pada salah satu ujungnya di
sementum dan ujung lainnya pada dinding soket alveolar sebagai serabut Sharpey, diidentifikasikan menjadi 5
kelompok:
1. Alveolar crest fiber (serabut puncak alveolar)
Serabut ini berjalan dari sementum pada cervix gigi ke puncak tulang alveolar
2. Serabut horizontal
Berjalan horizontal dari puncak alveolar ke sementum yang sejajar tulang alveolar
3. Serabut oblik
Membentuk komponen utama dari ligamen dan berjalan dari tulang sedikit ke apikal untuk berinsersio
pada sementum sehingga dapat menahan gigi di dalam soketnya.
4. Serabut apical
Memancar dari apex ke dasar soket.
5. Serabut interradikular
Terletak di daerah furkasi gigi berakar jamak, berjalan dari furkasi ke koronal akar menuju puncak
tulang alveolar.
Page 4
4. Tulang Alveolar
Processus alveolaris adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi-geligi. Processus ini sebagian
bergantung pada gigi, dan setelah tanggalnya gigi akan terjadi resorpsi tulang. Tulang dari processus alveolaris
tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya. Tulang ini mempunyai bidang fasial dan lingual yang
dipisahkan oleh trabekulasi kanselus. Tulang kanselus ini terorientasi di sekitar gigi untuk membentuk dinding
soket gigi atau lamina kribrosa.
Tulang alveolar terdiri dari 2 macam tulang, yaitu :
1. Tulang kompakta
Merupakan tulang alveolar yang padat dan terdapat di bagian luar yang menyelimuti tulang squamosa.
Tulang kompakta membentuk soket alveolar.
2. Tulang squamosa
Merupakan tulang alveolar yang lebih dalam. Tulang squamosa ini merupakan tulang yang berongga
(cancellous bone) dimana rongga yang tersedia merupakan jalan masuknya pembuluh saraf dan
pembuluh darah.
2.1. GINGIVITIS
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva,
yang disebabkan oleh mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang
melekat pada tepi gingival.1
A = Serabut serat kolagen
B = Alveolar crest fiber (serabut
puncak alveolar)
C = Serabut horizontal
D = Serabut oblik
E = Serabut apikal
Page 5
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada
pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang
bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva. Peradangan
gingiva tidak disertai rasa sakit. 14
Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun non-plak.14
Namun peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh akumulasi plak pada permukaan gigi, dan
peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh plak sering memperlihatkan gambaran klinis yang khas.
Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur
yang tidak
Page 6
berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan dengan plak dan peradangan gingiva karena faktor
genetik.
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival fibromatosis, dan
beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Contoh lesi adalah lichen
planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema multiforme.
Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor
non-plak. Peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak sangat relevan, penyebab lesi secara
umum merupakan sample penting untuk memahami variasi dari reaksi jaringan yang terdapat pada
periodontium.3
Selain faktor plak dan non-plak peradangan gingiva juga disebabkan oleh karena gangguan sistemik
dengan perdarahan spontan atau setelah teriritasi. Perdarahannya eksesif dan sulit dikontrol. Adapula karena
penggunaan obat tertentu, alergi, terapi radiasi, siklus menstruasi, dan genetik. 15
Keparahan peradangan gingiva akan terus berlanjut akibat penumpukan plak, apabila kebersihan rongga
mulut tidak
dipelihara.16
Page 7
Pada gingiva yang mengalami perdarahan, persentase jaringan ikat yang terkena radang adalah lebih
besar, tetapi epitelnya lebih sedikit dan lebih tipis bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami
perdarahan. Ini berarti terjadinya perdarahan pada gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis
yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium. 17
2.2. MACAM - MACAM GINGIVITIS
2.2.1. Gingivitis marginalis kronis
Merupakan suatu peradangan gingiva pada daerah margin yang banyak dijumpai
pada anak, ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan
gingiva. Penyebab peradangan yang paling umum yaitu disebabkan oleh penimbunan bakteri
plak. Perubahan warna dan pembengkakan gingiva merupakan gambaran klinis terjadinya
gingivitis marginalis kronis.
2.2.2. Eruption gingivitis
Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang
setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut,
Page 8
sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi
permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis
berkaitan dengan akumulasi plak.
2.2.3. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial)
Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema
sampai dengan abses.
2.2.4. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi
Peradangan disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran
gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-anak
yang memiliki overjet dan overbite yang besar, kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to
edge, dan protrusif.
2.2.5. Gingivitis pada mucogingival problems
Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi,
keadaan, dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi antara margin gingiva dan mucogingival junction
yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak
Page 9
tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis.
2.2.6. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata
Terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan kebersihan
mulut yang buruk.
2.2.7. Gingivitis karena alergi
Mc Donald dan Avery, 2004 menyatakan bahwa adanya peradangan pada gingiva yang bersifat
sementara terutama berhubungan dengan perubahan cuaca.5
2.2.8. Gingivitis Artefacta
Peradangan karena perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri.
Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva disebut
sebagai gingivitis artefakta yang memiliki varian mayor dan minor.
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi karena
kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk
Page 10
gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda asing lainnya.
Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih parah, karena melibatkan
jaringan periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan gangguan emosional. Peradangan
gingiva oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada anak-anak dibandingkan
pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak terjadi pada perempuan.18
2.3. PENYEBAB UTAMA GINGIVITIS
Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal.
Sebagian besar penyakit periodontal disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain
dapat memengaruhi jaringan periodontal, penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme
yang berkolonisasi di permukaan gigi.14
2.3.1. Acquired Pelicle
Acquired Pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen, aseluler,
dan bebas bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan
Page 11
gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan
larutan disclosing solution akan terlihat suatu permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan dengan
plak yang lebih kontras warnanya.12
2.3.2. Materi Alba
Materi alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang melekat
pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta
mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan
pembersihan secara mekanis.
Materi alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan penyebab
umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek iritasi oleh materi alba ini disebabkan oleh bakteri serta
produk – produknya. Deposit ini perlekatannya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit
dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada
Page 12
sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi.
Deposit ini dapat terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan
pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan. 12
2.3.3. Food Debris
Kebanyakan debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5 – 30
menit setelah makan, tetapi sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran mukosa.
Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan
memengaruhi kecepatan pembersihan sisa makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses
pengunyahan dan viskositas ludah yang rendah. Walaupun debris makanan mengandung bakteri, tetapi
berbeda dari plak dan materi alba, debris ini lebih mudah dibersihkan. 12
2.3.4. Plak gigi
Plak gigi merupakan mikroorganisme pada permukaan gigi yang melekat pada matriks polimer
saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi
Page 13
mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan pejamu di dalam rongga
mulut. Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan. Pada kondisi
tersebut, pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri.2
Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air dan hanya dapat
dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali
diberi dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen – pigmen yang berada dalam
rongga mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu – abu, abu – abu kekuningan, dan kuning.12
Komposisi Mikroba Plak Gigi Pada Gingivitis
Pada peradangan gingiva lapisan plak
memiliki ketebalan 400 µm, bahkan lebih tebal.
Peningkatan plak secara kuantitatif merupakan
Page 14
peranan penting pada perkembangan peradangan gingiva.19
Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar margin gingiva. Kondisi ini
menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp.
Mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies selama perkembangan gingivitis. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia,
Capnocytophaga spp., Eubacterium spp., dan spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan.19
2.3.5. Stain gigi
Pewarnaan pada gigi terjadi melalui 3 cara :
(1) stain melekat langsung pada permukaan gigi melalui Acquired Pelicle, (2) stain mengendap pada
kalkulus dan deposit lunaak, dan (3) stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambal. Stain yang
melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada kalkulus dapat dihilangkan
dengan cara di skeling dan dipoles.
Page 15
Stain gigi yang menebal membuat permukaan gigi kasar dan selanjutnya menyebabkan
penumpukan plak sehingga mengiritasi gingiva di sekitarnya.12
2.3.6. Kalkulus
Kalkulus merupakan massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi, serta objek lainnya di dalam mulut, seperti restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus
jarang ditemukan pada gigi susu dan sering ditemukan pada gigi permanen anak usia muda. Meskipun
demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut,
dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.
Kalkulus dikelompokkan menjadi supragingival dan subgingival. Kalkulus supragingival adalah
kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat
dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras
Page 16
seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskannya dari permukaan gigi dengan skeler.
Sedangkan kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah batas
gingiva margin, biasanya pada daerah gingiva dan tidak dapat terlihat pada waktu
pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing,
biasanya padat dan keras, berwarna cokelat tua atau hijau kehitam – hitaman,
konsistensinya seperti kepala korek api, dan melekat erat ke permukaan gigi. 12
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal
Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis anatomi dan perkembangan gigi,
karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi, bernapas melalui mulut, overhanging, gigitiruan sebagian,
kurangnya attached gingiva, dan resesi.
Peradangan yang tergolong kronis ataupun rekuren dipicu oleh trauma mekanis seperti dari
penyikatan gigi, menusuk gigi dan menggigit makanan keras, seperti apel.
Keparahan perdarahan bergantung pada intensitas peradangan. Dinding pembuluh darah
berkontraksi, aliran darah berkurang, trombosit
Page 17
darah melekat pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami kontraksi dan menyebabkan tepi gingiva
mengalami peradangan. Perdarahan pada gingiva disebabkan oleh peradangan dan dapat terjadi secara
spontan pada gingiva. Laserasi gingiva oleh karena bulu sikat gigi selama penyikatan gigi secara agresif
dapat menyebabkan perdarahan gingiva bahkan pada kondisi tanpa adanya penyakit gingiva. Sensasi
terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat meningkatkan perdarahan pada gingiva.4
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh perubahan sistemik.
Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan gingiva terjadi secara spontan setelah iritasi. Kondisi
tersebut akibat perdarahan abnormal pada kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga
mulut.
Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi juga dilaporkan sebagai faktor
yang mempengaruhi perdarahan pada gingiva.
Beberapa medikasi juga telah ditemukan memiliki pengaruh negatif pada gingiva. Sebagai contoh,
antikonvulsan, antihipertensi berupa calcium channel blocker, dan obat imunosupresan diketahui
menyebabkan pembesaran gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva
sekunder.4
Page 18
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor hormon
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan kehamilan, keadaan ini dapat
menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap produk-produk plak.
Pada masa pubertas insidensi peradangan gingiva mencapai puncaknya dan perubahan ini tetap
terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak berubah.
Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada masa pubertas yang diikuti dengan
pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila masa pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda
dengan sendirinya tetapi tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang adekut.15
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi
Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak bengkak, berwarna merah terang
karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan
kemampuan inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.15
F Gingivitis yang disebabkan oleh faktor non-plak Penyakit Gingiva yang Berasal
dari Bakteri Spesifik
Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang berhubungan dengan non-plak melebihi
peranan dari respon daya tahan
Page 19
host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh lesi ditempat lain pada tubuh. Contoh
umum dari lesi tersebut yang berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema pallidum,
Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain. Manifestasi dari lesi gingiva nampak ulserasi
berwarna merah terang yang edematous dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous patches, atau gingivitis
atypical non ulserasi, peradangan gingiva yang parah. Biopsy dilakukan melalui pemeriksaan mikrobiologi
untuk menunjukkan riwayat
lesi.20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus
Infeksi Virus Herpes
Infeksi virus dikenal sebagai penyebab peradangan gingiva yang utama adalah virus herpes : virus
herpes simplex type 1 dan 2 serta virus varicella-zooster. Virus ini biasanya menyerang tubuh manusia sejak
kanak-kanak dan dapat berkembang menjadi penyakit mukosa rongga mulut yang diikuti dengan periode laten
dan kadang – kadang terjadi reaktivasi. Virus herpes simplex type 1 (HSV-!) biasanya menyebabkan
manifestasi rongga mulut, sementara virus herpes simplex type 2 (HSV-2) terutama melibatkan infeksi
anogenital dan melibatkan infeksi oral.20
Gingivostomatitis Herpetika Primer
Infeksi herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum. Herpes simplex adalah virus DNA
dengan derajat infeksi rendah, dimana
Page 20
setelah memasuki epitel mukosa oral, menembus ujung saraf dan dengan transportasi retrograde melalui
reticulum endoplasmatik menuju ke ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap selama bertahun-
tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf seperti gingival. Virus herpes simplex dapat
berperan pada erythema multiforme.
Telah ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing gingivitis, dan periodontitis.20
Herpes Zooster
Virus varicella zoster menyebabkan varicella sebagai infeksi primer yang sembuh dengan sendirinya.
Terutama terjadi pada anak- anak dan reaktivasi dari virus pada usia dewasa menyebabkan herpes zoster.
Manifestasi keduanya dapat melibatkan gingiva. Chicken pox disertai dengan demam, malaise dan skin rash.
Lesi intraoral adalah ulser kecil biasanya pada lidah, palatum dan gingiva. Virus tetap berada dalam ganglion
akar dorsal dimana virus dapat direaktivasi bertahun-tahun setelah infeksi primer. Reaktivasi selanjutnya
mengakibatkan herpes zoster, dengan lesi unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal reaktivasi
mempengaruhi ganglia thoracic pada orang tua atau pasien immunocompromised. Reaktivasi virus yang berasal
dari ganglion trigeminal terjadi sekitar 20%. Jika percabangan kedua atau ketiga dari saraf trigeminal terlibat,
peradangan kulit juga dapat muncul bersama
Page 21
dengan peradangan intraoral, atau hanya terjadi peradangan intraoral, sebagai contohnya adalah peradangan
yang timbul pada palatum gingiva.20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur
Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi aspergillosis, blastomycosis,
candidosis, coccidioidomycocis, cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan paracoccidioidomycosis,
tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan
gingiva.20
Candidosis
Variasi spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia
termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C. Tropicalis, C.
Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal dalam kavitas oral tetapi juga suatu patogen
opportunistik. Prevalensi oral carriage dari C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%, variasi yang
besar terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur yang digunakan. Proporsi C. Albicans pada
populasi jamur dalam rongga mulut dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa
oral yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme C. Albicans. Infeksi oleh C.
Albicans biasanya terjadi sebagai konsekuensi dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk
immunodefisiensi, berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan
Page 22
kortikosteroid. Gangguan flora mikroba oral, seperti setelah terapi dengan antibiotik berspektrum luas, yang
dapat menyebabkan oral candidosis.20
Linear Gingival Erythema
Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi gingival dari immunosupression yang
ditandai dengan linear erythematousband yang terdapat pada free gingiva.
LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan terhadap jumlah plak yang ada. Tidak
ditemukan adanya poket atau hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah peradangan
tidak merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau skeling. Perluasan gingival banding yang diukur
berdasarkan jumlah daerah yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan tembakau. Sementara
15% dari daerah yang terlibat mengalami perdarahan saat probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda
khas dari LGE dianggap sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.20
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik
Hereditary Gingival Fibromatosis
Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival fibromatosis), dapat terjadi sebagai
efek dari pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines.
Peradangan tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik. Peradangan
tersebut dikenal sebagai hereditary
Page 23
gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival
enlargement, kadang- kadang menutupi sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa
tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.20
2.4. GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS
Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya tanda klinis berikut: kemerahan,
perdarahan akibat stimulasi, perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak
ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang mengalami
peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang memberikan pengaruh negatif terhadap
fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas proliferative
atau regenerative sel epitel.4
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema, edema, dan pembesaran
hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal
ringan, dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket
tidak terdapat di daerah cementoenamel junction.4
Page 24
2.5. KARAKTERISTIK GINGIVITIS
2.5.1. Perubahan Warna Gingiva
Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran
pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam epitel.
Perubahan warna merupakan tanda klinis dari penyakit pada gingiva. Warna gingiva
normal adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas jaringan dan lapisan epitel.
Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel
mengalami reduksi atau menghilang. Warna menjadi pucat ketika keratinisasi mengalami
reduksi.
Peradangan kronis menyebabkan warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi
dan keratinisasi. Vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan
warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan terjadi pada
papilla interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada attached gingiva.4
Page 25
2.5.2. Perubahan Konsistensi
Baik kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva
normal yang kaku dan tegas. Seperti yang dinyatakan bahwa pada gingivitis kronis, perubahan
destruktif atau edema dan reparative atau fibrous terjadi secara bersamaan, dan konsistensi gingiva
ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.4
2.5.3. Perubahan Klinis dan Histopatologis
Pada peradangan gingiva, perubahan histopatologi menyebabkan perdarahan gingiva akibat
dilatasi, pembengkakan kapiler, dan penipisan atau ulserasi epitel. Karena kapiler membengkak dan
menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis, epitelium kurang protektif, dan stimuli yang secara normal
tidak melukai dapat menyebabkan rupture pada kapiler dan perdarahan gingiva.4
Page 26
2.5.3.1. Perubahan Klinis dan Histopatologis Konsistensi Gingiva
Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis
Gingivitis Kronis
1. Pembengkakan lunak yang1. Infiltrasi cairan dan
dapat membentuk lubangeksudat pada
sewaktu ditekan.peradangan.
2. Gingiva lunak pada saatprobing dan area
2. Degenerasi jaringanpermukaan pinpoint
konektif dan epitel yangtampak kemerahan.
memicu peradangan dan;Perubahan pada jaringankonektif - epitel denganjaringan konektif yangmengalamipembengkakan danperadangan, meluassampai ke permukaanjaringan epitel,penebalan epitel, edemadan invasi leukosit,dipisahkan oleh daerahyang mengalami elongasiterhadap jaringankonektif.
3. Konsistensi kaku dan kasar 3. Fibrosis dan proliferasiepitel akibat peradangankronis yangberkepanjangan.
Page 27
Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis
Gingivitis Akut
1. Pembengkakan dan1. Edema yang berasal dari
peradangan akut.gingiva yang lunak.
2. Debris berwarna keabu-2. Nekrosis dengan pembentukan
membran yang terdiri dariabuan.
bakteri, leukositpolimorfonuklear, dandegenerasi epitel fibrous.
3. Pembentukan vesikel. 3. Edema interseluler danintraseluler dengan degenerasinukleus dan sitoplasma, danrupture dinding sel.
2.5.4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai
stippling. Stippling terbatas pada attached gingiva dan secara dominan terdapat pada
daerah subpapila, tetapi meluas sampai ke papilla interdental. Secara biologis
stippling pada gingiva tidak diketahui, beberapa peneliti menyimpulkan bahwa
kehilangan stippling merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis. Pada
peradangan kronis, permukaan gingiva halus
Page 28
dan mengkilap atau kaku, tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Tekstur permukaan yang
halus juga dihasilkan oleh atropi epitel pada gingivitis, dan permukaan yang rupture terjadi pada
gingivitis kronis. Hiperkeratosis dengan tekstur kasar, dan pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat
obat akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.4
2.5.5. Perubahan Posisi Gingiva
Salah satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi pada gingiva. Lesi traumatik
seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal merupakan lesi yang paling umum pada rongga mulut. Lesi
akibat kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan endodontik.
Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan tindik pada lidah yang dapat menyebabkan resesi
gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas. Pada kasus akut,
epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi, dan eritema merupakan
Page 29
gambaran umum. Sedangkan pada kasus kronis, terjadi dalam bentuk resesi gingiva.4
2.5.6. Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan pembesaran gingiva, tetapi
perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.
Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih lebar, dan meluas ke permukaan akar.
Ketika lesi mencapai mucogingival junction, mukosa rongga mulut mengalami peradangan
karena kesulitan untuk mempertahankan kontrol plak yang adekuat pada daerah ini. Istilah
McCall festoon telah digunakan untuk menggambarkan penebalan pada gingiva yang diamati
pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction.4
2.6. MEKANISME TERJADINYA GINGIVITIS
Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe lesi yang berbeda. Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini,
lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain itu, dapat
terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh karena perawatan.21
Page 30
2.6.1. Lesi inisial atau lesi awal
Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Untuk beberapa
hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya organisme
filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis ringan
mulai terjadi pada tahap ini.19
2.6.2. Lesi dini atau early lesion
Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler dan
meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai
terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel –
sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari
komponen plak, menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini
fibroblast jelas
Page 31
terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga kapasitas produksi kolagen menurun.22
2.6.3. Lesi mapan atau established lesion
Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh darah membengkak dan padat,
sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat
perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah
sehingga hemoglobin menyebabkan warna daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut
sebagai peradangan gingiva moderat hingga berat. Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat karena
kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun
neutrofil. 22
2.6.4. Lesi lanjut atau lesi advanced
Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap keempat yang disebut sebagai
lesi advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara mikroskopis, terdapat fibrosis pada gingiva dan
kerusakan jaringan akibat
Page 32
peradangan dan imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut
pada jaringan konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini
gingivitis akan berlanjut pada pada individu yang rentan.4
2.7. BAKTERI YANG BERPERAN PADA GINGIVITIS
Mayoritas penyakit periodontal disebabkan oleh mikroorganisme yang berada pada atau dibawah
margin gingiva. 4
Pada gingiva sehat bakteri terdiri atas gram positif. Terbanyak adalah dari Actinomyces dan
Streptococcus.15
Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi pergeseran komposisi plak sehingga
jumlah bakteri anaerob gram negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi kerusakan pada perlekatan
jaringan, namun secara histologis sudah terjadi kehilangan kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti
ini bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan Prevotella nigrescens subgingival meningkat. Hal ini jelas pada
keadaan pregnan karena estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva digunakan oleh
Pi untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang merupakan faktor penumbuh penting bagi bakteri.15
Page 33
2.8. MEKANISME AKSI BAKTERI PADA GINGIVITIS
• Invasi
Terjadinya gingivitis tidak selalu didahului oleh invasi bakteri. Syarat utama adalah adanya bakteri
patogen spesifik yang melekat ke permukaan gigi disekitar gingiva. Tidak ada organisme spesifik atau
kelompok organisme tertentu yang secara positif atau khusus diidentifikasi sebagai penyebab kerusakan
jaringan periodontal, tetapi ada beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada kondisi penyakit
periodontal tertentu. Telah dibuktikan bahwa pada keadaan ini terjadi invasi bakteri ke jaringan ikat.
• Agen sitotoksik
Endotoksin yaitu substansi lipopolisakarida yang terdapat dalam dinding sel bakteri gram negatif,
yang dapat menjadi penyebab langsung nekrosis jaringan, selain sebagai pencetus terjadinya proses
peradangan dengan memicu respons imunologik. Pada penelitian kultur jaringan, endotoksin yang terdapat
pada mikroorganisme tertentu di dalam mulut merangsang terjadinya resorpsi tulang.
• Enzim
Enzim kolagenase menguraikan fibril dan serabut kolagen, elemen utama pembentuk gingiva dan
ligamen periodonsium. Leukosit memproduksi kolagenase dan terdapat dalam jumlah besar pada
peradangan gingiva tahap awal.
Page 34
• Mekanisme imunopatologi
Penelitian membuktikan bahwa sejumlah antigen plak menginduksi peradangan dengan merangsang
respons imunologik pada binatang percobaan. Baik respons imun humoral maupun selular dapat ditemukan
pada penderita periodontitis.
• Aksi gabungan
Terdapat lebih dari satu mekanisme yang terlibat dalam inisiasi dan perkembangan penyakit periodontal.
Sebagai contoh, bahwa enzim dan substansi sitotoksik bakteri menimbulkan efek langsung terhadap
jaringan sulkular dan subsulkular dengan cara mencetuskan respons imunopatologi secara tidak langsung.14