Top Banner
Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606 Http://rat.uir.ac.id 129 ANALISIS EKONOMI USAHA PELAYANAN JASA ALSINTAN (UPJA) DI KABUPATEN KAMPAR Economic Analysis of Business Services Alsintan (UPJA) in the Kampar District Henry Dunan Nasution, Hasan Basri Jumin dan UP Ismail Fakultas Pasca Sarjana Universitas Islam Riau Jl.Kaharudin Nasution Km 11, No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru [Diterima Desember 2012; Disetujui Febuari 2013] A survey was carried out in seven districts in Kampar Regencies from September to December 2012. The respondens were determined by multy-stage sampling and the amount of 16 groups of machinery hire services were selected purposively under reason: the group actively provides services to farmers’ member for perform rice farm operations every growing season. Both primary and secondary data were collected for analysis purposes. The primary data were gathered by interviewing managers of the custom hiring service groups and operators of the machines using a structural questionnaire. The secondary data were obtained from legitimate sources published mainly by Food Crops Service and Statistical Bureau of Kampar Regency. The collected data were tabulated and later analyzed using descriptive-kuantitatif techniques, including cost, income, profit, and break-even point analyses. The results of the research show that the largest working capacity of the tillage machines was rotary tiller to reach 8.86 ha per cultivating season and the lowest one was power tiller to only 1.92 ha/growing season. While both power thresher and rice milling unit (RMU) had work capacity about 9.1 tonnes and 22.1 tonnes per growing season, respectively. For operational the machines, the rotary tiller required the highest cost to about Rp. 7,843 thousand per growing season, whereas water pump needed the lowest cost to about Rp. 1,625 thousand per growing season. The largest income came from rotary tiller as Rp. 10,639 thousand per growing season and the lowest income obtaned from water pump as Rp 1,947 thousand per growing season. Furthermore, hydro tiller had the highest profit to about Rp. 3,186 thousand per growing seaon and the lowest one was power tiller to about Rp 272 thousand per growing season. To meet break-even, the seasonal use must reach 5,60 ha for rotary tiller, 3,7 ha for hydro tiller, 4,6 ha for power tiller, 1,6 ha for culivator, 3,6 ha for water pump, 6,3 tonnes for power thresher, and 13,4 tonnes for RMU. From the survey, we also found some problems, including task and responsibility in organized machines, delay payment, limited capital, poor control system, lack of machinery available, over capacity especially for RMU, inadequate repairshop facilities and lack of spare parts in machinery opearting areas. Some suggestions were proposed to overcome the problems, so the machinery hire services which managed by farmers’ groups can be operated by good management procedures for reducing operating costs and making more income and profit. Keywords : Rice, System of Rice Intensification and Agribusiness
25

Upja alsintan

Apr 16, 2017

Download

Technology

Jajang Suandi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 129

ANALISIS EKONOMI USAHA PELAYANAN JASA ALSINTAN (UPJA)DI KABUPATEN KAMPAR

Economic Analysis of Business Services Alsintan (UPJA) in the Kampar District

Henry Dunan Nasution, Hasan Basri Jumin dan UP Ismail

Fakultas Pasca Sarjana Universitas Islam Riau Jl.Kaharudin Nasution Km 11,No.113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru

[Diterima Desember 2012; Disetujui Febuari 2013]

A survey was carried out in seven districts in Kampar Regencies from September toDecember 2012. The respondens were determined by multy-stage sampling and the amount of16 groups of machinery hire services were selected purposively under reason: the group activelyprovides services to farmers’ member for perform rice farm operations every growing season.Both primary and secondary data were collected for analysis purposes. The primary data weregathered by interviewing managers of the custom hiring service groups and operators of themachines using a structural questionnaire. The secondary data were obtained from legitimatesources published mainly by Food Crops Service and Statistical Bureau of Kampar Regency.The collected data were tabulated and later analyzed using descriptive-kuantitatif techniques,including cost, income, profit, and break-even point analyses.

The results of the research show that the largest working capacity of the tillage machineswas rotary tiller to reach 8.86 ha per cultivating season and the lowest one was power tiller toonly 1.92 ha/growing season. While both power thresher and rice milling unit (RMU) had workcapacity about 9.1 tonnes and 22.1 tonnes per growing season, respectively. For operational themachines, the rotary tiller required the highest cost to about Rp. 7,843 thousand per growingseason, whereas water pump needed the lowest cost to about Rp. 1,625 thousand per growingseason. The largest income came from rotary tiller as Rp. 10,639 thousand per growing seasonand the lowest income obtaned from water pump as Rp 1,947 thousand per growing season.Furthermore, hydro tiller had the highest profit to about Rp. 3,186 thousand per growing seaonand the lowest one was power tiller to about Rp 272 thousand per growing season. To meetbreak-even, the seasonal use must reach 5,60 ha for rotary tiller, 3,7 ha for hydro tiller, 4,6 ha forpower tiller, 1,6 ha for culivator, 3,6 ha for water pump, 6,3 tonnes for power thresher, and 13,4tonnes for RMU. From the survey, we also found some problems, including task andresponsibility in organized machines, delay payment, limited capital, poor control system, lackof machinery available, over capacity especially for RMU, inadequate repairshop facilities andlack of spare parts in machinery opearting areas. Some suggestions were proposed to overcomethe problems, so the machinery hire services which managed by farmers’ groups can be operatedby good management procedures for reducing operating costs and making more income andprofit.

Keywords : Rice, System of Rice Intensification and Agribusiness

Page 2: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 130

I. INDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Mekanisasi pertanian sebagaisupporting systems mempunyai peran vitaluntuk ikut mendukung modernisasi pertaniandalam arti yang luas, antara lain memberikancitra pertanian Indonesia yang kuat dan tidakberkesan kumuh, mampu menjadi harapansebagian besar masyarakat yangmenggantungkan hidupnya pada sektor inisekaligus menyediakan pangan yang cukupbagi seluruh masyarakat dan menghasilkandevisa bagi tumbuhnya perekonomian negaradengan teknologi yang dibutuhkan. Melaluimekanisasi pertanian ketepatan waktu dalamaktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan.Pertanian merupakan kegiatan yang tergantungpada musim. Pada saat musim tanam danmusim panen tenaga kerja yang dibutuhkansangat besar. Tetapi pada waktu lain tenagakerja kurang dibutuhkan dan inimengakibatkan terjadinya pengangguran takkentara. Dengan mekanisasi pertanian semuaaktivitas pertanian dapat diselesaikan denganlebih tepat waktu sehingga memberikan hasilyang lebih baik, di samping itu penggunaanalat dan mesin pertanian dapat jugamengurangi kejenuhan dalam pekerjaan dantenaga kerja dapat dialokasikan untukmelakukan usaha tani lain atau kegiatan disektor lain yang sifatnya lebih kontinyu.

Usaha Pelayanan Jasa Alat dan MesinPertanian adalah suatu lembaga ekonomiperdesaan yang bergerak di bidang pelayananjasa dalam rangka optimalisasi penggunaanalat dan mesin pertanian untuk mendapatkankeuntungan usaha pengelolaan alsintan baik didalam maupun di luar kelompoktani/gapoktan. Pendayagunaan alsintan melaluiUsaha Pelayanan Jasa Alsintan ini sebenarnyasudah dimulai sejak tahun 1996/1997 denganmembentuk kelompok UPJA, namun belumberkembang sebagaimana yang diharapkan,yaitu suatu usaha jasa yang dapat melayaniseluruh pekerjaan seluruh anggota kelompok,

mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu, dalamrangka optimalisasi pendayagunaan alsintanmelalui penumbuhan dan pengembanganUPJA sebagai lembaga perekonomian dipedesaan untuk mendukung pengembanganusaha tani, telah dikeluarkan PeraturanMenteri Pertanian RI Nomor 25/Permentan/PL130/5/2008 tanggal 22 Mei 2008 tentangPedoman Penumbuhan dan PengembanganUsaha Pelayanan Jasa Alat dan MesinPertanian (UPJA).

Keberadaan UPJA dari tahun ke tahunterus mengalami perkembangan danmulaimenemui bentuk pengelolaannya. UPJA yangsudah ada perlu ditata kembali dandiklasifikasikan berdasarkanperkembangannya, yaitu ada yang pemula,berkembanga dan profesional. Pada tahun2010 jumlah UPJA secara nasional sebanyak12.612 kelompok. Dari jumlah tersebutsebanyak 707 UPJA terdapat di Provinsi Riau(Departemen Pertanian RI, 2011). Sedangkanpada tahun 2012 jumlah UPJA di KapupatenKampar terdapat sebanyak 42 kelompok dantersebar di 13 Kecamatan dan terbanyak diKecamatan Kuok sebanyak 6 kelompok (DinasPertanian dan Hortikultura KabupatenKampar, 2012).

Dengan adanya penyediaan jasapenyewaan mesin, petani kecil yang sebagianusahatani pangan yang tidak sanggup membelialsintan dapat tertolong. Mereka dapatmenggunakan mesin dan mendapatkanmanfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkanbiaya besar untuk membelinya. Selain itu,petani yang berfungsi sebagai penyewa jasadapat mendapatkan manfaat ganda. Merekadapat memperoleh keuntungan daripemanfaatan mesin maupun dari penyewaanmesin bersangkutan. Dalam prakteknya, usahajasa penyewaan alsintan oleh kelompok tanidan KUD kurang menguntungkan karenarendahnya profesionalisme dan pengelolaanyang kurang baik. Karena itu, kemampuanmanajemen kelompok tani atau KUD perlu

Page 3: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 131

ditingkatkan agar mampu mendapatkankeuntungan dari usaha sewa jasa yangdilakukan.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan penelitian inisebagai berikut:1. Bagaimana karakteristik alsintan dan

operator serta berapa kapasitas kerjaalsintan per musim tanam yang dikelolakelompok UPJA di Kabupaten Kampar.

2. Berapa biaya penggunaan alsintan, besarpendapatan, sisa hasil usaha (SHU) danberapa kapasitas kerja mesin per musimtanam yang dapat mencapai keekonomian.

3. Apa permasalahan yang dihadapi danbagaimana solusinya dalam mengelolaUPJA di Kabupaten Kampar.

1.3. Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis karakteristik alsintan danoperator serta kapasitas kerja alsintan permusim tanam yang dikelola kelompokUPJA di Kabupaten Kampar.

2. Menganlisis biaya penggunaan alsintan,besarnya pendapatan, sisa hasil usaha(SHU) dan tingkat keekonomianpenggunaan alsintan yang dikelola olehkelompok UPJA di Kabupaten Kampar.

3. Mengidentifikasi permasalahan yangdihadapi dan solusi pemecahannya dalammengelola UPJA di Kabupaten Kampar.Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran tentang kondisipembiayaan, kapasitas kerja, pendapatandan break-even point usaha pelayanan jasaalsintan (UPJA)

2. Diperoleh gambaran perkembangan danpermasalahan yang dihadapi oleh usahapelayanan jasa alsintan (UPJA)

3. Sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnyayang berminat mendalami tentang usahapelayanan jasa alsintan di KabupatenKampar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Meknisasi PertanianIstilah mekanisasi sering digunakan

untuk menggambarkan alat, mesin danperlengkapannya dengan menggunakan salahsatu atau kombinasi dari tenaga manusia,ternak atau mesin dalam rangka meningkatkanproduktivitas tenaga kerja dan lahan (Sim,2006: Clarke, 2000; Olaoye dan Rotimi, 2010).Berdasarkan sumber tenaga tersebut, levelteknologi mekanisasi secara luasdiklasifikasikan ke dalam 3 tingkatanteknologi, yaitu hand-tools technology,draught-animal technlogy, dan mechanicalpower technology (Gifford, 1992). Setiaplevel atau tingkatan teknologi tersebutmempunyai perbedaan secara tehnis, finansial,ekonomi dan konsekuensi sosial. Oleh sebabitu, mekanisasi pertanian adalah komplek dandampaknya, positif atau negatif, tergantungpada tipe teknologi yang dipilih pada spesifiklokasi dan situasi (Rijk, 1985).

Menurut Moens (1978), mekanisasipertanian diartikan sebagai pengenalan danpenggunaan dari setiap bantuan yang bersifatmekanis untuk melangsungkan kegiatanoperasi pertanian. Bantuan yang bersifatmekanis tersebut termasuk semua jenis alatatau perlengkapan yang digerakkan olehtenaga manusia, hewan, motor bakar, motorlistrik, angin, air, dan sumber energi lainnya.

Dalam pengertian yang lebihsederhana, mekanisasi pertanian diartikansebagai penggunaan teknologi alat dan mesinpertanian dalam arti luas untuk berbagaikegiatan dalam produksi pertanian. Dalampengertian yang lebih luas adalah lebih tepatjika mekanisasi pertanian dipandang sebagaibagian dari disiplin enjiniring pertanian(Handaka, 2004). Rizaldi (2006) menngatakandalam mempelajari daya dan alat-alat mesinpertanian, sebenarnya ada dua ilmu yangterkait yaitu: Agricultural Engineering danAgricultural Mechanization.2.2. Konsep Kelembagaan UPJA

Page 4: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 132

UPJA merupakan suatu lembagaekonomi perdesaan yang bergerak di bidangpelayanan jasa dalam rangka optimalisasipenggunaan alat danmesin pertanian untukmendapatkan keuntungan usaha baik di dalammaupun di luar kelompok tani/gapoktan.Kelembagaan UPJA merupakan suatu sistemusaha jasa yang dibangun atau dibentuk atasdasar kepentingan kelompok tani maupungabungan kelompok tani yang dapatmemberikan keuntungan. PengembanganUPJA sebagai kelembagaan ekonomi dipedesaan yang bergerak di bidang pengelolaandan pelayanan jasa alsintan ditunjukan untukmendapatkan keuntungan usaha (profitmaking), yang dikelola berdasarkan skalaekonomi (economic of scale), berorientasipasar (market oriented), serta didukung olehSDM yang profesional. Secara operasionalpengembangan UPJA diarahkan untukmendorong penggunaan alsintan oleh petanidan atau kelompok tani, dan atau gabungankelompok tani, dan sekaligus merupakanterobosan dalam mengatasi masalahkepemilikan alsintan secara individu yangkurang menguntungkan. Pada hakekatnyapengembangan UPJA dimaksudkan untukdapat membangun sistem Usaha PelayananJasa Alsintan di sentra produksi komoditaspertanian yang berorientasi bisnis (DirektoratJenderal Prasarana dan Sarana PertanianDepartemen Pertanian RI, 2011).

UPJA adalah kelompok usaha yangmelakukan usaha pelayanan jasa alsintan, yangdalam pelaksanaannya kelompok tersebutdapat sebagai kelompok khusus usahapelayanan jasa alsintan ataupun sebagaikelompok tani yang memiliki unit usaha jasapelayanan jasa alsintan, atau mereka yangmengelola alsintan untuk usaha jasa pelayananjasa alsintan (Mashudi, 2000). Siam (2000)mendefinisikan bahwa fungsi UPJA adalahmelakukan kegiatan ekonomi dalam bentukpenyewaan jasa alsintan baik dalam kegiatan

jasa pra-panen, jasa panen, pasca panen, danjasa pengolahan hasil.

Pendayagunaan alsintan melalui UPJAsudah dimulai sejak tahun 1996/1997 denganmembentuk kelompok UPJA percontohan di13 Provinsi (Daerah Istimewa Aceh, SumateraUtara, Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah IstimewaYogyakarta, Kalimantan Barat, KalimantanSelatan, Sulawesi Selatan dan Nusa TenggaraBarat), dan kemudian tanggal 2 Desember1998, Departemen Pertanian telahmengeluarkan Keputusan Direktur JenderalTanaman Pangan dan Hortikultura NomorI.HK.05098.71 tentang Petunjuk PelaksanaanPendayagunaan dan Pengembangan Alat danMesin Pertanian, dengan output (keluaran)yaitu pengembangan penggunaan alsintan dikalangan masyarakat tani/kelompoktani;tumbuhnya kelompok-kelompok tani; UPJAdan bengkel pembuatan, perawatan danperbaikan alsintan serta berkembangnya sistemagribisnis dan agroindustri di perdesaan.Namun demikian melalui instrumen atauupaya tersebut kelembagaan UPJA belumberkembang sebagaimana yang diharapkan.Untuk itu, dalam rangka optimalisasipendayagunaan alsintan melalui penumbuhandan pengembangan UPJA sebagai lembagaperekonomian di pedesaan untuk mendukungpengembangan usaha tani, telah dikeluarkanPeraturan Menteri Pertanian RI Nomor25/Permentan/PL 130/5/2008 tanggal 22 Mei2008 tentang Pedoman Penumbuhan danPengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat danMesin Pertanian (UPJA). Tujuannya adalahuntuk mendorong dan memotivasiperkembangan dan kemajuan kinerja lembagaUPJA, meningkatkan dan mengoptimalkanpemanfaatan alsintan dari aspek teknis,ekonomis, organisasi dan aspek penunjanguntuk menuju kearah UPJAprofesional.(Peraturan Menteri PertanianNomor 25/Permentan/-PL.130/5/2008).

Page 5: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 133

2.3. Konsep Biaya dalam Penggunaan Alatdan Mesin Pertanian

Total biaya melaksanakan operasilapangan dengan mekanisasi mencakup biayaperalatan/perlengkapan, mesin yangdigunakan, dan tenaga kerja (Kepner et al,1980). Biaya kepemilikan dan operasional(selanjutnya disebut biaya tetap dan tidaktetap) dalam bisnis pertanian penting bagimanajer ketika membuat suatu keputusantentang apakah membeli atau menyewa mesinatau mengupahkan pekerjaan melalui jasapenyewaan (Finner dan Straub, 1985).

Biaya penggunaan alat dan mesinpertanian secara luas dibagi ke dalam2kategori: biaya tetap (fixed cost) dan biayatidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalahbiaya yang tidak berhubungan dengankepemilikan atas mesin dan konstan per tahunapakah mesin digunakan atau tidak (Kepner,1980; Fairbanks et al, 1971), dan kemudianbiaya tetap ini akan menurun per hektar or tonketika kapasitas penggunaan mesin meningkat(Butterworth dan Nix, 1983). Sedangkan biayatidak tetap (operasional) adalah biaya yangsecara langsung berhubungan denganpenggunaan mesin (Kepner et al., 1980;Fairbanks et al, 1971) dan biaya ini konstanper hektar or ton, tetapi akan meningkat secaraproporsional per tahun sebagai akibatkapasitas penggunaan mesin meningkat(Butterworth dan Nix, 1983). Biaya tetapterdiri dari biaya depresiasi, bunga modal,asuransi, pajak dan gudang, sedangkan biayatidak tetap mencakup biaya perbaikan danpemeliharaan, bahan bakar, pelumas dantenaga kerja (operator) (Hunt, 1983; Jacobsand Harrell, 1983; Butterworth dan Nix,1983).III. METODE PENELITIAN3.1. Metode, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan metode survei. Lokasipenelitian ditetapkan secara sengaja(purposive) yaitu Kabupaten Kampar.

Penetapan kabupaten tersebut didasarkan padapertimbangan karena Kabupaten Kampar salahsatu kabupaten yang menerima bantuan alatdan mesin pertanian kepada kelompok UPJAdan belum pernah dilakukan penelitian secarakhusus berkaitan dengan keberadaan UPJA diKabupaten Kampar.

Pelaksanaan penelitian ini akanmemakan waktu selama 4 bulan yang dimulaidari bulan September sampai denganDesember 2012 yang meliputi kegiatanpenyusunan proposal dan kuesioner, seminarproposal, pengumpulan data lapangan, tabulasidan analisis data, seminar hasil penelitian,ujian komprehensif dan penggandaan laporan.3.2. Teknik Pengambilan Sampel dan Data.

Pemilihan kelompok UPJA dilakukansecara bertahap (multi stages sampling) yangdimulai dengan penetapan Kabupaten Kamparsebagai lokasi penelitian. Dari 21 kecamatanyang ada di Kabupaten Kampar, dipilih 7kecamatan dan kemudian dipilih pula 15 Desadengan pertimbangan di desa tersebut terdapatkelompok UPJA yang mengelola alsintan yangaktif setiap musim tanam dan mempunyaiadministrasi/pembukuan yang relatif lengkap.Jadi jumlah responden adalah 16 kelompokUPJA. Kemudian, kelompk UPJA yang ada didesa tersebut dipilih secara sensus dan sealigusditetapkan sebagai responden dalam penelitianini.

Data yang dikumpulkan dalampenelitian ini terdiri dari data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh denganmengadakan survei lapangan untukmengumpulkan data yang berkaitan denganmanajemen organisasi UPJA, pengelolaankeuangan kelompok, skala pelayanan, jenisdan jumlah mesin yang dikelola, kapasitaskerja masing-masing mesin, profil mesin(jenis, umur, merek, dan daya), jumlahoperator dan mekanik, profil operator (umur,pendidikan, pengalaman, dan pelatihan), biayaperbaikan dan perawatan, biaya bahan bakardan pelumas, upah operator dan data lain yang

Page 6: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 134

berkaitan. Survei ini dilakukan terutamamelalui observasi dan wawancara langsungdengan pengelola UPJA dalam hal ini kepadamanajer, operator dan mekanik yang terlibatdalam pengelolaan UPJA bersangkutan.

Data sekunder diperoleh melalui surveiinstansional, yang dilakukan untukmengumpulkan data tentang geografis, iklim,kependudukan, luas penggunaan tanah, potensilahan sawah, jumlah alsintan, perkembanganluas lahan dan produksi tanaman pangankhususnya padi, palawija dan sayuran, jumahkelompok tani, dan jumlah kelompok UPJAyang ada di Kabupaten Kampar. Surveyinstansional ini dilakukan melalui metodepengumpulan langsung dari instansi/lembagaterkait, seperti Dinas Pertanian TanamanPangan Propinsi dan Kabupaten dan BiroPusat Statistik (BPS)..3. Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang diperoleh darilapangan maupun melalui pelacakaninstansional selanjutnya dianalisis secaradeskriptif melalui metode tabulasi.Sistemtabulasi dilakukan untuk menelaah tentanganalisis biaya operasional Alsintan olehkelompok UPJA dan analisis usahatani baikyang menggunakan alsintan maupun secaramanual.3.4. Analisis Data

Dari data yang diperoleh dilakukananalisis biaya, pendapatan dan break-evenpoint dari penggunaan mesin. Adapun analisisyang digunakan dijelaskan sebagai berikut.

Biaya usaha pelayanan jasa alsintandibagi ke dalam biaya tetap (Fixed cost) danbiaya variabel (Variable cost). Biaya tetap(FC) dihitung dengan menggunakan rumus:FC = D + I + A + P …………………….…(1)Dimana: FC = Fixed costs (biaya Tetap)

(Rp/mt)D = Depresiasi mesin dan gudang

(Rp/mt)I = Interest (Bunga Modal) (Rp/mt)A = Asuransi (Rp/mt)

P = Pajak (Rp/mt)Depresiasi (penyusutan) diperoleh dari:

…………..…………………..(2)

Dimana: NB = Nialai beli (Rp/mt)NS = Nilai sisa (Rp/mt)MP = Masa Pakai (Rp/mt)

Interest atas modal (I) dihitung dengan rumus:…………………..………… (3)

Dimana: i adalah tingkat bunga yang relevanSedangkan biaya variabel dihitung denganmenggunakan rumus:VC = L + F + M + P………………..…….(4)Dimana: VC = Variable costs (biaya variabel)

(Rp/mt)L = Labor (Operator) (Rp/mt)F = Fuel (Bahan bakar) Rp/mt)M = Maintenance (Perbaikan dan

pemeliharaa) Rp/mt)P = Pelumas (Rp/mt)

Jadi total cost akan diperoleh dari hasilpenjumlahan biaya tetap dan biaya variabeldengan rumus:TC = FC + VC ……….……………………(5)

Pendapatan yang dihitung dalampenelitian ini adalah pendapatan kotor (totalpenerimaan) dan bersih dari usaha pelayananjasa alsintan. Rumus yang digunakan adalah:TR = Y x Py……………..…………………(6)Dimana: TR = Total penerimaan (Rp/mt)

Y = Kapasitas kerja mesin dilapangan (ha atau ton)

Py = Upah per hektar (Rp/ha)Sedangkan untuk menghitung sisa hasil usaha(SHU) digunakan rumus:

………..…………………(7)Dimana: (Rp/mt)

TR = Total Penerimaan (Rp/mt)TC = Total Cost (Rp/mt)

Analisis break-even point digunakanuntuk mengetahui luas olahan minimum daripenggunaan alat dan mesin pertanian agarmemenuhi titik impas.Menurut Butterworthdan Nix (1983), Break-even point (BEP) dapat

Page 7: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 135

dihitung dengan pembagian biaya tetap pertahun dengan perbedaan antara sewa alat danmesin pertanian dengan rata-rata biayavariabel yang digunakan. Rumus BEP dapatditulis dengan rumus:

…………………………….. (8)

Dimana: BEP = Breka-even pointFC = Fixed cost (Rp/mt)

S = Upah kerja mesin (Rp/ha)AVC = Averaga variable costs

(Rp/ha)IV. KEADAAN UMUM DAERAHPENELITIAN4.1. Letak Geografis

Kabupaten Kampar dengan luaswilayah lebih kurang 11.289,28 km2 atau1.128.928 ha merupakan daerah yang terletakantara 01000’40” Lintamg Utara sampai00027’99” Lintang Selatan dan 100028’30” –101014’30” Bujur Timur. Adapun batas-bataswilayah Kabupaten Kampar adalah sebagaiberikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan KotaPekanbaru dan Kabupaten Siak

- Sebelah Selatan berbatasan denganKabupaten Kuantan Singingi

- Sebelah Barat berbatasan denganKabupaten Rokan Hulu dan ProvinsiSumatera Barat,

- Sebelah Timur berbatasan denganKabupaten Pelalawan dan KabupatenSiak.Pada tahun 2011, secara administrasi

Kabupaten Kampar terbagi ke dalam 21kecamatan, 8 kelurahan dan 240 desa dimanakecamatan terluas wilayahnya adalahKecamatan Tapung (91.365,97 km2) dan yangpaling kecil wilayahnya adalah KecamatanRumbio Jaya (74,92 km2).4.2. Kondisi Iklim

Rata-rata curah hujan di KabupatenKampar Tahun 2011 adalah 258 mm. Curahhujan tertinggi terjadi pada bulan Desemberyaitu 475 mm dan yang terendah pada bulanJuli yaitu 46 mm. Sedangkan rata-rata hari

hujan (HH) tahun 2011 yaitu 10 hari dimanahari hujan terbanyak terjadi pada bulanDesember yaitu 18 hari dan paling sedikitterjadi pada bulan Juli yaitu 5 hari.

Temperatur udara di KabupatenKampar berkisar antara 24,7 – 29,10 C yangmasing-masing terjadi pada bulan Februari danMei. Data tempratur ini penting dalampertumbuhan tanaman. Tanaman biasanyamemerlukan temperatur yang sesuai untukpertumbuhannya. Disamping temperatur, datakelembaban udara juga faktor iklim pentingdalam pertanian. Tanaman juga memerlukankelembaban tertentu untuk pertumbuhannya.Kelembaban udara di Kabupaten Kamparberkisar antara 95,1 – 95,9% yang masing-masing terjadi pada bulan Mei dan Maret.4.3. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan sumberdayapenting dalam pembangunan baik ditinjau darisegi kuantitas maupun kualitas. Dari segikuantitas, jumlah penduduk KabupatenKampar sampai tahun 2011 adalah sebanyak686.030 jiwa dimana laki-laki sebanyak353.787 jiwa dan perempuan sebanyak332.243 jiwa. Jumlah penduduk terbanyakyaitu di Kecamatan Siak Hulu yang berjumlah85.922 jiwa dan yang paling sedikit diKecamatan Kampar Kiri Hilir yang berjumlah10,158 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki lebihbanyak, yaitu 51.08 persen dari pendudukperempuan sebesar 48.92 persen. Dengandemikian maka angka sex ratio yaituperbandingan penduduk wanita dengan laki-laki di Kabupaten Kampar tahun 2011 sebesar0.94. Ini artinya setiap seratus jiwa penduduklaki-laki terdapat 94 jiwa pendudukperempuan. Kemudian kepadatan pendudukdi Kabupaten Kampar pada tahun 2010 rata-rata sebanyak 61 jiwa per kilometer.Kepadatan tertinggi terdapat di KecamatanKampar yang mencapai 327 jiwa per kilometerdan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan

Page 8: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 136

Kampar Kiri Hulu yang hanya 8 jiwa perkilometer.

Struktur umur penduduk KabupatenKampar sebagian besar berada pada kisaran15-64 tahun yang mencapai sebanyak 433.995jiwa atau 63,10 persen. Kelompok umur initermasuk ke dalam kelompok umur produktifkarena kelompok ini mampunyai kemampuanfisik yang lebih kuat untuk melakukanaktivitas yang bersifat produktif. Sedangkankelompok umur dengan kisaran 0-14 tahun dandi atas 64 tahun termasuk ke dalam kelompokumur non produktif. Di Kabupaten Kamparjumlah kedua kelompok umur ini sebanyak253.802 jiwa atau 36,90 persen. Berdasarkankelompok umur produktif dan non produktifini, kita dapat menentukan rasioketergantungan (Dependency ratio) yaituperbandingan penduduk non produktif danpenduduk produktif. Dari hasil perhitunganrasio ketergantungan penduduk KabupatenKampar diperoleh sebesar 0,58 yang berartisetiap 100 penduduk produktif menanggung58 jiwa penduduk non produktif.

Jumlah penduduk Kabupaten Kamparsebesar 687.797 jiwa terdiri dari 187.390rumah tangga. Dengan demikian, maka rata-rata anggota rumah tangga di KabupatenKampar sebesar 4 jiwa dengan kisaran 3 jiwasampai 6 jiwa per rumah tangga. Anggotarumah tangga terbesar terdapat di KecamatanTapung Hulu dan anggota rumah tanggaterkecil terdapat di Kecamatan GunungSahilan.4.4. Potensi Sumberdaya Lahan

Jenis penggunaan tanah di KabupatenKampar terbagi ke dalam 11 jenis pengunaandan terluas penggunaannya adalah untuk usahaperkebunan yang mencapai 353.505 ha atau31.31 persen dan kemudian untuk hutan seluas196.505 atau 17.41 persen. Sedangkanpenggunaan untuk padi sawah hanya seluas10.476 ha atau 0.93 persen dari total luasKabupaten Kampar. Potensi untukpengembangan pertanian dapat dilihat dari

masih adanya lahan sementara yang tidakdiusahakan seluas 43.634 ha atau 3.87 persendan tanah lainnya seluas 228.271 ha atau 20.22persen dari luas Kabupaten Kampar.

Potensi sumberdaya lahan sawah diKabupaten Kampar tahun 2011 adalah 10.173ha yang dimanfaatkan seluas 6.515 ha atausebesar 64,04%, sedangkan yang belumdimanfaatlkan seluas 3,658 ha atau sebesar35,95%. Penyebab belum dimanfaatkannyalahan sawah tersebut adalah masalahketersediaan air, permodalan petani dankekuragan tenaga untuk mengerjakan lahanbersankutan. Potensi lahan sawah terluas yaitudi Kecamatan Tambang dengan luas 2,229 ha.

Potensi sumberdaya lahan kering diKabupaten Kampar tahun 2011 adalah seluas255.859 ha yang bisa dimanfaatkan untuk padigogo dan palawija hanya seluas 11.700 ha dansisanya untuk pengembangan buah-buahandengan potensi terluas di Kecamatan TapungHulu seluas 76.897 ha.4.5. Potensi Produksi Tanaman Pangan

Kabupaten Kampar tahun 2011memproduksi padi sebanyak 48.481,07 tondan dikonversikan menjadi beras sebanyak30.640,04 ton. Produksi padi ini dipengaruhioleh luas tanam, luas panen, produktivitas danperubahan cuaca atau yang dikenal dengananomali iklim dimana terjadi perubahan cuacayang cukup ekstrim pada bulan Juni-Juli 2011.Hal ini menyebabkan sebagian wilayahKabupaten Kampar mengalami kekeringanyang cukup berat sehingga mempengaruhiangka produksi padi pada tahun 2011.

Dari ke lima jenis tanaman palawijatersebut yang paling luas diusahakan adalahjagung yang mencapai 1.641 ha denganproduksi 10.320,26 ton pada tahun 2011.Sedangkan jenis tanaman palawija yang palingkecil diusahakan adalah tanaman kacang hijauyang hanya seluas 232 ha dengan jumlahproduksi 475,77 ton pada tahun yang sama.Namun demikian dari segi produksi, tanamanpalawija yang tertinggi produksinya adalah ubi

Page 9: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 137

kayu yang mencapai 14.406,05 ton dan yangterendah produsinya adalah tanaman kacanghijau yang hanya 475,77 ton pada tahun 2011.

Ada sembilan jenis tanaman sayur-sayuran yang diusahakan petani di KabupatenKampar dan yang terluas diusahakan adalahkacang panjang dengan luas 564 ha dantersempit adalah tanaman labu siam yanghanya 6 ha. Sedangkan produksi tertinggiadalah tanaman ketimun sebanyak 8.635,22ton dan terendah adalah tanaman labu siamyang hanya 78 ton pada tahun 2011.4.6. Alat dan Mesin Pertanian

Adappun sarana pendudung dalamproduksi padi, palawija, sayur-sayuran danbuah-buahan adalah adanya alat dan mesinpertanian (alsintan). Alsintan yang ada diKabupaten Kampar tahun 2011 untuk jenishand traktor berjumlah 94 unit, hidro tiller 46unit, cultivator 30 unit, pompa air 25 unit,power thresher 34 unit, RMU 69 unit dan sabitbergerigi 3.376 unit. Alsintan tersebut hanyaada di 13 kecamatan sementara di 8 kecamatanlainnya belum ada alsintannya terutama mesinpertanian.

Jumlah alsintan terbanyak terdapat diKecamatan Bangkinang seberang sebanyak1,099 unit yang terdiri dari Hand Traktor 13unit, Hidro tiller 16 unit, Cultivator 9 unit,Pompa air 4 unit, power thresher 5 unit, RMU2 unit dan dryer 3 unit, sedangkan alatpemanen padi berupa sabit bergerigi terdapatsebanyak 1.050 unit. Sementara jumlah handtraktor terbanyak terdapat di KecamatanPerhentian Raja sebanyak 14 unit, Hidro tillerdi Kecamatan Bangkinang Seberang sebanyak6 unit, Cultivator di Kecamatan Bangkinangseberang sebanyak 9 unit, Pompa air diKecaatan Bangkinang sebanyak 14 unit,Power thresher di Kecamatan Kamparsebanyak 9 unit, RMU di Kecamatan Kampardan Tambang yang masing-masing 15 unit,dryer di Kacamatan Kampar, Tambang danKuok yang masing-masing sebanyak 4 unitdan sabit bergerigi terbanyak ditemukan di

Kecamatan Bangkinang Seberang sebanyak1050 unit.4.7. Kelompok Tani

Kelompok tani di Kabupaten Kampartahun 2011 berjumlah sebanyak 1.355kelompok dengan anggota sebanyak 34.802orang petani. Kelompok tani dibagi ke dalamempat kelas yaitu Pemula berjumlah 684kelompok, Lanjut berjumlah 480 kelompok,Madya berjumlah 64 kelompok dan Utamatidak ada, serta kelompok yang belumdikukuhkan berjumlah 137 kelompok.

Penyebaran kelompok tani diKabupaten Kampar tidak merata dan ada di 20kecamatan. Ada hanya satu kecamatan yangbelum ada kelompok taninya yaitu KecamatanKampar Hulu yang merupakan kecamatantermuda di Kabupaten Kampar. Kelompoktani tersebut terbanyak terdapat di KecamatanTapung sebanyak 433 kelompok dengananggota 1.383 petani dan kemudian diikutiKecamatan XIII Koto Kampar sebanyak 171kelompok dengan anggota 3.300 petani.Keberadaan kelompok tani ini sangatdiperlukan untuk memajukan pertanian khusususahatani padi di Kebupaten Kampar.Kelompok tani berperan untuk mudahnyamengorganisir petani yang jumlahnya ribuantersebut, baik dalam rangka penyampaikaninformasi teknologi dan penyaluran pupukbersubsidi maupun kerjasama antar petani,khususnya anggota kelompok terutama dalampengelolaan alat dan mesin pertanian yangdibantu pemerintah.4.8. Kelompok UPJA

Model pengembangan mekanisasipertanian yang dikenal dengan UsahaPelayanan Jasa Alsintan (UPJA) ini bertujuanuntuk meningkatkan pengembangan alsintan ditingkat petani dan sekali gus meningkatkanproduksi dan produktivitas pertaniankhususnya tanaman padi dan meningkatkanefisiensi penggunaan tenaga kerja. Alsintanyang dikelola UPJA ini umumnya alsintanbantuan pemerintah dan diberikan kepada

Page 10: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 138

kelompok tani yang sudah dibentuk danbiasanya setiap desa dibentuk satu kelompokpenerima UPJA. Penetapan desa/kelompokpenerima UPJA berdasarkan pada adanya arealpersawahan yang ditanami padi secarakontiniu setiap tahun.

Penyebaran UPJA di setiap kecamatantidaklah merata dan bahkan ada kecamatanyang tidak ada kelompok UPJA sama sekali.Jumlah kelompok UPJA yang ada diKabupaten Kampar tercatat sebanyak 42 UPJAdan tersebar hanya di 13 kecamatan.Konsentrasi UPJA terbanyak terdapat diKecamatan Kampar dan Kuok yang masing-masing 6 UPJA dan kemudian diikuti denganKecamatan Kampar Timur sebanyak 5 UPJA.Umumnya kelompok UPJA masih kelaspemula dan baru tiga UPJA yang termasukkelas berkembang, yaitu 2 di KecamatanBangkinang Seberang dan 1 di KecamatanKuok. Seangkan kelompok UPJA dengankelas profesional belum ditemukan diKabupaten Kampar.V. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN5.1. Profil UPJA

UPJA melakukan usaha utama yaitupelayanan jasa alsintan dalam bentukpelayanan jasa dengan sistem sewa, baikkepada anggota maupun kepada petani nonanggota kelompok tani. Setiap kelompokUPJA yang menerima alat dan mesin pertanianakan dikelola oleh kelompok bersangkutanyang dipimpin oleh seorang manajer. Dalampelaksanaannya, manajer dibantu oleh operatoruntuk mengoperasikan traktor dan mekanikuntuk memperbaiki jika alat dan mesinpertanian mengalami kerusakan. Dari hasilsurvei di tujuh kecamatan di KabupatenKampar telah dapat diidentifikasi sebanyak 16UPJA.

Jumlah operator yang mengoperasikanalsintan yang ada di kelompok UPJA tidaklahsama dan jumlah ini sangat tergantung padajumlah alsintan yang dikelola kelompok.

Umumnya satu jenis mesin dioperasikan oleh1 - 2 operator. Kedua operator inimengoperasikan mesin secara bergantian.Jumlah operator berkisar dari 3 orang untukkelompok Karya Indah sampai 12 orang untukkelompok Sri Rezeki dengan rata-rata 6 orangoperator. Akan tetapi jumlah mekanik sudahhampir merata bahwa setiap kelompokmemliki satu orang mekanik, kecualikelompok Sinar Harapan dan Karya Indahyang belum memiliki mekanik.

Alsintan yang dikelola oleh kelompokUPJA terdiri dari Rotary tiller, Hidro tiller,Singkal, Cultivator, Pompa air, Powerthresher, dan Rice milling unit (RMU).Pemilihan jenis dan jumlah alsintan umumnyadihubungkan dengan luas areal dan jenistanaman yang dibudidayakan serta jeniskegiatannya. Sehingga jenis dan jumlahalsintan yang ada pada setiap kelompok UPJAtidaklah sama. Alsintan yang selektif dalampemakaiannya akan mampu menjaminkeberhasilan petani dalam mengelolanyasecara komersil.

Kalau dilihat dari segi jenis alsintanyang dikelola kelompok UPJA, jenis terbanyakadalah Hidro tiller sebanyak 26 unit atau rata-rata 1,63 unit dan hanya ada di 12 kelompokUPJA. Kemudian diikuti oleh Rotari tillersebanyak 18 unit dengan rataan 1.13 unit danterdapat di 13 kelompok UPJA. Dua jenismesin pengolahan tanah ini sangat cocokdengan kondisi sawah yang dimiliki petani diKabupaten Kampar, sehingga hampir setiapkelompok UPJA memilikinya. Jenis alsintanyang paling sedikit dikelola oleh kelompokUPJA adalah Cultivator yang hanya 6 unitdengan rataan 0,38 unit dan ditemukan hanyadi 5 kelompok UPJA. Jumlah terkecil keduaadalah RMU sebanyak 8 unit dengan rataan0,50 unit dan dijumpai di 8 kelmpok UPJA.Secara khusus, Cultivator merupakan jenismesin yang digunakan untuk lahan kering(usahatani sayuran), bukan digunakan untuklahan sawah (padi). Sedangkan jumlah

Page 11: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 139

kelompok tani pada setiap UPJA berkisar dari2 kelompok tani pada UPJA Karya Bersama,Sinar Tani dan Kya Indah sampai 11kelompok pada UPJA Sinar Harapan dengantotal kelompok sebanyak 92 kelompok dari 16UPJA dengan rataan 6 kelompok per UPJA.

Jumlah kelompok tani mempunyaihubungan dengan luas areal sawah, walaupunpada kelompok UPJA hubungan tersebut tidakproporsional. Luas areal sawah yang terluasada pada kelompok UPJA Tani Maju yangmencapai 400 ha dengan jumlah kelompoktani 5 kelompok dan kemdian diikutikelompok UPJA Birandang Jaya seluas 250 hadengan jumlah kelompok tani 5 kelompok.Sedangkan luas areal sawah tersempit adalahKelompok UPJA Karya Indah yang hanya 2 hadengan jumlah kelompok tani 2 kelompok dankemudian diikuti oleh kelompok UPJA KaryaJaya seluas 30 ha dengan jumlah kelompok 3kelompok tani. Total luas areal untuk 16kelompok UPJA dan 92 kelompok tanimencapai 2491 ha dengan rata-rata 155,69 haper kelompok UPJA. Sementara itu, jenisirigasi ada adalah setengah teknis denganindek pertanaman (IP) berkisar dari 200, dandiareal tertentu sudah mulai dengan IP 250 ( 5kali musim tanam per 2 tahun).

Perbandingan jumlah mesin denganluas areal sawah yang dapat di olah dankekurangan mesin per musim tanam padakelompok UPJA di Kabupaten Kampar. Kalaukita lihat jumlah alsintan pengolahan tanahyang tersedia di setiap UPJA rata-rata baru3,38 unit. Dari jumlah tersebut baru mampumengolah lahan seluas rata-rata 50,19 hektaratau kira-kira 43,44% dari luas lahan yang adarata-rata seluas 160,06 ha pada kelompokUPJA atau dengan rata-rata per musimnyahanya mampu diolah sekitar 15 hektar. Kalaukita asumsikan kemampuan sebuah mesinuntuk mengolah tanah per musim 15 ha (sesuaidengan yang data ril dari survei lapangan),maka jumlah kekurangan mesin pengolahtanah rata-rata sebanyak 7 unit. Memang

sudah ada kelompok UPJA yang mampumelayani 100% dari luas lahan kelompok yangada, seperti kelompok UPJA Karya Jaya danKarya Indah. Hal ini disebabkan luas lahansawah yang ada pada kelompok UPJA tersebutrelatif kecil sehingga mampu dikerjakan olehmesin pengolahan tanah yang ada. Akan tetapiuntuk kelompok UPJA, seperti Tani Bersamabaru dapat dikerjakan seluas 15 hektar ataubaru 6% dari lahan yang tersedia seluas 235hektar.5.2. Karakteristik Alsintan

Sebagian besar merek alsintan yangdikelola UPJA adalah Yanmar, Honda danAgrindo. Merek lain seperti Dongfeng(RMU), Kubota (Rotari tiller dan RMU), danMitsubishi (RMU) baru sedikit. Penentuanmerek alsintan ini tidak oleh petani, akantetapi oleh Pemerintah selaku pengadaanutama bantuan alsintan tersebut khususnyauntuk UPJA. Sedangkan daya (power) alsintantersebut juga bervariasi mulai dari yangterendah 5,5 hp (hidro tiller dan pompa air)sampai 23 hp (RMU). Daya mesin sangatmenentukan kemampuan kerja mesin dilapangan. Mesin dengan daya tinggimempunyai kemampuan kerja (kapasitaskerja) yang lebih besar, dan sebaliknya mesindengan daya kecil mempunyai kemampuanyang lebih kecil pula sehingga kapasitas kerjamesin menjadi kecil.

Selanjutnya kisaran umur rata-rataalsintan tersebut bervariasi dari 1 sampai 6tahun. Rata-rata umur tertinggi adalah singkaldan pompa air yaitu 3,7 tahun, dan rataanumur terendah adalah cultivator 2,5 tahun.Umur mesin juga sangat mempengaruhikemampuan kerja mesin di lapangan. Selamamesin dipakai, mesin juga semakin menua danpada akhirnya mesin tidak ekonomis lagiuntuk dioperasikan karena tingginya danmeningkatnya biaya perbaikan dan perawatanmesin. Khusus untuk alsintan yang dikelolaUPJA tesebut, umur ekonomis mesinditetapkan/diperkirakan selama 4 tahun kecuali

Page 12: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 140

RMU. Ini berarti setelah mesin berumur 4tahun, petani tidak perlu lagi membayarsetoran wajib ke PAD pemerintah.5.3. Karakteristik Operator Operator

Operator merupakan sumberdayamanusia yang sangat penting dalampengelolaan alsintan. Operator bertugasmengoperasikan alsintan dan mereka jugayang menentukan sukses tidaknya pekerjaanyang dilakukan. Umur rata-rata operator perkelompok UPJA tertinggi ditemukan padakelompok UPJA Birandang Jaya yaitu 44,38tahun dan umur termuda dijumpai padakelompok UPJA Rizki Bersama 31,50 tahundengan rata-rata seluruh operator 37,68 tahun.Operator alsintan perlu berumur muda karenamengoperasikan mesin memerlukankemampuan fisik yang kuat. Berdasarkantemuan di atas, maka operator alsintan yangada pada kelompok UPJA dapat dikatakantergolong relatif muda, sehingga masihmempunyai kemampuan fisik yang kuat untukmengoperasikan alsintan.

Selanjutnya, rataan tingkat pendidikanoperator UPJA berkisar dari 6 tahun (tamatSekolah Dasar) pada UPJA Tani Maju sampai10,25 tahun (perguruan tinggi) pada UPJABirandang Jaya dengan rata-rata pendidikanseluruh operator selama 8,58 tahun atau setaradengan sekolah menengah pertama (SMP).Sementara itu, rataan pengalaman operatordalam mengoperasikan alsintan per kelompokUPJA berkisar dari 1,67 tahun pada kelompokUPJA Tani Maju sampai 12,5 tahun padakelompok UPJA Tani Bersama dengan rata-rata seluruh operator 5 tahun. Ini berartioperator alsintan kelompok UPJA sudahmempunyai pengalaman yang relatif lama danpengalaman ini tentunya akan sangat bergunadalam mengoperasikan alsintan secara baikdan benar. Sehingga kerusakan alsintan dapatdiminimalisasi yang pada akhirnyamengurangi biaya perbaikan dan pemeliharaanalsintan bersangkutan. Kemudian umur

ekonomi dan fisik alsintan yang dikelolapunmenjadi lebih panjang.

Dari hasil survei, rata-rata barusebanyak 48, 96 persen operator yangmendapat pelatihan baik sebelum maupunsesudah menjadi operator, selebihnya 51,04persen belum pernah mendapatkan pelatihansama sekali. Pelatihan di Bengkel Dinastersebut biasanya dilakukan selama 2 – 3 haridan tenaga pelatihnya seorang profesionalyang didatangkan dari perusahaan PemilikAlsintan, seperti dari PT. Yanmar. Sedangkanbagi operator yang mendapat pelatihannya diDepok, biasanya memakan waktu lama yaitulebih-kurang satu minggu dan tidakterporgram secara rutin. Program tersebutbiasanya satu kali dalam setahun dan jumlahpesertanya sangat terbatas 1 – 2 orangoperator/mekanik saja. Bagi operator/mekanikyang dikirim ke Depok, setelah kembalidiharapkan menjadi tenaga pelatih di BengkelUPJA bersama yang ada di KabupatenKampar.5.4. Penggunaan Alat dan Mesin Pertaniandalam Usaha tani Padi Sawah

Sedikitnya ada 12 kegiatan yangdikerjakan dalam kegiatan usahatani padisawah yaitu; pengolahan lahan, persemaian,penanaman, penyiangan, pengendalian hamadan penyakit tanaman (H & P), pengairan,pemanenan, perontokan, pembersihan gabah,pengangkutan, pengeringan dan penggilingan.Namun demikian, di Kabupaten Kamparbelum semua pekerjaan tersebut dikerjakandengan melibatkan alsintan karenaketerbatasan jenis dan jumah alsintan yangada. Hasil survei menunjukkan bahwa baru 4jenis pekerjaan yang melibatkan mesinpertanian yaitu pengolahan tanah (denganRotari tiller, hidro tiller, singkal dan cultivatoruntuk lahan kering), pengairan (dengan pompaair), merontok (dengan power thresher), danpenggilingan (dengan rice miling unit).Sementara 8 jenis kegiatan lainnya masihdikerjakan secara manual dengan peralatan

Page 13: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 141

atau cara tradisional. Melaksanakanpekerjaan dengan cara manual ini sangatmenguras tenaga, memakan waktu yang lama,membutuhkan biaya yang lebih besar dankurang efisien.

Pola penggunaan alsintan padakelompok UPJA di Kabupaten Kamparmengikuti pola tanam padi yang di lakukanoleh petani selama ini. Pola tanam padi inidilakukan umumnya dua musim tanam dalamsatu tahun, yaitu musim tanam I (pada musimkemarau) dan musim tanam II (pada musimhujan).

Pada musim tanam I dimulai padabulan Maret, dimulai dengan persiapanpengolahan tanah dan persiapan persemaian.Pengolahan tanah menggunakan alat danmesin pertanian dengan menggunakan jasaUPJA di masing masing wilayah. Alsintanyang lazim digunakan untuk mengolah tanahadalah Rotari tiller, Hidro tiller, dan bajaksingkal. Musim tanam I ini sering disebutmusim tanam solek (tanam kecil) dikarenakanmusim tanam ini hanya dilakukan petani IP200, bertanam dua kali setahun.

Musim tanam II dimulai pada bulanAgustus dengan dilaksanakannya pengolahantanah/persiapan lahan dan persemain. Musim

tanam II ini disebut juga musim tanam besarkarena pada bulan September di laksanakanpenanam serentak, baik IP 200 maupun IP 100yang belum memiliki irigasi setengah teknis(sawah tadah hujan) pertanian dengan IP 100banyak menggunakan varietas unggul lokal,sedangkan petani dengan IP 200 secara umummenggunakan varitas unggul nasionaldikarenakan varietas unggul nasional memilikiumur relative pendek dan potensi hasilnya(produktifitas) lebih tinggi jika di bandingkandengan varietas unggul lokal.5.5. Analisis Kapasitas Kerja Alsintan

Analisis kapasitas kerja mesindiperlukan untuk mengetahui seberapa jauhkinerja alsintan yang dioperasikan oleh UPJA.Kinerja ini selanjutnya akan mempengaruhikemampuan kerja alsintan dalam menanganikebutuhan pelayanan jasa di daerah kerjanya.Faktor penentu kapasitas kerja mesin adalahtenaga/daya yang dihasilkan (hp), umur mesin,keterampilan operator dan kondisi lahan yangakan diolah atau kondisi gabah yang akandirontok/digiling. Kapasitas kerja mesin yangdiuraikan dalam penelitian ini dinyatakandalam jam kerja per hari, hari kerja per musim,jam kerja per hektar, dan jumlah hektar permusim.

Rataan Kapasitas Kerja Berbagai Jenis Alsintan yang Dikelola UPJA di Kabupaten Kampar.

No Jenis AlatJam kerja per

hariHari kerja per

musimKapasitas kerja mesin

Jam/ha, ton Ha, ton/MT1 Rotari tiller 7,39 23,33 22,50 9,442 Hidro tiller 7,65 19,65 19,88 8,463 Singkal 7,50 20,50 24,00 8,224 Cultivator 7,83 20,00 38,67 1,925 Pompa air 7,88 20,00 1.950,00* 5,256 Power thresher 7,55 20,00 622,73 9.136,367 RMU 7,14 - 1,68 22.142,86

Note: Ltr/menitJam kerja per hari mesin pengolahan

tanah berbeda antara mesin yang satu denganyang lainnya. Jam kerja tertinggi adalahCultivator yang rata-rata selama 7,83 jam danyang terendah adalah Hidro tiller 7,65 jam.

Namun demikian, jam keja mesin pengolahantanah berkisar dari 7 sampai 8 jam per hari.Angka ini sama dengan jam kerja per harinasional selam 8 hari untuk traktor roda dua(hand traktor). Lamanya jam kerja mesin per

Page 14: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 142

hari ditentukan oleh kesepakatan antaramanajer dan operator. Sedangkan hari kerjaper musim juga ditemukan berbeda di antaramesin pengolahan tanah tersebut. Hari kerjaper musim tertinggi adalah Rotari tiller rata-rata selama 23,33 hari dan terendah adalahHidro tiller selama 19,65 hari. Hari kerja permusim pada dasarnya berkisar mulai dari 10hari sampai 45 hari, tapi hari kerja per musimyang dominan adalah 20 hari atau 40 hari pertahun untuk dua kali musim tanam. Angka inilebih kecil dari hari kerja per musim nasionalyang berkisar 50 – 60 hari per tahun atau 25 –30 hari per musim.

Jam kerja pompa air per hari selamarata-rata 7,88 jam dan hari kerja per musimselama 20 hari. Pompa air ini mampumemompa air sebanyak 1.950 liter per menit.Kemampuan pompa air memompa air initergantung kepada daya mesin (hp) dandiameter pompa. Sedangkan pemanfaatanpompa air per musim rata-rata 5,25 ha.Menurut pengalaman petani daya mesinpenggerak pompa 7,5 – 15 hp dapat mengairi 5– 6 ha per musim, sedangkan 5,5 – 6,5 dapatmengairi 2 – 2,5 ha per musim.

Penggunaan Power thresher dalamperontokan dapat menekan kehilangan hasilpadi sekitar 3%. Hal ini disebabkan Powerthresher dirancang untuk mampumemperbesar kapasitas kerja, meningkatkaneffisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasildan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.Penggunaan mesin perontok menghasilkangabah rontok sebesar 99%. Jam kerja per hariPower thresher rata-rata selama 7,55 jam,sedangkan hari kerja per bulan selama 20 harisesuai dengan lamanya musim panen padi didaerah bersangkutan. Kapasitas mesinperontok bervariasi antara mesin yang satudengan yang lainnya dengan rata-rata 9.136,36kg/musim dan 622,73 kg/jam bergantung padaspesifikasi (daya) atau pabrik pembuatnya.

Dari pengamatan langsung di lapangan,diperoleh nilai kapasitas rata-rata RMU

sebesar 1,68 jam/ton atau 6.286 ka/jam dalambentuk gabah kering giling (GKG) dengan jamkerja per hari 7,15 jam. Menurut sistempenggilingan padi, penggilingan ini tergolongdalam penggilingan padi relatif kecil. Faktor-faktor yang menentukan besar kecilnyakapasitas adalah keterampilan operator,kondisi gabah yang digiling, dan kondisimesin. Dengan demikian, kapasitas kerja permusim rata-rata sebesar 22.142,86 ton denganhari kerja permusim adalah sepanjang musim.Ini disebabkan petani tidak sekali gusmenggiling padi setelah panen, akan tetapidigiling ketika dibutuhkan untuk konsumsikeluarga.5.6. Analisis Ekonomi Usaha Alsintan

Kelompok UPJA Di WilayahPenelitian

Untuk mengetahui kinerja UPJAtersebut maka perlu diketahui terlebih dahulupembiayaan, pendapatan, keuntungan danakhirnya Breka-even point (BEP) sebagaiindikator keberhasilan pengelolaan UPJA.Berikut ini akan diuraikan secara rinci analisisbiaya dan pendapatan UPJA untuk setiap jenisalsintan yang dikelolanya. Ada 7 jenis alsintanyang dikelola oleh UPJA, yaitu Rotari tiller,Hidro tiller, Singkal, Cultivator, Pompa air,Power thresher, dan Rice Milling Unit (RMU).Analisis Ekonomi Usaha PenggunaanRotari tiller

Analisis biaya operasional per unitRotari tiller selama satu musim tanam terdiridari biaya tetap dan biaya tidak tetap.Kebutuhan bahan bakar untuk operasional alatadalah ± 0,7 liter/jam dan kebutuhan oli ±0,028 liter/jam. Besarnya biayareparasi/perbaikan alat dipengaruhi olehtingkat kerusakan alat dan mesin Rotari tiller.Besarnya balas jasa (sewa) yang diterima daripetani ditetapkan secara musyawarah dalamkelompok tani atau bersama sama denganpengurus UPJA. Besarnya sewa penggunaanRotari tiller berkisar Rp.900000 s/d

Page 15: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 143

Rp.1500000 per ha dengan rataan Rp.1.144.444 per hektar.

Hasil kerja Rotari tiller selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-rataseluas 9,44 ha dengan kisaran dari 4 ha padaUPJA Nikmat Usaha sampai 24 ha pada UPJABirandang Jaya. Biaya yang dikeluarkan untukoperasional Rotari tiller mencapaiRp7.842.660 yang terdiri dari 50,42% biayatetap dan 49,58% biaya tidak tetap. Biayatidak tetap ini sudah termasuk upah operatorsebesar Rp 2.796.028 yang merupakankomponen biaya terbesar dari biaya tidak tetapyang mencapai 71,90%. Biaya operator inidihitung sebesar 50% dari pendapatan bersihoperasional Rotari tiller. Sedangkan sisa hasilusaha (SHU) pengelolaan UPJA untuk jenismesin Rotari tiller sebesar Rp. 2.796.028 atau26,28% dari penerimaan total. Ini artinyaUPJA yang dikelola petani menguntungkan

dan semakin besar luas lahan yang dapatdikerjakan per musim maka keuntungan usahapengelolaan Rotari tiller tersebut cenderungsemakin besar.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan Rotari tiller, maka berikut inidisajikan analisis Break Event Point (BEP)yang merupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka Rotaritiller harus dapat mengolah tanah sawahsampai jumlah luas tertentu. Apabila mesinternyata tidak dapat mencapai luasan tersebutmaka usaha pengelolaan Rotari tiller tersebutrugi. Break-Even Point akan dicapai apabilaluas areal yang dapat diperoleh sebanyak 5,60ha per musim. Luas lahan perolehan ini lebihkecil dari luas lahan real yang dikerjakanRotari tiller yang dikelola oleh UPJA seluas9.44 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Rotari tiller Per Musim Tanam di KabupatenKampar Tahun 2012.

Analisis Usaha Penggunaan Hidro TillerAnalisis biaya operasional per unit

Hidro tiller selama satu musim tanam terdiridari biaya tetap dan biaya tidak tetap.Kebutuhan bahan bakar untuk operasional alatadalah ± 0,9 liter/jam dan kebutuhan oli ± 0,02liter/jam. Besarnya biaya reparasi/perbaikanalat dipengaruhi oleh tingkat kerusakan alat

dan mesin Hidro tiller. Besarnya sewapenggunaan Hidro tiller berkisar Rp.900000s/d Rp.1500000 per hektar dengan rataan Rp.1055769 per hektar.

Hasil kerja Hidro tiller selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-rataseluas 8,58 ha dengan kisaran dari 5 ha padaUPJA Karya Jaya, Nikmat Usaha dan Rizki

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 3.188.889 80,642. Bunga modal - - 765.333 19,36Total biaya tetap 3.954.222 50,42

B Biaya todak tetap1. Bahan bakar (ltr) 135 4.500 605.500 15,582. Oli (Pelumas) (litr) 6,83 27.000 183.333 4,713. Upah Operator - - 2.796.028 71,904. Perawatan dan perbaikan - - 303.778 7,81Total biaya tidak tetap 3.888.639 49,58

C Total biaya 7.842.660 73,72D Penerimaan

Sewa Rotari tiller (ha) 9,44 1.144.444 10.638.889 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.796.028 26,28F Break-even point (ha/mt) 5,60 -

Page 16: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 144

Bersama sampai 16 ha pada UPJA SinarHarapan. Biaya yang dikeluarkan untukoperasional Hidro tiller mencapai Rp6.159.999, yang terdiri dari 35,33% biaya tetapdan 64,67% merupakan biaya tidak tetap.Biaya tidak tetap ini sudah termasuk upahoperator sebesar Rp 2.882.308 yangmerupakan komponen biaya terbesar daribiaya tidak tetap yang mencapai 72,36%.Sama halnya dengan pengelolaan Rotari tiller,biaya operator ini dihitung dari 50% daripendapatan bersih operasional. Sedangkansisa hasil usaha (SHU) pengelolaan UPJAuntuk jenis mesin Hidro tiller ini sebesar Rp.2.882.308 atau 31,88% dari penerimaan total.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan Hidro tiller, maka berikut inidisajikan analisis Break Event Point (BEP)yang merupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka Hidrotiller harus dapat mengolah tanah sawahsampai jumlah luas tertentu. Apabila mesinternyata tidak dapat mencapai luasan tersebutmaka usaha pengelolaan Hidro tiller tersebutmerugi. Break-Even Point akan dicapai apabilaluas areal yang dapat diperoleh sebanyak 3,71ha per musim. Luas lahan perolehan ini lebihkecil dibandingkan dengan luas lahan realyang dapat dikerjakan oleh Hidro tiller yangdikelola UPJA per musimnya seluas 8.58 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Hidro Tiller Per Musim Tanam di KabupatenKampar Tahun 2012.

Analisis Ekonomi Usaha PengggunaanSingkal

Analisis biaya operasional per unitsingkal selama satu musim tanam terdiri daribiaya tetap dan biaya tidak tetap. Kebutuhanbahan bakar untuk operasional alat adalah ±0,7 liter/jam dan kebutuhan oli ± 0,028liter/jam. Besarnya biaya reparasi/perbaikanalat dipengaruhi oleh tingkat kerusakan alatdan mesin Singkal. Besarnya sewapenggunaan Singkal berkisar dari Rp.900000

s/d Rp.150000 per hektar dengan rataan Rp.1.100.000 per hektar. Lebih jelas analisis biayadan pendapatan penggunaan singkal permusim tanam di Kabupaten Kampar disajikanpada Tabel 5.12.

Hasil kerja singkal selama satu musimtanam di Kabupaten Kampar rata-rata seluas8,22 ha dengan kisaran dari 5 ha pada UPJASuka Maju, Karya Jaya, Nikmat Usaha danTani Maju sampai 24 ha pada UPJABirandang Jaya. Biaya yang dikeluarkan untuk

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 1.511.538 69,442. Bunga modal - - 665.077 30,56Total biaya tetap 2.176.615 35,33

B Biaya todak tetap1. Bahan bakar (ltr) 140 4.500 630.692 15,832. Oli (Pelumas) (litr) 6 ,00 26.577 148.615 3,733. Upah Operator - - 2.882.308 72,364. Perawatan dan perbaikan - - 321.769 8,08Total biaya tidak tetap - 3.983.384 64,67

C Total biaya 6.159.999 68,12D Penerimaan

Sewa Hidro tiller (ha) 8,58 1.055.769 9.042.308 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.882.308 31,88F Break-even point (ha/mt) 3,71 -

Page 17: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 145

operasional singkal mencapai Rp 6.489.469,yang terdiri dari 32,11% biaya tetap dan66,81% merupakan biaya tidak tetap. Biayatidak tetap ini sudah termasuk upah operatorsebesar Rp 3.186.325 yang merupakankomponen biaya terbesar dari biaya tidak tetapyang mencapai 72,31% dari total biaya tidaktetap. Sama dengan Rotari tiller, biayaoperator ini dihitung dari 50% dari pendapatanbersih operasional. Sedangkan sisa hasil usaha(SHU) pengelolaan UPJA untuk jenis mesinsingkal sebesar Rp. 3.186.325 atau 33,19%dari penerimaan total.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan singkal, maka berikut ini disajikan

analisis Break Event Point (BEP) yangmerupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka singkalharus dapat mengolah tanah sawah sampaijumlah luas tertentu. Apabila mesin ternyatatidak dapat mencapai luasan tersebut makausaha pengelolaan Singkal tersebut merugi.Break-Even Point akan dicapai apabila luasareal yang dapat diperoleh sebanyak 4,61 haper musim tanam. Luas lahan perolehan inilebih kecil dibandingkan dengan luas lahanreal yang dapat dikerjakan singkal per musimtanamnya seluas 8.22 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Singkal Per Musim Tanam di Kabupaten KamparTahun 2012.

Analisis Ekonomi Usaha PenggunaanCultivator

Analisis biaya penggunaan per unitCultivator selama satu musim tanam terdiridari biaya tetap dan biaya tidak tetap.Kebutuhan bahan bakar untuk operasional alatadalah ± 0,8 liter/jam dan kebutuhan oli ±0,012 liter/jam. Besarnya biayareparasi/perbaikan alat dipengaruhi olehtingkat kerusakan alat dan mesin Cultivator.Besarnya sewa penggunaan Cultivator berkisarRp.1.200.000 sampai dengan Rp.1.500.000 permeter dengan rataan Rp 1.400.000 per hektar.

Rata-rata sewa cultivator lebih tinggi dari sewapengolahan tanah sebelumnya karena yangdikerjakan adalah lahan kering.

Hasil kerja Culivator selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-rataseluas 1,09 ha dengan kisaran dari 1 ha padaUPJA Sri Rezeki sampai dengan 2,5 ha padaUPJA Pulau Lestari dan Nikmat Usaha. Biayayang dikeluarkan untuk operasional Cultivatormencapai Rp 2.377.840, yang terdiri dari71,66% biaya tetap dan 28,34% merupakanbiaya tidak tetap. Biaya tidak tetap ini sudahtermasuk upah operator sebesar Rp 272.160

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 1.680.000 80,652. Bunga modal - - 403.200 19,35Total biaya tetap 2.083.200 32,11

B Biaya tidak tetap1. Bahan bakar (ltr) 128 4.500 538.611 12,222. Oli (Pelumas) (litr) 7,00 27.667 212.444 4,823. Upah Operator - - 3.186.325 72,314. Perawatan dan perbaikan - - 468.889 10,64Total biaya tidak tetap - 4.406.269 67,89

C Total biaya 6.489.469 66,81D Penerimaan

Sewa Singkal (ha) 8,22 1.100.000 9.600.000 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 3.186.325 33,19F Break-even point (ha/mt) 4,61 -

Page 18: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 146

yang merupakan komponen biaya terbesarkedua dari biaya tidak tetap yang mencapai40,39%. Sama dengan Rotari tiller, biayaoperator ini dihitung dari 50% dari pendapatanbersih operasional. Sedangkan sisa hasil usaha(SHU) pengelolaan UPJA untuk jenis mesinCultivator ini sebesar Rp. 272.160 atau10,27% dari penerimaan total pengelolaanCultivator.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan Cultivator, maka berikut inidisajikan analisis Break Event Point (BEP)yang merupakan suatu kondisi dimana total

pengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka Cultivatorharus dapat mengolah tanah sampai jumlahluas tertentu. Apabila mesin ternyata tidakdapat mencapai luasan tersebut maka usahatraktor tersebut merugi. Break-Even Pointakan dicapai apabila luas areal yang dapatdikerjakan seluas 1,63 ha per musim tanam.Luas lahan perolehan ini lebih kecildibandingkan dengan luas lahan real yangdapat dikerjakan Cultivator per musimtanamnya seluas 1.92 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Penggunaan Cultivator per Musim Tanam di Kabupaten KamparTahun 2012.

Analisis Usaha Penggunaan Pompa AirAnalisis biaya penggunaan pompa air

terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.Kebutuhan bahan bakar untuk operasionalpompa air adalah 0,77 liter/jam, sedangkankebutuhan oli/pelumas adalah 0,017 liter/jam.

Hasil kerja Pompas air selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-rataseluas 5 ha dengan kisaran dari 3 ha padaUPJA Titian Rizki sampai dengan 8 ha padaUPJA Pulau Lestari. Total biaya yangdikeluarkan untuk operasional Pompa airmencapai Rp 1.669.674, yang terdiri dari35,47% biaya tetap dan 64,53% merupakanbiaya tidak tetap. Biaya tidak tetap ini sudah

termasuk upah operator sebesar Rp. 330.326yang merupakan komponen biaya terbesarkedua dari biaya tidak tetap yang mencapai30,66%. Sama dengan Pompa air, biayaoperator ini dihitung sebesar 50% daripendapatan bersih operasional. Sedangkansisa hasil usaha (SHU) pengelolaan UPJAuntuk jenis mesin Pompa air ini sebesar Rp.330.326 atau 16,52% dari penerimaan totalpengelolaan Pompa air.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan Pompa air, maka berikut inidisajikan analisis Break Event Point (BEP)yang merupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 1.183.333 69,442. Bunga modal - - 520.667 30,56Total biaya tetap 1.704.000 71,66

B Biaya tidak tetap1. Bahan bakar (ltr) 61 4.500 275.250 40,852. Oli (Pelumas) (litr) 1,00 27000 25.097 3,723. Upah Operator - - 272.160 40,394. Perawatan dan perbaikan - - 101.333 15,04Total biaya tidak tetap - 673.840 28,34

C Total biaya 2.377.840 89,63D Penerimaan

Sewa Cultivator (ha) 1,92 1.400.000 2.650.000 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 272.160 10,27F Break-even point (ha/mt) 1,63 -

Page 19: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 147

Untuk mencapai kondisi BEP maka Pompa airharus dapat mengolah tanah sampai jumlahluas tertentu. Apabila mesin ternyata tidakdapat mencapai luasan tersebut maka usahatraktor tersebut merugi. Break-Even Pointakan dicapai apabila luas areal yang dapat

dikerjakan seluas 3,16 ha per musim tanam.Luas lahan perolehan ini lebih kecildibandingkan dengan luas lahan real yangdapat dikerjakan Pompa air per musimtanamnya seluas 5 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Pompa Air per Musim Tanam di Kabupaten KamparTahun 2012.

Analisis Ekonomi Usaha PenggunaanPower Thresher

Analisis biaya penggunaan Powerthresher selama 1 musim tanam meliputi biayatetap dan biaya tidak tetap. Kebutuhan bahanbakar di wilayah kajian sebanyak 0,9 liter/jamdengan kebutuhan oli sebanyak 0,10 liter/jam.Biaya sewa Power thresher berkisar dari Rp.175/kg sampai dengan Rp. 250/kg denganrataan Rp 218/kg atau ekuivalen sebanyak10% dari jumlah gabah yang dirontok.Sedangkan upah operator sama dengan upahmesin pengolahan tanah sebesar 50% daripenerimaan bersih.

Hasil kerja Power Threser selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-ratasebanyak 9.136 kg dengan kisaran dari 6.000kg pada UPJA Sri Rezeki sampai dengan12.000 kg pada UPJA Nikmat Usaha. Totalbiaya yang dikeluarkan untuk operasionalPower thresher mencapai Rp 1.625.447, yangterdiri dari 60,01% biaya tetap dan 37,99%

merupakan biaya tidak tetap. Biaya tidak tetapini sudah termasuk upah operator sebesar Rp321.145 yang merupakan komponen biayaterbesar dari biaya tidak tetap yang mencapai31,30%. Sama dengan analisis alsintansebelumnya, biaya operator ini dihitungsebesar 50% dari pendapatan bersihoperasional. Sedangkan sisa hasil usaha(SHU) pengelolaan UPJA untuk jenis mesinPower thresher sebesar Rp. 321.145 permusim tanam atau 16,50% dari penerimaantotal pengelolaan Power thresher.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan Power thresher, maka berikut inidisajikan analisis Break-Even Point (BEP)yang merupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka Powerthresher harus dapat merontok gabah sampaijumlah tertentu. Apabila mesin ternyata tidakdapat mencapai jumlah tersebut maka usahaPower thresher tersebut merugi. Break-Even

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 477.778 80,652. Bunga modal - - 114.667 19,35Total biaya tetap 592.445 35,47

B Biaya todak tetap1. Bahan bakar (ltr) 96,25 4.500 433.125 40,212. Oli (Pelumas) (litr) 3,75 26.444 100.667 9,343. Upah Operator - - 330.326 30,664. Perawatan dan perbaikan - - 213.111 19,78Total biaya tidak tetap - 1.077.229 64,53

C Total biaya 1.669.674 83,48D Penerimaan

Sewa Pompa Air (ha) 5 400.000 2.000.000 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 330.326 16,52F Break-even point (ha/mt) 3,16 -

Page 20: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 148

Point akan dicapai apabila jumlah gabah yangdirontok mencapai sebanyak 6301 kg permusim tanam. Jumlah gabah yang diperoleh

ini lebih kecil dibandingkan dengan jumlahreal yang dapat dirontok Power thresher permusim tanamnya sebanyak 9.136 ha.

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional Power Thresher per Musim Tanam di KabupatenKampar Tahun 2012.

Analisis Ekonomi Usaha Penggunaan RiceMilling Unit (RMU)

Analisis biaya pengoperasian RMUselama 1 musim tanam terdiri dari biaya tetapdan biaya tidak tetap. Kebutuhan bahan bakaruntuk operasional RMU adalah 1,6 liter/jamdan kebutuhan oli adalah 0,08 liter/jam. Biayasewa alat sedikit berbeda-beda untuk setiapkelompok UPJA, yaitu berkisar Rp.230 sampaidengan Rp. 300 per kg gabah kering giling(GKG) atau 6-8 % dari hasil giling.

Hasil kerja rata-rata RMU selama satumusim tanam di Kabupaten Kampar rata-ratasebanyak 22.000 kg dengan kisaran dari18.000 pada UPJA Pulau Lestari sampaidengan 28.000 kg pada UPJA Birandang Jaya.Total biaya yang dikeluarkan untukoperasional RMU mencapai Rp 3.639.531,yang terdiri dari 45,79% biaya tetap dan54,21% merupakan biaya tidak tetap. Biayatidak tetap ini sudah termasuk upah operatorsebesar Rp 1.336.183 yang merupakankomponen biaya terbesar dari biaya tidak tetapyang mencapai 56,11%. Sama dengan

analisis alsintan sebelumnya, biaya operatorini dihitung sebesar 50% dari pendapatanbersih operasional. Sedangkan sisa hasil usaha(SHU) pengelolaan UPJA untuk jenis mesinRMU sebesar Rp. 1.336.183 per musim tanamatau 23,35% dari penerimaan total pengelolaanRMU.

Untuk mengetahui titik impaspengelolaan RMU, maka berikut ini disajikananalisis Break-Even Point (BEP) yangmerupakan suatu kondisi dimana totalpengeluaran sama dengan total pendapatan.Untuk mencapai kondisi BEP maka RMUharus dapat meggiling padi sampai jumlahtertentu. Apabila mesin ternyata tidak dapatmencapai jumlah tersebut maka usaha RMUtersebut merugi. Break-Even Point akandicapai apabila jumlah GKG yang digilingmencapai sebanyak 13.390 kg per musimtanam. Jumlah GKG yang diperoleh ini lebihkecil dibandingkan dengan jumlah real yangdapat giling RMU per musim tanamnyasebanyak 22.000 ha.

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan - - 700.000 69,442. Bunga modal - - 308.000 30,56Total biaya tetap 1.008.000 62,01

B Biaya tidak tetap1. Bahan bakar (ltr) 13.9 4.500 62.407 10,112. Oli (Pelumas) (litr) 1.5 26.545 40.622 6,593. Upah Operator - - 321.145 52,014. Perawatan dan perbaikan - - 193.273 31,30Total biaya tidak tetap - 617.447 37,99

C Total biaya 1.625.447 83,50D Penerimaan

Sewa Rotari tiller (Kg) 9.136 218 1.946.591 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 321.145 16,50F Break-even point (Kg/mt) 6.301 -

Page 21: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 149

Analisis Biaya dan Pendapatan Operasional RMU per Musim Tanam di Kabupaten KamparTahun 2012.

5.7. Permasalahan Pengelolaan UPJA dan Solusi Pemecahannya.Permasalahan dan alternatif pemecahannya untuk pengembangan pengelolaan aksintan

oleh kelompok UPJA yang lebih baik ke depan disajikandlam tabel matrik di bawah ini.Matrik Permasalahan Pengelolaan UPJA dan Alternatif Pemecahannya

No Item Permasalahan Alternatif pemecahannya1 Organisasi Manajer dan operator sering kali tidak

memahami tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.

Restrukturisasi organisasi UPJA yangmemisahkan tugas yang jelas antaramanajer dengan operator.

2 PembayaranSewa Alsintan

Biaya sewa altsintan sering dibayarpetani terlambat misalnya setelahpanen sebagai akibat lemahnyaekonomi petani.

Penyewa dapat diberikan sangsi denganbunga uang rendah dan pendekatan kepihak perbankan (lembaga keuanganlainnya).

3 Permodalan Keterbatasan dalam hal permo-dalandan berdampak pada perencanaankelompok UPJA tidak dapat terealisasidengan baik.

Pengembangan modal usaha alternatif yangbersumber dari perbankan, ventura, leasing,atau Joint Operation (modal kemitraan).

4 SistemPengawasan

Sistem pengawasan atau pem-binaanterhadap struktur dan fungsi belumdilakukan secara intensif.

Sistem pengawasan terhadap alsintan UPJAharus baik terutama pelaksanaan servisteratur dan terjadwal serta penggunaanmanual.

5 Jumlah Alsintan Jumlah alsintan yang ada di kelompokUPJA belum me-madai/mencukupiuntuk me-ngerjakan seluruh lahanpetani anggota kelompok.

Perlu penambahan jumlah alsintan denganmemper-timbangkan luas lahan anggotakelompok UPJA yang tersedia.

6 Kapasitas Kerja Masih adanya RMU yang bekerja dibawah kapasitas, karena petanimenggiling padi hanya untukkebutuhan konsumsi keluarga.

Petani harus menjual produk-si dalambentuk padi beras sehingga harga lebihmahal dan kekuangan kapasitas RMU dapatterpenuhi.

7 Fasilitas Fasilitas perbengkelan yang tidak Perlu membangun sistem per-bengkalan

No Uraian Volume Harga/Satuan(Rp/unit)

Nilai(Rp)

Persen(%)

A Biaya Tetap1. Penyusutan Mesin - - 1.066.667 53,122. Penyusutan Gedung - - 154.286 7,683. Bunga modal - - 787.200 39,20Total biaya tetap 2.008.153 45,79

B Biaya tidak tetap1. Bahan bakar (ltr) 59.53 4.500 267.906 11,272. Oli (Pelumas) (litr) 3.35 27.286 27.289 1,153. Upah Operator - - 1.336.183 56,214. Perawatan dan perbaikan - - 745.714 31,37Total biaya tidak tetap - 2.377.092 54,21

C Total biaya 4.385.245 76,65D Penerimaan

Sewa Rotari tiller (Kg) 22.000 259 5.721.428 100,00E Sisa Hasil Usaha (SHU) 1.336.183 23,35F Break-even point (Kg/mt) 13.390 -

Page 22: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 150

Perbengkelan memadai dan belum tersedia di setiapkelompok UPJA; jumlah bengkel,peralatan dan suku cadang.

yang memadai yang dilengkapi denganperalatan, suku cadang dan mekanikterampil.

8 Pola TanamSerentak

Pola tanam serentak yang dilakukanpetani menyebabkan kebutuhanalsintan serentak pula danmenyebabkan hari kerja mesin menjadipendek.

Merobah pola tanam menjadi sepanjangtahun sehingga pe-nggunaan mesin dapattersebar lebih lama dan tidak menumpukpada waktu tertentu.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN6. 1. KesimpulanDari hasil penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:1. Jenis alsintan yang dimiliki kelompok

UPJA didominasi mesin pengolah tanah(Rotari tiller, Hidro tiller, singkal danCultivator) dengan merek Yanmar danAgrindo dan jenis alsintan lainnya adalahpompa air, Power thresher dan RMUyang didominasi merek Honda. Dayamesin berkisar dari 5,5 hp sampai 23 hpdan umur mesin berkisar dari 1 tahunsampai 6 tahun.

2. Jumlah operator alsintan yang dikelolakelompok UPJA berjumlah 92 orangdengan rataan 6 orang per kelompokUPJA. Rataan umur 37, 68 tahun,pendidikan 8,58 tahun, pengalaman 5,0tahun dan sekitar 48,96% dari operatortersebut sudah pernah mendapat pelatihantentang mengoperasikan mesin, perawatandan perbaikan ringan baik di bengkelbersama di Kbupaten Kampar maupun diDepok Jawa Barat.

3. Kapasitas kerja alsintan yang dikelolaoleh kelompok UPJA sebesar 9,44 ton/mtuntuk Rotari tiller, 8,46 ha/mt untukHidro tiller, 8,22 ha/mt untuk Singkal,1,92 ha/mt untuk Cultivator, 5,25 ha/mtuntuk Pompa air, 9,136 kg/mt untukPower thresher dan 22.143 kg/mt untukRMU.

4. Biaya operasional pengelolaan masing-masing alsintan yang dikelola olehkelompok UPJA adalah Rp 7.842.660/mtuntuk Rotari tiller, Rp 6.159.999/mt untukHidro tiller, Rp 6.489.469/mt untuk

Singkal, Rp 2.377.840/mt untukCultivator, Rp 1.669.674/mt untuk Pompaair, Rp 1.625.447/mt untuk Powerthresher, dan Rp 4.385.245/mt untukRMU.

5. Pendapatan/penerimaan bersih yangdiperoleh dari penggunaan alsintan yangdikelola oleh kelompok UPJA adalahRp.10.638.889/mt untuk Rotari tiller Rp9.042.308/mt untuk Hidro tiller Rp9.600.000/mt untuk Singkal, Rp.2.650.000/mt untuk Cultivator, Rp2.000.000/mt untuk Pompa air, Rp1.946.591/mt untuk Power thresher, danRp 5.721.428/mt untuk RMU.

6. Sisa hasil usaha penggunaan alsintan yangdikelola oleh kelompok UPJA sebesar Rp.2.796.028/mt untuk Rotari tiller, Rp.2.882.308/mt untuk Hidro tiller, Rp.3.186.325/mt untuk Singkal, Rp.272.160/mt untuk Cultivator, Rp.330.326/mt untuk Pompa air, Rp.321.145/mt untuk Power thresher dan Rp.1.336.183/mt untuk RMU.

7. Tingkat keekonomian (break-even point)penggunaan alsintan yang dikelola olehkelompok UPJA adalah 5,60 ha/mt untukRotari tiller, 3,71 ha/mt untuk Hidrotiller, 4,61 ha/mt untuk Singkal, 1,63ha/mt untuk Cultivator, 3,16 ha/mt untukPompa air, 6.301 ton/mt untuk Powerthresher dan13.390 ton/mt untuk RMU.

8. Adapun permasalahan yang ditemukandalam pengelolaan dan pengembangansistem UPJA adalah pembagian tugas dantanggung jawab, pembayaran sewaalsintan, keterbatasan modal, sistempengawasan, terbatasnya jumlah alsintan

Page 23: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 151

yang ada pada kelompok UPJA, kelebihankapasitas khususnya untuk jenis mesinRMU dan fasilitas perbengkelan yangbelum memadai serta ketersediaan sukucadang yang masih terbatas di lokasialsintan beroperasi.

6.2. SaranBerdasarkan hasil analisis dan temuan

di lapangan maka disarankan sebagai berikut:1. Restrukturisasi organisasi yang

memisahkan tugas yang jelas antaramanajer dengan operator untukmenghindari campur aduk tugas danfungsi dari kegiatan masing-masingnya.

2. Modal usaha perlu dikembangkan denganmemperhatikan sumber-sumber modalyang dapat diperoleh melalui perbankan,ventura, leasing, atau Joint Operation(modal kemitraan).

3. Diperlukan jaminan pembayaran dalamsistem sewa menyewa alsintan agar tidakmengganggu keuangan organisasi UPJA.

4. Perlu penambahan jumlah unit Alsintandengan melihat luas lahan tanamanpangan yang tersedia dan terolah setiaptahun sangat menjanjikan.

5. Diperlukan sistem pengawasan yang baikterhadap pengelolaan alsintan terutamayang berkaitan dengan pelaksanaan servissecara teratur dan terjadwal untukmenjaga kondisi mesin tetap sehat.

6. Perlu dibangun fasilitas perbengkelanyang memadai terutama di daerah alsintanberoperasi minimal satu bengkel setiapkelompok UPJA yang dilengkapi dengantenaga mekanik yang handal danpennyediaan suku cadang.

7. Perlu perubahan musim tanam serentakdengan musim tanam sepanjang tahunagar penggunaan mesin tidak menumpukpada waktu tertentu.

DAFTAR PUSTAKAAnderson, A.W., 1988. Factors Affecting

Machinery Costs in GrainProduction.ASAE Paper No. 88-1057.

Ariningsih, E dan H. Tarigan. 2005. KeragaanUsaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)di Jawa Barat; Studi Kasus diKabupaten Jawa Barat. ICASEPSWorking Paper No. 79, BadanPenelitian dan PengembanganPertanian, Departemen Pertanian,Jakarta.

Balangkari, O. K., and V. M. Salokhe. 1999. ACase Study of Tractor Utilization byFarmers, Coimbatore District India.Agricultural Mechanization in Asia,Africa and Latin America, 30(3): 14 –18.

Butterworth, B dan J. Nix. 1983. FarmMechanization for Profit. Grnada,London.

Chancellor, W. J. 1985. Improving Acces toand Use of Appropriate AgriculturalMachinery by Small-Scale Farmers. InSmall Farm Equipment for DevelopingCountry. Proceeding of theInternational Conference forDeveloping Countries: PastExperiences and Future Priorities 2-6September 1985. Philippines.

Clarke, L. J. 2000. Strategies for AgriculturalMechanization Development; the Rolesof the Private Sector and theGovernment. Food and AgricultureOrganization of the United Nations,Rome. 15 p.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Standar Kompetensi Nasional BidangKeahlian Mekanisasi. Jakarta.

Departemen Pertanian Republik Indonseia.2011. Data Kelembagaan Alsintan.Jakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan KabupatenKampar. 2012. Laporan Tahunan.Bangkinang.

Duff, B. 1986. Some consequences ofAgricultural Mechanization in thePhilippines, Thailand, and Indonesia.In Small Farm Equipment for

Page 24: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 152

Developing Countries, Proceedings ofthe International Conference on SmallFarm Equipment for DevelopingCountries; Past Experiences and FuturePriorities, 2-6 September 1985, TheInternational Rice Research Institute,Manila, Philippines, pp. 59-94.

Fairbanks, G. E., Larson, G. H. and Chung, D.S. 1971. Costs of Using FarmMachinery, Transaction of theASAE,14 (1): 98-101.

FAO. 1992. Agricultural Engineering inDevelopment: Guidelines forRebuilding Replacement Parts andAssemblies. Agricultural ServicesBulletin 91, Rome. 106 p.

Galib, R. 2010. Pengkajian KelembagaanUPJA, Distribusi dan PemasaranJagung di Kalimantan Selatan. DalamProsiding Pekan Serealia Nasional,Balai Pengkajian Teknologi PertanianKalimantan Selatan, Samarinda.

Gego, A. 1986. Problem of AgriculturalMechanization in DevelopingCountries. Agricultural Mechanizationin Asia, Africa and Latin America,16(1): 11-21.

Gifford, R. C. 1992. Agricultural Engineeringin Development; MechanizationStrategy Formulation, Concepts, andPrinciples. FAO, Agricultural ServiceBulletin, Rome.

Haeruman, K. M. 1998. PerkembanganPemanfaatan Mekanisasi Pertanian diJawa Barat. Dalam Proceeding ofAgricultural Mechanization UsePerspective in Increasing CompettiveCommodities. Erwidodo Syafaat, N.,and Hendiarto Suhaeti, R. N. (Eds).Bogor, P. 86-90.

Hamidah, H. dan T. Soedarto. 2006. AnalisisOperasional Traktor Tangan PadaUsaha Pelayanan Jasa Alsintan PolaKerjasama Operasional di Kabupaten

Gresik. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi,6(2): 76-85.

Handaka. 1996. Pengembangan Alat danMesin Pertanian di Indonesia.Prosiding Seminar NasionalKonstribusi Teknik Pertanian untukMemacu Pembangunan Industridalam Era Globalisasi.

Handaka. 2004. Inovasi mekanisasi PertanianBerkelanjutan. Suatu AlternatifPemikiran. IPB, Bogor.

Hunt, D. 1983. Farm Power and MachineryManagement, 8th ed., 66-69. Ames,Iowa: Iowa State University Press.

Hutabaean, L, R. H. Anasiru dan I. G. P.Sarasutha. 2005. Analisa KelayakanUsaha Pelayanan Jasa Alsintan diSulawesi Tengah. Jurnal Pengkajiandan Pengembangan TeknologiPertanian, 8(1): 150-163.

Jacobs, C. O., and W. R. Harrell. 1983.Agricultural Power and Machinery.McGraw-Hill, Inc. New York.

Kampe, D. F. (1971) Methods for MachineCost Analysis, AgriculturalEngineering, March Issue, pp.121-123.

Kay, R. D. and W. E. Edwards. 1994. FarmManagement. McGraw-Hill, Inc. NewYork.

Kepner, R.A., Bainer, R. and Barger, E. L.1980. Principle of Farm Machinery,Third Addition, AVI PublishingCompany, Inc., Westport, USA.

Koike, M. 2009. Custom Hire System forAgricultural Machines in DoutheastAsia – In a Rural Community inThailand. Engineering in Agriculture,Environment and Food. 2(4): 144-149.

Kolawole, M. I. 1972. Economic Aspects ofTractor Contracting Operations inWestern Nigeria. Journal AgriculturalEngineering Research, 17: 289-294.

Finner, M, F. and R. J. Straub. 1985. FarmMachinery Fundamenal.AmerianPublishing Co. Wisconsin, USA.

Page 25: Upja alsintan

Jurnal RAT (Vol.1.N0.2.Desember 2012) ISSN : 2252-9606

Http://rat.uir.ac.id 153

Mashudi, 2000. Analisis Usaha PersewaanTraktor Tangan di Kabupaten Sleman,Yogyakarta.

Moens. 1978. Objective of AgriculturalMechanization. Paper in AgriculturalMechanization Strategy, NUFFICTHE/LHW. IPB. Bogor.

Olaoye, J. O. and A. O. Rotimi. 2010.Measurement of AgriculturalMechanization Index and Analysis ofAgricultural Productivity of some FarmSettlements in South West, Nigeria.Agricultural Engineering International:the CIGR Ejournal. 12:

Paman, U, Uchida, S., &Inaba, S. (2010). TheEconomic Potential of Tractor HireBusiness in Riau Province, Indonesia;A Case of Small Tractor Use for SmallRice Farms. Agricultural EngineeringInternational: the CIGR Journal, 12(1):135 – 142.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor25/Permentan/PL.130/5/2008 TentangPedoman Penumbuhan danPengembangan Usaha Pelayanan JasaAlat dan Mesin Pertanian. Jakarta.

Priyanto, A. 1997. Penerapan MekanisasiPertanian. Bulletin KeteknikanPertanian. 11(1): 54-58.

Rijk, A. G. 1985. The Role of FarmMechanization in DevelopingCountries: Exeprinces in AsianContries. In Small Farm Equipment forDeveloping Country. Proceeding of theInternational Conference forDeveloping Countries: PastExperiences and Future Priorities 2-6September 1985. Philippines.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Buku Ajar.Departemen Teknologi PertanianFakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara, Medan.

Salokhe, V. M. and N. Ramalingam. 1998.Agricultural Mechanization in Southand South-East Asia. Paper at the

Plenary session of the InternationalConference of the Philippines. Societyof Agricultural Engineers. Las Banos,Philippines.

Sebayang, T. 2002. Analisis Sistem UnitPelayanan Jasa Alsintan (UPJA) danDampaknya Terhadap PengembanganEkonomi. USU digital library, Medan.

Siam, S. 2000. Membangun Sistem danKelembagaan Usaha Pelayanan Jasadan Mesin Pertanian (UPJA)Mendukung Program KetahananPangan. Direktorat Jenderal TanamanPangan dan Holtikultura, Jakarta.

Srivastava, A. K., C. E. Goering, R. P.Rohrbach, and D. R. Buckmaster.2006. Engineering Principles ofAgricultural Machines. 2nd Edition.American Society of Agricultural andBiological Engineers (ASABE),Michigan.

Susanti, D. 2008. Faktor-faktor yangMmpengaruhi Petani DalamMemanfaatkan Alsintan UPJA Jata diKelurahan Keranji, Kecamatan Keranji,Kota Padang. Skripsi: FakultasPertanian Universitas Andalas, Padang(Tidak di Publikasi).

Tastra, I. K. 2003. Strategi Penerapan AlsintanPascapanen Tanaman Pangan Di JawaTimur Dalam Memasuki Afta 2003.Jurnal Litbang Pertanian, 22(3):95-102.

Wattanuchariya, S. 1983. Economic Analysisof the Farm Machinery Industry andTractor Contractor Business inThailand. In Consequences of Small-Farm Mechanization, InternationalRice Research Institute, Philippines.