perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: GIMER SUYATNO X.5211004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI, 2012
70
Embed
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN …/Upaya...dalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas, dokumentasi untuk memperoleh data
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI
BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA
SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS
PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
GIMER SUYATNO
X.5211004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Gimer Suyatno. ”UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMIISI BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIAMELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA SISWATUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN INOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami isibacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran membacacerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan INogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar,dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan prosesdalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswatunagrahita kelas III semester II SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolalitahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswadalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaranmembaca cerdas, dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan memahami isibacaan awal, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data kemampuanmemahami isi bacaan siklus I dan II. Teknik analisis data digunakan analisisdeskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan kemampuan memahami isibacaan antarsiklus, yang dianalisis adalah kemampuan memahami isi bacaansiswa sebelum melalui pembelajaran membaca cerdas dan kemampuanmemahami isi bacaan siswa setelah melalui pembelajaran membaca cerdassebanyak dua siklus.
Hasil penelitian data awal nilai kemampuan memahami isi bacaan,diketahui nilai rerata sebesar 50,00. Seluruh siswa mendapat nilai kurang dari60,00 dan belum ada yang tuntas. Hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilaikemampuan memahami isi bacaan sebesar 60,00, ketuntasan secara klasikal telahmencapai 75,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kemampuanmemahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai100,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaranmembaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalampembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCDTunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: kemampuan memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas,siswa tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Gimer Suyatno. ”AN EFFORT TO INCREASE THE ABILITY TOCOMPREHEND THE CONTENT OF READING TEXT IN TEACHINGINDONESIAN THROUGH SMART READING TEACHING ON THEMENTALLY RETARDED CLASS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN INOGOSARI BOYOLALI IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012”. Skripsi,Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas MaretUniversity, Jule, 2012.
The aim of this study is to increase the ability to comprehend the content ofreading text in teaching Indonesian through smart reading teaching on thementally retarded class III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolaliin the school year 2011/2012.
The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is astudy done by teacher in the class where he teaches by stressing on perfectness orincreasing practice and process in teaching Indonesian. The subject of this studyis all of elementary class III students semester II in SLB Tunas Pembangunan INogosari Boyolali in the school year 2011/2012 that consisting of 4 students.This study uses observation as the technique to collect the data. It observes theteacher’s activity and the students’ activity in studying the ability to comprehendthe content of reading text through smart reading teaching. Documentation is usedto get the data of the early ability to comprehend the content of reading text,while the test is used to get the data of the ability to comprehend the content ofreading text in the cycles I and II. To analyze the data this sudy uses descriptivecomparative analysis, that is by comparing the ability to comprehend the contentof reading text inter-cycles. The data being analyzed are the ability tocomprehend the content of reading text before applying smart reading teachingand the ability to comprehend the content of reading text after applying smartreading teaching, two cycles .
From the early data about the value of ability to comprehend the content ofreading text, the result of this study shows that the average value is 50.00. All ofthe students get value less than 60.00, so no one passes. The result of the test inthe cycle I shows that the average value to comprehend the content of reading textis 60.00, so the classical exhaustiveness has reached 75.00%. The result of the testin the cycle II shows that the average value to comprehend the content of readingtext is 67.50, all of the students get value 60.00 or more. (It’s better than before.)So the classical exhaustiveness has reached 100.00%.
Based on the result of this study, it can be concluded that smart readingteaching can increase the ability to comprehend the content of reading text inteaching Indonesian on the mentally retarded class III SLB ABCD TunasPembangunan I Nogosari Boyolali in the school year 2011/2012.
Key words: the ability to comprehend the content of reading text, smart readingteaching, mentally retarded.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah ... “ (Q.S. Ali Imron: 110).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
kepada:
- Istri tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., atas nama Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan
kelas.
3. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Sugimin, S.Pd., Kepala SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali yang
telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan
penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6
A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita ................................... 6
2. Tinjauan tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan ....... 12
3. Tinjauan tentang Membaca Cerdas .................................... 15
B. Kerangka Berpikir...................................................................... 24
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 27
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 27
D. Pengumpulan Data .................................................................... 27
E. Uji Validitas Data ..................................................................... 31
F. Analisis Data ............................................................................. 33
G. Indikator Kinerja Penelitian....................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................ 37
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ..................................... 38
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ............................... 49
D. Pembahaan ................................................................................ 52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................... 54
A. Simpulan .................................................................................... 54
B. Implikasi...................................................................................... 54
C. Saran ........................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 26
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan INogosari Boyolali sebagai Subyek Penelitian................................. 27
Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaKondisi Awal .................................................................................. 37
Tabel 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaSiklus I ............................................................................................ 42
Tabel 5. Kemampuan Memahami Isi bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaSiklus II ........................................................................................... 47
Tabel 6. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus MelaluiPembelajaran Membaca Cerdas ....................................................... 50
Tabel 7. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus .... 51
Tabel 8. Peningkatan Kemampuan memahami isi bacaan Setiap Siklus ..... 51
People who are mentally retarded overtime have been rejerred to asdumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent,and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded werecommonly used historically to label this population. Although the wordfaal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot wasdirected toward individuals who were severely retarded, these termswere frequently used interchangeably.
Terjemahannya sebagai berikut:
(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental denganistilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),tidak mampu (incompetent), dan dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompokmenyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orangsakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat,keduanya sering digunakan secara bergantian.
Menurut Munzayanah (2000: 13), “Anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya,
sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam
masyarakat”.
“Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku
yang muncul dalam masa perkembangan” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 130).
Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atautunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikianrendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugasperkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,termasuk dalam program pendidikannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas,
maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah
mereka yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan
kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal
diperlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka
mereka mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau
pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat
berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang
mengemukakannya.
Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan
IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:
“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitaskecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slowlearners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal. IQ nya 78 – 89.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Satmoko Budi Santoso (2010: 130)
yang mengklasifikasikan anak tunagrahita yaitu: “Klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatan IQ (intelligen quotient). Tunagrahita ringan (IQ =
51-70), tunagrahita sedang (IQ = 36-50), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan
tunagrhaita sangat berat (IQ di bawah 20).”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak
tunagrahita adalah IQ nya antara 0-19, kecerdasannya maksimal sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
anak normal yang berusia 2-3 tahun, IQ antara 20-49. Debil yaitu kapasitas
kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 7-10 tahun, IQ
antara 50-69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama
dengan anak normal. IQ antara 78-89 tak lebih dari kecerdasan anak normal
usia 16 tahun. Tarap perbatasan atau lambat belajar mempunyai IQ = 51-70
untuk tunagrahita ringan, IQ = 36-50 untuk tunagrahita sedang, IQ = 20-35
untuk tunagrahita berat, dan IQ di bawah 20 untuk tunagrahita sangat berat.
Berdasarkan klasifikasi tersebut penulis akan meneliti siswa
penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ
antara 36-70, anak yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa,
tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat
dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
c. Faktor Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari
dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita
menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi
pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui
jenjang sebagai berikut:
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur;3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi;4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran;6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.
Anak tunagrahita dapat disebabkan antara lain:
Ketunagrahitaan can be caused by heredity and not hereditary. Geneticdamage in off spring, such as damage to cell chromosomes, genes, andone or both parents suffer from disorder or simply as a bearer ofproperties. Factors outside the cell lineage, because of factorsincluding malnutrition, accidents (head trauma), and metabolicdisorders. (http://pustakaut.ac.id/puslataionline.php?menu=bmpshort).(Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh keturunan dan bukanketurunan. Genetik kerusakan pada keturunannya, seprti kerusakankromosom sel, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderitakelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor-faktor di luarketurunan, karena faktor termasuk kekurangan gizi, kecelakaan (traumakepala), dan gangguan metabolisme.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak
tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan
psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran
tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu
kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan
metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan
oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan,
dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu
berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita.
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam
(2010: 25-26), anak tunagrahita bisa diketahui jelas secara fisik, antara lain:
1) Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar;2) Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia;3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat;4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong);5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan
ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
1) Kondisi kecerdasan fungsionala) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber
informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakantanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.
b) Skala skor IQ kurang dari 75.2) Adaptasi tingkah laku
a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasiperformance individu dibandingkan dengan kelompok usiasebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budayayang sama.
b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilanadaptif.
3) Periode perkembangana) Sampai usia 21 atau di bawahnya.b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu
tahun.4) Performance dalam bidang pendidikan
a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks aruslingkungan.
b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science).
c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satustandart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampelstandardisasi nasional.
d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut olehdata di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individuperformance dan performance kelompok usia sebaya dari latarbelakang budaya yang sama.
e) Asesmen dari akademik performance harus juga inkludterdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.
Dalam jurnal internasional, Oliver & Williams (2005: 6) menjelaskan
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Generally tunagrahita child characreristics in term of academic,social/emotional, physical/health. In addition it is also necessary toreview ketunagrahitaan heavy and light, so it needs to be discussedkarakteristik tunagrahita lightweight, tunagrahita medium, and heavyand very heavy tunagrahita.(Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segiakademik, sisial/emosional, fisik/kesehatan. Di samping perlu puladitinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan, sehingga perlu dibahaskarakteristik tunagrahita ringan, tunagrahita sedand, tunagrahita beratdan sangat berat).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
tunagrahita adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka
tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,
mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, mereka masih
dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus,
mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar
rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin
memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada
umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur
12 tahun.
e. Dampak Tunagrahita bagi Siswa
Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan
sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah
dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.
Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalan dalam
melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf
perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaita seringkali tidak
mampu menyelesaikan dengan baik.
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan
sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98),
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukarberpikir.
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.
Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan
mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas
sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku
yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu
dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.
Dalam memberikan terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang
terapis harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
pendidikan humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi,
ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi
anak. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik motifikasi
perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan
a. Pengertian Kemampuan Memahami Bacaan
Kemampuan memahami bacaan memiliki beberapa pengertian menurut
pandangan beberapa pendapat. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat yang berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan.
Menurut Bormouth yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007: 22),
“kemampuan adalah seperangkat keterampilan yang digeneralisasi, yang
memungkinan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh
dari kegiatan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Jhonson yang dikutip Cece
Wijaya dan Rusyan A. Tabrahi (2002: 8) menjelaskan bahwa “kemampuan
merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Gordon (2006:42) “memahami isi bacaan adalah proses
kompleks yang melibatkan pemanfaatan berbagai kemampuan yang berhasil
maupun yang gagal.” Setelah membaca, seharusnya siswa mampu mengingat
informasi dalam bacaan tersebut. Apa dan seberapa banyak yang siswa ingat
tergantung pada banyak faktor.
Menurut Robin yang dikutip Samsu Somadayo (2011: 3) memahami
bacaan adalah “proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua
kemampuan utama, yaitu: penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir
tentang konsep verbal”. Pendapat ini memandang bahwa memahami bacaan,
secara simultan terjadi konsentrasi dua arah dalam pikiran pembaca dalam
melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan
mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang dibaca. Untuk itu pembaca
dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam
tulisan..
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa
kemampuan memahami isi bacaan adalah perilaku rasional yang dimiliki oleh
seseorang untuk menemukan dan menguasai makna melalui kerjasama
kemampuan mengingat, memikirkan, menafsirkan, memahami informasi
tertulis yang berupa teks, wacana, dan bacaan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memahami Isi Bacaan
Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi proses pemahaman bacaan
baik kuantitas maupun kualitas pemahaman terhadap materi bacaan menurut
Gordon (2006:43-44) meliputi “kecepatan membaca, tujuan membaca, sifat
materi bacaan, tata letak materi bacaan, dan lingkungan tempat membaca.”
Kecepatan membaca, jika melampaui batas-batas tertentu, bisa
memberikan efek merugikan terhadap pemahaman. Batas-batas tersebut sangat
bervariasi, tergantung orang dan waktunya. Jika seseorang berniat membaca
dengan kecepatan dua kali lipat kecepatan terbaik, mungkin mengira sebagai
pemahaman akan berkurang. Perkiraan itu ada benarnya, jika mencoba
meningkatkan kecepatan membaca secara bertahap, pemahaman tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berkurang. Kalaupun berkurang, hal ini bersifat semantara dan tidak akan
terjadi lagi jika sudah terbiasa membaca lebih cepat.
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun
1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangatberguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakanbatin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalamteks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapatmenghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempatdan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya. (FaridaRahim, 2007:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-
hari baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran
diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru
untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-
siswanya. Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis
bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan guru dan siswa
tentu perlu dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki
banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada orang lain.
d. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang,
memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh
informasi dan memahami makna bacaan. Menurut Suwaryono Wiryodijoyo
(1999:1) tujuan membaca sebagai berikut:
(1) Membaca untuk kesenangan, materi bacaan berupa roman, novel,komik; (2) Membaca untuk penerapan praktis, materi bacaan berupabuku petunjuk praktis, buku resep makanan, modul ketrampilan; (3)Membaca untuk mencari informasi khusus, materi bacaan berupaensiklopedia, kamus, buku petunjuk telepon; (4) Membaca untukmendapatkan gambaran umum, materi bacaan berupa buku teori, bukuteks, esay; (5) Membaca untuk mengevaluasi secara umum, materibacannya berupa roman, novel, maupun puisi.
Dalam hubungannya dengan tujuan membaca, Djago Tarigan (2005:37)
mengemukakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahaman penuhterhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifatemosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang jugasarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Burn yang dikutip Farida Rahim (2007:11), tujuan
membaca mencakup:
1) kesenangan;2) menyempurnakan membaca nyaring;3) menggunakan strategi tertentu;4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain danmempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Membaca semakin penting bagi siswa tunagrahita. Setiap aspek
kehidupan baik di sekolah maupun di rumah. Tujuan membaca pada siswa
tunagrahita agar anak tidak ketinggalan terhadap mata pelajaran yang diterima
di sekolah, sehingga setiap kelas dapat diikuti anak tunagrahita sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dalam KTSP SLB.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca adalah memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks
bacaan sampai hal yang paling mendetail, tujuan tersebut belum dapat
sepenuhnya dicapai anak-anak tunagrahita, terutama pada saat awal
pembelajaran membaca sehingga diperlukan inovasi pembelajaran dari guru
yang tepat.
e. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktoryang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik(kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baikpembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembacasalah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnsondan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007:25), diutarakan sebagai berikut:
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktorkuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membacaseseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakanuntuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membacasetiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinyaatau semakin mudah memahami bacaan.
Suyatmi (1997: 11) menjelaskan beberapa faktor penunjang kegiatan
membaca, antara lain:
1) Faktor intern meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi,konsentrasi, ketekunan, kesehatan jasmani dan rohani, kemampuanmenetralkan titik kelemahan, memiliki latar belakang pengetahuanyang sesuai dan penguasaan kosa kata yang memadai sertakemampuan memahami maksud bacaan secara cepat dan cermat.
2) Faktor ekstern/dari luar meliputi: (a) Pengadaan buku-buku bacaanyang baik sesuai dengan kebutuhan, menarik, dan menimbulkankeasyikan dan harga yang terjangkau masyarakat luas, (b) Unsur-unsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau faktorketerbacaan, (c) Kondisi dan situasi lingkungan yang merangsangkegemaran membaca, termasuk didalamnya pengadaan tempatbelajar, sussana keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, teman guru,dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik
berupa kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah,
kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang
rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa
stimulus dari luar.
f. Strategi Membaca Cerdas
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Menurut Darmiyati Zuchdi (2007: 61-62), bahwa ada beberapa strategi
membaca yang dapat digunakan antara lain: 1) metode abjad, 2) metode bunyi,
3) metode kupas rangkai suku kata, 4) metode kata lembaga, 5) metode global,
dan 6) metode Struktural Analitik Sistetik (SAS). Berikut akan dijelaskan
beberapa metode dalam pembelajaran membaca permulaan:
1) Metode Abjad dan Metode Bunyi
Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan
kata lepas.
Misalnya :
a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjad
“a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
bobo
b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-huufnya sesuai dengan
bunyinyaa, beh, ceh, deh, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
beh – o – bo beh – o – bo
bobo
Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada
pengucapan huruf.
2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai
dan merangkaikan.
a) Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa
(2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf
(3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata.
Misalnya : ma – ta
m – a – t – a
ma – ta
b) Metode Kata Lembaga
Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa
(2) Menguraikan kata menjadi suku kata
(3) Menguraikan suku kata menjadi huruf
(4) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
(5) Menggabungkan suku kata menjadi kata
Misalnya:
bola
bo – la
b – o – l – a
bo – la
bola
3) Metode Global
Dalam penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Mengkaji salah satu kata
b) Menguraikan huruf menjadi suku kata
c) Menguraikan suku kata menjadi huruf
d) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
e) Merangkai suku kata menjadi kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f) Merangkai kata menjadi kalimat
Misalnya : andi bermain catur
bermain
ber – ma – in
b – e – r – m – a – i – n
ber – ma – in
bermain
andi bermain catur
4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Menurut Momo dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 63-66)
dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni: a) tanpa
buku, dan b) menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) Merekam bahasa siswa
Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan, direkam untuk
digunakan sebagai bahan bacaan.
b) Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai
dengan gambar tersebut.
Misalnya : ini budi
budi duduk di kursi
budi sedang belajar menulis
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan
cerita.
c) Membaca Gambar
Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang
memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”.
d) Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, guru
menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan
pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media
tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah.
e) Membaca kalimat secara Struktural (S)
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, gambar
dikurangi sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar.
Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat
(tulisan).
Misalnya : ini bola
ini bola budi
ini bola amir
f) Proses Analitik (A)
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat
menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.
Misalnya : ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
g) Proses Sintetik (S)
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai
lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
seperti semula.
Misalnya : i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
ini – bola
ini bola
Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut :
ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ini – bola
ini bola
Berdasarkan metode di atas, tidak ada satu metode yang paling baik.
Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam
pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai
dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa.
B. Kerangka Berpikir
Siswa yang memiliki kemampuan memahami isi bacaan baik secara
kuantitas maupun kualitas akan cepat mengetahui ide, gagasan, maksud yang
terkandung dalam bacaan. Maka diduga kemampuan memahami isi bacaan
memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar bahasa Indonesia. Semakin
baik kemampuan memahami isi bacaan, dimungkinkan semakin tinggi pula
prestasi belajar bahasa Indonesia.
Dalam memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas siswa sangat
diperlukan, karena dengan membaca cerdas siswa akan lebih memahami isi
bacaan tersebut sehingga kemampian memahami isi bacaan meningkat. Jadi
penerapan pembelajaran membaca cerdas sangat tepat karena pembelajaran
membaca cerdas merupakan upaya dari guru dengan cara memberi stimulus,
pengarahan, dan mengaktifkan indera siswa agar siswa mau belajar sehingga
dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya
penelitian tindakan kelas ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Bagan 1. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikrian di atas, hipotesis tindakan penelitian
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Pembelajaran membaca cerdas dapat
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I
Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Kondisi awal
Guru dalam pembelajaran bahasaIndonesia belum menggunakanpembelajaran membaca cerdas
Kemampuanmemahami isi bacaan
rendah
Guru dalam pembelajaran bahasaIndonesia menggunakan pembelajaran
membaca cerdas
Kemampuanmemahami isi bacaan
meningkatKondisi Akhir
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas III Tunagrahita
SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada pembelajaran mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, dengan
alasan bahwa hasil belajar memahami isi bacaan siswa kelas III masih rendah.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dirancang selama empat bulan dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
KegiatanBulan ke .....
1 2 3 41. Persiapan
a. Studi eksploratifb. Perumusan masalahc. Konsultasi proposal PTKd. Penyusunan instrumen
2. Tahap Pelaksanaana. Perencanaan tindakanb. Implementasi tindakan
Materi tes kemampuan memahami isi bacaan meliputi: kemampuan
siswa dalam menyebutkan beberapa kata sesuai dengan soal tes yang diberikan
guru yang diperoleh dari bahan bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kemampuan memahami isi bacaan membaca siswa diukur melalui tes.
Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal isian
yang menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap
siklus.
3. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
“Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran.”
Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-
fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a)
observasi terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d)
observasi sistematik.
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat
yang disediakan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas. Alasan
digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
E. Uji Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi
untuk mengetahui kemampuan memahami isi membaca dan faktor penyebabnya.
Untuk itu peneliti membandingkan data dari hasil penelitian. Triangulasi data
dilakukan dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil
metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan
dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan
memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting).
Berdasarkan dengan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan langkah-
langkah yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang terpercaya melalui:
1. Pengamatan secara terus menerus. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa peneliti
berusaha untuk selalu mengamati melalui pembelajaran membaca cerdas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita
sedang kelas III semester II di SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari
tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, peneliti dapat memperhatikan
segala kegiatan yang terjadi dengan lebih cermat, aktual, terinci dan
mendalam. Di samping itu, peneliti mengumpulkan hal-hal yang bermakna
untuk lebih memahami gejala yang terjadi. Pengamatan secara terus-menerus
ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan
sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data yang diperoleh.
2. Trianggulasi data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang diperoleh melalui pengamatan, untuk mencari
atau memperoleh standar kepercayaan data yang diperoleh dengan jalan
melakukan pengecekan data, cek ulang dan cek silang pada dua atau lebih
informasi. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti mengadakan penelitian
kembali, mencocokkan data yang diberikan oleh informan satu dengan
informan yang lainnya. Peneliti meminta kembali penjelasan, atau informasi
baru dari informan yang sama dan pertanyaan yang sama tetapi dengan waktu
dan situasi yang berbeda.
Adapun validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan content
validity yaitu validitas isi.
Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakupkeseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertianmencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu haruskomprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluardari batasan tujuan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2001: 175).
Pengujian validitasi isi tidak melalui analisis statistik tetapi
menggunakan analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah
validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah item-item dalam tes
telah ditulis sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain
ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya. Uji validitas
dalam penelitian disusun kisi-kisi soal.
F. Analisis Data
Analisis hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang
diperoleh pada penelitian tindakan kelas. Data berupa hasil tes kemampuan
memahami isi membaca berupa skor tingkat kemampuan siswa dalam memahami
isi membaca. Data berupa hasil tes klasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara diskriptif komparatif, yang dianalisis adalah hasil nilai
tes siswa pra siklus dibandingkan dengan siklus I dan II setelah menerapkan
pembelajaran membaca cerdas sehingga hasilnya dapat mencapai batas
keberhasilan yang ditetapkan.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan
memahami isi bacaan siswa mendapat nilai 60 atau lebih sebagai batas tuntas
pembelajaran memahami isi membaca. Penetapan indikator pencapaian ini
disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai
dan ketuntasan belajar tergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu
betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP ).
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah
didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian
tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran membaca cerdas, observasi, dan evaluasi) yang dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran membaca cerdas
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
e. Mengembangkan faktor evaluasi.
f. Mengembangkan faktor observasi.
2. Tindakan atau acting
Berisi uraian tahapan-tahapn tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. Menerapkan tindakan mengacu
pada skenario pembelajaran, meliputi:
1. Kegiatan Awal
a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
b. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
3. Kegiatan Penutup
3. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan
siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti, sebagai berikut:
a. Pengamatan aktivitas guru, meliputi:
1) Menyiapkan RPP
2) Menyediakan materi dan sumber belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Pengolahan waktu dan penguasaan materi
4) Menanggapi usulan siswa
5) Membuat kesimpulan
6) Melaksanakan evaluasi
b. Pengamatan aktivitas siswa, meliputi:
1) Memperhatikan penjelasan guru
2) Membeca suku kata dan kata
3) Bertanya pada guru
4) Membaca dengan lesan
5) Mengerjakan LKS
4. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil
observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase
mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah
memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami
perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
sesuai target atau bahkan melebihnya.
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seharusnya.
Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan dalam
bagan 2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan
memahami isi bacaan anak tunagrahita sedang kelas III SLB ABCD Tunas
Pembangunan I Nogosari pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi
waktu 2 x 30 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan
kelas, mengabsen terlebih dan melaksanakan apersepsi guna menggali
pengetahuan awal siswa. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
metode ceramah yang yang biasa digunakan guru. Pada akhir pembelajaran, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang berkaitan dengan
kemampuan memahami isi bacaan. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan
penguatan atau umpan balik dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran memahami isi bacaan sebelum
melalui membaca cerdas pada kondisi awal, berikut ini dapat disajikan
kemampuan memahami isi bacaan yang diperoleh siswa.
Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLBABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Kondisi Awal.
Kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB
ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada siklus II dapat
digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
20
40
60
80
AS MK AD NF
Nilai Siswa
Grafik 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siklus I.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Pada saat membaca
materi melalui pembelajaran membaca cerdas, seluruh siswa telah menyiapkan
diri. Mereka membaca suku kata dan kata dengan strategi membaca cerdas
yang dianjurkan guru yang terdapat dalam materi bacaan. Seluruh siswa sudah
mau bertanya kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman yang diingat
dari pembelajaran membaca cerdas sehingga informasi yang didapatkan dari
pembelajaran membaca cerdas dapat diserap oleh siswa.
Pada saat membaca cerdas, siswa telah melakukannya dengan segera
sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan dengan baik. Seluruh siswa
sudah aktif dalam bertanya jawab dan banyak memberikan komentar terhadap
materi pembelajaran membaca cerdas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
mulai terbiasa melakukan tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang
terdapat dalam materi bacaan. Siswa sudah mulai terbiasa mengeluarkan
pendapat di hadapan teman-temannya dari hasil membaca cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 12 hal.
78) sudah meningkat, aktivitas guru mengajar materi memahami isi bacaan
melalui pembelajaran cerdas penguasaan guru telah mencapai 90,00%, guru
telah melakukan perbaikan terhadap aktivitas yang masih kurang, yaitu dengan
melakukan pembenahan terhadap aktivitas yang masih rendah.
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 14 hal.
80) sudah meningkat, aktivitas belajar dalam memahami isi bacaan melalui
pembelajaran membaca cerdas penguasaan siswa telah mencapai 82,00%,
siswa sangat antusias melaksanakan pembelajaran membaca cerdas, apa yang
disarankan guru dalam dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Tabel 7. Aktivitas Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD TunasPembangunan I Nogosari pada Siklus II.
No. Aktivitas SiswaS K O R
AS MK AD NF1 Mendengarkan penjelasan guru 5 4 4 52 Membaca kata dan suku kata 4 4 4 43 Bertanya pada guru 4 4 5 44 Unjuk kerja di depan kelas 5 5 4 45 Mengerjakan LKS 4 5 4 4