UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CROSSWORD PUZZLE (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Tugu 2 Depok) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh EDAH JUBAEDAH NIM 109018300061 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
CROSSWORD PUZZLE
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Tugu 2 Depok)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
EDAH JUBAEDAH
NIM 109018300061
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Edah Jubaedah. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi
Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle (Penelitian Tindakan Kelas V SDN
Tugu 2 Depok)
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Akif Crossword Puzzle, Hasil Belajar IPA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan strategi
pembelajaran aktif Crossword Puzzle dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi
pembelajaran aktif Crossword Puzzle. Penelitian dilakukan di SDN Tugu 2 Depok
pada tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dua siklus melalui empat
tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrument
yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar
wawancara, tes hasil belajar IPA dan dokumentasi.
Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa penerapan strategi pembelajaran
aktif Crossword Puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada
mata pelajaran IPA materi tumbuhan hijau yang ditandai dengan meningkatnya
hasil belajar tiap siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai
79,94 dengan persentase (70,58%) yang mencapai KKM dan meningkat pada
siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 84,5 dengan persentase (87,5%)
siswa yang mecapai KKM. Selain itu penerapan strategi pembelajaran aktif
Crossword Puzzle juga meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap
pembelajaran IPA. Hal ini terlihat dari presentase aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebesar 68,37% menjadi 83,75% pada siklus II.
ii
ABSTRACT
Edah Jubedah. Efforts to Improve Learning Outcomes Science Through Active
Learning Strategies Crossword Puzzle (Classroom Action Research SDN Tugu 2
Depok).
Keywords: Crossword Puzzle Strategy Active Learning, Learning Outcomes IPA
The purpose of this study is to analyze the application of active learning strategies
Crossword Puzzle in improving student learning outcomes and students' science
learning activities using active learning strategies Crossword Puzzle. The study was
conducted in SDN Tugu 2 Depok in the academic year 2013/2014. The method used
in this research is Classroom Action Research (CAR) conducted two cycles through
four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection.
Instrument used is the observation sheet activities of teachers and students, the
questionnaires, science achievement test and documentation.
The results of the study revealed that the application of active learning strategies
Crossword Puzzles can improve student learning outcomes in the fifth grade science
this green plant material that is characterized by increased learning outcomes of
each cycle. I cycle the average value of student learning outcomes to achieve 79.94
percent (70.58%), which reached the KKM and increased in the second cycle the
average value of student learning outcomes to be 84.5 percent (87.5%) of students
who mecapai KKM. Besides, the implementation of active learning strategies
Crossword Puzzles also improve students' learning activities to learning science. This
can be seen from the percentage of student learning activities in the first cycle of
68.37% to 83.75% In the second cycle.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan untaian rahmat, hidayah dn
karunia sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle” Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu perkenankanlah
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada yang terhormat :
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr.Fauzan, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta dosen
pembimbing II, yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis
selama proses penyusunan skripsi.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si. Selaku dosen pembimbing I, yang telah sabar
membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi,
ditengah kesibukan yang padat.
4. Seluruh Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta yang mencurahkan seluruh ilmunya.
5. Kepala sekolah, dewan guru, staf TU, serta siswa siswi SDN Tugu 2
Depok yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
iv
6. Ayahanda tercinta Madi dan Ibunda tercinta Saronih yang telah
melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga serta tak henti-
hentinya memberikan dukungan dan doa yang tulus.
7. Kakak-Kakakku tersayang Kaka Ahmad Haryadi, Kaka Khoerul Jannah,
Kaka Umar Dani, Kaka Anita Wulandari dan Kaka Amin Fauzi yang telah
memberikan segala bantuan dan dorongan semangatnya dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku angkatan 2009 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Lulu, Dewi, Shita, Fadhliyah, Dwi,
Tajnur, Nana, Asri, dan sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas ketersediaanya dalam memberikan dukungan,
kasih saying serta perhatian kepada penulis.
9. Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat ku Sarah Nuraida, Erna
Maulida, Eka Peblusianti, Ika Fitria Fatmawati, Ima Damayanti, Heri
Dermawan yang memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Staf Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan, dan Staf Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan kemudahan dalam pembutan surat-surat dan sertifikat.
11. Pimpinan dan Staf Perpustkaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah, yang telah membantu
penullis dalam menyediakan serta memeinjamkan lieteratur yang
dibutuhkan.
12. Kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan
dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
v
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan beserta doa yang telah
diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
untuk menyempurnakan isi skripsi ini. Smoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya bagi seluruh pembaca sekalian, serta lembaga pendidikan
sebagai informasi dalam peningkatan mutu pendidikan.
Jakarta Maret 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang diteliti ............................................................. 9
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ........................................................ 207
Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............. 208
Lampiran 16 Biodata Penulis ................................................................ 209
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kuliatas hidup.
Melalui proses tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa indonesia dalam mewujudkan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dasar pengertian
pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi
dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, hati
nuraninya secara utuh. Adapun fungsi pendidikan adalah mencetak peserta
didik yang berilmu atau berwawasan luas. Sehingga peserta didik tersebut
mampu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya
dan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam Mulyasana, Edgar Dalle menyatakan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung
disekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersipakan peserta
didik agar dapat memainkan perananan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tetap untuk masa yang akan datang.1
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pngendalian diri, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan
yang diimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2
1Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, ( Bandung : PT.
Remaja Roasdakarya, 2011 ) h. 4 2 Undang – undang SISDIKNAS No. 23 Bab 1 Pasal 1 tahun 2003, h. 65
2
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menjadikan peserta
didik memiliki pengetahuan yang luas, memiliki keterampilan, memiilki
kepribadian yang baik dan aktif dalam pembelajaran.Untuk mencapai tujuan
tersebut pendidikan harus berkualitas yang baik. Dengan pendidikan yang
berkualitas akan mampu mencapai tujuan dari pendidikan dan meningkatkan
mutu pendidikan.
Menurut Samana, Pengajaran disekolah yang ditujukan kepada siswa
harus bersifat mendidik (membangun siswa seutuhnya), pengajaran bukan
hanya berperan (menyambung) dalam pembinaan intelektual (penambahan
pengetahuan serta melatih kerja akal) dan bukan hanya mementingkan nilai
praktis (pragmatis) yang berupa pelatihan keterampilan kerja, tetapi jasa
sekolah hendaknya sampai pengembangan kepribadian siswa yang mencakup
pula pembentukan konatif (kehendak) dan pembentukan afektif (yang
berpuncak pada pengalaman nilai hidup yang luhur).3
Profesional dan kreatifitas guru merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar karena guru harus berinteraksi
dengan siswa secara penuh untuk menemukan makna belajar yang berarti
yang memungkinkan siswa belajar giat dengan motivasi yang tinggi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, guru tidak saja dituntut mampu melakukan
transformasi ilmu terhadap siswa saja, tetapi juga mampu memilih strategi,
serta metode yang efektif dan efisien.
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya pada saat ini masih
didominasi oleh metode ceramah yang bersifat monoton. Dimana metode ini
tidak begitu banyak mengembangkan keaktifan siswa serta kemampuan
berpikir siswa terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Namun
masih banyak dijumpai dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode
yang monoton, dimana dalam metode tersebut guru hanya memberikan materi
melalui ceramah, memberikan catatan, dan pemberian tugas. Salah satu cara
untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses belajar mengajar yaitu guru
3 Sri Maryani, Upaya meningkatkan hasil belajar biologi melalui strategi pembelajaran Crossword puzzle pada materi ekosistem dengan media power point kelas VII SMP muhammadiyah 10 surakarta, skripsi: UMS2012.
3
harus menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, oleh sebab itu
sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode atau strategi
pembelajaran setiap kali mengajar. Strategi pembelajaran itu sendiri terdiri
dari beberapa macam yang masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA dapat
diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
IPA adalah salah satu mata pelajaran yang harus di ajarkan di sekolah
dasar, namun pada kenyataannya pelajaran ini di anggap oleh sebagian anak
didik (siswa) sebagai mata pelajaran yang relatife sulit. Dari hasil observasi
penulis di SDN TUGU 2 pada tanggal 09 juli 2013 pada kelas V pada mata
pelajaran IPA menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara
optimal. Hal ini tampak pada proses pembelajaran terdapat beberapa
kelemahan, yaitu (1) Sebagian siswa kurang termotivasi dan kurang tertarik
belajar. Hal ini disebabkan karena kurang meyukai materi dan kurang tertarik
dengan penyampain guru, (2) Keaktifan dalam proses pembelajaran masih
kurang baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diberikan
guru, (3) Metode atau Strategi yang kurang bervariasi sehingga membuat
siswa merasa jenuh dan bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (4)
Banyaknya siswa yang melamun dan mengantuk saat pembelajaran
berlangsung, (5) dimana hasil belajar IPA kelas SDN Tugu 2 dari 36 siswa
masih dibawah rata-rata KKM, berdasarkan hasil nilai ulangan harian IPA
kelas 5 SDN Tugu 2 tahun 2012/2013 pada konsep Tumbuhan Hijau rata-rata
siswa memperoleh 62,85 masih dibawah KKM.
4
Mengacu pada masalah-masalah tersebut, diduga dipengaruhi oleh kurang
variasi penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga
disaat melakukan pembelajaran kurang interaksi antara guru dengan siswa.
Sehingga siswa kurang mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk
melakukan aktivitas dengan baik. Interaksi yang terjadi antara guru dengan
siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi
mandiri dan utuh.4
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, alat-alat belajar mempunyai
pengaruh pada kegiatan belajar. Selain kondisi fisik tersebut, suasana
pergaulan di sekolah, lemahnya pengetahuan dan pendidikan orang tua siswa
yang bisa menghambat perkembangan psikologis anak, serta kurangnya
pendekatan guru terhadap siswa yang masih dibawah rata-rata juga dapat
berpengaruh pada kegiatan belajar.
Berdasarkan dari beberapa masalah yang ada pada hasil observasi
sebelumnya, peneliti hanya mengambil satu masalah saja yaitu, tentang hasil
belajar IPA siswa yang masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle, karena
dengan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle dapat melibatkan siswa
secara aktif sejak awal dan menyenangkan. Bukan hanya dalam keaktifan
siswa saja, tetapi Crossword Puzzle juga melibatkan semua siswa untuk
berpikir dalam pembelajaran ketika mengisi Teka-Teki Silang, dengan kesan
yang didapat siswa pada materi yang sedang dipelajari lebih kuat sehingga
dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Dan di dukung dengan beberapa jurnal
yang ada, yang berkaitan dengan strategi pembelajaran aktif Crossword
Puzzle.
Active Learning merupakan suatu strategi ataupun teknik yang
dikembangkan untuk siswa agar lebih aktif belajar. Guru pun dituntut berpikir
kreatif untuk mampu menciptkan suasana yang menarik tanpa membuat bosan
dalam proses belajar mengajar, sehingga belajar menjadi menarik dan lebih
4Dimyati, dan Mudjiono.Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT. Rieneka Cipta,
2006), Cet. Ke-3 h. 7
5
bermakna. Perlunya Active Learning dalam pembelajaran untuk
mengoptimalkan kadar keaktifan siswa dalam belajar merencanakan,
melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran serta hasil pembelajaran.
Salah satu strategi dalam Active Learning adalah Crossword Puzzle atau
Teka-Teki Silang (TTS). Crossword Puzzle dapat digunakan sebagai strategi
pembelajaran yang baik dan menyenangkan sehingga pembelajaran akan
lebih efektif. Crossword Puzzle adalah salah satu strategi pembelajaran aktif
bagi siswa yang dapat digunakan sebagai alat pembelajaran yang baik tanpa
kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan metode ini
melibatkan siswa secara aktif sejak awal.5
Crossword Puzzle juga sebagai salah satu metode pengajaran permianan
kelas yang digunakan untuk meningkatkan persaingan siswa dengan
kelompok. Dalam metode ini dapat melibatkan semua siswa untuk berpikir
dalam pembelajaran pada waktu mengisi Teka-Teki Silang (Crossword
Puzzle) dan semua siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Dengan kesan
yang didapat siswa tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari lebih kuat,
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Linda Indriawati Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran
Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1
Sawahan Juwiring Klaten telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 1 Sawahan Juwiring Klaten. Sebelum pelaksanaan
tindakan siswa yang bisa yang bisa mencapai nilai ketuntasan belajar ada 16
dengan persentase 43,24% setelah pelaksanaan pada siklus I siswa yang bisa
mencapai nilai ketuntasan belajar ada 22 dengan persentase 61,11% dan pada
siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dengan nilai
ketuntasa belajar 83,78% atau 31 siswa. Demikian penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Crossword PuzzleI
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode Crossword Puzzle sangat efektif karena mampu meningkatkan
aktivitas dan kreativitas dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru
maupun siswa dengan siswa lainya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh
interaksi siswa dengan siswa sedangan guru hanya bersifat sebagai moderator
saja. Sehingga tercipta suatu kondisi kelas yang menyenangkan dan tidak
membosankan, hal ini karena strategi pembelajaran Crossword Puzzle tepat
digunakan untuk menyampaikan materi secara praktis. Berkaitan dengan latar
belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah-
masalah yang relevan pada penelitian ini adalah:
1. Strategi Pembelajaran yang masih monoton cenderung satu arah (teacher
center)
2. Rendahnya Hasil belajar karena siswa kurang menyenangi pelajaran IPA
3. Proses belajar siswa yang kurang melibatkan keaktifan siswa
4. Banyak siswa yang melamun dan tertidur di kelas.
5. Suasana kelas yang kurang kondusif selama proses pembelajaran
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Karena keterbatasan waktu penelitian dan luasnya permasalahan yang ada,
maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan agar pembahasan
masalah lebih terarah dan terfokus pada masalah pokok. Berdasarkan
pertimbangan itu maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dibatasi dengan
pada Strategi pembelajaran Aktif Crossword Puzzle , karena peneliti
7
mengharapkan dengan strategi ini hasil belajar siswa dalam belajar
meningkat.
2. Hasil belajar IPA yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada hasil tes
kognitif saja
3. Konsep yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Tumbuhan Hijau pada
semester ganjil kelas V
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Penerapan dengan
Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa pada materi Tumbuhan di kelas V semester 1 SDN Tugu
2?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa
dengan menggunakan strategi pembelajaran Crossword Puzzle (Teka-Teki
Silang).
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian tindakkan di kelas V SDN TUGU 2 di
harapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi siswa, guru, dan
sekolah dan peneliti, yaitu:
1. Siswa menjadi lebih aktif, kreatif dalam mengikuti pembelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar.
2. Guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode atau strategi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA.
3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana
dan prasarana dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.
8
4. Bagi peneliti, Dapat memberikan Informasi serta Pengalaman dengan
mengenalkan dan menerapkan strategi pembelajaran Crossword Puzzle
(Teka-teki Silang)dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas
dan bisa sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang diteliti
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.1
Menurut M.Sobry Sukitno yang dikutip oleh Pupuh Fahturahman dan M.
Sobry Sukitno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2
Senada dengan Slameto mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.3
Nana sudjana dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar adalah proses
melihat, mengamati, memahami sesuatu.4 Apabila kita berbicara tentang belajar
maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
1Winkel Sj, M.sc., Psikologi Pengajaran,(Yogyakarta: Bumi Abadi,2004), h. 59 2 Pupuh Fahturohman dan M. Sobry Sukitno, M.Pd., Strategi Belajar Mengajar,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 5 3 Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,
2010), h. 2 4 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Sinar Baru
Algensindo, 2004), h. 28
10
Sedangkan Biggs mendefinisikan belajar kepada tiga macam rumusan yaitu:5
1) Secara kuntitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyak.
2) Secara Intitusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai
proses “validasi” pengasahan terhadap pengusaan siswa atas materi-materi
yang telah ia pelajari.
3) Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling
siswa.
Lebih ringkas tentang definisi belajar diungkapkan oleh Gage yang
mendefinisikan belajar adalah “suatu proses di mana organisme berubah
perilakunya akibat pengalaman.” Sedangkan Morgan mengemukakan belajar
adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.6 Muhibbin Syah dalam bukunya
psikologi pendidikan menyimpulkan bahwa, “secara umum dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.”7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami dan
yang akan merubah kemampuan diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu
relative tetap dan didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan
Cet. XX, h. 84 7 Muhibbin Syah (ed), loc cit, h. 92
11
2. Konsep Dasar Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah laku. Aspek perubahan ini mengacu kepada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.8 Aspek kognitif berkaitan dengan
pengetahuan dan pemikiran, aspek afektif berkaitan dengan sikap, sedangkan
psikomotorik keterampilan dan gerak tubuh. Evaluasi hasil belajar dapat
dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi yang berupa tes hasil belajar. Tes
hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran
yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya.9 Oleh karena itu seorang guru
perlu mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran
dengan cara mengadakan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan
balik untuk perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran
kemajuan belajar bagi siswa.
Hasil adalah suatu istilah untuk menunjukkan sesuatu yang dicapai seseorang
setelah melakukan sesuatu usaha. Bila dikaitkan denga belajar berarti hasil yang
menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang
waktu tertentu. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasilnya. Proses
belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar
merupakan puncak dari proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru.
Didalam proses belajar mengajar tingkat penguasaan siswa dapat diketahui dari
hasil belajar. Dalam hal ini tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat terlihat
dari hasil tes yang diberikan setelah proses pembelajaran.
8 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 45 9 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya),h.33
12
Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.10
Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Suatu aktivitas pembelajaran
dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran telah mewujudkan sasaran atau
hasil belajar yang beranekaragam. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya.
Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan filsafatnya
untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar telah dapat dikatakan
berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat
dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat tercapai.11
Menurut Howard dan Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum.
Dalam proses belajar mengajar guru semaksimal mungkin agar input yang
dalam hal ini berupa mata pelajaran yang disampaikan dapat di proses di dalam
kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik
mendapatkan pemahaman, pemecahan, pengertian dan kemampuan dalam
pemecahan masalah, untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.
Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek
didik dalam menyelesaikan program belajar yang di bebankan kepada siswa,
sehingga terlihat adanya perubahan perilaku secara keseluruhan. Dalam hal ini
penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena
siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses
10 Mulyono Abdulrahman Abror, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan BelajarI, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaeni, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rieneka Cipta, 2006), Cet Ke-3, h. 105
13
belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau
diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan tingkah laku yang dilakukan
secara sengaja dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan proses perubahan tingkah
laku seseorang terjadi secara bertahap. Dari tahapan tersebut seseorang akan
mendapatkan pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajaran dalam
mengambil sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman dan pelatihan inilah
maka perubahan tingkah laku pun terjadi dan sifatnya menetap. Perubahan yang
terjadi merupakan perubahan yang merata, maksudnya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dan hasil belajar merupakan salah satu hal
yang dijadikan pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar
menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Gagne membagi lima katagorie hasil belajar, yaitu: Informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.12
1) Informasi Verbal
Kecakapan untuk mengkomunikasikan secara verbal pengetahuannya dengan
fakta-fakta. Dengan kata lain individu mampu mengatakan secara proposional apa
yang telah dipelajari. Pengungkapan informasi yang telah disimpan didalam
“tempat penyimpanan ingatan” itu dapat juga menggunakan „kunci‟ verbal yang
lain. Misalnya dengan diagram tertentu siswa dapat mengingat kembali
pengertian fungsi. Infomasi verbal ini diperoleh dengan lisan membaca buku,
mendengar radio dan sebagainya.
Fungsi yang dimaksud itu adalah:
a) Prasyarat belajar lebih lanjut
b) Kepraktisan dalam kehidupann sehari-hari dari individu
12 Nana Sudjana, Penelitian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004) h. 22
14
c) Pengetahuan yang terorganisasi menjadi bentuk-bentuk yang saling
berkaitan merupakan acuan berpikir.
2) Keterampilan Intelektual
Kapabilitas untuk membuat diskriminasi, menguasai konsep dan aturan serta
memecahkan masalah. Kapabilitas tersebut merupakan kemampuan yang
diperoleh manusia dengan belajar. Begitu sesuatu dipelajari, kapabilitas itu dapat
muncul berulang kali dalam berbagai penampilan.
3) Strategi Kognitif
Kecakapan kognitif adalah kecakapan untuk mengelola dan mengembangkan
proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis,
mengendalikan tingkah laku peserta didik itu sendiri dalam kaitannya dengan
lingkungan, cara untuk melakukan proses belajar, termasuk retensi dan berpikir.
Adapun tipe-tipe belajar kognitif. Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe
hasil belajar yang termasuk aspek kognitif terbagi menjadi enam, yaitu
pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.13
a) Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan
bloom dalam istilah knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya
meminta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep,
fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau
dapat menggunakannya. Dalam hal ini responden biasanya hanya
dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja.
b) Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi mampu
memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.
Dalam hal ini responden tidak hanya hafal secara verbalitis, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
13 Ngalim Purwanto, loc cit, h. 43-47
15
c) Kemampuan berpikir yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan.
Responden dituntut untuk kemampuannya untuk menerapkan atau
menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru
baginya.
d) Tingkat kemampuan analisis, yaitu kemampuan responden untuk
menganalisis, atau menguraikan suatu integritas, atau situasi tertentu
ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukkannya.
e) Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan
kemampuan evaluasi, responden-responden diminta untuk membuat
suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan
sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.
4) Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara ajeg terhadap stimulus
itu. Respon tersebut dapat positif (menerima) atau negative (menolak) terhadap
suatu objek tergantung terhadap penilaian terhadap objek yang dimaksud sebagai
objek yang berharga atau tidak berharga.
5) Keterampilan motorik
Keterampilan motorik kecakapan yang dicerminkan oleh adanya kecepatan,
ketepatan dan kelancaran, gerakan otot dan anggota badan.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Terdapat dua macam faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat
dibagi menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Macam-macam faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:14
1) Faktor internal
a) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat dalam kandungan sampai sesudah lahir.
14 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 2010) h. 2
16
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca
indera, anggota tubuh. Cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar. Kedua,
kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik sehat dan segar dapat mempengaruhi
belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta
cukup tidur.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi
mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologi ini meliputi sebagai
berikut. Pertama intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar
seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
seseorang. Dalam waktu yang sama siswa, siswa mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada mempunyai
intelegensi yang rendah. Kedua, perhatian. Untuk menjamin hasil belajar
yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran yang tidak menjadi perhatian
siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar.
Ketiga, minat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Keempat, bakat. Bakat ini
bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,
melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan
seseorang dalam suatu bidang.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
Sehingga harus diusahakan dari kondisi yang bebas dari kelelahan.
17
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga yang
baik, suasana rumah yang nyaman, keadaan ekonomi keluarga yang baik
dan latar belakang kebudayaan terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa . hal yang paling mempengaruhi keberhasilan para siswa
disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau
disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor
ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang
keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan non
formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan
lain-lain.
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP
Depdiknas, bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
18
penemuan.” Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan
membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini
menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan
pembelajaran IPA yang empiric dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses
diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan
proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Asy‟ari, Muslichah menyatakan bahwa keterampilan proses perlu dilatih
dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya,
Pembelajaran aktif menurut Zaini dkk adalah suatu pembelajaran yang
menuntut siswa belajar secara aktif untuk mendapatkan informasi dari berbagai
sumber dengan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar lebih
maksimal.22
Informasi yang didapat siswa nantinya dibahas dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman yang
tidak saja menambah pengetahuan, tetapi juga kemampuan analisis dan sintesis.
Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini
biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil
belajar dapat dimaksimalkan. Di sisi lain, Silberman menyatakan “lingkungan
fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif.”23
Keuntungan menggunakan strategi Active Learning bahwasanya setiap realita
siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, ada siswa yang lebih senang
membaca, ada siswa yang senang berdiskusi, dan ada juga yang senang praktek
langsung inilah yang disebut dengan gaya belajar atau learning style. Untuk
membantu siswa dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar
itu sebisa mungkin diperlihatkan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut
adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam
mengandalkan indera yang banyak. Seperti kutipan satu pertanyaan, mengapa
belajar aktif? Alasanya karena belajar aktif itu sangat diperlukan siswa untuk
mendapat belajar yang maksimum.
Adapun dari sisi guru sebagai penyampai materi, strategi pembelajaran aktif
akan sangat membatu dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian. Bagi guru
yang sibuk mengajar strategi ini dapat dipakai dengan strategi yang tidak
membosankan.
22 Hisyam Zaini. Dkk, Strategi pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008), h. xiv 23 Mel Siberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2006), Cet. Ke-3, ha.l 35
29
Pembelajaran aktif merujuk kepada kaedah dimana pelajar melakukan sesuatu
termasuk memproses, mengguna, dan membuat merefleksi terhadap apa yang
diberikan. Dengan menggunakan kaedah pembelajaran aktif bukan berarti
pengajar tidak perlu lagi memberikan arahan, walau bagaimanapun pemberian
arahan merupakan suatu yang penting untuk disampaikan.
Guru dapat memulai pembelajaran aktif dari awal pembelajaran, ada tiga
tujuan penting yang harus dicapai. Tujuan-tujuan ini adalah sebagai berikut:
a) Membentuk tim: membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama
lain dan saling menciptakan semangat kerja sama dan interdependensi.
b) Penilaian sederhana: guru mempelajari sikap, pengetahuan dan
pengalaman siswa.
c) Keterlibatan belajar langsung: guru menciptakan minat siswa terhadap
pelajaran.
Ketiga tujuan diatas, bila dicapai akan membantu menciptakan lingkungan
belajar yang melibatkan siswa, meningkatkan keinginan siswa untuk ambil bagian
dalam kegiatan belajar aktif, dan menciptkan norma kelas yang positif.24
Dapat
dilihat dari bagan Edgar Dale berikut ini:25
24 Mel Silberman, ibid, hal 62
25 T.M.A. Ari Samadhi, 2008, Pembelajaraan Aktif (Active Learning) (online), Teaching Improvement Worksop, Engineering Education Develoment Project APD Loan No 1432-INO, Tersedia: www.jurnalskripsi.com. Diakases 27 januari 2009
30
Gambar 1. Efektifitas Model Pembelajaran
Gambar diatas menunjukkan efektivitas pembelajaran antara pembelajaran
pasif dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran pasif biasanya dilakukan dengan
tahap membaca, mendengarkan, melihat gambar, menonton video sampai melihat
suatu kebiasaan suatu tempat. Sedangkan pembelajaran aktif sendiri terdiri dari
partisipasi dalam diskusi, memberikan pendapat sampai melakukan penerapan.
Dalam pembelajaran aktif ini, cara belajar dengan mendengarkan saja akan
sangat cepat lupa dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan
mendengar, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan
cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan.
31
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian polio menunjukkan bahwa siswa
dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu
pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Mc. Keachie menyebutkan
bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan
berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 10 menit terakhir.26
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi
dilingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam
dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas yang lebih
banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan indera visual,
sehingga apa yang dipelajari dikelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Pembelajaran aktif pertama kali diperkenalkan filosop kenamaan cina,
Confucius, dia mengatakan:
What I hear, I forget (apa yang dengar, saya lupa)
What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat)
What I do, I understand (apa saya lakukan, saya mengerti)
Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif.
Silberman telah memodifikasi pernyataan Confusius tersebut menjadi apa yang
dia sebut paham belajar aktif, yaitu:
What I hear, I forget (Apa yang saya dengar, saya lupa)
What I hear and see, I remember a liitle (Apa yang saya dengar dan lihat,
saya inget sedikit)
26 ibid, hal 24
32
What I hear see, and ask question about or discuss with someone else, I begin
to understand (Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau didiskusikan
dengan beberapa teman lainnya, saya mulai paham)
What I hear, see discus and do. I acquire knowledge and skill (Apa yang saya
dengar, lihar, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan)
What I teach to another, I master ( Apa yang saya ajarkan kepada orang lain,
saya kuasai).27
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa
kebanyakkan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu
jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara ketepatan
berbicara guru dengan tingkat kemampuan siswa apa yang disampaikan oleh
guru. Kebanyakkan guru berbicara sekitar 100-200 kata permenit, sementara anak
didik hanya mampu mendengarkan 50 – 100 kata permenitnya, karena siswa
mendengarkan pembicaraan guru sambil berfikir.
Active Learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dengan memberikan Active Learning Strategy pada
anak didik dapat membantu ingatan mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan
kepada tujuan pembelajaran yang sukses.
27 Ibid, hal 23
33
b.Karakteristik pembelajaran aktif
Menurut Bowell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:
1) Penekanan proses penyampaian bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan
kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2) Siswa tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan materi.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi.
4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi.
5) Umpan balik yang lebih cepat akan menjadi pada proses pembelajaran.28
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan dan
penuh gairah, serta siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak
leluasa dan berpikir. Selama proses belajar dapat beraktivitas, bergerak, dan
melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa hanya keaktifan fisik tapi juga
keaktifan mental.
28 T.M.A. Ari Samadhi, 2008, Pembelajaraan Aktif (Active Learning) (online), Teaching Improvement Worksop, Engineering Education Develoment Project APD Loan No 1432-INO, Tersedia: www.jurnalskripsi.com. Diakases 27 januari 2009
34
6. Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang)
a. Sejarah Umum Crossword Puzzle
Crossword Puzzle (Teka Teki Silang atau disingkat TTS) adalah suatu
permainan mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-
huruf yang membentuk sebuah kata yang berdasarkan petunjuk yang diberikan.
Petunjuknya biasa dibagi ke dalam kategori “Mendatar” dan “Menurun” tergatung
posisi kata-kata yang harus diisi.
Pada tahun 1913, Arthur Wynne menerbitkan TTS dalam majalah New York
World dengan format seperti yang kita kenal saat ini dan sering disebut sebagai
TTS pertama. TTS kemudian menjadi fitur mingguan di majalah tersebut. Buku
kumpulan TTS pertama terbit pada 1924, diterbitkan oleh Simon dan Schuster.
Bukunya terbukti laris dan TTS menjadi salah satu benda terpopuler pada tahun
1924. Pada tahun 1970-an di Jakarta terbit “Asah Otak”, sebuah majalah TTS dan
berbagai teka-teki lainnya. Penerbitan ini ternyata sukses sehingga banyak
terbiatan serupa yang segera mengikutinya.
b. Prosedur Umum Penerapan Crossword Puzzle
Ketika pembelajaran aktif mulai diimplementasikan langkah-langkah yang
harus dijlani yaitu:29
Ditulis kata-kata kunci,terminologi atau nama-nama yang berhubngan dengan
materi yang telah diberikan oleh guru.
1) Dibuat kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang dapat dipilih (seperti
dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan.
2) Dibuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah
dibuat atau dapat juga hanya membuat pertanyaan mengarah kepada kata-kata
tersebut.
29 Hisyam Zaini,Op.cit, h. 71
35
3) Teka-teki ini dibagikan kepada peserta didik. Dapat dilakukan individu atau
kelompok.
4) Ditentukan batasan waktu untuk mengerjakan teka-teki.
5) Kelompok atau individu yang mengerjakan paing cepat dan bemar diberi
hadiah.
c. Kelebihan dan Kekurangan Crosssword Puzzle
Teka-teki silang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan
menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Bahkan
strategi ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik secara aktif sejak awal.
Mendesain tes uji pada Crossword puzzle mengndang keterlibatan dan partisipasi
langsung. Crossword puzzle dapat diselesaikan secara individu atau secara
tim/kelompok.30
Crossword puzzle juga sebagai ssalah satu metode pengajaran
permainan kelas yang digunakan untuk meningkatkan persaingan siswa dengan
kelompok dan materi pelajaran yang cocok. Crossword puzzle berhubungan
dengan Lexical Memory (Memory Kosa Kata), kata-kata dapat ditemukan dari
pertanyaan pada TTS. Pendapat ini dibuat mengenai keefektifan petunjuk
Semantic, Orthographic, Phonetic, dan Thematic.
Namun, Crossword puzzle hanya dapat mengukur keberhasilan belajar siswa
pada konsep yang sifatnya hafalan. Karena berdasarkan prosedur pembuatan
Crossword puzzle hanya menitikberatkan kepada konsep yang banyak
menggunakan istilah-istilah asing. Dengan TTS siswa hanya mencari kata kunci
(key word) dari konsep yang dipelajarinya, jadi Crossword puzzle sulit
diaplikasikan untuk konsep yang banyak membutuhkan analisis.
30 Melvin L. Silberman,Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta;
Pustaka Insan Madani, 2006), Cet Ke-3, hal 256
36
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
pernah dilakukan oleh Annisa Ika Cahyani 2012, dengan judul Penerapan
strategi pembelajaran Croosword Puzzle dalam upaya peningkatan hasil
belajar matematika siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 3 mojosongo
telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP negeri 3 mojosongo. Partisipasi siswa pada refeleksi awal (86,11%)
siklus 1, pada siklus 2 sebesar (91,67%). Prosentasi ini menunjukkan bahwa
selama proses pembelajaran terjadi peningkatan 6% setiap siklus pertisipasi
belajar matematika pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 3
mojosongo. Berdasarkan analisis hasil penelitian tersebut, maka peneliti
merefleksi bahwa strategi pembelajaran Crossword Puzzle ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.31
2. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
pernah dilakukan oleh linda indriawati tahun 2012, dengan judul peningkatan
hasil belajar IPA melalui strategi pembelajaran Crossword Puzzle (Teka-teki
silang) pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sawahan Juwiring Klaten. Hasil
penelitian menunjukkan dapat dilihat dari prosentase pada silkus 1 sebesar
(61,11%) dan pada siklus 2 sebesar (83,78%). Hal ini menunjukkan bahwa
strategi pembelajaran Crossword Puzzle pada kelas IV SD Negeri 1 Sawahan
Juwiring Klaten dapat meningkatkan hasil belajar.32
31 Annisa Ika Cahyani, Penerapan Strategi Croosword Puzzle Dalam Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa Kelas VII SMP Negri 3 Mojosongo, (Surakarta, UMS, 2012)
32 Linda Indriawati, Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Crosssword Puzzle Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sawahan Juwiring Klaten, (Surakarta, UMS 2012)
37
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teoritik dan penyusunan kerangka berpikir d iatas, maka
peneliti merumuskan hipotesis tindakan adalah: “Terdapat peningkatan hasil
belajar IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle”.
38
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tugu 2 yang beralamat lengkap Jl.Radar
auri no 42 Kel.Mekarsari RT. 04 Rw 10. Peneliti melakukan penelitian di sekolah
tersebut karena dekat dengan rumah dan tempatnya yang mudah dijangkau oleh
kendaraan umum. Dan waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dari bulan Juli sampai bulan Februari
2014.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
lebih yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research, yaitu suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, dengan sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
dilakukan oleh guru atau arahan dari guru yang dilakukan siswa.1
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam mengenai proses pembelajaran.
Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas,
diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat
kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) dan akan dilanjutkan dengan siklus I. Jika indikator keberhasilan yang
diharapkan telah bercapai, maka penelitian akan dihentikan. Namun jika belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II, begitu seterusnya hingga
1Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakkan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006)
Cet. Pertama, h.3.
39
indikator keberhasilan tercapai. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula,2 dan setiap siklus
terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang berupa kegiatan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk
memecahkan masalah yang akan dihadapi.
Dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai tahapan tahap perencanaan
sebagai berikut adalah:
a. Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim
kolabolator (guru kelas).
b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan oleh skenario
melalui strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle.
c. Menyiapkan sumber dan alat peraga yang dibutuhkan dalam
pembelajaran.
d. Menyiapkan instrumen, lembar kerja siswa TTS dan soal tes akhir
siklus
e. Menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakkan (Acting)
Tahapan ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas. Peneliti
berlaku sebagai perlu tindakan sedangkan guru kelas sebagai pengamat
(observer).
2 Ibid.,h.20
40
3. Pengamatan (Observing)
Dalam tahapan ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakkan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada
siklus berikutnya. Observasi dimaksud sebagai kegiatan mengamati, menggali,
dan mendokumentasi semua gejala indikator yang terjadi selama proses
penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang
bertugas sebagai observer dan kolabolator.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang
telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu ada
perbaikan. Tahapan ini dilaksanakan dengan maksud perbaikan kegiatan
sebelumya yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.
Secara lebih rinci produser pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan dengan
alur sebagai berikut:3
3 Ibid., h.74
41
Permasalahan Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/pengumpulan
data I
Refleksi I
Permasalahan
baru hasil refleksi I
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/pengumpulan
data II
Refleksi II
Permasalahan baru
hasil refleksi II Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Siklus I
Siklus II
Bagan 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SDN Tugu 2 Mekarsari kelas V Semester I
tahun pelajaran 2013/2014.Banyaknya siswa 36 orang dengan komposisi 23 siswa
laki-laki dan 13 siswa perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan,
mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam
penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru. Guru tersebut adalah guru kelas V
yang bertindak sebagai observer (pengamat).
42
E. Tahapan Intervesi Tindakan
Tahapan penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian dan akan
dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi., serta analisis dan
refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan
dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan
penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya.
Prosedur atau langkah-langkah penelitian, secara berurutan dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Pendahuluan
Tahap intervesi pada kegiatan pendahuluan ini meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Obeservasi ke SD Negeri Tugu 2 kota Depok dan melihat proses
pembelajaran pada mata pelajaran IPA serta mewawancari guru kelas
dan siswa. Kemudian ditemukan masalah kurangnya keakfian siswa
dan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA.
b. Menyusun proposal penelitian
c. Membuat instrument penelitian
d. Megurus surat izin penelitian
e. Menghubungi kepala sekolah
2. Alur setiap siklus
a. Perencanaan
Tahap kegiatan perencanaan sebagai berikut:
1) Mebuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle
2) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap pertemuan
4) Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa
43
5) Membuat lembar wawancara guru dan siswa
6) Menyiapkan soal tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
7) Mempersiapkan sumber pelajaran dan media pembelajaran
8) Mempersiapkan alat dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal Pembelajaran
1) Melakukan pretest
2) Melakukan apersepsi “siapa yang mempunyai tumbuhan hijau
dirumah, dan bagaimana tumbuhan itu memenuhi makanannya
sendiri?
3) Guru menginformasikan materi yang akan mereka pelajari.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Pembelajaran
1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok kecil guru memberikan LKS.
2) Guru menjelaskan prosedur LKS yang menggunkan strategi
pembelajaran Crossword puzzle (TTS).
3) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk
melengkapi TTS yang ada pada LKS yang berkaitan materi yang
sedang dipelajari.
4) Guru memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
5) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya.
Kegiatan Penutup
1) Guru meluruskan jawaban yang kurang tepat dan memberikan
penguatan serta memberikan kesempan kepada siswa untuk bertanya
2) Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
3) Memberikan soal tes pada akhir siklus
4) Guru menutup pelajaran
5) Mewawancari siswa
44
c. Observasi
Tahapan ini peneliti dibantu oleh observer, adapun tahapan obeservasi
meliputi:
1) Mengamati kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle .
2) Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle .
d. Refleksi
1) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran dalam siklus
2) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan
3) Merencanakan perencanaan tidak lanjut untuk siklus selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil penelitian ini yang diharapkan adalah dengan indikator keberhasilan
sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Tugu 2
kota depok melalui penerapan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle
meningkat mencapai rata-rata 70%.
2. Tujuh puluh lima persen (75%) siswa kelas V SDN Tugu 2 kota depok
mengalami ketuntasan belajar individual sebesar >70 dalam pembelajaran IPA
khususnya pada materi tumbuhan hijau.
45
G. Jenis Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: data kualitatif dan data
kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau pernyataan bukan berupa
angka.Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan berupa hasil observasi
guru dan aktivitas belajar IPA melalui strategi pembelajaran aktif Crossword
Puzzle, hasil wawancara dengan guru dan siswa, catatan lapangan, dan hasil
dokumentasi selama proses pembelajaran.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini
data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif Crossword Puzzle.
Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan
peneliti.
H. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Instrument Tes
Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa pada aspek ingatan (C ), pemahaman