Top Banner
UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS TIONGKOK DI TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL) PERIODE 2015-2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh : Syifa Ruhani 11161130000008 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
126

UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

Nov 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

UPAYA INDIA DALAM MERESPON

PENINGKATAN AKTIVITAS TIONGKOK DI

TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL)

PERIODE 2015-2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh :

Syifa Ruhani

11161130000008

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

ii

Page 3: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Syifa Ruhani

NIM : 11161130000008

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS

TIONGKOK DI TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL) PERIODE 2015-2019.

Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 19 Juni 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

M. Adian Firnas, M.Si Irfan R. Hutagalung, LLM

Page 4: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS

TIONGKOK DI TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL) PERIODE 2015-2019

Oleh

Syifa Ruhani

11161130000008

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 07 Juli 2020. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, M.A. Eva Mushoffa, M.A.

NIP. 198507022019031105 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 07 Juli 2020.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

M. Adian Firnas, M.Si.

NIP.

M. Adian Firnas, M.Si. Irfan Hutagalung, LLM.

NIP.

NIP.

Penguji I, Penguji II,

Page 5: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

v

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menganalisis upaya-upaya yang

dilakukan oleh India dalam merespon peningkatan aktivitas Tiongkok di

kawasan Teluk Bengal (Bay of Bengal) periode 2015-2019. Masalah penelitian

ini diawali dari jejak Tiongkok yang semakin meluas di Samudera Hindia,

terutama di kawasan Teluk Bengal. Meningkatnya aktivitas Tiongkok di

kawasan ini mencakup di bidang pertahanan dan ekonomi seperti kegiatan

kapal-kapal angkatan lautnya (People’s Liberation Army Navy), pembangunan

jaringan pangkalan militer luar negeri, kegiatan ekonomi dan diplomatik

Tiongkok dengan sejumlah negara yang berada di kawasan Samudera Hindia

dan pesisir Teluk Bengal. Perkembangan aktivitas Tiongkok di kawasan

tersebut tidak menyenangkan bagi India dan telah menganggu kepentingannya.

Samudera Hindia merupakan jalur komunikasi laut yang paling penting di

dunia, sementara Teluk Bengal merupakan bagian dari rute perdagangan

tersibuk. Kawasan ini menjadi pusat strategis dan ekonomi yang muncul di

kawasan Indo-Pasifik, sehingga terjadi peningkatan kepentingan dan

keterlibatan pemain ekstra-litoral di Teluk Bengal.

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa upaya India dalam merespon

peningkatan aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal. Kepentingan dan

keterlibatan Tiongkok yang terus berkembang di kawasan tersebut

menimbulkan kecurigaan serta menciptakan dilema keamanan (security

dilemma) bagi India. Dalam perspektif India, Belt and Road Initiative (BRI),

pembangunan pangkalan angkatan laut serta menguatnya ikatan Tiongkok

dengan negara-negara di Samudera Hindia dan pesisir Teluk dipandang

sebagai pengepungan (encirclement) terhadap India. Dengan menggunakan

teori Balance of Threat, India melakukan balancing sebagai bentuk upaya

dalam merespon perluasan pengaruh Tiongkok di kawasan tersebut. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan deskriptif

analitis. Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur yang bersumber dari

beberapa data sekunder seperti buku, laporan, jurnal, artikel dan sumber yang

valid lainnya.

Kata Kunci: India, Tiongkok, Teluk Bengal, Balance of Threat, security

dilemma.

Page 6: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji serta syukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya India dalam

merespon Peningkatan Aktivitas Tiongkok di Teluk Bengal (Bay of

Bengal) periode 2015-2019”. Shalawat dan salam senantiasa tak lupa penulis

haturkan kepada junjugan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk menyelesaikan program sarjana

(strata satu/S1) Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses

pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan

berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, berkat kehendak dan ridho-Nya penulis mendapatkan

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Teruntuk diri sendiri, rasa senang, bangga dan bahagia terhadap

diri sendiri yang telah bertahan selama proses penyusunan skripsi

dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik.

3. Kedua orangtua penulis yang tiada henti memberikan do’a dan

dukungan yang tak terhingga baik secara moral maupun materil.

Page 7: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

vii

4. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Irfan R. Hutagalung, LLM,

yang telah membimbing, memberikan arahan, masukan serta

dukungan dalam proses penulisan skripsi, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Bapak Adian Firnas M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan

bimbingan selama perkuliahan dan berkenan untuk menyetujui

permohonan penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional yang

telah memberikan ilmu dan wawasan terkait perkuliahan selama

masa perkuliahan.

7. Kiki dan Nike, sahabat penulis sejak SMP dan SMA, walaupun

jarang bertemu tapi terima kasih telah menjadi tempat cerita dan

berusaha untuk memotivasi serta menghibur penulis.

8. Kawan-kawan tongkrongan “Citanduy”: Siska, Lia, Riza, Bibi,

Lely, Fitri dan Dhiza, terima kasih telah menemani penulis serta

memberikan kenangan terindah selama masa perkuliahan.

9. Segenap teman seperjuangan satu kelas HI A yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah bekerja sama dan

membantu penulis selama proses perkuliahan.

Page 8: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

viii

10. Teman-teman penulis di FISIP UIN Jakarta dan dari kampus

lainnya angkatan 2016.

Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan atas segala bentuk

dukungan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama proses

perkuliahan, khususnya dalam penulisan skripsi ini. Penulis tentu menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan,

untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun, dengan senang hati

penulis harapkan guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga penulisan skripsi ini dapat menambah khasanah keilmuan

pembaca dan memberikan konstribusi dalam kajian Ilmu Hubungan

Internasional.

Jakarta, 07 Juli 2020

Syifa Ruhani

Page 9: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................................v

KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Pernyataan Masalah ..............................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian ...........................................................................7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................8

E. Kerangka Teoritis ...............................................................................12

1. Teori Balance of Threat .................................................................12

2. Konsep Security Dilemma ..............................................................15

F. Metodologi Penelitian ........................................................................18

G. Sistematika Penulisan .........................................................................19

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDIA – TIONGKOK ......22

A. Hubungan Bilateral India – Tiongkok tahun 1950-1962 ....................22

B. Hubungan Bilateral India – Tiongkok pada tahun 1962-1988 ...........27

C. Hubungan Bilateral India – Tiongkok tahun 1988-2005 ....................31

D. Hubungan Bilateral India – Tiongkok tahun 2005-sekarang .............35

BAB III PENINGKATAN AKTIVITAS TIONGKOK DI TELUK BENGAL

(BAY OF BENGAL) .................................................................................41

A. Kebijakan Luar Negeri Tiongkok di era Xi Jinping ...........................42

B. Strategi Tiongkok melalui String of Pearls ........................................46

C. Aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal ...................................49

1. Bidang Pertahanan ..........................................................................53

Page 10: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

x

2. Bidang Ekonomi .............................................................................56

D. Dampak dari peningkatan aktivitas Tiongkok bagi India ..................62

BAB IV RESPON INDIA TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS

TIONGKOK DI TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL) ...................65

A. Upaya India dalam merespon peningkatan aktivitas Tiongkok di

Samudera Hindia dan Teluk Bengal ...................................................73

B. Strategi India dalam menghadapi peningkatan aktivitas Tiongkok di

Samudera Hindia dan Teluk Bengal ...................................................79

BAB V PENUTUP .................................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. xiii

Page 11: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik III.1 ................................................................................................... 55

Grafik IV.1 ................................................................................................... 67

Grafik IV.2 ................................................................................................... 68

Page 12: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 ......................................................................................................2

Gambar II.1 .................................................................................................. 25

Gambar III.1 ................................................................................................. 47

Gambar III.2 ................................................................................................. 50

Page 13: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini menganalisis upaya yang dilakukan oleh India dalam

merespon peningkatan militer Tiongkok di kawasan Teluk Bengal. Kehadiran

Tiongkok di Samudera Hindia mengalami peningkatan dalam dekade terakhir,

seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan militernya. Peningkatan aktivitas

militer Tiongkok di Laut Cina Selatan telah menumbuhkan insecure bagi

India, sehingga India melibatkan diri dalam kemelut yang terjadi di Laut Cina

Selatan guna menekan Tiongkok. India melihat jika Tiongkok berhasil atas

klaim Laut Cina Selatan, maka Tiongkok akan terus memperluas pengaruhnya

hingga ke Selat Malaka sekaligus menantang India di Samudera Hindia

termasuk Teluk Bengal (Bay of Bengal).1

Sejak 2015, Tiongkok mengumumkan niatnya untuk membangun

pangkalan laut asing pertamanya. Bagi Tiongkok hal tersebut dilakukan untuk

memberikan dukungan atas operasi anti-pembajakan di Samudera Hindia,

pemeliharaan perdamaian di Afrika serta menjaga jalur komunikasi laut di

Teluk Aden dan Terusan Suez. Ekspansi Angkatan Laut Tiongkok

digambarkan sebagai bagian dari strategi String of Pearls dan membangun

1 Lyle J. Goldstein, Meeting China Halfway: How to Defuse the Emerging US-China

Rivalry (Washington DC: Georgetown University Press, 2015)

Page 14: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

2

Maritime Silk Road (MSR) sebagai bentuk kontribusi Tiongkok bagi

kemakmuran Asia.2

Sesuai dengan Buku Putih Tiongkok 2015 yang menyatakan beberapa

kebijakan antara lain pendanaan Angkatan Laut untuk menjadi angkatan laut

kelas dunia, perlindungan terhadap jalur komunikasi laut di Samudera Hindia

dan menempatkan Angkatan Laut dalam rangka melindungi dan

mempertahankan kepentingan Tiongkok.3

Gambar I.1 Peta Belt and Road Initiative (BRI) di Teluk Bengal

2 David Brewster dan Rory Medcalf, “Cocos and Christmas Islands: Building Australia’s

strategic role in Indian Ocean,” dalam Indian Ocean Islands: Illustrated Cases on Geopolitics,

Ocean and Environment, ed. Christian Bouchard dan Shafick Osman (New York: Routledge,

2018) 3 David Brewster, India and China at Sea: Competition for Naval Dominance in the

Indian Ocean (New Delhi: Oxford University Press, 2018)

Page 15: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

3

Teluk Bengal merupakan salah satu dari tiga teluk besar di Asia selain

Teluk Arab dan Laut Cina Selatan yang menjadi arena persaingan diantara

kekuatan maritim Asia.4 Negara-negara pesisir Teluk Bengal menjadi kunci

bagi peripheral diplomacy serta bagian dari MSR Tiongkok jika dilihat dari

letaknya yang berada diantara Asia Selatan dan Asia Tenggara yang

menghubungkan Samudera Hindia dan Selat Malaka, sehingga menjadikan

Teluk Bengal penting bagi India maupun Tiongkok.

Posisi India terdapat di antara Laut Arab dan Teluk Bengal, menjadikan

Teluk Bengal sejak lama telah menjadi fokus ambisi sekaligus kecemasan bagi

India.5 Letak geografis dari Teluk Bengal memberikan keuntungan bagi India

seperti pangkalan laut dan udara di Visakhapatnam, Port Blair serta akses ke

Selat Malaka melalui Kepulauan Andaman dan Nicobar.6

India juga melihat keuntungan lain dari Teluk Bengal yang merupakan

jembatan laut ke Asia Timur sehingga India mampu membuka kerjasama yang

lebih luas dan lebih besar. Selain itu, meningkatnya aktivitas Tiongkok di

Teluk Bengal memicu India untuk menegakkan tatanan maritim yang stabil di

4 Michael Wesley, Restless Continent: Wealth, Rivalry, and Asia’s New Geopolitics

(New York: Peter Mayer Publishers, 2016) 5 Vijay Sakhuja, Asian Mariitime Power in the 21st Century: Strategic Transactions

China, India and Southeast Asia (Singapura: ISEAS Publishing, 2011) 6 Wesley, Restless Continent: Wealth, Rivalry, and Asia’s New Geopolitics

Page 16: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

4

kawasan guna mengamankan arus barang di jalur laut yang vital serta

kebebasan navigasi bagi Angkatan Laut India.7

Saat ini, Bay of Bengal memiliki peran penting bagi pemikiran strategis

Tiongkok untuk mampu memasuki kawasan Samudera Hindia. Dengan

demikian, Tiongkok melakukan hubungan kerjasama dengan Myanmar untuk

mendapatkan kepentingan strategisnya yaitu mengakses Teluk Bengal dan

Samudera Hindia.8 Tiongkok telah melakukan beberapa upaya dalam

kerjasamanya dengan Myanmar untuk memperluas pengaruhnya ke Teluk

Bengal hingga Asia Tenggara.

Secara keseluruhan, proyek Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok

akan berencana membangun serangkaian jalur baru di benua Eurasia

(menghubungkan Tiongkok dan Rusia), Eropa (melalui Asia Tengah) dan

Samudera Hindia (melalui Myanmar dan Pakistan). Rencana Tiongkok

membangun jalur darat yang menghubungkan Tiongkok dengan Samudera

Hindia akan terbagi menjadi dua jalur yakni Xinjiang–Pakistan (melalui

Gwadar Port) dan Yunnan–Kyaukpyu (melalui Myanmar ke Bay of Bengal).9

7 Udayan Das, “Bay of Bengal: India’s Centerpiece and Springboard,” South Asian

Voices tersedia di https://southasianvoices.org/bay-of-bengal-indias-centerpiece-springboard/

(diakses pada 14 Februari 2020) 8 Jasbir Pal Singh Rakhra, “Asian Gaints in the Indian Ocean Region: Détente or

Entete,” dalam China in Indian Ocean Region, ed. Sidda Goud & Manisha Mookherjee (New

Delhi: Allied Publishers, 2015) 9 David Brewster, “The MSRI and the Evolving Naval Balance in the Indian Ocean,”

dalam China’s Maritime Silk Road Initiative and South Asia: A Political Economy Analysis of

its Purposes, Perils, and Promise, ed. Jean-Marc F. Blanchard (London: Palgrave Macmillan,

2018)

Page 17: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

5

Kerjasama Tiongkok–Myanmar terlihat dalam pembangunan jalur pipa

minyak dan gas yang dipasok dari Timur Tengah ke Tiongkok melalui

Kyaukpyu (Myanmar). Kyaukpyu merupakan sebuah kota pesisir di sepanjang

Teluk Bengal yang terletak di negara bagian Rakhine, bagi Tiongkok proyek

ini merupakan kunci dari BRI guna mempermudah Tiongkok mengawasi jalur

pelayaran di Samudera Hindia.10 Melalui pembangunan pelabuhan Kyaukpyu

membuat kehadiran Tiongkok di sisi timur India semakin terasa. Dengan

melibatkan Myanmar melalui Kyaukpyu Port untuk menghubungkan

Tiongkok ke Samudera Hindia, maka hal tersebut akan meningkatkan

kehadiran serta memperluas pengaruh Tiongkok di Samudera Hindia terutama

Teluk Benggala.11

Kedua belah pihak masing-masing memberikan reaksi terhadap

peningkatan aktifitas laut lain. Tiongkok terus memperluas kehadiran

maritimnya melalui penyebaran pasukan angkatan laut, penjualan senjata,

pembangunan pangkalan dan fasilitas akses, diplomasi militer, penanaman

hubungan politik khusus, dan lainnya. Kemitraan Tiongkok yang berkembang

di Teluk Bengal terutama kerja sama dengan Myanmar tidak luput dari

perhatian India dan telah meningkatkan kekhawatiran India.

10 Sanjay Pulipaka, “Myanmar’s Political Transition,” dalam yanmar’s Integration

with the World: Challenges and Policy Options, ed. Prabir De & Ajitava Raychaudhuri

(London: Palgrave Macmillan, 2017) 11 Brad Peery, China vs. US: A Political Analysis of US—China Competition, a Police

State vs. a Democracy (Indiana: Archway Publishing, 2018)

Page 18: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

6

Di tahun yang sama, kapal-kapal milik Tiongkok – People’s Liberation

Army Navy (PLAN) – sedang mengintai di sekitar Kepulauan Andaman dan

aktivitas tersebut dilakukan secara rutin. Kapal-kapal tersebut beroperasi

sangat dekat dengan garis territorial India dan semakin mendekat per setiap

dua hingga tiga bulan. Namun, India tidak memiliki kesiapan saat dihadapkan

dengan situasi ini sehingga di Kepulauan Andaman tidak ada asset militer

untuk menggertak pergerakan Tiongkok.12

Menanggapi pengepungan yang dilakukan Tiongkok melalui strategi

pangkalan dan hubungan diplomatik Tiongkok yang membentang di wilayah

Samudera Hindia, India mengambil langkah dengan memperkuat kemampuan

angkatan lautnya dan berusaha meningkatkan hubungan militer dan keamanan

dengan negara-negara sekitarnya. Kehadiran Tiongkok di wilayah tersebut

mempercepat kerjasama maritim India dengan negara-negara di kawasan.13

Dengan demikian, India berulang kali mengungkapkan

kekhawatirannya mengenai peningkatan aktifitas Tiongkok di Samuder

Hindia, terutama di kawasan Bay of Bengal. Pembangunan jalur pipa gas dan

minyak yang membentang antara Tiongkok – Myanmar melalui Kyaukpyu,

kemudian kapal-kapal yang beroperasi di sekitaran Laut Andaman dan

12 Jayanta Gupta, “Chinese naval ships detected near Andamans,” The Times of India

tersedia di https://timesofindia.indiatimes.com/india/Chinese-naval-ships-detected-near-

Andamans/articleshow/48817805.cms (diakses pada 23 Desember 2019) 13 Vidhan Pathak, “China and Francophone Western Indian Ocean Region:

Implications for Indian Interests,” Journal of Defence Studies 3, no. 4 (2009)

Page 19: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

7

Nicobar sangat menganggu bagi stabilitas keamanan India. Presiden Modi

telah menunjukkan niat yang jelas dengan melakukan serangkaian upaya untuk

mengamankan kepentingan strategis dan nasional India. Dari uraian diatas,

penulis akan melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi

dengan judul UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN

MILITER TIONGKOK DI KAWASAN TELUK BENGAL (BAY OF

BENGAL) PERIODE 2015 -2019.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang

terima kasih telah menemani, membantu penulis serta memberikan kenangan

terindah selama masa perkuliahan.menjadi pokok permasalahan yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya India dalam

merespon peningkatan militer Tiongkok di kawasan Teluk Bengal (Bay

of Bengal) periode 2015 - 2019?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan peningkatan militer Tiongkok di kawasan

Teluk Bengal.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan India untuk merespon

peningkatan aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal.

Page 20: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

8

Dengan adanya penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat seperti:

a. Memberikan pengetahuan bagi mahasiswa Hubungan

Internasional, khususnya mengenai persaingan maritim di kawasan

Samudera Hindia.

b. Menjadi referensi tambahan dalam mengerjakan beberapa tugas

bagi mahasiswa, khususnya dalam isu keamanan (security) dan

maritim.

c. Menjadi bahan untuk studi perbandingan atau dikembangkan lebih

jauh lagi serta dijadikan referensi dan tinjauan pustaka bagi

penelitian yang sejenis.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pertama adalah skripsi yang berjudul “Peningkatan

Kapabilitas Militer India sebagai Dampak Modernisasi Militer Tiongkok”,

ditulis oleh Ayu Wismayanti Wulandari, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berkontribusi dalam

menyoroti respon India terhadap modernisasi militer Tiongkok pada periode

2005-2015. Dalam skripsi ini, Ayu menggambarkan bahwa modernisasi

militer yang dilakukan oleh Tiongkok telah menimbulkan kesenjangan militer

Page 21: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

9

antara India–Tiongkok, sehingga membuat India mengalami dilema

keamanan.14

Persamaan tulisan Ayu dengan penelitian ini yaitu di dalam tulisannya,

Ayu Wismayanti melihat bahwa peningkatan kapabilitas militer Tiongkok

memicu India untuk merespon serta berupaya untuk meningkatkan kondisi

keamanannya. Perbedaanya adalah skripsi tulisan Ayu Wismayanti tidak

memberikan kawasan atau regional yang spesifik, serta periode waktu yang

berbeda dengan penelitian ini. Skripsi Ayu menggunakan periode tahun 2005

sampai dengan tahun 2015, sedangkan penelitian ini lebih spesifik membahas

peningkatan aktifitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal dengan periode

tahun 2015 hingga 2019.

Tinjauan pustaka kedua bersumber dari jurnal Defence Studies oleh

Shishir Upadhyaya yang berjudul Expansion of Chinese maritime power in the

Indian Ocean: implications for India. Tulisan ini membahas ekspansi kekuatan

maritim Tiongkok yang sedang berlangsung di Samudera Hindia dengan

menganalisis dampak potensial pada keseimbangan dari kekuatan maritim

Tiongkok-India di kawasan tersebut. Dalam artikel jurnal ini juga menjelaskan

kepentingan dan kerentanan Tiongkok di Samudera Hindia, menyebutkan

faktor yang mengindikasikan perluasan kekuatan maritim di kawasan secara

massif, serta analisis terhadap strategi maritim India yang berfokus pada

14 Ayu Wismayanti, “Peningkatan Kapabilitas Militer India sebagai Dampak

Modernisasi Militer Tiongkok,”Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

Page 22: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

10

peningkatan kerjasama maritim bilateral untuk mengimbangi pengaruh

Tiongkok.15

Persamaan tulisan tersebut dengan penelitian ini adalah keduanya

sama-sama mengulas peningkatan aktifitas Tiongkok di Samudera Hindia

dengan melihat kawasan Samudera Hindia dari perspektif Tiongkok dan upaya

yang dilakukan Tiongkok untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan,

kemudian melihat implikasinya bagi India. Selain persamaan tersebut,

penelitian ini memiliki perbedaan yakni penelitian ini menganalisa secara

umum mengenai upaya India dalam merespon peningkatan militer Tiongkok

di kawasan Samudera Hindia, kemudian akan mengerucut pada kawasan Teluk

Bengal. Sedangkan tulisan Shishir terpaku pada ekspansi kekuatan maritim

Tiongkok di kawasan Samudera Hindia.

Tinjauan pustaka terakhir dalam penelitian ini adalah sebuah artikel

jurnal yang ditulis oleh Mohammad Humayun Kabir dan Amamah Ahmad

berjudul The Bay of Bengal: Next theatre for strategic power play in Asia.

Artikel jurnal ini membahas mengenai faktor-faktor meningkatnya

signifikansi strategis Teluk Bengal dalam konteks geopolitik. Tulisan ini

diawali dengan menyoroti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

pentingnya kawasan Teluk Bengal dari perspektif ekonomi, geopolitik dan

energi. Kemudian, melihat tujuan strategis dari negara-negara yang terlibat

15 Shishir Upadhyaya, “Expansion of Chinese maritime power in the Indian Ocean:

implications for India,” Defence Studies 17, no. 1 (2017)

Page 23: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

11

didalamnya sehingga dapat mengetahui perubahan kawasan tersebut menjadi

pusat kepentingan.

Selain itu, di dalam artikel ini juga menjelaskan hubungan negara-

negara kecil dengan para pemain utama di kawasan Teluk Bengal yang

mengantarkan pada penjelasan mengenai tantangan terhadap stabilitas

kawasan. Tulisan ini melihat bahwa kepentingan strategis di kawasan Teluk

Bengal akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang, dengan

melibatkan pemain utama dan negara-negara lain yang sedang bangkit maka

adanya permainan kekuasaan akan membentuk dinamika di kawasan

tersebut.16

Baik artikel jurnal dan penelitian ini keduanya sama-sama

menggunakan kawasan Teluk Bengal (Bay of Bengal) sebagai fokus perhatian

dalam penulisan, mengingat Teluk Bengal saat ini semakin signifikan secara

strategis bagi beberapa negara. Kemudian, keduanya juga membahas

mengenai keterlibatan Tiongkok di Teluk Bengal. Sementara itu,

perbedaannya adalah artikel jurnal ini membahas hubungan kerja sama yang

dilakukan oleh para pemain utama dengan negara-negara pesisir (littolar

countries) sedangkan yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini adalah

peningkatan aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal.

16 Mohamad Humayun Kabir dan Amamah Ahmad, “The Bay of Bengal: Next theatre

for strategic power play in Asia,”Croatian International Relations Review 21, no. 72 (2015)

Page 24: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

12

E. Kerangka Teoritis

1. Teori Balance of Threat

Persepsi ancaman bermula dari kekuatan (power), itulah sebabnya

mengapa negara dengan kekuatan yang besar (great power) tidak melihat

negara lain yang kekuatannya lebih kecil darinya sebagai ancaman sementara

negara dengan kekuatan yang kecil selalu menganggap great power sebagai

sebuah potensi ancaman. Sistem internasional yang anarki menggambarkan

keadaan yang kompetitif sehingga dapat menimbulkan potensi ancaman, maka

negara harus melakukan langkah atau upaya untuk survive.

Balance of threat dilihat sebagai bentuk penyempurnaan dari balance

of power. Walt menjelaskan bahwa negara tidak melakukan balancing

berdasarkan power, melainkan terhadap sesuatu yang dianggap mengancam.

Negara memilih sekutunya dan bekerja sama dengan maksud melakukan

balancing terhadap ancaman yang berbahaya. Menurut Walt, ancaman (threat)

dapat diukur dari empat variabel yaitu:17

1. Aggregate Power (kekuatan agregat)

2. Geographic Proximity (kedekatan geografis)

3. Offensive Power (kemampuan ofensif)

4. Aggressive Intentions (tingkat agresivitas)

17 Stephen M. Walt, The Origins of Alliances (London: Cornell University Press,

2014)

Page 25: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

13

Semakin besar kekuatan agregat suatu negara, sebagaimana ditentukan

dari populasi, kemampuan militer, ekonomi dan teknologi, maka semakin

besar potensi ancaman yang ditimbulkan. Semakin dekat suatu negara serta

semakin tinggi agresivitas, maka semakin tinggi juga tingkat ancamannya.

Selain itu, semakin tinggi tingkat kekuatan ofensif yang dimiliki oleh suatu

negara, semakin tinggi tingkat ancamannya.18 Dapat disederhanakan, jika

terjadi peningkatan salah satu dari hal-hal yang disebutkan diatas, membuat

negara-negara lain akan beranggapan bahwa negara pemilik sifat-sifat ini

merupakan ancaman dan memicu negara-negara lain untuk mulai mencari cara

untuk melindungi diri.19

Dalam konteks India dan Tiongkok di Teluk Bengal bahwa segala

aktivitas Tiongkok seperti persebaran kapal-kapal angkatan laut serta

hubungan diplomatik dengan negara-negara pesisir Teluk melalui strategi

String of Pearls direpresentasikan sebagai an emerging threat. Keagresifan

militer Tiongkok di kawasan tersebut telah berkontribusi terhadap reaksi India.

Maka dari itu, India melakukan upaya balancing untuk meredam atau menekan

perluasan pengaruh Tiongkok di Teluk Bengal.

18 Nicholas Khoo, Collateral Damage: Sino-Soviet Rivalry and the Termination of

the Sino-Vietnamese Alliance (New York: Columbia University Press, 2011) 19 Stephen M. Walt, “Keeping the World “Off Balance”: Self Restraint and U.S

Foreign Policy,” dalam America Unrivaled: The Future of the Balance of Power, ed. John

Ikenberry (London: Cornell University Press, 2002)

Page 26: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

14

Kemampuan militer antara kedua negara yang tidak seimbang memicu

India untuk melakukan internal balancing, dapat diartikan bahwa internal

balancing merupakan upaya menghadapi ancaman atau kekuatan eksternal

dengan memanfaatkan sumber daya internal seperti modernisasi militer

dengan cara meningkatkan kualitas serta kemampuan militer. India berupaya

membangun kekuatan militernya sendiri dan hal ini akan selalu menjadi

prioritas bagi India.

Namun internal balancing tidak cukup untuk menahan pengaruh

Tiongkok di kawasan, perilaku-perilaku mengancam yang dilakukan oleh

Tiongkok memicu India untuk mendekatkan dirinya dengan negara-negara

yang memiliki pandangan yang sama terhadap Tiongkok. Oleh karenanya,

India melakukan external balancing dengan mengandalkan kekuatan ekstra-

regional seperti Amerika Serikat dan Jepang serta meningkatkan intensitas

hubungan dengan negara-negara ASEAN dalam rangka menyeimbangkan

pengaruh Tiongkok di kawasan.

Page 27: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

15

Bagan aplikasi Teori Balance of Threat

2. Konsep Security Dilemma

Dalam studi Hubungan Internasional, Neorealisme menjadi salah satu

teori yang mampu menjelaskan hubungan antar negara dalam sistem

internasional. Anarki dalam system internasional menciptakan keadaan yang

kompetitif, dimana setiap negara harus berjuang untuk mempertahankan diri.

Perseteruan antar negara dapat terjadi dikarenakan tidak ada otoritas tertinggi

yang mampu menjamin keamanan dan tingkah laku suatu negara.20 Dengan

demikian, tidak adanya sebuah otoritas maka tidak ada yang mengatur

kestabilan dan keamanan dalam hubungan internasional.

20 Kenneth Waltz, “The Origins of War in International Theory,” Journal of

Interdiciplinary History 18, no.4 (1988)

Page 28: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

16

Negara selalu berusaha untuk memaksimalkan tingkat keamanan

nasionalnya baik dari ancaman internal maupun eksternal, kondisi inilah yang

menimbulkan security dilemma. Dalam penilaian realis, security dilemma

bermula dari kebingungan atau kesalahpahaman motif dari negara lain

sehingga berakhir dengan hilangnya keamanan di kedua negara. Argumen

yang dibangun oleh pendekatan realis dalam menjelaskan security dilemma

antara lain:21

1. An anarchic environment leads to uncertainty.

2. A lack of trust that exists among states.

3. A misperception of each other’s motives or intentions.

Robert Jervis mendefinisikan security dilemma sebagai sebuah aksi

maupun reaksi antara beberapa negara dimana tindakan suatu negara untuk

meningkatkan keamanannya akan berdampak atau melemahkan keamanan

negara lainnya.22 Security dilemma juga dapat didefinisikan sebagai suatu hasil

dari rasa takut, ketidakamanan, ketidakpercayaan antara negara-negara yang

hidup di dalam sistem internasional yang anarki. Dengan demikian

menciptakan kondisi dimana negara-negara berlomba untuk mengejar

tujuannya dengan maksud mempertahankan dirinya.23

21 Muhammad Shoaib Pervez, Security Community in South Asia: India-Pakistan

(New York: Routledge, 2013) 22 Robert Jervis, “Cooperation under Security Dilemma,” World Politics 30, no. 2

(1978) 23 Marc A. Genest, Conflict and Cooperation: Evolving theories of International

Relations 2nd Edition (California: Thomson Wadsworth, 2004)

Page 29: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

17

Sistem internasional yang anarki memberikan ruang bagi suatu negara

untuk melakukan perilaku agresif sehingga memicu negara lain untuk

meningkatkan keamanannya. Security dilemma menyebabkan kecurigaan

antarnegara mengenai keselamatan negaranya di masa mendatang,

itikad/intensi setiap perilaku negara, serta power yang dimiliki oleh setiap

negara. Di sisi lain, negara tersebut mungkin tidak bermaksud untuk

mengancam negara lain, peningkatan power mungkin dilakukan untuk

mencapai posisi tertentu dalam sistem internasional.24

Security dilemma antara India dan Tiongkok terjadi sejak perang 1962

yang dilatarbelakangi oleh sengketa perbatasan kemudian berlangsung hingga

saat ini. Sejak Tiongkok mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat

kemudian secara bertahap meningkatkan pengaruhnya ke Samudera Hindia

dan Teluk Bengal. Kehadiran militer Tiongkok menjadi permulaan dari

pengaruh agresifnya di kawasan dan menambah gesekan antara kedua negara.

India melihat aktivitas tersebut mengancam keamanan serta menganggu

kepentingannya di kawasan.

24 Radityo Dharmaputra, “Neorealisme,” dalam Teori Hubungan Internasional:

Perspektif-perspektif Klasik, ed. Visensio Dugis (Surabaya: Airlangga University Press, 2018)

Page 30: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

18

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam skripsi

ini. Menurut Moloeng, penelitian kualitatif ini bermaksud untuk memahami

fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain yang ditulis dengan cara deskripsi dan

diuraikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.25 Penelitian kualitatif menekankan pada pemahaman terkait

masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realita yang

holistis, kompleks, dan rinci yang memiliki tujuan penyusunan konstruksi teori

atau hipotesis dengan mengungkapkan fakta.26

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan

(library research). Peneliti mendapatkan informasi yang diperlukan dengan

mengumpulkan sejumlah buku, majalah, yang berkenaan dengan masalah dan

tujuan penelitian. Dalam teknik ini, penulis melakukan penambahan informasi

dengan membaca dan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan

masalah yang sedang diteliti guna mendapat informasi lain yang mendukung

hasil penelitian.27

25 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Mizan

Publika, 2011) 26 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi:

CV Jejak, 2018) 27 Endang D. dan Nanan W., Metode Penulisan Karya Ilmiah (Bandung:

Laboraterium Pendidikan Kewarganegaraan, 2009)

Page 31: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

19

Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, maka penelitian ini akan

menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis

dalam menyusun skripsi ini. Metode deskriptif analitis menurut Soegiono,

suatu metode yang berfungsi untuk memberikan penjelasan (deskripsi) atau

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah

terkumpul. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif analitis mengambil

masalah atau memusatkan perhatian pada masalah, yang kemudian diolah dan

dianalisis untuk diambil kesimpulannya.28

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang terdiri atas:

Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisikan penyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka konseptual, tinjauan pustaka, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan. Pembahasan pada bab ini bertujuan

untuk mengetahui maksud, tujuan, dan metode yang digunakan untuk

penelitian ini.

Bab II: Dinamika Hubungan Bilateral India – Tiongkok

Pada bab ini akan berfokus pada pembahasan hubungan bilateral India

dan Tiongkok disertai dengan dinamika yang terjadi diantara kedua negara.

Sebelum pada bab-bab selanjutnya, bagian ini penting dibahas untuk

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2009)

Page 32: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

20

memberikan gambaran umum mengenai hubungan bilateral India dan

Tiongkok. Sehingga dari penjelasan tersebut, mampu mendapat alasan dari

rasa insecure India akibat perluasan pengaruh Tiongkok di kawasan Samudera

Hindia terutama Teluk Bengal, mengingat India juga memiliki kepentingan

strategis dan nasional di dalamnya.

Bab III: Peningkatan Aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal

Bab ini akan memberikan gambaran mengenai peningkatan aktivitas

Tiongkok di kawasan Teluk Bengal. Tujuan bab ini adalah ingin mengetahui

aktifitas Tiongkok kawasan tersebut yang saat ini menjadi arena persaingan

selanjutnya setelah Laut Cina Selatan. Pada kawasan Teluk Bengal, terdapat

pulau-pulau milik India seperti Andaman dan Nicobar, serta kota pesisir

Visakhapatnam. Sehingga, kehadiran Tiongkok di kawasan Teluk Bengal telah

memancing pemerintah India untuk berupaya melindungi status quo serta

kepentingan strategisnya.

Bab IV: Respon India terhadap peningkatan aktivitas Tiongkok di

Teluk Bengal (Bay of Bengal)

Bab ini akan berisikan analisa upaya India dalam merespon

peningkatan aktifitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal. Kapal-kapal

Tiongkok yang melakukan patroli di kawasan tersebut serta hubungan soft-

diplomacy Tiongkok dengan negara-negara di kawasan yang membuat India

khawatir, sehingga mendorong India untuk melakukan serangkaian upaya

guna menghadapi ancaman terburuk. Analisa ini bertujuan untuk menjawab

Page 33: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

21

pertanyaan mengenai upaya yang dilakukan India dalam merespon kehadiran

Tiongkok sekaligus mengamankan kawasan Teluk Bengal.

Bab V: Penutup

Pada bab ini akan berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, yang

nantinya akan menjelaskan hasil inti dari penelitian yang sedang lakukan.

Page 34: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

22

BAB II

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL INDIA – TIONGKOK

Dalam bab ini dipaparkan hubungan diplomatik India – Tiongkok,

serta menganalisis dinamika hubungan keduanya yang mengalami pasang

surut sejak 1950. Bab ini juga akan membahas konflik yang terjadi antara India

– Tiongkok terutama mengenai sengketa wilayah di perbatasan kedua negara.

Sejak India mendapatkan kemerdekaannya pada 15 Agustus 1947 dan

Tiongkok muncul sebagai negara komunis yang kemudian dikenal dengan

People Republic of China (PRC) pada 1 Oktober 1949, India menjadi negara

non-komunis pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan

Tiongkok.29

A. Hubungan Bilateral India–Tiongkok tahun 1950-1962

India dan Tiongkok keduanya berada pada tahap yang sama-sama

merencanakan pembangunan nasional sejak awal 1950-an, seiring dengan

kemerdekaan India pada 1947 dan Tiongkok pada 1949. Sesaat setelah India

dan Tiongkok menjadi negara merdeka, hubungan bilateral diantara keduanya

dibangun atas niat baik (goodwill).30 Pada tahun-tahun awal pasca

kemerdekaan, India dengan mencoba untuk menjalin persahabatan dengan

29 M.L. Sali, India-China Border Dispute: A Case Study of the Eastern Sector (New

Delhi: APH Publishing Cooperation, 1998) 30 Adriana Erthal Abdenur, “Trans-Himalayas: From the Silk Road to World War II,”

dalam India China: Rethinking Borders and Security, ed. L. H. M. Ling, dkk. (Michigan:

University of Michigan Press, 2016)

Page 35: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

23

Tiongkok. Setelah membangun hubungan diplomatik, kemudian keduanya

berbagi kesamaan perhatian dan tantangan.31 Pada awal periode ini, India-

Tiongkok menekankan pada hubungan yang hangat dan ramah, kemudian

munculnya gangguan dalam hubungan keduanya yang menyebabkan

pecahnya perang pada 1962. Maka dari itu, periode ini penting bagi hubungan

antara India–Tiongkok.32

Dengan perbedaan sistem politik, India adalah negara demokrasi,

sedangkan Tiongkok merupakan negara komunis, namun kedua negara

memiliki kesamaan seperti: pusat dari politik dan budaya, menanggung

kehancuran kekuasaan serta kejayaan sebelumnya pada masa kolonialisme.

Kedua negara telah menghapus pengaruh kolonial dan menghadapi tantangan

domestik dan pembangunan sosial yang sama. Maka India-Tiongkok semangat

untuk membangun solidaritas diantara keduanya, dengan asumsi bahwa tidak

ada negara yang sama-sama mengalami kesulitan muncul sebagai antagonis

terhadap satu sama lain.33

Selama tahun 1950-an, hubungan India–Tiongkok digambarkan

dengan slogan “Hindi Chini Bhai-Bhai” yang diartikan Indians and Chinese

31 Arvind Kumar, “Future of India-China Relations: Challenges and Prospects,”

UNISCI Discussion Papers (Oktober 2010) 32 Hu Xiaowen, “The 1950s in China-India Relations,” dalam Routledge Handbook

of China-India Relations, ed. Kanti Bajpai, dkk. (New York: Routledge, 2020) 33 Markus B. Liegl, China’s Use of Military Force in Foreign Affairs: The Dragon

Strikes (New York: Routledge, 2018)

Page 36: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

24

are brothers.34 Pada 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru mencetuskan

hubungan kerjasama dengan Tiongkok melalui the Five Principles of Peaceful

Coexistence atau Panchsheel Agreement. Perjanjian ini memuat sebanyak lima

poin antara lain: 1) mutual respect for each other’s territorial integrity and

sovereignty; 2) mutual non-aggression; 3) non-interference in each other’s

domestic affairs; 4) equality and benefit; 5) peaceful coexistence.35

Dalam periode ini, baik kepala negara India maupun Tiongkok,

keduanya saling berkunjung satu sama lain. Hal ini menandai bahwa hubungan

diplomatik kedua negara resmi dibangun pada 1 April 1950.36 Hubungan

keduanya terlihat ketika India menganjurkan keikutsertaan Tiongkok dalam

Dewan Keamanan PBB serta membujuk negara-negara lain untuk turut

mendukung pengajuan Tiongkok untuk mendapatkan kursi di Dewan

Keamanan PBB. Pada tahun yang sama, kedua negara menandatangani

perjanjian kerjasama dalam Tibetan Trade and Intercourse.37 Dengan adanya

kerjasama serta perjanjian tersebut, hubungan yang terjalin diantara keduanya

mampu menutupi perbedaan diantara kedua negara. Maka dapat dikatakan

34 Andrew Small, The China-Pakistan Axis: Asia’s New Geopolitics (New York:

Oxford University Press, 2015) 35 Aldo D. Abitol, “Causes of the 1962 Sino-Indian War: A Systems Level

Approach,” Josef Korbel Journal of Advanced International Studies (Summer 2009) 36 Amardeep Athwal, China–India Relations: Contemporary dynamics (New York:

Routledge, 2008) 37 Anton Harder, “Not at the Cost of China: New Evidence Regarding US Proposals

to Nehru for Joining the United Nations Security Council,” Working Paper Cold War

International History Project (2015)

Page 37: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

25

bahwa India–Tiongkok pada tahun 1950-an berada dalam fase bulan madu

(honeymoon phase).38

Terlepas dari peresmian hubungan bilateral India – Tiongkok melalui

perjanjian Panscheel tahun 1954, sengketa perbatasan antara kedua negara

tetap menjadi masalah yang sulit untuk diselesaikan. Secara bersamaan,

Tiongkok mengeluarkan peta baru yang mengklaim NEFA (Arunachal

Pradesh) dan Aksai Chin sebagai bagian dari wilayah Tiongkok.39 Perdana

Menteri Zhou Enlai merespon bahwa garis McMahon merupakan produk dari

kebijakan agresi Inggris atas Tibet dan pemerintah Tiongkok tidak pernah

mengakui garis tersebut.40

Gambar II.1 Peta Sengketa Perbatasan India dan Tiongkok

38 “Chronicle of Sino-Indian relations,” China.org.cn tersedia di

http://www.china.org.cn/world/China-India/2010-03/24/content_19676949.htm (diakses

pada 13 Maret 2020) 39 Lorenz M. Luthi, “India’s relations with China, 1945-74,” dalam The Sino-Indian

War of 1962: New Perspectives, ed. Amit R. Das Gupta dan Lorenz M. Luthi (New York:

Routledge, 2017) 40 White Paper on Sino-Indian Document, India News 4, no. 17 tersedia di

https://books.google.co.id/books?id=1EEqAQAAMAAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=one

page&q&f=false (diakses pada 13 Maret 2020)

Page 38: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

26

Namun, India tetap berpegang teguh pada garis McMahon, melihat

perbedaan pendapat atau pandangan seperti harus diselesaikan dalam meja

perundingan. Di sisi lain, India menemukan bahwa Tiongkok telah

membangun jalan di wilayah tersebut. Jalan yang dibangun oleh Tiongkok

menghubungkan Tibet dan Xinjiang.41

Nampaknya hubungan yang semula berlangsung hangat, kemudian

ketika memasuki awal tahun 1960-an, hubungan keduanya mengalami

perubahan. Sejak Perdana Menteri Enlai mengirim surat ke New Delhi pada

1959 yang mengklaim garis McMahon adalah illegal, kemudian “Sino-Indian

boundary has never been formally delimited,” serta kedua negara harus

mengadopsi “an attitude of mutual sympathy, mutual understanding and

fairness and reasonableness in dealing with the boundary question,” pada saat

yang sama Tiongkok juga melakukan pemberontakan di Tibet.42

Pada 1960, Perdana Menteri Enlai menyambangi New Delhi untuk

bersedia mencari solusi mengenai perbatasan, namun Perdana Menteri Nehru

menolak dengan bersikeras kepada Tiongkok untuk menarik pasukannya dari

Aksai Chin. Akhirnya, Tiongkok secara sepihak menarik pasukan sejauh 20

41 Rongxing Guo, Territorial Disputes and Management Resources: A Global

Handbook (New York: Nova Science Publisher, 2007) 42 “Premier Zhou En-lai’s Letter to Prime Minister Nehru,” History and Public Policy

Program: Documents on the Sino-Indian boundary question (Peking: Foreign Language Press,

1960) tersedia di

https://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/175958.pdf?v=bfc618a2773b51fbbe159096

697b640a

Page 39: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

27

km dan menghentikan patrol untuk menghindari konflik.43 Sehingga dapat

dikatakan, sengketa perbatasan yang belum terselesaikan serta terjadinya

kesalahpahaman telah menghalangi keberlangsungan hubungan India–

Tiongkok sehingga membawanya ke dalam perang yang pecah pada 1962.44

B. Hubungan Bilateral India–Tiongkok pada tahun 1962-1988

Akhir tahun 1950-an, India dan Tiongkok terus mengupayakan

negosiasi sengketa perbatasan dan mengharapkan negosiasi ini merupakan

solusi diplomatik untuk mempertahankan hubungan diplomatik kedua negara.

Perdana Menteri Nehru terus memberikan tekanan kepada Tiongkok melalui

forward policy.45 Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk mencegah gangguan

dari Tiongkok dengan mendirikan pos militer sedekat mungkin dengan

McMahon Line untuk mengontrol perbatasan.

Tiongkok memberikan respon terhadap forward policy dengan

mengejutkan India melalui pengerahan pasukan militernya ke perbatasan India

– Tiongkok dan menyebutnya sebagai “counter attack in self-defence”. Pada

43 Ananth Krishnan, “Crossing the point of no return,” The Hindu tersedia di

https://www.thehindu.com/opinion/op-ed/crossing-the-point-of-no-return/article4028362.ece

(diakses pada 4 Maret 2020) 44 Srinath Raghavan, “A Missed Opportunity: The Nehru-Enlai Summit of 1960,”

NMML Occasional Paper: History and Society (Delhi: Nehru Memorial Museum and Library,

2015) tersedia di http://125.22.40.134:8080/jspui/handle/123456789/3980 45 Andrew Binghan Kennedy, The international Ambitious of Mao and Nehru:

National Efficacy Beliefs and the Making of Foreign Policy (Cambridge: Cambridge

University Press, 2012)

Page 40: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

28

10 Oktober 1962, Tiongkok menyebarkan pasukannya ke sektor Barat dan

Timur untuk menyerang India.46

Pada 24 Oktober 1962, ketika perang masih berlangsung, Perdana

Menteri Enlai mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Nehru. Dalam surat

tersebut, Perdana Menteri Enlai mengungkapkan perhatian dan

kekhawatirannya terhadap perang yang tengah berlangsung yang berdampak

bagi hubungan diplomatik kedua negara dan mengusulkan gencatan senjata

dan menawarkan negosiasi untuk menyelesaikan konflik sengketa. Selain itu,

Zhou Enlai juga menyarankan kedua pihak baik India maupun Tiongkok untuk

menarik pasukannya, Tiongkok akan menarik orang-orangnya dari daerah

Arunachal Pradesh.47

Pada 1 Desember 1962, pasukan Tiongkok mundur sekitar 20 km dari

garis kontrol (Line of Actual Control). Menurut pihak Tiongkok, tindakan ini

merupakan cerminan upaya Tiongkok untuk menyelesaikan perselisihan

secara damai dan memulihkan hubungan persahabatan.48 Kemudian pada 10-

12 Desember 1962, negara-negara Gerakan Non-Blok (Myanmar, Indonesia,

46 Swakshyar Saurav Talukdar, ”Sino-Indian Border Relationship from 1914-1962,”

International Journal of Humanities & Social Science Studies 2, no. 2 (September 2015) 47 Prabhash K. Dutta, ”This day in 1962: India-China war started with synchronized

attack on Ladakh, Arunachal,” India Today tersedia di

https://www.indiatoday.in/india/story/india-china-war-1962-20-october-aksai-chin-nefa-

arunchal-pradesh-1067703-2017-10-20 (diakses pada 6 Maret 2020) 48 Cheng Feng dan Larry M. Wortzel, “PLA Operation Principles and Limited War,”

dalam Chinese Warfighting: The PLA Experience Since 1949, ed. Mark A. Ryan, et al. (New

York: Routledge, 2003)

Page 41: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

29

Kamboja, Mesir, Ghana, dan Sri Lanka) melakukan pertemuan di Kolombo

(Colombo Conference) untuk mencoba menengahi India dan Tiongkok.

Namun pada pertemuan tersebut, Tiongkok menolak proposal

sedangkan India menerimanya. Dengan demikian, kedua belah pihak tidak

dapat mencapai kesepakatan sehingga proses negosiasi pun gagal.49 Perang

India–Tiongkok 1962 mengakibatkan memburuknya hubungan dan membuat

India mengambil sikap tegas dan penuh curiga terhadap Tiongkok.

India muncul dengan sikap yang agresif ketika menyangkut dengan

perbatasan. Pada 1967, terjadi benturan antara pasukan militer India dan

Tiongkok di Sikkim. Saat itu, India mulai mendirikan pagar kawat berduri

untuk membentuk penghalang dan mengurangi ketegangan. Namun pihak

Tiongkok memandangnya sebagai penyitaan wilayah Tiongkok yang

menimbulkan protes dan mendorong terjadinya penyerangan.50 Pasukan

militer Tiongkok menembaki pasukan militer India di wilayah Nathu La,

kemudian dibalas oleh pihak India dengan menghancurkan tenda dan bunker

yang menyebabkan hilangnya banyak nyawa di pihak Tiongkok.51

49 S. K. Shah, “India and Its Neighbours: Renewed Threats and New Directions

(Delhi: Alpha Editions, 2017) 50 M. Taylor Fravel, Strong Borders Secure Nation: Cooperation and Conflict in

China’s Territorial Disputes (New Jersey: Princeton University Press, 2008) 51 Rishika Chauhan, “Differences not disputes: India’s view of the border war after

1962,” dalam Routledge Handbook of China-India Relations (New York: Routledge, 2020)

Page 42: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

30

Namun, tampaknya hubungan India dan Tiongkok memasuki fase baru

pada 1969. Saat itu, Perdana Menteri Indira Gandhi melakukan konferensi pers

yang mengatakan bahwa pemerintah India siap untuk mencari jalan keluar dari

permasalahan sengketa dengan Tiongkok dengan mengatakan akan berusaha

kerasa untuk menemukan jalan keluar walaupun situasinya sulit dan mustahil,

hal tersebut akan terjadi apabila kedua negara mempertimbangan kepentingan

nasional masing-masing.52ˆ

Namun, proses normalisasi hubungan India – Tiongkok berlangsung

lambat karena Tiongkok tidak menanggapi tawaran Perdana Menteri Indira

Gandhi untuk memulai dialog, sehingga hubungan bilateral India – Tiongkok

mengalami kebuntuan.

Hingga pada 1981, kunjungan Huang Hua ke India dilihat sebagai

langkah progresif dalam rangka normalisasi hubungan bilateral kedua negara.

Pertemuan antara Perdana Menteri Indira Gandhi dan Menteri Huang Hua

membuahkan hasil dimana kedua belah pihak sepakat untuk melakukan

diskusi mengenai solusi masalah perbatasan serta langkah-langkah untuk

mempromosikan hubungan bilateral.53 Pada 1988, Perdana Menteri Rajiv

Gandhi melakukan kunjungan ke Tiongkok. Kunjungannya tersebut menandai

52 Sita Ramachandran, Decision Making in Foreign Policy (New Delhi: Northern

Book Centre, 1996) 53 Zhang Li, “China-India Relations: Strategic Engagement and Challenges,”Center

for Asian Studies IFRI (September 2010)

Page 43: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

31

awal yang baru dari hubungan bilateral India–Tiongkok setelah 1954 pada

masa Perdana Menteri Nehru atau menjadi turning point dalam sejarah

hubungan kedua negara.

C. Hubungan Bilateral India – Tiongkok tahun 1988-2005

Dalam periode ini, dapat dilihat sebagai periode rapprochement yang

dimulai ketika Perdana Menteri Rajiv Gandhi berkunjung ke Beijing dan

berpuncak pada kesepakatan kemitraan strategis antara India – Tiongkok.54

Kunjungan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Rajiv Gandhi ke Tiongkok

pada 1988 menjadi sebuah langkah bagi India untuk menormalisasikan

hubungannya dengan Tiongkok setelah kurang lebih selama 30 tahun memiliki

hubungan yang cenderung konfrontatif. Pada pertemuan tersebut, India dan

Tiongkok sepakat untuk memperluas hubungan bilateral di berbagai bidang.

Selama kunjungan, pihak India telah menandatangani beberapa

perjanjian bilateral seperti perjanjian kerjasama ilmu pengetahuan dan

teknologi, pembentukan hubungan penerbangan sipil, pertukaran budaya.55

Pada Desember 1988, India dan Tiongkok memutuskan untuk membentuk

Joint Working Group (JWP) guna memastikan perdamaian dan ketenangan di

54 S. Kalyanaraman dan Erik H. Ribeiro, “The China-India Doklam Crisis, Its

Regional Implications and Structural Factor,” Boletim de Conjuntura Nerint 2, no. 7 (2017) 55India: Foreign Policy and Government Guide Vol. 1, (Washington DC:

International Bussiness Publications, 2011)

Page 44: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

32

daerah perbatasan, serta membuat rekomendasi untuk solusi mengenai

perbatasan.56

Setelah lebih dari 30 tahun mengalami ketegangan dan kebuntuan pada

wilayah perbatasan, pembicaraan tingkat tinggi dilakukan untuk membangun

kepercayaan (confidence-building measures). Pada September 1993, Perdana

Menteri Narasimha Rao dan Perdana Menteri Li Peng menandatangani

Agreement on the Maintenance of Peace and Tranquility along the Line of

Actual Control in the India-China Border Areas (MPTA). Perjanjian ini dibuat

berdasarkan pada perjanjian Panscheel (the Five Principles of Peaceful

Coexistence) dengan tujuan untuk menjaga perdamaian dan ketenangan di

daerah sepanjang garis kontrol.57

Kemudian, perjanjian selanjutnya ditandatangani oleh Presiden Jiang

Zemin ketika berkunjung ke New Delhi pada November 1996. India dan

Tiongkok menandatangani Agreement on Confidence Building Measures in

the Military Field along the Line of Actual Control in the China-India Border

Areas guna membangun rasa saling percaya antara kedua negara. Perjanjian

tersebut menegaskan kembali komitmen MPTA 1993 untuk mencari solusi

56 Keshav Mishra, Rapprochement Across the Himalays: Emerging India-China

Relations in Post Cold War Period (Delhi: Kalpaz Publications, 2004) 57 V.P. Malhotra, Security and Defence Related Treaties of India (New Delhi: Vij

Books India, 2010)

Page 45: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

33

damai dalam menyelesaikan sengketa perbatasan dan untuk mengamati garis

kontrol.58

Pada Mei 1998, India melakukan uji coba nuklir. Dalam surat Perdana

Menteri Vajpayee kepada Presiden Bill Clinton, beliau menyebutkan beberapa

alasan melakukan uji coba nuklir, antara lain: 1) Tiongkok sebagai an overt

nuclear weapon, serta telah menyerang India pada 1962; 2) Tiongkok telah

memberikan bantuan kepada Pakistan untuk menjadi negara nuklir rahasia; 3)

Selama 10 tahun terakhir India telah menjadi korban dari militansi Pakistan.59

Senjata nuklir yang dikembangkan oleh India dimaksudkan sebagai

bentuk deterrence dari Tiongkok dan Pakistan. Menteri Pertahanan India

George Fernandes menambahkan, potensi ancaman India bukanlah Pakistan

melainkan Tiongkok. Menurutnya, India harus menyadari bahwa kegiatan

militer dan aliansi Tiongkok (Pakistan, Myanmar dan Tibet) telah mengelilingi

India.60 Beijing mengutuk dan mengecam tindakan serta ambisi India, di sisi

lain juga mengkhawatirkan dampaknya bagi keamanan regional. Tiongkok

menanggapi uji coba nuklir India melalui pernyataan bahwa Tiongkok

58 U.S. – China Security Review Commission, Report to Congress of the U.S.—China

Security Review Commission: The National Security Implications of the Economic

Relationship between the United States and China (Washington DC: U.S. – China Security

Review Commission, 2002) 59 Ramesh Takur, ”China’s role in India-Pakistan nuclear equation,” Australian

Strategic Policy Institute tersedia di https://www.aspistrategist.org.au/chinas-role-in-the-

india-pakistan-nuclear-equation/ (diakses pada 9 Maret 2020) 60 John F. Burns, “India’s New Defence Chief Sees Chinese Military Threat,” The

New York Times tersedia di https://www.nytimes.com/1998/05/05/world/india-s-new-

defense-chief-sees-chinese-military-threat.html (diakses pada 9 Maret 2020)

Page 46: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

34

mengecam uji coba nuklir yang dilakukan oleh India pada 11 dan 13 Mei.

Tindakan tersebut dianggap sebagai penghinaan terhadap komunitas

internasional yang berusaha mencegah proliferasi nuklir. Hal ini akan

berdampak pada stabilitas dan perdamaian di kawasan dan dunia.61

Uji coba nuklir India telah menimbulkan keprihatinan tentang

perubahan dinamika komitmen terhadap rezim nuklir internasional dan

meningkatkan ancaman persaingan geopolitik. Persaingan tersebut dapat

memicu perlombaan senjata, sehingga mengurangi motivasi negara untuk

mematuhi kewajiban non-proliferasi dan dorongan untuk melakukan

pelucutan senjata di masa mendatang.62 Bagi Tiongkok, India yang kini

dilengkapi oleh senjata nuklir telah menghadirkan tantangan yang berbeda.

Kepemilikan nuklir oleh India mengubah struktur hard power dan memainkan

peran yang menentukan dalam membangun keseimbangan militer antara India

dan Tiongkok.63

Selain peluncuran Pokhlan II, Perdana Menteri Vajpayee mulai

membangun framework keamanan India pada serangkaian kemitraan strategis

(strategic partnership). India menjalin hubungan bilateral dan regional yang

61 Jing-Dong Yuan, “India’s Rise After Pokhran II: Chinese Analyses and

Assessment,” Asian Survey 41, no. 6 (2001) 62 Xiaoping Yang, “China’s Perceptions of India as a Nuclear Weapons Power,”

Carnegie Endowment for International Peace tersedia di

https://carnegieendowment.org/2016/06/30/china-s-perceptions-of-india-as-nuclear-

weapons-power-pub-63970 (diakses pada 8 Maret 2020) 63 Tien-Sze Fang, “The Asymmetrical Threat Perceptions in China-India Relations

after the 1998 Nuclear Tests,” The London School of Economics and Political Science, 2010

Page 47: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

35

dirancang tidak hanya untuk memperluas soft power India, tetapi juga untuk

menyeimbangkan pengaruh Tiongkok di ASEAN dan Asia Selatan.64

D. Hubungan Bilateral India – Tiongkok tahun 2005-sekarang

Meskipun telah ada upaya untuk membangun hubungan, India dan

Tiongkok kembali memanas ketika keduanya terlibat percekcokan mengenai

Arunachal Pradesh. Pada November 2006, Duta Besar Tiongkok untuk India

Sun Yuxi membuat pernyataan, “In our position, the whole of the state of

Arunachal Pradesh is Chinese territory and Tawang (district) is only one of

the places in it. We’re claiming all of that. That is our position.” Pernyataan

ini ditolak oleh India melalui Perdana Menteri Pranab Mukherjee, “Arunachal

is an integral part of India,” hal tersebut menyebabkan defisit kepercayaan

bilateral.65

Ketegangan hubungan India–Tiongkok yang diakibarkan oleh

sengketa perbatasa terus meningkat. India merasa terancam dengan percepatan

kemampuan logistik Tiongkok di wilayah sengketa melalui pembangunan

jalan, jalur kereta api dan bendungan sungai. Tiongkok mencoba memblokir

permintaan India untuk pinjaman sebesar 2,9 miliar dolar dari Asian

64 Remy Davison, “Looking East: India and Russia in the Asia-Pacific,” dalam The

New Global Politics of the Asia-Pacific: Conflict and Cooperation in the Asian Century (New

York: Routledge, 2018) 65 “India, China in spat over border dispute ahead of Hu visit,” The Economic Times

tersedia di https://economictimes.indiatimes.com/news/international/india-china-in-spat-

over-border-dispute-ahead-of-hu-visit/articleshow/438434.cms?from=mdr (diakses pada 11

Maret 2020)

Page 48: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

36

Development Bank (ADB) karena permintaan tersebut mencakup 60 juta dolar

untuk proyek pengelolaan banjir, pasokan air dan sanitasi di Arunachal

Pradesh. Hingga 2010, India telah menyebarkan pasukan militer dengan total

36.000 personel di daerah perbatasan.66

Selama dialog mengenai sengketa perbatasan berlangsung, telah terjadi

beberapa kasus pelanggaran di sepanjang garis kontrol yang dilakukan oleh

Tiongkok sejak 2013. Pasukan militer Tiongkok secara bertahap maju ke

daerah Ladakh dengan menduduki hampir 640 km2 dari daerah Ladakh

(Depsang, Chumar dan Pangong Tso).67

Tiongkok terus memperluas pengaruhnya dibawah Presiden Xi

Jinping. Presiden Xi mulai berkeliling ke beberapa seperti Maldives dan Sri

Lanka, memperkuat hubungan dengan Pakistan, serta mengembangkan

pengaruhnya di Nepal.68 Di bawah pemerintahan Presiden Xi, hubungan

Tiongkok–Sri Lanka terjalin dengan intensif dan India berasumsi bahwa Sri

Lanka akan menjadi the new “Pakistan”.69

66 Subir Bhaumik, “India to deploy 36.000 extra troops on Chinese border,” BBC

News tersedia di https://www.bbc.com/news/world-south-asia-11818840 (diakses pada 11

Maret 2020) 67 Shiv Aroor, “Chinese Army has occupied 640 square km in three Ladakh sectors,

says report,” India Today tersedia di https://www.indiatoday.in/india/north/story/chinese-

army-occupied-640-square-km-three-ladakh-sectors-report-209992-2013-09-05 (diakses

pada 11 Maret 2020) 68 Jason Burke, “India-China border standoff highlights tension before Xi visit,” The

Guardian tersedia di https://www.theguardian.com/world/2014/sep/16/india-china-border-

standoff-xi-visit (diakses pada 11 Maret 2020) 69 R. P. Rajagopalan, “India-China relations,” dalam Chinese Foreign Policy Under

Xi ed. Tiang Boon Ho (New York: Routledge, 2017)

Page 49: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

37

Hubungan ekonomi dan politik Tiongkok dengan negara-negara

tetangga India yang semakin berkembang menjadi perhatian bagi India. New

Delhi menyaksikan interaksi Tiongkok dengan negara seperti Afghanistan,

Bangladesh, Myanmar, Nepal dan Sri Lanka serta minat Tiongkok di kawasan

Samudera Hindia semakin meningkat, juga tidak luput dari perhatian.70

Ketidakpercayaan diantara keduanya semakin jelas ketika kedua

negara menandatangani perjanjian lain dan kerjasama pertahanan di daerah

perbatasan, tetapi hal ini tidak mengarah pada peningkatan hubungan atau

penurunan jumlah insiden di daerah perbatasan. Semenjak pemerintahan Xi

Jinping, pendekatan Tiongkok terhadap sengketa perbatasan menjadi semakin

tegas.

Munculnya Tiongkok sebagai kekuatan baru di dunia terutama dalam

regional dimulai sejak inisiatif “openness and reform” pada 1970-an, memiliki

kekuatan militer dan cadangan nuklir yang lebih besar dari India, Tiongkok

juga bergabung dengan “great power clubs” serta memainkan peran dalam

institusi internasional seperti Shanghai Cooperation Organisation (SCO) dan

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) telah menciptakan kesenjangan.

Kesenjangan antara India dan Tiongkok membuat Beijing tidak memandang

70 Tanvi Madan, “India’s Relations with China: The Good, the Bad, and the

(Potentially) Ugly,” Brookings tersedia di https://www.brookings.edu/opinions/indias-

relations-with-china-the-good-the-bad-and-the-potentially-ugly/ (diakses pada 11 Maret

2020)

Page 50: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

38

India sebagai ancaman besar, sedangkan di sisi lain hal ini membuat India lebih

peka terhadap tindakan Tiongkok.71

Namun India masih melihat peluang mengenai hubungan bilateralnya

dengan Tiongkok dengan menekankan perlunya menyelesaikan perselisihan

dan mempertegas garis kontrol. Perdana Menteri Modi melihat potensi besar

dari hubungan bilateral India-Tiongkok jika kedua negara menghormati

perhatian dan kepekaan satu sama lain serta perdamaian dan stabilitas

hubungan di sepanjang perbatasan.72

Selama ini, kedua negara menikmati keuntungan dari kerjasama

ekonomi dan menjadi pasar terbesar di dunia. Dalam periode ini, Tiongkok

menjadi mitra dagang terbesar India, sementara India menjadi mitra Tiongkok

yang berkembang walaupun tidak begitu penting.73

Meskipun sengketa wilayah antara India–Tiongkok mengalami

kebuntuan, tetapi hubungan bilateral India–Tiongkok pada periode ini

diperkuat oleh adanya peningkatan pengaruh ekonomi melalui serangkaian

kerjasama dibandingkan penyelesaian masalah sengketa perbatasan, karena

71 Xiaoyu Pu, “Asymmetrical Competitors: Status Concerns,” dalam The China-India

Rivalry in the Globalization Era ed. T.V. Paul (Washington DC: Georgetown University

Press, 2018) 72 Deepshikha Ghost, “Need to Clarify Border, Resolve Dispute Quickly, Says PM

Modi Amid Border Stand-off,” NDTV tersedia di https://www.ndtv.com/india-news/need-to-

clarify-border-resolve-dispute-quickly-says-pm-modi-amid-border-stand-off-667868

(diakses pada 12 Maret 2020) 73 Mahesh Shankar, “Territory and the China-India Competition,” dalam The China-

India Rivalry in the Globalization Era ed. T.V. Paul (Washington DC: Georgetown University

Press, 2018)

Page 51: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

39

tidak ada perkembangan (stand-off) dari dialog mengenai sengketa

perbatasan.74

Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, akhir dari masa

imperialisme Inggris menyisakan ketidakpastian teritorial atau perbatasan bagi

India dan Tiongkok. Pada periode pasca awal kemerdekaan merupakan

periode optimisme singkat dimana India dan Tiongkok menjalin hubungan

bilateral. Namun, optimisme ini kemudian memudar sehingga membawa

keduanya terjebak dalam politik Perang Dingin.

Memasuki periode pasca Perang Dingin, India mulai meliberalisasi

ekonominya seiring dengan peningkatan kerjasama perdagangan bilateral

antara India dan Tiongkok. Namun masalah perbatasan, bagaimanapun, masih

tetap belum terselesaikan dan uji coba nuklir serta hubungan Pakistan-

Tiongkok terus menjadi gangguan besar bagi hubungan diplomatik kedua

negara.

Hubungan India-Tiongkok akan tetap rapuh dan rentan akibat

kesalahan persepsi, ketegangan di wilayah sengketa, serta masalah perbatasan

yang belum terselesaikan. Hal-hal tersebut dapat dipastikan hubungan antara

74 Ajai K. Rai, India’s Nuclear Diplomacy After Pokhran II (New Delhi: Dorling

Kindersley, 2009)

Page 52: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

40

India dan Tiongkok akan terus meningkat yang ditandai dengan kompetisi dan

persaingan daripada kerjasama di masa mendatang.75

Sengketa antara India-Tiongkok tetap menjadi batu sandungan

(stumbling block) yang telah memperburuk hubungan bilateral. Tiongkok

tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyelesaikan permasalahannya dengan

India. Dilihat dari hubungan bilateral India-Tiongkok dalam sektor ekonomi

yang semakin meningkat, banyak yang berharap bahwa kondisi ini mampu

menciptakan suatu kesepakatan, sehingga dengan terbentuknya suatu

kesepakatan akan menghilangkan batu sandungan dalam hubungan bilateral.

Namun, terlepas dari pembicaraan bilateral yang selama ini

berlangsung, kedua negara tidak juga menemukan titik terang. Bagi Tiongkok,

sengketa perbatasan menjadi penting karena memungkinkan Beijing untuk

menarik perhatian New Delhi jika diperlukan, Beijing mampu menimbulkan

krisis keamanan bagi New Delhi dengan menempatkan pasukan di wilayah

sengketa.76

75 J. Mohan Malik, “India-China Relations,” Berkshire Encyclopedia of China

tersedia di https://apcss.org/wp-content/uploads/2011/03/India-China_Relations.pdf 76 Thomas Kellogg, “The China-India Border Standoff: What Does Beijing Want?,”

Foreign Policy tersedia di https://foreignpolicy.com/2017/09/01/the-china-india-border-

standoff-what-does-beijing-want/ (diakses pada 12 Maret 2020)

Page 53: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

41

BAB III

PENINGKATAN AKTIVITAS TIONGKOK DI

TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL)

Dalam bab ini dipaparkan aktivitas Tiongkok di wilayah perairan

Samudera Hindia dan Teluk Bengal, terutama pasca Presiden Xi

mengumumkan gagasan Belt and Road Initiative (BRI). Selama dekade

terakhir, kehadiran Tiongkok di Samudera Hindia telah meluas secara

signifikan. Bab ini penting untuk dibahas dalam rangka melihat keagresifan

Tiongkok di Samudera Hindia dan Teluk Bengal dilihat segi ekonomi dan

pertahanan yang menarik perhatian para pemain utama di kawasan tersebut,

terutama India.

Pada abad ke-21, Tiongkok menjadi faktor yang semakin penting

dalam keseimbangan strategis Samudera Hindia dan semakin meningkatkan

ambisi strategis India di kawasan tersebut. People’s Liberation Army Navy

(PLAN) memperkuat posisinya di kawasan Asia dan kemudian meluas hingga

ke kawasan Samudera Hindia. Keagresifan Tiongkok dalam memperluas

pengaruhnya di Samudera Hindia dinilai sebagai awal untuk membangun

membangun kehadiran militer yang signifikan.77 Tindakan ofensif yang

77 Sithara Priyadharsana, ”China as a dominant naval power in the Indian Ocean,”

IJSIT 4, no. 4 (2015)

Page 54: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

42

dilakukan Tiongkok menciptakan dilema keamanan (security dilemma) bagi

India dan negara-negara lain.

A. Kebijakan Luar Negeri Tiongkok di era Xi Jinping

Kebijakan luar negeri Tiongkok pada masa pemerintah Presiden Xi

menunjukkan sikap kebijakan luar negeri yang proaktif (更加积极, gengjia jiji)

dan berjuang untuk pencapaian (奋发有为, fenfa youwei).78 Saat ini, Tiongkok

sedang mengejar strategi untuk memperluas kekuatan dan pengaruhnya baik

dalam lingkup regional dan internasional. Presiden Xi ingin Tiongkok menjadi

aktor utama dalam tatanan internasional dan membayangkan Tiongkok

memimpin serta memperbaiki dunia di masa mendatang.79

Melalui slogan “China Dream” yang disampaikan oleh Xi Jinping

dalam pidatonya pada November 2012 (Road to Rejuvenation Speech),

kebijakan luar negeri Tiongkok telah memasuki fase yang menarik. China

Dream merupakan impian untuk membangun negara yang kuat dan makmur,

negara yang inovatif, negara dengan kekuatan laut yang kuat serta negara yang

hamonis dan indah.80 Xi Jinping menciptakan frase “China Dream” sebagai

78 William A. Callahan, “China’s Belt and Road Initiative and EU-China relations,”

dalam China and Nordic Diplomacy, ed. Bjørnar Sverdrup-Thygeson, dkk. (New York:

Routledge, 2017) 79 Baogui Zhang, “China’s foreign policy,” dalam Routledge Handbook of Politics in

Asia, ed. Shiping Hua (New York: Routledge, 2018) 80 Jianfeng Xu, “Introduction: Zhejiang’s Economic Development and the Chinese

Dream,” dalam Chinese Dream and Practice in Zhejiang – Economy, ed. Changhong Pei dan

Jianfeng Xu (Singapura: Springer Nature, 2019)

Page 55: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

43

narasi untuk menggambarkan kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan besar

dan membantu Tiongkok mendapatkan kembali statusnya sebagai salah satu

peradaban terkemuka di dunia.81

Pemimpin Tiongkok saat ini menekankan perlunya “menentang

hegemoni”. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan modernisasi

militer Tiongkok, para pemimpin Tiongkok menjadi semakin yakin akan

kemampuannya untuk berurusan dengan Barat, menyelesaikan masalah

sengketa perbatasan dengan caranya sendiri, serta bersedia untuk lebih proaktif

dibandingkan bereaksi secara pasif untuk melindungi kepentingan nasional

daripada mengkompromikannya.82

Terjadinya peningkatan kekuatan Tiongkok (ekonomi dan militer),

mengungkapkan kesadaran Beijing yang semakin besar mengenai dirinya

sebagai regional power. Untuk memastikan lingkungan yang damai, Tiongkok

melihat hubungan dengan negara-negara tetangga sebagai prioritas utama

dalam urusan luar negeri peripheral diplomacy.83 Sejak memasuki era

81 Michael A. Peters, “The path of Chinese modernity: Philosophical and historical

narratives of the Chinese Dream,” dalam The Chinese Dream: Educating the Future: An

Educational Philosophy and Theory Chinese Educational Philosophy Reader Volume VII, ed.

Michael A. Peters (New York: Routledge, 2020) 82 Suisheng Zhao, “Chinese Foreign Policy as a Rising Power to find its Rightful

Place,” Perceptions 18, no. 1 (2013) 83 Gang Lin, “China’s ‘Good Neighbor’ Diplomacy: A Wolf in Sheep’s Clothing?,”

Asia Program Special Report (2005)

Page 56: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

44

kepemimpinan Xi Jinping, kebijakan luar negeri Tiongkok berubah menjadi

lebih tegas, percaya diri, dan campuran elemen soft power dan hard power.84

Presiden Xi menekankan pada strategi untuk pencapaian dalam

membentuk lingkungan yang lebih menguntungkan Tiongkok. Beijing juga

beralih dari fokus pada great power diplomacy ke peripheral diplomacy,

pergeseran ini secara bertahap mengubah kebijakan luar negeri Tiongkok.

Sejak Xi Jinping memimpin, ia telah melakukan inisiatif dalam rangka

memperluas pengaruh dan memulihkan citra Tiongkok di kawasan tersebut.85

Dengan melakukan peningkatan hubungan dengan negara-negara

tetangga melalui peripheral diplomacy, maka akan memperkuat posisi

strategis Tiongkok dan membantu memperluas pengaruh globalnya. Dalam

Peripheral Diplomacy Work Conference pada Oktober 2013 di Beijing,

Presiden Xi menyampaikan tujuan dari peripheral diplomacy untuk

meningkatkan pengaruh strategis, ekonomi dan politiknya di kawasan Asia

Selatan, untuk memastikan perkembangan ekonomi di Tibet dan Xinjiang,

mengurangi ketidakstabilan politik, menahan pengaruh India yang sedang

84 Robert D. Blackwill dan Kurt M. Campbell, “Xi Jinping on the Global

Stage,”Council Special Report (New York: Council on Foreign Relations, 2016) 85 Vinay Kaura, “China’s South Asia Policy Under Xi Jinping: India’s Strategic

Concern,” Central European Journal of International and Security Studies 12, no. 2 (2018)

Page 57: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

45

berkembang, mengurangi kekuatan dari Amerika Serikat dan Jepang demi

kepentingan Tiongkok dan mempromosikan integrasi ekonomi.86

Belt and Road Initiative (BRI) menjadi bagian penting dari peripheral

diplomacy Tiongkok. Proyek ini menggambarkan pentingnya negara-negara

tetangga bagi Beijing karena baik jalur laut dan jalur darat dari Belt and Road

Initiative (BRI) ini harus melalui negara-negara tetangga terlebih dahulu.87

Presiden Xi mengatakan bahwa negara-negara tetangga memiliki nilai

strategis yang sangat signifikan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa tujuan

akhir dari peripheral diplomacy Tiongkok adalah sebagai strategi untuk

mencapai global leadership.88

Dalam Buku Putih Tiongkok 2015 dijabarkan impian Tiongkok dan

menetap tugas bagi militernya yakni: “to safeguard China’s security and

interests in new domains; to safeguard the security of China’s overseas

interests”.89 Hal ini menunjukkan bahwa militer Tiongkok akan melihat arena

di seluruh dunia, mengembangkan kemampuan proyeksi kekuatan dan

86 Vinay Kaura, “China’s South Asia Policy Under Xi Jinping: India Strategic

Concerns,” hal. 12 87 Yan Xuetong, “Diplomacy Should Focus on Neighbors,” Carniegie-Tsinghua

tersedia di https://carnegietsinghua.org/2015/01/27/diplomacy-should-focus-on-neighbors-

pub-58831 (diakses pada 16 Maret 2020) 88 Jayadeva Ranade, “China’s New Policy of Peripheral Diplomacy,” CCAS tersedia

di https://ccasindia.org/article_details.php?aid=14 (diakses pada 16 Maret 2020) 89 The State Council Information Office of the People’s Republic of China, China’s

Military Strategy 2015, tersedia di https://jamestown.org/wp-

content/uploads/2016/07/China%E2%80%99s-Military-Strategy-2015.pdf (diakses pada 17

Maret 2020)

Page 58: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

46

angkatan lautnya beralih dari “offshore waters defense” ke kombinasi antara

“offshore waters defense” dan “open seas protection” dan membangun

gabungan, multi-functional and efficient marine combat force structure.90 Jika

ditafsirkan, sebagai berikut: bahwa setelah mengamankan pertahanan di Laut

Cina Selatan, sekarang saatnya untuk melindungi kepentingan Tiongkok di

Samudera Hindia.91

Dalam Buku Putih Tiongkok 2015 juga disebutkan bahwa, “The

traditional mentality that land outweighs sea must be abandoned, and great

importance has to be attached to managing the seas and oceans and protecting

maritime rights and interests.” Dengan demikian, dapat dilihat bahwa

keamanan maritim telah menjadi fokus utama Tiongkok dan oleh karenanya

Tiongkok memprioritaskan modernisasi angkatan lautnya.92

B. Strategi Tiongkok melalui String of Pearls

String of Pearls digambarkan sebagai manifestasi dari meningkatnya

pengaruh geopolitik Tiongkok melalui upaya untuk meningkatkan akses ke

pelabuhan dan lapangan udara, membangun kemitraan strategis, serta

90 Adarsha Verma, “Chinese Ambitions in the Indian Ocean Region” dalam East Asia

Strategic Review: China’s Rising Strategic Ambitions in Asia, ed. M.S. Prathibha (New Delhi:

Pentagon Press, 2018) 91 Brewster, India and China at Sea: Competition for Naval Dominance in the Indian

Ocean 92 Abanti Bhattacharya, “Emerging Foreign Policy Trends Under Xi Jinping,” dalam

East Asia Strategic Review: China’s Rising Strategic Ambitions in Asia, ed. M.S. Prathibha

(New Delhi: Pentagon Press, 2018)

Page 59: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

47

modernisasi pasukan militer yang membentang dari Laut Cina Selatan melalui

Selat Malaka, melintasi Samudera Hindia, kemudian menuju Teluk Arab.93

Strategi ini dimotivasi oleh permintaan Tiongkok akan energi yang terus

meningkat serta kebutuhan untuk mendapatkan akses di sepanjang jalur

komunikasi laut yang akan menghubungkan Tiongkok ke Timur Tengah.94

Kekuatan terbesar dan kerentanan terbesarnya adalah ekonomi, maka

dari itu ekonomi menjadi inti dari kebijakan dan strategi Tiongkok. Untuk

mempertahankan pertumbuhan ekonomi, Tiongkok bergantung pada sumber

energi eksternal dan bahan baku. Dalam rangka mengamankan garis

komunikasi laut untuk kebutuhan energi dan bahan baku merupakan motivasi

utama Tiongkok dibalik “String of Pearls”.95

Gambar III.1 Peta “String of Pearls” Tiongkok

93 Christopher J. Pehrson, “String of Pearls: Meeting the Challenge of China’s Rising

Power Across the Asian Littoral,” Carlisle Papers in Security Strategy (Pennsylvania:

Strategic Studies Institute, 2006) 94 Jing-dong Yuan, “Sino-Indian Relations: Peaceful Coexistence or Pending

Rivalry,” dalam The Ashgate Research Companion to Chinese Foreign Policy, ed. Emilian

Kavalski (Farnham: Ashgate Publishing, 2012) 95 Christopher J. Pehrson, “String of Pearls: Meeting the Challenge of China’s Rising

Power Across the Asian Littoral”

Page 60: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

48

Istilah “String of Pearls” pertama kali dimunculkan dalam sebuah

laporan Booz Allen Hamilton pada 2004 yang mengacu pada peningkatan

aktivitas Tiongkok di kawasan Samudera Hindia.96 String of Pearls Tiongkok

terdiri dari proyek pembangunan pelabuhan dan lapangan terbang, hubungan

diplomatik hingga modernisasi kekuatan. Istilah “Pearls” mencakup wilayah

dari selatan Tiongkok kemudian membentang melalui Laut Cina Selatan ke

Selat Malaka, Samudera Hindia dan di sepanjang pantai Laut Arab dan Teluk

Persia.97 Mengutip dari laporan Booz Allen Hamilton yang berjudul “Energy

Futures in Asia” dituliskan bahwa:

“China is building strategic relationships along the sea lanes from the

Middle East to the South China Sea in ways that suggest defensive and

offensive positioning to protect China’s energy interests, but also to

serve broad security objectives,”98

Dapat dikatakan bahwa dalam mengejar strategi String of Pearls,

Tiongkok berusaha membangun atau meningkatkan pangkalan angkatan laut

di beberapa negara seperti Bangladesh, Myanmar, Kamboja dan kawasan Laut

Cina Selatan untuk mencegah potensi gangguan pasokan energinya dari

potensi ancaman.99 Melalui strategi String of Pearls, Tiongkok tengah

96 Selina Ho, ”Seeing the forest for the trees: China’s shifting perceptions of India,”

dalam Handbook on China and Developing Countries, ed. Carla P. Freeman (Cheltenham:

Edward Elgar Publishing, 2015) 97 Vivian Yang, “Is China’s String of Pearls Real?” Foreign Policy in Focus tersedia

di https://fpif.org/is_chinas_string_of_pearls_real/ (diakses pada 18 Maret 2020) 98 “String of Pearls military plan to protect China’s oil: US report,” Space War

tersedia di https://www.spacewar.com/2005/050118111727.edxbwxn8.html (diakses pada 17

Maret 2020) 99 Ibid.

Page 61: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

49

mengembangkan kemitraan strategis (strategic partnerships) dengan negara-

negara yang berada di kawasan Samudera Hindia. Tiongkok membangun

hubungan strategis dan mengembangkan kemampuan untuk meningkatkan

kehadirannya di sepanjang garis komunikasi laut (Sea Line of Communication)

yang menghubungkan Tiongkok ke Timur Tengah.100

C. Aktivitas Tiongkok di kawasan Teluk Bengal

Samudera Hindia dan Teluk Bengal muncul sebagai arena geopolitik

baru dari persaingan great power. Ketertarikan Tiongkok yang semakin besar

di Samudera Hindia ditunjukkan dengan angkatan laut Tiongkok yang semakin

sibuk. Kehadiran Tiongkok yang berkembang pesat di Samudera Hindia dalam

beberapa waktu terakhir menggarisbawahi munculnya Beijing sebagai pemain

baru di kawasan tersebut.101 Tiongkok menjadi poros Samudera Hindia dan

prospek persaingan strategis atau kerjasama dalam kawasan Samudera Hindia

akan memengaruhi keamanan India.

Kepentingan yang utama bagi Tiongkok adalah perlindungan rute

perdagangannya dimana energi diangkut dari Timur Tengah dan Afrika. Saat

ini, sekitar 80 persen impor minyak Tiongkok berasal dari Timur Tengah dan

100 Nilanti Samaranayake, “China’s Relations with the Smaller Countries of South

Asia,” dalam China and International Security: History, Strategy, and 21st-Century Policy,

ed. Donovan C. Chau dan Thomas M. Kane (California: Praeger, 2014) 101 Darshana M. Baruah, “Geopolitics of Indian Ocean Islands in 2019: Takeaways

for Traditional Powers,” Carnegie India tersedia di

https://carnegieindia.org/2020/01/09/geopolitics-of-indian-ocean-islands-in-2019-takeaways-

for-traditional-powers-pub-80824 (diakses pada 20 Maret 2020)

Page 62: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

50

Afrika kemudian dikirim ke Tiongkok melalui Samudera Hindia, Selat Malaka

dan saluran lainnya.102 Modernisasi militer Tiongkok yang cepat dan proyeksi

kekuatannya di lingkungan terdekat telah meningkatkan kekhawatiran di

antara para tetangganya.

Perekonomian Tiongkok sangat bergantung pada rute perdagangan

yang melewati Samudera Hindia, yang merupakan jalur vital terutama untuk

pasokan energi. Tiongkok memerlukan akses yang dapat diandalkan ke

beberapa fasilitas di titik-titik utama pada kawasan tersebut.103

Gambar III.2 Peta Perluasan Angkatan Laut

Tiongkok di Samudera Hindia

102 Hu Bo, Chinese Maritime Power in the 21st Century: Strategy Planning, Policy

and Predictions 103 Zack Cooper, “Security Implications of China’s Military Presence in the Indian

Ocean,” CSIS Briefs tersedia di https://www.csis.org/analysis/security-implications-chinas-

military-presence-indian-ocean (diakses pada 20 Maret 2020)

Page 63: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

51

Secara geografis, Teluk Bengal terletak di wilayah Timur Laut

Samudera Hindia, dengan luas sebesar 2.2 juta km2 yang menjadikan Teluk

Bengal sebagai teluk terbesar di dunia. Beberapa negara yang berada di

sepanjang Teluk Bengal seperti India, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar,

Thailand, Malaysia dan Indonesia adalah area penting dari hubungan

sekeliling (peripheral) Tiongkok. India, Myanmar dan Vietnam merupakan

tetangga darat Tiongkok, sedangkan Indonesia dan Malaysia merupakan

tetangga maritim Tiongkok.104

Teluk Bengal merupakan pusat kegiatan ekonomi vital yang

menghubungkan kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur.

Tumbuhnya kepentingan ekonomi telah menjadikan wilayah ini sebagai pusat

fokus global yang semakin penting105 karena dikelilingi oleh beberapa negara

yang memiliki populasi yang besar dan dilewati oleh beberapa rute

perdagangan penting di dunia. Dengan demikian, saat ini Teluk Bengal

menjadi arena penting dalam persaingan ekonomi dan strategis di kawasan

Indo-Pasifik.106 Seperti yang ditulis oleh Robert Kaplan bahwa, “The Bay of

104 Cuiping Zhu, “The Strategic Game in Indo-Pacific Region and Its Impact on

China’s Security,” dalam Annual Report on the Development of the Indian Ocean Region

(2018), ed. Cuiping Zhu (Singapura: Springer Nature, 2019) 105 Safiqul Islam, “The Strategies of China And India in the Bay of Bengal Region:

Revisiting Strategic Competition,” Yonsei Journal of International Studies 10, no. 1 (2018) 106 David Brewster, “The Bay of Bengal: the Indo-Pasific’s new zone of

competition,” ASPI The Strategist tersedia di https://www.aspistrategist.org.au/the-bay-of-

bengal-the-indo-pacifics-new-zone-of-competition/ (diakses pada 28 Maret 2020)

Page 64: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

52

Bengal is returning to the centre of history, no one interested in geopolitics

can afford to ignore the Bay of Bengal any longer,”107

Teluk Bengal sendiri merupakan salah satu dari beberapa pelabuhan

utama yang termasuk dalam jalur pengiriman laut Maritime Silk Road atau

sebagai pelengkap untuk proyek Belt and Road Initiative (BRI).108 Hal ini

merupakan bagian dari strategi Tiongkok untuk mengubah Yunnan menjadi

pintu gerbang untuk terlibat dengan Samudera Hindia dan basis manufaktur

Tiongkok yang berhadapan dengan Asia Tengah dan Asia Tenggara.109

Motivasi Tiongkok memperkuat pijakannya di Teluk Bengal adalah

mengurangi ketergantungannya dengan Selat Malaka, jalur perdagangan yang

sempit dan sibuk serta merupakan salah satu jalur air paling penting di

dunia.110 Maka dari itu, Tiongkok membangun hubungan dengan negara-

negara yang berada di wilayah tersebut seperti Sri Lanka, Bangladesh, dan

Myanmar melalui investasi di bidang infrastruktur dan pertahanan, yang pada

akhirnya membuat negara-negara ini bergantung pada Tiongkok.

107 Robert D. Kaplan, “The Critical Bay of Bengal,” Stratfor Worldviewtersedia di

https://worldview.stratfor.com/article/critical-bay-bengal (diakses pada 28 Maret 2020) 108 Chongwei Zheng, dkk. 21st Century Maritime Silk Road: A Peaceful Way Forward

(Singapura: Springer Nature, 2018) 109 David Brewster, “The Challenge of Building the Bay of Bengal as an

Interconnected Region,” dalam Twenty Years of BIMSTEC: Promoting Regional Cooperation

and Integration in Bay of Bengal Region, ed. Prabir De (New York: Routledge, 2020) 110 Udayan Das, “The dynamics of the Bay of Bengal will determine Asian

geopolitics in the future,” The Telegraph tersedia di

https://www.telegraphindia.com/opinion/the-dynamics-of-the-bay-of-bengal-will-determine-

asian-geopolitics-in-the-future/cid/1690234 (diakses pada 28 Maret 2020)

Page 65: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

53

1. Bidang Pertahanan

Tiongkok meningkatkan hubungan senjata dengan negara-negara di

kawasan Teluk Bengal seperti Sri Lanka dan Bangladesh. Sebagai tanda dari

hubungan militernya yang semakin dalam dengan Sri Lanka, selain melalui

pelatihan, Beijing memberikan hadiah berupa kapal perang frigate P-625

kepada angkatan laut Sri Lanka.111 Kehadiran kapal perang frigate Tiongkok

di pelabuhan Colombo merupakan pertanda dari permainan kekuasaan

Tiongkok di Samudera Hindia.112

Dalam pandangan Tiongkok, Sri Lanka penting bagi kepentingan

strategis jika dilihat dari faktor-faktor yang membentuk kebijakan Tiongkok

terhadap Sri Lanka. Pertama, Sri Lanka terletak ditengah kawasan Timur

Tengah dan Asia Tenggara. Hal ini memberi Beijing rute alternatif ke

Samudera Hindia. Kedua, Sri Lanka kaya akan sumber daya alam seperti batu

bara, gas alam dan minyak. Ditambah dengan jumlah populasi yang besar,

maka potensi akan perdagangan dan pasar besar akan semakin memungkinkan.

Ketiga, Tiongkok berusaha membangkitkan jalur sutra kuno yang

menghubungkan Tiongkok, Asia Tengah dan Eropa dengan BCIM-EC di

bawah Belt and Road Initiative (BRI). Proyek ini memberi manfaat bagi

111 “China gifts warship to Sri Lanka,” The Economic Times tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/china-gifts-warship-to-sri-

lanka/articleshow/70255526.cms?from=mdr (diakses pada 28 Maret 2020) 112 Laura Zhou, “Chinese frigate’s arrival in Colombo under Sri Lanka flag

emblematic of Beijing power play in Indian Ocean,” South China Morning Post tersedia di

https://www.scmp.com/news/china/diplomacy/article/3017739/chinese-frigates-arrival-

colombo-under-sri-lanka-flag (diakses pada 28 Maret 2020)

Page 66: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

54

Tiongkok serta Sri Lanka dan kawasan Asia Selatan. Keempat, kebijakan

Tiongkok terhadap Asia Selatan merupakan bagian dari tekadnya untuk

mencegah kebangkitan India di kawasan.113

Tiongkok juga menyewa pelabuhan Hambantota untuk jangka waktu

99 tahun, yang kini tengah dibangun oleh beberapa perusahaan Tiongkok dan

didanai oleh Tiongkok. Berjarak sekitar 10 hingga 12 mil dari jalur Samudera

Hindia yang menghubungkan Terusan Suez dan Selat Malaka, menjadikan

pelabuhan Hambantota berada di posisi yang strategis.114

Selaras dengan pendapat seorang shipping analyst Bloomberg

Intelligence, Rahul Kapoor bahwa, “Hambantota is a great example of the

Chinese quest for global maritime dominance. For the foreseeable future, it

remains a strategic push over commercial viability.”115 Akuisisi pelabuhan

Hambantota yang dilakukan oleh Tiongkok memudahkan Beijing memantau

kapal-kapalnya yang digunakan sebagai transporter guna memenuhi

113 S. Y. Surendra Kumar, “China’s Strategic Engagement with Sri Lanka:

Implications for India,” Contemporary Chinese Political Economy and Strategic Relations:

An International Journal 3, no. 3 (2017) 114 Peter Fuhrman, “China-owned port in Sri Lanka could alter trade routes,”

Financial Times tersedia di https://www.ft.com/content/f0d88070-9f99-11e7-9a86-

4d5a475ba4c5 (diakses pada 28 Maret 2020) 115 “Inside China’s US$1 billion port in Sri Lanka where ships don’t want to stop,” The

Straits Times tersedia di https://www.straitstimes.com/asia/south-asia/inside-chinas-us1-billion-port-in-sri-lanka-where-ships-dont-want-to-stop (diakses pada 28 Maret 2020)

Page 67: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

55

kebutuhan energi. Di sisi lain, kedudukan Tiongkok atas pelabuhan

Hambantota juga digunakan untuk mengimbangi India di kawasan.116

Pada 2013, Bangladesh membeli dua kapal selam Tiongkok Tipe 035G

senilai 203 juta dolar AS sesuai dengan kesepakatan yang dikirim pada 2019.

Pembelian kapal selam milik Tiongkok ini merupakan prioritas utama bagi

Bangladesh dan keputusan Bangladesh untuk membeli kapal selam Tiongkok

tidak mengejutkan karena Bangladesh menempati posisi kedua setelah

Pakistan sebagai pasar terbesar untuk ekspor senjata Tiongkok.117

Grafik III.1 Daftar negara eksportir senjata Tiongkok

Penjualan senjata lainnya antara Bangladesh dan Tiongkok adalah

pemesanan dua kapal perang corvette Tipe C13B pada 2015.118 Setahun

setelahnya, Bangladesh membeli kapal selam Ming-class senilai 205 juta dolar

116 I Gusti Ngurah Arya, dkk. “Kepentingan Tiongkok dalam Akuisisi Pelabuhan

Hambantota Sri Lanka,” Jurnal Hubungan Internasional 1, no. 1 (2019) 117 Zachary Keck, “China to Sell Bangladesh 2 Submarines,” The Diplomat tersedia

di https://thediplomat.com/2013/12/china-to-sell-bangladesh-2-submarines/ (diakses pada 28

Maret 2020) 118 Gabriel Dominguez, “Bangladesh Navy receives final two Chinese-made Type

C13B corvettes,” Jane’s tersedia di https://www.janes.com/article/88149/bangladesh-navy-

receives-final-two-chinese-made-type-c13b-corvettes (diakses pada 30 Maret 2020)

Page 68: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

56

AS. Bisnis senjata yang dilakukan oleh kedua belah pihak ditujukan sebagai

upaya Bangladesh membangun pangkalan kapal selam pertamanya di Cox’s

Bazaar dengan bantuan dari Tiongkok. Namun hingga kini, Dhaka belum

menandatangi perjanjiannya dengan Tiongkok terkait pembangunan

pangkalan kapal selam di Cox’s Bazaar.119

2. Bidang Ekonomi

Belt and Road Initiative (BRI) yang diusulkan oleh Presiden Xi,

merupakan sebuah mimpi Tiongkok untuk mempromosikan integrasi regional

yang bersamaan dengan serta konektivitas Beijing dengan negara-negara di

kawasan Asia, Eropa dan Afrika. Bangladesh-China-India-

MyanmarEconomic Corridor (BCIM-EC) dan China-Pakistan Economic

Corridor (CPEC) berkaitan erat dengan proyek Belt and Road Initiative

(BRI).120

Kerjasama ekonomi dan perdagangan yang terjalin antara Tiongkok

dengan negara anggota BCIM-EC telah mengalami peningkatan sejak

Presiden Xi mengusulkan Belt and Road Initiative (BRI) pada 2013. Dengan

adanya koridor ekonomi ini, memberikan keuntungan ekonomi yang cukup

119 Kamran Reza Chowdhury, “China to Help Bangladesh Build Submarine Base,

Senior Official Says,” Benar News tersedia di

https://www.benarnews.org/english/news/bengali/submarine-base-09122019155029.html

(diakses pada 30 Maret 2020) 120 “Vision and Actions on Jointly Building Silk Road Economic Belt and 21-st

Century Maritime Silk Road,” National Development and Reform Commission (NDRC)

tersedia di https://en.ndrc.gov.cn/newsrelease_8232/201503/t20150330_1193900.html

(diakses pada 30 Maret 2020)

Page 69: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

57

besar, terutama akses pasar ke kawasan Asia Tenggara, peningkatan

pembangunan infrastuktur berupa transportasi, serta pembangunan zona

industri.121

Secara geo-strategis, koridor ekonomi merupakan pintu gerbang ke

tiga kawasan antara lain Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Jika

dilihat dari signifikansi geo-ekonomi, dengan konektivitas transportasi yang

ditingkatkan, sub-wilayah BCIM-EC dapat menjadi zona perdagangan dan

bisnis internasional.122

Pada Mei 2017, Myanmar menandatangi beberapa Memorandum of

Understanding (MoU) dengan Tiongkok terkait kerjasama dalam proyek Belt

and Road Initiative (BRI). Proyek BRI di Myanmar telah mencakup area

industry Kyaukpyu Special Economic Zone senilai 2,7 juta dolar serta

pelabuhan perairan (deep-sea port) di wilayah Rakhine State senilai 7,3 juta

dolar.123 Lima bulan setelahnya, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi

meluncurkan China-Myanmar Economic Corridor (CMEC).

121 Profulla C. Sarker, “One Belt One Road Project is a Driving Force for Holistic

Development of Eurasian Region: Challenges to Bangladesh,” dalam Silk Road to Belt Road:

Reinventing the Past and Shaping the Future (Singapura: Springer Nature, 2019) 122 “Tapping potential of connectivity through BCIM-EC,” Belt & Road News

tersedia di https://www.beltandroad.news/2019/02/18/tapping-potential-of-connectivity-

through-bcim-ec/ (diakses pada 30 Maret 2020) 123 “On the Road: China’s Belt and Road Initiative is reshaping South-east Asia,”

dalam The Report: Myanmar 2018 (Jakarta: Oxford Business Group, 2018)

Page 70: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

58

Koridor yang ditampilkan oleh CMEC yakni berbentuk Y (Y-shaped)

yang akan menghubungkan Kunming ke Mandalay yang kemudian

membentang ke timur dan barat (Yangon dan Kyaukpyu), mencakup

pembangunan infrastruktur seperti jalan dan kereta api yang mengarah dari

Yunnan melalui Muse dan Mandalay ke Kyaukpyu di Rakhine State, dimana

zona ekonomi khusus direncanakan. Pipa untuk minyak mentah yang diangkut

dari Timur Tengah ke Tiongkok juga sudah beroperasi sejak 2013, sedangkan

pipa gas alam sudah beroperasi sejak 2017.124

Pembangunan proyek pipa minyak dan gas dilakukan oleh Tiongkok

dalam rangka mengurangi ketergantungannya pada impor minyak dan gas

melalui Selat Malaka – menghindari Amerika Serikat yang kemungkinan akan

menutup selat dan mengancam pasokan energi Tiongkok –.125 Pemerintah

Tiongkok mempresentasikan China-Myanmar Economic Corridor (CMEC)

sebagai bagian dari solusi jangka panjang bagi perekenomian Myanmar yang

sedang mengalami ketidakstabilan politik domestik.126

124 Li Xia, “China-Myanmar oil pipeline carries 5 mln tonnes crude in H1,” Xinhuanet

tersedia di http://www.xinhuanet.com/english/2019-07/21/c_138245542.htm (diakses pada 4

April 2020) 125 Thompson Chau, “China-led port project inches ahead in Myanmar,” Asia Times

tersedia di https://asiatimes.com/2019/07/china-led-port-project-inches-ahead-in-myanmar/

(diakses pada 4 April 2020) 126 “Selling the Silk Road Spirit: China’s Belt and Road Initiative in Myanmar,”

Myanmar Policy Briefing tersedia di https://www.tni.org/files/publication-

downloads/bri_myanmar_web_18-11-19.pdf (diakses pada 4 April 2020)

Page 71: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

59

Di sisi lain, dari perspektif Tiongkok, China-Myanmar Economic

Corridor (CMEC) memberikan keunggulan strategis dan konektivitas ke

kawasan Samudera Hindia yang penting untuk memajukan pembangunan

ekonomi di provinsi Yunnan. Sementara pemerintah Myanmar melihat proyek

ini memberikan kontribusi dalam pembangunan negara dengan memberikan

dukungan untuk pengembangan infrastruktur dan menciptakan peluang

investasi.127

Hubungan ekonomi antara Bangladesh dan Tiongkok tengah tumbuh,

hal tersebut terlihat dari investasi langsung Tiongkok yang meningkat di

Bangladesh. Terdapat sejumlah proyek Tiongkok di Bangladesh terutama

pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jembatan sepanjang 6 km di

wilayah Sungai Padma senilai 3,7 miliar dolar AS serta pembangkit listrik

senilai 2,5 miliar dolar AS di wilayah Payra.128

Proyek-proyek pembangunan infrastruktur Tiongkok dirancang untuk

memperkuat serta memperluas proyeksi kekuatan Beijing. Bangladesh

hanyalah salah satu elemen dari strategi Tiongkok untuk meningkatkan postur

kekuatannya secara global.129 Berdasarkan argumen Vijay Sakhuja, “Among

127Axel Harneit-Sievers, “Talking about China in Myanmar,” Heinrich-Böll-

Stiftungtersedia di https://www.boell.de/en/2019/07/18/talking-about-china-myanmar

(diakses pada 4 April 2020) 128Ibid. 129 J. Berkshire Miller, “China Making A Play at Bangladesh?,” Forbes tersedia di

https://www.forbes.com/sites/jonathanmiller/2014/01/03/china-making-a-play-at-

bangladesh/#4f3d66e01a3a (diakses pada 6 April 2020)

Page 72: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

60

the South Asian states, Bangladesh is an important player in Beijing’s

political-military calculus and provides China with added leverage to check

Indian forces.”130 Bagi Tiongkok, Bangladesh merupakan pemain penting di

antara negara-negara di Asia Selatan yang memberikannya pengaruh

tambahan untuk memantau pergerakan India.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, serangkaian upaya

Tiongkok membantu memperkuat angkatan laut serta pembangunan

infrastruktur melalui Belt and Road Initiative (BRI) di beberapa negara

terutama Pakistan, Bangladesh, dan Sri Lanka bertujuan untuk meningkatkan

pengaruhnya di Teluk Bengal dan Samudera Hindia. Tiongkok telah

menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun fasilitas pelabuhan dan

merencakan rute perdagangan maritim sebagai bagian dari Belt and Road

Initiative (BRI).

Proyek tersebut merupakan bagian dari perwujudan visi besar

mengenai konektivitas Eurasia yang bertujuan untuk menghidupkan kembali

jalur sutra kuno antara lain: 1) dimulai dari Tiongkok melalui Asia Tengah ke

Eropa; 2) Asia Tenggara, Afrika dan Timur Tengah ke Eropa (21st Maritime

Silk Road). Belt and Road Initiative (BRI) bertujuan untuk

130 Vijay Sakhuja, “China-Bangladesh Relations and Potential for Regional

Tensions,” China Brief tersedia di https://jamestown.org/program/china-bangladesh-relations-

and-potential-for-regional-tensions/ (diakses pada 6 April 2020)

Page 73: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

61

mengkonsolidasikan serangkaian koridor ekonomi darat yang mencakup

BCIM-EC, CPEC, dan Maritime Silk Road (MSR).131

Baik CPEC dan BCIM-EC, keduanya penting karena akan membawa

barang-barang melalui negara-negara di Asia Tengah kemudian melewati

Bangladesh dan Myanmar. CPEC menyediakan jalur kearah Laut Arab,

sedangkan BCIM-EC akan menyediakan jalur ke Teluk Bengal. Kedua koridor

ekonomi ini kedepannya akan melayani kepentingan Tiongkok dalam mencari

rute alternatif untuk mengangkut pasokan energi yang dibutuhkan serta

produk-produk untuk melayani pasar.132

Terletak diantara Asia Tenggara dan Asia Selatan, serta berada

ditengah rute laut yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Selat

Malaka, menjadikan Teluk Bengal semakin penting bagi geopolitik India dan

Tiongkok.133 Teluk Bengal (Bay of Bengal) kini menjadi arena persaingan

ekonomi dan strategis utama di Indo-Pasifik. Tiongkok berhasil

mengembangkan hubungan ekonomi dengan negara-negara di Samudera

131 Mohammad Aminul Karim dan Faria Islam, “Bangladesh–China–India–Myanmar

(BCIM) Economic Corridor: Challenges and Prospects,” The Korean Journal of Defense

Analysis 30, no. 2 (2018) 132 R. Sheshadri Vasan, “Implications of OBOR on Maritime Security and Security

in Indian Ocean,” dalam Sino-Indian Relations: Contemporary Perspectives, ed. R. Sidda

Goud dan Manisha Mookherjee (New Delhi: Allied Publishers, 2016) 133 Udayan Das, “Bay of Bengal: India’s Centerpiece and Springboard,”

Page 74: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

62

Hindia dan beberapa negara di sepanjang kawasan Teluk Bengal utama seperti

Myanmar dan Bangladesh.134

Dengan intensitas yang meningkat antara Tiongkok dengan negara-

negara pesisir Teluk Bengal memberikan ruang yang semakin sempit bagi

India.135 Operasi kapal-kapal milik Tiongkok yang terus berkembang di

kawasan ini telah memicu keresahan bagi keamanan India. Angkatan Laut

Tiongkok yang beroperasi lebih sering di wilayah perairan Samudera Hindia

dan Teluk Bengal menjadi sebuah tantangan bagi India hingga pada akhirnya

menimbulkan perasaan akan pengepungan (encirclement) oleh Tiongkok.

Maka dari itu, dalam bab selanjutnya akan dibahas dan dianalisa bagaimana

upaya India dalam merespon peningkatan aktivitas Tiongkok di kedua wilayah

perairan tersebut, terutama di kawasan Teluk Bengal.

D. Dampak dari peningkatan aktivitas Tiongkok bagi India

New Delhi telah lama mengkhawatirkan keterlibatan aktif Tiongkok di

Samudera Hindia dan dikelilingi oleh apa yang disebut dengan istilah “String

of Pearls”. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan

anggaran pertahanan terbesar kedua, Tiongkok memiliki motivasi dan sarana

134 David Brewster, “The Rise of the Bengal Tigers: The Growing Strategic

Importance of the Bay of Bengal,” Journal of Defence Studies 9, no. 2 (2015) 135 Udayan Das, “Jostling in the Bay of Bengal,” Deccan Herald tersedia di

https://www.deccanherald.com/opinion/in-perspective/jostling-in-the-bay-of-bengal-

803438.html (diakses pada 8 Maret 2020)

Page 75: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

63

untuk memperoleh pangkalan militer asing.136 Dengan akses yang didapat di

pelabuhan Gwadar, Tiongkok telah menumbuhkan keresahan bagi New Delhi

karena mengingat dirinya berurusan dengan aliansi Sino-Pakistan. Aktivitas

Tiongkok berupa proyek-proyek infrastruktur di kawasan akan memberikan

tempat kepada militer Tiongkok untuk mengakses Teluk Bengal.137

Penyebaran kapal-kapal Tiongkok di wilayah perairan Samudera

Hindia (Pelabuhan Gwadar) dan Teluk Bengal (Myanmar) merupakan awal

dari pengaruh agresifnya di kawasan yang menciptakan kekhawatiran bagi

India tentang kemungkinan strategi Beijing untuk membentuk pos-pos

angkatan laut sebagai tulang punggung dari proyeksi kekuatan angkatan laut

Tiongkok di wilayah tersebut. Menjalin hubungan diplomatik dengan negara-

negara pesisir yang memiliki posisi strategis dan memberikan dukungan baik

secara operasional dan strategis telah menimbulkan persepsi tentang

pengepungan (encirclement) bagi India.138

Selain pelabuhan Gwadar, Tiongkok pun mendapat akses pelabuhan

Hambantota. B. Raman, pejabat senior pemerintah India memberikan

pandangannya mengenai proyek pelabuhan Hambantota dengan mengatakan,

136 Sarath, “Indian Ocean Region – Strategic Importance,” ArcGIS StoryMaps

tersedia di https://storymaps.arcgis.com/stories/f0552ba1c62c48c48470b12fecabb0c2

(diakses pada 21 April 2020) 137 “China’ String of Pearls’ Strategy Resulted in India’s 1st Loss at the Indian

Ocean,” Eurasian Times tersedia di https://eurasiantimes.com/india-aptly-countering-chinas-

string-of-pearls-in-the-indian-ocean/ (diakses pada 21 April 2020) 138 Daniele Ermito, “China’s maritime strategy and India’s security dilemma,” Global

Risk Insight tersedia di https://globalriskinsights.com/2016/03/china-maritime-strategy-and-

india-security-dilemma/ (diakses pada 21 April 2020)

Page 76: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

64

“A Chinese naval presence in Hambantota would add to the concerns of the

Indian Navy by increasing the vulnerability of the South to pressures from the

Chinese Navy.”139 Pembangunan pangkalan angkatan laut Hambantota

menjadi langkah Tiongkok untuk menghasilkan penempatan asset militer yang

lebih besar di kawasan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi India.

Dari perspektif India, proyek-proyek pelabuhan seperti di Pakistan,

Myanmar dan Sri Lanka membuktikan bahwa hal ini merupakan bagian dari

strategi “String of Pearls” dan berpendapat bahwa Tiongkok berupaya

membangun serangkaian fasilitas di wilayah Samudera Hindia untuk

mendukung aktivitas angkatan lautnya.140

Pengaruh Tiongkok yang lebih luas melalui China-Pakistan Economic

Corridor (CPEC), termasuk pembangunan proyek infrastruktur di negara-

negara pesisir, hubungan antara India-AS, serta persaingan pengaruh di Asia

merupakan faktor yang berkontribusi pada meningkatnya persaingan antara

India dan Tiongkok.141

139 Raashi Bhatia, “India encircled by China’s string of pearls?” Reuters tersedia di

http://blogs.reuters.com/india/2009/07/28/india-encircled-by-chinas-string-of-pearls/

(diakses pada 21 April 2020) 140 Terry Mobley, “The Belt and Road Initiative: Insight from China’s Backyard,”

Strategic Quarterly Studies 13, no. 3 (2019) 141 Erik Herejk Ribeiro, “The Flaring Sino-Indian Security Dilemma: Is

Conventional Deterrence Eroding?,” E-International Relations tersedia di https://www.e-

ir.info/2020/01/11/the-flaring-sino-indian-security-dilemma-is-conventional-deterrence-

eroding/ (diakses pada 21 April 2020)

Page 77: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

65

BAB IV

RESPON INDIA TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS

TIONGKOK DI TELUK BENGAL (BAY OF BENGAL)

Bab ini akan memaparkan serangkaian upaya yang ditempuh oleh India

dalam merespon peningkatan aktivitas Tiongkok di wilayah perairan

Samudera Hindia dan Teluk Bengal dalam periode 2015-2019. Setelah pada

bab sebelumnya dijelaskan mengenai sejumlah aktivitas Tiongkok yang

semakin berkembang di kawasan tersebut dengan melihat dari sisi ekonomi

dan pertahanan. Dengan demikian, bab ini menjadi jawaban dari pertanyaan

penelitian yang dikemukakan. Penelitian ini menggunakan teori Balance of

Threat serta konsep security dilemma untuk menjawab pertanyaan penelitian

terkait bagaimana upaya India dalam merespon peningkatan aktivitas

Tiongkok di kawasan Teluk Bengal.

Saat ini, Teluk Bengal merupakan pusat kegiatan ekonomi yang

menghubungkan Asia Tenggara, Selatan dan Timur. Berkembangnya

kepentingan ekonomi telah menjadikan Teluk Bengal sebagai pusat fokus

global yang semakin penting. Teluk Bengal merupakan bagian integral dari

Page 78: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

66

keamanan dan ekonomi bagi India dan Tiongkok. Maka dari itu, kedua negara

berlomba untuk mendapatkan pengaruh dalam ruang yang sama.142

Dalam konteks India-Tiongkok, security dilemma menjadi sumber

dinamika politik regional dalam hubungan Tiongkok yang strategis dengan

negara-negara di Asia Selatan, terutama para tetangga India seperti Sri Lanka,

Nepal, Pakistan dan Myanmar.143 Dilema keamanan dalam konteks India-

Tiongkok pertama kali terletak pada perbedaan potensi kekuatan kedua negara.

Selain itu, jika dilihat dari luas teritorial, ekonomi yang berkembang pesat,

serta potensi kemampuan militer yang lebih besar, tentu saja membuat New

Delhi untuk tetap waspada terhadap kekuatan Tiongkok (lihat Grafik IV.1 dan

Grafik IV.2).144

Tiongkok menghabiskan sekitar 1,9 persen dari Produk Domestik

Bruto (PDB) untuk pertahanan dengan perkiraan 215 miliar dolar. Namun

SIPRI menekankan bahwa data Tiongkok mengenai pengeluaran militer tidak

dapat dijadikan acuan dan sulit untuk diverifikasi. Di sisi lain, pada 2015,

142 MD Safiqul Islam, “The Strategies Of China And India In The Bay Of Bengal

Region: Revisiting Strategic Competition,” Yonsei Journal of International Studies 10, no. 1

(2018) 143 Radhika Chhabra, “The new phase of Sino-Indian cooperation under the security

dilemma,” ORF tersedia di https://www.orfonline.org/expert-speak/the-new-phase-of-sino-

indian-cooperation-under-the-security-dilemma-48196/ (diakses pada 21 April 2020) 144 Yogesh Joshi dan Anit Mukherjee, “From Denial to Punishment: The Security

Dilemma and Changes in India’s Military Strategy towards China,” Asian Security 15, no. 1

(2019)

Page 79: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

67

anggaran militer India berada pada angka 51,3 miliar dolar dan menjadikannya

pembelanja militer terbesar keenam di dunia.145

Berdasarkan laporan Stockholm International Peace Research Institute

(SIPRI), India berada di posisi kelima dalam anggaran pertahanan terbesar di

dunia di bawah Amerika Serikat, Tiongkok, Arab Saudi dan Rusia. Sementara

itu, Tiongkok sebagai pembelanja militer terbesar di Asia dengan

mengehabiskan 228 miliar dolar.146 Hingga pada 2019, berdasarkan laporan

SIPRI, baik Tiongkok dan India keduanya menempati posisi kedua dan ketiga

pembelanja terbesar di dunia. Anggaran pertahanan Tiongkok mencapai 261

miliar dolar, sedangkan India mengeluarkan 71,1 miliar dolar.147

Grafik IV.1 Pengeluaran Anggaran Militer India dan Tiongkok

145 Franz-Stefan Gady, “Asia’s Military Spending Fueled by Heightened Tensions

with China,” The Diplomat tersedia di https://thediplomat.com/2016/04/asias-military-

spending-fueled-by-heightened-tensions-with-china/ (diakses pada 21 April 2020) 146 “India’s military expenditures fifth largest in the world in 2017: report,” Scroll.in

tersedia di https://scroll.in/latest/877678/indias-military-expenditure-fifth-largest-in-the-

world-in-2017-report (diakses pada 21 April 2020) 147 “India, China among top three military spenders in 2019: SIPRI report,” The

Hindu tersedia di https://www.thehindu.com/news/national/india-china-among-top-three-

military-spenders-in-2019-sipri-report/article31445560.ece (diakses pada 21 April 2020)

Page 80: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

68

Grafik IV.2 Perbandingan Kekuatan Militer antara India dan Tiongkok

Peningkatan kekuatan dan pengaruh Tiongkok di Samudera Hindia

telah meningkatkan ketegangan hubungannya dengan India. Sejalan dengan

pernyataan James Clapper, direktur intelijen Amerika Serikat bahwa India

semakin khawatir mengenai postur militer Tiongkok yang semakin agresif di

wilayah perbatasan dan juga di kawasan Samudera Hindia.148

Melalui Buku Putih 2019, Beijing menekankan perlindungan atas

“maritime rights and interests” dan menjaga “overseas interests”.

Kepentingan-kepentingan tersebut membutuhkan tindakan di Samudera

Hindia, terutama penyediaan peralatan militer bagi sekutu dan membangun

pangkalan militer serta pelabuhan komersial.149

Jika dilihat dari teori Balance of Threat, selain dari kemampuan militer,

perlu dilihat aggregate power antara India dan Tiongkok dari sisi populasi dan

148 “India strengthening its military against China: US,” The Economic Times tersedia

di https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/india-strengthening-its-

military-against-china-us/articleshow/11924175.cms?from=mdr (dikases pada 23 April 2020) 149 Julian Weber, “China’s Expansion in the Indian Ocean calls European

engagement,” Merics tersedia di https://www.merics.org/en/blog/chinas-expansion-indian-

ocean-calls-european-engagement (diakses pada 23 April 2020)

Page 81: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

69

ekonomi. Kedua negara merupakan dua negara terpadat di dunia dengan

menyumbang 36 persen dari populasi dunia. Pada 2018, Tiongkok dengan total

populasi 1,42 miliar, sedangkan India memiliki sekitar 1,35 miliar jiwa.150

Sejak akhir 1970-an, Beijing telah melakukan serangkaian upaya untuk

meningkatkan ekonominya dan upaya-upaya tersebut berhasil dengan

dibuktikan PDB Tiongkok sebesar 13,1 triliun dolar pada 2018. Ekonomi

Tiongkok mampu menghasilkan 25,3 triliun dolar atau sekitar 18,7 persen dari

total PDB dunia dengan menjadikannya sebagai ekonomi terbesar di dunia.151

Kegiatan ekspor Tiongkok setiap tahunnya melampaui jumlah yang

diimpornya dari negara-negara lain. Tiongkok mengekspor sekitar 2,49 triliun

dolar, sedangkan mengimpor 2,13 triliun dolar pada 2018.152

Sementara itu, pasca liberalisasi ekonomi yang dimulai sejak awal

1990-an, perekonomian India semakin berkembang. Dalam dekade terakhir,

pertumbuhan PDB India termasuk yang tertinggi sekitar 6-7 persen. Pada

2016, India menempati urutan ketujuh di dunia dengan nilai PDB 2,9 triliun

150 “China Vs India by Populations,” Statistics Times tersedia di

http://statisticstimes.com/demographics/china-vs-india-population.php (diakses pada 23 April

2020) 151 Kimberly Amadeo, “Largest Economies in the World,” The Balance tersedia di

https://www.thebalance.com/world-s-largest-economy-3306044 (diakses pada 23 April 2020) 152 “Is China the world’s top trader?” China Power tersedia di

https://chinapower.csis.org/trade-partner/ (diakses pada 23 April 2020)

Page 82: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

70

dolar. Nilai ekspor keseluruhan India mencapai 330 miliar dolar dan impor

sebesar 514 miliar dolar pada 2018.153

Baik India dan Tiongkok, keduanya merupakan negara-negara dengan

konsumsi energi terbesar di dunia. Pada 2013, India menjadi negara dengan

konsumsi energi gas dan minyak terbesar keempat setelah Amerika Serikat,

Tiongkok dan Jepang.154 Guna mempertahankan kestabilan ekonominya,

keduanya bergantung pada sumber daya energi yang diangkut dari perairan

Samudera Hindia. India hampir mengimpor sekitar 80 persen energi dari

Timur Tengah, sementara sumber daya energi yang diimpor Tiongkok

melewati Selat Malaka dari Samudera Hindia sekitar 84 persen.

Ketergantungan yang meningkat akan pasokan energi dalam rangka

mempertahankan pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan nilai strategis

lautan terutama Samudera Hindia155 dan memposisikan kedua negara sebagai

pesaing utama dalam mendominasi kawasan.156

Secara geografis, Tiongkok tidak dekat dengan Samudera Hindia.

Namun dengan serangkaian pelabuhan yang tergabung dalam “string of

153 Vasundhara Rastogi, “India’s Export and Import Trends 2018-19,” India Briefing

tersedia di https://www.india-briefing.com/news/indias-export-import-trends-2018-19-

18958.html/ (diakses pada 23 April 2020) 154 Sujata Ashwarya Cheema dan Suruchi Aggarwal, “China and India in the Persian

Gulf and Other Energy Theathers: Cooperation or Conflict?” dalam China in Indian Ocean

Region (New Delhi: Allied Publishers, 2015) 155 Eleanor Albert, “Competition in the Indian Ocean,” CFR tersedia di

https://www.cfr.org/backgrounder/competition-indian-ocean (diakses pada 23 April 2020) 156 Theodore Karasik, “Why all eyes should be on the Indian Ocean,” Al-Arabiya

tersedia di https://english.alarabiya.net/en/views/news/world/2014/01/09/Why-all-eyes-

should-be-on-the-Indian-Ocean (diakses pada 23 April 2020)

Page 83: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

71

pearls” seperti pelabuhan Djibouti, pelabuhan Hambantota, pelabuhan

Gwadar dan pelabuhan Kyaukpyu telah mengurangi hambatan geografis bagi

Tiongkok. Pelabuhan-pelabuhan tersebut kemudian dijadikan sebagai

alternatif bagi Tiongkok dengan menjelajahi rute-rute baru yang dapat

menghubungkannya dengan Samudera Hindia dan Teluk Bengal dalam rangka

mengurangi ketergantungannya terhadap Selat Malaka.157

Maka dari itu, Tiongkok berusaha untuk memperkuat kehadirannya di

kawasan melalui ekonomi dan militernya. Dengan melakukan kerjasama

strategis dengan negara-negara yang termasuk pada kawasan Samudera Hindia

dan Teluk Bengal guna mempermudah Tiongkok untuk membangun akses

yang lebih besar ke Samudera Hindia karena negara-negara tersebut memiliki

kedekatan geografis dengan perairan Samudera Hindia.158

Dengan mengambil keuntungan penuh dari kedekatan geografisnya,

Tiongkok mampu memodernisasi konektivitas di seluruh Himalaya.159 Oleh

karena itu, New Delhi kini menghadapi tantangan untuk membendung

tindakan ofensif Tiongkok di “halaman belakang”nya sendiri, hal itu

157 Udayan Das, “Jostling in the Bay of Bengal,” Deccan Herald tersedia di

https://www.deccanherald.com/opinion/in-perspective/jostling-in-the-bay-of-bengal-

803438.html (diakses pada 25 April 2020) 158 Thrassy N. Marketos, China’s Energy Geopolitics: The Shanghai Cooperation

Organization and Central Asia (New York: Routledge, 2009) 159 K. Robinson, “China is pivot to the Indian Ocean Region: impacts and

implications for India,” dalam Indian Ocean and Maritime Security: Competition,

Cooperation and Threat (New York: Routledge, 2017)

Page 84: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

72

menimbulkan kekhawatiran bagi India akan pengepungan dan kehilangan

pengaruhnya di kawasan.160

Persaingan antara India-Tiongkok di Samudera Hindia yang

digambarkan dalam bentuk security dilemma, lawan tidak mampu

membedakan tindakan defensif dan ofensif secara jelas. Dapat digambarkan,

Tiongkok mengklaim bahwa pelabuhan yang dibangun di negara-negara

pesisir tidak untuk tujuan strategis, melainkan untuk komersial. Namun,

dengan adanya ekspansi Tiongkok yang masih terus berlanjut di kawasan serta

sejarah perselisihan antara India-Tiongkok mengenai perbatasan, membuat

New Delhi berada dalam situasi yang tidak pasti.161

India menunjukkan ketidaknyamanan atas operasi yang dilakukan oleh

kapal-kapal Tiongkok di perairan Teluk Bengal, maka New Delhi mengambil

langkah-langkah yang bertujuan untuk countering terhadap penyebaran

pengaruh Tiongkok. Ketakutan utama yang dirasakan oleh India yakni Belt

and Road Initiative (BRI) yang merupakan strategi Tiongkok untuk

membangun dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara di sepanjang

Jalur Sutra. Inisiatif ini telah menjadi kebijakan luar negeri utama Tiongkok,

sehingga mengingatkan India tentang ambisi militer Tiongkok yang terus

160 Constantino Xavier, “Countering China’s presence in South Asia,” Business Line

tersedia di https://www.thehindubusinessline.com/opinion/countering-chinas-presence-in-s-

asia/article22140485.ece (diakses pada 25 April 2020) 161 Udayan Das, “Understanding the Indo-Pacific: A Case of Two Rivalries,” South

Asian Voices tersedia di https://southasianvoices.org/understanding-the-indo-pacific-a-case-

of-two-rivalries/ (diakses pada 25 April 2020)

Page 85: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

73

mengalami perkembangan. Selain itu, gagasan Tiongkok untuk menjadi

fleksibel, inklusif dan terbuka dapat dikatakan sebagai tujuan untuk

keberlangsungan kebijakan luar negerinya yang mempromosikan konektivitas.

Gagasan ini menakuti negara-negara sekitar yang mengkhawatirkan keamanan

mereka sendiri, termasuk India.162

Pengaruh Tiongkok juga tumbuh di negara-negara kecil di Samudera

Hindia seperti Maladewa dan Mauritius, kedua negara diketahui telah lama

memiliki hubungan dekat dengan India.163 Dengan demikian, Tiongkok yang

saat ini jejaknya semakin sering terlihat di wilayah Samudera Hindia dan

daerah sekitarnya telah menjadi sumber utama potensi konflik dan security

dilemma.164

A. Upaya India dalam merespon peningkatan aktivitas Tiongkok di

Samudera Hindia dan Teluk Bengal

Sebagai perairan terbesar ketiga di dunia dan melayani ekonomi

terbesar di Asia, Samudera Hindia dianggap sebagai jalur komunikasi yang

penting secara strategis di dunia. Lebih dari 80 persen dari perdagangan lintas

laut dunia melalui chokepoints yang berada di kawasan ini. Selain itu,

162 China’s One Belt One Road: Challenge to India’s Security,” Belt & Road News

tersedia di https://www.beltandroad.news/2019/02/28/chinas-one-belt-one-road-challenge-to-

indias-security/ (diakses pada 25 April 2020) 163 David Brewster, “Beyond the String of Pearls: Is there really a Sino-Indian

Security Dilemma in the Indian Ocean?,” Journal of the Indian Ocean Region 10, no. 2 (2014) 164 Cuiping Zhu, India’s Ocean: Can India and China Coexist? hal. 34 (Singapura:

Springer Nature, 2018)

Page 86: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

74

Samudera Hindia juga kaya akan sumber daya alam yang menyimpan dua

pertiga cadangan minyak mentah dunia serta sepertiga dari gas alam. Ini semua

dijadikan alasan bagi India yang ingin memposisikan dirinya sebagai negara

di Samudera Hindia yang dominan.165

Sejak 2014, Perdana Menteri Modi telah meluncurkan kebijakan “Act

East”. Melalui kebijakan ini, India bersedia untuk memainkan peran proaktif

dan menonjol dengan melakukan peningkatan diplomasi pertahanan di Asia

Timur dan Asia Tenggara.166 Kebijakan Act East sering kali digambarkan

sebagai strategi untuk menyeimbangkan posisi Tiongkok di Asia Tenggara.

Perdana Menteri Modi memberikan dorongan untuk mengintensifkan

hubungan ekonomi, strategis serta diplomatik dengan negara-negara yang

memiliki keprihatinan yang sama dengan India pada kekuatan ekonomi dan

militer Tiongkok yang sedang berkembang.167

Kebijakan Act East bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan

negara-negara tetangga India dalam rangka menjaga keamanan di kawasan

Samudera Hindia dan mencegah kekuatan eksternal mendapatkan pijakan.

Asia Tenggara merupakan komponen penting dari kebijakan Act East,

165 Reginald J. McClam, Balancing on the Pivot: How China’s Rise and Offshore

Balancing Affect Japan’s and India’s Roles as Balancers in the Twenty-First Century

(Alabama: Air University Press, 2016) hal. 63 166 Danielle Rajendram, “India’s new Asia-Pacific strategy: Modi acts East,” Lowy

Institute for International Policy (2014) 167 Thomas F. Lynch dan James J. Przystup, India-Japan Strategic Cooperation and

Implications for U.S. Strategy in the Indo-Asia-Pacific Region (Washington DC: National

Defense University Press, 2017)

Page 87: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

75

sehingga saat ini India telah menjalin kemitraan strategis dengan Indonesia,

Malaysia, Vietnam dan negara-negara lainnya seperti Jepang, Korea Selatan,

dan Australia.168

Perdana Menteri Modi menggambarkan visi India di kawasan

Samudera Hindia dalam satu kata yaitu Security and Growth for All in the

Region (SAGAR). Visi ini bertujuan untuk terjalinnya kerja sama ekonomi

yang lebih erat antara India dengan negara tetangganya di kawasan. India

memiliki sejumlah kepentingan strategis di kawasan Samudera Hindia.

Pertama, kekhawatiran India terhadap penurunan pengaruh Amerika Serikat

dan peningkatan Tiongkok yang pesat. Kedua, sebagai negara yang bergantung

pada perdagangan yang berlangsung di laut, India mengakui hak-hak negara

mengenai kebebasan navigasi, perdagangan tanpa hambatan dan overflight.

Ketiga, kebijakan “Act East” mendukung konektivitas atau kerja sama serta

integrasi regional.169

Dalam rangka memperdalam hubungan dengan negara-negara di

pesisir Samudera Hindia, New Delhi menggunakan kebijakan “Neighborhood

First”. New Delhi ingin memberikan insentif kepada negara-negara di

Samudera Hindia untuk menjadi bagian dari inisiatif keamanan maritim yang

168 Aditya Vijay, “India’s Trade and Maritime Policy in the Indian Ocean Region,”

Centre for Public Policy Research (2018) 169 K. V. Kesavan, “India’s ‘Act East’ policy and regional cooperation,” ORF tersedia

di https://www.orfonline.org/expert-speak/indias-act-east-policy-and-regional-cooperation-

61375/ (diakses 28 April 2020)

Page 88: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

76

dipimpin oleh India melalui pendekatan multilateral untuk menjaga

perdamaian dan stabilitas di kawasan.170

Perdana Menteri Modi beranggapan bahwa India tidak dapat mengatur

Tiongkok sebelum memperkuat hubungannya dengan negara-negara

tetangganya. Kebijakan ini memiliki signifikansi strategis dalam implikasinya

untuk memeriksa dan menyeimbangkan pengaruh Tiongkok di perbatasan

India-Tiongkok.171 Menurut salah satu media Amerika Serikat, The National

Interest, kebijakan “Neighborhood First” merupakan upaya India untuk

menentang Tiongkok dan mempertahankan pengaruh regional yang kuat.172

Terdapat beberapa alasan bagi India mengapa kebijakan

“Neighborhood First” dianggap penting. Pertama, India merupakan pusat

geografis di Asia Selatan, yang berbatasan dengan hampir seluruh negara di

kawasan ini. Kedua, mayoritas negara-negara Asia Selatan adalah bekas

jajahan Inggris. Setelah merdeka, India mengambil alih sebagian besar wilayah

koloni Inggris dan juga ingin memiliki pengaruh dan kemimpinan yang luas

seperti yang dimiliki Inggris. Ketiga, India memiliki banyak kesamaan dengan

negara-negara Asia Selatan dalam hal budaya, bahasa, agama dan adat istiadat.

170 Monish Tourangbam, “Modi 2.0 and India’s neighborhood first policy: Walking

the Talk?,” South Asian Voices tersedia di https://southasianvoices.org/modi-2-0-and-indias-

neighborhood-first-policy-walking-the-talk/ (diakses pada 28 April 2020) 171 “India: The Foreign and Security Policy under the Modi Government,” East Asian

Strategic Review (2015) 172 “This is How India Plans to keep its Neighbors away from China’s Influence,”

The National Interest tersedia di https://nationalinterest.org/blog/buzz/how-india-plans-keep-

its-neighbors-away-chinas-influence-80411 (diakses pada 28 April 2020)

Page 89: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

77

India berharap negara-negara Asia Selatan lainnya juga menegaskan kembali

mengenai kebijakan “Neighborhood First” seperti India, serta hubungan

antara negara-negara Asia Selatan dan negara di luar kawasan seharusnya tidak

lebih kuat dari hubungan mereka dengan India.173

India mengakui peningkatan aktivitas Tiongkok di Samudera Hindia

dan mengambil langkah untuk meningkatkan kehadirannya di kawasan.

Sejalan dengan pernyataan Juru Bicara Angkatan Laut India bahwa adanya

perubahan dinamika di kawasan mengharuskan India untuk memperkuat dan

meningkatkan kehadiran angkatan lautnya.174 Melalui Indian Maritime

Security Strategy 2015 menekankan perlunya memanifestasikan kehadiran

angkatan laut di Samudera Hindia untuk memperkuat pertahanan pesisir dan

menunjukkan tekad untuk melindungi jalur komunikasi laut.175

New Delhi berupaya untuk mengimbangi ancaman Tiongkok di

kawasan, maka dibutuhkan strategi untuk membentuk lingkungan maritim

yang menguntungkan dan menjaga keamanan maritim.176 Maka dari itu, India

telah menyusun six-fold strategy yang meliputi: 1) meningkatkan anggaran

173 “India’s neighborhood first Policy aims at Centripental ties,” Belt & Road News

tersedia di https://www.beltandroad.news/2019/10/04/indias-neighbourhood-first-policy-

aims-at-centripetal-ties/ (diakses pada 28 April 2020) 174 Nirmala Ganapathy, “India increases its presence in Indian Ocean, with an eye on

China,” The Strait Times tersedia di https://www.straitstimes.com/asia/south-asia/india-

increases-its-presence-in-indian-ocean-with-an-eye-on-china (diakses pada 28 April 2020) 175 Ministry of Defence, “Ensuring Secure Seas: Indian Maritime Security Strategy,”

(New Delhi: Indian Navy, 2015) 176 Shishir Upadhyaya, ” Expansion of Chinese maritime power in the Indian Ocean:

implications for India,”

Page 90: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

78

angkatan laut; 2) memperkuat kehadiran infrastruktur; 3) meningkatkan

kemampuan angkatan laut; 4) melakukan diplomasi maritim secara aktif; 5)

melakukan latihan baik secara sepihak, bilateral, trilateral dan multilateral; 6)

menjaga chokepoints melalui kerja sama dengan negara-negara yang

relevan.177

Faktor militer dan keamanan menjadi semakin penting karena

Tiongkok telah meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di Samudera

Hindia, Angkatan Laut India fokus untuk melawan (countering) dengan

Tiongkok.178 Dalam Indian Maritime Security Strategy 2015 dituliskan bahwa

sumber ancaman tradisional berasal dari negara yang memiliki sejarah agresi,

negara yang terlibat perselisihan atau mempertahankan perselisihan dengan

India. Hal ini jelas menyasar pada Pakistan dan Tiongkok, karena keduanya

memenuhi ketiga kriteria tersebut.179

Maka dapat dikatakan, Neighborhood policy dan Act Eact policy dalam

upaya soft-balancing India untuk mengelola situasi tanpa perlu melakukan

tindakan agresif yang mampu secara langsung memprovokasi Tiongkok.

Peningkatan ketegangan antara India dan Tiongkok mengarah New Delhi

177 Sidra Tariq, “India And China in the Indian Ocean: A Complex Interplay of

Geopolitics,” IRS Spotlight (2014) 178 Harry I. Hannah, “The Great Game Moves to Sea: Tripolar Competition in the

Indian Ocean Region,” War on the Rocks tersedia di https://warontherocks.com/2019/04/the-

great-game-moves-to-sea-tripolar-competition-in-the-indian-ocean-region/ (diakses pada 28

April 2020) 179 Ministry of Defence, “Ensuring Secure Seas: Indian Maritime Security Strategy,”

hal. 37

Page 91: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

79

untuk mendekatkan dirinya dengan negara-negara pesisir Teluk dan negara-

negara di sepanjang Samudera Hindia.

B. Strategi India dalam menghadapi peningkatan aktivitas Tiongkok

di Samudera Hindia dan Teluk Bengal

Persaingan strategis antara India dan Tiongkok di Samudera Hindia

telah menempatkan India dalam security dilemma. Dalam hal ini, New Delhi

tidak hanya berupaya untuk memperkuat pembangunan pasukan angkatan

lautnya, tetapi juga meningkatkan kerja sama militer dengan negara-negara

ekstraregional seperti Amerika Serikat dan Jepang untuk mengupayakan

kekuasaan yang lebih eksklusif di Samudera Hindia.180

Populasi, ekonomi, wilayah, kemampuan militer dan industri suatu

negara apabila semuanya menyatu maka akan berdampak pada keberlanjutan

pengaruh negara tersebut di dalam tatanan internasional. Apabila faktor-faktor

ini mengalami peningkatan, maka dapat dengan mudah berubah menjadi

ancaman yang dirasakan baik oleh tetangganya maupun saingannya dari

kejauhan.181

Mengacu pada ekspansi yang dilakukan Tiongkok di Samudera Hindia,

keagresifan Tiongkok di kawasan yang diproyeksikan melalui pembangunan

pangkalan di sejumlah titik dan selalu memperbaharui postur militer

180 Cuiping Zhu, India’s Ocean: Can India and China Coexist? hal. 33 181 Wellington Amorim dan Antonio Henrique, “Japan and India: soft balancing as a

reaction to China’s rise?,” Revista Brasileira de Politíca Internacional Vol. 57 (2014)

Page 92: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

80

berpotensi sebagai ancaman yang kuat bagi India, sehingga India melakukan

serangkaian upaya balancing.182

T.V. Paul menyebutkan tiga bentuk dari balancing terhadap ancaman

antara lain: 1) hard-balancing; 2) limited hard-balancing; dan 3) soft-

balancing.183 Sebagaimana yang diuraikan dalam buku Restraining Great

Powers: Soft Balancing from Empires to the Global Era bahwa untuk

menangani perilaku Tiongkok yang mengancam, India melakukan upaya

limited hard-balancing serta soft-balancing.184

Satoru Nagao, analis keamanan Jepang mengatakan bahwa Samudera

Hindia akan berada dibawah kendali India apabila India memiliki kemauan

dan kekuatan yang memadai.185 Sebagai emerging power, India memainkan

peran penting dalam keamanan Samudera Hindia. Dalam dekade terakhir,

India telah menjadi importir senjata terbesar di dunia, dengan anggaran

pertahanan sekitar 55,9 miliar dolar pada 2016, terbesar kelima di dunia.

Besarnya anggaran pertahanan ini dikhususkan untuk mengembangkan

kemampuan angkatan laut India dan menjadi negara yang unggul di

182 Jayanti Badariyan, “Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat

sebagai Respon Agresivitas China di Samudera Hindia,” Universitas Muhammadiyah Malang,

2013 183 Zhen Han dan T. V. Paul, “China’s Rise and Balance of Power Politics,” The

Chinese Journal of International Politics 13, no. 1 (2020) 184 T.V. Paul, Restraining Great Powers: Soft Balancing from Empires to the Global

Era (New Haven: Yale University Press, 2018) 185 Bertil Lintner, “Is India The World’s Best Bet to Counter China?,” Huffpost

tersedia di https://www.huffingtonpost.in/entry/india-counter-china-indian-

ocean_in_5cffa232e4b0b02180874458 (diakses pada 30 April 2020)

Page 93: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

81

Samudera Hindia terutama dalam melawan perluasan angkatan laut

Tiongkok.186

India berencana untuk mempercepat modernisasi tentara, angkatan laut

dan angkatan udara dengan membeli berbagai senjata seperti rudal, jet tempur,

kapal selam dan kapal perang dalam beberapa tahun kedepan.187 Aset yang

dimiliki oleh Angkatan Laut India antara lain 140 kapal perang dengan 56

kapal perang dan 6 kapal selam yang sedang diproduksi. India berencana untuk

meningkatkan kemampuan angkatan lautnya dengan 212 kapal perang dan 458

pesawat Angkatan Laut yang saat ini hanya memiliki 138 kapal perang dan

235 pesawat.188 Selain itu, India juga melakukan perjanjian dengan Rusia

untuk membeli dua kapal frigate senilai 950 juta dolar pada 2018.189

Kemampuan Angkatan Laut India terus mengalami perkembangan,

kapal selam nuklir India INS Arihant telah menyelesaikan patroli pertamanya

pada 2018. INS Arihant merupakan kapal selam yang dibangun sendiri oleh

India. Kapal selam lainnya yang sedang dibuat oleh India adalah INS Arighat.

186 Joshy M. Paul, “The Quad: A Soft Balancing Mechanism in Asia,” South Asian

Voices tersedia di https://southasianvoices.org/soft-balancing-asia/ (diakses pada 30 April

2020) 187 “India firms up USD 130 billion plan to enhance military capabilities,” India

Today tersedia di https://www.indiatoday.in/india/story/plan-to-enhance-military-capability-

government-of-inda-investment-1597702-2019-09-11 (diakses pada 30 April 2020) 188 Beenesh Ansari, “Expansion of Indian Naval Forces in the Indian Ocean,” Modern

Diplomacy tersedia di https://moderndiplomacy.eu/2019/10/30/expansion-of-indian-naval-

forces-in-the-indian-ocean/ (diakses pada 30 April 2020) 189 Manu Pubby, “India inks $950 million deal for Russian frigates,” Economic Times

tersedia di https://m.economictimes.com/news/defence/india-inks-950-million-deal-for-

russian-frigates/articleshow/66408319.cms (diakses pada 30 April 2020)

Page 94: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

82

Selain dari kapal selam, aset angkatan laut India yang paling kuat dan canggih

adalah kapal induk INS Vikramaditya. Aset lainnya yang dimiliki oleh

Angkatan Laut India adalah kapal selam aktif yang terdiri dari beberapa kelas,

kapal frigate, destroyer dan lainnya.190

Di bawah PM Narendra Modi dengan kebijakan luar negeri yang

ambisius, kehadiran maritim yang kuat merupakan elemen penting sehingga

India mendirikan beberapa pangkalan angkatan laut di Kepulauan Andaman

dan Nicobar antara lain: 1) INS Kohassa yang berada di Shibpur, Andaman

Utara; 2) INS Baaz di Campbell Bay, Kepulauan Nicobar. Kepulauan

Andaman dan Nicobar keduanya telah dimodernisasi, saat ini dijadikan

sebagai pusat maritim pertama dan tempat untuk pesawat-pesawat yang

mampu mendeteksi kapal selam dari udara.191

Kecemasan New Delhi atas penyebaran kapal-kapal angkatan laut

Tiongkok di Samudera Hindia telah menjadi pendorong utama dari

pembangunan pelabuhan yang dilakukan oleh India. Peningkatan fasilitas di

Kepulauan Andaman dan Nicobar akan memudahkan India untuk mengawasi

190 Sindhu Dinesh, “India’s Naval Ambitions: Has it Realised the Mahanian

Moment?” The Geopolitics tersedia di https://thegeopolitics.com/indias-naval-ambitions-has-

it-realised-the-mahanian-moment/ (diakses pada 30 April 2020) 191 Rajat Arora, “Modi’s government Rs 10,000 crore plan to transform Andaman

and Nicobar islands,” The Economic Times tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/economy/infrastructure/modi-governments-rs-

10000-crore-plan-to-transform-andaman-and-nicobar-islands/articleshow/49111067.cms

(diakses pada 30 April 2020)

Page 95: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

83

kapal-kapal Tiongkok.192 Upaya ini merupakan bagian dari limited-hard

balancing India yang bertujuan untuk membatasi kemungkinan perluasan

militer Tiongkok.

Kepulauan Andaman dan Nicobar keduanya sangat penting secara

strategis dan merupakan kepentingan strategis bagi India. Pulau-pulau di

dalamnya mendominasi garis komunikasi laut dan menyumbang sekitar 30

persen dari total Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) India yang berdekatan dengan

jalur pelayaran yang sibuk terutama Selat Malaka. Kepulauan Andaman dan

Nicobar tidak hanya digunakan untuk menjaga keamanan jalur komunikasi

laut tetapi juga digunakan sebagai pusat dari aktivitas perdagangan.193

Dalam rangka menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan

Samudera Hindia melalui kebijakan “Neighborhood First”, India membangun

jaringan Coastal Surveillance Radar System (CSRS) di Maladewa. Maladewa

bersama dengan Seychelles, Mauritius dan Sri Lanka telah menjadi bagian dari

jaringan CSRS India. Selain itu, keduanya juga sepakat untuk meningkatkan

patroli dan pengawasan, pertukaran informasi serta pengembangan kapasitas

192 Abhijit Singh, “Andaman and Nicobar: India’s ‘strategic anchor’ holds ground,”

ORF tersedia di https://www.orfonline.org/expert-speak/andaman-and-nicobar-india-

strategic-anchor-holds-ground-47848/ (diakses pada 30 April 2020) 193 Pushpita Das, “Securing the Andaman and Nicobar Islands,” Strategic Analysis

35, no. 3 (2011)

Page 96: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

84

di Samudera Hindia. Melalui perkembangan ini, maka akan memperkuat

domain maritim India di kawasan.194

Kunjungan Perdana Menteri Modi ke Mauritius dan Seychelles pada

2015 berhasil mencapai kesepakatan untuk mempromosikan konektivitas

ekonomi dan keamanan di kawasan. India menandatangi perjanjian proyek

infrastruktur dengan Mauritius dan Seychelles.195 Bagi India, kedua negara ini

merupakan pulau yang paling penting dan strategis di Barat Daya Samudera

Hindia, pulau-pulau ini berlokasi di sepanjang jalur komunikasi laut. Dengan

letaknya yang strategis, pulau-pulau ini dapat memfasilitasi kehadiran

angkatan laut untuk berpatroli dan mengamankan SLOC.196

Kemitraan yang terjalin antara Tiongkok dan negara-negara di pesisir

Teluk Bengal yang kemudian menimbulkan ketergantungan pada Beijing,

dapat diartikan bahwa hal tersebut mempersempit ruang bagi India serta

memudarkan sentralitas India di kawasan.197 Maka dari itu, dalam menanggapi

ekspansi Tiongkok yang berkembang, India telah memulai proyek

194 Monish Tourangbam, “Modi 2.0 and India’s neighborhood first policy: Walking

the Talk?,” 195 Jean Paul Arouff, “India in pacts to develop infrastructure in Mauritius,

Seychelles,” Reuters tersedia di https://www.reuters.com/article/us-india-islands/india-in-

pacts-to-develop-infrastructure-in-mauritius-seychelles-idUSKBN0M81AZ20150312

(diakses pada 30 April 2020) 196 Chinmmoyee Das, “India’s Maritime Diplomacy in South-West Indian Ocean:

Evaluating strategic partnerhips,” Journal of Strategic Security 12, no. 2 (2019) 197 Udayan Das, “Jostling in the Bay of Bengal,”

Page 97: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

85

pengembangan infrastruktur di negara-negara Teluk Bengal seperti pelabuhan

Sittwe (Myanmar) dan pelabuhan Kankesanthurai (Sri Lanka).198

Seiring dengan semakin luasnya jejak Tiongkok di kawasan Teluk

Bengal, India merasa harus meningkatkan keterlibatannya dengan negara-

negara tetangganya melalui organisasi sub-regional, Bay of Bengal Initiative

for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC) yang

menjembatani dua kawasan yaitu Asia Tenggara dan Asia Selatan

beranggotakan Bangladesh, India, Sri Lanka, Thailand, Nepal, Bhutan dan

Myanmar.199

Signifikansi BIMSTEC bagi India antara lain merupakan bagian dari

kebijakan “Neighborhood First” dan kebijakan “Act East” yang

menghubungkan India dengan Asia Tenggara dan pembangunan di wilayah

terbelakang India melalui Bangladesh dan Myanmar, upaya India melawan

keagresifan Tiongkok melalui Belt and Road Initiative (BRI) di kawasan Teluk

Bengal.200 Bagi India, BRI dianggap sebagai “dept-trap diplomacy” dan

khawatir akan meningkatkan kehadiran Tiongkok di kawasan.201

198 Nilanti Samaranayake, “The Long Littoral Project: Bay of Bengal, A Maritime

Perspective on Indo-Pacific Security,” CNA Report (2012) 199 N. Chandra Mohan, “BIMSTEC: An Idea whose Time Has Come?” ORF Issue

Brief (2016) 200 Ashish Malik, Disha 365 Current Affairs Analysis Vol.1 for UPSC IAS/IPS Prelim

& Main Exams 2020 (New Delhi: DISHA Publication, 2020) 201 “Here’s why India has stayed away from China’s Belt and Road Initiative,” Money

Control tersedia di https://www.moneycontrol.com/news/world/heres-why-india-has-stayed-

away-from-chinas-belt-and-road-initiative-4586791.html (diakses pada 14 Juli 2020)

Page 98: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

86

Melalui BIMSTEC, India memperoleh beberapa keuntungan seperti

memainkan peran dominan di Teluk Bengal, membantu India untuk

mempercepat pembangunan di wilayah terpencilnya, media untuk mengurangi

dominasi Tiongkok di Asia Tenggara dan Asia Selatan, dan menghindari

konflik dengan Pakistan.202

Perbedaan kekuatan antara India-Tiongkok memiliki konsekuensi

strategis yang penting, India tidak dapat hanya mengandalkan keseimbangan

internal terhadap Tiongkok, tetapi India juga harus mengejar keberpihakan

eksternal untuk mengimbangi kelemahannya. India harus mencari mitra

strategisnya untuk mendukung kebutuhan dan akses yang diperlukan untuk

kehadiran berkelanjutan di Samudera Hindia. Maka dari itu, India melibatkan

negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara di Asia

Tenggara.203

India membutuhkan Amerika Serikat untuk membantu

menyeimbangkan kekuatan Tiongkok di Asia, sehingga New Delhi dapat

melanjutkan tujuan utamanya yaitu pengembangan ekonomi India.204 Ikatan

yang menguat antara India dan Amerika Serikat dalam menghadapi Tiongkok

202 Nathacia Rahmadhani, “Kepentingan India dalam Kerjasama BIMSTEC (Bay of

Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation)” JOM FISIP 3, no.

1 (2016) 203 Darshana M. Baruah, “Strengthening Delhi’s Strategic Partnerships in the Indian

Ocean,” CNAS tersedia di https://www.cnas.org/publications/reports/strengthening-delhis-

strategic-partnerships-in-the-indianocean (diakses pada 1 Mei 2020) 204 Daniel Twining, “India’s Heavy Hedge Against China, and its New Look to the

United States to Help,” Joint U.S Korea Academic Studies (2015)

Page 99: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

87

termasuk pada strategi limited hard-balancing.205 Maka dari itu, berdasarkan

teori balance of threat, India melakukan balancing dengan Amerika Serikat

untuk menghadapi ancaman dari Tiongkok.206 Keduanya terlibat dalam

Quadrilateral Security Dialogue atau disebut “the Quad” yang juga mencakup

Jepang dan Australia.

Lahirnya “the Quad” dipicu oleh kecurigaan yang tumbuh akan

peningkatan militer dan ekonomi Tiongkok yang berkembang pesat.207 The

Quad memiliki potensi untuk menjadi penyeimbang yang efektif untuk

menghambat munculnya hegemoni regional dan global Tiongkok. Hal ini

memungkinkan India, Australia, Jepang dan Amerika Serikat untuk

mengadopsi strategi soft-balancing terhadap Tiongkok.208

Hubungan antara India dan Jepang yang mengalami peningkatan,

didorong oleh bagaimana kedua negara melihat ekspansi dan keagresifan

Tiongkok di Asia selama dekade terakhir.209 Dari sudut pandang Jepang, India

memainkan peran penting dalam keamanan Samudera Hindia. Dalam konteks

ini, Jepang memiliki harapan mengenai India untuk menyeimbangkan

205 T.V. Paul, The China-India Rivalry in the Globalization Era (Washington DC:

Georgetown University Press, 2018) hal. 10 206 David Scott, Handbook of India’s International Relations (New York: Routledge,

2011) 207 Cary Huang, “US, Japan, India, Australia.. is Quad the first step to an Asian

Nato?,” SCMP tersedia di https://www.scmp.com/week-asia/opinion/article/2121474/us-

japan-india-australia-quad-first-step-asian-nato (diakses pada 1 Mei 2020) 208 Joshy M. Paul, “The Quad: A Soft Balancing Mechanism in Asia,” 209 Scott W. Harold, dkk. The Thickening Web of Asian Security Cooperation:

Deepening Defense Ties Among U.S. Allies and Partners in the Indo-Pacific (California:

RAND, 2019)

Page 100: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

88

Tiongkok di Asia.210 Maka dari itu, kedua negara mengumumkan Asia-Africa

Growth Corridor pada 2017. Pembentuk koridor ini ditujukan sebagai

alternatif lain dari Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok.211

Dalam sistem internasional yang anarki, negara yang lebih kuat akan

menimbulkan ancaman bagi negara lain. Sebagai konsekuensi, maka negara

tidak memiliki pilihan selain “mengambil pilihan terburuk” dan

menyeimbangkan lawan yang lebih kuat untuk mempertahankan independensi

dan kekuasaan mereka.212 India melihat Tiongkok sebagai a potential threat.

New Delhi sangat khawatir dengan niat Tiongkok tetapi di sisi lain, mereka

sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan yang mampu mengubah potensi

bahaya menjadi bahaya aktif. Tentu, India menyadari bahwa dirinya tidak

dapat menyamai kemampuan militer Tiongkok.213

Keunggulan geopolitik yang dipegang oleh Tiongkok telah

menimbulkan perasaan akan lingkungan yang terancam, dimana Tiongkok

dianggap sebagai ancaman yang perlu ditanggapi oleh India.214 Menanggapi

210 “The Growing Entente between India and Japan,” The National Interest tersedia

di https://nationalinterest.org/feature/growing-entente-between-india-and-japan-

44567?page=0%2C2 (diakses pada 1 Mei 2020) 211 Christopher Woody, “Japan is quietly gaining an edge amid a growing competition

between India and China,” Business Insider tersedia di https://www.businessinsider.in/japan-

is-quietly-gaining-an-edge-amid-a-growing-competition-between-india-and-

china/articleshow/64407417.cms (diakses pada 1 Mei 2020) 212 Ewan Harrison, The Post Cold War International System: Strategies, Institutions

and Reflexity (London: Routledge, 2004) 213 Jonah Blank, dkk., Look East, Cross Black Waters: India’s interest in Southeast

Asia(California: RAND Corporation, 2015) 214 David Scott, “Sino-Indian Security Predicaments for the Twenty-First Security,”

Asian Security 4, no. 3 (2008)

Page 101: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

89

persebaran Angkatan Laut Tiongkok di Samudera Hindia, maka India perlu

meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di kawasan. Kehadiran Angkatan

Laut India lebih menampilkan maksud damai melalui kunjungan, latihan

bersama dan elemen-elemen diplomasi koersif.215

Pada Juli 2017, India, Amerika Serikat dan Jepang melakukan latihan

bersama “MALABAR” di Teluk Bengal dengan mengerahkan kapal perang,

kapal selam dan pesawat terbang. MALABAR 2017 dilihat sebagai upaya

untuk mengimbangi Tiongkok yang tengah memperluas jejaknya di Samudera

Hindia ditengah meningkatnya ketegangan antara New Delhi dan Beijing.216

Latihan angkatan laut MALABAR menjadi bagian dari limited-hard

balancing.

Selain itu, India juga mengadakan latihan angkatan laut dengan

beberapa negara di Asia Tenggara seperti Myanmar, Singapura, Thailand.

Melalui India Myanmar Navy Exercise (IMNEX) 2018-2019, India dan

Myanmar keduanya melakukan latihan angkatan laut bersama yang bertujuan

untuk memperkuat interaksi antara angkatan laut kedua negara.217

215 Manoj Joshi, “India (re)discovers the Indian Ocean,”ORF tersedia di

https://www.orfonline.org/research/india-rediscovers-the-indian-ocean-54684/ (diakses pada

3 Mei 2020) 216 Rahul Singh, “As Malabar moves ahead in Bay of Bengal, a look at navy’s other

global drills,” Hindustan Times tersedia di https://www.hindustantimes.com/india-news/as-

malabar-moves-ahead-in-bay-of-bengal-a-look-at-navy-s-other-global-drills/story-

YFmdOtnQNGbSu5dimEXI3K.html (diakses pada 3 Mei 2020) 217 Prashanth Parameswaran, “What’s Behind the New India-Myanmar Naval

Exercise,” The Diplomat tersedia di https://thediplomat.com/2018/03/whats-behind-the-new-

india-myanmar-naval-exercise/ (diakses pada 3 Mei 2020)

Page 102: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

90

Selain IMNEX, latihan angkatan laut bersama pertama SIMTEX antara

India, Singapura, dan Thailand dilaksanakan di Port Blair, Kepulauan

Andaman pada 2019. Latihan ini meliputi kegiatan yang dibagi menjadi dua

fase yakni sea phase dan harbour phase. Latihan angkatan laut bersama

dengan negara-negara di Asia Tenggara merupakan representasi dari kebijakan

“Act East”.218

Kapal-kapal Angkatan Lautnya sering menjadi pengunjung pelabuhan

di Samudera Hindia. India secara rutin berkunjung ke Vietnam sejak 2008.

Sejumlah kapal angkatan laut India yang berlabuh dan berinteraksi di

pelabuhan Tien Sa dan Hai Pong seperti INS Sahyadri, INS Shakti, INS

Kamorta, INS Satputa, INS Kadmatt, dan INS Kolkata.219 INS Sahyadri

mengunjungi pelabuhan di Vietnam. Kapal Angkatan Laut India juga rutin

mengunjungi Seychelles dan memberikan beberapa hadiah kepada Seychelles

seperti dua kapal patroli pada 2006 dan 2014, serta kapal pencegat C-405 pada

2016.220

Sejak 2006, setiap tahunnya kapal perang India rutin berlabuh di

Filipina. Kedua angkatan laut bekerja sama di bidang keamanan maritim, ship-

218 Prashanth Parameswaran, “What’s Behind the First India-Singapore-Thailand

Trilateral Maritime Exercise?” The Diplomat tersedia di

https://thediplomat.com/2019/09/whats-behind-the-first-india-singapore-thailand-trilateral-

maritime-exercise/ (diakses pada 3 Mei 2020) 219 Ministry of Defence, “Visit on Indian Naval Ships to Danang, Vietnam,” Press

Information Bureau tersedia di https://pib.gov.in/Pressreleaseshare.aspx?PRID=1532862

(diakses pada 3 Mei 2020) 220 Chinmmoyee Das, “India’s Maritime Diplomacy in South-West Indian Ocean:

Evaluating strategic partnerhips,” hal. 51

Page 103: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

91

building dan pertukaran pelatihan.221 INS Sumitra menjadi kapal perang

pertama yang berlabuh di pelabuhan Sabang, Indonesia pada 2018. Kedua

negara membahas mengenai Plan of Action pengembangan konektivitas antara

Aceh-Kepulauan Andaman dan Nicobar serta pengembangan dan pengelolaan

pelabuhan di Sabang.222

India dibawah Perdana Menteri Modi berusaha untuk memperdalam

dan memperluas hubungannya dengan kawasan Asia Tenggara melalui

kebijakan “Act East”, sebagian besar kerjasama yang dilakukan oleh India

dengan negara-negara Asia Tenggara lebih mengarah ke masalah keamanan

dan strategis.223 Hal ini dilakukan oleh India sebagai upaya untuk

mengimbangi dominasi Tiongkok yang terus meningkat. Terdapat beberapa

tujuan inti India di kawasan Asia Tenggara antara lain: 1) menjaga stabilitas

regional dan mencegah dominasi regional; 2) mengamankan jalur komunikasi

laut seperti Selat Malaka dan meningkatkan konektivitas melalui proyek

221 “Indian ships on visit Philippines,” The Hindu tersedia di

https://www.thehindu.com/news/cities/Visakhapatnam/indian-ships-on-visit-to-

philippines/article19792710.ece (diakses pada 3 Mei 2020) 222 Yashinta Difa Pramudyani, “RI-India sepakat majukan konektivitas Aceh-

Kepulauan Andaman, Nicobar,” Antara News tersedia di

https://www.antaranews.com/berita/1198983/ri-india-sepakat-majukan-konektivitas-aceh-

kepulauan-andaman-nicobar (diakses pada 3 Mei 2020) 223 Amitendu Palit, “India-Southeast Asia Relations: Enhancing Mutual Benefits,”

Brookings tersedia di https://www.brookings.edu/research/india-southeast-asia-relations-

enhancing-mutual-benefits/ (diakses pada 3 Mei 2020)

Page 104: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

92

infrastruktur untuk kemudian transportasi serta peningkatan arus barang dan

jasa; 3) sengketa Laut Cina Selatan dapat diselesaikan dengan damai.224

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, security dilemma dalam

konteks India-Tiongkok secara bertahap meracuni hubungan antara keduanya.

Pergerakan maritim Tiongkok di wilayah perairan Samudera Hindia dan Teluk

Bengal menunjukkan masa depan yang tidak pasti bagi India. Terbentuknya

koridor ekonomi yang melibatkan negara-negara tetangga India berkontribusi

pada rasa pengepungan (encirclement) bagi New Delhi.

Seperti yang dilihat, berkembangnya pengaruh Tiongkok di Samudera

Hindia dan Teluk Bengal telah menyusutkan ruang bagi India untuk

bermanuver. Pada akhirnya, ketakutan nyata New Delhi adalah bahwa

kehadiran Tiongkok yang lebih besar di lingkungannya dapat berakhir

melemahkan otoritas India.225

Walaupun terdapat perbedaan kekuatan antara India dan Tiongkok,

namun tampaknya India berpeluang untuk mengimbangi kekuatan atau

pengaruh Tiongkok di Samudera Hindia dan Teluk Bengal. Menurut Nagao,

terdapat tiga alasan yang mendasari mengapa India menjadi negara yang

mampu menantang pengaruh Tiongkok yang saat ini sedang berkembang.

224 Jonah Blank, dkk., Look East, Cross Black Waters: India’s interest in Southeast

Asia, hal. xix 225 Abhijit Singh, “What China’s coercion at sea means for India,” ASPI tersedia di

https://www.aspistrategist.org.au/what-chinas-coercion-at-sea-means-for-india/ (diakses pada

5 Mei 2020)

Page 105: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

93

Pertama, secara strategis, India terletak di pusat utara Samudera Hindia. Hal

ini dapat diartikan bahwa India dengan mudah dapat mengakses Samudera

Hindia dari semua sisi. Kedua, India menjadi satu-satunya negara yang

memiliki angkatan laut yang kuat dibandingkan dengan negara-negara di

Samudera Hindia lainnya. Ketiga, India sejak lama menghormati kebebasan

bernavigasi di Sea Lines of Communications (SLOC) bagi semua negara yang

dekat dengan India.226

Sejauh ini, respon India mengenai fenomena ini antara lain: 1)

menangkal ancaman potensial dari pangkalan militer Tiongkok di lingkungan

terdekatnya; 2) memperkuat kemitraan militer untuk menyeimbangkan

Tiongkok, dan 3) meniru upaya Tiongkok dengan menghadirkan militer asing.

India tengah sibuk membangun aliansi dengan negara-negara regional serta

ekstra-regional dalam rangka membatasi pengaruh serta kemampuan militer

Tiongkok baik di Samudera Hindia maupun Teluk Bengal.227 Dengan adanya

upaya-upaya tersebut tentu mendorong keterlibatan India yang lebih luas di

Samudera Hindia dan Teluk Bengal.

Pengepungan terhadap India melalui strategi String of Pearls di

Samudera Hindia dan aliansi Sino-Pak telah menciptakan dilema keamanan

bagi India. Meningkatnya kapabilitas militer Tiongkok secara tidak sengaja

mengurangi keamanan India. Sumber lain yang menjadi faktor ketidakamanan

226 Bertil Lintner, “Is India The World’s Best Bet to Counter China?,” 227 Muhammad Hanif, “India considers China as a rival in the Indian Ocean,”

Page 106: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

94

India yaitu hubungan Tiongkok dengan negara-negara tetangga India

digunakan sebagai alat untuk memperluas pengaruhnya dan membatasi ruang

gerak bagi India di Samudera Hindia.228

New Delhi telah mewaspadai peningkatan kerja sama dan aktivitas laut

Tiongkok di Teluk Bengal. Sementara itu, Angkatan Laut India tetap menjadi

yang terkuat di kawasan tersebut, India perlu memastikan bahwa posisinya

tidak melemah akibat berlangsungnya perkembangan politik kekuasaan

diantara kekuatan eksternal.229 Di sisi lain, India menghadapi asimetri dengan

Tiongkok di bidang kekuatan militer dan ekonomi.

Melalui teori Balance of Threat, Walt berargumen bahwa balancing

tidak dapat terjadi apabila berhadapan dengan sesuatu yang lebih kuat

melainkan melawan sesuatu yang mengancam. India tidak berusaha untuk

menyeimbangkan AS, tetapi mencari mitra untuk menyeimbangkan Tiongkok

yang dianggap sebagai ancaman langsung.230 Maka dari itu, India mengejar

kebijakan luar negeri yang lebih ambisius melalui Kebijakan Look East dan

Act East dimana India melakukan interaksi dengan dengan Jepang dan negara-

228 Sankhya Khrisnan, India’s Security Dilemma vis-à-vis China: A Case of Optimum

or Sub-Optimum Restraint? (Colombo: RCSS, 2008) 229 K. Yhome, “The Bay of Bengal at the Crossroad: Potential for Cooperation among

Bangladesh, India and Myanmar,” FES India Paper (2014) 230 Kunal Singh, “Examining the idea of an India-led middle power coalition,”

Livemint tersedia di

https://www.livemint.com/Opinion/NKbhvIEoycJttSuqtPRiwJ/Examining-the-idea-of-an-

Indialed-middle-power-coalition.html (diakses pada 22 Mei 2020)

Page 107: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

95

negara di Asia Tenggara. Melalui kebijakan-kebijakan ini merupakan bagian

dari upaya balancing India terhadap Tiongkok di kawasan.231

Menanggapi perluasan aktivitas Tiongkok di kawasan, India

melakukan internal dan eksternal balancing. Internal balancing mencakup

upaya membangun dan mengembangkan kemampuan militer serta membeli

senjata. Militer merupakan instrumen mendasar yang dimiliki oleh suatu

negara karena pada akhirnya negara bertanggung jawab atas keamanannya

sendiri. Maka dari itu, dengan membangun kemampuan militer dapat

memungkinkan India untuk mencegah kekuatan atau mempertahankan diri

dari Tiongkok.

Sementara itu, external balancing menyasar pada pembangunan

hubungan atau aliansi dengan negara-negara lain sebagai konsekuensi dari

negara tertentu yang tidak memiliki kapasitas yang mumpuni untuk

menghadapi ancaman tertentu. India membutuhkan mitra yang kuat yang

mampu membantunya menyeimbangkan Tiongkok dan membantu India untuk

mengeksplorasi kemampuannya, sehingga India perlu memperkuat ikatan

dengan para pemain utama seperti Amerika Serikat, Jepang dan Australia,

negara-negara pesisir Teluk serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara.232

231 Muhammad Fathullah, “Dari Look East ke Act East: Arti Penting Perubahan

Kebijakan Luar Negeri India terhadap Negara-Negara di Asia Tenggara,” Jurnal Hubungan

Internasional (2018) 232 Rajesh Rajagopalan, “India’s Strategic Choices: China and the Balance of Power

in Asia,” Carnegie India tersedia di https://carnegieindia.org/2017/09/14/india-s-strategic-

choices-china-and-balance-of-power-in-asia-pub-73118 (diakses pada 24 Mei 2020)

Page 108: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muncul sebagai dua ekonomi Asia yang kuat, India dan Tiongkok

keduanya berambisi untuk terus melakukan modernisasi yang kemudian

berkembang menjadi pengaruh politik dan pengaruh supra-regional.

Meningkatnya kekuatan dan besarnya pertumbuhan pengaruh Tiongkok

memberikan pengaruh yang signifikan dalam politik global. Melalui kemitraan

atau hubungan diplomatik, saat ini Tiongkok telah mendominasi negara-

negara di seluruh dunia, terutama kawasan Asia dan Pasifik. Posisi dan strategi

yang dimiliki oleh Tiongkok telah memberikan keuntungan bagi kelangsungan

kepentingan nasionalnya. Memperkuat ikatan dengan beberapa negara di

kawasan Asia, mendukung atau memfasilitasi pembangunan infrastruktur serta

membangun pangkalan militer di sekitar Samudera Hindia menjadi bukti

bahwa pengaruh Tiongkok semakin luas dan kuat.

Ekspansi Tiongkok di kawasan Samudera Hindia telah mengundang

banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Klaim pengaruh yang

tumpang tindih di Asia dan Samudera Hindia telah muncul sebagai bentuk

persaingan strategis antara India dan Tiongkok. Kedua negara sangat

bergantung pada SLOC Samudera Hindia untuk kepentingan energi,

keamanan perdagangan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Persaingan strategis antara India dan Tiongkok juga terlihat jelas di Teluk

Page 109: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

97

Bengal dimana kedua negara merasakan dilema keamanan karena keduanya

memiliki kecurigaan satu sama lain.

Pengepungan India melalui strategi String of Pearls di kawasan

Samudera Hindia dan aliansinya dengan Pakistan telah menciptakan dilema

keamanan (security dilemma) bagi India. Namun, posisi geostrategik yang

unik di Samudera Hindia telah memberikan keuntungan strategis bagi India

sekaligus menikmati dominasi di wilayah tersebut. Di sisi lain, India khawatir

akan kehilangan posisinya yang dominan di kawasan Teluk Bengal akibat

perkembangan pengaruh Tiongkok di kawasan tersebut. Secara geografis,

Tiongkok tidak memiliki konektivitas fisik dengan Teluk Bengal sehingga

Tiongkok berupaya mengurangi hambatan geografis. Sementara itu, India

berupaya mempertahankan posisinya sebagai pemain dominan di kawasan

tersebut.

Dalam rangka mempertahankan statusnya sebagai kekuatan ekonomi,

Tiongkok ingin mengintegrasikan ekonominya dengan dunia melalui Belt and

Road Initiative. Saat ini, Tiongkok lebih tegas dalam membangun hubungan

dengan negara-negara tetangga India dan menghasilkan respon yang positif

dari negara-negara yang tidak stabil terhadap inisiatif tersebut. Selain itu,

Tiongkok juga memprakasai kerja sama sub-regional dan inisiatif konektivitas

(koridor ekonomi) dalam rangka melindungi kepentingan strategis dan

ekonominya. Keterbatasan jarak geografis dengan Samudera Hindia,

Page 110: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

98

Tiongkok mendapatkan akses penggunaan sejumlah pelabuhan di kawasan

tersebut seperti di Kyaukpyu dan Hambantota.

Hubungan bilateral India dan Tiongkok terus ditandai oleh

ketidakpercayaan dan kecurigaan akibat masalah yang belum terselesaikan

diantara keduanya. Kondisi dilema keamanan di antara kedua negara

dimanfaatkan oleh Tiongkok untuk menjalin hubungan dekat dengan negara-

negara lain di Samudera Hindia terutama negara-negara yang sebelumnya

telah memiliki ikatan dengan India seperti Sri Lanka, Bangladesh dan

Myanmar. Kehadiran angkatan lautnya dan pembangunan infrastruktur di

kawasan Samudera Hindia dan negara-negara pesisir Teluk Bengal dianggap

sebagai ancaman keamanan dan pengepungan (encirlement) bagi India.

Maka dari itu, India memerlukan langkah proaktif untuk menahan

ekspansi Tiongkok di Samudera Hindia dan Teluk Bengal. Melalui

peningkatan anggaran dan modernisasi Angkatan Laut merupakan salah satu

dari serangkaian persiapan India untuk menghadapi Tiongkok. Kerjasama

regional dan diplomasi dengan negara-negara pesisir Samudera Hindia melalui

Kebijakan Act East dan Neighborhood First membantu dalam memperkuat

legitimasi India di kawasan tersebut.

India menerapkan kebijakan Neighborhood First dengan

mengembangkan hubungan bilateral di bidang tertentu dengan beberapa

negara pesisir Teluk. Dalam merespon koridor ekonomi Tiongkok, India

Page 111: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

99

mempromosikan kerja sama sub-regional BIMSTEC yang terdiri dari negara-

negara Teluk Bengal dan membangun infrastruktur yang menghubungkan

India dengan negara-negara tersebut.

Dalam menghadapi ancaman dari Tiongkok, India juga melibatkan

kekuatan ekstra regional seperti Amerika Serikat dan Jepang dalam bentuk

kemitraan strategis. Kerja sama strategis yang dilakukan oleh India dengan

Amerika Serikat, Jepang dan Australia atau yang disebut “The Quad”

merupakan sebuah upaya untuk membangun aliansi untuk menekan pengaruh

Tiongkok di Samudera Hindia. Selain meningkatkan hubungannya dengan

kekuatan ekstra regional, India juga membina hubungan dengan negara-negara

di Asia Tenggara. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan posisinya di

kawasan Samudera Hindia dan meningkatkan kapabilitas serta kredibilitas

India sebagai penyedia keamanan untuk kawasan ini.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa India telah khawatir dengan

meningkatnya aktivitas ekonomi maupun militer Tiongkok yang tumbuh di

kawasan Samudera Hindia dan Teluk Bengal. Pengepungan (encirclement)

melalui strategi String of Pearls, aliansi Sino-Pak dan asimetri kekuatan telah

menciptakan dilema keamanan bagi India. Dalam menghadapi kondisi ini,

India perlu mengembangkan berbagai upaya untuk menjamin keamanannya

dengan meningkatkan kemampuan militer dan membangun kemitraan

strategis atau aliansi.

Page 112: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

100

Selain itu, dilihat dari strategi India di Teluk Bengal cenderung

hegemonik dan New Delhi juga bersikap kritis terhadap segala bentuk

keterlibatan strategis, ekonomi dan pertahanan negara-negara pesisir Teluk

dengan Tiongkok. India juga memberikan tekanan terhadap negara-negara

tersebut untuk membatalkan perjanjian bilateral mereka dengan Tiongkok.

Upaya-upaya ini dilakukan oleh India untuk menekan pengaruh Tiongkok di

kawasan Teluk Bengal.

Page 113: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdenur, Adriana Erthal. “Trans-Himalayas: From the Silk Road to World War II.” dalam

India China: Rethinking Borders and Security, ed. L. H. M. Ling, dkk. Michigan:

University of Michigan Press, 2016.

Ali, S. Mahmud. China’s Belt and Road Vision: Geoeconomics and Geopolitics. Switzerland:

Springer Nature, 2020.

Anggito, Albi, dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak,

2018.

Athwal, Amardeep. China–India Relations: Contemporary dynamics. New York: Routledge,

2008.

Baruah, Darshana M., dan C. Raja Mohan. “The emerging dynamics of Sino-Indian rivalry in

the Bay of Bengal.” dalam India-China Maritime Competition: The Security

Dilemma at Sea, ed. Rajesh Basrur, dkk. London: Routledge, 2019.

Bhattacharya, Abanti. “Emerging Foreign Policy Trends under Xi Jinping.” dalam East Asia

Strategic Review: China’s Rising Strategic Ambitions in Asia, diedit oleh M.S.

Prathibha. New Delhi: Pentagon Press, 2018.

Blank, Jonah, dkk. Look East, Cross Black Waters: India’s interest in Southeast Asia.

California: RAND Corporation, 2015.

Bo, Hu. Chinese Maritime Power in the 21st Century: Strategy Planning, Policy and

Predictions. New York: Routledge, 2020.

Brewster, David. “The Challenge of Building the Bay of Bengal as an Interconnected

Region.” dalam Twenty Years of BIMSTEC: Promoting Regional Cooperation and

Integration in Bay of Bengal Region, diedit oleh Prabir De. New York: Routledge,

2020.

Brewster, David. “The MSRI and the Evolving Naval Balance in the Indian Ocean.” in

China’s Maritime Silk Road Initiative and South Asia: A Political Economy Analysis

of its Purposes, Perils, and Promise, ed. Jean-Marc F. Blanchard. London: Palgrave

Macmillan, 2018.

Brewster, David. India and China at Sea: Competition for Naval Dominance in the Indian

Ocean. New Delhi: Oxford University Press, 2018.

Brewster, David dan Rory Medcalf. “Cocos and Christmas Islands: Building Australia’s

strategic role in Indian Ocean.” dalam Indian Ocean Islands: Illustrated Cases on

Geopolitics, Ocean and Environment, ed. Christian Bouchard dan Shafick Osman.

New York: Routledge, 2018.

Callahan, William A. “China’s Belt and Road Initiative and EU-China relations.” dalam

China and Nordic Diplomacy, diedit oleh Bjørnar Sverdrup-Thygeson, dkk. New

York: Routledge, 2017.

Chauhan, Rishika. “Differences not disputes: India’s view of the border war after 1962,”

dalam Routledge Handbook of China-India Relations. New York: Routledge, 2020.

Cheema, Sujata Ashwarya, dan Suruchi Aggarwal. “China and India in the Persian Gulf and

Other Energy Theathers: Cooperation or Conflict?” dalam China in Indian Ocean

Region (New Delhi: Allied Publishers, 2015)

Cordesman, Anthony H. Chinese Strategy and Military Power in 2014: Chinese, Japanese,

Korean, Taiwanese, and US Perspectives. Lanham: Rowman & Littlefield, 2014.

Danial, Endang, dan Nanan Wasriah. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:

Laboraterium Pendidikan Kewarganegaraan, 2009.

Page 114: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xiv

Davison, Remy. “Looking East: India and Russia in the Asia-Pacific,” dalam The New Global

Politics of the Asia-Pacific: Conflict and Cooperation in the Asian Century, ed.

Michael K. Connors, dkk. New York: Routledge, 2018.

Dharmaputra, Radityo. “Neorealisme.” dalam Teori Hubungan Internasional: Perspektif-

perspektif Klasik, ed. Visensio Dugis. Surabaya: Airlangga University Press, 2018.

Feng, Cheng, dan Larry M. Wortzel, “PLA Operation Principles and Limited War.” dalam

Chinese Warfighting: The PLA Experience Since 1949, ed. Mark A. Ryan, et al. New

York: Routledge, 2003.

Fravel, M. Taylor. Strong Borders Secure Nation: Cooperation and Conflict in China’s

Territorial Disputes. New Jersey: Princeton University Press, 2008.

Genest, Marc A. Conflict and Cooperation: Evolving theories of International Relations 2nd

Edition. California: Thomson Wadsworth, 2004.

Goldstein, Lyle J. Meeting China Halfway: How to Defuse the Emerging US-China Rivalry.

Washington DC: Georgetown University Press, 2015.

Guo, Rongxing. Territorial Disputes and Management Resources: A Global Handbook. New

York: Nova Science Publisher, 2007.

Harold, Scott W. dkk. The Thickening Web of Asian Security Cooperation: Deepening

Defense Ties among U.S. Allies and Partners in the Indo-Pacific. California: RAND,

2019.

Harrison, Ewan.The Post Cold War International System: Strategies, Institutions and

Reflexity. London: Routledge, 2004.

Ho, Selina. “Seeing the forest for the trees: China’s shifting perceptions of India.” dalam

Handbook on China and Developing Countries, diedit oleh Carla P. Freeman.

Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2015.

India: Foreign Policy and Government Guide Vol. 1. Washington DC: International

Bussiness Publications, 2011.

J. Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Mizan Publika,

2011.

Kennedy, Andrew Binghan. The international Ambitious of Mao and Nehru: National

Efficacy Beliefs and the Making of Foreign Policy. Cambridge: Cambridge

University Press, 2012.

Khoo, Nicholas. Collateral Damage: Sino-Soviet Rivalry and the Termination of the Sino-

Vietnamese Alliance. New York: Columbia University Press, 2011.

Lintner, Bertil. The Costliest Pearl: China’s Struggle for India’s Ocean. London: Hurst

Publishers, 2019.

Luthi, Lorenz M. “India’s relations with China, 1945-74.” dalam The Sino-Indian War of

1962: New Perspectives, ed. Amit R. Das Gupta dan Lorenz M. Luthi. New York:

Routledge, 2017.

Lynch, Thomas F. dan James J. Przystup, India-Japan Strategic Cooperation and

Implications for U.S. Strategy in the Indo-Asia-Pacific Region. Washington DC:

National Defense University Press, 2017.

Malhotra, V. P. Security and Defence Related Treaties of India. New Delhi: Vij Books India,

2010.

Malik, Ashish. Disha 365 Current Affairs Analysis Vol.1 for UPSC IAS/IPS Prelim & Main

Exams 2020. New Delhi: DISHA Publication, 2020.

Marketos, Thrassy N. China’s Energy Geopolitics: The Shanghai Cooperation Organization

and Central Asia. New York: Routledge, 2009.

Markus B. Liegl, China’s Use of Military Force in Foreign Affairs: The Dragon Strikes. New

York: Routledge, 2018.

McClam, Reginald J. Balancing on the Pivot: How China’s Rise and Offshore Balancing Affect

Japan’s and India’s Roles as Balancers in the Twenty-First Century. Alabama: Air

University Press, 2016.

Page 115: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xv

Mishra, Keshav. Rapprochement across the Himalays: Emerging India-China Relations in

Post Cold War Period. New Delhi: Kalpaz Publications, 2004.

Panda, Jagannath P.India and China in Asia: Between Equilibrium and Equations. New York:

Routledge, 2019.

Paul, T.V. The China-India Rivalry in the Globalization Era. Washington DC: Georgetown

University Press, 2018.

Paul, T.V.Restraining Great Powers: Soft Balancing from Empires to the Global Era. New

Haven: Yale University Press, 2018.

Peery, Brad. China vs. US: A Political Analysis of US—China Competition, a Police State vs.

a Democracy. Indiana: Archway Publishing, 2018.

Pervez, Muhammad S. Security Community in South Asia: India-Pakistan. New York:

Routledge, 2013.

Peters, Michael A. “The path of Chinese modernity: Philosophical and historical narratives

of the Chinese Dream.” dalam The Chinese Dream: Educating the Future: An

Educational Philosophy and Theory Chinese Educational Philosophy Reader

Volume VII, diedit oleh Michael A. Peters. New York: Routledge, 2020.

Pu, Xiaoyu. “Asymmetrical Competitors: Status Concerns,” dalam The China-India Rivalry

in the Globalization Era, ed. T.V. Paul. Washington DC: Georgetown University

Press, 2018.

Pulipaka, Sanjay. “Myanmar’s Political Transition”, in Myanmar’s Integration with the

World: Challenges and Policy Options, ed. Prabir De & Ajitava Raychaudhuri.

London: Palgrave Macmillan, 2017.

Rai, Ajai K. India’s Nuclear Diplomacy after Pokhran II. New Delhi: Dorling Kindersley,

2009.

Rajagopalan, R. P. “India-China relations,” dalam Chinese Foreign Policy under Xi, ed. Tiang

Boon Ho. New York: Routledge, 2017.

Rakhra, Jasbir P. “Asian Gaints in the Indian Ocean Region: Détente or Entete”, dalamChina

in Indian Ocean Region, ed. Sidda Goud & Manisha Mookherjee. New Delhi: Allied

Publishers, 2015.

Ramachandran, Sita. Decision Making in Foreign Policy. New Delhi: Northern Book Centre,

1996.

Robinson, K. “China is pivot to the Indian Ocean Region: impacts and implications for India.”

dalam Indian Ocean and Maritime Security: Competition, Cooperation and Threat.

New York: Routledge, 2017.

Sakhuja, Vijay. Asian Maritime Power in the 21st Century: Strategic Transactions China,

India and Southeast Asia. Singapura: ISEAS Publishing, 2011.

Sali, M. L. India-China Border Dispute: A Case Study of the Eastern Sector. New Delhi: APH

Publishing Cooperation, 1998.

Samaranayake, Nilanti. “China’s Relations with the Smaller Countries of South Asia.” dalam

China and International Security: History, Strategy, and 21st-Century Policy, diedit

oleh Donovan C. Chau dan Thomas M. Kane. California: Praeger, 2014.

Scott, David. Handbook of India’s International Relations. New York: Routledge, 2011.

Shah, S. K. India and Its Neighbours: Renewed Threats and New Directions. Delhi: Alpha

Editions, 2017.

Shankar, Mahesh. “Territory and the China-India Competition,” dalam The China-India

Rivalry in the Globalization Era, ed. T.V. Paul. Washington DC: Georgetown

University Press, 2018.

Shinn, David H., dan Joshua Eisenman.China and Africa: A Century of Engagement.

Pennsylvania: University of Pennsylvania Press, 2012.

Small, Andrew. The China-Pakistan Axis: Asia’s New Geopolitics. New York: Oxford

University Press, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.

Page 116: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xvi

U.S. – China Security Review Commission, Report to Congress of the U.S.—China Security

Review Commission: The National Security Implications of the Economic

Relationship between the United States and China. Washington DC: U.S. – China

Security Review Commission, 2002.

Vasan, R. Sheshadri. “Implications of OBOR on Maritime Security and Security in Indian

Ocean.” dalam Sino-Indian Relations: Contemporary Perspectives, diedit oleh R.

Sidda Goud dan Manisha Mookherjee. New Delhi: Allied Publishers, 2016.

Verma, Adarsha. “Chinese Ambitions in the Indian Ocean Region.” dalam East Asia Strategic

Review: China’s Rising Strategic Ambitions in Asia, diedit oleh M.S. Prathibha. New

Delhi: Pentagon Press, 2018.

Walt, Stephen M. “Keeping the World “Off Balance”: Self Restraint and U.S Foreign Policy.”

dalam America Unrivaled: The Future of the Balance of Power, ed. John Ikenberry.

London: Cornell University Press, 2002.

Walt, Stephen M. The Origins of Alliances. London: Cornell University Press, 2014.

Wesley, Michael. Restless Continent: Wealth, Rivalry, and Asia’s New Geopolitics. New

York: Peter Mayer Publishers, 2016.

Xiaowen, Hu. “The 1950s in China-India Relations.” dalam Routledge Handbook of China-

India Relations, ed. Kanti Bajpai, dkk. New York: Routledge, 2020.

Xu, Jianfeng. “Introduction: Zhejiang’s Economic Development and the Chinese Dream.”

dalam Chinese Dream and Practice in Zhejiang – Economy, diedit oleh Changhong

Pei dan Jianfeng Xu. Singapura: Springer Nature, 2019.

Yuan, Jing-dong. “Sino-Indian Relations: Peaceful Coexistence or Pending Rivalry.” dalam

The Ashgate Research Companion to Chinese Foreign Policy, diedit oleh Emilian

Kavalski. Farnham: Ashgate Publishing, 2012.

Zhang, Baogui. “China’s foreign policy.” dalam Routledge Handbook of Politics in Asia,

diedit oleh Shiping Hua. New York: Routledge, 2018.

Zheng, Chongwei. 21st Century Maritime Silk Road: A Peaceful Way Forward. Singapura:

Springer Nature, 2018.

Zhu, Cuiping. “The Strategic Game in Indo-Pacific Region and Its Impact on China’s

Security.” dalam Annual Report on the Development of the Indian Ocean Region

2018, diedit oleh Cuiping Zhu. Singapura: Springer Nature, 2019.

Zhu, Cuiping. India’s Ocean: Can India and China Coexist? Singapura: Springer Nature,

2018.

Jurnal, Paper dan Skripsi

“China Naval Modernization: Implications for U.S. Navy Capabilities – Background and Issues

for Congress.” Congressional Research Service (2020).

“Selling the Silk Road Spirit: China’s Belt and Road Initiative in Myanmar”. Myanmar Policy

Briefing. Diakses dari https://www.tni.org/files/publication-

downloads/bri_myanmar_web_18-11-19.pdf diakses pada 4 April 2020.

“Selling the Silk Road Spirit: China’s Belt and Road Initiative in Myanmar.” Myanmar Policy

Briefing. Diakses dari https://www.tni.org/files/publication-

downloads/bri_myanmar_web_18-11-19.pdf diakses pada 4 April 2020.

Abitol, Aldo D. “Causes of the 1962 Sino-Indian War: A Systems Level Approach.” Josef

Korbel Journal of Advanced International Studies (Summer 2009).

Amorim, Wellington, dan Antonio Henrique, “Japan and India: soft balancing as a reaction to

China’s rise?” Revista Brasileira de Politíca Internacional Vol. 57, 2014 [jurnal

online]; tersedia di https://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0034-

73292014000300073; Internet; diunduh pada 28 April 2020.

Page 117: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xvii

Arya, I Gusti Ngurah, dkk. “Kepentingan Tiongkok dalam Akuisisi Pelabuhan Hambantota Sri

Lanka.” Jurnal Hubungan Internasional Vol. 1, no. 1, 2019 [jurnal online]; tersedia

di https://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/47631; Internet; diunduh pada 26

Maret 2020.

Badariyan, Jayanti. “Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat sebagai Respon

Agresivitas China di Samudera Hindia.” Universitas Muhammadiyah Malang (2013).

Brewster, David. “Beyond the String of Pearls: Is there really a Sino-Indian Security Dilemma

in the Indian Ocean?” Journal of the Indian Ocean Region 10, no. 2, 2014 [jurnal

online]; tersedia di https://core.ac.uk/download/pdf/156624787.pdf; Internet; diunduh

pada 23 April 2020.

Brewster, David. “The Rise of the Bengal Tigers: The Growing Strategic Importance of the Bay

of Bengal.” Journal of Defence Studies Vol. 9, no. 2, 2015 [jurnal online]; tersedia di

https://idsa.in/jds/9_2_2015_TheRiseoftheBengalTigers; Internet; diunduh pada 5

Maret 2020.

Cooper, Zack. “Security Implications of China’s Military Presence in the Indian Ocean.” CSIS

Briefs. Diakses dari https://www.csis.org/analysis/security-implications-chinas-

military-presence-indian-ocean pada 20 Maret 2020.

Das, Chinmmoyee. “India’s Maritime Diplomacy in South-West Indian Ocean: Evaluating

strategic partnerships.” Journal of Strategic Security 12 (2), 2019 [jurnal online];

tersedia di

https://scholarcommons.usf.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1726&context=jss;

Internet; diunduh pada 1 Mei 2020.

Das, Pushpita. “Securing the Andaman and Nicobar Islands.” Strategic Analysis 35, no. 3

(2011).

Fang, Tien-Sze. “The Asymmetrical Threat Perceptions in China-India Relations after the 1998

Nuclear Tests.” The London School of Economics and Political Science (2010).

Fathullah, Muhammad. “Dari Look East ke Act East: Arti Penting Perubahan Kebijakan Luar

Negeri India terhadap Negara-Negara di Asia Tenggara.” Jurnal Hubungan

Internasional (2018).

Han, Zhen, dan T. V. Paul, “China’s Rise and Balance of Power Politics.” The Chinese Journal

of International Politics 13, no. 1, 2020 [jurnal online]; tersedia di

https://academic.oup.com/cjip/article/13/1/1/5739306; Internet; diunduh pada 28

April 2020.

Harder, Anton. “Not at the Cost of China: New Evidence Regarding US Proposals to Nehru for

Joining the United Nations Security Council”. Working Paper Cold War International

History Project (2015).

Harneit-Sievers, Axel. “Talking about China in Myanmar.” Heinrich-Böll-Stiftung.Diakses dari

https://www.boell.de/en/2019/07/18/talking-about-china-myanmar pada 4 April 2020.

Islam, Safiqul. “The Strategies of China and India in the Bay of Bengal Region: Revisiting

Strategic Competition.” Yonsei Journal of International Studies Vol. 10, no. 1 (2018).

Jervis, Robert. “Cooperation under Security Dilemma.” World Politics, Vol. 30, No. 2, 1978

[jurnal online]; tersedia di

https://www.jstor.org/stable/2009958?seq=1#metadata_info_tab_contents; Internet;

diunduh pada 8 Februari 2020.

Joshi, Yogesh, dan Anit Mukherjee. “From Denial to Punishment: The Security Dilemma and

Changes in India’s Military Strategy towards China.” Asian Security 15, no. 1, 2019

[jurnal online]; tersedia di

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14799855.2019.1539817; Internet;

diunduh pada 18 April 2020.

Kabir, M. Humayun, dan Amamah Ahmad. “The Bay of Bengal: Next theatre for strategic

power play in Asia”. Croatian International Relations Review 21, No. 72 (2015).

Page 118: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xviii

Kalyanaraman, S. dan Erik H. Ribeiro. “The China-India Doklam Crisis, Its Regional

Implications and Structural Factor.” Boletim de Conjuntura Nerint 2, No. 7, 2017

[jurnal online]; tersedia di https://www.academia.edu/36045512/The_China-

India_Doklam_Crisis_its_regional_implications_and_the_structural_factor; Internet;

diunduh pada 3 Maret 2020.

Karim, Mohammad Aminul., dan Faria Islam. “Bangladesh–China–India–Myanmar (BCIM)

Economic Corridor: Challenges and Prospects.” The Korean Journal of Defense

AnalysisVol. 30, no. 2 (2018).

Kaura, Vinay. “China’s South Asia Policy under Xi Jinping: India Strategic Concerns.” Central

European Journal of International and Security Studies Vol. 12, no. 2, 2018 [jurnal

online]; tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/327060956_China's_South_Asia_policy_u

nder_Xi_Jinping_India's_strategic_concerns; Internet; diunduh pada 13 Maret 2020.

Khetran, Mir Sherbaz. “The Potential and Prospects of Gwadar Port.” Strategic Studies Vol.

35, no. 1 (2015).

Krishnan, Sankhya. “India’s Security Dilemma vis-à-vis China: A Case of Optimum or Sub-

Optimum Restraint?” Regional Centre for Strategic Studies, 2008 [jurnal online];

tersedia di https://www.rcss.org/publication/policy_paper/Policy47.pdf; Internet;

diunduh pada 12 Januari 2020.

Kumar, Arvind. “Future of India-China Relations: Challenges and Prospects.” UNISCI

Discussion Papers, Oktober 2010 [jurnal online]; tersedia di

https://revistas.ucm.es/index.php/UNIS/article/download/UNIS1010330187A/26954/

0; Internet; diunduh pada 1 Maret 2020.

Kumar, S. Y. Surendra. “China’s Strategic Engagement with Sri Lanka: Implications for India.”

Contemporary Chinese Political Economy and Strategic Relations: An International

Journal Vol. 3, no. 3 (2017).

Li, Zhang. “China-India Relations: Strategic Engagement and Challenges”. Center for Asian

Studies IFRI (September 2010)

Malik, J. Mohan, “India-China Relations”. Berkshire Encyclopedia of China tersedia di

https://apcss.org/wp-content/uploads/2011/03/India-China_Relations.pdf

Mobley, Terry. “The Belt and Road Initiative: Insight from China’s Backyard.” Strategic

Quarterly Studies 13, no. 3, 2019 [jurnal online]; tersedia di

https://www.airuniversity.af.edu/Portals/10/SSQ/documents/Volume-13_Issue-

3/Mobley.pdf; Internet; diunduh pada 18 April 2020.

Mohan, N. Chandra. “BIMSTEC: An Idea Whose Time Has Come?” ORF Issue Brief (2016).

National Institute for Defense Studies, “India: The Foreign and Security Policy under the Modi

Government.” East Asian Strategic Review (2015).

Pathak, Vidhan. “China and Francophone Western Indian Ocean Region: Implications for

Indian Interest.” Journal of Defence Studies,Vol. 3, No. 4, 2009 [jurnal online];

tersedia di https://idsa.in/system/files/jds_3_4_vpathak.pdf; Internet; diunduh pada 20

Desember 2020.

Pehrson, Christopher J. “String of Pearls: Meeting the Challenge of China’s Rising Power

across the Asian Littoral.” SSI Carlisle Papers in Security Strategy (Juli 2006).

Priyadharsana, Sithara. “China as a dominant naval power in the Indian Ocean.” IJSIT, Vol.4,

no. 4 (2015).

Raghavan, Srinath. “A Missed Opportunity: The Nehru-Enlai Summit of 1960.” NMML

Occasional Paper: History and Society (Delhi: Nehru Memorial Museum and Library,

2015) tersedia di http://125.22.40.134:8080/jspui/handle/123456789/3980

Rahmadhani, Nathacia. “Kepentingan India dalam Kerjasama BIMSTEC (Bay of Bengal

Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation)” JOM FISIP 3,

no. 1, 2016 [jurnal online]; tersedia di

https://media.neliti.com/media/publications/32901-ID-kepentingan-india-dalam-

Page 119: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xix

kerjasama-bimstec-bay-of-bengal-initiative-for-multi-sec.pdf; Internet; diunduh pada

28 April 2020.

Rajendram, Danielle. “India’s new Asia-Pacific strategy: Modi acts East.” Lowy Institute for

International Policy (2014).

Sakhuja, Vijay. “China-Bangladesh Relations and Potential for Regional Tensions.” China

Brief. Diakses dari https://jamestown.org/program/china-bangladesh-relations-and-

potential-for-regional-tensions/ pada 6 April 2020.

Samaranayake, Nilanti. “The Long Littoral Project: Bay of Bengal, A Maritime Perspective on

Indo-Pacific Security.” CNA Report (2012).

Scott, David. “Sino-Indian Security Predicaments for the Twenty-First Security.” Asian

Security 4, no. 3 (2008).

Suryanarayana, P. S. “Indian Ocean and Bay of Bengal: A Strategic Factor in China-South Asia

Relations.” ISAS Working Paper. Heng Mui Keng Terrace: ISAS, 2016.

Talukdar, Swakshyar Saurav. “Sino-Indian Border Relationship from 1914-1962”.

International Journal of Humanities & Social Science Studies 2, No. 2 (September

2015)

Tariq, Sidra. “India and China in the Indian Ocean: A Complex Interplay of Geopolitics.” IRS

Spotlight (2014).

Twining, Daniel. “India’s Heavy Hedge against China, and its New Look to the United States

to Help,” Joint U.S Korea Academic Studies (2015).

Upadhyaya, Shishir. “Expansion of Chinese maritime power in the Indian Ocean: implications

for India.” Defence Studies, Vol.17, No. 1, 2017 [jurnal online]; tersedia di

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14702436.2016.1271720; Internet;

diunduh pada 15 Desember 2020.

Vijay, Aditya. “India’s Trade and Maritime Policy in the Indian Ocean Region.” Centre for

Public Policy Research (2018).

Waltz, Kenneth. “The Origins of War in International Theory.” Journal of Interdiciplinary

History Vol. 18, No.4, 1998 [jurnal online]; tersedia di

https://www.jstor.org/stable/204817; Internet; diunduh pada 15 Desember 2019.

Wismayanti, Ayu. “Peningkatan Kapabilitas Militer India sebagai Dampak Modernisasi Militer

Tiongkok.” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017).

Yhome, K. “The Bay of Bengal at the Crossroad: Potential for Cooperation among Bangladesh,

India and Myanmar.” FES India Paper (2014).

Yuan, Jing-Dong. “India’s Rise after Pokhran II: Chinese Analyses and Assessment.” Asian

Survey 41, no. 6 (2001).

Zhao, Suisheng. “Chinese Foreign Policy as a Rising Power to find its Rightful Place.”

Perceptions Vol. 18, no. 1, 2013 [jurnal online]; tersedia di

https://core.ac.uk/download/pdf/80590842.pdf; Internet; diunduh pada 8 Maret 2020.

Laporan dan Dokumen

“Premier Zhou En-lai’s Letter to Prime Minister Nehru,” History and Public Policy Program:

Documents on the Sino-Indian boundary question (Peking: Foreign Language Press,

1960) tersedia di

https://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/175958.pdf?v=bfc618a2773b51f

bbe159096697b640a

“Vision and Actions on Jointly Building Silk Road Economic Belt and 21-st Century

Maritime Silk Road.” National Development and Reform Commission (NDRC).

Diakses dari

https://en.ndrc.gov.cn/newsrelease_8232/201503/t20150330_1193900.html pada

30 Maret 2020

Page 120: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xx

Baruah, Darshana M. “Strengthening Delhi’s Strategic Partnerships in the Indian Ocean.”

CNAS tersedia di https://www.cnas.org/publications/reports/strengthening-delhis-

strategic-partnerships-in-the-indianocean (diakses pada 28 April 2020).

Blackwill, Robert D. dan Kurt M. Campbell, “Xi Jinping on the Global Stage.” Council

Special Report. New York: Council on Foreign Relations, 2016.

Lin, Gang. “China’s ‘Good Neighbor’ Diplomacy: A Wolf in Sheep’s Clothing?” Asia

Program Special Report (2005).

Ministry of Defence. “Ensuring Secure Seas: Indian Maritime Security Strategy.” New Delhi:

Indian Navy, 2015.

The State Council Information Office of the People’s Republic of China. China’s Military

Strategy 2015. Diakses dari https://jamestown.org/wp-

content/uploads/2016/07/China%E2%80%99s-Military-Strategy-2015.pdf pada 17

Maret 2020.

Website dan Berita

“Backgrounder: China-Pakistan Economic Corridor.” China Daily.Diakses dari

https://www.chinadaily.com.cn/world/2015xivisitpse/2015-

04/22/content_20503693.htm pada 27 Maret 2020.

“China building capability for offensive operations in Indian Ocean.” The Week. Diakses dari

https://www.theweek.in/news/world/2019/05/03/china-building-capability-offensive-

operations-indian-ocean.html pada 26 Maret 2020.

“China gifts warship to Sri Lanka.” The Economic Times.Diakses dari

https://economictimes.indiatimes.com/news/defence/china-gifts-warship-to-sri-

lanka/articleshow/70255526.cms?from=mdr pada 28 Maret 2020.

“China Vs India by Populations.” Statistics Times tersedia di

http://statisticstimes.com/demographics/china-vs-india-population.php (diakses pada

23 April 2020)

“China’ String of Pearls’ Strategy Resulted in India’s 1st Loss at the Indian Ocean.” Eurasian

Times tersedia di https://eurasiantimes.com/india-aptly-countering-chinas-string-of-

pearls-in-the-indian-ocean/ (diakses pada 21 April 2020).

“China’s One Belt One Road: Challenge to India’s Security.” Belt & Road News tersedia di

https://www.beltandroad.news/2019/02/28/chinas-one-belt-one-road-challenge-to-

indias-security/ (diakses pada 23 April 2020).

“Chronicle of Sino-Indian relations”. China.org.cn tersedia di

http://www.china.org.cn/world/China-India/2010-03/24/content_19676949.htm

(diakses pada 13 Maret 2020).

“Here’s why India has stayed away from China’s Belt and Road Initiative.” Money Control

tersedia di https://www.moneycontrol.com/news/world/heres-why-india-has-

stayed-away-from-chinas-belt-and-road-initiative-4586791.html (diakses pada 14

Juli 2020).

“India firms up USD 130 billion plan to enhance military capabilities.” India Today tersedia di

https://www.indiatoday.in/india/story/plan-to-enhance-military-capability-

government-of-inda-investment-1597702-2019-09-11 (diakses pada 28 April 2020).

“India strengthening its military against China: US.” The Economic Times tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/politics-and-nation/india-strengthening-

its-military-against-china-us/articleshow/11924175.cms?from=mdr (dikases pada 23

April 2020).

Page 121: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxi

“India, China among top three military spenders in 2019: SIPRI report.” The Hindu tersedia di

https://www.thehindu.com/news/national/india-china-among-top-three-military-

spenders-in-2019-sipri-report/article31445560.ece (diakses pada 21 April 2020).

“India, China in spat over border dispute ahead of Hu visit”. The Economic Times tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/international/india-china-in-spat-over-

border-dispute-ahead-of-hu-visit/articleshow/438434.cms?from=mdr (diakses pada

11 Maret 2020).

“India’s military expenditures fifth largest in the world in 2017: report.” Scroll.in tersedia di

https://scroll.in/latest/877678/indias-military-expenditure-fifth-largest-in-the-world-

in-2017-report (diakses pada 21 April 2020).

“India’s neighborhood first Policy aims at Centripental ties.” Belt & Road News tersedia di

https://www.beltandroad.news/2019/10/04/indias-neighbourhood-first-policy-aims-

at-centripetal-ties/ (diakses pada 25 April 2020).

“Indian ships on visit Philippines.” The Hindu tersedia di

https://www.thehindu.com/news/cities/Visakhapatnam/indian-ships-on-visit-to-

philippines/article19792710.ece (diakses pada 29 April 2020).

“Inside China’s US$1 billion port in Sri Lanka where ships don’t want to stop.” The Straits

Times. Diakses dari https://www.straitstimes.com/asia/south-asia/inside-chinas-us1-

billion-port-in-sri-lanka-where-ships-dont-want-to-stop pada 28 Maret 2020.

“Is China the world’s top trader?” China Power tersedia di https://chinapower.csis.org/trade-

partner/ (diakses pada 23 April 2020)

“Pakistani JF-17 fighter jet has already new pilot double seat version.” Bulgarian Military.

Diakses dari https://bulgarianmilitary.com/2019/12/30/pakistani-jf-17-fighter-jet-

has-already-new-pilot-double-seat-version/pada 26 Maret 2020.

“String of Pearls military plan to protect China’s oil: US report.” Space War.Diakses dari

https://www.spacewar.com/2005/050118111727.edxbwxn8.html pada 17 Maret

2020.

“The Growing Entente between India and Japan.” The National Interest tersedia di

https://nationalinterest.org/feature/growing-entente-between-india-and-japan-

44567?page=0%2C2 (diakses pada 29 April 2020).

“This is How India Plans to keep its Neighbors away from China’s Influence.” The National

Interest tersedia di https://nationalinterest.org/blog/buzz/how-india-plans-keep-its-

neighbors-away-chinas-influence-80411 (diakses pada 25 April 2020).

“What does China really spend on its military?” China Power. diakses dari

https://chinapower.csis.org/military-spending/ pada 21 Maret 2020.

“White Paper on Sino-Indian Document”. India News 4, no. 17 tersedia di

https://books.google.co.id/books?id=1EEqAQAAMAAJ&printsec=frontcover&hl=

id#v=onepage&q&f=false (diakses pada 13 Maret 2020).

Albert, Eleanor. “Competition in the Indian Ocean.” CFR tersedia di

https://www.cfr.org/backgrounder/competition-indian-ocean (diakses pada 23 April

2020).

Albert, Eleanor. “Competition in the Indian Ocean.” Council on Foreign Relations. Diakses

dari https://www.cfr.org/backgrounder/competition-indian-oceanpada 20 Maret

2020.

Amadeo, Kimberly. “Largest Economies in the World.” The Balance tersedia di

https://www.thebalance.com/world-s-largest-economy-3306044 (diakses pada 23

April 2020)

Ansari, Beenesh. “Expansion of Indian Naval Forces in the Indian Ocean.” Modern Diplomacy

tersedia di https://moderndiplomacy.eu/2019/10/30/expansion-of-indian-naval-

forces-in-the-indian-ocean/ (diakses pada 28 April 2020).

Aroor, Shiv. “Chinese Army has occupied 640 square km in three Ladakh sectors, says

report”. India Today tersedia di

Page 122: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxii

https://www.indiatoday.in/india/north/story/chinese-army-occupied-640-square-

km-three-ladakh-sectors-report-209992-2013-09-05 (diakses pada 11 Maret 2020)

Arora, Rajat. “Modi’s government Rs 10,000 crore plan to transform Andaman and Nicobar

islands.” The Economic Times tersedia di

https://economictimes.indiatimes.com/news/economy/infrastructure/modi-

governments-rs-10000-crore-plan-to-transform-andaman-and-nicobar-

islands/articleshow/49111067.cms (diakses pada 28 April 2020).

Arouff, Jean Paul. “India in pacts to develop infrastructure in Mauritius, Seychelles.” Reuters

tersedia di https://www.reuters.com/article/us-india-islands/india-in-pacts-to-

develop-infrastructure-in-mauritius-seychelles-idUSKBN0M81AZ20150312

(diakses pada 28 April 2020).

Baruah, Darshana M. “Geopolitics of Indian Ocean Islands in 2019: Takeaways for

Traditional Powers.” Carnegie India.Diakses dari

https://carnegieindia.org/2020/01/09/geopolitics-of-indian-ocean-islands-in-2019-

takeaways-for-traditional-powers-pub-80824pada 20 Maret 2020.

Bhatia, Raashi. “India encircled by China’s string of pearls?” Reuters tersedia di

http://blogs.reuters.com/india/2009/07/28/india-encircled-by-chinas-string-of-pearls/

(diakses pada 21 April 2020).

Bhaumik, Subir. “India to deploy 36.000 extra troops on Chinese border”. BBC News tersedia

di https://www.bbc.com/news/world-south-asia-11818840 (diakses pada 11 Maret

2020).

Brewster, David. “The Bay of Bengal: the Indo-Pasific’s new zone of competition.” ASPI The

Strategist. Diakses darihttps://www.aspistrategist.org.au/the-bay-of-bengal-the-

indo-pacifics-new-zone-of-competition/ pada 28 Maret 2020.

Burke, Jason. “India-China border standoff highlights tension before Xi visit”. The Guardian

tersedia di https://www.theguardian.com/world/2014/sep/16/india-china-border-

standoff-xi-visit (diakses pada 11 Maret 2020)

Burns, John F. “India’s New Defence Chief Sees Chinese Military Threat”. The New York

Times tersedia di https://www.nytimes.com/1998/05/05/world/india-s-new-defense-

chief-sees-chinese-military-threat.html (diakses pada 9 Maret 2020)

Chau, Thompson. “China-led port project inches ahead in Myanmar.” Asia Times. Diakses

dari https://asiatimes.com/2019/07/china-led-port-project-inches-ahead-in-

myanmar/ pada 4 April 2020.

Chhabra, Radhika. “The new phase of Sino-Indian cooperation under the security dilemma.”

ORF tersedia di https://www.orfonline.org/expert-speak/the-new-phase-of-sino-

indian-cooperation-under-the-security-dilemma-48196/ (diakses pada 21 April 2020).

Chowdhury, Kamran Reza. “China to Help Bangladesh Build Submarine Base, Senior

Official Says.” Benar News.Diakses dari

https://www.benarnews.org/english/news/bengali/submarine-base-

09122019155029.htmlpada 30 Maret 2020.

Das, Udayan. “Bay of Bengal: India’s Centerpiece and Springboard.” South Asian

Voices.Diakses darihttps://southasianvoices.org/bay-of-bengal-indias-centerpiece-

springboard/pada 8 April 2020.

Das, Udayan. “Jostling in the Bay of Bengal.” Deccan Herald tersedia di

https://www.deccanherald.com/opinion/in-perspective/jostling-in-the-bay-of-bengal-

803438.html (diakses pada 28 April 2020).

Das, Udayan. “Jostling in the Bay of Bengal.” Deccan Herald.Diakses dari

https://www.deccanherald.com/opinion/in-perspective/jostling-in-the-bay-of-

bengal-803438.html pada 8 Maret 2020.

Das, Udayan. “The dynamics of the Bay of Bengal will determine Asian geopolitics in the

future.” The Telegraph.Diakses dari https://www.telegraphindia.com/opinion/the-

Page 123: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxiii

dynamics-of-the-bay-of-bengal-will-determine-asian-geopolitics-in-the-

future/cid/1690234 pada 28 Maret 2020.

Das, Udayan. “Understanding the Indo-Pacific: A Case of Two Rivalries,” South Asian Voices

tersedia di https://southasianvoices.org/understanding-the-indo-pacific-a-case-of-

two-rivalries/ (diakses pada 23 April 2020).

Dinesh, Sindhu. “India’s Naval Ambitions: Has it Realised the Mahanian Moment?” The

Geopolitics tersedia di https://thegeopolitics.com/indias-naval-ambitions-has-it-

realised-the-mahanian-moment/ (diakses pada 28 April 2020).

Dominguez, Gabriel. “Bangladesh Navy receives final two Chinese-made Type C13B

corvettes.” Jane’s.Diakses dari https://www.janes.com/article/88149/bangladesh-

navy-receives-final-two-chinese-made-type-c13b-corvettespada 30 Maret 2020.

Dutta, Prabhash K. “This day in 1962: India-China war started with synchronized attack on

Ladakh, Arunachal”. India Today tersedia di

https://www.indiatoday.in/india/story/india-china-war-1962-20-october-aksai-chin-

nefa-arunchal-pradesh-1067703-2017-10-20 (diakses pada 6 Maret 2020).

Ermito, Daniele. “China’s maritime strategy and India’s security dilemma.” Global Risk Insight

tersedia di https://globalriskinsights.com/2016/03/china-maritime-strategy-and-india-

security-dilemma/ (diakses pada 21 April 2020).

Fuhrman, Peter. “China-owned port in Sri Lanka could alter trade routes.” Financial

Times.Diakses dari https://www.ft.com/content/f0d88070-9f99-11e7-9a86-

4d5a475ba4c5pada 28 Maret 2020.

Gady, Franz-Stefan. “Asia’s Military Spending Fueled by Heightened Tensions with China.”

The Diplomat tersedia di https://thediplomat.com/2016/04/asias-military-spending-

fueled-by-heightened-tensions-with-china/ (diakses pada 21 April 2020).

Ganapathy, Nirmala. “India increases its presence in Indian Ocean, with an eye on China.” The

Strait Times tersedia di https://www.straitstimes.com/asia/south-asia/india-increases-

its-presence-in-indian-ocean-with-an-eye-on-china (diakses pada 25 April 2020).

Ghost, Deepshikha. “Need to Clarify Border, Resolve Dispute Quickly, Says PM Modi Amid

Border Stand-off”. NDTV tersedia di https://www.ndtv.com/india-news/need-to-

clarify-border-resolve-dispute-quickly-says-pm-modi-amid-border-stand-off-

667868 (diakses pada 12 Maret 2020).

Gupta, Jayanta. “Chinese naval ships detected near Andamans”. tersedia di

https://timesofindia.indiatimes.com/india/Chinese-naval-ships-detected-near-

Andamans/articleshow/48817805.cms diakses pada 23 Desember 2019.

Hanif, Muhammad. “India considers China as a rival in the Indian Ocean.” Daily Times tersedia

di https://dailytimes.com.pk/586594/india-considers-china-a-rival-in-the-indian-

ocean-region-ior/ (diakses pada 23 April 2020).

Hannah, Harry I. “The Great Game Moves to Sea: Tripolar Competition in the Indian Ocean

Region.” War on the Rocks tersedia di https://warontherocks.com/2019/04/the-great-

game-moves-to-sea-tripolar-competition-in-the-indian-ocean-region/ (diakses pada

25 April 2020).

Huang, Cary. “US, Japan, India, Australia.. is Quad the first step to an Asian Nato?” SCMP

tersedia di https://www.scmp.com/week-asia/opinion/article/2121474/us-japan-india-

australia-quad-first-step-asian-nato (diakses pada 28 April 2020)

Joshi, Manoj. “India (re)discovers the Indian Ocean.” ORF tersedia di

https://www.orfonline.org/research/india-rediscovers-the-indian-ocean-54684/

(diakses pada 29 April 2020).

Kanwal, Gurmeet. “Pakistan’s Gwadar Port: A New Naval Base in China’s String of Pearls

in the Indo-Pacific.” CSIS tersedia dari https://www.csis.org/analysis/pakistans-

gwadar-port-new-naval-base-chinas-string-pearls-indo-pacific (diakses pada pada

27 Maret 2020)

Page 124: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxiv

Kaplan, Robert D. “The Critical Bay of Bengal.” Stratfor Worldview. Diakses dari

https://worldview.stratfor.com/article/critical-bay-bengalpada 28 Maret 2020.

Karasik, Theodore. “Why all eyes should be on the Indian Ocean.” Al-Arabiya tersedia di

https://english.alarabiya.net/en/views/news/world/2014/01/09/Why-all-eyes-should-

be-on-the-Indian-Ocean (diakses pada 23 April 2020).

Keck, Zachary. “China to Sell Bangladesh 2 Submarines.” The Diplomat. Diakses dari

https://thediplomat.com/2013/12/china-to-sell-bangladesh-2-submarines/pada 28

Maret 2020.

Kellogg, Thomas. “The China-India Border Standoff: What Does Beijing Want?” Foreign

Policy tersedia di https://foreignpolicy.com/2017/09/01/the-china-india-border-

standoff-what-does-beijing-want/ (diakses pada 12 Maret 2020).

Kesavan, K.V. “India’s ‘Act East’ policy and regional cooperation.” ORF tersedia di

https://www.orfonline.org/expert-speak/indias-act-east-policy-and-regional-

cooperation-61375/ (diakses 25 April 2020).

Khan, Rida. “China’s growing influence in South Asia.” The Nation. Diakses

darihttps://nation.com.pk/05-Aug-2018/china-s-growing-influence-in-south-

asiapada 22 Maret 2020.

Kondapalli, Srikanth. “Maritime Silk Road: Increasing Chinese Inroads into the Maldives.”

IPCS. Diakses dari http://www.ipcs.org/comm_select.php?articleNo=4735 pada 26

Maret 2020.

Krishnan, Ananth. “Crossing the point of no return,” The Hindu tersedia di

https://www.thehindu.com/opinion/op-ed/crossing-the-point-of-no-

return/article4028362.ece (diakses pada 4 Maret 2020).

Lague, David. “China’s vast fleet is tipping the balance in the Pacific.” Reuters.Diakses dari

https://www.reuters.com/investigates/special-report/china-army-navy/ pada 23

Maret 2020.

Lintner, Bertil. “Is India The World’s Best Bet to Counter China?” Huffpost tersedia di

https://www.huffingtonpost.in/entry/india-counter-china-indian-

ocean_in_5cffa232e4b0b02180874458 (diakses pada 28 April 2020).

Madan, Tanvi. “India’s Relations with China: The Good, the Bad, and the (Potentially) Ugly”.

Brookings tersedia di https://www.brookings.edu/opinions/indias-relations-with-

china-the-good-the-bad-and-the-potentially-ugly/ (diakses pada 11 Maret 2020).

Manson, Katrina. “China military to set up first overseas in Horn of Africa.” CNBC. Diakses

dari https://www.cnbc.com/2016/03/31/china-military-to-set-up-first-overseas-

base-in-djibouti.html pada 24 Maret 2020.

Miller, J. Berkshire. “China Making a Play at Bangladesh?” Forbes.Diakses dari

https://www.forbes.com/sites/jonathanmiller/2014/01/03/china-making-a-play-at-

bangladesh/#4f3d66e01a3a pada 6 April 2020.

Ministry of Defence. “Visit on Indian Naval Ships to Danang, Vietnam.” Press Information

Bureau tersedia di https://pib.gov.in/Pressreleaseshare.aspx?PRID=1532862 (diakses

pada 29 April 2020).

Mühlhahn, Klaus. “Reform and Opening: China’s Turning Point.” China Channel. Diakses

dari https://chinachannel.org/2019/02/07/reform-opening/pada 18 Maret 2020.

Palit, Amitendu. “India-Southeast Asia Relations: Enhancing Mutual Benefits.” Brookings

tersedia di https://www.brookings.edu/research/india-southeast-asia-relations-

enhancing-mutual-benefits/ (diakses pada 29 April 2020).

Parameswaran, Prashanth. “What’s Behind the First India-Singapore-Thailand Trilateral

Maritime Exercise?” The Diplomat tersedia di

https://thediplomat.com/2019/09/whats-behind-the-first-india-singapore-thailand-

trilateral-maritime-exercise/ (diakses pada 29 April 2020).

Page 125: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxv

Parameswaran, Prashanth. “What’s Behind the New India-Myanmar Naval Exercise.” The

Diplomat tersedia di https://thediplomat.com/2018/03/whats-behind-the-new-india-

myanmar-naval-exercise/ (diakses pada 29 April 2020).

Paul, Joshy M. “The Quad: A Soft Balancing Mechanism in Asia.” South Asian Voices tersedia

di https://southasianvoices.org/soft-balancing-asia/ (diakses pada 28 April 2020).

Pramudyani, Yashinta Difa. “RI-India sepakat majukan konektivitas Aceh-Kepulauan

Andaman, Nicobar.” Antara News tersedia di

https://www.antaranews.com/berita/1198983/ri-india-sepakat-majukan-konektivitas-

aceh-kepulauan-andaman-nicobar (diakses pada 29 April 2020).

Pubby, Manu. “India inks $950 million deal for Russian frigates.” Economic Times tersedia di

https://m.economictimes.com/news/defence/india-inks-950-million-deal-for-russian-

frigates/articleshow/66408319.cms (diakses pada 28 April 2020).

Purohit, Kunal. “India and the US over China: Maldives picks a side in the Indian Ocean.”

South China Morning Post. Diakses dari https://www.scmp.com/week-

asia/politics/article/3046453/india-and-us-over-china-maldives-picks-side-indian-

ocean pada 26 Maret 2020.

Ramachandran, Sudha. “The China-Maldives Connection.” The Diplomat. Diakses dari

https://thediplomat.com/2018/01/the-china-maldives-connection/ pada 26 Maret

2020.

Rajagopalan, Rajesh. “India’s Strategic Choices: China and the Balance of Power in Asia.”

Carnegie India tersedia di https://carnegieindia.org/2017/09/14/india-s-strategic-

choices-china-and-balance-of-power-in-asia-pub-73118 (diakses pada 24 Mei 2020).

Ranade, Jayadeva. “China’s New Policy of Peripheral Diplomacy.” CCAS. Diakses dari

https://ccasindia.org/article_details.php?aid=14 pada 16 Maret 2020.

Rastogi, Vasundhara. “India’s Export and Import Trends 2018-19.” India Briefing tersedia di

https://www.india-briefing.com/news/indias-export-import-trends-2018-19-

18958.html/ (diakses pada 23 April 2020).

Ribeiro, Erik Herejk. “The Flaring Sino-Indian Security Dilemma: Is Conventional Deterrence

Eroding?” E-International Relations tersedia di https://www.e-ir.info/2020/01/11/the-

flaring-sino-indian-security-dilemma-is-conventional-deterrence-eroding/ (diakses

pada 21 April 2020).

Sakhuja, Vijay. “Chinese Submarines Taste Indian Ocean.” The Maritime Executive. Diakses

dari https://www.maritime-executive.com/article/Chinese-Submarines-Taste-

Indian-Ocean-2014-10-01 pada 22 Maret 2020.

Sarath, “Indian Ocean Region – Strategic Importance.” ArcGIS StoryMaps tersedia di

https://storymaps.arcgis.com/stories/f0552ba1c62c48c48470b12fecabb0c2 (diakses

pada 21 April 2020).

Singh, Abhijit. “Andaman and Nicobar: India’s ‘strategic anchor’ holds ground.” ORF tersedia

di https://www.orfonline.org/expert-speak/andaman-and-nicobar-india-strategic-

anchor-holds-ground-47848/ (diakses pada 28 April 2020).

Singh, Abhijit. “What China’s coercion at sea means for India.” ASPI tersedia di

https://www.aspistrategist.org.au/what-chinas-coercion-at-sea-means-for-india/

(diakses pada 29 April 2020).

Singh, Hemant. “What is the history of Aksai Chin?” Jagran Josh tersedia di

https://www.jagranjosh.com/general-knowledge/history-of-aksai-chin-

1566305339-1(diakses pada 4 Maret 2020).

Singh, Kunal. “Examining the idea of an India-led middle power coalition.” Livemint tersedia

di https://www.livemint.com/Opinion/NKbhvIEoycJttSuqtPRiwJ/Examining-the-

idea-of-an-Indialed-middle-power-coalition.html (diakses pada 22 Mei 2020).

Singh, Rahul. “As Malabar moves ahead in Bay of Bengal, a look at navy’s other global drills.”

Hindustan Times tersedia di https://www.hindustantimes.com/india-news/as-malabar-

Page 126: UPAYA INDIA DALAM MERESPON PENINGKATAN AKTIVITAS …

xxvi

moves-ahead-in-bay-of-bengal-a-look-at-navy-s-other-global-drills/story-

YFmdOtnQNGbSu5dimEXI3K.html (diakses pada 29 April 2020).

Takur, Ramesh. “China’s role in India-Pakistan nuclear equation”. Australian Strategic

Policy Institute tersedia di https://www.aspistrategist.org.au/chinas-role-in-the-

india-pakistan-nuclear-equation/ (diakses pada 9 Maret 2020).

Tourangbam, Monish. “Modi 2.0 and India’s neighborhood first policy: Walking the Talk?”

South Asian Voices tersedia di https://southasianvoices.org/modi-2-0-and-indias-

neighborhood-first-policy-walking-the-talk/ (diakses pada 25 April 2020).

Vinicius, Marcus. “Reform and Opening-Up: Chinese Lessons to the World.” Policy Center

for the New South. Diakses dari

https://www.policycenter.ma/sites/default/files/PCNS-PP-19-05.pdfpada 18 Maret

2020.

Weber, Julian. “China’s Expansion in the Indian Ocean calls European engagement.” Merics

tersedia di https://www.merics.org/en/blog/chinas-expansion-indian-ocean-calls-

european-engagement (diakses pada 23 April 2020).

Woody, Christopher. “Japan is quietly gaining an edge amid a growing competition between

India and China.” Business Insider tersedia di https://www.businessinsider.in/japan-

is-quietly-gaining-an-edge-amid-a-growing-competition-between-india-and-

china/articleshow/64407417.cms (diakses pada 29 April 2020).

Xavier, Constantino. “Countering China’s presence in South Asia.” Business Line tersedia di

https://www.thehindubusinessline.com/opinion/countering-chinas-presence-in-s-

asia/article22140485.ece (diakses pada 23 April 2020).

Xia, Li. “China-Myanmar oil pipeline carries 5 mln tonnes crude in H1.” Xinhuanet tersedia

dari http://www.xinhuanet.com/english/2019-07/21/c_138245542.htm (diakses

pada 4 April 2020).

Xuetong, Yan. “Diplomacy Should Focus on Neighbors”. Carniegie-Tsinghua tersedia di

https://carnegietsinghua.org/2015/01/27/diplomacy-should-focus-on-neighbors-

pub-58831 (diakses pada 16 Maret 2020).

Yang, Vivian. “Is China’s String of Pearls Real?” Foreign Policy in Focus tersedia dari

https://fpif.org/is_chinas_string_of_pearls_real/ (diakses pada 18 Maret 2020).

Yang, Xiaoping. “China’s Perceptions of India as a Nuclear Weapons Power”. Carnegie

Endowment for International Peace tersedia di

https://carnegieendowment.org/2016/06/30/china-s-perceptions-of-india-as-

nuclear-weapons-power-pub-63970 (diakses pada 8 Maret 2020).

Zhou, Laura. “Chinese frigate’s arrival in Colombo under Sri Lanka flag emblematic of

Beijing power play in Indian Ocean”. South China Morning Post tersedia

darihttps://www.scmp.com/news/china/diplomacy/article/3017739/chinese-

frigates-arrival-colombo-under-sri-lanka-flag (diakses pada 28 Maret 2020).