-
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Oleh
Habib Rifai
292012037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
-
i
-
ii
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
-
iv
-
v
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Habib Rifai, Erlina Prihatnani
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Pembelajaran yang berfokus pada guru tanpa adanya proses
mengkonstruk
pengetahuan oleh siswa sendiri menjadi dasar penelitian
dengan
menggunakan model Discovery Learning sebagai upaya tindak lanjut
untuk
meningkatkan rendahnya hasil belajar matematika. Tujuan
penelitian ini
adalah untuk menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan
sintaks
Discovery Learning dan KTSP 2006, serta melaksanaan pembelajaran
sesuai
perencanaan tersebut guna meningkatkan hasil belajar matematika
siswa
kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
Semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016. Model DL diterapkan dalam
pembelajaran
matematika pada materi bangun ruang.Penelitian ini termasuk
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model
Spiral
Kemmis & Mc Taggart dengan 4 tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI
SDN Bener
02 yang berjumlah 21 siswa pada semester II tahun pelajaran
2015/2016.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
dokumentasi,
observasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan pra siklus, siklus 1, siklus 2,
serta antar
siklus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas
meningkat dari pra
siklus 63,2 menjadi 67,5 pada siklus 1 dan menjadi 81,5 pada
siklus 2. Selain
itu, persentase ketuntasan klasikal juga meningkat dari pra
siklus 38%
menjadi 48% pada siklus 1 dan menjadi 81% pada siklus 2. Pada
siklus 2
rata-rata kelas telah mencapai KKM (71) dan telah memenuhi
kriteria
ketuntasan minimal 75%. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa
penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks DL
dan KTSP
2006, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tersebut
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener
02
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun
Pelajaran
2015/2016.
Kata Kunci: Discovery Learning, Hasil Belajar Matematika,
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 menyebutkan bahwa
salah satu cita-
cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Artinya, Indonesia memiliki
1
-
vi
cita-cita untuk menjadi negara yang memiliki Sumber Daya Manusia
yang cerdas. Hal itu
dapat dicapai salah satunya melalui pendidikan.
Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses pembelajaran di
kelas. Proses
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar merupakan salah satu
faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan pada jenjang
selanjutnya. Proses pembelajaran
telah diatur dalam Permendiknas No. 14 Tahun 2007 tentang
Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut menyebutkan
bahwa guru hendaknya
menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Standar ini juga harus digunakan
termasuk dalam
melaksanakan pembelajaran matematika. Standar isi pembelajaran
matematika telah diatur
dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan tersebut
menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika pada SD/MI/Paket A
atau bentuk lainya yang
sederajat dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku
ilmiah yang krit is, kreatif
dan inovatif. Namun tidak semua pembelajaran matematika telah
memenuhi standar proses
dan standar isi tersebut. Salah satu diantaranya terjadi dalam
pembelajaran matematika pada
siswa kelas IV SD Negeri Bener 02.
Hasil observasi dalam pembelajaran matematika siswa kelas IV di
SDN Bener 02
yang dialaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 5-8 Februari
2016 menunjukkan bahwa
proses pembelajaran matematika di kelas belum berjalan
interaktif, inspiratif dan juga belum
memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipsi secara aktif.
Proses pembelajaran yang
tidak berfokus pada siswa namun justru guru yang mendominasi
pelaksanaan proses belajar.
Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru langsung memberikan
dan menjelaskan materi,
siswa hanya duduk dan mendengar untuk menerima materi. Proses
pembelajaran matematika
yang terjadi di kelas tersebut adalah proses tranfer
(perpindahan) pengetahuan/informasi dari
guru ke siswa tanpa adanya upaya guru untuk menggali pengetahuan
yang dimiliki siswa
guna mempelajari konsep baru. Proses pembelajaran yang terjadi
selanjutnya adalah
pemberian contoh soal dari penerapan konsep yang diberikan.
Seperti halnya dalam
mempelajari konsep, pada tahap ini pun guru masih merupakan
pihak yang paling
mendominasi. Hal ini dapat dilihat bagaimana guru sebagai pihak
yang mengajukan
pertanyaan dan guru pula yang menyelesaikan soal tersebut. Peran
siswa dalam pembelajaran
matematika hanya terlihat dari proses soal latihan, itu pun
terbatas. Siswa hanya
2
-
vii
menyelesaikan soal yang sesuai dengan contoh dan jika ada
variasi soal lainnya, maka
kembali guru yang harus menyelesaikannya untuk memberikan
contoh.
Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya dapat diukur
dengan dari hasil
belajar. Hasil belajar menurut Dzamarah dan Zain (2006) adalah
perolehan skor yang dicapai
siswa ketika maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang
menunjukan gambaran
penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan dari hasil
instrumen yang digunakan
sebagai alat pengukur keberhasilan. Sejalan dengan pendapat
tersebut, menurut Nawawi
(Susanto, 2013:5) hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan
siswa dalam mempelajari
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes tentang materi
pelajaran tertentu. Adapun menurut Sudjana (Kunandar, 2011:276),
hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran,
yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun
tes perbuatan. Dari pendapat-
pendapattersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
suatu perolehan atau
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi yang didapat siswa
ketika maupun setelah
mengikuti kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dengan
menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana.
Hasil belajar dari proses pembelajaran matematika di SDN Bener
02 kelas IV tersebut
tidak optimal. Berdasarkan data dari daftar nilai guru terlihat
sebagian besar (62%) mencapai
nilai di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 71. Rata-rata
matematika yang dicapai 21 siswa
kelas IV hanya sebesar 63,2. Oleh karena itu perlu adanya upaya
tindak lanjut dari
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika siswa
kelas IV di SD Negeri
Bener 02.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
menurut Wasliman
(2007:158) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik adalah
hasil interaksi dari berbagai
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor Internal
merupakan faktor yang
bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi
kemampuan belajarnya. Faktor
internal ini meliputi: kecerdasan, kebiasaan belajar, motivasi
belajar, ketekunan, minat dan
perhatian, sikap, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor
Eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Oleh karena itu dipilihlah salah satu faktor
eksternal yaitu penerapan model
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran
yang dipilih adalahmodel
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan standar isi,
namun juga memperhatikan
hakikat belajar matematika, dengan tidak menegsampingkan
karakteristik siswa.
3
-
viii
Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan tidak bisa dipindahkan
dari guru ke
siswa (Suparno, 2004). Belajar menurut paham ini adalah
bagaimana siswa
mengkonstruksikan suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dan
peran guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam
menciptakan iklim belajar
yang kondusif (Heruman, 2013:5). Dari segi karakteristik siswa,
siswa SD kelas IV berusia 9-
11 tahun. Menurut teori Piaget (Schunk, 2012:333), siswa dengan
usia ini masuk dalam
kategori tahap operasional konkrit. Artinya, siswa pada tahap
ini harus belajar dengan
diarahkan pada hal yang bersifat konkrit. Pada tahap ini siswa
sudah dapat melakukan
pemecahan masalah yang agak komplek selama masalah itu konkrit
dan tidak abstrak.
Menurut Bruner (Heruman, 2013:4), belajar matematika tidak lepas
dari belajar
konsep. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep
lain, dan suatu konsep
menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa
harus lebih banyak diberi
kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Dalam belajar,
siswa tidak menerima,
tetapi mengkonstruk sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Oleh
karena itu diperlukan model
pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruk
sendiri bukan sekedar
menerima pembelajaran itu. Salah satu model pembelajaran yang
menekankan konsep
tersebut adalah model pembelajaran Discovery Learning (DL).
Discover berarti menemukan, sedangkan Discovery adalah penemuan.
Oleh karena itu,
Illahi (2012: 33-34) mendefinisikan DL sebagai salah satu model
yang memungkinkan para
anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga mampu menggunakan
proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang
sedang dipelajari. Menurut
Wilcox (Hosnan, 2014: 281), pembelajaran DL mendorong siswa
untuk belajar sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri.
Syah (Hosnan, 2014:289) mengatakan bahwa terdapat 6 hal yang
harus ada dalam
pembelajaran DL yaitu pertama Problem Statement(pernyataan/
identifikasi masalah),siswa
mengidentifikasi berbagai permasalahan, kemudian dipilih salah
satu dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis. KeduaStimulation(stimulasi/pemberian
rangsangan), siswa dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungan agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri,
serta siswa diberi pertanyaan dan diminta untuk membaca buku
atau mendengarkan uraian
yang menunjang dalam persiapan pememcahan permasalahan.Ketiga
Data Collection
(pengumpulan data), siswa mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan, seperti
membaca literatur, mengamati objek, melakukan wawancara dengan
nara sumber, melakukan
4
-
ix
uji coba sendiri, dan lain sebagainya. Keempat Data Prosesing
(pengolahan data),siswa
melakukan pengolahan, penafsiran, pengklasifikasian,
pemprosesan, penghitungan,
pengacakan, dan penyusunan data untuk mendapatkan jawaban
sementara dari persoalan yang
diajukan.Kelima Verifikation(pembuktian), siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis/jawaban semetara
yang telah ditetapkan
dengan mengkonsultasikan kepada guru. Keenam Generalisation
(menarik
kesimpulan/generalisasi), siswa diberi kesempatan untuk menarik
kesimpulan untuk dijadikan
prinsip umum agar dapat digunakan dalam memecahkan semua masalah
yang sama. Terdapat
3 ciri utama dalam DL (Hosnan, 2014:284) yaitu 1) mengekplorasi
dan memecahkan masalah
untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi
pengetahuan, 2) berpusat pada
siswa, dan 3) kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama.
Kelebihan model pembelajaran Discovery Learning menurut Marzaro
(Hosnan, 2014:
288) yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
yang disajikan, menumbuhkan
sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan), mendukung
kemampuan problem
solving siswa, memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun
siswa dengan guru, dengan
demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia
yang baik dan benar,
materi yang dipelajari dapat mencapai kemampuan yang tinggi dan
lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan, siswa belajar
bagaimana belajar (learn how
to learn), belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan
mudah untuk mentranfer,
pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat, hasil belajar
discovery mempunyai efek
tranfer yang lebih baik daripada hasilnya, meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpiir bebas, serta melatih keterampilan-keterampilan
kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain.
Selain kelebihan terdapat kekurangan dari model pembelajaran
Discovery Learning.
Kekurangan model pembelajaran Discovery Learningmenurut Hosnan
(2014: 288-289) yaitu
guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman
antara guru dengan
siswa, menyita waktu banyak, menyita pekerjaan guru, tidak semua
siswa mampu melakukan
penemuan, tidak berlaku untuk semua topik, model Discovery
Learning membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada ekspositori, kemampuan berpikir siswa
ada yang masih terbatas,
kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat
pada suatu kesimpulan,
faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola
pembelajaran lama, tidak
semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di
lapangan, beberapa siswa masih
terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah, serta tidak
semua topik cocok
5
-
x
disampaikan dengan model ini. Umumnya, topik-topik yang
berhubungan dengan prinsip
dapat dikembangkan dengan model penemuan.
Keberhasilan model pembelajaran DL untuk meningkatkan hasil
belajar sudah
dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya penelitian
Khadijah, Cita, dan Iriyanto.
Khadijah (2015) menerapkan DL pada siswa kelas IV dalam mata
pelajaran matematika pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Adapun penelitian
Cita (2013) dan Iriyanto
(2012) berturut-turut menerapkan DL pada siswa kelas IV dan
kelas VI dalam mata pelajaran
matematika pada materi bangun ruang dan materi titik
koordinat.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
matematika siswa kelas
IV SDN Bener 02, maka dilakukan penelitian dalam upaya
memperbaiki proses pembelajaran
guna meningkatkan hasil belajar. Adanya teori dan hasil
penelitian tentang DL menjadi dasar
pemilihan model DL sebagai model yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika
dalam upaya tindak lanjut atas permasalahan yang terjadi.
Penelitian ini diberi judul
“Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan penelitian
ini yaitu untuk menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai
dengan sintaks Discovery
Learning dan KTSP 2006, serta melaksanaan pembelajaran sesuai
perencanaan tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener
02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
Berikut uraian dari keduanya.
1. Manfaat Teoritis
Penerapan Discovery Learning dapat memperbaiki proses
pembelajaran matematika di
kelas. Perbaikan proses pembelajaran matematika diharapkan dapat
berdampak pada
peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas
pembelajaran hendaknya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan sehingga semakin mendekatkan
Indonesia dalam meraih
cita-cita untuk mencerdas kehidupan bangsa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dalam penerapan model pembelajaran Discovery
Learning ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Bagi siswa,
diharapkan penelitian ini
6
-
xi
dapat bermanfaat untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk
dapat mengkonstruk
pengetahuan yang dipelajari, memberi kesempatan seluas-luasnya
untuk siswa dapat belajar
dengan aktif, serta membantu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Selain bermanfaat bagi siswa, penerapan Discovery Learning pada
penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, untuk memberikan
informasi tentang model
pembelajaran Discovery Learning, memberi gambaran tentang
penerapan model pembelajaran
Discovery Learning pada mata pelajaran matematika materi bangun
ruang, dan bahan
referensi yang dapat menginspirasi guru untuk mendesain dan
melaksanakan model
pembelajaran Discovery Learning pada materi selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi sekolah dan
peneliti lain. Bagi
sekolah, diharapkan dapat mengadakan workshop penyusunan
perencanaan pembelajaran
inovatif khususnya Discovery Learning bagi guru lainnya agar
dapat meniru kompetensi
pedagogik guru di sekolah tersebut. Bagi penelitian lain,
diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan yang dapat memperkuat landasan
teori penelitian terkait
dengan Discovery Learning.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
merupakan suatu bentuk tindakan refleksi diri yang dilakukan
dengan penyelidikan sistematis
oleh guru atau orang lain yang bertujuan untuk memecahkan
masalah nyata yang berfokus
pada suatu kelas. PTK dalam penelitian ini menggunakan model
spiral Kemmis & Mc
Taggart. Penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap
siklus terdiri dari 4 komponen
(Kunandar, 2011: 70), yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan
(act), observasi dan refleksi.
Siklus ini akan berjalan terus dengan tahap berurutan sampai
mencapai tujuan yang
ditentukan , sesuai dengan indikator kinerja.
Subjek dan Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri
Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Jumlah siswa
yang terdapat di SD
tersebut yaitu sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki
dan 10 perempuan.
Karakteristik subjek penelitian, siswa kelas IV di SDN Bener 02
tahun pelajaran
2015/2016 diantaranya adalah rasa ingin tahu, kepedulian,
kerjasama dan aktif. Aktif dan rasa
ingin tahu siswa dapat dilihat dari bagaimana siswa berani
bertanya di luar pelajaran.
7
-
xii
Kepedulian dan kerjasama siswa tampak dari bagaimana siswa saat
melakukan piket pulang
sekolah, siswa saling membantu dan membagi tugas.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dapatb dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Penelitian ini yang menjadi variabel
bebas adalah model
pembelajaran Discovery Learning.DL dalam penelitian ini
diartikan sebagai model
pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa
kelas IV SDN Bener 02.
Sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar matematika
siswa kelas IV SD Negeri Bener 02. Hasil belajar matematika
dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai faktor yang dipengaruhi dari model
pembelajaran DL.
Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif
berasal dari lembar observasi aktifitas siswa dan lembar
observasi guru dalam menggunakan
metode pembelajaran Discovery Learning, data kuantitatif berupa
tes hasil belajar siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode
dokumentasi, metode observasi, dan metode tes.Metode dokumentasi
dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan hasil perolehan nilai matematika
sebelum diberi tindakan (nilai
para siklus).Metode observasi digunakan dalam penelitian ini
untuk mengetahui kesesuaian
perencanaan pembelajaran dengan sintaks DL berdasarkan KTSP
pelaksanaan pembelajaran
dengan rencana yang telah disusun, serta aktifitas yang
dilakukan guru dan siswa saat
pelaksanaan pembelajaran.Metode tes digunakan dalam penelitian
ini untuk mengetahui hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah adanya tindakan.
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau patokan yang
menentukan bahwa
penelitian tersebut telah berhasil atau belum. Berikut Indikator
keberhasilan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu rata-rata nilai tes siswa mencapai
KKM yang ditetapkan yaitu 71,
rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah pelaksanaan
tindakan yang dapat dilihat
melalui perbandingan pada tiap siklus, dan telah memenuhi syarat
minimal klasikal yang
dapat dilihat dari ketercapaian klasikal siswa yang tuntas
mencapai minimal 75%.
Teknik Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan data kualitatif.
Data kuantitatif digunakan untuk analisis deskriptif guna
membandingkan hasil belajar siklus
1 dan siklus 2. Adapun data kualitatif digunakan untuk analisis
deskriptif guna
mendeskripsikan hasil observasi dan refleksi dari tiap
siklus.
8
-
xiii
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Peneliti melakukan observasi selama 3 hari pada mata pelajaran
matematika di SDN
Bener 02. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran
matematika di kelas IV
matematika belum berfokus pada siswa namun justru guru yang
mendominasi pelaksanaan
proses belajar.Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru
langsung memberikan dan
menjelaskan materi, siswa hanya duduk dan mendengar penjelasan
guru. Siswa tidak diberi
kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuan pada materi yang
dipelajari. Siswa sebagai
subjek pembelajaran hanya menerima materi yang disampaikan
guru.
Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini
salah satunya dilihat
dari rekapitulasi hasil ulangan harian yang ditampilkan pada
Tabel 1. Rata-rata dari 21 siswa
tersebut hanya mencapai 63,9. Nilai ini masih di bawah KKM
ditentukan yaitu 71. Selain itu,
siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 38%,
sedangkan yang 62%
lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal yang
telah ditetapkan dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) SDN Bener 02 yang
menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya
apabila sekurang-kurangnya
75% siswa telah mencapai KKM.
Tabel 1
Data Hasil Belajar Matematika Pra Silkus
Jumlah Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-Rata Kelas
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
21 87 33 63,9 8 38% 13 62%
Siklus 1
Persiapan dan Pelaksanaan Siklus 1
Guru menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan standar proses
KTSP dan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sesuai dengan
rencana yang telah
disusun pada siklus 1. Adapun pembelajaran pada siklus 1
dilaksanakan 3 kali
pertemuan.Materi yang dipelajari pada siklus 1 adalah
sifat-sifat bangun ruang.
Kegiatan ini diawali dengan mengkondisikan siswa agar mampu
menerima pelajaran.
Dilanjutkan guru dengan menyampaikan pertanyaan yang mendorong
siswa untuk
menemukan pengetahuan sendiriyaitu dengan menanyakan: “Berapa
jumlah sisi, rusuk dan
titik sudut pada bangun ruang kubus, balok, kerucut, tabung, dan
bola? Apakah semuanya
sama?”.Setelah itu siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang
beranggotakan 4 siswayaitu
dengan cara guru membagikan gambar benda yang menyerupai bangun
ruang kubus, balok,
9
-
xiv
kerucut, tabung, dan bola kepada setiap siswa. Siswa diminta
untuk mencari dan memilih
diantara 5 bangun ruang yang telah diletakkan pada tempat yang
berbeda sesuai dengan
kesamaan bentuk dan warna gambar benda yang didapatkan
(terbentuk 5 kelompok). Siswa
selanjutnya diberi stimulus/rangsangan yang membuat siswa
menjadi timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang yaitu
dengan dibagikannya sebuah
bangun ruang kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya bersama
kelompok, siswa
diminta untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati dan
mengidentifikasi (sisi, rusuk,
dan titik sudut) bangun ruang yang telah didapatkan. Siswa
mengolah data dengan
menganalisis hasil pengamatan dan menuliskannya pada LKS yang
telah diberikan, serta
melengkapi lagu sebagai kesimpulan hasil pengamatan. Guru
menjadi fasilitator saat siswa
sedang melakukan pengolahan data. Siswa memeriksa jawaban
sementara yang didapatkan
saat pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas yang
diawali dengan
kelompok kubus dan diakhiri kelompok bola dan pada setiap akhir
presentasi setiap kelompok
diakhiri dengan menyanyikan lagu yang telah dilengkapi liriknya.
Guru yang mengoreksi
hasil jawaban siswa saat melakukan presentasi. Selanjutnya siswa
menarik kesimpulan
jawaban tentang sifat-sifat bangun ruang dengan lagu yang telah
dinyanyikan siswa saat
presentasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Sebagai kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal pilihan ganda
yang diberikan oleh
guru sesuia dengan indikator pada siklus 1 pertemuan pertama,
kedua dan ketiga. Aktifitas
siswa pada saat pembelajaran diamati oleh guru, sedangkan
aktifitas guru dalam pembelajaran
diamati oleh observer.
Observasi dan Refleksi Siklus 1
Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa
pada saat
pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery
Learning dalam
pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar
observasi guru dan rekapitulasi
pengisian lembar observasi siswa pada siklus dapat dilihatpada
Tabel 2 dan Tabel 3.
10
-
xv
Tabel 2
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi
Aktifitas Guru Siklus 1
No. Aspek yang diamati Persentase Kategori
A. Persiapan
1. Kesesuaian penyusunan RPP dengan KTSP 82,81% Sangat baik
2. Kesesuaian penyusunan RPP dengan menggunakan model
Discovery Learning. 86,11% Sangat Baik
B. Pelaksanaan
3. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal 81,25% Sangat
Baik
4. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti 86,11% Sangat
Baik
5. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan penutup 66,67%
Baik
C. Penguasaan Kelas
6. Keterampilan penguasaan kelas 85,71% Sangat Baik
Tabel 3
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi
Aktifitas Siswa Siklus 1
Kegiatan
Kriteria
Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Klasikal 10 47,62% 8 38,10% 3 14,29%
Diskusi Kelompok 5 23,81% 8 38,10% 8 38,10%
Presentasi 7 33,33% 13 61,90% 1 4,76%
Individual 2 9,52% 9 42,86% 10 47,62%
Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 1 diperoleh
hasil observasi
sebagai berikut.
1. Penyusunan RPP sesuai dengan sintaks Discovery Learning dan
sesuai KTSP sudah baik.
2. Pelaksanaan pada siklus 1 sudah terlaksana sesuai dengan
rencana.
3. Beberapa siswa sudah aktif dalam berdiskusi dan mengerjakan
LK.
4. Siswa sudah jujur dan tekun dalam mengerjakan tugas dan
tes.
5. Guru kurang menunjukkan semangat saat menumbuhkan motivasi
belajar siswa.
6. Keterampilan guru dalam hal mengatur jalannya diskusi dan
presentasi masih kurang.
7. Guru dalam mengambil kesimpulan kurang jelas.
8. Pembagian tugas siswa saat presentasi masih belum jelas.
9. Belum optimalnya penggunaan media untuk proses pembuktian
saat presentasi.
10. Siswa kurang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru.
Siklus 2
Persiapan dan Pelaksanaan Siklus 2
Guru menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan standar proses
KTSP dan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sesuai dengan
rencana yang telah
11
-
xvi
disusun seperti pada siklus 1. Adapun pembelajaran pada siklus 2
dilaksanakan 3 kali
pertemuan. Namun materi yang digunakan pada siklus 2 berbeda
dengan siklus 1 yaitu
menentukan jaring-jaring kubus dan balok.
Kegiatan ini diawali dengan mengkondisikan siswa agar mampu
menerima pelajaran.
Dilanjutkan guru dengan menyampaikan pertanyaan yang mendorong
siswa untuk
menemukan pengetahuan sendiri yaitu dengan menanyakan: “Apakah
ada rangkaian persegi
lain yang dapat dibuat kubus?, Ada berapa banyak?” dan “Apakah
ada rangkaian persegi
panjang lain yang dapat dibuat balok?, Ada berapa banyak?”.
Setelah itu siswa dibagi menjadi
4 kelompok yang beranggotakan 5 siswa yaitu dengan cara guru
membagi persegi dan persegi
panjang yang bermacam-macam warnanya kepada setiap siswa secara
acak dan siswa
berkelompok sesuai dengan kesamaan warna yang didapatkan. Siswa
selanjutnya
mengumpulkan dan menyusun persegi dan persegi panjang yang
dibagikan kepada setiap
siswa pada kelompok agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri tentang jaring-jaring
kubus dan balok. Selanjutnya bersama kelompok, siswa diminta
untuk mengumpulkan data
dengan cara menggabungkan persegi dan persegi panjang yang
didapat menjadi satu
rangkaian jaring-jaring kubus dan balok, serta merangkai bentuk
jaring-jaring lain yang dapat
dibuat kubus dan balok. Siswa mengolah data dengan bekerja dalam
kelompok untuk
menemukan/membuat jaring-jaring kubus dan balok dengan merangkai
persegi dan persegi
panjang yang telah diberikan guru. Guru menjadi fasilitator saat
siswa sedang melakukan
pengolahan data (penemuan). Siswa memeriksa jawaban sementara
yang didapatkan saat
pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas dengan
mempersilahkan kelompok
yang telah menemukan bentuk jaring-jaring kubus dan balok untuk
menggambar di papan
tulis dan ketika ada kelompok yang menggambar sama dengan yang
sudah digambar oleh
kelompok lain, guru menghentikan proses diskusi dan bertanya
“apakah kedua sama?” dan
membuktikan dengan puzzle (rangkaian persegi/persegi panjang)
bahwa itu sama. Selanjutnya
guru mempersilahkan untuk mencari bentuk yang berbeda.
Selanjutnya siswa menarik
kesimpulan jawaban tentang jaring-jaring kubus dan balok dengan
menyimpulkan ciri-ciri
jaring-jaring bangun kubus dan bukan kubus serta jaring bangun
balok dan bukan balok.
Selanjutnya siswa menggambar bentuk jaring-jaring kubus tersebut
pada LK. Guru menutup
pembelajaran dengan salam.
Seperti pada siklus 1, kegiatan pada siklus 2 juga diakhiri
dengan siswa mengerjakan
soal. Namun pada siklus 2 soal yang digunakan berupa soal isian
yang diberikan oleh guru
sesuai dengan indikator pada siklus 2 pertemuan pertama, kedua
dan ketiga. Aktifitas siswa
12
-
xvii
pada saat pembelajaran diamati oleh guru, sedangkan aktifitas
guru dalam pembelajaran
diamati oleh observer.
Observasi dan Refleksi Siklus 2
Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa
pada saat
pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery
Learning dalam
pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar
observasi guru dan rekapitulasi
pengisian lembar observasi siswa pada siklus 2 dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi
Aktifitas Guru Siklus 2
No. Aspek yang diamati Persentase Kategori
A. Persiapan
1. Kesesuaian penyusunan RPP dengan KTSP 93,75% Sangat baik
2. Kesesuaian penyusunan RPP dengan menggunakan model
Discovery Learning. 88,89% Sangat Baik
B. Pelaksanaan
3. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal 87,5% Sangat
Baik
4. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti 91,67% Sangat
Baik
5. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan penutup 91,67% Sangat
Baik
C. Penguasaan Kelas
6. Keterampilan penguasaan kelas 87,50% Sangat Baik
Tabel 5
Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi
Aktifitas Siswa Siklus 2
Kegiatan
Kriteria
Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Klasikal 3 14,29% 7 33,33% 11 52,38%
Diskusi Kelompok 1 4.76% 11 52,38% 9 42,86%
Presentasi 5 23,81% 9 42,86% 7 33,33%
Individual 0 0,00% 6 28,57% 15 71,43%
Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 2 diperoleh
hasil observasi
sebagai berikut.
1. Siswa sudah termotivasi dengan baik.
2. Siswa menjadi aktif dalam melakukan kegiatan menggunakan
model Discovery Learning.
Antar Siklus
Perkembangan nilai hasil belajar siswa dari sebelum tindakan
(pra siklus), siklus 1,
dan siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 6.
13
-
xviii
Tabel 6
Perbandingan Hasil Belajar
Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai
Rata-Rata
Kelas
Siswa yang
Tuntas
Siswa yang
Belum Tuntas
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Siklus 1 21 97 40 67,7 10 48% 11 52%
Siklus 2 21 100 52 81,4 17 81% 4 19%
Dari Tabel6terlihat bahwa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi
peningkatan rata-rata kelas
dari 67,7 menjadi 81,4 dengan ketuntasan yang juga terjadi
peningkatan sebesar 33% yaitu
dari 48% menjadi 81%. Persentase ketuntasan kelas IV yang
dicapai pada siklus 1 ke siklus 2
tersebut telah mencapai standar yang ditentukan SDN Bener 02
yaitu minimal 75% siswa
tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah mencapai KKM
yang telah ditentikan yaitu
71.
Pembahasan
Persentase siswa yang tuntas pada Tabel 6 diambil dari nilai tes
siklus 1 pada materi
sifat-sifat bangun ruang menggunakan model discovery learning
adalah 48% (10 siswa). Pada
siklus 2, persentase siswa yang tuntas yang diambil dari tes
siklus 2 pada materi jaring-jaring
bangun ruang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning
adalah 81% (17 siswa).
Tabel 6 menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus 1
ke siklus 2. Kondisi
tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang tidak
tuntas mulai dari 11 siswa
menjadi 4 siswa. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus 1 yaitu hanya 48% siswa tuntas dan meningkat pada siklus
2 yaitu menjadi 81% siswa
tuntas. Hasil tersebut telah memenuhi indikator kinerja pada
penelitian ini yaitu 75% tuntas
dengan KKM 71, sehingga pelaksanaan pembelajaran dihentikan pada
siklus 2. Hal ini
dikarenakan sudah mencapai 3 indikator kinerja yaitu rata-rata
kelas secara klasikal telah
mencapai KKM, jumlah siswa yang mencapai KKM telah mengalami
peningkatan, dan 75%
siswa telah mencapai KKM yang ditentukan.
PENUTUP
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
di SD Negeri Bener 02
pada mata pelajaran Matematika. Dalam penelelitian ini peneliti
menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di SDN Bener 02 dengan subjek
siswa kelas IV, maka dapat
disimpukan bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan sintaks DL dan
KTSP 2006, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan tersebut dapat
14
-
xix
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener
02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal
ini dapat dilihat dari
banyaknya ketuntasan siswa pada siklus 1 sebesar 48% dan naik
pada siklus 2 menjadi 81%,
sehingga telah memenuhi indikator kinerja yaitu minimal 75% dari
seluruh siswa telah tuntas.
Selain itu, rata-rata yang didapat pada siklus 1 sebesar 67,5
dan naik pada siklus 2 sebesar
81,5. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar pada siklus 1 ke
siklus 2 telah mengalami
peningkatan dan telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu
71.
Saran
Penelitian ini telah memberikan data empirik bahwa penerapan
model pembelajaran
Discovery Learning dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas IV SDN Bener 02. Atas dasar hasil
tersebut, maka diajukan saran
yaitubagi siswa, siswa dapat mengkostruk pengetahuan yang
dipelajarinya sendiri, siswa
dapat belajar dengan aktif, dan siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya.Bagi guru, guru
dapat memahami tentang model pembelajaran Discovery Learning,
guru dapat menerapkan
model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran
matematika materi bangun
ruang, dan guru dapat terinspirasi untuk mendesain dan
melaksanakan model pembelajaran
Discovery Learning pada materi selanjutnya.Bagi sekolah, sekolah
dapat mengadakan
workshop penyusunan perencanaan pembelajaran inovatif khususnya
Discovery Learning
bagi guru lainnya agar dapat meniru kompetensi pedagogik guru di
sekolah tersebut.Bagi
peneliti lain, peneliti lain disarankan untuk dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan
rujukan yang dapat memperkuat landasan teori penelitian terkait
dengan Discovery Learning.
DAFTAR PUSTAKA
Cita, Tiarani. 2013. Penerapan Metode Discovery Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang
(Penelitian
Tindakan Kelas di SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat).
Skripsi. Bandung: FKIP UPI diakses melalui
http://repository.upi.edu/1928/ pada
tanggal 12 Maret 2016 pukul 20.37 WIB.
Dzamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam
Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy
& Mental Vocational
Skill. Jogjakarta: DIVA Press.
15
http://repository.upi.edu/1928/
-
xx
Iriyanto, Beti. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Dengan Menggunkan Alat
Perga Dua Dimensi Dan Metode Penemuan (Discovery) Pada Siswa
Kelas IV
Semester II SD Negeri Posong Kecamatan Tulis Kabupaten Batang
Tahun Pelajaran
2011/2012. Skripsi. Salatiga: FKIP UKSW diakses melalui
http://repository.
uksw.edu/handle/123456789/2136 pada tanggal 12 Maret 2016 pukul
20.37 WIB.
Khadijah, Siti. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Model Discovery Learning
Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 066046 Medan
Helvetia Tahun
Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Medan: FKIP UNIMED diakses melalui
http://digilib.
unimed.ac.id/bookmark/37093/belajar pada tanggal 12 Maret 2016
pukul 20.37 WIB.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Schunk, Dale H. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif
Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suparno, Paul. 2004. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wasliman. 2007. Modul Problematika Pendidikan Dasar, Sekolah
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Press.
16