Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER – 6 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ALIFANA JASMINDRIYATI, S.Farm 1206329341 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014
124

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Mar 30, 2019

Download

Documents

hoangbao
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSATPERIODE 2 OKTOBER – 6 NOVEMBER 2013

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

ALIFANA JASMINDRIYATI, S.Farm

1206329341

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ATRIKAJALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

PERIODE 2 OKTOBER – 6 NOVEMBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ALIFANA JASMINDRIYATI, S.Farm1206329341

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

ⅡALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Alifana Jasmindriyati, S.Farm

NPM :1206329341

TandaTangan , n , /J/\\ I -,":' ,\ \I1'r,'lr--e.-L-!)L/

Tanggal : 13 Januari2}T4

7

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala berkat rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Atrika, serta menyusun laporan ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan ini juga

tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Pejabat Sementara Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20 Desember 2013

3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI

sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA.

4. Dra. Azizahwati, M.S., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama penulisan

laporan PKPA.

5. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika.

6. Para karyawan Apotek Atrika (Mbak Ratna, Bu Mimin, Bu Tuti, Pak Tab, Mbak

Ayu, Mbak Ponah, Pak Kadi, Mas Heru, dan lain-lain) atas ilmu, arahan dan

bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA.

7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan

yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi

Apoteker.

8. Kedua orangtua atas kesabaran, kasih sayang, dukungan, perhatian dan doanya

kepada penulis hingga dapat menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan

sebaik mungkin.

9. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika yang telah berbagi ilmu, pengalaman serta

saling mendukung selama pelaksanaan PKPA.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

vi

10. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI

sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan, dukungan dan

semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikannya. Penulis berharap semoga laporan PKPA ini dapat

bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

farmasi dan aplikasi pelayanannya di apotek.

Penulis

2013

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

t:' ,i''t,

HALAMAN ?ERI\YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI,,

TUGAS AKIIIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISl"!1

Sebagai sivitas akadcmik uniVersitas lndonesia,saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama

NPM

Program Studi

Fakultas

Jenis karya

Alifana Jasmindriyati, S.F arm

t206329341

Apoteker

Farmasi

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAPOTEK ATRIKA JALAN KARTI1V RAYA NO. 344,

JAKARTA PUSAT. PERIODE 2 OKTOBER - 6 NOVEMBER2013beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk basis datA merawat, dan mempublikasikan

tugas akhir saya selama tetap mencanfumkan nama saya sebagai penulis/pencipta

dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : D.epok

PadaTanggal : 13 Januari 2014

Yang menyalakan

(Alifana Jasmindriyati, S.Farm.)

Vll

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... iHALAMAN JUDUL.......................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ivKATA PENGANTAR......................................................................................... vHALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI..................................................... viiDAFTAR ISI..................................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xABSTRAK.......................................................................................................... xiABSTRACT........................................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 11.1 Latar Belakang............................................................................. 11.2 Tujuan.......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK........................................................... 32.1 Definisi Apotek............................................................................ 32.2 Landasan Hukum Apotek............................................................ 32.3 Tugas dan Fungsi Apotek.............................................................. 42.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/ IX/2004).......................... 42.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek...................................... 52.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek....................... 72.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1332/Menkes/SK/X/2002)................................................... 72.8 Pencabutan Surat Izin Apotek..................................................... 102.9 Tenaga Kerja di Apotek................................................................122.10 Sediaan Farmasi di Apotek.......................................................... 132.11 Pengelolaan Apotek..................................................................... 20

2.11.1 Perencanaan..................................................................... 202.11.2 Pengadaan....................................................................... 212.11.3 Penyimpanan................................................................... 212.11.4 Administrasi.....................................................................212.11.5 Pelayanan........................................................................ 22

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek..................................................... 222.13 Pengendalian Persediaan Apotek................................................. 23

2.13.1 Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)................ 232.13.2 Analisis Pareto (ABC)..................................................... 242.13.3 Analisis VEN-ABC..........................................................24

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek................................. 252.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).................... 282.14.2 Konseling........................................................................ 292.14.3 Swamedikasi.................................................................... 30

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA....................................... 32

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

ix

3.1 Sejarah dan Lokasi...................................................................... 323.2 Tata Ruang................................................................................... 323.3 Penataan Obat.............................................................................. 323.4 Struktur Organisasi .................................................................... 333.5 Tugas dan Fungsi Jabatan............................................................ 33

3.5.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA).................................. 333.5.2 Apoteker Pendamping..................................................... 343.5.3 Asisten Apoteker............................................................. 343.5.4 Juru Resep........................................................................353.5.5 Kasir............................................................................... 353.5.6 Keuangan......................................................................... 363.5.7 Kurir.................................................................................363.5.8 Petugas Kebersihan..........................................................36

3.6 Kegiatan di Apotek Atrika............................................................363.6.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian.......................................... 37

3.6.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi....................... 373.6.1.2 Pengelolaan Narkotika.......................................393.6.1.3 Pengelolaan Psikotropika...................................403.6.1.4 Pelayanan Apotek.............................................. 40

3.6.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian................................. 413.6.2.1 Kegiatan Administrasi........................................413.6.2.2 Sistem Administrasi........................................... 41

BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................45

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................515.1 Kesimpulan.................................................................................. 515.2 Saran............................................................................................ 51

DAFTAR ACUAN..............................................................................................52

LAMPIRAN........................................................................................................53

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh formulir APT-1............................................................ 54Lampiran 2. Contoh formulir APT-2............................................................ 56Lampiran 3. Contoh formulir APT-3............................................................ 57Lampiran 4. Contoh formulir APT-4............................................................ 63Lampiran 5. Contoh formulir APT-5............................................................ 64Lampiran 6. Contoh formulir APT-6............................................................ 67Lampiran 7. Contoh formulir APT-7............................................................ 68Lampiran 8. Apotek Atrika tampak dari luar.............................................. 69Lampiran 9. Tata Ruang Etalase Depan Apotek....................................... 69Lampiran 10. Lemari Penyimpanan Narkotik................................................ 69Lampiran 11. Lemari Penyimpanan Psikotropik............................................ 70Lampiran 12. Struktur Organisasi Apotek Atrika.......................................... 70Lampiran 13. Etiket Apotek Atrika................................................................ 70Lampiran 14. Kopi Resep Apotek Atrika....................................................... 71Lampiran 15. Surat Pesanan Apotek Atrika................................................... 71Lampiran 16. Surat Pesanan Narkotika.......................................................... 72Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika.............................................. 72Lampiran 18. Surat Pesanan Psikotropika..................................................... 73Lampiran 19. Laporan Penggunaan Psikotropika (1)..................................... 73Lampiran 20. Laporan Penggunaan Psikotropika (2)..................................... 74

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

xi

ABSTRAK

Nama : Alifana Jasmindriyati, S. FarmNPM : 1206329341Program Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika

Periode 2 Oktober – 6 November 2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika bertujuan untuk memahamitugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahamikegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.Tugas khusus yang diberikan berjudul Rekapitulasi dan Analisis Resep ObatAntibiotik Oral pada Daftar e-Catalogue Obat Generik yang akan diterapkandalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Apotek Atrika. Tujuan dari tugaskhusus ini adalah untuk mengetahui jenis antibiotika oral yang akan disediakanoleh Apotek Atrika pada saat SJSN diberlakukan dan antibiotika oral yang palingsering diresepkan oleh dokter selama periode tertentu.

Kata kunci : Apotek Atrika, SJSN, Antibiotika OralTugas umum : xi + 52 halaman; 20 lampiranTugas khusus : ii + 23 halaman; 5 tabel; 11 gambarDaftar Acuan Tugas Umum : 10 (1980-2011)Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 (1986-2013

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

xii

ABSTRACT

Name : Alifana Jasmindriyati, S. FarmNPM : 1206329341Study Program : ApothecaryTitle : Internship Report Apothecary in Atrika Drugstore

Periods October 2nd – November 6th 2013

Practice Pharmacist in Atrika Drugstore aims to understand the duties andfunctions of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and pharmacyactivities better understand the technical and non-technical pharmacy pharmacy.Given a special task called recapitulation and analysis on the Oral AntibioticPrescription Drug List Generic Drugs e-Catalogue which will be applied in theSistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) in Atrika Drugstore. The purpose of thisspecial task is to determine the type of oral antibiotics will be provided by theAtrika Drugstore imposed upon SJSN and oral antibiotics most often prescribedby doctor for a certain period.

Key : Atrika Drugstore, SJSN, Oral AntibioticsGeneral Report : xi + 52 contents; 20 additionalSpesific Report : ii + 23 contents; 5 table; 11 imageReference General Report : 10 (1980-2011)Reference Spesific Report : 2 (1986-2013

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

1 Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan sarana kesehatan yang berperan dalam upaya-upaya

kesehatan, terutama untuk penyerahan obat dan perbekalan farmasi beserta

informasinya kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun

2009 tentang Tenaga Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.

Apotek sebagai sarana yang bergerak di bidang jasa pelayanan harus

mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu. Orientasi

pelayanan kefarmasian yang telah bergeser dari pelayanan berorientasi obat

menjadi pelayanan berorientasi pasien menyebabkan kegiatan pelayanan yang

tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi

pelayanan yang komprehensif dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Konsekuensi perubahan orientasi tersebut adalah apoteker dituntut untuk terus

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat melaksanakan

interaksi langsung kepada pasien. Bentuk interaksi tersebut bisa berupa

pelaksanaan pemberian informasi dan pengawasan penggunaan obat demi

tercapainya tujuan akhir terapi yang diharapkan (Kementerian Kesehatan RI,

2004).

Seiring dengan meningkatnya tuntutan terhadap perbaikan pelayanan

kefarmasian, termasuk di apotek, calon-calon apoteker diharapkan dapat menjadi

pemberi pelayanan kefarmasian yang baik, serta pembaharu dalam dunia

kefarmasian yang terus berkembang. Apoteker dan calon apoteker harus terus

meningkatkan pemahaman dan kompetensinya dalam melakukan tugas dan

tangung jawab yang diemban. Oleh karena itu, program profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Apotek Atrika melakukan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek untuk para calon apoteker

sebagai latihan untuk terjun langsung ke lapangan dan melihat realita kerja yang

ada, serta menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang bisa mereka temui di apotek.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

2

Universitas Indonesia

1.2 TujuanPraktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika bertujuan agar

para calon apoteker:

a. Memahami peran, fungsi dan tanggung jawab seorang Apoteker dalam

pekerjaan kefarmasian di apotek.

b. Memahami dan melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek, baik

secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

3 Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, apotek merupakan

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh

apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam:

a. Undang-Undang (UU), yaitu:

1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

b. Peraturan Pemerintah, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

2. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.

26 Tahun 1965 tentang Apotek.

c. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), yaitu:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

d. Keputusan Menteri Kesehatan (KMK), yaitu:

1. Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Men-

kes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

4

Universitas Indonesia

2.3 Tugas dan Fungsi ApotekMenurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/ IX/2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/

IX/2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata

“APOTEK”. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas

pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh

Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

Kebersihan lingkungan apotek harus dijaga. Apotek harus bebas dari

hewan pengerat, serangga, dan hama. Apotek harus memiliki suplai listrik yang

konstan, terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotek harus tertata rapi,

lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun

dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta

diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Apotek harus memiliki:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

5

Universitas Indonesia

b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan PMK Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap

Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga

kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat

Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja

di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA atau SIKA

di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.

STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian

STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang

selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan

dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas

produksi atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

6

Universitas Indonesia

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi

kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

c. Memiliki SIPA yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan..

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi

APA di apotek lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,

APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA

menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya

lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker

bersangkutan dicabut.

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek

Pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

7

Universitas Indonesia

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23

ayat 1, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993);

b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2, Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993);

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1, Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002).

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada

pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika (Pasal 24 ayat 2, Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002);

e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita

acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai

POM setempat (Pasal 24 ayat 3, Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002).

2.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002)

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh

Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

8

Universitas Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara

Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.

b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan

menggunakan contoh formulir APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan

menggunakan contoh formulir APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

9

Universitas Indonesia

h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan

pemilik sarana.

i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.

j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan

menggunakan formulir model APT-7.

Dalam mengajukan permohonan perizinan apotek, Apoteker selaku

penanggung jawab melampirkan:

1. Data Apoteker

a) Fotocopy KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA)

b) Fotocopy NPWP APA

c) Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

d) Fotocopy Surat Izin Kerja

e) Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA

yang berasal dari luar Provinsi

f) Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/TNI/Polri

2. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA)

a) Fotocopy KTP PSA / Pemilik Perusahaan

b) Fotocopy NPWP

c) Pasfoto berwarna ukuran 4x6 cm 1 lembar

3. Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk Badan Hukum yang telah

terdaftar di Departemen Kehakiman dan HAM RI

4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA

5. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir

6. Fotocopy Undang-Undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang

telah dilegalisir.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

10

Universitas Indonesia

7. Surat Pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain di

atas materai Rp 6.000,-

8. Surat Pernyataan APA yang menyaakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-

9. Surat Pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat

Keras Tertentu tanpa resep di atas materai Rp 6.000,-

10. Surat Pernyaaan PSA tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam

pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam

hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-

11. Peta lokasi dan denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya

12. Struktur organisasi dan tata kerja/ tata laksana

13. Rencana jadwal buka apotek

14. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan

15. Kelengkapan Asisten Apoteker/D3 Farmasi

a) Surat Izin Asisten Apoteker

b) Fotocopy KTP

c) Surat pernyataan bersedian bekerja di atas materai Rp 6.000,-

16. Daftar peralatan peracikan obat

17. Daftar buku pustaka

18. Perlengkapan administrasi

a) Contoh etiket, kartu stock, copy resep

b) Blanko SP, blanko faktur, form laporan Narkotika

2.8 Pencabutan Surat Izin ApotekMenurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian

izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka

waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

11

Universitas Indonesia

keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu

baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan

seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri.

b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus

menerus.

c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St. 1937 N. 541,

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

d. SIPA APA dicabut.

e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan

pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuan izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

12

Universitas Indonesia

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada

Kepala Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi

wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi

yang dimaksud dalam huruf (a).

2.9 Tenaga Kerja di Apotek

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah

tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga

menengah farmasi/Asisten Apoteker.

APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA

bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek,

juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu

baik dan yang keabsahannya terjamin.

c. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.

d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

e. Melakukan pengembangan apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 Tahun 2002, dalam

melakukan tugasnya, apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam

buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. Apabila APA dan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

13

Universitas Indonesia

apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya,

APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pendamping merupakan

apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikannya pada

jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apoteker pengganti adalah apoteker yang

menggantikan APA selama APA tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan

secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan tidak bertindak sebagai APA di

apotek lain.

2.10 Sediaan Farmasi di ApotekMenurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau

paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi

atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu

obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, serta obat golongan

narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan

untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat

tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat.

Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dibagi menjadi beberapa

golongan yaitu (Umar, 2011; Departemen Kesehatan RI, 1997).

2.10.1 Obat Bebas

Obat bebas merupakan obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah Parasetamol

(Kementerian Kesehatan, 2006).

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

14

Universitas Indonesia

2.10.2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras, tapi

masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda

peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006).

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa

empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter,

lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas.

2.10.3 Obat Keras dan Psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat keras adalah Asam

Mefenamat. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku. Psikotropika yang digolongkan menjadi:

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

15

Universitas Indonesia

a) Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika

golongan I adalah Brafofetam.

b) Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah Sekobarbital dan

Metakualon.

c) Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah Amobarbital dan

Pentobarbital.

d) Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropik

golongan IV adalah Alprazolam, Diazepam, Fenobarbital, dan Flurazepam.

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1997 pengaturan psikotropika bertujuan untuk:

1) Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

dan ilmu pengetahuan.

2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

3) Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut:

1) Pemesanan

Pemesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi

(PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh

APA dilengkapi nama jelas, nomor SIPA, dan stempel apotek. Surat pesanan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

16

Universitas Indonesia

terdiri dari tiga rangkap dan dalam setiap surat pesanan dapat digunakan untuk

memesan lebih dari 1 (satu) jenis psikotropika.

2) Penyimpanan

Penyimpanan psikotropika belum diatur dalam perundang-undangan atau

peraturan lainnya, sehingga untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan

psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan dalam suatu

rak atau lemari khusus dan disertai kartu stok psikotropika.

3) Penyerahan

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek

lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan

psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter (UU No.5 tahun

1997 pasal 14).

4) Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan

mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan ke Kepala

Balai POM setempat secara berkala. Mekanisme pelaporan psikotropika sama

dengan pelaporan narkotika.

5) Pemusnahan

Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa

pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal yang berhubungan dengan

tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku

dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa,

dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib

dibuatkan berita acara. Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan

narkotika.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

17

Universitas Indonesia

2.10.4 Narkotika

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a) Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi

sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan I

adalah Opium, Kokaina, tanaman ganja, Heroina, MDMA, Meskalin,

Amfetamina, Metamfetamina.

b) Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan, dapat digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan II

adalah Difenoksilat, Fentanil, Levometorfan, Metadona, Morfina, dan

Petidina.

c) Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan III

adalah Kodeina dan Buprenorfina.

Pengaturan narkotika dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 meliputi segala

bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan

prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk:

1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

18

Universitas Indonesia

2) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika;

3) Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan

4) Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna

dan pecandu narkotika.

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut:

1) Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang ditandatangani

oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIPA, dan stempel apotek. Surat pesanan

narkotika terdiri dari empat rangkap dan satu lembar surat pesanan hanya dapat

digunakan untuk memesan satu macam narkotika.

2) Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai

SIPA dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan

stempel apotek (Kemenkes RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus

yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan

narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b) Harus mempunyai kunci yang kuat.

c) Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan

narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80

x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

e) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

f) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

19

Universitas Indonesia

g) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

3) Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa

narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit

berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997

disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama

sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya

boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari

narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian

dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung

narkotika.

4) Pelaporan

Berdasarkan Permenkes RI No.1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang

organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melakukan pengumpulan,

pengolahan, serta penyajian data dan informasi Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

pengumpulan, pengolahan dan penyajian data penggunaan obat narkotika dan

psikotropika dari unit pelayanan.

Dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan data pelaporan tersebut

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menggunakan

Sistem Pelaporan dalam bentuk software, yaitu Sistem Pelaporan Narkotika dan

Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses online dengan alamat

http//www.sipnap.binfar.depkes.go.id. SIPNAP terdiri dari software Unit

pelayanan (Apotek, Puskesmas, dan Rumah Sakit), Software tingkat Dinas

Kesehatan Kab/Kota dan pelaporan ke Provinsi dan Pusat dilakukan sistem

pelaporan online.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

20

Universitas Indonesia

5) Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika

yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama

pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.11 Pengelolaan Apotek

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola

oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker

harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan

mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan

membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan.

2.11.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu

perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

21

Universitas Indonesia

sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan

budaya masyarakat.

2.11.2 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan

yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi

keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2.11.3 Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika

isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.

Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan

kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika.

Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan

keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.

2.11.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

22

Universitas Indonesia

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita&Lily, 2004)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan

yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku

Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu

misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya,

seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap

tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh

pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

23

Universitas Indonesia

Pembelian kontan adalah pembelian di mana pihak apotek langsung

membayar harga obat yang dibeli dari distributor.

b. Pembelian kredit

Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya sampai jatuh tempo.

c. Konsinyasi (Titipan obat)

Konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek

bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut

terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau

waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada

pemiliknya.

2.13 Pengendalian Persediaan Apotek

Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan

obat di apotek agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara

efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan

cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi

prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada

di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu, pengelolaan

dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk memastikan pasien

memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas barang yang dipesan

tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan keuntungan dari

pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga obat bersaing,

pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan

yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat

dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode

pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat

dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997):

2.13.1 Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat

yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital

dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

24

Universitas Indonesia

atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan

obat golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat hipertensi dan

diabetes. Obat esensial adalah obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam

tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke

apotek. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving.

Obat non-esensial meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakan

untuk penyakit yang sembuh sendiri.

2.13.2 Analisis ABC

Analisis ABC disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang

mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Analisis ABC merupakan metode

pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi

hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A,

B dan C. Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 75% – 80% dari total nilai inventory. Kelompok

B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi mempunyai nilai

investasi sekitar 15% – 20% dari total nilai inventory. Sedangkan kelompok C

adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% – 60% dari item tapi mempunyai

nilai investasi sekitar 5% – 10% dari total nilai inventory. Besarnya persentase ini

adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda antara perusahaan satu

dengan yang lainnya (Widiyanti, 2005).

2.13.3 Analisis VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC

menggabungkan analisis ABC dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis

menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Gambar 2.3 Matriks VEN-ABC

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

25

Universitas Indonesia

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua

obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non-

esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C

pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pharmaceutical Care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan

Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung

jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good

Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good

Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin

bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi

kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan

inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan

dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi

yang diinginkan.

Pelaksanaan Good Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

d. Memberikan informasi tentang kesehatan dan obat, memberdayakan

masyarakat tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan

penyakit di masyarakat.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

26

Universitas Indonesia

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi

peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care).

1) Pelayanan Resep

a. Skrining Resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

1. Persyaratan Administratif

a) Nama, SIP, dan alamat dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badam pasien

e) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta

f) Cara pemakaian yang jelas

g) Informasi lainnya

2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap

resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif sepenuhnya bila perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan Obat

1. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas,

dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat

harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan

jumlah obat, serta penulisan etiket yang benar.

2. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

3. Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

27

Universitas Indonesia

4. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuain antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan

oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien dan tenaga kesehatan.

5. Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat

pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara

penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan

dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

6. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau

perbekalan lainnya. Untuk menderita penyakit tertentu, seperti

kardiovaskuler, diabetes, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker

harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

7. Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu, seperti

kardiovaskuler, diabetes, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2) Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan

lain-lainnya.

3) Pelayanan Residensial

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

28

Universitas Indonesia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini,

apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Informasi yang diberikan mengenai efek samping, dosis, cara penggunaan,

interaksi obat, harga obat, dan lain-lain. Informasi yang diberikan haruslah benar,

jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.

Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat,

cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan

minuman yang harus dihindari selama terapi. Seorang Apoteker harus dapat

menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat memberikan alternatif

pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar belakang perlunya KIE ialah:

a. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama secara kontinyu dapat

mengakibatkan ketidakpatuhan pasien. Status ekonomi pasien maupun

adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang kurang baik

juga termasuk salah satu penyebab ketidakpatuhan pasien. Ketidakpatuhan ini

dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus oleh pasien, resep yang lama

tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif membuat pasien

menggandakan dosis sendiri.

b. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat berupa obat tidak tepat indikasi,

tidak tepat pasien, jenis obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi

pemberian dan obat tidak terjangkau oleh pasien.

c. Penggunaan obat yang tidak benar seperti pada teknik penggunaan obat oleh

pasien, beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

29

Universitas Indonesia

penggunaannya agar lebih efektif antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, suppositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

a. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

1. Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

2. Menurunkan ketidakpatuhan

3. Menurunkan efek samping obat

4. Menurunkan biaya pengobatan

5. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit

6. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional

a. Bagi Apoteker

1. Meningkatkan citra profesi

2. Meningkatkan kepuasan kerja

3. Menarik customer

Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker harus memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

b. Objektif

c. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat

dariberbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

d. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus

berdasarkansumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

e. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

2.14.2 Konseling

Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker

di apotek adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

30

Universitas Indonesia

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita

penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis

lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.14.3 Swamedikasi

Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter

ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi

gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag,

masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari

swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi

vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di

masyarakat adalah:

a. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang

semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat

OTC dan obat DOWA.

b. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif

rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi

informasi semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya

yang dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit,

sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan suplemen

makanan atau suplemen kesehatan.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan

swamedikasi, antara lain:

a. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di

dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat aktif,

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

31

Universitas Indonesia

indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

b. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya

apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi

batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

c. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau

memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.

d. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa

jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau

menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak

boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan dimana

dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

32

BAB 3TINJAUAN KHUSUS

APOTEK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Pemilik Sarana Apotek (PSA) ialah Bapak Winardi

Hendrayanta dan sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) Atrika ialah Bapak

Dr. Harmita, Apt.

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34A Jakarta Pusat yang

merupakan kawasan pemukiman penduduk. Terletak di jalan yang mudah

dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta merupakan jalan

dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar apotek terdapat

banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan.

3.2 Tata RuangBagian depan apotek memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai

tempat parkir. Bangunannya terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang depan dan

ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, counter kasir, tempat

penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC.

Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat ethical,

kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel.

3.3 Penataaan Obat

Penataan obat dilakukan berdasarkan farmakologi obat dan jenis

sediaannya yang kemudian disusun berdasarkan abjad. Penggolongan obat secara

farmakologi yang terdapat di apotek, diantaranya antibiotika, antimikroba,

antivirus, vitamin, saluran kemih, antithyroid, antimigrain,

analgesik/antiinflamasi, saluran pencernaan, saluran pernafasan, antihistamin,

kortikosteroid, kontrasepsi/hormon, antipsikosis, kardiovaskular dan golongan

lain. Bentuk sediaan dibagi menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul),

sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria,

obat tetes mata, obat tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

33

Universitas Indonesia

terpisah untuk menyimpan obat fast moving, obat generik berlogo, obat golongan

narkotika, psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa.

3.4 Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang

tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat membentuk struktur

organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas, wewenang dan

tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja yang akan

dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan fungsi

kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana.

Apotek Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Apoteker, yaitu:

Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

b. Tenaga teknis farmasi, yaitu:

Asisten Apoteker : 2 orang

Juru resep : 1 orang

c. Tenaga non teknis farmasi, yaitu:

Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang

Kurir : 1 orang

Petugas Kebersihan : 1 orang

Gambar struktur organisasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.5 Tugas dan Fungsi Jabatan

3.5.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

34

Universitas Indonesia

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab

masing-masing karyawan.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien.

f. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional. Apoteker harus memberikan informasi yang

benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan

terkini.

g. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

h. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

i. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.5.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak

berada di tempat.

b. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, kecuali obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.5.3 Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

35

Universitas Indonesia

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kesesuaian obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi

tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang

diperlukan.

f. Mencatat keluar masuk barang.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga

dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda

setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.5.4 Juru Resep

Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek

adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

3.5.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

36

Universitas Indonesia

c. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

d. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

e. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

f. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.5.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

operasional apotek, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan PBF.

3.5.7 Kurir

Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

3.5.8 Petugas Kebersihan

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotek.

b. Menjamin kerapian apotek.

c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.6 Kegiatan di Apotek Atrika

Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul 08.00-16.00 dan shift

II pukul 16.00-22.00. Apotek Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

37

Universitas Indonesia

08.00-22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00-16.00, sedangkan hari Minggu dan hari

libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan

menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan

non-teknis kefarmasian.

3.6.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.6.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan Barang

Perencanaan barang di Apotek Atrika berdasarkan pola konsumsi dengan

melihat data konsumsi obat periode sebelumnya.

b. Pengadaan Barang

APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan perbekalan

farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang,

Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan mendesak

yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang diparaf oleh

Asisten Apoteker. Pengadaan barang di apotek, baik jenis maupun jumlah barang

disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau

slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat yang banyak diresepkan

oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan barang dilakukan dengan cara COD (cash on delivery) dan kredit.

Selain dengan COD dan kredit, terdapat juga cara konsinyasi di mana PBF

menitipkan barang untuk dijual di apotek. Konsinyasi adalah penjualan dengan

cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain dalam hal ini apotek, untuk

dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur. COD adalah pembelian

barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang,

sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh

tempo.

c. Pemesanan Barang

Pemesanan barang kepada PBF dilakukan dengan menggunakan surat

pesanan. Apotek memesan barang langsung kepada salesman atau melalui

telepon. Jenis barang yang dipesan dilihat berdasarkan catatan pada buku defekta.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

38

Universitas Indonesia

d. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat pesanan

dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik

barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima sesuai

dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani,memberi

stempel apotek pada faktur dan memberi nomor faktur untuk kemudian dicatat di

buku penerimaan barang yang berisi tanggal penerimaan, nomor urut faktur dan

nama PBF. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur

disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Penerimaan dicatat dalam buku

pemasukan obat ethical yang berisi tanggal penerimaan, nama obat dan jumlah

barang yang diterima (satuan terkecil) dan tanggal kadaluarsa. Kemudian

dilakukan pencatatan faktur ke buku faktur yang berisi tanggal faktur, nama PBF,

jumlah barang (satuan terbesar), nama obat, tanggal kadaluwarsa, harga satuan,

potongan harga dan PPN. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke

dalam kartu stok besar (kartu gudang) dan kartu stok kecil. Bila terjadi perubahan

harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian

juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir.

e. Penyimpanan Barang

Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk sediaan

obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat OTC. Obat

disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired

First Out), di mana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih dahulu

diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar keluar terlebih

dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang

yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari

khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh

Apoteker Pendamping.

f. Pengeluaran Barang

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

39

Universitas Indonesia

buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari

penjualan resep dicatat pada buku resep dokter.

g. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang

Pemeriksaan dan pencatatan stok barang dilihat dari buku penjualan dan buku

resep dokter yang dilakukan setiap hari. Jumlah barang yang ada dicocokkan

dengan jumlah yang tertera pada kartu stok kecil. Barang yang habis dicatat pada

buku defekta untuk dilakukan pemesanan.

h. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam

buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan

sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah

minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat

biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini

ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.6.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan

oleh Apoteker Pengelola Apotek. Gambar Surat Pesanan (SP) Narkotika dapat

dilihat pada Lampiran 16.

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan

kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok

dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah,

dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

40

Universitas Indonesia

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan

tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.

3.6.1.3 Pengelolaan Psikotropika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Gambar Surat Pesanan (SP) Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 18.

b. Penyimpanan Psikotropika

Di Apotek Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci

lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan salinan

resep. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya

dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip. Gambar Laporan

Penggunaan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 19.

3.6.1.4 Pelayanan Apotek

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Koreksi, Penyerahan). Resep dokter dari

pasien diterima oleh Asisten Apoteker, kemudian dilakukan skrining resep dan

diberi harga pada huruf H dari HTKP berdasarkan buku daftar harga dan pada

huruf H diberi paraf. Harga obat yang telah disetujui pasien dibayarkan di kasir

dan dicatat alamat serta nomor telepon pasien.

Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh Asisten Apoteker

dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang, huruf T pada HTKP

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

41

Universitas Indonesia

diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan diberi etiket diperiksa oleh

Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K dari HTKP diberi paraf.

Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada pasien. Apoteker yang

menyerahkan obat menyampaikan informasi yang berkaitan dengan obat tersebut

memberikan paraf pada huruf P pada HTKP. Resep yang telah selesai dilayani

setiap harinya dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep dan dicatat dalam buku

resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan pelayanan resep secara kredit,

tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak

diserahkan ke pasien melainkan disimpan untuk dilakukan penagihan pada awal

bulan berikutnya.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotek Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter

(obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan

lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian

barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

3.6.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.6.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Administrasi Umum

Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan

pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai.

Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam buku

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

42

Universitas Indonesia

daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga,

maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

e. Administrasi Pajak

Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan

dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus

dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak lain

yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada

suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

3.6.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek

Atrika meliputi:

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

43

Universitas Indonesia

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang telah

habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi

kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih

cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri dari

2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar

terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal

pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek. Gambar surat pesanan (SP) Apotek

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 15.

c. Buku Penerimaan Barang

Buku penerimaan barang digunakan untuk mencatat surat faktur barang yang

masuk. Dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor

faktur, jumlah barang, nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon,

harga setelah potongan, dan jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan

barang depan dan obat ethical dipisahkan.

d. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas dan

untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang,

generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad dan

dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

e. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru

dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama

PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

44

Universitas Indonesia

f. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk

serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/masuk

barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal

kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar,

dan sisa stok barang pada lemari.

g. Buku Pemasukan Obat Ethical

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah obat ethical satuan terkecil, dan tanggal

kadaluarsa.

h. Buku Pemasukan Obat Over The Counter (OTC)

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC.

i. Buku Resep Dokter

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep

dokter. Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat,

jumlah obat serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

j. Buku Penjualan Obat Bebas

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang memuat

tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

k. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan

narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

l. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke Apotek

Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini memuat

nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

45

Universitas Indonesia

BAB 4PEMBAHASAN

Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaaan kefarmasian oleh apoteker

dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002. Apotek tidak sekedar bisnis retail yang hanya

menghasilkan keuntungan semata, tetapi juga sebagai tempat pengabdian profesi

apoteker dengan menjalankan fungsinya dalam memberikan informasi obat atau

yang disebut dengan Pelayanan Informasi Obat (IPO). Pelayanan kefarmasian

harus didasari oleh kepedulian terhadap pasien dalam ruang lingkup yang luas

sehingga pasien tidak hanya mendapatkan obat yang terjaga kualitas serta

mutunya tetapi juga rasional dan mampu memberikan informasi yang

berhubungan dengan obat yang diterimanya sehubungan dengan kondisi

kesehatan yang dialaminya, sesuai pada lampiran Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di

apotek.

Apotek Atrika dibangun melalui kerja sama antara Dr. Harmita, Apt.,

sebagai APA dengan Bapak Winardi Hendrayanta sebagai PSA, didirikan pada 21

Juli 2001dan telah beroperasi selama hampir 12 tahun, dan saat ini Apotek Atrika

memiliki tenaga kerja seperti apoteker pendamping, asisten apoteker, juru racik,

serta kasir. Dengan semakin berkembangnya usaha Apotek Atrika ini, maka

apotek ini membuka beberapa cabang yang terletak di daerah Kuningan, Mangga

dua, dan Pantai Indah Kapuk, yang kegiatannya dikoordinasi oleh Apotek Atrika

Jalan Kartini Raya sebagai pusatnya.

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya 34A, Jakarta Pusat. Apotek

Atrika ini berada pada kawasan yang strategis, hal ini karena terletak di samping

jalan dua arah yang ramai lalu lintas, dapat dilalui oleh kendaraan pribadi

maupun umum sehingga mudah untuk di akses, dan juga berada di wilayah

pemukiman penduduk yang cukup padat. Lokasi ini dianggap sudah sangat

strategis mengingat apotek terletak dekat dengan RS Husada serta praktek dokter,

dan jarak lokasi apotek dengan apotek pesaingnya cukup jauh.

45

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

46

Universitas Indonesia

Apotek Atrika dilengkapi halaman parkir yang cukup memadai, sehingga

akan memberikan kemudahan bagi pengunjung yang membawa mobil pribadi.

Dengan adanya papan nama apotek di halaman membuat Apotek Atrika mudah

dikenali oleh masyarakat yang lewat. Secara umum sarana dan prasarana di

Apotek Atrik cukup memadai, dimana memiliki penerangan yang baik, terdapat

ruang tunggu, ruang racik, counter cashier, ruang administrasi dan keuangan,

tempat sampah, wastafel, dapur dan toilet. Bangunan Apotek Atrika terbagi

menjadi dua ruangan, yakni ruang depan untuk menyimpan produk OTC dan

ruangan belakang untuk tempat peracikan dan menyimpan produk ethical. Pada

ruang depan apotek digunakan sebagai ruang tunggu, counter penjualan produk

OTC, penerimaan resep, penyerahan obat, dan kasir. Desain eksterior Apotek

Atrika cukup baik dan memiliki beberapa pajangan yang terbuat dari batu giok

yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Ruang tunggu ini

dilengkapi tempat duduk dan pendingin ruangan untuk meningkatkan

kenyamanan pelanggan. Penataan obat obat OTC disusun berdasarkan bentuk

sediaan yang kemudian disusun berdasarkan abjad. Produk OTC di letakkan di

dalam lemari etalase yang tembus pandang sehingga pelanggan dapat melihat

berbagai obat yang dijual, selain itu kombinasi warna di kemasan OTC yang dapat

menarik perhatian pelanggan.

Ruang depan dan ruang belakang dibatasi oleh dinding pembatas dan pintu

yang selalu tertutup sehingga pelanggan tidak dapat melihat aktifitas peracikan

dimana ruang belakang digunakan sebagai ruang racik dan ruang kerja dengan

luas yang cukup memadai untuk pekerjaan meracik. Ruang belakang juga

dilengkapi pendingin ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama

penyimpanan dan kenyamanan pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Ruang

racik Apotek Atrika memiliki tata letak berupa meja racik terletak di tengah

ruangan yang dikelilingi oleh lemari/rak penyimpanan obat ethical. Penempatan

yang demikian bertujuan untuk mempermudah mobilisasi pegawai sehingga

proses pengerjaan resep menjadi lebih efisien. Untuk menunjang operasionalnya,

Apotek Atrika menyediakan kelengkapan apotek secara lengkap sesuai dengan

yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332 Tahun 2002.

Toilet dan wastafel terdapat pada ruang racik yang dapat digunakan untuk

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

47

Universitas Indonesia

aktivitas higienisasi alat (membersihkan alat racik) dan higienisasi pegawai

(mencuci tangan). Dalam ruang racik telah disediakan perlengkapan untuk proses

peracikan berupa stamper dan mortir, timbangan miligram, timbangan gram, gelas

ukur, dan perlengkapan lain sesuai kebutuhan peracikan. Selain itu, etiket, label,

wadah pengemas, dan blanko-blanko perlengkapan apotek (salinan resep, surat

pesanan, kartu stok, dan lain sebagainya) juga sudah disediakan dengan baik. Bila

sewaktu-waktu dibutuhkan informasi terkait dalam peresepan obat atau

operasional apotek, pegawai dapat mencari informasi tersebut dalam buku standar

dan informasi mengenai obat (Farmakope Indonesia, MIMS, ISO) serta buku

mengenai peraturan perundang-undangan, atau literatur kefarmasian lain yang

tersedia.

Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan merupakan

kegiatan teknis kefarmasian yang ada di apotek. Perencanaan barang Apotek

Atrika dilakukan berdasarkan pola konsumsi. Jika suatu item produk habis atau

mendekati stok minimum, maka dilakukan pengadaan dengan mempertimbangkan

data konsumsi produk tersebut periode sebelumnya. Dengan mencatat ke dalam

buku defekta untuk obat-obat yang telah mendekati stok minimum, setelah itu

dilakukan pemesanan ke PBF yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah yang

dibutuhkan oleh apotek. Perencanaan barang dibedakan menurut aliran

persediaan, yaitu slow moving dan fast moving. Sebaiknya untuk produk slow

moving diadakan dengan jumlah yang tidak terlalu banyak untuk mengantisipasi

kerugian dan waktu kadaluarsa obat, sementara produk fast moving bisa diadakan

dengan jumlah yang cukup banyak untuk mencegah kekosongan stok dan

mengantisipasi lead time, karena apabila terjadi kekosongan stok maka akan

terjadi penolakan resep akibat dari tidak adanya obat yang diminta oleh

pelanggan, yang akan berdampak pada penjualan.

Setiap hari dilakukan pengecekan stok untuk mengetahui item produk

yang jumlahnya minimum. Produk-produk yang akan dipesan dicatat di buku

defekta, lalu disusun berdasarkan PBF penyedianya. Bila produk tersedia pada

lebih dari satu PBF, maka pemilihan akan didasarkan pada pertimbangan lokasi,

kualitas barang yang dikirim, ketepatan waktu pengiriman, kemudahan dalam hal

pengembalian obat yang rusak dan kadaluarsa, serta faktor harga, contohnya

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

48

Universitas Indonesia

seperti PBF mana yang menawarkan diskon lebih besar atau harga lebih murah,

karena hal ini terkait dengan laba yang akan diperoleh oleh Apotek Atrika.

Pemesanan dapat dilakukan melalui telepon atau melalui sales yang berkunjung

ke apotek pada saat itu. Pada saat penerimaan barang pesanan dari PBF, dilakukan

di tempat yang sama dengan tempat penyerahan obat kepada pasien. Hal ini

dirasakan cukup mengganggu kenyamanan pasien, sehingga sebaiknya perlu

disediakan ruangan khusus untuk penerimaan barang.

Penataan obat di apotek Atrika juga telah sesuai dengan pedoman Cara

Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) di mana dalam pedoman ini obat-obat

disimpan berdasarkan farmakologisnya yang dikombinasi dengan bentuk sediaan

dan alfabetis untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam penyerahan obat.

Penyimpanan obat di Apotek Atrika dilakukan dengan menyimpan obat pada

lemari yang terbuat dari kayu dengan pintu kaca transparan sehingga

memudahkan melihat produk dengan jelas. Produk-produk di Apotek Atrika

ditempatkan berdasarkan kategori OTC atau ethical, bentuk sediaan, abjad, dan

kelas farmakologinya. Proses penempatannya dibedakan berdasarkan bentuk

sediaan, yaitu sediaan oral padat, sediaan oral cair, dan sediaan topikal. Setelah

itu, obat diletakkan sesuai dengan sifat farmakologinya dan ditempatkan sesuai

abjad dari bagian atas lemari hingga ke bagian bawah. Untuk penyusunannya,

digunakan sistem FEFO (First Expired First Out), yakni obat yang hampir

mendekati masa kadaluarsa dikeluarkan terlebih dahulu karena untuk

mengantisipasi kadaluarsa obat selama proses penyimpanan. Sistem FEFO ini

biasanya dipilih untuk apotek yang memilik sirkulasi aliran persediaan barang

yang cukup lama, sementara untuk sistem FIFO (First In First Out) dipilih untuk

sirkulasi barang yang cepat sehingga tidak akan mempengaruhi waktu kadaluarsa.

Kegiatan administrasi kefarmasian yang dilakukan sehari-hari oleh Apotek

Atrika masih dengan cara manual dan belum menggunakan sistem komputerisasi.

Padahal penggunaan komputer akan sangat membantu dalam proses pemberian

atau pemeriksaan harga dan dalam proses pengolahan administrasi apotek, selain

itu juga memudahkan dalam mengetahui jumlah persediaan barang di apotek.

Ketersediaan barang yang terdapat di apotek dapat lebih mudah diketahui dengan

adanya sistem komputerisasi, selain itu meningkatkan kelancaran dan efisiensi

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

49

Universitas Indonesia

pelayanan apotek. Pencatatan dengan sistem manual memiliki banyak kelemahan

yakni timbul kesalahan dalam pencatatan, seperti pencatatan yang berulang akibat

kurangnya komunikasi antar pegawai atau terdapatnya barang keluar masuk yang

tidak tercatat. Hal ini tentu saja berpotensi menimbulkan kerugian bagi apotek

akibat tidak efisiennya sistem pembukuan dan pencatatan.

Proses pelayanan HTKP adalah pertama-tama obat yang ditebus melalui

resep diberi harga terlebih dahulu (termasuk laba dan pajak) dan nomor resep,

kemudian pasien akan diminta konfirmasinya kembali oleh kasir untuk menebus

seluruh obat atau sebagian, lalu kasir akan menandatangani kolom H. Apabila

telah mendapat persetujuan dari pasien mengenai harga yang ditetapkan maka

resep ini diserahkan ke ruang racik untuk disiapkan. Sebelum obat diracik,

dihitung dosisnya dengan untuk menghindari kesalahan penimbangan. Obat yang

telah diambil dan diracik, dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket

yang berisi tentang aturan pakai obat serta indikasi obat. Setelah obat disiapkan,

obat akan diserahkan pada pasien. Pada kertas HTKP, setiap orang yang

melakukan salah satu fungsi HTKP wajib menandatangani pada huruf pada

petugas yang melakukan fungsinya. Fungsi diberlakukannya HTKP adalah untuk

memudahkan penelusuran dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

Pelayanan resep di Apotek Atrika sudah dilakukan dengan baik. Semua resep

yang sudah diterima, disimpan per hari berdasarkan nomor urut resep. Resep-

resep tersebut akan disimpan selama 3 tahun. Setelah itu, dilakukan pemusnahan

resep dengan membuat berita acara yang selanjutnya dilaporkan kepada Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat.

Untuk meningkatkan kepuasan konsumen maka Apotek Atrika

menyediakan layanan antar bagi pasien yang tidak cukup mempunyai banyak

waktu untuk ke apotek, yaitu berupa penerimaan resep melalui fax hingga

pengantaran obat ke rumah pasien untuk daerah sekitar Jakarta Pusat dengan

syarat pembelian sejumlah tertentu.

Profesi apoteker harus menjalankan fungsinya dalam memberikan

pelayanan informasi obat (IPO) kepada pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat

telah dilakukan di Apotek Atrika walaupun kegiatan konseling belum secara

nyataditerapkan. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak tersedianya ruangan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

50

Universitas Indonesia

khusus bagi pasien untuk melakukan konseling obat. Pelayanan informasi obat

dilakukan di tempat penyerahan obat atau pada saat swamedikasi kepada pasien

yang datang tanpa resep obat ke apotek. Tujuan pemberiaan informasi obat

kepada pasien adalah menghindari kesalahan dalam penggunaan obat,

meningkatkan kepatuhan pasien, dan dapat memberikan manfaat dari penggunaan

obat yang digunakan. Apoteker harus mampu memberikan informasi mengenai

obat yang digunakan oleh pasien seperti nama obat, cara penggunaan, waktu

penggunaan, dosis dan cara penyimpanan obat.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

51 Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker sesuai dengan tugas dan

tanggung jawabnya dengan melakukan kegiatan kefarmasian secara profesioanal.

b. Apoteker di Apotek Atrika telah melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

pengelolaan apotek, baik secara teknis maupun non teknis kefarmasian. Dalam

kegiatan teknis kefarmasian, apoteker berperan dalam mengatur perencanaan,

pengadaan, pendistribusian, serta penyimpanan. Sedangkan kegiatan non teknis

meliputi pengelolaan modal dan sarana (manajerial), administrasi dan keuangan

serta sumber daya manusia.

5.2 Saran

a. Kegiatan pelayanan informasi obat oleh apoteker perlu ditingkatkan kembali

untuk meningkatkan peran apoteker dalam menjalankan keprofesiannya

b. Diperlukan suatu integrasi sistem administrasi dari sistem manual ke sistem yang

telah terkomputerisasi, sehingga kegiatan pencatatan dapat berjalan secara efektif

dan efisien terutama pada saat dilakukan pembukuan dan pencatatan.

c. Pelayanan swamedikasi sebaiknya lebih ditingkatkan kembali, sehingga dapat

meningkatkan penjualan, dan meningkatkan pengobatan yang aman, tepat, dan

rasional.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

52

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat DiserahkanTanpa Resep. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No.922/Menkes/Per/X/1993Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IjinApotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993 tentangKetentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar PelayananKefarmasian di Apotek. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan BebasTerbatas. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan AtasPeraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, the Selection, Procurement,Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed Revised and Expanded.Kumarian Pers.

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: AirlanggaUniversity Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Cetakan Keempat. Jakarta: WiraPutra Kencana.

Widiyanti, T. (2005). Penerapan Analisis Pareto dalam Manajemen Persediaandi Suatu Perusahaan Farmasi Industri Sekunder. Yogyakarta: ProgramPasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

54

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

54

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Contoh formulir APT-1

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

55

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

56

Lampiran 2. Contoh formulir APT-2

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

57

Lampiran 3. Contoh formulir APT-3

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

58

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

59

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

60

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

61

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

62

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

63

Lampiran 4. Contoh formulir APT-4

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

64

Lampiran 5. Contoh formulir APT-5

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

65

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

66

(Lanjutan)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

67

Lampiran 6. Contoh formulir APT-6

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

68

Lampiran 7. Contoh formulir APT-7

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

69

Lampiran 8. Apotek Atrika tampak dari luar

Lampiran 9. Tata Ruang Etalase Depan Apotek

Lampiran 10. Lemari Penyimpanan Narkotik

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

70

Lampiran 11. Lemari Penyimpanan Psikotropik

Lampiran 12. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Lampiran 13. Etiket Apotek Atrika

Pemilik SaranaApotek (PSA)

ApotekerPengelola Apotek(APA)

Apoteker

Pendamping

AsistenApoteker

Juru Resep Kasir Kurir PetugasKebersihan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

71

Lampiran 14. Kopi Resep Apotek Atrika

Lampiran 15. Surat Pesanan Apotek Atrika

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

72

Lampiran 16. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika (secara manual)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

73

Lampiran 18. Surat Pesanan Psikotropika

Lampiran 19. Laporan Penggunaan Psikotropika (1)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

74

Lampiran 20. Laporan Penggunaan Psikotropika (2)

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

UNIVERSITAS INDONESIA

REKAPITULASI DAN ANALISIS RESEP OBAT ANTIBIOTIK ORALPADA DAFTAR E-CATALOGUE OBAT GENERIK YANG AKAN

DITERAPKAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN)DI APOTEK ATRIKA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ALIFANA JASMINDRIYATI, S. Farm.1206329341

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

ii

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI ....................................................................................................... iiDAFTAR TABEL ............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1 LatarBelakang.................................................................................. 11.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 32.1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ............................................ 32.2 Sistem Pertahanan Tubuh ................................................................ 42.3 Infeksi............................................................................................... 52.4 Antibiotik ......................................................................................... 6

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................ 73.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ......................................................... 73.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 73.3 Metode Pengolahan Data ................................................................ 7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 8

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 215.1 Kesimpulan ...................................................................................... 215.2 Saran ................................................................................................ 21

DAFTAR ACUAN............................................................................................... 23

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Daftar obat generik e-Catalogue pada wilayah DKI Jakarta ............ 25

Tabel 4.3. Perbandingan Penjualan masing-masing obat antibiotika oral

generik periode Februari – September 2013.................................... 27

Tabel 4.5. Daftar PBF obat yang terdapat di dalam resep................................. 28

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Perbandingan jumlah resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013 ............................................ 9

Gambar 4.2. Perbandingan jumlah non-resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013 ............................................ 13

Gambar 4.3. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Februari

2013............................................................................................. 30

Gambar 4.4. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Maret

2013............................................................................................. 30

Gambar 4.5. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan April 2013........ 31

Gambar 4.6. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Mei

2013............................................................................................. 31

Gambar 4.7. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Juni 2013 ......... 32

Gambar 4.8. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Juli 2013 .......... 32

Gambar 4.9. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan Agustus

2013............................................................................................. 33

Gambar 4.10. Perbandingan jumlah antibiotik oral pada bulan September

2013............................................................................................. 33

Gambar 4.11. Contoh Resep Antibiotik di Apotek Atrika................................. 34

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

1

Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi adalah keadaan dimana mikroba masuk ke dalam tubuh manusia

sehingga menyebabkan penyakit. Penyakit mempunyai kemampuan menular

kepada orang lain yang sehat, sehingga populasi penderita dapat meluas.

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau

dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan

bakteri dan organisme lain (WHO, 2011). Antibiotik sampai saat ini masih

menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi.

Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa,

hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju

seperti Amerika Serikat. The Center for Disease Control and Prevention in USA

menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan

(unnescecery prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahun (Akalin, 2002).

Banyak masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat.

E-Catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari

berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan tata cara pembelian yang

diatur pemerintah yaitu menggunakan sistem e-Purchasing. Obat-obatan yang

terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan obat generik yang telah

melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga.

Fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan UU Kesehatan No.36 tahun

2009, yaitu suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya pelayanan kesehatan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

masyarakat. Menurut Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

No.40 tahun 2004 Pasal 23, salah satu Fasilitas Kesehatan yang disediakan dalam

rangka SJSN termasuk apotek, dimana berperan dalam sistem pengadaan obat

harus telah memiliki izin dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab dan

membuat perjanjian kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

1

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

2

Universitas Indonesia

Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat secara optimal,

maka usaha-usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan perlu

ditingkatkan secara terus menerus. Tercapainya derajat kesehatan yang optimal

harus ditunjang oleh adanya jaminan kesehatan. Pelayanan kesehatan dibidang

kefarmasian merupakan salah satu bentuk interaksi yang langsung dengan

masyarakat dan merupakan tanggung jawab profesi apoteker khususnya dalam

mengoptimalkan terapi dan masalah terkait obat. Dalam kesempatan Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan rekapitulasi dan

analisa resep yang mengandung obat antibiotik oral generik yang dikaitkan

dengan daftar e-catalogue di Apotek Atrika selama periode Februari sampai

September 2013. Dari hasil pengkajian resep tersebut, diharapkan dapat diketahui

obat antibiotik yang sering diresepkan maupun dalam pembelian non-resep dan

mampu menganalisis kerasionalan resep yang diberikan oleh dokter.

1.2 TujuanPenyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini

bertujuan untuk:

a. Mengetahui obat generik khususnya golongan antibiotik oral yang akan

disediakan oleh Apotek Atrika pada saat Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) diberlakukan.

b. Mengetahui jenis antibiotik oral yang paling banyak diresepkan oleh dokter

kepada pasien berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika dan

pembelian antibiotik oral tanpa resep selama periode Februari hingga

September 2013.

c. Mengkaji peresepan obat antibiotik oral yang diterima Apotek Atrika

selama periode Februari hingga September 2013 dari sisi kerasional resep,

interaksi obat, dan pemberian informasi.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

3

Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

2.1.1 Definisi dan Tujuan SJSN

Berdasarkan UU RI No 40 tahun 2004 Jaminan sosial merupakan salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah

suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan

penyelenggara jaminan sosial. SJSN diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia serta bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan

dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan

jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta

dan/atau anggota keluarganya.

2.1.2 Konvensi ILO 102 tahun 1952

Standar minimal Jaminan Sosial (Tunjangan kesehatan, tunjangan sakit,

tunjangan pengangguran, tunjangan hari tua, tunjangan kecelakaan kerja,

tunjangan keluarga, tunjangan persalinan, tunjangan kecacatan, tunjangan ahli

waris

2.1.3 E-Catalogue

E-Catalogue atau katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik

yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari

berbagai penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan tata cara pembelian yang

diatur pemerintah yaitu menggunakan system e-Purchasing.

E-Purchasing merupakan suatu tata cara pembelian Barang/Jasa

pemerintah melalui sistem katalog elektronik yang diselenggarakan oleh Lembaga3

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

4

Universitas Indonesia

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagaimana yang diatur

dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah dan Perubahannya. E-Purchasing dapat dilaksanakan setelah

spesifikasi data Barang/Jasa yang akan dibeli terlebih dahulu dimasukkan dalam

e-Catalogue. Dengan adanya sistem e-Purchasing tersebut diharapkan dapat

memberikan kemudahan kepada K/L/D/I dalam melaksanakan pengadaan

Barang/Jasa untuk kebutuhan instansinya.

Untuk pengadaan obat, saat ini terdapat total 11.052 item obat dalam

berbagai kekuatan, bentuk kemasan, dan dari berbagai produsen yang terdaftar

dalam e-Catalogue yang akan dialokasikan ke 33 provinsi di Indonesia dimana

tercantum pada Tabel 2.1.

Tampilan katalog obat akan menampilkan sebuah tabel yang memuat data-

data mengenai nama-nama obat yang tersedia untuk dialokasikan ke provinsi-

provinsi beserta dengan nama penyedia obat-obat tersebut, bentuk kemasan, harga

obat dalam satuan terkecil, serta nama distributor dan perjanjian Kontrak Payung.

Yang dimaksud dengan Kontrak Payung adalah surat perjanjian kerjasama antara

LKPP dengan penyedia Barang/Jasa, yang dalam hal ini adalah perusahaan

farmasi dan distributor.

Obat-obatan yang terdaftar dalam e-Catalogue sebagian besar merupakan

obat generik yang telah melalui proses seleksi melalui sistem pelelangan harga.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, untuk tahun 2013 penetapan

harga melalui lelang harga satuan dilakukan dengan harapan agar pengadaan obat

dapat mengikuti aturan, lebih mudah, dan efisien dengan tetap menjamin

ketersediaan obat. Lelang harga obat melalui e-Catalogue merupakan kerjasama

antara Kementerian Kesehatan dan LKPP.

2.2 Sistem Pertahanan Tubuh

Manusia secara terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang

mungkin dapat membahayakan apabila agen tersebut masuk kedalam tubuh, yang

paling serius adalah mikroorganisme penyebab penyakit. Mikroorganisme yang

mampu berkontak dapat masuk ke tubuh seperti saluran pencernaan, saluran

pernapasan, saluran genital. Apabila bakteri atau virus masuk kedalam tubuh,

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

5

Universitas Indonesia

tubuh memiliki sistem pertahanan yang kompleks dan berlapis-lapis, sistem imun

yang memberikan proteksi terhadap invasi oleh agen-agen asing dengan berbagai

mekanisme baik fisika, kimia maupun fisiologis. Permukaan tubuh yang terpajan

ke lingkungan eskternal, misalnya kulit, berfungsi sebagai lini pertama sistem

pertahanan untuk menahan penetrasi mikroorganisme asing. Imunitas mengacu

pada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel

abnormal yang potensi berbahaya.

Dari segi barier anatomi tubuh, sistem pertahanan tubuh dapat dibagi

menjadi dalam dua bagian:

a. Pertahanan Permukaan, yaitu pertahanan yang diselenggarakan oleh kulit dan

selaput mukosa beserta sekret yang dihasilkan oleh kelenjar, misalnya

keasaman (pH), sifat bakterisidal dari air mata, lisosim, dan sebagainya.

b. Pertahanan Jaringan, yaitu pertahanan tubuh yang berperan setelah terjadi

penetrasi infektor melalui pertahanan permukaan. Pertahanan jaringan non

spesifik dapat muncul secara spontan seperti adanya proses fagositosis sel

terhadap infektor. Kemampuan pertahanan non spesifik ini diberikan oleh sel

darah putih, leukosit, monosit, dan makrofag. Sementara pertahanan jaringan

spesifik yang sebenarnya merupakan respon sistem imun tubuh terhadap

infektor yang masuk (Wattimena et. al, 1991)

2.3 Infeksi

Infeksi adalah keadaan dimana mikroba masuk ke dalam tubuh manusia

sehingga menyebabkan penyakit. Faktor penentu dalam timbulnya penyakit

infeksi sebenarnya adalah daya berjangkitnya dan daya penjalaran penyakit dalam

populasi manusia yakni epidemiloginya. Pada dasarnya dapat dibedakan dua tipe

mikroorganisme, yaitu bakteri yang bersifat patogen dan non patogen. Timbul

atau tidaknya penyakit infeksi pada seseorang yag terinfeksi penyebab penyakit

sering ditentukan oleh keadaan tubuh yang bersangkutan. Keadaan nutrisi

seseorang yang buruk dapat mempengaruhi sistem pertahanan tubuhnya atau

dapat menyebabkan defisiensi dalam sistem imun, akibatnya respon pertahanan

terhadap infeksi berkurang dan mudah terjangkit penyakit infeksi. Selain cara

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

6

Universitas Indonesia

penyembuhan (kuratif), merupakan faktor terpenting lain dalam penyakit infeksi

adalah kontrol epidemi penyakit tersebut (Edberg, 1986).

2.4 Antibiotik

Antibiotika oral adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat

perkembangan bakteri dan organisme lain yang dikonsumsi secara per oral.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi menjadi empat golongan yang

berbeda, yakni: (Katzung, 1995)

Mekanisme kerja Efek Obata. Penghambatan sintesis

dinding sel.Efek bakterisidal.

a. Pemecahan enzim dinding sel.b. Penghambatan enzim dalam

sintesis dinding sel.

PenisilinSefalosporin

b. Pengubahanpermeabilitas membransel atau transpormelalui membran sel.

Efek bakteriostatik ataubakterisidal. Meningkatkanpermeabilitas membran.Hilangnya substansi seluler yangmenyebabkan sel menjadi lisis.

Amfoterisin BNistainPolimiksin

c. Penghambatan sintesisprotein

Efek bakteriostatik ataubakterisidal. Mengganggu sintesisprotein tanpa mempengaruhi selnormal. Menghambat tahap-tahapsintesis protein.

AminoglikosidTetrasiklinEritromisinLinkomisin

d. Penghambatan sintesisasam nukleat

Efek bakteriostatik. Mengganggutahap-tahap metabolisme dididalam sel.

SulfonamidTrimetoprimIsoniazidAsamNalidiksatOfloksasin

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Universitas Indonesia

BAB 3METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat PengkajianPengkajian dilakukan pada di Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No: 34

Jakarta Pusat pada pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 2

Oktober - 6 November.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan mengumpulkan resep yang diterima dan dilayani

oleh Apotik Atrika selama bulan Februari hingga September 2013, kemudian

dilakukan pencatatan terhadap resep-resep yang mengandung obat antibiotik oral

selama periode tersebut.

3.3 Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dicatat kemudian dihitung frekuensi

peresepannya dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Data tersebut

kemudian disajikan dalam bentuk tabel serta dilakukan analisis data yang

disesuaikan dengan literatur.

7

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

8

Universitas Indonesia

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Rekapitulasi ResepSelama pelaksanaan PKPA di Apotek Atrika, dilakukan penelusuran dan pengkajian

terhadap resep yang mengandung obat antibiotik oral yang terdapat dalam daftar e-catalogue.

Obat antibiotik oral yang terdapat dalam e-catalogue ada tujuh belas macam, yaitu

amoksisiklin, doksisiklin, eritromisin, klindamisin, kloramfenikol, levofloksasin, linkomisin,

ofloxacin, sefadroksil, sefaleksin, sefiksim, siprofloksasin, spiramisin, tetrasiklin, dan

tiamfenikol.

Tabel 4.1. Jenis Antibiotik oral yang terdapat dalam e-catalog yang akan diterapkan dalamSistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

No. Nama Generik Formulasi

1Amoksisilin + As.Klavulanat 625 mg tablet

2 Amoksisilin kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg; sirup kering 125 mg/5 ml

3 Doksisiklin kapsul/kaplet 100 mg4 Eritromisin kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg; sirup 200 mg/ 5 ml5 Klindamisin kapsul/kaplet 150 mg; 300 mg6 Kloramfenikol kapsul/kaplet 250 mg; suspensi 125 mg/ 5 ml7 Levofloksasin tablet 500 mg8 Linkomisin kapsul/kaplet 500 mg9 Ofloxacin tablet 200 mg; 400 mg10 Sefadroksil sirup kering 125 mg/5ml; kapsul/kaplet 500 mg11 Sefaleksin kapsul/kaplet 500 mg

12Sefiksim 400 mg +Azitromisin 1000 mg

13 Sefiksim kapsul/kaplet 100 mg; sirup kering 100 mg/ 5 ml

14Siprofloksasin (sebagaiHCl) tablet 250 mg; 500 mg

15 Spiramisin tablet 500 mg16 Tetrasiklin kapsul/kaplet 250 mg; 500 mg17 Tiamfenikol kapsul/kaplet 500 mg

Ketujuh belas jenis obat tersebut diamati penggunaanya dalam resep yang diterima

Apotek Arika selama periode Februari sampai September 2013. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui profil peresepan obat terutama untuk obat yang paling banyak diresepkan dan

yang paling banyak terjual di Apotek Atrika berdasarkan dari resep dan non-resep yang

mengandung obat antibiotika oral generik.

8

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

9

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil penelusuran resep yang di terima Apotek Atrika, diketahui bahwa

antibiotik yang digunakan dalam resep adalah Amoksisilin, Spiramycin, Doxycillin,

Ofloxacin, Cefadroxil, Cefixime, Linkomisin, Ampisilin, Azithromycin, Thiamycin,

Levofloxacin, Kloramfenikol, Teramycin, Cefalexin, Ciprofloxacin, dan Clindamycin.

Jumlah total resep yang diterima atau dilayani selama bulan Februari sampai September 2013

adalah 1597 lembar resep. Sedangkan jumlah resep yang menggunakan obat antibiotik oral

generik terdapat 77 lembar resep atau 4,8% dari jumlah keseluruhan resep yang diterima

selama periode tersebut. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah resep yang mengandung

obat antibiotik oral generik selama periode Februari hingga September 2013, dimana pada

bulan Februari sebanyak 133 items, bulan Maret sebanyak 80 items, bulan April 72 items,

bulan Mei 105 items, bulan Juni sebanyak 261 items, bulan Juli sebanyak 82 items, bulan

Agustus 31 items, dan pada bulan September sebanyak 46 items.

Gambar 4.1. Perbandingan jumlah resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013

Pada grafik tersebut terlihat bahwa peresepan antibiotik oral generik di Apotek Atrika

terbanyak terdapat di bulan Juni, dimana selama periode tersebut antibiotik oral yang banyak

di resepkan adalah amoksisilin tablet. Hal ini mungkin disebabkan karena amoksisilin

memiliki spektrum luas untuk bakteri, lebih cepat di absorpsi di dalam usus efektif untuk

berbagai jenis infeksi, dan memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan jenis

antibiotik oral lainnya. Namun secara total peresepan dari periode Februari hingga

September, antibiotik oral yang paling banyak diresepkan adalah Sefadroksil. Berikut

0

50

100

150

200

250

300

JUM

LAH

RESE

P

BULAN

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

10

Universitas Indonesia

merupakan daftar untuk jenis Obat Antibiotika Oral yang diresepkan selama bulan Februari

hingga September 2013

Tabel 4.2. Daftar untuk jenis Obat Antibiotika Oral yang diresepkan selama bulan Februari

hingga September 2013

Nama Obat

Generik

(Zat Aktif)

Sediaan Indikasi

Amoksisilin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi saluran napas atas, otitis media,

bronkitis akut& kronik, pneumonia,

sistitis, infeksi kulit dan jaringan, salura

urogenital, pasca operasi.

Ampisilin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi bakteri Gram (+) / (-), saluran

napas atas, infeksi saluran kemih, infeksi

gastroinstestinal, otitis media bakterial.

Spiramycin Tablet (500 mg) Infeksi saluran napas, faringitis, otitis

media, ruam kulit dan infeksi lain,

profilaksis toksoplasmosis kongenital.

Siprofloksasin Tablet (250 mg; 500 mg) Infeksi saluran napas, saluran

gastrointestinal, infeksi kulit dan jaringan

lunak, tulang dan sendi, infeksi GI

termasuk demam tifoid, untuk

dekontaminasi selektif pada usus, dan

infeksi berat pada pasien yang dirawat di

rumah sakit.

Ofloksasin Tablet (200 mg; 400 mg) Infeksi saluran kemih atas dan bawah,

infeksi saluran napas bawah, infeksi

ginekologi, dan kulit dan jaringan lunak.

Levofloksasin Tablet 500 mg Terapi sinusitis maksilaris akut, bronkitis

kronis, eksaserbasi akut, pneumonia yang

didapat dari lingkungan, infeksi saluran

kemih, infeksi jaringan lunak.

Tetrasiklin Tablet ( 250 mg; 500 mg) Infeksi yang disebabkan mikroorganisme

yang sensitif terhadap tetrasiklin, infeksi

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

11

Universitas Indonesia

yang riketsia, klamidia, mikoplasma

pneumonia, infeksi Gram (+) / (-), infeksi

saluran napas, saluran kemih dan jaringan.

Doksisiklin Kapsul (100 mg) Infeksi karena mikroorganisme yang

sensitif, misalnya rickettsiosis, kolera,

sinusitis,otitis media purulenta,

pneumonia, infeksi kulit akne vulgaris.

Terapi antibiotik alternatif yang alergi

terhadap penisilin.

Klindamisin Kapsul (150 mg) Infeksi serius Gram (+) / (-) terutama

Streptococcus, pneumokokus, dan

Staphylococcus. Termasuk bakteri

anaerob. Infeksi saluran napas atas dan

bawah, kulit dan jaringan serta infeksi

serius lainnya.

Linkomisin Kapsul (250 mg; 500 mg) Infeksi berat karena Streptococcus,

pneumokokus, Klostridium, dan

Staphylococcus. Infeksi tulang dan sendi,

infeksi saluran napas, infeksi salurah

kemih.

Kloramfenikol Kapsul (250 mg) Tifoid dan paratifoid. Infeksi berat karena

Salmonella sp, H. influenza (terutama

meningitis), rickettsia, limfogranuloma,

psitakosis, meningitis karena bakteri

Gram (-).

Tiamfenikol Kapsul (500 mg) Tifoid dan paratifoid. Infeksi berat karena

Salmonella sp, H. influenza (terutama

meningitis), rickettsia, limfogranuloma,

psitakosis, meningitis karena bakteri

Gram (-).

Sefadroksil Kapsul (500 mg) Infeksi karena Gram (+) / (-) seperti

infeksi saluran napas, infeksi kulit dan

jaringan, infeksi saluran kemih dan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

12

Universitas Indonesia

kelamin, abses, osteomielitis, septikemia,

peritonitis.

Sefaleksin Infeksi yang disebabkan karena Gram (+)

/ (-), seperti infeksi saluran napas, otitis

media yang disebabkan Salmonella sp, H.

Influenza. Infeksi saluran kemih

Sefiksime Kapsul (100 mg) Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi,

otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis

kronis eksaserbasi akut

Sementara untuk jumlah total pembelian tanpa resep (obat bebas dalam) yang

diterima atau dilayani selama bulan Februari sampai September 2013 adalah sebanyak 3036

pembelian obat non resep (tanpa resep dokter). Sedangkan obat antibiotik oral yang dilayani

dengan pembelian tanpa menggunakan resep (obat bebas dalam) adalah sebanyak 309

pembelian obat secara bebas (tanpa resep dokter) atau sebesar 10,18% dari jumlah

keseluruhan pembelian obat tanpa resep selama periode tersebut. Berdasarkan data tersebut,

ternyata penggunaan antibiotik oral generik tanpa resep penggunaannya jauh lebih besar

dibandingkan dengan antibiotik oral dengan menggunakan resep. Hal ini disebabkan

penjualan antibiotik oral yang tidak diawasi dan dibatasi penggunaannya. Mengingat

penggunaan antibiotik oral tanpa resep yang cukup besar, maka sebaiknya kita sebagai

apoteker memiliki peranan untuk dapat memberikan informasi kepada pasien mengenai cara

penggunaan, dosis yang diberikan, dan agar dilakukan pencatatan sehingga kepatuhan pasien

terhadap pengobatan dapat tercapai dan efek resistensi dapat diminimalisir. Pada Gambar 4.2

menunjukkan bahwa jumlah pembelian obat tanpa resep yang mengandung obat antibiotik

oral generik selama periode Februari hingga September 2013, dimana penjualan pada bulan

Februari sebanyak 812 items, bulan Maret sebanyak 727 items, bulan April 561 items, bulan

Mei 528 items, bulan Juni sebanyak 509 items, bulan Juli sebanyak 658 items, bulan Agustus

sebanyak 517 items, dan pada bulan September sebanyak 821 items. Pada grafik tersebut

terlihat bahwa pembelian antibiotika oral non- resep terbanyak pada bulan September,

dimana pada periode tersebut pembelian terbanyak adalah antibiotik tetrasiklin. Namun

secara total pembelian non resep dari periode Februari hingga September, antibiotik oral yang

paling banyak diminta adalah Amoksisilin. Amoksisilin merupakan pilihan obat terpilih

utama dalam pengobatan infeksi. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai perbandingan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

13

Universitas Indonesia

penjualan masing-masing antibiotik oral generik baik resep maupun non-resep dalam tiap

bulan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sedangkan untuk melihat profil perbandingan antara resep

dan non resep per tiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 4.2 - 4.10.

Gambar 4.2. Perbandingan jumlah non-resep antibiotik oral generik

periode Februari – September 2013

Dalam Tabel 4.4, tercantum perbandingan harga obat antibiotik oral generik dalam

daftar e-catalog dan dalam daftar harga di Apotek Atrika. Berdasarkan tabel tersebut, harga

obat dalam daftar e-catalog lebih cost-effective dibandingkan dengan daftar harga Apotek

Atrika. Oleh karena itu diharapkan SJSN akan mulai diberlakukan pada tahun 2014

mendatang dengan sistem yang berjalan dengan baik

Tabel 4.4. Perbandingan Harga Obat Antibiotik Oral Generik dalam daftar e-catalog SJSN

dan dalam Daftar Harga di Apotek Atrika

Nama

Obat

Harga Satuan

e-catalogue Apotek Atrika

Amoksisilin 250 mg 200 344

Amoksisilin 500 mg 220 462

Amoksisilin dry sirup 2276,9 6364

Ampisilin 500 mg 560

Sefaleksin 500 mg 972 1265

Sefadroksil 500 mg 520 1100

0

200

400

600

800

1000

JUM

LAH

NO

N R

ESEP

BULAN

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

14

Universitas Indonesia

Cefixim 100 mg 958 2993

Kloramfenikol 250 mg 213 307

Siprofloksasin 250 mg 237 330

Siprofloksasin 500 mg 250 325

Doksisiklin 100 mg 220 317

Eritromisin 250 mg 440 522

Eritromisin 500 mg 864,7 911

Linkomisin 500 mg 520 813

Levofloksasin 570 1680

Ofloksasin 200 mg 413 760

Ofloksasin 400 mg 654 1200

Tertrasikilin 250 mg 140 190

Tertrasikilin 500 mg 257 321

Tiamfenikol 500 mg 431 725

Spiramisin 500 mg 1386 1924

Setelah semua resep yang mengandung obat antibiotik oral generik selama bulan

Februari - September 2013 di rekapitulasi dan dilihat profilnya baik dalam peresepan maupun

non-peresepan, selanjutnya dipilih satu resep untuk di analisis.

4.2 Penyelesaian Kasus Resep

Telah diterima dan dilayani salah satu resep di Apotek Atrika pada tanggal 1 Juli 2013.

Pasien Ny. X, beliau memeriksakan dirinya ke praktek dokter di Jalan Bungur Besar No. 34F

Jakarta pada tanggal 1 Juli 2013. Untuk contoh resep asli dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

15

Universitas Indonesia

4.2.1 Penulisan ulang resep

4.2.2 Data obat dalam resep

Sebelum dilakukan pengkajian resep, terlebih dahulu diperlukan data mengenai obat

yang terdapat dalam resep. Selain itu, dalam sistem pengadaan obatnya Apotek Atrika

bekerjasama dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk dapat melakukan pemesanan obat

berdasarkan dari yang biasa diresepkan atau yang paling banyak diminta, dimana dapat

dilihat pada Tabel 4.5. Terdapat tiga resep jenis obat yang diberikan, dimana satu resep

berupa racikan dalam bentuk kapsul.

4.2.2.1 Cimetidine

Nama Obat Cimetidine

Bentuk sediaan Tablet

DOKTER J.P AULIAPraktek Umum

Sore : Jam 15.00 – 18.00Jl. Bungur Besar No.34 JakartaHp. 0818 140215 DU 0083/P-3-01/09-90

Jakarta, 1 Juli 2013

R/ Cimetidine 200Vosedon 10mf. dtd No. XV

S. 3dd1. ac

R/ Tab Merislon 10No. XVS. 3dd1. p.c

R/ Cap. Ofloxacin 400No. XS. 2dd1. p.c

Pro : Ny. XAlamat:

Obat tidak dapat diganti tanpa sepengetahuan Dokter

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

16

Universitas Indonesia

Komposisi Cimetidine 200 mg

Indikasi Tukak dan radan lambung, & tukak usus 12 jari.Perdarahan saluruan cerna bagian atas akibat tukakatau erosi. Refluks gastroesofagus, hipersekresipatologis yang berhubungan dengan sindromaZollinger–Ellison. Keadaan lain dimanapenghambatan sekresi asam lambung diharapkan

Peringatan Tidak digunakan untuk pasien dengan sejarah gagalginjal, hamil dan laktasi.

Efek Samping Pusing, diare, ruam.Jarang terjadi: alergi, rasa bingung yang reversible,mialgia, gangguan darah, hepaotoksik, pankreatitis.

Dosis Dewasa: 200 mg 3 kali sehari sebelum tidur atausebelum makan.Anak: 20-40 mg/kgBB/hari, dosis terbagi

Interaksi Obat Meningkatkan kadar warfarin, fenitoin, teofilin,lignokain, antiaritmia, benzodiazepin, β-bloker,sebagai vasodilator.

4.2.2.2 Vosedon ®

Nama Obat Vosedon

Bentuk Sediaan Tablet

Komposisi Domperidone 10 mg

Indikasi Mengurangi gejala mual dan muntah pada keadaanakut, disebabkan pemberian obat levodopa ataubromokriptin, pada anak setelah kemoterapi kankeratau iradiasi. Pengobatan gejala dispepsiafungsional.

Dosis Dewasa: Dispepsia fungsiaonal 10 mg 3 kali sehari,mual dan muntah 10-20 mg 3-4 kali sehariAnak: 0,25 mg/kgBB/3 kali sehari

Peringatan Dosisi dikurangi pada pasien gagal ginjal. Timbulefek ekstrapiramidal bila diberikan bersama denganobat lain. Jangan diberikan pada bayi, wanita hamildan laktasi. Tidak direkomendasikan padapenggunaan lama. Dapat menimbulkan gangguanhati.

Efek Samping Muka merah, reaksi alergi lain, dan reaksi distonikakut

Interaksi obat Penggunaan bersama dengan obat antikolinergik

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

17

Universitas Indonesia

dapat mengantagonis efek anti dispepsia. Denganantasida dan antisekretorik dapat menurunkanbioavailabilitas.

4.2.2.3 Merislon®

Nama Obat Merislon

Bentuk Sediaan Tablet

Komposisi Betahistine mesylate 6 mg

Indikasi Vertigo perifer, penyakit meniere, sindrom yangmenyerupai penyakit meniere, vertigo.

Dosis 1-2 tablet, tiga kali dalam sehari

Peringatan Asma bronkhial, tukak peptik atau riwayat tukakpeptik. Hamil dan laktasi. Sebaiknya tidakdigunakan pada anak usia dibawah 12 tahun.

Efek Samping Mual, muntah, gangguan GI lain seperti ruam kulit,kulit gatal

Interaksi Obat Antihistamin

4.2.2.4 Ofloksasin

Nama Obat Ofloksasin

Bentuk Sediaan Tablet

Komposisi Ofloksasin 400 mg

Indikasi Infeksi saluran kemih bagian atas dan bawah,uretritis, servisitis, infeksi saluran napas bawah(kecuali yang disebabkan karena Streptomycin),infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi ginekologi.

Dosis Infeksi saluran kemih : 100-400 mg/hari terbagidalam 1-2 dosis untuk 1-10 hari. Infeksi berat atauterkomplikasi: dosis sampai dengan 600 mg/hariselama sampai dengan 20 hari.Infeksi saluran napas bawah : 200-600 mg/hariterbagi dalam 1-3 dosis selama 3-10 hari. Infeksiberat atau terkomplikasi:dosis sampai dengan 800mg/hari selama sampai dengan 20 hari.Infeksi kulit dan jaringan, infeksi ginekologi : 400mg/hari selama 7 hariUretritis tak terkomplikasi: 100-400 mg dosistunggal.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

18

Universitas Indonesia

Peringatan Pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan lansia.Hentikan obat jika terjadi syok atau gejalamenyerupai syok. Epilepsi dan gangguan saraf lain.Dapat mengganggu kemampuan mengemudi ataumenjalankan mesin. Pada terapi jangka panjangperlu pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan darah.

Efek Samping Mual, muntah, rasa tidak enak pada ulu hati, nyeriabdomen, diare, anoreksia, sakit kepala, pusing,gangguan tidur, erupsi kulit, ruam, eksim, gatal.

Interaksi Obat Antasid yang mengandung alumunium ataumagnesium hidroksida.

4.3 Analisis Kerasionalan Resep

Menurut Keputusan Menteri Kesehatana RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 mengenai

standar pelayanan kefarmasian di apotek, persyaratan administratif dalam penulisan resep

adalah sebagai berikut :

1. Nama, SIP, dan alamat dokter

2. Tanggal penulisan resep

3. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

5. Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta

6. Cara pemakaian yang jelas

7. Informasi lainnya

Pada resep diatas dilakukan skrining resep untuk mengetahui kerasionalan dari resep

tersebut. Pada resep diatas telah memenuhi semua persyaratan administratif, dimana terdapat

nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; paraf dokter; nama, potensi dan

dosis obat; serta cara pemakaian. Tugas apoteker dalam melakukan skrinning resep adalah

melengkapi keterangan resep yang telah ada seperti menanyakan nomor telepon yang bisa

dihubungi kepada pasien untuk memudahkan dalam penelusuran jika terjadi hal yang tidak

diinginkan.

Berdasarkan keterangan yang terdapat pada resep, dapat dipastikan bahwa Ny. X

menderita infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih ini terjadi di sepanjang saluran kemih,

akibat poliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan

oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga menjadi penyebabnya. Infeksi saluran kemih sering

terjadi pada wanita, dimana salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek

sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Faktor lain

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

19

Universitas Indonesia

yang mendukung terjadinya infeksi saluran kemih adalah kecenderungan budaya untuk

menahan urine serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu melakukan hubungan

kelamin (Corwin, 2007).

Hal ini didukung dengan terdapatnya obat antibiotik oral seperti Ofloksasin di dalam

resep. Ofloksasin merupakan jenis antibiotika oral golongan kuinolon dengan mekanisme

dalam penghambatan DNA-girase suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting

dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. Di dalam resepnya, Ny. X juga diberikan obat

racikan yang berisi Simetidin dan Vosedon® (Domperidone) dengan tujuan untuk mengatasi

efek samping yang ditimbulkan oleh Ofloksasin, yaitu dapat menyebabkan mual, muntah dan

gangguan gastrointestinal. Selain itu terdapat juga Merislon® (Betahistine mesylate) di dalam

resep, untuk mengobati pasien yang sering mengalami vertigo. Pada kasus ini juga

diharapkan agar pasien selalu menjaga kesehatan terutama pada bagian saluran kemih dengan

cara tidak menahan untuk berkemih dan memberi saran untuk membilas dengan air dari

depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi ke lubang uretraoleh bakteri feses.

Pada resep Ofloksasin (generik) dalam bentuk tablet, diminta untuk dibuatkan

menjadi sediaan kapsul sebanyak 10 kapsul. Pengubahan bentuk sediaan ini tidak menjadi

masalah karena sediaan tersebut hanya dalam bentuk tablet biasa sehingga tidak akan

mempengaruhi mekanisme absorpsinya. Selain itu pada Simetidin dan Vosedon, dilihat dari

sisi farmasetika kedua obat tersebut dibuat dalam bentuk racikan. Dilihat dari segi

farmakologinya kedua obat tersebut tidak memiliki interaksi secara signifikan. Seharusnya

Simetidin dan Vosedon tidak dijadikan dalam menjadi satu racikan yang digabung. Vosedon

sebaiknya diberikan lebih dahulu satu jam sebelum makan untuk dapat memberikan efek anti

mual. Terdapat interaksi yang signifikan antara Simetidin dengan Ofloksasin, dimana

Simetidin dapat meningkatkan kadar dalam plasma atau efek yang ditimbulkan oleh

Ofloksasin melalui kompetisi obat dalam pengikatan kationik untuk klirens pada tubulus

ginjal, sehingga dapat mengakibatkan efek toksisitas bila tidak terpantau.

Berdasarkan dosis yang digunakan, obat dalam resep telah berada dalam rentang dosis

yang dibutuhkan. Resep untuk Ny. X, obat Ofloksasin 400 mg diberikan 10 kapsul dimana

harus diminum dua kali sehari sebanyak masing-masing satu kapsul. Antibiotik oral ini tidak

boleh diberikan berlebih ataupun lupa diberikan, serta pemakaiannya harus dihabiskan agar

pengobatan tidak menjadi resisten. Pada obat racikan diberikan lima belas kapsul, begitupula

dengan Merislon diberikan lima belas tablet, dimana masing-masing diminum sebanyak tiga

kali sehari. Untuk menghindari interaksi obat yang terjadi antara Simetidin dengan

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

20

Universitas Indonesia

Ofloksasin maka perlu dilakukan perbedaaan interval dalam pemberian obat. Dimana obat

racikan yang berisi Simetidin dan Vosedon diberikan setengah jam sebelum makan, dan

Ofloksasin diberikan satu jam setelah makan, diharapkan efektifitas dalam pengobatan dapat

tercapai. Obat tersebut harus tetap diberikan secara teratur. Pada saat meminum Ofloksasin,

sebaiknya menghindari untuk mengemudi karena memiliki efek samping dapat mengganggu

kemampuan dalam hal mengemudi atau pada waktu menyalakan mesin.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

21

Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

a. Obat generik khususnya golongan antibiotika oral yang terdapat dalam daftar

e-catalogue telah tersedia di Apotek Atrika, seperti amoksisilin, doksisiklin,

kloramfenikol, levofloksasin, linkomisin, ofloksasin, sefadroksil, sefaleksin,

spiramisin, tetrasiklin, dan tiamfenikol

b. Berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika selama periode Februari

hingga September 2013, resep yang mengandung obat antibiotik oral generik

terdapat 77 lembar resep dalam bentuk terapi dengan golongan obat lain,

sementara pada pembelian non resep sebanyak 309 kali pembelian antibiotik

oral. Sefadroksil merupakan obat antibiotika oral generik terpilih yang paling

sering diresepkan dan yang paling sering digunakan, sementara amoksisilin

adalah yang paling sering digunakan dengan pembelian tanpa resep.

c. Resep pilihan antibiotik oral yang dilayani Apotek Atrika kurang rasional dan

harus selalu terpantau, dimana Vosedon sebaiknya diberikan tersendiri satu

jam sebelum makan untuk dapat memberikan efek antimual. Selain itu

terdapat peningkatan kadar antibiotika oral akibat interaksi farmakodinamik

antara ofloksasin dan simetidin.

5.2 Saran

a. Mengingat penggunaan antibiotika oral tanpa resep sangat banyak bila

dibandingkan dengan penggunaan resep, maka sebaiknya perlu dilakukan

pencatatan dan pemberian informasi obat mengenai cara penggunaan dan

dosis yang diberikan, agar kepatuhan pasien dapat tercapai dan meminimalisir

resistensi terjadi.

b. Tenaga farmasi perlu diberikan tambahan wawasan mengenai pelayanan di

Apotek agar dapat memberikan pelayanan yang baik.

c. Perlu pengkajian resep pada periode yang lebih lama untuk mengetahui jenis

obat antibiotik oral lain yang diresepkan oleh dokter kepada pasien

berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika, karena ternyata banyak

ditemukan obat yang kurang rasional.

21

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

22

Universitas Indonesia

d. Selain itu, perlu dilakukan wawancara dan konseling dengan pasien untuk

mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan sehingga dapat dinilai

kerasionalan resep agar tidak menimbulkan masalah nantinya.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

23

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Akalin, EH. (2002). Surgical prophylaxis, The evolution of guidelines in an era ofcost containment. Journal Hospital Infections, 50: 3-7.

Corwin, Elizabeth J. (2007). Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Edberg, Stephen., Stephen, Berger. (1986). Antibiotics and Infection. NewYork:Churchill Livingstone Inc.

Fadjriadinur. 2013. Persiapan PT. Askes sebagai BPJS Kesehatan 2014. Diunduhpada tanggal: 1 Desember 2013.

Katzung, Bertram, G. (1995). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: PenerbitaBuku Kedokteran EGC, Ed. 3.

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan Sosial Nasional.

World Health Organization. (2011). Use Antibiotics Rationally. World HealthOrganization: Artikel Memperingati Hari Kesehatan Sedunia.

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Univerrsitas Indonesia

TABEL

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

25

Tabel 2.1. Daftar obat generik e-Catalogue pada wilayah DKI Jakarta

NO NAMA OBAT PERUSAHAAN SATUAN HARGA1 Amoksisilin + As.

Klavulanat 625 mgtablet

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 6Tablet

4.550

2 Amoksisilinkapsul/kaplet 250 mg

PT. Holi Pharma ktk 12 strip x 10kapsul

200

3 Amoksisilinkapsul/kaplet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kaplet 220

4 Amoksisilin sirupkering 125 mg/ 5 ml

PT. Lucas Djaja Botol 60 ml 2.276,92

5 Doksisiklinkapsul/kaplet 100 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @10 Kapsul

220

6 Eritromisinkapsul/kaplet 250 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kapsul 440

7 Eritromisinkapsul/kaplet 500 mg

PT. YarindoFarmatama

10 X 10 kaplet 864,25

8 Eritromisin sirup 200mg/ 5 ml

PT. Kimia Farma btl 60 ml 7.220

9 Klindamisinkapsul/kaplet 150 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @10 Kapsul

382

10 Klindamisinkapsul/kaplet 300 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @10 Kapsul

527

11 Kloramfenikolkapsul/kaplet 250 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kapsul 213

12 Kloramfenikolsuspensi 125 mg/ 5 ml

PT. Bernofarm Botol 60 ml 3.700

13 Kloramfenikolsuspensi 125 mg/ 5 ml

PT. Kimia Farma btl 60 ml 3.700

14 Levofloksasin tablet500 mg

PT. Bernofarm Kotak 30 tab 500mg

570

15 Levofloksasin tablet500 mg

PT. Indofarma Dus, 3 Strip @ 10Tablet

570

16 Linkomisinkapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @12 Kapsul

520

17 Ofloxacin tablet 200mg

PT. Indofarma Dus, 2 Strip @ 10Tablet

413

18 Ofloxacin tablet 400mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10Tablet

654

19 Sefadroksil sirupkering 125 mg/5ml

PT. Bernofarm Kotak 60 ml 5.200

20 Sefadroksil sirupkering 125 mg/5ml

PT. Hexpharm JayaLaboratories

Btl 60 ml 5.200

21 Sefadroksilkapsul/kaplet 500 mg

PT. Bernofarm Kotak 100kapsul/kaplet 500mg

520

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

26

22 Sefadroksilkapsul/kaplet 500 mg

PT. Hexpharm JayaLaboratories

ktk 10 x 10 kapsul 520

23 Sefaleksinkapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10Kapsul

972

24 Sefiksim 400 mg +Azitromisin 1000 mg

PT. Kimia Farma PAKET/AMPLOP 33.000

25 Sefiksim kapsul/kaplet100 mg

PT. Hexpharm JayaLaboratories

Ktk 5 x 10 kapsul 958

26 Sefiksim sirup kering100 mg/ 5 ml

PT. Hexpharm JayaLaboratories

btl 30 ml 10.588

27 Siprofloksasin tablet500 mg (sebagai HCl)

PT. Bernofarm Kotak 100 tab 500mg

250

28 Siprofloksasin tablet250 mg (sebagai HCl)

PT. Indofarma Dus, 5 Blister @10 Tablet

237

29 Spiramisin tablet 500mg

PT. Indofarma Dus, 5 Strip @ 10Tablet

1.386

30 Tetrasiklinkapsul/kaplet 250 mg

PT. Phapros, Tbk ktk 10 str x 10's 140

31 Tetrasiklinkapsul/kaplet 500 mg

PT. Kimia Farma ktk 10 x 10 kapsul 257

32 Tiamfenikolkapsul/kaplet 500 mg

PT. Indofarma Dus, 10 Strip @10 Kapsul

431

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Tabel 4.3. Perbandingan Penjualan masing-masing Obat Antibiotik Oral Generik Periode Februari – September 2013

ObatAntibiotika

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

ResepNonResep Resep

NonResep Resep

NonResep Resep

NonResep Resep

NonResep Resep

NonResep Resep

NonResep Resep

NonResep

Amoksisilin 10 280 355 235 250 133 207 15 205 200 250Spiramycin 30Doxycillin 15 40 20 30 30 20 10 10 10Ofloxacin 20 6Cefadroxil 26 50 23 20 30 36 10 35 10 20 20 8 31 21Cefixime 9 3 10 3 10 10 10Linkomisin 18 24 20 12 18 48 27 12 12 12Ampisilin 2 10 20 40 15 120Azithromycin 3Thiamycin 20 10 10 10 10 40Levofloxacin 10 22 6 5 5 3Kloramfenikol 302 282 214 20 100 80 30 50 50Teramycin 1Cefalexin 12 16Ciprofloxacin 40 20 20 15 20 10 50 100 60Clindamycin 30 10 43 18 10Tetrasiklin 90 30 80 160 250 120 260Tiamfenikol 10TOTAL 133 812 80 727 72 561 105 528 261 509 82 658 31 517 46 821

27

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

Tabel 4.5. Daftar PBF obat yang terdapat di dalam resep

No. Nama Obat PBF Alamat No. Telepon

1. Cimetidine Kimia Farma Ruko Majapahit Permai Blok A 105-106. Jalan Majapahit No.

18-22 Jakarta Pusat

021-34833395

Bina San Prima Jalan Rawa Gelam IV No.7 Kawasan Industri Pulogadung

Jakarta Timur

021-46826464

2. Vosedon® Bina San Prima Jalan Rawa Gelam IV No.7 Kawasan Industri Pulogadung

Jakarta Timur

021-46826464

3. Merislon® Guna Abdi Wisesa Jalan Kalibaru Barat Raya No. 65 Jakarta 021-4253830

Stimec Int Jalan Lautze No. 60 Jakarta 021-3456868

4. Ofloxacin Kimia Farma Ruko Majapahit Permai Blok A 105-106. Jalan Majapahit No.

18-22 Jakarta Pusat

021-34833395

Indofarma Global

Medika

Komp. Infinia, Jalan Dr. Saharjo No.45 Jakarta Selatan 12850 021-83792599

Antar Mitra

Sembada

Jalan Kamboja Ujung Blok I No. 1 Kota Bambu

28

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

GAMBAR

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

30

Universitas Indonesia

Gambar 4. 3. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Februari 2013

Gambar 4.4. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Maret 2013

0

100

200

300

400

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Februari 2013

Resep

Non-Resep

0

100

200

300

400

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Maret 2013

Resep

Non-Resep

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

31

Universitas Indonesia

Gambar 4.5. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan April 2013

Gambar 4.6. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Mei 2013

0

50

100

150

200

250

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan April 2013

Resep

Non-Resep

0

50

100

150

200

250

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Mei 2013

Resep

Non-Resep

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

32

Universitas Indonesia

Gambar 4.7. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Juni 2013

Gambar 4.8. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Juli 2013

0

50

100

150

200

250

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Juni 2012

Resep

Non-Resep

0

50

100

150

200

250

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Juli 2013

Resep

Non-Resep

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

33

Universitas Indonesia

Gambar 4.9. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan Agustus 2013

Gambar 4.10. Perbandingan Jumlah Antibiotik Oral pada Bulan September 2013

0

50

100

150

200

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan Agustus 2013

Resep

Non-Resep

0

100

200

300

Amoksisilin

Spiramycin

Doxycillin

Ofloxacin

Cefadroxil

Cefixime

Linkomisin

Ampisilin

Azithromycin

Thiamycin

Levofloxacin

Kloramfenikol

Teramycin

Cefalexin

Ciprofloxacin

Clindamycin

Tetrasiklin

Tiamfenikol

Jum

lah

Antibiotik Oral

Perbandingan Jumlah Antibiotik Oralpada Bulan September 2013

Resep

Non-Resep

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367052-PR-Alifana Jasmindriyati.pdf · penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

34

Universitas Indonesia

Gambar 4.11. Contoh Resep di Apotek Atrika

Laporan praktek..., Alifana Jasmindriyati, FFar UI, 2014