Top Banner
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI DIRUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014 DISUSUN OLEH RIKA MUSTIKA ABRIYANTI NIM : 2012727108 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2014
80

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

Mar 31, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM

MELAKUKAN MOBILISASI DINI DIRUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014

DISUSUN OLEH RIKA MUSTIKA ABRIYANTI

NIM : 2012727108

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2014

Page 2: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ
Page 3: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ
Page 4: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

i

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Riset Keperawatan, Maret 2014 Rika Mustika Abriyanti PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI DI RUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014 7 BAB + 54 HALAMAN + 5 TABEL+ 5 LAMPIRAN

ABSTRAK

Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses perubahan pada manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Tujuan dari Pendidikan Kesehatan salah satunya yaitu mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat yang dalam hal ini adalah perilaku mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing pasien dalam mempertahankan fungsi fisiologis. Untuk dapat meningkatkan perubahan perilaku pada pasien Pre Op adalah salah satunya dengan pendidikan kesehatan, dimana pendidikan kesehatan diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan praktek yang dibutuhkan pasien sebelum, selama dan setelah tindakan dilakukan. Penelitian dilakukan Januari 2014, design penelitian menggunakan quasi eksperimen one group pre test post test design. Jumlah sample 10 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan lembar tes untuk pengetahuan, kuesioner untuk sikap dan lembar observasi untuk tindakan yang diadopsi dari teori Bloom (1928) dalam Noto Atmodjo (2012). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji T Dependent . berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan nilai P Value untuk pengetahuan 0,015, sikap 0,004, observasi 0,003. Sedangkan kesimpulan akhir pada perubahan perilaku Pre Op TURP setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan nilai P Value (0.000 ) < ά (0,05). Saran disampaikan untuk profesi kesehatan, Instansi Kesehatan dan penelitian selanjutnya, diharapkan perawat dapat memberikan intervensi kepada pasien Pre Op TURP dalam melakukan mobilisasi dini sehingga komplikasi Post TURP dapat diminimalkan dan dihindari melalui pendidikan kesehatan. Kata kunci = Pendidikan Kesehatan, Perubahan Perilaku Mobilisasi Dini Pre Op TURP Daptar Pustaka = 18 (2000-2013)

Page 5: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil Penelitian ini dengan judul

“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN

PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI

DIRUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014”. Hasil Penelitian ini

merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( Skep ) pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam

penyusunan penelitian ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih :

1. Ibu Irna Nursanti Mkep, Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

FIK UMJ dan selaku wali kelas, yang telah banyak memberikan arahan dan

masukan kepada kami.

2. Dra. Atih Suryati, M.Kes selaku pembimbing I yang telah berkenan memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran

dan keihlasan.

3. Bapak Muhamad Hadi S.KM, M.Kep selaku pembimbing II yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan ketulusan hati.

4. Direktur RSUD Tarakan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan

penelitian.

5. Bidang Keperawatan RSUD Tarakan yang telah memberikan arahan kepada penulis

dalam penelitian.

Page 6: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

iii

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan FIK UMJ yang telah

memberikan bekal ilmu dan iman sehingga penulis dapat menyusun proposal ini.

7. Staf administarsi, Perpustakaan FIK UMJ, Diklat ,Teman sejawat dan Kepala

Ruangan Soka Bedah RSUD Tarakan membantu dan memberikan kemudahan untuk

menjadi lokasi penelitian.

8. Suami ,anak-anak dan orang tua tersayang yang selalu menjadi semangat dan

motivasi dalam setiap langkah dan di setiap doa.

9. Teman-teman seperjuangan FIK Universitas Muhammadiyah Jakarta.

10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya skripsi penelitian ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 7: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………………………………………………………………………..……i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..………iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………...…………...………vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian…............................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian BPH ...................................................................................................7

B. Mobilasi ……....................................................................................................12

C. Mobilisasi Dini ..................................................................................................14

D. Pendidikan Kesehatan ........................................................................................16

E. Konsep Prilaku ...................................................................................................21

F. Penelitian Terkait ...............................................................................................27

G. Kerangka Teoritis ..............................................................................................28

H. Materi Penyuluhan Mobilisasi Dini ...................................................................29

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep………………...……………………….…………………...31

B. Hipotesis Penelitian……………..……………………………..………………32

Page 8: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

v

C. Definisi Operasional Variable dan Skala Pengukuran Variable .......................32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian…………………………………………………..……….….35

B. Tempat dan waktu penelitian ………………………………………..………..35

C. Populasi dan sample………….…………………………………………..……36

D. Etika Penelitian………………………………………………………………..37

E. Alat dan Cara Pengumpulan Data .....................................................................38

F. Pengolahan Data ..............................................................................................40

G. Analisa Data .....................................................................................................41

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ……………………………………………………………...43

B. Analisa Bivariat ……………………………..…………………………...........44

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Keterbatasan penelitian ……………………………………………………….49

B. Hasil Penelitian …………………………………………………………….....49

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………..……..…………53

B. Saran …………………………………………………….…………………….54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIR AN

1. Lembar kesediaan responden

2. Lembar Persetujuan Penelitian

3. Lembar SAP

Page 9: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

vi

4. Lembar Leaflet

5. Daftar Pertanyaan Penelitian

Page 10: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 5.1 Distribusi frekwensi Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan …….....43

2. Table 5.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

Op TURP ”Pengetahuan ” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka

Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014...........................................................................45

3. Table 5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

Op TURP ”Sikap ” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah

RSUD Tarakan Tahun 2014 .....................................................................................46

4. Table 5.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

Op TURP ”Tindakan” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah

RSUD Tarakan Tahun 2014 .....................................................................................47

5. Table 5.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

Op TURP ”sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan ” Dalam Melakukan

Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014 ......................48

Page 11: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beningn prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) disebut juga

Nodular hyperplasia / Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the

prostate ( BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki laki usia

pertengahan dan usia lanjut. ( Toto Suharyanto, 2008 ). BPH adalah pembesaran

kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan

endokrin berkenaan dengan penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula

dengan berat 20 gram, berada di sekeliling uretra dan di bawah leher kandung kemih

pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian tengah kelenjar prostat akan menekan

dan uretra akan menyempit. ( Toto Suharyanto, 2008 )

Penyebab dari pembesaran prostat itu sendiripun belum diketahui secara pasti, tetapi

dapat dikaitkan dengan keberadaan hormonal, yaitu pada hormon laki laki ( androgen

dan progesterone ) dan proses penuaan. Dengan gejala gangguan miksi seperti

poliuria ( sering buang air ), aliran air kemih menjadi terhambat karena adanya

penyempitan uretra, retensi urin dan hidronefrosis akibat tekanan balik melewati

ureter ke ginjal. Untuk mengatasi daripada gejala klinik tersebut biasanya dilakukan

dengan berbagai cara mulai dari tindakan konservatif/ non operatif, yaitu dengan

memberikan terapi alpha blocker yang dapat merelaksasikan otot-otot pada prostat

serta leher kandung kemih, kateterisasi, pemberian obat antimikrobal dan yang

terakhir dengan tindakan operatif /pembedahan. ( Rudi Haryono, 2013 ).

Page 12: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

2

Tindakan operasi tersebut dinamakan Transurethral Resection of Prostat (TURP )

yaitu suatu tindakan pembedahan, dimana jaringan prostat diangkat lewat uretra

dengan menggunakan resektroskop. Setelah itu dipasang kateter no 24 yang

dilengkapi balon 30cc, guna memperlancar pengeluaran pengumpalan darah dari

kandung kemih. Dampak yang sering terjadi setelah post op TURP pun bervariasi,

mulai dari hematuri sampai dengan retensi urin bila terdapat bekuan darah, sedangkan

inkontinensia ( ketidakmampuan mengontrol berkemih ) terjadi setelah kateter

dilepas. ( Paskah Leonasrdo, 2010 ).

Hematuri terjadi pada jangka pendek post op TURP dan bila tidak didukung dengan

mobilisasi dini akan berdampak menjadi jangka panjang. ( Rudi Haryono, 2013).

Mobilisasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,

teratur, dengan melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan nafas

dalam, dan teknik bangkit dari tempat tidur (Brunner & Suddarth, 1998). Informasi

yang terkait pada pelaksanaan mobilisasi diberikan sebagai tindakan suportif melalui

pendidikan kesehatan dengan tujuan mengubah perilaku individu / masyarakat

dibidang kesehatan. Dalam hal ini perawat berperan penting membantu pasien bedah

dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan salah

satunya adalah proses mobilisasi dini. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan

terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan dan

perubahan perilaku. ( Marlyne E. Doenges 2000 ).

Page 13: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

3

Menurut data medical record di Ruang Bedah RSUD Tarakan pada tahun 2011,

pasien post operasi TURP berjumlah 37 orang, ditahun 2012 berjumlah 64 orang,

sedangkan tahun 2013 bulan Januari sampai dengan bulan Oktober di dapatkan data

pasien sudah mencapai 78 orang. Dilihat dari data tersebut bahwa tahun 2013 belum

mencapai 1 tahunpun kasus ini sudah mengalami peningkatan. Pada survey awal

yang dilakukan pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 29 Oktober 2013 pada 7

pasien post operasi TURP hari ke dua didapatkan 5 pasien atau 71% tidak melakukan

mobilisasi dini yang akibatnya mengalami banyak perdarahan di selang kateter pasien

sampai dengan pembekuan darah pada saluran kemih, sisanya ada 2 pasien atau 29%

melakukan mobilisasi dini secara teratur, dampak yang didapatkan pasien tersebut

pun tidak terjadi perdarahan baik di selang kateternya maupun sumbatan di saluran

kemih, tidak ada retensi urine dan lama perawatan menjadi lebih singkat.

Dari hasil wawancara didapatkan penyebab utama dari pasien tidak mau melakukan

mobilisasi dini adalah nyeri pada luka post op, takut/ khawatir karena terpasang

kateter dan irigasi spooling NACL 0,9%. Sedangkan pendidikan kesehatan telah

dilakukan oleh perawat sebelum tindakan operasi, dan evaluasinya dilakukan setelah

pasien post op TURP, tapi masih banyak pasien yang belum mau bekerjasama dalam

melakukan mobilisasi dini demi kelancaran dari perawatan post op TURP.

Pendidikan kesehatan disini adalah komponen program kesehatan yang terdiri atas

upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang

merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu

Page 14: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

4

pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat ( Uha

Suliha, 2002 ).

Penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Pasien Pre Pembedahan pernah dilakukan di RSUD Pasar Rebo tahun 2013.

Hasilnya penelitian menunjukan P value 0.019, maka dapat disimpulkan ada

perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan

tingkat kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena nilai P < ά ( 0.05).

Berdasarkan uraian data diatas, masalah penelitian adalah masih banyak pasien post

operasi TURP tidak melakukan mobilisasi dini. Untuk itu peneliti tertarik untuk

mengetahui ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien

Pre OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah RSUD

Tarakan Tahun 2014 “.

B. Rumusan Masalah

Umumnya pada pasien post op terjadi perdarahan bila tidak melakukan mobilisasi

dini, sehingga proses irigasi tidak lancar oleh karena adanya bekuan darah yang

tersumbat, proses penyembuhan luka lambat, perawatan rawat inap lebih lama dan

kemungkinan komplikasi lain post-operasi dapat terjadi seperti infeksi dan retensi

urin, bahkan sampai Re TURP.

Pemberian informasi berupa pendidikan kesehatan dilakukan pada pasien pre op

TURP yang akan dilakukan tindakan pembedahan bertujuan meningkatkan

Page 15: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

5

kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan

sehingga pasien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post

operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi. Tetapi pada kenyataanya

masih banyak pasien yang tidak mau merubah perilaku kemampuannya dalam

melakukan mobilisasi dini post op TURP walaupun sudah diberikan pendidikan

kesehatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku

Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah

RSUD Tarakan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya data demografi pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah

RSUD Tarakan Tahun 2014.

b. Diketahuinya perilaku mobilisasi dini sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan pada pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan

Tahun 2014.

c. Diketahuinya perilaku mobilisasi dini setelah dilakukan pendidikan kesehatan

pada pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014.

Page 16: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam pendidikan

kesehatan terdahap pasien pre op TURP untuk mencegah terjadinya perdarahan.

2. Bagi institusi pendidikan

Untuk pengembangan ilmu keperawatan medical bedah yang berkaitan dengan

materi mobilisasi dini pada pasien pre op TURP sebagai salah satu intervensi

dalam pencegahan perdarahan.

3. Bidang penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dengan

menggali variable variable lain sebagai faktor penyebab tidak melakukan

mobilisasi dini pada pasien post op TURP.

Page 17: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP BPH

1. Pengertian

Kelenjar prostat adalah jaringan fibromuskuler dan kelenjar granular yang

melingkari uretra bagian proksimal, yang terdiri dari kelenjar majemuk, saluran

saluran dan otot-otot polos terletak dibawah kandung kemih dan melekat pada

dinding kandung kemih dengan ukuran panjang 3-4cm dan lebar 4,4cm, tebal 2,6

cm dan sebiji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan

dapat menyebabkan retensi urin, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior

lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi

spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah

cairan alkalis pada cairan seminalis. ( Rudi Haryono, 2013 ).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria

lebih tua 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan

pembatasan aliran urinarius (Marilynn E.D 2000).

Hipertropi Prostat adalah hyperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian

mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi sampai pembedahan

( Kapita Selekta, 2000).

Dari ke tiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran

kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan

penuaan,dengan berat 20gram, berada di sekelililng uretra dan di bawah leher

kandung kemih pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian kelenjar prostat

akan menekan dan uretra akan menyempit.

2. Etiologi

Menurut ( Rudi Haryono, 2013 ) penyebab pasti terjadi BPH sampai sekarang

belum diketahui. Namun kelenjar prostat sangat jelas tergantung pada hormon

Page 18: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

8

andogren. Factor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan.

Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara lain adalah :

a. Dihydihydrotestosteron ( DHT)

Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan

stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.

b. Perubahan keseimbangan hormone testosterone-estrogen

Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormone estrogen

dan penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasi stroma

c. Interaksi stroma-epitel

Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan

penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hyperplasia stroma

dan epitel

d. Berkurangnya sel yang mati

Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan

epitel dari kelenjar prostat

e. Teori kebangkitan kembali atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus

urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat

3. Patofisiologi

Hyperplasia prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Peningkatan tekanan intravesika

Buli buli Ginjal dan ureter Hipertropi otot detrusor Refluk vesiko ureter Selula Hidroureter Divertikel buli buli Hidronefrosis

Pielonefrosis Gagal ginjal

Gejala Obstruktif Gejala Iritasi

Hesitansi Urgenci

Page 19: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

9

Intermitenci Frekunsi Terminal dribbling Disuria ( Basuki B.Purnomo, 2011 )

4. Komplikasi

a. Aterosklerosis

b. Infark jantung

c. Inpoten

d. Hemoragik post operasi

e. Fistula

f. Striktur paska operasi dan inkontinensia urin

g. Infeksi

5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Rektum, yaitu melakukan palpasi pada prostat melalui rectum

untuk mengetahui pembesaran prostat.

b. Urinalisis, untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih, berat

jenis osmolaritas, serta pemeriksaan mikroskopik air kemih.

c. Pemeriksaan laboratorium (darah), untuk mengetahui adanya peningkatan

kadar prostate specific antigen (PSA).

d. Cystoscopy, untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan

dinding kandung kemih.

e. Transrektal ultrasonography, untuk mengetahui pembesaran prostat dan

hidronefrosis.

f. Intravenous pyelography (IVP), untuk mengetahui struktur kaliks, pelvis dan

ureter. Struktur ini akan mengalami distorsi bentuk apabila terdapat kista, lesi

dan obtruksi.

6. Penatalaksanaan

Konservatif

a. Perubahan gaya hidup

Page 20: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

10

Yaitu untuk mengurangi minum- minuman beralkohol dan yang mengandung

kafein.

b. Pengobatan

1) Alfa blockers, dapat merelaksasikan derajat hambatan aliran urin

2) 5ά- reductase inhibitor. Ketika digunakan bersama dengan alpha blocker

dapat menurunkan progresifitas pembesaran prostat.

c. Kateterisasi

d. Pemberian obat antimicrobial

Terapi bedah

Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala

dan komplikasi. Indikasi terapi bedah yaitu :

a. Retensi urin berulang

b. Hematuri

c. Tanda penurunan fungsi ginjal

d. Infeksi saluran kemih berulang

e. Tanda obstruksi berat yaitu divertikal, hidoureter, dan hidronefrosis

f. Ada batu saluran kemih

7. Macam- macam tindakan bedah pada pasien BPH

a. Prostatektomi

Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan. Masing masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain :

1). Prostatektomi Suprapubis

Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen,

yaitu suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelejar prostat

di angkat dari atas.

2). Prostatektomi Perineal

Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini

adalah praktis dibanding cara lain, dan serta berguna untuk biopsi terbuka.

Pada pasca operasi, luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi

Page 21: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

11

dilakukan dekat dengan rectal. Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi,

atau cedera rectal dapat terjadi dengan cara ini.

3). Prostatektomi Retropubik

Adalah suatu teknih yang lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu

antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.

Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.

infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis.

b. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP)

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukan instrumen

melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat

untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi

uretral. Cara ini di indikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30

gram / kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini

dapat dilakukan diklinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih

rendah di banding lainnya.

c. Transurethral Reseksi Prostat ( TURP)

TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra

menggunakan resekroskop, dimana resektroskop merupakan endoscop dengan

tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat

pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Tindakan ini

memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan

invasive yang masih di anggap aman dan tingkat morbiditas minimal.

TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek

merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat

yang mengalami pembesaran antara 30-60gram, kemudian dilakukan reseksi.

Cairan irigasi secara terus menerus dengan cairan isotonis selama prosedur.

Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan

reepitelisasi uretra pars prostatika. ( Anonym, FK UI, 1995 yang dikutip oleh

Rudi Haryono, 2013 ).

Page 22: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

12

Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter no.24 yang dilengkapi balon 30cc,

untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih.

Irigasi kandung kemih yang konstan dilakukan 24jam bila tidak keluar bekuan

lagi. Kemudian, kateter dibilas tiap 4 jam sampai dengan jernih. Kateter di

lepas setelah 3 hari post op dan pasien harus berkemih dengan lancar.

TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala gejala dari

sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup

sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah

perdarahan, infeksi, hiponatremi atau retensi urin oleh karena adanya bekuan

darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktur uretra, ejakulasi

retrograde ( 50-90%0, impotensi (4- 40%). Oleh karena pembedahan tidak

mengobati penyebab BPH, biasanya penyakit ini timbul kembali 8-10 tahun

kembali ( Rudi Haryono, 2013 ).

B. MOBILISASI

1. Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,

teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat.

( Barbara Kozier, 2000 ).

Mobilisasi adalah suatu proses yang komplek yang membutuhkan koordinasi

antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan atau mekanisme kerja antara

muskuloskeletal dan persyarafan. ( Potter & Perry, 2009 )

Mobilisasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk

melakukan aktivitas sahari- hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya

berjalan, latihan maupun kemampuan aktifitas ( Potter & Perry, 2006).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mobilisasi adalah

kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, yang berupa peegerakan sendi,

sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktifitas dengan membutuhkan

koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.

Page 23: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

13

2. Tujuan dari mobilisasi antara lain

Beberapa tujuan mobilisasi menurut Susan J. Garriso, 2004 adalah sebagai berikut:

a) Memenuhi kebutuhan dasar manusia

b) Mencegah terjadinya trauma

c) Mempertahankan tingkat kesehatan

d) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

e) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

f) Memperlancar eliminasi fecal dan Urin

g) Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan

atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

h) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi

3. Macam-macam mobilisasi antara lain :

a. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu

mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak

keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien

untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan

interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.

b. Mobilisasi sebagian

Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai

gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi

sebagian dapat dibedakan menjadi:

1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim

muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang

2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf

yang reversibel.

Page 24: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

14

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi

Beberapa factor yang mempengaruhi mobilisasi menurut (Kozier, 2000) a. Gaya hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan

tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara

yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan

seorang pramugari atau seorang pemabuk.

b. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk

mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi.

Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada

kalanya pasien harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit

tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit

kardiovaskuler.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda

mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala

keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan

seorang wanita madura dan sebagainya.

d. Tingkat energi

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi

sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi

dengan seorang pelari.

Page 25: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

15

e. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan

dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya

akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang

sering sakit. http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi/

C. MOBILISASI DINI

1. Pengertian

Menurut Jannah (2011) mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien untuk

berjalan.

Menurut Carpenito seperti yang ditulis oleh Suparyanto (2011) mobilisasi dini

adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing pasien dalam mempertahankan fungsi fisiologis

Dari pengertian diatas dapat disimpukan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien untuk mencegah beberapa

komplikasi dan mempercepat proses pemulihan fungsi dan organ fisiologis.

2. Manfaat mobilisasi dini

Menurut Rambei (2008) yang dikutip dalam Suparyanto (2011) manfaat mobilisasi

dini antara lain :

a. Melancarkan sirkulasi darah

b. Membantu proses pemulihan

c. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah

balik serta menjaga pendarahan lebih lanjut

3. Tujuan Mobilisasi Dini

a. Mempertahankan fungsi tubuh

b. Memperlancar peredaran darah

c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

Page 26: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

16

d. Mempertahankan tonus otot

e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine

f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan

atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

4. Tahap mobilisasi dini

Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh

http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu.

Mobilisasi yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan

ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki.

b. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan

c. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk

d. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan.

Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan

pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih

belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya

masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis operasi

membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa

nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan,

dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra

pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di

rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis.

D. PENDIDIKAN KESEHATAN

Page 27: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

17

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Wood (1926) dalam definisi yang dikemukakannya oleh ( Uha Suliha, 2002 )

mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman

yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan

kesehatan individu, masyarakat, dan ras.

Grout (1958) dalam buku pendidikan kesehatan yang dikutip oleh ( Uha Suliha,

2002 ) bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah

diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang di inginkan dari perorangan

ataupun masyarakat melalui proses pendidikan kesehatan.

Nyswander (1947) dalam Notoatmojo (2012) menyatakan bahwa pendidikan

kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan proses

pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat

prosedur, pada pasien BPH pre op TURP

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah

suatu proses perubahan perilaku untuk mengetahui sikap, pengetahuan dan

tindakan untuk mencapai serangkaian hasil proses perkembangan seseorang

/masyarakat melalui pendidikan kesehatan tersebut.

2. Tujuan

Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan

perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat

serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak

factor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara

lain tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, kepercayaan masyarakat, dan

ketersediaan waktu dari masyarakat.

Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan

mulai dari individu, keluarga sampai dengan masyarakat sehingga dapat

langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan

kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa

kesehariannya dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman

serta menarik perhatian.

Page 28: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

18

3. Sasaran

Rakhmat (2011), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan kesehatan di

Indonesia berdasarkan kepada program pembanguanan Indonesia adalah :

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,pria, pemuda remaja.

Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan

mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, sekolah agama swasta maupun

negeri

c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.

4. Tahap-tahap Kegiatan

Oleh karena itu mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah maka kegiatan

pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap yang hati-hati seara ilmiah.

Dalam hal ini Hanlon (1964) seperti dikutip Azwar (1983) dalam buku

pendidikan kesehatan untuk keperawatan (Rakhmat, 2011) mengemukakan

tahap-tahap ini.

a. Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran pada

masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan,

misalnya kesadaran akan adanya pelayanan kesehatan,kesadaran akan adanya

fasilitas kesehatan, kesadaran akan adanya wabah penyakit, kesadaran akan

adanya kegiatan imunisasi. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan atau

penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah pada perubahan

sikap, serta tidak atau belum bermaksud agar masyarakat mengubah pada

perilaku tertentu. Bentuk kegiatan adalah siaran radio berupa radio sport,

poster, selebaran atau lainya.

b. Tahap publitas

Page 29: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

19

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi bentuk kegiatan misalnya

Press Release dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan untuk menjelaskan

lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan

pada fasilitas pelayanan kesehatan, umpamanya macam pelayanan pada

puskesmas, Polindes, Postu atau lainya.

c. Tahap edukasi

Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap sesitisasi tujuanya untuk

meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada

perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang dilakukan adalah

dengan metoda belajar mengajar.

d. Tahap Motivasi

Tahap ini memerlukan kelanjutan dari tahap edukasi perorangan atau

masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar – benar mengubah

perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku yang di anjurkan oleh

pendidikan kesehatan pada tahap ini.

5. Media pendidikan kesehatan menurut Uha Suliha (2002)

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),

media ini di bagi menjadi 3 : cetak, elektronik, media papan (bill board).

a. Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan biasa gambar/ tulisan atau

keduanya

3) Flyer ( selembaran) seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan

4) Flip chart (lembar balik) : pesan/ informasi kesehtan dalam bentk lembar

balik.biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi

Page 30: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

20

gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi

berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubric/ tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang barkaitan dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan /informasi kesehatan,

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, ditempat-tempat umum, atau

dikendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik

1) Televisi dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/Tanya

jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.

2) Radio bisa dalam bentuk obrolan/Tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,

radio spot.

3) Video compact Disc (VCD)

4) Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi

kesehatan

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

c. Media papan ( Bill board)

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi

dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini

juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel

pada kendaraan umum (bus/taksi) (notoatmodjo,2003)

6. Periapan Penkes

a. Pembuatan SAP (Satuan Acara Pengajaran)

Langkah-langkah

1) Mencantumkan identitas

(a) Pokok bahasan atau topic

(b) Sub pokok bahasan atau sub topic

Page 31: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

21

(c) Sasaran

(d) Waktu

(e) Lokasi

(f) Karakteristik audient

2) Menentukan tujuan pembelajaran : baik secara umum maupun secara

khusus

3) Menyusun materi pembelajaran

4) Memilih metode pembelajaran

5) Memilih media dan sumber belajar

6) Menyusun kegiatan pemebelajaran

7) Merancang rencana evaluasi

7. Penyusunan SAP

Topik Utama : Mobilisasi

Sub Pokok Bahasan : Mobilisasi Dini Pada post TURP

Sasaran : Pasien Pre op TURP

Tempat : Ruang soka bedah

TIU

Setelah diberikan penyuluhan pasien mengerti tentang mobilisasi dini pada

post TURP

TIK

Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu :

a. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini

b. Menyebutkan manfaat mobilisasi dini

c. Menyebutkan tahapan mobilisasi dini

d. Melakukan mobilisasi dini

MATERI

a. Pengertian mobilisasi dini

Page 32: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

22

b. Tujuan mobilisasi dini

c. Manfaat mobilisasi dini

d. Tahapan mobilisasi dini

METODE dan MEDIA

Metode dalam SAP ini berupa ceramah dan tanya jawab. Sedangkan

medianya menggunakan leaftleat .

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Waktu Kegiatan Penyuluh Audience

5 menit Pembukaan Perkenalan

Menjelaskan tujuan pendidikan

kesehatan

Memperhatikan

10 menit Pelaksanaan

kegiatan inti

Menjelaskan :

Pengertian mobilisasi

Manfaat mobilisasi

Tahapan mobilisasi

Memperhatikan

Bertanya

10 menit Penutup Evaluasi :

Menanyakan kembali apa yang

telah dijelaskan

Mengakhiri pertemuan

Mengucapkan salam

Menjawab

Memperhatikan

EVALUASI :

a. Pasien mampu menjelaskan pengertian mobilisasi dini

b. Pasien mampu menyebutkan manfaat mobilisasi dini

c. Pasien mampu menyebutkan tahapan mobilisasi dini

d. Pasien mampu melakukan mobilisasi dini

Page 33: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

23

E. KONSEP PERILAKU

1. Konsep Perilaku Yang Berkaitan Dengan Kesehatan

a) Pengertian Perilaku

Skinner (1983) yang diacu oleh Notoatmojo (2003) menegaskan bahwa

perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan

atau stimulus dari luar. Oleh karena itu teori Skinner ini disebut teori S-

O-R atau Stimulus-Organisme Respons. Skinner membedakan adanya

dua respons.

(1) Respondent respons atau reflexise respons yaitu response yang

ditimbulkan oleh stimulus tertentu misalnya, cahaya menyilaukan

menyebabkan mata tertutup, gerak lutut bila lutut kena palu, menarik

jari bila jari kena api dan sebagainya.stimulus seperti ini disebut

elicinting stimulation tidak lain karena stimulus itu merangsang

timbulnya respon-respon yang tetap.

(2) Operan respons atau instrumental respons yakni, timbulnya respons

diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcer stimulation atau reinforce, Reinforcer artinya penguat hal

ini dikarenakan perangsang itu memperkuat respon. Bila dilihat dari

bentuk respons terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yakni perilaku yang tidak tampak/ terselubung (covert

behavior ) dan perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang

tidak tampak ialah berfikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi,

pengetahuan dan lain-lain. Perilaku yang tampak antara lain berjalan,

berbicara , berpakaian dan sebagainya.

2. Perilaku Kesehatan

Page 34: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

24

Berdasarkan batasan perilaku menurut Skinner bahwa perilaku kesehatan

dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Adalah prilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memeliharan atau

mejaga kesehatan agartidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan di bagi

menjadi tiga aspek :

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit

2) Perilaku peningkatan kesehatan

3) Perilaku gizi (makanan dan minuman )

b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan ( health

seeking behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan ini atau perilaku ini di

mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun social budaya dan sebagianya sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya.

Seorang ahli lain (becker 1979) yang dikutip Notoadmojo (2011) membuat

kalsifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain :

a. Perilaku hidup sehat ( health live style)

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau

pola/gaya hidup sehat (healthy life style).

b. Perilaku sakit

Page 35: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

25

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan

gejala penyakit, pengobatan penyakit,dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit ( the sickrole behavior)

Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yng mencakup hak-hak

orang sakit ( right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

3. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam buku Notoadmojo ( 2012 ) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain

sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau

kawasannya yakni : kognitif ( cognitive), Afektif ( affective), psikomotor

(Psychomotor). Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :

a. Pengetahuan (Knowlage)

Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakuakn

terhadap objek tertentu yakni melalui indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior )

Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya (recall).

Page 36: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

26

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dengan menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya yang telah

dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsif atau dalam kontek situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebaginya.

5) Sintesis (synthesis)

Suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,

dapat meringkas dn dapat menyesuaikan terhadap teori atau rumusan

yang telah ada.

6) Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian ini

didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin

Page 37: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

27

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan sesuai diatas

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

1). Komponen pokok sikap

(a) Kepercayaan ( keyakinan ), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

(c) Kecenderungan untuk bertindak.

2). Berbagai tingkatan sikap

(a) Menerima ( receiving )

Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek )

(b) Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

(c) Menghargai ( valving )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga

(d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian

Page 38: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

28

ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju ).

c. Praktik atau Tindakan ( practice )

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

adalah fasilitas. Praktik disini memmpunyai tiga tingkatan, antara lain :

1) Respon terpimpin ( guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.

2) Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis.

3) Adopsi ( adoption )

Adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni

dengan wawancara dan secara langsung yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

4. Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoadmojo ( 2012 ) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku ( berperilaku baru ), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, disingkat AIETA, yang artinya

a. Awareness ( kesadaran ) yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek ) terlebih dahulu

b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation ( menimbang- nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya

d. Trial orang yang mulai mencoba perilaku baru

Page 39: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

29

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

5. Proses Adopsi Sikap

Indikator untuk menilai sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan , yakni

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala,

tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan

cara pencegahan penyakit.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara cara memelihara

(berperilaku) hidup sehat.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya

terhadap kesehatan.

6. Proses Adopsi Praktek

Penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan selanjutnya

diharapkan pasien melakukan atau mempraktikan apa yang telah diketahui

dan disikapi ( dinilai baik), yaitu dengan

a. Tindakan ( praktik ) sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan ( praktik ) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

c. Tindakan ( praktik ) kesehatan lingkungan

Sumber : Notoadmojo ( 2012 )

F. PENELITIAN TERKAIT

Pernah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Pembedahan di RSUD Pasar Rebo tahun

2013, hasilnya nilai p value 0.019, maka dapat disimpulkan ada perbedaan

Page 40: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

30

antara tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan tingkat

kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena nilai P < ά ( 0.05 ).

Pernah juga dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Perilaku Mobilisasi Dini Post Op Secio Sesaria di RSUD Kota

Semarang 2013 dengan Variabel yang dianalisis adalah pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam melakukan mobilisasi dini. Data

dianalisis menggunakan uji statistik T Independent. Hasil penelitian ini

didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan mobilisasi dini

terhadap kemampuan mobilisasi pasien post sectio caesaria di RSUD Kota

Semarang dengan nilai kemaknaan p=0,000, terkait dengan hasil rata-rata nilai

kemampuan mobilisasi dini sebesar 84,32 sedangkan kelompok kontrol sebesar

41,57.

(http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/shared/biblio_view.php?resource_id=2864

&tab=opac )

G. KERANGKA TEORITIS

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap mobilisasi dini meliputi

Menurut Benyamin Bloom 1908, domain perilaku terdiri dari Pengetahuan (kognitif) Sikap (affective) Praktek (psikomotor)

Menurut Kozier, 2000 Gaya hidup Proses penyakit dan injuri Kebudayaan Tingkat energy Usia dan status perkembangan

Perilaku mobilisasi dini

Menurut Toto Suharyanto, 2008 BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yangberhubungan dengan perubahan endokrin dan proses penuaan.

Page 41: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

31

MATERI PENYULUHAN MOBILISASI DINI

PENGERTIAN

Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin

untuk mempertahankan fungsi fisiologis ( Carpenito yang dikutip Supriyanto, 2011).

MANFAAT MOBILISASI DINI

1. Melancarkan sirkulasi darah

2. Membantu proses pemulihan

3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik

serta menjaga perdarahan lebih lanjut.

TUJUAN MOBILISASI DINI

a. Mempertahankan fungsi tubuh

b. Memperlancar peredaran darah

c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

d. Mempertahankan tonus otot

Page 42: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

32

e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine

f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau

dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

TAHAPAN MOBILISASI DINI

Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh

http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) Dan Menurut Kolmert & Norlen yang

dikutip Abdullah ( 2009 ), adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi

yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki, dan

memutar pergelangan kaki.

2. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan.

3. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk, dan

memindahkan traksi kateter No.24 ke arah lipatan inguinal.

4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan, dengan tetap

memperhatikan posisi traksi kateter, agar balon tidak tertarik ke arah Bladdmeck.

Page 43: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

31

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu reabilitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan

antar variabel- variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti

( Nursalam, 2008 )

Berdasarkan landasan teori ( Benyamin Bloom 1908) dan (Notoatmodjo, 2012),

bahwa pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi perubahan perilaku ( mobilisasi

dini )

Ket : Variable yang dipengaruhi

Variable yang tidak mempengaruhi

Variable Independen Variable Dependen

Pemberian Pendidikan

Kesehatan Pre Op

Perilaku mobilisasi dini Pre OpTURP

Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan

Perilaku mobilisasi dini Pre Op TURP Setelah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan

Data Demografi Usia Pendidikan Pekerjaan

Page 44: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

32

B. Hipotesis penelitian

Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasien pre op

TURP dalam melakukan mobilisasi dini di RSUD Tarakan Tahun 2014

C. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

1 Pendidikan

kesehatan

Proses perubahan

pengetahuan, sikap, dan

psikomotor tentang (

definisi penyakit, manfaat

mobilisasi, tujuan dan

komplikasi bila tidak

melakukan mobilisasi dini )

pada individu agar

kemandirian pasien cepat

tercapai dan terhindar dari

komplikasi post op yang

diberikan selama 15 menit

dan diberikan satu hari

sebelum operasi

Mobilisasi dini

Suatu kondisi dimana

tubuh mampu melakukan

kegiatan sedini mungkin

setelah operasi

Observa

si

Perubahan

perilaku menurut

Benyamin Bloom

(pengetahuan,

Page 45: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

33

sikap, praktik )

2. Pengetahuan

(kognitif) sebelum

dilakukan

pendidikan

kesehatan

Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, terjadi

setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu

objek.

Test SD

Mean

3.

Sikap ( affective )

sebelum

dilakukan

pendidikan

kesehatan

Sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih

tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus

atau objek

Kuesion

er

SD

Mean

4.

Praktik (

psikomotor )

sebelum

dilakukan

pendidikan

kesehatan

Suatu sikap yang belum

otomatis terwujud dalam

suatu tindakan.diperlukan

factor pendukung, misalnya

fasilitas pelayanan

kesehatan

Observa

si

SD

Mean

5. Pengetahuan

(kognitif) sesudah

dilakukan

pendidikan

kesehatan

Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, terjadi

setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu

objek, dan merupakan

perilaku baru setelah

dilakukan pendidikan

kesehatan

Test SD

Mean

6. Sikap ( affective

)sesudah

dilakukan

pendidikan

kesehatan

Sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih

tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus

atau objek dan terjadi

Kuesion

er

SD

Mean

Page 46: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

34

perubahan proses setelah

dilakukan pendidikan

kesehatan

7. Praktik (

psikomotor )

setelah dilakukan

pendidikan

kesehatan

Suatu sikap yang belum

otomatis terwujud dalam

suatu tindakan.diperlukan

factor pendukung, misalnya

fasilitas pelayanan

kesehatan dan proses

selanjutnya diharapkan

pasien akn melakukan

tindakan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan

Observa

si

SD

Mean

Page 47: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

35

BAB 1V

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Design penelitian yang digunakan disini adalah jenis penelitian pra exspreriment

tipe pre pasca test dalam suatu kelompok ( one group pretest post test design).

Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

suatu kelompok subjek yang di observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

dilakukan observasi ulang setelah dilakukan intervensi. Penelitian ini untuk

mengetahui variabel intervensi dan variabel experiment apakah efektif atau tidak

efektif, serta untuk menguji hipotesa yang telah ada.

Desaign penelitian dapat digambarkan sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2010)

Pretest Perlakuan Post test

01 X 02

( Bagan Design Penelitian)

Keterangan

01 : Perilaku mobilisasi dini sebelum perlakuan intervensi

02 : Perilaku mobilisasi dini setelah perlakuan intervensi

X : Perlakuan dengan melakukan pendidikan kesehatan

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan diRuang Rawat Inap Soka Bedah RSUD Tarakan pada

Januari sampai dengan akhir Februari 2014.

Page 48: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

36

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Hidayat Alimul, 2011).

Populasi yang dimaksud disini adalah pasien yang akan menjalani operasi yang

dirawat diRuang Soka RSUD Tarakan pada bulan Februari tahun 2014 sebanyak

11 orang.

2. Sampel

Adalah dari populasi yang dipilih dengan metode sampling tertentu untuk bisa

memenuhi atau mewakili populasi ( Nursalam, 2001).

Rumus menurut Handoko (2005 ), dalam menentukan sampel

n = N

1+ N ( d 2)

Keterangan : n = Besar sample yang tidak diketahui

N = Besar populasi yang diketahui

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan

yang di inginkan ( 0, 05 )

Page 49: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

37

Maka besar sample adalah

n = N

1+ N ( d 2)

n = 11

1+ 11 ( 0,05 2)

= 11

1+ 0,025

= 11

1.025

= 10 sampel

Jadi banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 10 responden

3. Kriteria sampel

Kriteria sample adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan dengan teknik

penyusunan purposife sampling dan yang layak untuk di teliti, yaitu

a. Pasien bersedia menjadi responden

b. Pasien berusia dewasa

c. Pasien yang akan menjalani pembedahan ( pre op TURP )

d. Pasien yang dapat membaca dan menulis

e. Pasien dapat mengerti dan mengdengarkan apa yang di sampaikan

Page 50: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

38

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi objek penelitian adalah

manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki

kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan

benar- benar menjunjung tinggi kebebasan manusia ( Hidayat Alimul, 2011 ).

Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan, dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Page 51: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

39

3. Kerahasiaan ( confidentiality )

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan

hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil riset.

E. Alat dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data pada penelitian disini berupa test untuk megetahui

tingkat pengetahuan berisi 10 pertanyaan, kemudian lembar kuesioner untuk

mengetahui nilai sikap yang memuat 7 pertanyaan, dan yang terakhir adalah

dengan lembaran observasi untuk menilai apakah pasien menjalani mobilisasi

atau tidak, yang dirancang oleh peneliti yang tentunya mengacu kepada literatur

yang ada, kerangka konsep dan tujuan penelitian. Lembar test pengetahuan,

kuesioner dan lembar observasi yang telah dibuat terlebih dahulu

dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum digunakan kepada responden.

Pertanyaan dalam kuesioner berisi tentang :

a. Data demografi berupa : nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan.

b. Bagian kedua berisi test pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan, yang

berisi pengertian BPH sampai dengan tindakan pre operatif, kemudian

untuk sikap dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7

pertanyaan dari manfaat dan komplikasi dari tidak melakukan mobilisasi,

yang mengacu kepada perubahan perilaku pasien pre operatif, dan yang

Page 52: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

40

terakhir dengan lembaran observasi, yaitu untuk menilai apakah pasien

melakukan mobilisasi atau tidak. Domain perilaku disini adalah

pengetahuan, sikap, dan tingkah laku sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan.

2. Cara pengambilan data

Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan ditempat penelitian dengan

prosedur psebagi berikut

a. Mengidentifikasi pasien pre operasi sehari sebelum dilakukan tindakan

operasi, dan pasien sudah masuk ruang rawat inap.

b. Menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data serta hak responden untuk

menolak keikutsertaan dalam penelitian bila tidak bersedia.

c. Bila responden setuju, maka responden diharapkan untuk menandatangani

lembar persetujuan

d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner

e. Memberi waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan berupa

kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan mendampingi serta

membantu responden bila ditemukan hal- hal yang tidak dimengerti.

f. Memberikan penyuluhan sesuai SAP dengan memakai metode ceramah

dan tanya jawab menggunakan leafleat.

g. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan berupa

kuesioner setelah diberikan pendidikan kesehatan, dan mendampinginya.

Page 53: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

41

h. Mempersilahkan kembali kepada responden untuk memeriksa kuesioner

yang telah diisi

i. Setelah semua pertanyaan dalam kuesioner dijawab oleh responden, maka

peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi.

j. Mengakhiri pertemuan setelah selesai mengumpulkan data.

F. Pengolahan Data

Setelah kuesioner dibagikan pada responden dan telah diisi oleh responden, maka

akan dilihat kelengkapannya yang terdiri dari,

1. Editing yaitu melakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah jawaban

dalam kuesioner lengkap, jelas, relevan dan konsisten

2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan

3. Processing yaitu pemprosesan data yang dilakukan dengan cara dientry data

dari kuesioner ke paket komputer.

4. Cleaning yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada yang salah atau tidak.

G. Analisa Data

Metode analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua

tahap, yaitu :

Page 54: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

42

1. Analisa Univariat

Dengan membuat distribusi frekwensi dari data demografi yang terdiri dari

nama, umur, pendidikan, pekerjaan. Hasil pengumpulan data dan penelitian

ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik, yaitu Uji T beda

dua mean dependen, yaitu digunakan untuk menguji perbedaan mean antara

dua kelompok data dependen. Apakah ada pengaruh antara perilaku sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

Diketahui nilai deviasi (d )untuk selisih sampel 1 dan 2 sampel rata- rata

deviasi dari nilai deviasinya. Dari data, selanjutnya dihitung standat deviasi (

SD_d ). Nilai p diperoleh dari tabel T ( dengan derajat kebenaran ) atau df =

n-1, dan nilai T > ά, maka HO ditolak batas kemaknaan (ά) di tetapkan 0,05

(ά= 0,05). Menurut handoko ( 2009 ), adalah

Rumus

Uji T Dua Mean Dependen

T = d SD-d√n

Page 55: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

43

Keterangan

d = rata rata selisih / deviasi pengukuran pertama dan kedua

S = standart deviasi

n = jumlah sampel

Page 56: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

43

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014. Jumlah responden untuk penelitian

ini terdiri dari 10 pasien yang di rawat di ruang Soka Bedah RSUD Tarakan.

A. ANALISA UNIVARIAT

Dalam analisa Univariat ini menjelaskan secara deskriptif variabel penelitian dan

karakteristik responden seperti : usia, pendidikan, pekerjaan. Data ini akan di sajikan

dalam bentuk distribusi frekwensi seperti di bawah ini.

1. Karakteristik

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ( Usia, pendidikan, pekerjaan) di tahun 2014

Karakteristik Kategori Frekwensi Persentase

Usia

< 50 tahun

50-70 tahun

>70 tahun

0

9

1

0

90

10

Pendidikan

SMP

SMA

Perguruan tinggi

1

6

3

10

60

30

Pekerjaan

PNS

Karyawan swasta

Tidak bekerja

Pensiunan

2

2

2

4

20

20

20

40

Page 57: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

44

a. Usia

pada tabel 5.1 diatas di dapatkan kategori < 50 tahun tidak ada (0%), 50-

70 tahun sebanyak 9 orang (90%), dan >70 tahun sebanyak 1 orang

(10%). Dapat disimpulkan bahwa usia terbanyak adalah usia 50-70 tahun

sebanyak 9 orang (90%).

b. Pendidikan

pada tabel 5.1 diatas, didapatkan pendidikan dengan kategori SMP

sebanyak 1 orang (10%), SMA sebanyak 6 orang (60%), dan perguruan

tinggi sebanyak 3 orang (30%). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

terbanyak adalah SMA sebanyak 6 orang (60%).

c. Pekerjaan

pada tabel 5.1 diatas, pekerjaan dengan kategori PNS sebanyak 2 orang

(20%), karyawan swasta 2 orang (20%), tidak bekerja 2 orang (20%), dan

pensiunan sebanyak 4 orang (40%). Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

terbanyak adalah pensiunan sebanyak 4 orang (40%).

B. ANALISA BIVARIAT

Untuk menguji signifikan atau kemaknaan antara variabel independent dan

variabel dependent maka di gunakan analisa uji T dependent. Hasil analisa uji T

tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 58: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

45

Table 5.2

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku

( pengetahuan ) Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014

Pada tabel pengetahuan sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan pada pasien

Pre Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah

rata-rata 13,30, standar deviasi 1,947. Pengetahuan setelah pendidikan kesehatan

rata-rata 16,70, standar deviasi 2,214. Berdasarkan hasil uji T Dependen

diperoleh P value = 0,015, sehingga P < ά (0,05) maka H0 gagal ditolak,

sehingga dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Perubahan Perilaku ( pengetahuan )Pasien Pre Operasi TURP Dalam

Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah tahun 2014.

Variabel Mean SD SE P Value N

Pengetahuan pre

pendidikan kesehatan 13,30 1,947 0,616

0,015 10 Pengetahuan post

pendidikan kesehatan 16,70 2,214 0,700

Page 59: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

46

Table 5.3

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku (sikap)

Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka

Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014

Pada tabel sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Perilaku Pasien Pre

Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah rata-rata

17,70, standar deviasi 6,961. Sikap setelah dilakukan pendidikan kesehatan rata -

rata 29,00, standar deviasi 3,367. Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P

value = 0,004, sehingga P < ά (0,05) maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di

simpulkan bahwa ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan

Perilaku ( sikap ) Pasien Pre Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

diRuang Soka Bedah tahun 2014 .

Variabel Mean SD SE P Value

N

Sikap pre pendidikan

kesehatan 17,70 6,961 2,201

0,004 10 Sikap post pendidikan

kesehatan 29,00 3,367 1,065

Page 60: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

47

Table 5.4

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku

( Psikomotor ) Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014

Pada tabel tindakan sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan Terhadap

Perubahan Perilaku Pasien Pre OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

diRuang Soka Bedah rata-rata 5,10 standar deviasi 2,514. Tindakan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata 9,00, standar deviasi 0,816.

Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P value = 0,003, sehingga P < ά

(0,05) maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku ( psikomotor ) Pasien Pre

Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah tahun

2014.

Variabel Mean SD SE P Value N

Psikomotor pre

pendidikan

kesehatan

5,10 2,514 0,795

0 ,003 10 Psikomotor post

pendidikan

kesehatan

9,00 0,816 0,258

Page 61: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

48

Table 5.5

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah RSUD

Tarakan Tahun 2014

Pada tabel obervasi diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai secara kumulatif pada

pengetahuan, sikap, dan psikomotor sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan

Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan

Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah dengan rata-rata 36,10, standar deviasi

6,590 dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan 58, 40, standar deviasi 7, 905.

Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P value = 0,000, sehingga P < ά

0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat di simpulkan ada Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan

Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah tahun 2014.

Variabel Mean SD SE P Value N

Pengetahuan, sikap dan

psikomotor pre

pendidikan kesehatan

36,10 6,590 2,084

0,000 10 Pengetahuan, sikap dan

psikomotor post

pendidikan kesehatan

58,40 7,905 2,500

Page 62: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

49

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Perubahan Kemampuan Mobilisasi Dini Pre Op TURP sebelum

diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan diruang

SOKA Bedah RSUD Tarakantahun 2014.

A. Keterbatasanpenelitian

Sebelum membahas hasil penelitian terlebih dahulu akan diuraikan masalah

keterbatasan penelitian diataranya sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan sehingga

hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk Rumah Sakit lain.

2. Alat ukur test, merupakan alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan

yang di isi oleh pasien, dengan usia terbanyak 50- 70 tahun, sehingga dalam hal

memberi penjelasan harus dengan kata- kata yang dimengerti oleh pasiennya

sendiri, bahkan bisa dengan ada pengulangan, dengan demikian membutuhkan

waktu yang cukup lama untuk memahaminya.

Page 63: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

50

B. Hasil Penelitian

Perubahan Perilaku Pasiem Pre Op TURP sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan di RSUD TarakanTahun 2014. Rata-

rata perilaku pasien sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 36. 10 dengan

SD 6.590, dan rata- rata perilaku sesudah diberi pendidikan kesehatan adalah 58.40

dengan SD 2.500. Berdasarkan hasi luji T Dependen diperoleh P value = 0,000,

maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di simpulkan bahwa secara keseluruhan ada

hubungan antara pengetahuan, sikap dan psikomotor dengan Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Dalam Melakukan Mobilisasi Dini

Pasien Pre Op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014, karena

nilai P < ά 0,05

Sesuai teori Bloom dalam Notoatmodjo ( 2010 ), bahwa pengetahuan merupakan

hasil dari tahu yang dimiliki seseorang melalui pendidikan kesehatan maupun

pengalaman dengan cara melakukan pengindraan terhadap objek. Sesuai konsep

pengetahuan Bloom dikutip Notoatmodjo ( 2010 ) 6 tingkatan domain pengetahuan,

yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisa, sintesis, evaluasi. Dalam aplikasinya

pasien yang akan dilakukan pembedahan diberi pendidikan kesehatan diharapkan

mengerti dan memahami tentang tindakan yang akan dilakukan setelah post op,

sehingga tingkat pengetahuan pasien dapat meningkat.

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

melibatkan factor pendapat dan emosi, menurut Bloom( 1908 ) dalam Notoatmodjo

Page 64: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

51

( 2010 ). Seperti hal nya pengetahuan, sikap juga mempunyai 4 tingkatan, yakni

menerima, menanggapi, menghargai, bertanggung jawab. Kaitannya sikap disini

adalah berespon terhadap stimulus yang dalam hal ini berupa pendidikan kesehatan

pada pasien pre op TURP, diharapkan pasien dapat mengartikan suatu objek yang

diterimanya setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Tindakan( psikomotor ) adalah kecenderungan untuk bertindak ( praktek ), di

bedakan menjadi 3 tingkatan yakni, praktek terpimpin, praktek secara mekanis dan

adopsi menurut Bloom ( 1908 ) dalam Notoatmodjo ( 2010 ). Kaitanya praktek

disini adalah suatu tindakan atau praktek yang bukan hanya tuntutan tetapi praktek

yang dilakukan disini adalah merupakan rutinitas yang mengharus kan pasien untuk

melakukannya. Dalam aplikasinya pasien melakukan mobilisasi dini setelah

dilakukan pendidikan kesehatan, sehingga komplikasi post op dapat di minimalkan.

Ketiga domain tersebut dilakukan dalam mengaplikasi kan pasien yang akan

dilakukan pembedahan (Pre Op TURP) dengan diberikan pendidikan kesehatan

diharapkan pasien dapat mengerti dan memahami tentang tindakan atau perubahan

perilaku yang akan dilakukan setelah operasi sehingga tingkat domain menurut teori

Bloom dapat meningkat setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan.

Terkait dengan metode yang digunakan ada kesesuaian antara teori menurut Uha

Sulihah (2002) bahwa dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan

pada peneliti yaitu dengan menggunakan metode Tes Pengetahuan, wawancara dan

Page 65: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

52

media cetak yaitu Leaflet diharapkan perubahan perilaku pasien dalam melakukan

mobilisasi dini ada peningkatan setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan.

Hal ini menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu

usaha untuk membantu individu meningkatkan pengetahuan dalam hal perubahan

perilaku pasien dalam melakukan mobilisasi dini.

Page 66: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

53

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah peneliti memaparkan dari mulai perencanaan penelitian sampai ada pelaksanaan

dan hasil serta pembahasannya maka peneliti mencoba membuat kesimpulan serta saran

yang terkait dengan hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasien Pre Op TURP dalam

melakukan mobilisasi dini di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014 dapat

ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 responden diperoleh hasil

menurut distribusi frekwensi data demografi menurut usia terbanyak adalah 50-

70 tahun sebanyak 9orang (90%), pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 6

orang (60%), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan sebanyak 4 orang ( 40%).

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh perubahan

perilaku dalam melakukan mobilisasi dini setelah diberikan pendidikan

kesehatan pada pasien pre op TURP tahun 2014 dengan P value.0,000 ( < ά

0.05).

Page 67: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

54

B. Saran

1. Bidang pelayanan

Perawat diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan dalam

meningkatkan pengetahuan pasien, sehingga dengan pengetahuan penyakit

pasien mampu melakukan mobilisasi dini, dengan demikian komplikasi

perdarahan dapat di cegah.

2. Bidang Keilmuan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dikembangkan dalam mata ajar

Keperawatan Medical Bedah bagi mahasiswa/ i, sehingga dapat menjadi

bekal dalam dunia kerja dimasa yang akan datang.

3. Bidang penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan pasien dalam menurunkan tingkat kecemasan pre

op TURP.

Page 68: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

DAFTAR PUSTAKA

Blandy Jhon, 2009 . Urologi: Wiley Black Well

Brunner & Suddarth 2000. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Jakarta EGC

Dr. Paskah Leonardo, 2010. Kesehatan Ginjal dan saluran kemih: PT BIP Kelompok Gramedia

Haryono Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan :Rapha Publising

Notoatmojo Soekidjo , 2005. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Salemba Medika

- - - - - - - , 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan : Rineka Cipta

- - - - - - - , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta

- - - - - - - , 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Kesehatan , Jakarta : EGC

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika

- - - - - - - , 2011. Manajemen Keperawatan Edisi 3, Jakarta Salemba Medika

Perry, Poter, 2006. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Jakarta, Rineka Cipta

Purnomo Basuki B, 2012. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto

Sugiyono, 2004. Dikutip dari buku Metodologi Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data, Hidayat A. Aziz, Jakarta : Salemba Medika

SuharyantoToto,2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan : TIM

Susilo Rakhmat, 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan : Numed

Uha Suliha, 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Jakarta : EGC

http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi

http://lailatulfitriyah.wordpress.com

Page 69: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

Lampiran I

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak/Ibu Calon responden

Di

Jakarta

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan

Uneversitas Muhammadiyah Jakarta :

Nama : RIKA MUSTIKA ABRIYANTI

NPM : 2012727108

Akan melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP dalam Melakukan

Mobilisasi Dini di RSUD Tarakan Tahun 2014 “. Bersamaan dengan ini saya

mohon Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan,

serta menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar Kuesioner sesuai dengan

petunjukyang ada, jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan saya jaga kerahasiaanya

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terima

kasih.

Peneliti

RIKA MUSTIKA ABRIYANTI

Page 70: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

Lampiran 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisidasi dalam

penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta yang

berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre

Op TURP dalam Melakukan Mobilisasi Dini di RSUD Tarakan Tahun 2014 “. Saya

juga mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan oleh Peneliti

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui bahwa

informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan

pengetahuan, khususnya Keperawatan

Denganini saya secara sukarela dan tidak ada unsure paksaan dari siapa pun

menyatakan bersedia untuk berpartisifasi dalam penelitian ini.

Jakarta, 2014 Responden

(……………………….)

Page 71: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

(SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAPMOBILISASI DINI

Waktu : 30 Menit

Sasaran : Pada Pasien Pre Op TURP

Tempat : RSUD Tarakan

1. Penyusunan SAP

Topik Utama : Mobilisasi

Sub Pokok Bahasan : Mobilisasi Dini Pada post TURP

Sasaran : Pasien Pre op TURP

Tempat : Ruang soka bedah

TIU

Setelah diberikan penyuluhan pasien mengerti tentang mobilisasi dini pada post

TURP

TIK

a. Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu :

b. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini

c. Menyebutkan manfaat mobilisasi dini

d. Menyebutkan tahapan mobilisasi dini

e. Melakukan mobilisasi dini

MATERI

a. Pengertian mobilisasi dini

b. Tujuan mobilisasi dini

c. Manfaat mobilisasi dini

d. Tahapan mobilisasi dini

Page 72: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

METODE dan MEDIA

Metode dalam SAP ini berupa ceramah dan tanya jawab. Sedangkan medianya

menggunakan leaftleat .

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Waktu Kegiatan Penyuluh Audience

5 menit Pembukaan Perkenalan

Menjelaskan tujuan pendidikan

kesehatan

Memperhatikan

10 menit Pelaksanaan

kegiatan inti

Menjelaskan :

Pengertian mobilisasi

Manfaat mobilisasi

Tahapan mobilisasi

Pengertian BPH

Tanda dan gejala

Memperhatikan

Bertanya

10 menit Penutup Evaluasi :

Menanyakan kembali apa yang

telah dijelaskan

Mengakhiri pertemuan

Mengucapkan salam

Menjawab

Memperhatikan

EVALUASI :

a. Pasien mampu menjelaskan pengertian mobilisasi dini

b. Pasien mampu menyebutkan manfaat mobilisasi dini

c. Pasien mampu menyebutkan tahapan mobilisasi dini

d. Pasien mampu melakukan mobilisasi dini

Page 73: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

MATERI PENYULUHAN

PENGERTIAN

Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini

mungkin untuk mempertahankan fungsi fisiologis ( Carpenito yang dikutip

Supriyanto, 2011).

MANFAAT MOBILISASI DINI

1. Melancarkan sirkulasi darah

2. Membantu proses pemulihan

3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik

serta menjaga perdarahan lebih lanjut.

TUJUAN MOBILISASI DINI

a. Mempertahankan fungsi tubuh

b. Memperlancar peredaran darah

c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

d. Mempertahankan tonus otot

e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine

f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan

atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

Page 74: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

TAHAPAN MOBILISASI DINI

Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh

http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi

yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki,

dan memutar pergelangan kaki.

2. Tahap kedua 6-10 Jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan

3. Tahap ketiga setelah 24 Jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk

4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan.

Page 75: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

MOBILISASI DINI

SETELAH OPERASI TURP

DI SUSUN OLEH RIKA MUSTIKA ABRIYANTI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

APAKAH MOBILISASI DINI ? MOBILISASI DINI adalah upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh

MANFAAT MOBILISASI DINI Melancarkan sirkulasi darah.

Membantu proses pemilihan

Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena

gangguan pembuluh darah balik serta menjaga

perdarahan lanjut.

Page 76: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

TAHAPAN MOBILISASI DINI

1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki.

2. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan

3. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk, dan memindahkan traksi kateter No.24 ke arah lipatan inguinal.

4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan, dengan tetap memperhatikan posisi traksi kateter, agar balon tidak tertarik ke arah Bladdmeck.

Menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) Dan Menurut

Kolmert & Norlen yang dikutip Abdullah ( 2009 )

. TUJUAN Mempertahankan fungsi tubuh

Memperlancar peredaran darah

Membantu pernafasan menjadi lebih baik

Mempertahankan tonus otot

Memperlancar eliminasi alvi dan urine

Memberikan kesempatanperawat dan pasien

berinteraksi atau berkomunikasi

Page 77: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LEMBAR KUESIONER

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasein pre op TURP

dalam melakukan mobilisasi dini diruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan yang diajukan dengan teliti

2. Isi pertanyaan tersebut sesuai dengan jawaban anda

3. Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom

titik-titik

4. Bila ada pertanyaan yang belum jelas dapat langsung ditanyakan oleh peneliti

5. Periksa kembali jawaban yang dipilih dan lengkapi yang belum terisi

Keterangan

Lembar kuesioner

STS : Sangat tidak setuju

TS : Tidak setuju

S : Setuju

SS : Sangat setuju

A. Data Demografi

1. Nama ( Inisial) :

2. Usia :

3. Pendidikan :

( ) Tidak Sekolah

( ) SD

( ) SLTP

( ) SMU

( ) Perguruan Tinggi

Page 78: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

4. Pekerjaan :

( ) PNS/ABRI

( ) Karyawan Swasta/ wiraswasta

( ) Tidak Bekerja

sq( ) Pensiunan

B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap perubahan Perilaku

“pengetahuan, sikap dan tindakan ” Pre Pendidikan Kesehatan.

Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom

titik-titik

Pertayaan Pengetahuan

No Variable Benar

(1) Salah

(2) 1. Penyakit Prostat adalah merupakan Pembesaran kelenjar

prostat

2. Salah satu penyebab penyakit prostat adalah perubahan

hormon dan proses penuaan

3. Semua pasien penyakit prostat selalu memakai kateter

4. Salah satu keluhan yang sering terjadi pada penyakit

prostat adalah nyeri saat BAK (berkemih)

5. Salah satu tindakannya adalah operasi pengangkatan

prostat

6. TUR P adalah pengangkatan kelenjar prostat

7 Sebelum 24 jam setelah operasi prostat pasien di anjurkan

untuk istirahat total

8. Setelah 24 jam operasi pasien di anjurkan untuk

mobilisasi dini

9. Manfaat dari mobilisasi dini adalah mengurangi

Page 79: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

perdarahan setelah operasi

10 Dampak dari operasi pengangkatan prostat adalah

perdarahan

Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom

titik-titik

Pertanyaan Sikap

No Variabel STS TS S SS

1 Saya akan melakukan mobilisasi dini sesuai yang

telah dianjurkan

2 Saya merasakan manfaat dari mobilisasi dini

setelah operasi pengangkatan prostat

4 Saya merasa bahwa nyeri luka setelah operasi akan

terasa berat bila saya tidak melakukan mobilisasi

Dini

5 Menurut saya bila tidak melakukan mobilisasi dini

akan terjadi pendarahan

6 Menurut saya bila tidak melakukan mobilisasi dini

akan memperlama hari perawatn dan

memperlambat proses penyembuhan

7 Saya akan melakukan mobilisasi dini setelah 24

jam setelah operasi prostat

8. Saya yakin akan manfaat dari mobilisasi dini

Page 80: Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom titik-

titik

Lembar Observasi tindakan (Praktik)

No Variable Ya Tidak

1. Tahap pertama 6 jam setelah operasi pasieh harus tirah

baring dulu

2. Tahap kedua menggerakkan lengan dan memutar

pergelangan kaki

3. 6 sampai 10 jam pasien harus dapat miring kanan dan kiri

4. Setelah 24 jam operasi pasin dianjurkan untuk duduk

5. Tahap terakhit setelah duduk pasien diwajibkan berjalan

di sekitar tempat tidur.