Page 1
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM
MELAKUKAN MOBILISASI DINI DIRUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014
DISUSUN OLEH RIKA MUSTIKA ABRIYANTI
NIM : 2012727108
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2014
Page 4
i
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA Riset Keperawatan, Maret 2014 Rika Mustika Abriyanti PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI DI RUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014 7 BAB + 54 HALAMAN + 5 TABEL+ 5 LAMPIRAN
ABSTRAK
Pendidikan Kesehatan adalah suatu proses perubahan pada manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Tujuan dari Pendidikan Kesehatan salah satunya yaitu mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat yang dalam hal ini adalah perilaku mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing pasien dalam mempertahankan fungsi fisiologis. Untuk dapat meningkatkan perubahan perilaku pada pasien Pre Op adalah salah satunya dengan pendidikan kesehatan, dimana pendidikan kesehatan diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan praktek yang dibutuhkan pasien sebelum, selama dan setelah tindakan dilakukan. Penelitian dilakukan Januari 2014, design penelitian menggunakan quasi eksperimen one group pre test post test design. Jumlah sample 10 orang dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan lembar tes untuk pengetahuan, kuesioner untuk sikap dan lembar observasi untuk tindakan yang diadopsi dari teori Bloom (1928) dalam Noto Atmodjo (2012). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji T Dependent . berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan nilai P Value untuk pengetahuan 0,015, sikap 0,004, observasi 0,003. Sedangkan kesimpulan akhir pada perubahan perilaku Pre Op TURP setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan nilai P Value (0.000 ) < ά (0,05). Saran disampaikan untuk profesi kesehatan, Instansi Kesehatan dan penelitian selanjutnya, diharapkan perawat dapat memberikan intervensi kepada pasien Pre Op TURP dalam melakukan mobilisasi dini sehingga komplikasi Post TURP dapat diminimalkan dan dihindari melalui pendidikan kesehatan. Kata kunci = Pendidikan Kesehatan, Perubahan Perilaku Mobilisasi Dini Pre Op TURP Daptar Pustaka = 18 (2000-2013)
Page 5
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil Penelitian ini dengan judul
“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU PASIEN PRE OP TURP DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI
DIRUANG SOKA BEDAH RSUD TARAKAN TAHUN 2014”. Hasil Penelitian ini
merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( Skep ) pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam
penyusunan penelitian ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih :
1. Ibu Irna Nursanti Mkep, Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
FIK UMJ dan selaku wali kelas, yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan kepada kami.
2. Dra. Atih Suryati, M.Kes selaku pembimbing I yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran
dan keihlasan.
3. Bapak Muhamad Hadi S.KM, M.Kep selaku pembimbing II yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan ketulusan hati.
4. Direktur RSUD Tarakan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
penelitian.
5. Bidang Keperawatan RSUD Tarakan yang telah memberikan arahan kepada penulis
dalam penelitian.
Page 6
iii
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan FIK UMJ yang telah
memberikan bekal ilmu dan iman sehingga penulis dapat menyusun proposal ini.
7. Staf administarsi, Perpustakaan FIK UMJ, Diklat ,Teman sejawat dan Kepala
Ruangan Soka Bedah RSUD Tarakan membantu dan memberikan kemudahan untuk
menjadi lokasi penelitian.
8. Suami ,anak-anak dan orang tua tersayang yang selalu menjadi semangat dan
motivasi dalam setiap langkah dan di setiap doa.
9. Teman-teman seperjuangan FIK Universitas Muhammadiyah Jakarta.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya skripsi penelitian ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Page 7
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ………………………………………………………………………..……i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..………iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………...…………...………vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian…............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian BPH ...................................................................................................7
B. Mobilasi ……....................................................................................................12
C. Mobilisasi Dini ..................................................................................................14
D. Pendidikan Kesehatan ........................................................................................16
E. Konsep Prilaku ...................................................................................................21
F. Penelitian Terkait ...............................................................................................27
G. Kerangka Teoritis ..............................................................................................28
H. Materi Penyuluhan Mobilisasi Dini ...................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep………………...……………………….…………………...31
B. Hipotesis Penelitian……………..……………………………..………………32
Page 8
v
C. Definisi Operasional Variable dan Skala Pengukuran Variable .......................32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………..……….….35
B. Tempat dan waktu penelitian ………………………………………..………..35
C. Populasi dan sample………….…………………………………………..……36
D. Etika Penelitian………………………………………………………………..37
E. Alat dan Cara Pengumpulan Data .....................................................................38
F. Pengolahan Data ..............................................................................................40
G. Analisa Data .....................................................................................................41
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat ……………………………………………………………...43
B. Analisa Bivariat ……………………………..…………………………...........44
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Keterbatasan penelitian ……………………………………………………….49
B. Hasil Penelitian …………………………………………………………….....49
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………..……..…………53
B. Saran …………………………………………………….…………………….54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIR AN
1. Lembar kesediaan responden
2. Lembar Persetujuan Penelitian
3. Lembar SAP
Page 9
vi
4. Lembar Leaflet
5. Daftar Pertanyaan Penelitian
Page 10
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 5.1 Distribusi frekwensi Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan …….....43
2. Table 5.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
Op TURP ”Pengetahuan ” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka
Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014...........................................................................45
3. Table 5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
Op TURP ”Sikap ” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah
RSUD Tarakan Tahun 2014 .....................................................................................46
4. Table 5.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
Op TURP ”Tindakan” Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah
RSUD Tarakan Tahun 2014 .....................................................................................47
5. Table 5.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
Op TURP ”sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan ” Dalam Melakukan
Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014 ......................48
Page 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beningn prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) disebut juga
Nodular hyperplasia / Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the
prostate ( BEP) yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki laki usia
pertengahan dan usia lanjut. ( Toto Suharyanto, 2008 ). BPH adalah pembesaran
kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan
endokrin berkenaan dengan penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula
dengan berat 20 gram, berada di sekeliling uretra dan di bawah leher kandung kemih
pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian tengah kelenjar prostat akan menekan
dan uretra akan menyempit. ( Toto Suharyanto, 2008 )
Penyebab dari pembesaran prostat itu sendiripun belum diketahui secara pasti, tetapi
dapat dikaitkan dengan keberadaan hormonal, yaitu pada hormon laki laki ( androgen
dan progesterone ) dan proses penuaan. Dengan gejala gangguan miksi seperti
poliuria ( sering buang air ), aliran air kemih menjadi terhambat karena adanya
penyempitan uretra, retensi urin dan hidronefrosis akibat tekanan balik melewati
ureter ke ginjal. Untuk mengatasi daripada gejala klinik tersebut biasanya dilakukan
dengan berbagai cara mulai dari tindakan konservatif/ non operatif, yaitu dengan
memberikan terapi alpha blocker yang dapat merelaksasikan otot-otot pada prostat
serta leher kandung kemih, kateterisasi, pemberian obat antimikrobal dan yang
terakhir dengan tindakan operatif /pembedahan. ( Rudi Haryono, 2013 ).
Page 12
2
Tindakan operasi tersebut dinamakan Transurethral Resection of Prostat (TURP )
yaitu suatu tindakan pembedahan, dimana jaringan prostat diangkat lewat uretra
dengan menggunakan resektroskop. Setelah itu dipasang kateter no 24 yang
dilengkapi balon 30cc, guna memperlancar pengeluaran pengumpalan darah dari
kandung kemih. Dampak yang sering terjadi setelah post op TURP pun bervariasi,
mulai dari hematuri sampai dengan retensi urin bila terdapat bekuan darah, sedangkan
inkontinensia ( ketidakmampuan mengontrol berkemih ) terjadi setelah kateter
dilepas. ( Paskah Leonasrdo, 2010 ).
Hematuri terjadi pada jangka pendek post op TURP dan bila tidak didukung dengan
mobilisasi dini akan berdampak menjadi jangka panjang. ( Rudi Haryono, 2013).
Mobilisasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,
teratur, dengan melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan nafas
dalam, dan teknik bangkit dari tempat tidur (Brunner & Suddarth, 1998). Informasi
yang terkait pada pelaksanaan mobilisasi diberikan sebagai tindakan suportif melalui
pendidikan kesehatan dengan tujuan mengubah perilaku individu / masyarakat
dibidang kesehatan. Dalam hal ini perawat berperan penting membantu pasien bedah
dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan salah
satunya adalah proses mobilisasi dini. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan
terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan perilaku. ( Marlyne E. Doenges 2000 ).
Page 13
3
Menurut data medical record di Ruang Bedah RSUD Tarakan pada tahun 2011,
pasien post operasi TURP berjumlah 37 orang, ditahun 2012 berjumlah 64 orang,
sedangkan tahun 2013 bulan Januari sampai dengan bulan Oktober di dapatkan data
pasien sudah mencapai 78 orang. Dilihat dari data tersebut bahwa tahun 2013 belum
mencapai 1 tahunpun kasus ini sudah mengalami peningkatan. Pada survey awal
yang dilakukan pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 29 Oktober 2013 pada 7
pasien post operasi TURP hari ke dua didapatkan 5 pasien atau 71% tidak melakukan
mobilisasi dini yang akibatnya mengalami banyak perdarahan di selang kateter pasien
sampai dengan pembekuan darah pada saluran kemih, sisanya ada 2 pasien atau 29%
melakukan mobilisasi dini secara teratur, dampak yang didapatkan pasien tersebut
pun tidak terjadi perdarahan baik di selang kateternya maupun sumbatan di saluran
kemih, tidak ada retensi urine dan lama perawatan menjadi lebih singkat.
Dari hasil wawancara didapatkan penyebab utama dari pasien tidak mau melakukan
mobilisasi dini adalah nyeri pada luka post op, takut/ khawatir karena terpasang
kateter dan irigasi spooling NACL 0,9%. Sedangkan pendidikan kesehatan telah
dilakukan oleh perawat sebelum tindakan operasi, dan evaluasinya dilakukan setelah
pasien post op TURP, tapi masih banyak pasien yang belum mau bekerjasama dalam
melakukan mobilisasi dini demi kelancaran dari perawatan post op TURP.
Pendidikan kesehatan disini adalah komponen program kesehatan yang terdiri atas
upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang
merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu
Page 14
4
pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat ( Uha
Suliha, 2002 ).
Penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Pembedahan pernah dilakukan di RSUD Pasar Rebo tahun 2013.
Hasilnya penelitian menunjukan P value 0.019, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan
tingkat kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena nilai P < ά ( 0.05).
Berdasarkan uraian data diatas, masalah penelitian adalah masih banyak pasien post
operasi TURP tidak melakukan mobilisasi dini. Untuk itu peneliti tertarik untuk
mengetahui ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien
Pre OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah RSUD
Tarakan Tahun 2014 “.
B. Rumusan Masalah
Umumnya pada pasien post op terjadi perdarahan bila tidak melakukan mobilisasi
dini, sehingga proses irigasi tidak lancar oleh karena adanya bekuan darah yang
tersumbat, proses penyembuhan luka lambat, perawatan rawat inap lebih lama dan
kemungkinan komplikasi lain post-operasi dapat terjadi seperti infeksi dan retensi
urin, bahkan sampai Re TURP.
Pemberian informasi berupa pendidikan kesehatan dilakukan pada pasien pre op
TURP yang akan dilakukan tindakan pembedahan bertujuan meningkatkan
Page 15
5
kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan
sehingga pasien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post
operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi. Tetapi pada kenyataanya
masih banyak pasien yang tidak mau merubah perilaku kemampuannya dalam
melakukan mobilisasi dini post op TURP walaupun sudah diberikan pendidikan
kesehatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku
Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah
RSUD Tarakan Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya data demografi pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah
RSUD Tarakan Tahun 2014.
b. Diketahuinya perilaku mobilisasi dini sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan pada pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan
Tahun 2014.
c. Diketahuinya perilaku mobilisasi dini setelah dilakukan pendidikan kesehatan
pada pasien pre op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014.
Page 16
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam pendidikan
kesehatan terdahap pasien pre op TURP untuk mencegah terjadinya perdarahan.
2. Bagi institusi pendidikan
Untuk pengembangan ilmu keperawatan medical bedah yang berkaitan dengan
materi mobilisasi dini pada pasien pre op TURP sebagai salah satu intervensi
dalam pencegahan perdarahan.
3. Bidang penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dengan
menggali variable variable lain sebagai faktor penyebab tidak melakukan
mobilisasi dini pada pasien post op TURP.
Page 17
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP BPH
1. Pengertian
Kelenjar prostat adalah jaringan fibromuskuler dan kelenjar granular yang
melingkari uretra bagian proksimal, yang terdiri dari kelenjar majemuk, saluran
saluran dan otot-otot polos terletak dibawah kandung kemih dan melekat pada
dinding kandung kemih dengan ukuran panjang 3-4cm dan lebar 4,4cm, tebal 2,6
cm dan sebiji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan
dapat menyebabkan retensi urin, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior
lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi
spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah
cairan alkalis pada cairan seminalis. ( Rudi Haryono, 2013 ).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria
lebih tua 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Marilynn E.D 2000).
Hipertropi Prostat adalah hyperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi sampai pembedahan
( Kapita Selekta, 2000).
Dari ke tiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran
kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan
penuaan,dengan berat 20gram, berada di sekelililng uretra dan di bawah leher
kandung kemih pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus bagian kelenjar prostat
akan menekan dan uretra akan menyempit.
2. Etiologi
Menurut ( Rudi Haryono, 2013 ) penyebab pasti terjadi BPH sampai sekarang
belum diketahui. Namun kelenjar prostat sangat jelas tergantung pada hormon
Page 18
8
andogren. Factor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan.
Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara lain adalah :
a. Dihydihydrotestosteron ( DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
b. Perubahan keseimbangan hormone testosterone-estrogen
Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormone estrogen
dan penurunan testosterone yang mengakibatkan hiperplasi stroma
c. Interaksi stroma-epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hyperplasia stroma
dan epitel
d. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat
e. Teori kebangkitan kembali atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus
urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat
3. Patofisiologi
Hyperplasia prostat
Penyempitan lumen uretra posterior
Peningkatan tekanan intravesika
Buli buli Ginjal dan ureter Hipertropi otot detrusor Refluk vesiko ureter Selula Hidroureter Divertikel buli buli Hidronefrosis
Pielonefrosis Gagal ginjal
Gejala Obstruktif Gejala Iritasi
Hesitansi Urgenci
Page 19
9
Intermitenci Frekunsi Terminal dribbling Disuria ( Basuki B.Purnomo, 2011 )
4. Komplikasi
a. Aterosklerosis
b. Infark jantung
c. Inpoten
d. Hemoragik post operasi
e. Fistula
f. Striktur paska operasi dan inkontinensia urin
g. Infeksi
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Rektum, yaitu melakukan palpasi pada prostat melalui rectum
untuk mengetahui pembesaran prostat.
b. Urinalisis, untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih, berat
jenis osmolaritas, serta pemeriksaan mikroskopik air kemih.
c. Pemeriksaan laboratorium (darah), untuk mengetahui adanya peningkatan
kadar prostate specific antigen (PSA).
d. Cystoscopy, untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan
dinding kandung kemih.
e. Transrektal ultrasonography, untuk mengetahui pembesaran prostat dan
hidronefrosis.
f. Intravenous pyelography (IVP), untuk mengetahui struktur kaliks, pelvis dan
ureter. Struktur ini akan mengalami distorsi bentuk apabila terdapat kista, lesi
dan obtruksi.
6. Penatalaksanaan
Konservatif
a. Perubahan gaya hidup
Page 20
10
Yaitu untuk mengurangi minum- minuman beralkohol dan yang mengandung
kafein.
b. Pengobatan
1) Alfa blockers, dapat merelaksasikan derajat hambatan aliran urin
2) 5ά- reductase inhibitor. Ketika digunakan bersama dengan alpha blocker
dapat menurunkan progresifitas pembesaran prostat.
c. Kateterisasi
d. Pemberian obat antimicrobial
Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala
dan komplikasi. Indikasi terapi bedah yaitu :
a. Retensi urin berulang
b. Hematuri
c. Tanda penurunan fungsi ginjal
d. Infeksi saluran kemih berulang
e. Tanda obstruksi berat yaitu divertikal, hidoureter, dan hidronefrosis
f. Ada batu saluran kemih
7. Macam- macam tindakan bedah pada pasien BPH
a. Prostatektomi
Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan. Masing masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain :
1). Prostatektomi Suprapubis
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen,
yaitu suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelejar prostat
di angkat dari atas.
2). Prostatektomi Perineal
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
adalah praktis dibanding cara lain, dan serta berguna untuk biopsi terbuka.
Pada pasca operasi, luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi
Page 21
11
dilakukan dekat dengan rectal. Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi,
atau cedera rectal dapat terjadi dengan cara ini.
3). Prostatektomi Retropubik
Adalah suatu teknih yang lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis.
b. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukan instrumen
melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi
uretral. Cara ini di indikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30
gram / kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini
dapat dilakukan diklinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih
rendah di banding lainnya.
c. Transurethral Reseksi Prostat ( TURP)
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resekroskop, dimana resektroskop merupakan endoscop dengan
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat
pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Tindakan ini
memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan
invasive yang masih di anggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek
merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat
yang mengalami pembesaran antara 30-60gram, kemudian dilakukan reseksi.
Cairan irigasi secara terus menerus dengan cairan isotonis selama prosedur.
Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan
reepitelisasi uretra pars prostatika. ( Anonym, FK UI, 1995 yang dikutip oleh
Rudi Haryono, 2013 ).
Page 22
12
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter no.24 yang dilengkapi balon 30cc,
untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih.
Irigasi kandung kemih yang konstan dilakukan 24jam bila tidak keluar bekuan
lagi. Kemudian, kateter dibilas tiap 4 jam sampai dengan jernih. Kateter di
lepas setelah 3 hari post op dan pasien harus berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala gejala dari
sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup
sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah
perdarahan, infeksi, hiponatremi atau retensi urin oleh karena adanya bekuan
darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktur uretra, ejakulasi
retrograde ( 50-90%0, impotensi (4- 40%). Oleh karena pembedahan tidak
mengobati penyebab BPH, biasanya penyakit ini timbul kembali 8-10 tahun
kembali ( Rudi Haryono, 2013 ).
B. MOBILISASI
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat.
( Barbara Kozier, 2000 ).
Mobilisasi adalah suatu proses yang komplek yang membutuhkan koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan atau mekanisme kerja antara
muskuloskeletal dan persyarafan. ( Potter & Perry, 2009 )
Mobilisasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk
melakukan aktivitas sahari- hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya
berjalan, latihan maupun kemampuan aktifitas ( Potter & Perry, 2006).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mobilisasi adalah
kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, yang berupa peegerakan sendi,
sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktifitas dengan membutuhkan
koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan.
Page 23
13
2. Tujuan dari mobilisasi antara lain
Beberapa tujuan mobilisasi menurut Susan J. Garriso, 2004 adalah sebagai berikut:
a) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b) Mencegah terjadinya trauma
c) Mempertahankan tingkat kesehatan
d) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
e) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
f) Memperlancar eliminasi fecal dan Urin
g) Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan
atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h) Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi
3. Macam-macam mobilisasi antara lain :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu
mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak
keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien
untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan
interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
b. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai
gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi
sebagian dapat dibedakan menjadi:
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim
muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf
yang reversibel.
Page 24
14
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi
Beberapa factor yang mempengaruhi mobilisasi menurut (Kozier, 2000) a. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara
yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan
seorang pramugari atau seorang pemabuk.
b. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi.
Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada
kalanya pasien harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit
tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
d. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
Page 25
15
e. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan
dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit. http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi/
C. MOBILISASI DINI
1. Pengertian
Menurut Jannah (2011) mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien untuk
berjalan.
Menurut Carpenito seperti yang ditulis oleh Suparyanto (2011) mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing pasien dalam mempertahankan fungsi fisiologis
Dari pengertian diatas dapat disimpukan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien untuk mencegah beberapa
komplikasi dan mempercepat proses pemulihan fungsi dan organ fisiologis.
2. Manfaat mobilisasi dini
Menurut Rambei (2008) yang dikutip dalam Suparyanto (2011) manfaat mobilisasi
dini antara lain :
a. Melancarkan sirkulasi darah
b. Membantu proses pemulihan
c. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah
balik serta menjaga pendarahan lebih lanjut
3. Tujuan Mobilisasi Dini
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
Page 26
16
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan
atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
4. Tahap mobilisasi dini
Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh
http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu.
Mobilisasi yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan
ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki.
b. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan
c. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk
d. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan.
Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan
pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih
belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya
masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua jenis operasi
membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa
nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan,
dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra
pembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di
rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis.
D. PENDIDIKAN KESEHATAN
Page 27
17
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Wood (1926) dalam definisi yang dikemukakannya oleh ( Uha Suliha, 2002 )
mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman
yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan
kesehatan individu, masyarakat, dan ras.
Grout (1958) dalam buku pendidikan kesehatan yang dikutip oleh ( Uha Suliha,
2002 ) bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah
diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang di inginkan dari perorangan
ataupun masyarakat melalui proses pendidikan kesehatan.
Nyswander (1947) dalam Notoatmojo (2012) menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan proses
pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur, pada pasien BPH pre op TURP
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah
suatu proses perubahan perilaku untuk mengetahui sikap, pengetahuan dan
tindakan untuk mencapai serangkaian hasil proses perkembangan seseorang
/masyarakat melalui pendidikan kesehatan tersebut.
2. Tujuan
Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak
factor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara
lain tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, kepercayaan masyarakat, dan
ketersediaan waktu dari masyarakat.
Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan
mulai dari individu, keluarga sampai dengan masyarakat sehingga dapat
langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan
kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa
kesehariannya dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman
serta menarik perhatian.
Page 28
18
3. Sasaran
Rakhmat (2011), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan kesehatan di
Indonesia berdasarkan kepada program pembanguanan Indonesia adalah :
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita,pria, pemuda remaja.
Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan
mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, sekolah agama swasta maupun
negeri
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.
4. Tahap-tahap Kegiatan
Oleh karena itu mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah maka kegiatan
pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap yang hati-hati seara ilmiah.
Dalam hal ini Hanlon (1964) seperti dikutip Azwar (1983) dalam buku
pendidikan kesehatan untuk keperawatan (Rakhmat, 2011) mengemukakan
tahap-tahap ini.
a. Tahap Sensitisasi
Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran pada
masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan,
misalnya kesadaran akan adanya pelayanan kesehatan,kesadaran akan adanya
fasilitas kesehatan, kesadaran akan adanya wabah penyakit, kesadaran akan
adanya kegiatan imunisasi. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan atau
penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah pada perubahan
sikap, serta tidak atau belum bermaksud agar masyarakat mengubah pada
perilaku tertentu. Bentuk kegiatan adalah siaran radio berupa radio sport,
poster, selebaran atau lainya.
b. Tahap publitas
Page 29
19
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi bentuk kegiatan misalnya
Press Release dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan untuk menjelaskan
lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan
pada fasilitas pelayanan kesehatan, umpamanya macam pelayanan pada
puskesmas, Polindes, Postu atau lainya.
c. Tahap edukasi
Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap sesitisasi tujuanya untuk
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada
perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang dilakukan adalah
dengan metoda belajar mengajar.
d. Tahap Motivasi
Tahap ini memerlukan kelanjutan dari tahap edukasi perorangan atau
masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar – benar mengubah
perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku yang di anjurkan oleh
pendidikan kesehatan pada tahap ini.
5. Media pendidikan kesehatan menurut Uha Suliha (2002)
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),
media ini di bagi menjadi 3 : cetak, elektronik, media papan (bill board).
a. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar
2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan biasa gambar/ tulisan atau
keduanya
3) Flyer ( selembaran) seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan
4) Flip chart (lembar balik) : pesan/ informasi kesehtan dalam bentk lembar
balik.biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi
Page 30
20
gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubric/ tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang barkaitan dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan /informasi kesehatan,
yang biasanya ditempel di tembok-tembok, ditempat-tempat umum, atau
dikendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media elektronik
1) Televisi dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/Tanya
jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
2) Radio bisa dalam bentuk obrolan/Tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,
radio spot.
3) Video compact Disc (VCD)
4) Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi
kesehatan
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
c. Media papan ( Bill board)
Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi
dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini
juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan umum (bus/taksi) (notoatmodjo,2003)
6. Periapan Penkes
a. Pembuatan SAP (Satuan Acara Pengajaran)
Langkah-langkah
1) Mencantumkan identitas
(a) Pokok bahasan atau topic
(b) Sub pokok bahasan atau sub topic
Page 31
21
(c) Sasaran
(d) Waktu
(e) Lokasi
(f) Karakteristik audient
2) Menentukan tujuan pembelajaran : baik secara umum maupun secara
khusus
3) Menyusun materi pembelajaran
4) Memilih metode pembelajaran
5) Memilih media dan sumber belajar
6) Menyusun kegiatan pemebelajaran
7) Merancang rencana evaluasi
7. Penyusunan SAP
Topik Utama : Mobilisasi
Sub Pokok Bahasan : Mobilisasi Dini Pada post TURP
Sasaran : Pasien Pre op TURP
Tempat : Ruang soka bedah
TIU
Setelah diberikan penyuluhan pasien mengerti tentang mobilisasi dini pada
post TURP
TIK
Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu :
a. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini
b. Menyebutkan manfaat mobilisasi dini
c. Menyebutkan tahapan mobilisasi dini
d. Melakukan mobilisasi dini
MATERI
a. Pengertian mobilisasi dini
Page 32
22
b. Tujuan mobilisasi dini
c. Manfaat mobilisasi dini
d. Tahapan mobilisasi dini
METODE dan MEDIA
Metode dalam SAP ini berupa ceramah dan tanya jawab. Sedangkan
medianya menggunakan leaftleat .
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Waktu Kegiatan Penyuluh Audience
5 menit Pembukaan Perkenalan
Menjelaskan tujuan pendidikan
kesehatan
Memperhatikan
10 menit Pelaksanaan
kegiatan inti
Menjelaskan :
Pengertian mobilisasi
Manfaat mobilisasi
Tahapan mobilisasi
Memperhatikan
Bertanya
10 menit Penutup Evaluasi :
Menanyakan kembali apa yang
telah dijelaskan
Mengakhiri pertemuan
Mengucapkan salam
Menjawab
Memperhatikan
EVALUASI :
a. Pasien mampu menjelaskan pengertian mobilisasi dini
b. Pasien mampu menyebutkan manfaat mobilisasi dini
c. Pasien mampu menyebutkan tahapan mobilisasi dini
d. Pasien mampu melakukan mobilisasi dini
Page 33
23
E. KONSEP PERILAKU
1. Konsep Perilaku Yang Berkaitan Dengan Kesehatan
a) Pengertian Perilaku
Skinner (1983) yang diacu oleh Notoatmojo (2003) menegaskan bahwa
perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan
atau stimulus dari luar. Oleh karena itu teori Skinner ini disebut teori S-
O-R atau Stimulus-Organisme Respons. Skinner membedakan adanya
dua respons.
(1) Respondent respons atau reflexise respons yaitu response yang
ditimbulkan oleh stimulus tertentu misalnya, cahaya menyilaukan
menyebabkan mata tertutup, gerak lutut bila lutut kena palu, menarik
jari bila jari kena api dan sebagainya.stimulus seperti ini disebut
elicinting stimulation tidak lain karena stimulus itu merangsang
timbulnya respon-respon yang tetap.
(2) Operan respons atau instrumental respons yakni, timbulnya respons
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcer stimulation atau reinforce, Reinforcer artinya penguat hal
ini dikarenakan perangsang itu memperkuat respon. Bila dilihat dari
bentuk respons terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua yakni perilaku yang tidak tampak/ terselubung (covert
behavior ) dan perilaku yang tampak (overt behavior). Perilaku yang
tidak tampak ialah berfikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi,
pengetahuan dan lain-lain. Perilaku yang tampak antara lain berjalan,
berbicara , berpakaian dan sebagainya.
2. Perilaku Kesehatan
Page 34
24
Berdasarkan batasan perilaku menurut Skinner bahwa perilaku kesehatan
dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah prilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memeliharan atau
mejaga kesehatan agartidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan di bagi
menjadi tiga aspek :
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit
2) Perilaku peningkatan kesehatan
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman )
b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan ( health
seeking behaviour)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan ini atau perilaku ini di
mulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun social budaya dan sebagianya sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (becker 1979) yang dikutip Notoadmojo (2011) membuat
kalsifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain :
a. Perilaku hidup sehat ( health live style)
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau
pola/gaya hidup sehat (healthy life style).
b. Perilaku sakit
Page 35
25
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit,dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit ( the sickrole behavior)
Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yng mencakup hak-hak
orang sakit ( right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
3. Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) dalam buku Notoadmojo ( 2012 ) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain
sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau
kawasannya yakni : kognitif ( cognitive), Afektif ( affective), psikomotor
(Psychomotor). Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :
a. Pengetahuan (Knowlage)
Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakuakn
terhadap objek tertentu yakni melalui indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior )
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya (recall).
Page 36
26
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dengan menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya yang telah
dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsif atau dalam kontek situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebaginya.
5) Sintesis (synthesis)
Suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas dn dapat menyesuaikan terhadap teori atau rumusan
yang telah ada.
6) Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian ini
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin
Page 37
27
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan sesuai diatas
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
1). Komponen pokok sikap
(a) Kepercayaan ( keyakinan ), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
(c) Kecenderungan untuk bertindak.
2). Berbagai tingkatan sikap
(a) Menerima ( receiving )
Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek )
(b) Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.
(c) Menghargai ( valving )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
(d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian
Page 38
28
ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju ).
c. Praktik atau Tindakan ( practice )
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Praktik disini memmpunyai tiga tingkatan, antara lain :
1) Respon terpimpin ( guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.
2) Mekanisme ( mechanism )
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis.
3) Adopsi ( adoption )
Adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara dan secara langsung yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
4. Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoadmojo ( 2012 ) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku ( berperilaku baru ), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, disingkat AIETA, yang artinya
a. Awareness ( kesadaran ) yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek ) terlebih dahulu
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation ( menimbang- nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya
d. Trial orang yang mulai mencoba perilaku baru
Page 39
29
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
5. Proses Adopsi Sikap
Indikator untuk menilai sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan
kesehatan , yakni
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala,
tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan
cara pencegahan penyakit.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara cara memelihara
(berperilaku) hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan.
6. Proses Adopsi Praktek
Penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan selanjutnya
diharapkan pasien melakukan atau mempraktikan apa yang telah diketahui
dan disikapi ( dinilai baik), yaitu dengan
a. Tindakan ( praktik ) sehubungan dengan penyakit
b. Tindakan ( praktik ) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Tindakan ( praktik ) kesehatan lingkungan
Sumber : Notoadmojo ( 2012 )
F. PENELITIAN TERKAIT
Pernah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Pembedahan di RSUD Pasar Rebo tahun
2013, hasilnya nilai p value 0.019, maka dapat disimpulkan ada perbedaan
Page 40
30
antara tingkat kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan tingkat
kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan karena nilai P < ά ( 0.05 ).
Pernah juga dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Perilaku Mobilisasi Dini Post Op Secio Sesaria di RSUD Kota
Semarang 2013 dengan Variabel yang dianalisis adalah pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam melakukan mobilisasi dini. Data
dianalisis menggunakan uji statistik T Independent. Hasil penelitian ini
didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan mobilisasi dini
terhadap kemampuan mobilisasi pasien post sectio caesaria di RSUD Kota
Semarang dengan nilai kemaknaan p=0,000, terkait dengan hasil rata-rata nilai
kemampuan mobilisasi dini sebesar 84,32 sedangkan kelompok kontrol sebesar
41,57.
(http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/shared/biblio_view.php?resource_id=2864
&tab=opac )
G. KERANGKA TEORITIS
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap mobilisasi dini meliputi
Menurut Benyamin Bloom 1908, domain perilaku terdiri dari Pengetahuan (kognitif) Sikap (affective) Praktek (psikomotor)
Menurut Kozier, 2000 Gaya hidup Proses penyakit dan injuri Kebudayaan Tingkat energy Usia dan status perkembangan
Perilaku mobilisasi dini
Menurut Toto Suharyanto, 2008 BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yangberhubungan dengan perubahan endokrin dan proses penuaan.
Page 41
31
MATERI PENYULUHAN MOBILISASI DINI
PENGERTIAN
Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin
untuk mempertahankan fungsi fisiologis ( Carpenito yang dikutip Supriyanto, 2011).
MANFAAT MOBILISASI DINI
1. Melancarkan sirkulasi darah
2. Membantu proses pemulihan
3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik
serta menjaga perdarahan lebih lanjut.
TUJUAN MOBILISASI DINI
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
Page 42
32
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
TAHAPAN MOBILISASI DINI
Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh
http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) Dan Menurut Kolmert & Norlen yang
dikutip Abdullah ( 2009 ), adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi
yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki, dan
memutar pergelangan kaki.
2. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan.
3. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk, dan
memindahkan traksi kateter No.24 ke arah lipatan inguinal.
4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan, dengan tetap
memperhatikan posisi traksi kateter, agar balon tidak tertarik ke arah Bladdmeck.
Page 43
31
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu reabilitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan
antar variabel- variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti
( Nursalam, 2008 )
Berdasarkan landasan teori ( Benyamin Bloom 1908) dan (Notoatmodjo, 2012),
bahwa pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi perubahan perilaku ( mobilisasi
dini )
Ket : Variable yang dipengaruhi
Variable yang tidak mempengaruhi
Variable Independen Variable Dependen
Pemberian Pendidikan
Kesehatan Pre Op
Perilaku mobilisasi dini Pre OpTURP
Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Perilaku mobilisasi dini Pre Op TURP Setelah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan
Data Demografi Usia Pendidikan Pekerjaan
Page 44
32
B. Hipotesis penelitian
Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasien pre op
TURP dalam melakukan mobilisasi dini di RSUD Tarakan Tahun 2014
C. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
1 Pendidikan
kesehatan
Proses perubahan
pengetahuan, sikap, dan
psikomotor tentang (
definisi penyakit, manfaat
mobilisasi, tujuan dan
komplikasi bila tidak
melakukan mobilisasi dini )
pada individu agar
kemandirian pasien cepat
tercapai dan terhindar dari
komplikasi post op yang
diberikan selama 15 menit
dan diberikan satu hari
sebelum operasi
Mobilisasi dini
Suatu kondisi dimana
tubuh mampu melakukan
kegiatan sedini mungkin
setelah operasi
Observa
si
Perubahan
perilaku menurut
Benyamin Bloom
(pengetahuan,
Page 45
33
sikap, praktik )
2. Pengetahuan
(kognitif) sebelum
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, terjadi
setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu
objek.
Test SD
Mean
3.
Sikap ( affective )
sebelum
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih
tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus
atau objek
Kuesion
er
SD
Mean
4.
Praktik (
psikomotor )
sebelum
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Suatu sikap yang belum
otomatis terwujud dalam
suatu tindakan.diperlukan
factor pendukung, misalnya
fasilitas pelayanan
kesehatan
Observa
si
SD
Mean
5. Pengetahuan
(kognitif) sesudah
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, terjadi
setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu
objek, dan merupakan
perilaku baru setelah
dilakukan pendidikan
kesehatan
Test SD
Mean
6. Sikap ( affective
)sesudah
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih
tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus
atau objek dan terjadi
Kuesion
er
SD
Mean
Page 46
34
perubahan proses setelah
dilakukan pendidikan
kesehatan
7. Praktik (
psikomotor )
setelah dilakukan
pendidikan
kesehatan
Suatu sikap yang belum
otomatis terwujud dalam
suatu tindakan.diperlukan
factor pendukung, misalnya
fasilitas pelayanan
kesehatan dan proses
selanjutnya diharapkan
pasien akn melakukan
tindakan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
Observa
si
SD
Mean
Page 47
35
BAB 1V
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Design penelitian yang digunakan disini adalah jenis penelitian pra exspreriment
tipe pre pasca test dalam suatu kelompok ( one group pretest post test design).
Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
suatu kelompok subjek yang di observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
dilakukan observasi ulang setelah dilakukan intervensi. Penelitian ini untuk
mengetahui variabel intervensi dan variabel experiment apakah efektif atau tidak
efektif, serta untuk menguji hipotesa yang telah ada.
Desaign penelitian dapat digambarkan sebagai berikut ( Notoatmodjo, 2010)
Pretest Perlakuan Post test
01 X 02
( Bagan Design Penelitian)
Keterangan
01 : Perilaku mobilisasi dini sebelum perlakuan intervensi
02 : Perilaku mobilisasi dini setelah perlakuan intervensi
X : Perlakuan dengan melakukan pendidikan kesehatan
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan diRuang Rawat Inap Soka Bedah RSUD Tarakan pada
Januari sampai dengan akhir Februari 2014.
Page 48
36
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Hidayat Alimul, 2011).
Populasi yang dimaksud disini adalah pasien yang akan menjalani operasi yang
dirawat diRuang Soka RSUD Tarakan pada bulan Februari tahun 2014 sebanyak
11 orang.
2. Sampel
Adalah dari populasi yang dipilih dengan metode sampling tertentu untuk bisa
memenuhi atau mewakili populasi ( Nursalam, 2001).
Rumus menurut Handoko (2005 ), dalam menentukan sampel
n = N
1+ N ( d 2)
Keterangan : n = Besar sample yang tidak diketahui
N = Besar populasi yang diketahui
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan
yang di inginkan ( 0, 05 )
Page 49
37
Maka besar sample adalah
n = N
1+ N ( d 2)
n = 11
1+ 11 ( 0,05 2)
= 11
1+ 0,025
= 11
1.025
= 10 sampel
Jadi banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 10 responden
3. Kriteria sampel
Kriteria sample adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukan dengan teknik
penyusunan purposife sampling dan yang layak untuk di teliti, yaitu
a. Pasien bersedia menjadi responden
b. Pasien berusia dewasa
c. Pasien yang akan menjalani pembedahan ( pre op TURP )
d. Pasien yang dapat membaca dan menulis
e. Pasien dapat mengerti dan mengdengarkan apa yang di sampaikan
Page 50
38
D. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi objek penelitian adalah
manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki
kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan
benar- benar menjunjung tinggi kebebasan manusia ( Hidayat Alimul, 2011 ).
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain
1. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan, dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
Page 51
39
3. Kerahasiaan ( confidentiality )
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan
hanya kelompok tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil riset.
E. Alat dan Cara Pengumpulan Data
1. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data pada penelitian disini berupa test untuk megetahui
tingkat pengetahuan berisi 10 pertanyaan, kemudian lembar kuesioner untuk
mengetahui nilai sikap yang memuat 7 pertanyaan, dan yang terakhir adalah
dengan lembaran observasi untuk menilai apakah pasien menjalani mobilisasi
atau tidak, yang dirancang oleh peneliti yang tentunya mengacu kepada literatur
yang ada, kerangka konsep dan tujuan penelitian. Lembar test pengetahuan,
kuesioner dan lembar observasi yang telah dibuat terlebih dahulu
dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum digunakan kepada responden.
Pertanyaan dalam kuesioner berisi tentang :
a. Data demografi berupa : nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Bagian kedua berisi test pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan, yang
berisi pengertian BPH sampai dengan tindakan pre operatif, kemudian
untuk sikap dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7
pertanyaan dari manfaat dan komplikasi dari tidak melakukan mobilisasi,
yang mengacu kepada perubahan perilaku pasien pre operatif, dan yang
Page 52
40
terakhir dengan lembaran observasi, yaitu untuk menilai apakah pasien
melakukan mobilisasi atau tidak. Domain perilaku disini adalah
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan.
2. Cara pengambilan data
Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan ditempat penelitian dengan
prosedur psebagi berikut
a. Mengidentifikasi pasien pre operasi sehari sebelum dilakukan tindakan
operasi, dan pasien sudah masuk ruang rawat inap.
b. Menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data serta hak responden untuk
menolak keikutsertaan dalam penelitian bila tidak bersedia.
c. Bila responden setuju, maka responden diharapkan untuk menandatangani
lembar persetujuan
d. Menjelaskan cara pengisian kuesioner
e. Memberi waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan berupa
kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan mendampingi serta
membantu responden bila ditemukan hal- hal yang tidak dimengerti.
f. Memberikan penyuluhan sesuai SAP dengan memakai metode ceramah
dan tanya jawab menggunakan leafleat.
g. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan berupa
kuesioner setelah diberikan pendidikan kesehatan, dan mendampinginya.
Page 53
41
h. Mempersilahkan kembali kepada responden untuk memeriksa kuesioner
yang telah diisi
i. Setelah semua pertanyaan dalam kuesioner dijawab oleh responden, maka
peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi.
j. Mengakhiri pertemuan setelah selesai mengumpulkan data.
F. Pengolahan Data
Setelah kuesioner dibagikan pada responden dan telah diisi oleh responden, maka
akan dilihat kelengkapannya yang terdiri dari,
1. Editing yaitu melakukan pengecekan pengisian kuesioner apakah jawaban
dalam kuesioner lengkap, jelas, relevan dan konsisten
2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan
3. Processing yaitu pemprosesan data yang dilakukan dengan cara dientry data
dari kuesioner ke paket komputer.
4. Cleaning yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada yang salah atau tidak.
G. Analisa Data
Metode analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua
tahap, yaitu :
Page 54
42
1. Analisa Univariat
Dengan membuat distribusi frekwensi dari data demografi yang terdiri dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan. Hasil pengumpulan data dan penelitian
ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekwensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik, yaitu Uji T beda
dua mean dependen, yaitu digunakan untuk menguji perbedaan mean antara
dua kelompok data dependen. Apakah ada pengaruh antara perilaku sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.
Diketahui nilai deviasi (d )untuk selisih sampel 1 dan 2 sampel rata- rata
deviasi dari nilai deviasinya. Dari data, selanjutnya dihitung standat deviasi (
SD_d ). Nilai p diperoleh dari tabel T ( dengan derajat kebenaran ) atau df =
n-1, dan nilai T > ά, maka HO ditolak batas kemaknaan (ά) di tetapkan 0,05
(ά= 0,05). Menurut handoko ( 2009 ), adalah
Rumus
Uji T Dua Mean Dependen
T = d SD-d√n
Page 55
43
Keterangan
d = rata rata selisih / deviasi pengukuran pertama dan kedua
S = standart deviasi
n = jumlah sampel
Page 56
43
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014. Jumlah responden untuk penelitian
ini terdiri dari 10 pasien yang di rawat di ruang Soka Bedah RSUD Tarakan.
A. ANALISA UNIVARIAT
Dalam analisa Univariat ini menjelaskan secara deskriptif variabel penelitian dan
karakteristik responden seperti : usia, pendidikan, pekerjaan. Data ini akan di sajikan
dalam bentuk distribusi frekwensi seperti di bawah ini.
1. Karakteristik
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ( Usia, pendidikan, pekerjaan) di tahun 2014
Karakteristik Kategori Frekwensi Persentase
Usia
< 50 tahun
50-70 tahun
>70 tahun
0
9
1
0
90
10
Pendidikan
SMP
SMA
Perguruan tinggi
1
6
3
10
60
30
Pekerjaan
PNS
Karyawan swasta
Tidak bekerja
Pensiunan
2
2
2
4
20
20
20
40
Page 57
44
a. Usia
pada tabel 5.1 diatas di dapatkan kategori < 50 tahun tidak ada (0%), 50-
70 tahun sebanyak 9 orang (90%), dan >70 tahun sebanyak 1 orang
(10%). Dapat disimpulkan bahwa usia terbanyak adalah usia 50-70 tahun
sebanyak 9 orang (90%).
b. Pendidikan
pada tabel 5.1 diatas, didapatkan pendidikan dengan kategori SMP
sebanyak 1 orang (10%), SMA sebanyak 6 orang (60%), dan perguruan
tinggi sebanyak 3 orang (30%). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
terbanyak adalah SMA sebanyak 6 orang (60%).
c. Pekerjaan
pada tabel 5.1 diatas, pekerjaan dengan kategori PNS sebanyak 2 orang
(20%), karyawan swasta 2 orang (20%), tidak bekerja 2 orang (20%), dan
pensiunan sebanyak 4 orang (40%). Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
terbanyak adalah pensiunan sebanyak 4 orang (40%).
B. ANALISA BIVARIAT
Untuk menguji signifikan atau kemaknaan antara variabel independent dan
variabel dependent maka di gunakan analisa uji T dependent. Hasil analisa uji T
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Page 58
45
Table 5.2
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku
( pengetahuan ) Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014
Pada tabel pengetahuan sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan pada pasien
Pre Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah
rata-rata 13,30, standar deviasi 1,947. Pengetahuan setelah pendidikan kesehatan
rata-rata 16,70, standar deviasi 2,214. Berdasarkan hasil uji T Dependen
diperoleh P value = 0,015, sehingga P < ά (0,05) maka H0 gagal ditolak,
sehingga dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Perilaku ( pengetahuan )Pasien Pre Operasi TURP Dalam
Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah tahun 2014.
Variabel Mean SD SE P Value N
Pengetahuan pre
pendidikan kesehatan 13,30 1,947 0,616
0,015 10 Pengetahuan post
pendidikan kesehatan 16,70 2,214 0,700
Page 59
46
Table 5.3
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku (sikap)
Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka
Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014
Pada tabel sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan Perilaku Pasien Pre
Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah rata-rata
17,70, standar deviasi 6,961. Sikap setelah dilakukan pendidikan kesehatan rata -
rata 29,00, standar deviasi 3,367. Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P
value = 0,004, sehingga P < ά (0,05) maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di
simpulkan bahwa ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Perilaku ( sikap ) Pasien Pre Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
diRuang Soka Bedah tahun 2014 .
Variabel Mean SD SE P Value
N
Sikap pre pendidikan
kesehatan 17,70 6,961 2,201
0,004 10 Sikap post pendidikan
kesehatan 29,00 3,367 1,065
Page 60
47
Table 5.4
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku
( Psikomotor ) Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014
Pada tabel tindakan sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perubahan Perilaku Pasien Pre OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
diRuang Soka Bedah rata-rata 5,10 standar deviasi 2,514. Tindakan setelah
dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata 9,00, standar deviasi 0,816.
Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P value = 0,003, sehingga P < ά
(0,05) maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku ( psikomotor ) Pasien Pre
Operasi TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini di Ruang Soka Bedah tahun
2014.
Variabel Mean SD SE P Value N
Psikomotor pre
pendidikan
kesehatan
5,10 2,514 0,795
0 ,003 10 Psikomotor post
pendidikan
kesehatan
9,00 0,816 0,258
Page 61
48
Table 5.5
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
OP TURP Dalam Melakukan Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah RSUD
Tarakan Tahun 2014
Pada tabel obervasi diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai secara kumulatif pada
pengetahuan, sikap, dan psikomotor sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan
Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah dengan rata-rata 36,10, standar deviasi
6,590 dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan 58, 40, standar deviasi 7, 905.
Berdasarkan hasil uji T Dependen diperoleh P value = 0,000, sehingga P < ά
0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat di simpulkan ada Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP Dalam Melakukan
Mobilisasi Dini diRuang Soka Bedah tahun 2014.
Variabel Mean SD SE P Value N
Pengetahuan, sikap dan
psikomotor pre
pendidikan kesehatan
36,10 6,590 2,084
0,000 10 Pengetahuan, sikap dan
psikomotor post
pendidikan kesehatan
58,40 7,905 2,500
Page 62
49
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pada Bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan Kemampuan Mobilisasi Dini Pre Op TURP sebelum
diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan diruang
SOKA Bedah RSUD Tarakantahun 2014.
A. Keterbatasanpenelitian
Sebelum membahas hasil penelitian terlebih dahulu akan diuraikan masalah
keterbatasan penelitian diataranya sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan sehingga
hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk Rumah Sakit lain.
2. Alat ukur test, merupakan alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan
yang di isi oleh pasien, dengan usia terbanyak 50- 70 tahun, sehingga dalam hal
memberi penjelasan harus dengan kata- kata yang dimengerti oleh pasiennya
sendiri, bahkan bisa dengan ada pengulangan, dengan demikian membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memahaminya.
Page 63
50
B. Hasil Penelitian
Perubahan Perilaku Pasiem Pre Op TURP sebelum diberikan pendidikan kesehatan
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan di RSUD TarakanTahun 2014. Rata-
rata perilaku pasien sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 36. 10 dengan
SD 6.590, dan rata- rata perilaku sesudah diberi pendidikan kesehatan adalah 58.40
dengan SD 2.500. Berdasarkan hasi luji T Dependen diperoleh P value = 0,000,
maka H0 gagal ditolak sehingga dapat di simpulkan bahwa secara keseluruhan ada
hubungan antara pengetahuan, sikap dan psikomotor dengan Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Dalam Melakukan Mobilisasi Dini
Pasien Pre Op TURP diRuang Soka Bedah RSUD Tarakan Tahun 2014, karena
nilai P < ά 0,05
Sesuai teori Bloom dalam Notoatmodjo ( 2010 ), bahwa pengetahuan merupakan
hasil dari tahu yang dimiliki seseorang melalui pendidikan kesehatan maupun
pengalaman dengan cara melakukan pengindraan terhadap objek. Sesuai konsep
pengetahuan Bloom dikutip Notoatmodjo ( 2010 ) 6 tingkatan domain pengetahuan,
yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisa, sintesis, evaluasi. Dalam aplikasinya
pasien yang akan dilakukan pembedahan diberi pendidikan kesehatan diharapkan
mengerti dan memahami tentang tindakan yang akan dilakukan setelah post op,
sehingga tingkat pengetahuan pasien dapat meningkat.
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
melibatkan factor pendapat dan emosi, menurut Bloom( 1908 ) dalam Notoatmodjo
Page 64
51
( 2010 ). Seperti hal nya pengetahuan, sikap juga mempunyai 4 tingkatan, yakni
menerima, menanggapi, menghargai, bertanggung jawab. Kaitannya sikap disini
adalah berespon terhadap stimulus yang dalam hal ini berupa pendidikan kesehatan
pada pasien pre op TURP, diharapkan pasien dapat mengartikan suatu objek yang
diterimanya setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Tindakan( psikomotor ) adalah kecenderungan untuk bertindak ( praktek ), di
bedakan menjadi 3 tingkatan yakni, praktek terpimpin, praktek secara mekanis dan
adopsi menurut Bloom ( 1908 ) dalam Notoatmodjo ( 2010 ). Kaitanya praktek
disini adalah suatu tindakan atau praktek yang bukan hanya tuntutan tetapi praktek
yang dilakukan disini adalah merupakan rutinitas yang mengharus kan pasien untuk
melakukannya. Dalam aplikasinya pasien melakukan mobilisasi dini setelah
dilakukan pendidikan kesehatan, sehingga komplikasi post op dapat di minimalkan.
Ketiga domain tersebut dilakukan dalam mengaplikasi kan pasien yang akan
dilakukan pembedahan (Pre Op TURP) dengan diberikan pendidikan kesehatan
diharapkan pasien dapat mengerti dan memahami tentang tindakan atau perubahan
perilaku yang akan dilakukan setelah operasi sehingga tingkat domain menurut teori
Bloom dapat meningkat setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan.
Terkait dengan metode yang digunakan ada kesesuaian antara teori menurut Uha
Sulihah (2002) bahwa dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan
pada peneliti yaitu dengan menggunakan metode Tes Pengetahuan, wawancara dan
Page 65
52
media cetak yaitu Leaflet diharapkan perubahan perilaku pasien dalam melakukan
mobilisasi dini ada peningkatan setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan.
Hal ini menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu
usaha untuk membantu individu meningkatkan pengetahuan dalam hal perubahan
perilaku pasien dalam melakukan mobilisasi dini.
Page 66
53
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah peneliti memaparkan dari mulai perencanaan penelitian sampai ada pelaksanaan
dan hasil serta pembahasannya maka peneliti mencoba membuat kesimpulan serta saran
yang terkait dengan hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasien Pre Op TURP dalam
melakukan mobilisasi dini di Ruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014 dapat
ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 10 responden diperoleh hasil
menurut distribusi frekwensi data demografi menurut usia terbanyak adalah 50-
70 tahun sebanyak 9orang (90%), pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 6
orang (60%), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan sebanyak 4 orang ( 40%).
2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh perubahan
perilaku dalam melakukan mobilisasi dini setelah diberikan pendidikan
kesehatan pada pasien pre op TURP tahun 2014 dengan P value.0,000 ( < ά
0.05).
Page 67
54
B. Saran
1. Bidang pelayanan
Perawat diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan pasien, sehingga dengan pengetahuan penyakit
pasien mampu melakukan mobilisasi dini, dengan demikian komplikasi
perdarahan dapat di cegah.
2. Bidang Keilmuan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dikembangkan dalam mata ajar
Keperawatan Medical Bedah bagi mahasiswa/ i, sehingga dapat menjadi
bekal dalam dunia kerja dimasa yang akan datang.
3. Bidang penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pemberian pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dalam menurunkan tingkat kecemasan pre
op TURP.
Page 68
DAFTAR PUSTAKA
Blandy Jhon, 2009 . Urologi: Wiley Black Well
Brunner & Suddarth 2000. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Jakarta EGC
Dr. Paskah Leonardo, 2010. Kesehatan Ginjal dan saluran kemih: PT BIP Kelompok Gramedia
Haryono Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan :Rapha Publising
Notoatmojo Soekidjo , 2005. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Salemba Medika
- - - - - - - , 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan : Rineka Cipta
- - - - - - - , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
- - - - - - - , 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Kesehatan , Jakarta : EGC
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika
- - - - - - - , 2011. Manajemen Keperawatan Edisi 3, Jakarta Salemba Medika
Perry, Poter, 2006. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Jakarta, Rineka Cipta
Purnomo Basuki B, 2012. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto
Sugiyono, 2004. Dikutip dari buku Metodologi Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data, Hidayat A. Aziz, Jakarta : Salemba Medika
SuharyantoToto,2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan : TIM
Susilo Rakhmat, 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan : Numed
Uha Suliha, 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Jakarta : EGC
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi
http://lailatulfitriyah.wordpress.com
Page 69
Lampiran I
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/Ibu Calon responden
Di
Jakarta
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Ilmu Keperawatan
Uneversitas Muhammadiyah Jakarta :
Nama : RIKA MUSTIKA ABRIYANTI
NPM : 2012727108
Akan melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre Op TURP dalam Melakukan
Mobilisasi Dini di RSUD Tarakan Tahun 2014 “. Bersamaan dengan ini saya
mohon Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan,
serta menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar Kuesioner sesuai dengan
petunjukyang ada, jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan saya jaga kerahasiaanya
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti
RIKA MUSTIKA ABRIYANTI
Page 70
Lampiran 2
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisidasi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta yang
berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Pre
Op TURP dalam Melakukan Mobilisasi Dini di RSUD Tarakan Tahun 2014 “. Saya
juga mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan oleh Peneliti
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui bahwa
informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan
pengetahuan, khususnya Keperawatan
Denganini saya secara sukarela dan tidak ada unsure paksaan dari siapa pun
menyatakan bersedia untuk berpartisifasi dalam penelitian ini.
Jakarta, 2014 Responden
(……………………….)
Page 71
(SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAPMOBILISASI DINI
Waktu : 30 Menit
Sasaran : Pada Pasien Pre Op TURP
Tempat : RSUD Tarakan
1. Penyusunan SAP
Topik Utama : Mobilisasi
Sub Pokok Bahasan : Mobilisasi Dini Pada post TURP
Sasaran : Pasien Pre op TURP
Tempat : Ruang soka bedah
TIU
Setelah diberikan penyuluhan pasien mengerti tentang mobilisasi dini pada post
TURP
TIK
a. Setelah diberikan penyuluhan pasien mampu :
b. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini
c. Menyebutkan manfaat mobilisasi dini
d. Menyebutkan tahapan mobilisasi dini
e. Melakukan mobilisasi dini
MATERI
a. Pengertian mobilisasi dini
b. Tujuan mobilisasi dini
c. Manfaat mobilisasi dini
d. Tahapan mobilisasi dini
Page 72
METODE dan MEDIA
Metode dalam SAP ini berupa ceramah dan tanya jawab. Sedangkan medianya
menggunakan leaftleat .
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Waktu Kegiatan Penyuluh Audience
5 menit Pembukaan Perkenalan
Menjelaskan tujuan pendidikan
kesehatan
Memperhatikan
10 menit Pelaksanaan
kegiatan inti
Menjelaskan :
Pengertian mobilisasi
Manfaat mobilisasi
Tahapan mobilisasi
Pengertian BPH
Tanda dan gejala
Memperhatikan
Bertanya
10 menit Penutup Evaluasi :
Menanyakan kembali apa yang
telah dijelaskan
Mengakhiri pertemuan
Mengucapkan salam
Menjawab
Memperhatikan
EVALUASI :
a. Pasien mampu menjelaskan pengertian mobilisasi dini
b. Pasien mampu menyebutkan manfaat mobilisasi dini
c. Pasien mampu menyebutkan tahapan mobilisasi dini
d. Pasien mampu melakukan mobilisasi dini
Page 73
MATERI PENYULUHAN
PENGERTIAN
Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini
mungkin untuk mempertahankan fungsi fisiologis ( Carpenito yang dikutip
Supriyanto, 2011).
MANFAAT MOBILISASI DINI
1. Melancarkan sirkulasi darah
2. Membantu proses pemulihan
3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik
serta menjaga perdarahan lebih lanjut.
TUJUAN MOBILISASI DINI
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan
atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Page 74
TAHAPAN MOBILISASI DINI
Tahapan mobilisasi dini menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh
http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi
yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki,
dan memutar pergelangan kaki.
2. Tahap kedua 6-10 Jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan
3. Tahap ketiga setelah 24 Jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk
4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan.
Page 75
MOBILISASI DINI
SETELAH OPERASI TURP
DI SUSUN OLEH RIKA MUSTIKA ABRIYANTI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
APAKAH MOBILISASI DINI ? MOBILISASI DINI adalah upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh
MANFAAT MOBILISASI DINI Melancarkan sirkulasi darah.
Membantu proses pemilihan
Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena
gangguan pembuluh darah balik serta menjaga
perdarahan lanjut.
Page 76
TAHAPAN MOBILISASI DINI
1. Tahap pertama 6 jam setelah post op pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi yang dilakukan menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki.
2. Tahap kedua 6-10jam, pasien harus dapat miring kiri miring kanan
3. Tahap ketiga setelah 24jam post operasi pasien dianjurkan untuk duduk, dan memindahkan traksi kateter No.24 ke arah lipatan inguinal.
4. Tahap terakhir adalah setelah duduk, pasien diwajibkan untuk berjalan, dengan tetap memperhatikan posisi traksi kateter, agar balon tidak tertarik ke arah Bladdmeck.
Menurut ( Kasdu, 2003 yang dikutip oleh http://lailatulfitriyah.wordpress.com/ 2013 ) Dan Menurut
Kolmert & Norlen yang dikutip Abdullah ( 2009 )
. TUJUAN Mempertahankan fungsi tubuh
Memperlancar peredaran darah
Membantu pernafasan menjadi lebih baik
Mempertahankan tonus otot
Memperlancar eliminasi alvi dan urine
Memberikan kesempatanperawat dan pasien
berinteraksi atau berkomunikasi
Page 77
LEMBAR KUESIONER
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku pasein pre op TURP
dalam melakukan mobilisasi dini diruang Soka Bedah RSUD Tarakan tahun 2014
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan yang diajukan dengan teliti
2. Isi pertanyaan tersebut sesuai dengan jawaban anda
3. Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom
titik-titik
4. Bila ada pertanyaan yang belum jelas dapat langsung ditanyakan oleh peneliti
5. Periksa kembali jawaban yang dipilih dan lengkapi yang belum terisi
Keterangan
Lembar kuesioner
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
A. Data Demografi
1. Nama ( Inisial) :
2. Usia :
3. Pendidikan :
( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SLTP
( ) SMU
( ) Perguruan Tinggi
Page 78
4. Pekerjaan :
( ) PNS/ABRI
( ) Karyawan Swasta/ wiraswasta
( ) Tidak Bekerja
sq( ) Pensiunan
B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap perubahan Perilaku
“pengetahuan, sikap dan tindakan ” Pre Pendidikan Kesehatan.
Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom
titik-titik
Pertayaan Pengetahuan
No Variable Benar
(1) Salah
(2) 1. Penyakit Prostat adalah merupakan Pembesaran kelenjar
prostat
2. Salah satu penyebab penyakit prostat adalah perubahan
hormon dan proses penuaan
3. Semua pasien penyakit prostat selalu memakai kateter
4. Salah satu keluhan yang sering terjadi pada penyakit
prostat adalah nyeri saat BAK (berkemih)
5. Salah satu tindakannya adalah operasi pengangkatan
prostat
6. TUR P adalah pengangkatan kelenjar prostat
7 Sebelum 24 jam setelah operasi prostat pasien di anjurkan
untuk istirahat total
8. Setelah 24 jam operasi pasien di anjurkan untuk
mobilisasi dini
9. Manfaat dari mobilisasi dini adalah mengurangi
Page 79
perdarahan setelah operasi
10 Dampak dari operasi pengangkatan prostat adalah
perdarahan
Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom
titik-titik
Pertanyaan Sikap
No Variabel STS TS S SS
1 Saya akan melakukan mobilisasi dini sesuai yang
telah dianjurkan
2 Saya merasakan manfaat dari mobilisasi dini
setelah operasi pengangkatan prostat
4 Saya merasa bahwa nyeri luka setelah operasi akan
terasa berat bila saya tidak melakukan mobilisasi
Dini
5 Menurut saya bila tidak melakukan mobilisasi dini
akan terjadi pendarahan
6 Menurut saya bila tidak melakukan mobilisasi dini
akan memperlama hari perawatn dan
memperlambat proses penyembuhan
7 Saya akan melakukan mobilisasi dini setelah 24
jam setelah operasi prostat
8. Saya yakin akan manfaat dari mobilisasi dini
Page 80
Beri tanda Check (√) pada kolom jawaban yang benar serta mengisi kolom titik-
titik
Lembar Observasi tindakan (Praktik)
No Variable Ya Tidak
1. Tahap pertama 6 jam setelah operasi pasieh harus tirah
baring dulu
2. Tahap kedua menggerakkan lengan dan memutar
pergelangan kaki
3. 6 sampai 10 jam pasien harus dapat miring kanan dan kiri
4. Setelah 24 jam operasi pasin dianjurkan untuk duduk
5. Tahap terakhit setelah duduk pasien diwajibkan berjalan
di sekitar tempat tidur.