MAKALAH IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap Alam, Sosial, dan Budaya Dikorelasikan dengan Al-Qur’an Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara Semester 7B Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap Alam, Sosial, dan Budaya
Dikorelasikan dengan Al-Qur’an
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara
Semester 7B
Jurusan Pendidikan Agama Islam
STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta
2009
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
hanya berkat petunjuk-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang
penulis susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
di Program Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien – Purwakarta.
Dalam makalah ini, penulis berusaha untuk membahas tentang
bagaimana IMTAQ dan IPTEK mempengaruhi alam, sosial, dan budaya, serta
bagaimana Al-Qur’an menanggapinya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah turut mendukung dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segala kritik dan saran akan menjadi begitu berharga demi peningkatan kualitas
keilmuan kita bersama.
Demikian, semoga bermanfaat.
Purwakarta, Januari 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I IMAN DAN TAQWA ............................................................................ 1
A. Iman ................................................................................................... 1
B. Taqwa ................................................................................................. 5
BAB II ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI ............................................ 10
A. ILMU PENGETAHUAN ......................................................................... 10
B. TEKNOLOGI ........................................................................................ 11
BAB III AL-QUR’AN BERBICARA TENTANG IMTAQ DAN IPTEK ...................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 17
1
BAB I
IMAN DAN TAQWA
A. IMAN
Taqwa sering dikaitkan oleh Allah dengan iman. Bahkan taqwa bermula
dari iman. Taqwa tumbuh dari iman. Iman adalah perkara pokok yang perlu
ditanamkan ke dalam hati seseorang terlebih dahulu. Apabila iman yang
ditanamkan itu sudah sejati barulah akan lahir taqwa dalam diri seseorang.
Orang yang beriman belum tentu bertaqwa. Tetapi orang yang bertaqwa sudah
tentu dia beriman. Karena iman itu berperingkat-peringkat. Tidak semua
peringkat iman bisa menghasilkan taqwa.
Peringkat Peringkat Iman, yaitu:
1. Iman taqlid
2. Iman ilmu
3. Iman 'ayyan
4. Iman haq
5. Iman haqiqat
Iman orang yang bertaqlid atau iman ikut-ikutan, imannya tepat yaitu dia
percaya kepada Allah dan Rasul tetapi kepercayaannya tanpa dalil, tanpa
keterangan dan tanpa ilmu pengetahuan. Orang begini tidak kuat dan tidak
teguh imannya. Imannya mudah goyang dan goncang.
Begitu juga iman ahli ilmu. Imannya tepat. Tetapi walaupun keyakinannya
kepada Allah dan Rasul dapat didukung dengan dalil-dalil, keterangan dan hujah-
hujah namun iman peringkat ini baru sekedar sah. Jiwanya belum kuat
sedangkan kekuatan seseorang itu adalah pada jiwanya. Iman seperti ini belum
sanggup melawan syaitan dan hawa nafsu. Karena itu orang yang peringkat
imannya di tahap ilmu akan melanggar perintah Allah dalam sadar. Orang yang
mempunyai iman ilmu hanya pandai berkata-kata karena dia ada ilmu tetapi
tidak dapat mengotakan kata-katanya. Mereka dalam golongan ini akan menjadi
mukmin 'asi (durhaka) atau mukmin yang fasik atau mukmin yang berpura-pura.
2
Orang mukmin seperti ini sebatas bisa mengucap dua kalimah syahadat
dengan lidahnya dan akalnya percaya adanya Allah Taala dengan segala sifat-sifat
yang wajib bagi-Nya. Tetapi dia belum dapat menanam kekuatan iman di dalam
hatinya. Hatinya belum merasakan bahwa Allah senantiasa melihat dan me-
mperhatikan tingkah laku dan gerak-geriknya. Mukmin seperti ini, walaupun
ilmunya tinggi melangit dan di dadanya penuh AI Quran dan Hadis, namun
nafsunya masih besar. Sifat-sifat mazmumah seperti riyak, ujub, hasad, sombong,
pendendam, bakhil, gila pujian, gila pangkat dan lain-lain masih banyak
bersarang di dalam hatinya dan syaitan pula sentiasa menggodanya.
Orang-orang mukmin seperti ini tidak sanggup menghadapi ujian-ujian
hidup sama ada yang berbentuk kesenangan maupun yang berbentuk kesusahan.
Artinya, kalau dia berhadapan dengan kesenangan, dia akan lupa diri dan akan
terus terjebak ke dalam perangkap nafsu dan syaitan. Manakala kalau dia
berhadapan dengan kesusahan pula, dia akan cemas dan akan hilang daya
pertimbangan. Dia akan bertindak di luar kehendak dan batas syariat.
Iman yang sejati itu, dari mana akan lahir taqwa, setidaknya adalah
peringkat iman 'ayyan iaitu iman orang yang cukup yakin dengan Allah dan Rasul,
lengkap dengan pengertian dan kepahamannya serta diikuti dengan tindak-
tanduk dan perbuatan.
Orang yang beriman taqlid perlu meningkatkan imannya ke peringkat
iman ilmu dengan cara belajar dan menambah ilmu. Orang yang beriman ilmu
pula perlu meningkatkan imannya ke peringkat iman 'ayyan dengan cara
mengamalkan ilmu-ilmu yang diketahuinya dengan faham dan khusyuk.
Iman orang yang soleh atau iman ashabul yamin atau iman golongan
abrar iaitu orang yang sentiasa sedar bahwa Allah Taala senantiasa mengawasi
dirinya. Dengan kata-kata lain, orang yang memiliki iman 'ayyan hatinya
senantiasa dapat merasakan kehebatan Allah. Dia ada hubungan hati dengan
Allah. Kalau pun ada lupa dan lalainya kepada Allah, itu terlalu kecil dan sedikit.
Karena itu, orang yang memiliki iman 'ayyan ini adalah orang yang senantiasa
takut kepada Allah dan kuat sekali penyerahan dirinya kepada Allah. Kalau iman
3
ilmu, keyakinan cuma bertempat di fikiran, tetapi iman 'ayyan, keyakinan
bertempat di hati. Ini digambarkan dalam sepotong ayat AI Quran:
Maksudnya: "Mereka yang sentiasa mengingati Allah dalam waktu
berdiri, waktu duduk dan di waktu berbaring dan mereka senantiasa memikir
tentang kejadian langit dan bumi lantas mereka berkata, Wahai Tuhan kami!
Tidak Engkau jadikan semua ini sia-sia:" (Ali Imran: 191)
Iman `ayyan mampu memacu umat ini menjadi umat yang gigih dalam
memikul beban perintah Allah SWT. Iman `ayyan juga merupakan benteng yang
kukuh yang melindungi umat dari terjebak dan terjerumus kepada berbagai
anasir negatif, kemungkaran dan kemaksiatan. Iman `ayyan menjadikan
seseorang itu memiliki kekuatan jiwa, gigih, kuat cita-cita, tahan diuji dan
sanggup berkorban.
Oleh karena orang mukmin yang sejati itu, perasaan bertauhid
menghayati jiwanya, maka dia sentiasa takut dengan Allah malah rasa takutkan
Allah itu bergelora di hatinya. Orang seperti ini sajalah yang bisa tunduk kepada
syariat Allah Taala. Firman Allah SWT:
Maksudnya: "Bahwasanya, orang mukmin yang sebenarnya itu, apabila
disebut saja nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka dan apabila dibacakan
ayat-ayat Allah, bertambahlah mereka beriman dan mereka lalu menyerah diri
kepada Allah." (Al Anfal: 2)
Sikap orang mukmin yang sejati itu, apabila Allah Taala mendatangkan
hukum-hukum dan peraturan hidup, dia tidak akan memilih-milih mana yang
sesuai mengikut kehendak nafsunya dan menolak mana yang bertentangan
dengan kehendak nafsunya.
Orang mukmin yang sejati tidak mempersoalkan dan tidak
mempermasalahkan hukum Allah dan bersikap lurus dalam melaksanakan
hukum Allah atau dalam meninggalkan larangan-Nya walau apa pun yang terjadi.
Dia akan terus melaksanakan perintah Allah tanpa ragu oleh karena jiwa
tauhidnya berakar umbi di dalam hati. Dia patuh dan akan memberikan
perhatian yang sepenuhnya terhadap segala perintah Allah.
4
Firman Allah Taala:
Maksudnya: "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya agar menghukum di antara mereka, mereka
ucapkan, "Kami dengar dan kami patuh" (An Nur: 51)
Berbeda dengan orang yang tidak takut dengan Allah, dia akan memilih-
milih hukum Allah di dalam perlaksanaannya. Dia akan mengamalkan
sesetengahnya dan meninggalkan sesetengahnya pula. Inilah sikap orang yang
bukan mukmin sejati. Dia Allah golongkan ke dalam golongan orangyang sesat
akibat dari sikapnya yang memilih-milih itu. Firman Allah SWT:
Maksudnya: "Tidak dianggap orang mukmin yang sebenar sama ada
lelaki mahupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya mendatangkan sesuatu
perintah, bahawa mereka mahu memilih pada urusan mereka dan siapa yang
derhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka telah sesatlah dia dengan amat
nyata." (Al Ahzab: 36)
Iman yang paling baik ialah iman haq dan iman haqiqat. Ini adalah
merupakan kemuncak iman iaitu iman bagi orang-orang yang hampir dengan
Allah atau apa yang dinamakan sebagai golongan muqarrabin. Ia bukan lagi
sebatas iman sejati tetapi adalah iman yang sebenar dan iman yang sempurna.
Orang yang memiliki iman haq dan iman haqiqat adalah orang yang sangat
bertaqwa dan kuat penyerahan dirinya kepada Allah.
Kebanyakan orang tidak paham apa sebenarnya taqwa Walaupun istilah
taqwa selalu disebut tetapi ilmu tentang taqwa tidak pernah diajar. Jalan untuk
mendapatkan taqwa tidak pernah diberitahu. Syarat-syarat dan rukun-rukun
taqwa juga tidak pernah dinyatakan. Orang sudah lalai dengan perkataan taqwa.
Sebagian orang menganggap perkataan taqwa itu sudah tidak ada arti apa-apa
lagi karena kebanyakan orang tidak paham.
Sebab itu, setiap kali disuruh bertaqwa, orang tidak bertaqwa. Disebut
Ittaqullah, `bertaqwalah kamu kepada Allah’ namun orang tidak bertaqwa juga.
Walhal suruhan supaya bertaqwa itu disebut dalam setiap khutbah sembahyang
Jumaat, karena ia adalah rukun khutbah. Kalau tidak disebut taqwa, tidak sah
5
sembahyang Jumaat walaupun sembahyang khusyuk. Tetap, walaupun selalu
disebut, orang tidak paham. Ia tidak jadi ilmu, ia tidak jadi amalan dan pegangan,
jauh sekali untuk dihayati. Oleh itu macam mana hendak jadi orang yang
bertaqwa.
Taqwa bukan sebatas melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan. Bukan sebatas menunai ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan. Bukan
sebatas membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang. Bukan
juga sebatas meninggalkan apa yang haram dan menunaikan apa yang fardhu.
Bukan sebatas menjauhkan yang syirik dengan beramal dan taat kepada Allah.
Bukan sebatas menjauhkan diri dari segala apa yang akan menjauhkan diri kita
daripada Allah. Bukan sebatas membatasi diri kepada yang halal saja dan bukan
sebatas beramal untuk menjuruskan ketaatan kepada Allah semata-mata.
Inilah kupasan dan kepahaman tentang taqwa yang dibawa oleh para
ustaz, para muallim, orang yang hafaz Quran dan Hadis bahkan juga para mufti
dan kadhi. Taqwa itu sangat dipermudahkan sehingga orang tidak merasakan
bahwa taqwa itu penting dan perlu diperjuangkan demi untuk mendapat ke-
selamatan di dunia dan Akhirat. Maksud taqwa sebenarnya lebih dalam dan lebih
luas dari itu. Taqwa adalah antara perkara yang terpokok dalam agama.
Orang membuat apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang
atau orang menunaikan ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan, tidak
semestinya berasaskan taqwa. Mereka taat mungkin karena ada sebab-sebab
lain. Mungkin ingin upah, ingin dipuji, ingin pengaruh atau untuk mengambil hati
orang. Mereka meninggalkan apa yang dilarang pun mungkin ada sebab-sebab
lain. Mungkin karena ingin dihormati, ingin menjaga nama dan kedudukan, takut
dihukum, takut orang mengatai dan menghina atau takut diasingkan orang.
B. TAQWA
Asas taqwa yang lahir bermula dari aqidah yang betul diikuti dengan
sembahyang, puasa, zakat dan naik haji. Itu adalah asas taqwa. Kalau asas taqwa
ini tidak ada artinya kita tidak ada benih untuk ditanam. Kalau tidak ada benih,
6
masakan akan ada pohonnya. Amalan-amalan yang lain adalah sebagai
tambahan.
Asas taqwa yang batin ialah rasa kehambaan yang sungguh mendalam. Di
antaranya rasa serba-serbi dhaif, lemah, hina, lalai dan lupa di sisi Allah SWT.
Rasa diri benar-benar dimiliki oleh Allah. Rasa diri tidak punya apa-apa.
Diri yang merasa lemah itu sangat merasakan dia beresiko kepada
berbagai kerosakan dan cacat. Tiada daya, tiada upaya dan tidak mampu
berbuat apa-apa. Rasa kehambaan yang mendalam ini menjadikan hati penuh
pasrah, merintih, mengharap dan memohon setiap sesuatu itu hanya dari Allah.
Ciri-Ciri Taqwa, yaitu:
Di antara ciri-ciri taqwa adalah:
1. Ingat Dua Perkara
Pertama: Kebaikan, jasa dan budi orang kepada kita perlu diingat
selalu dan sekiranya berpeluang, maka bagus jika disebut-sebut dan dibalas
walaupun balasan itu tidak setimpal dengan jasa dan budi orang itu kepada
kita. Itu terhadap kebaikan dan jasa manusia.
Lebih-lebih lagilah kita perlu ingat dan mensyukuri segala nikmat dan
limpah kurnia Allah SWT kepada kita yang tidak terhingga banyaknya. Firman
Allah SWT:
Maksudnya: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu