UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.) TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta OLEH : Intansari Setyaningrum K 100020242 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2004 i
106
Embed
UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK … · masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)
TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta
OLEH :
Intansari Setyaningrum K 100020242
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2004
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul :
UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)
TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO O l e h :
Intansari Setyaningrum K100020242
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal : 23 Oktober 2004
Mengetahui,
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Dr. M. Kuswandi, SU, M.Phil., Apt.
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sumantri, M.Sc., Apt dr. E. M. Sutrisna
Penguji :
1. Dr. Sabikis, Apt ____________
2. Triastuti Rahayu, S.Si., M.Si ____________
3. Dr. Sumantri, M.Sc., Apt ____________
4. dr E. M. Sutrisna ____________
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( Q.S. Al-Insyirah )
Cintailah apa yang engkau cintai sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia
akan menjadi sesuatu yang engkau benci, Dan bencilah apa yang engkau benci sekedarnya saja, mungkin suatu hari ia akan menjadi sesuatu yang
paling engkau cintai ( H.R. Bukhari Muslim )
Tuhan mempunyai seribu jalan dimana aku tak bisa melihat satupun, kala semua caraku telah mencapai ujungnya, baru pada saat itulah cara-Nya
dimulai ( Esther Guyet )
Dekat dengan seseorang itu membutuhkan banyak pengertian, waktu dan
rasa percaya ( Erynn Miller )
Kita tak bisa selalu mempunyai kebahagiaan, tetapi kita
Lampiran 12. Perhitungan statistik .......................................................................... 71
xiv
INTISARI
Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan daya anthelmintik ekstrak etanol 70% daun iler terhadap Ascaris suum secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rendaman. Penelitian ini menggunakan 105 ekor cacing Ascaris suum, yang dibagi dalam 7 kelompok pengujian yaitu pengujian terhadap larutan NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif, larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif dan larutan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v. Pengamatan dilakukan tiap 2 jam sampai semua cacing mati. Data jam kematian cacing dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov, data terdistribusi tidak normal, sehingga diuji Kruskall-Wallis, dilanjutkan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%, serta dicari LC50. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun iler 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Pada ekstrak konsentrasi 30% b/v tidak berbeda ( P > 0,05 ) dengan piperazin sitrat 0,4% b/v. Hasil LC50 ekstrak etanol daun iler adalah 23,62% b/v. Untuk analisis kualitatif menggunakan cara uji tabung dan dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun iler mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Kata kunci : Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ), ekstrak etanol
70%, Ascaris suum, KLT
xv
xvi
UJI KROMATOGRAM LAPIS TIPIS DAN DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN ILER (Coleus scutellarioides (L.) Benth.)
TERHADAP Ascaris suum SECARA IN VITRO
Intansari Setyaningrum K 100020242
INTISARI
Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki berbagai macam khasiat obat, salah satunya sebagai obat cacing. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan daya anthelmintik ekstrak etanol 70% daun iler terhadap Ascaris suum secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rendaman. Penelitian ini menggunakan 105 ekor cacing Ascaris suum, yang dibagi dalam 7 kelompok pengujian yaitu pengujian terhadap larutan NaCl 0,9% b/v sebagai kontrol negatif, larutan piperazin sitrat 0,4% b/v sebagai kontrol positif dan larutan ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v. Data jam kematian cacing dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov, data terdistribusi tidak normal, sehingga diuji Kruskall-Wallis, dilanjutkan uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%, serta dicari LC50. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun iler 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50% b/v mempunyai daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Pada ekstrak konsentrasi 30% b/v tidak berbeda ( P > 0,05 ) dengan piperazin sitrat 0,4% b/v. Hasil LC50 ekstrak etanol daun iler adalah 23,62% b/v. Untuk analisis kualitatif menggunakan cara uji tabung dan dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun iler mengandung golongan senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Kata kunci : Daun iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ), ekstrak etanol,
Ascaris suum, KLT Mengetahui,
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Dr. M. Kuswandi, SU, M.Phil., Apt. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sumantri, M.Sc., Apt dr. E. M. Sutrisna
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan bahan-bahan alam dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat
tradisional telah lama dikenal oleh masyarakat untuk pengobatan berbagai macam
penyakit. Namun informasi tentang nama, kandungan dan ramuannya belum
banyak dipublikasikan sehingga pemanfaatan tanaman untuk tujuan pengobatan
baru didasarkan pada pengalaman turun temurun ( Mursito, 2001 ).
Berbagai macam tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggal dapat di
manfaatkan untuk tujuan pengobatan meliputi upaya peningkatan kesehatan
( promotif ), pencegahan ( preventif ) maupun pengobatan berbagai penyakit
( kuratif ) ( Mursito, 2001 ).
Meskipun upaya pembangunan kesehatan, telah ditunjang dengan berbagai
jenis obat farmasetik, namun tidak ada kerugiannya jika obat tradisional yang
telah memberikan manfaat bagi kesehatan itu terus dikembangkan dan selanjutnya
dilestarikan dan dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan ( Anonim, 1993 ).
Penyakit cacingan banyak diderita oleh anak-anak, hal ini disebabkan oleh
cacing yang ada di usus seperti ascaris dan parasit lainnya, sehingga penyerapan
gizi oleh tubuh tidak sempurna, akibatnya proses pertumbuhan dan perkembangan
anak terganggu.
Untuk mencegah hal di atas masyarakat menggunakan obat-obat
anthelmintika. Masyarakat kita sudah banyak mengetahui kecenderungan efek
1
samping yang ditimbulkan oleh obat bahan kimia. Banyak dari mereka mencari
alternatif lain yang lebih aman. Beralihnya perhatian masyarakat ke obat-obat
alamiah tersebut, didasarkan atas kepercayaannya bahwa efek samping obat
alamiah lebih kecil daripada obat kimia murni ( Hargono, 1996 ). Oleh karena itu
perlu dicari alternatif pengobatan dengan harapan hasil yang baik, harga murah
dan mudah cara mendapatkannya. Salah satu alternatif tersebut adalah
penggunaan obat tradisional.
Penggunaan obat tradisional dengan memanfaatkan tanaman di sekitar kita
telah banyak dilakukan, khususnya di sini adalah penggunaan tanaman untuk obat
cacing atau anthelmintika. Akan tetapi penggunaan tanaman tersebut baru
didasarkan pada pengalaman saja dan belum didukung dengan penelitian-
penelitian baik tentang efek farmakologi maupun kandungan kimianya.
Bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional yang
berfungsi untuk pengobatan penyakit cacing yaitu daun iler, cara pemakaiannya
dapat diminum dari seduhan 7 lembar daun iler segar yang sudah dicuci bersih
digiling sampai halus, ditambah setengah gelas air minum, diaduk sampai rata lalu
diperas dan disaring ( Wijayakusuma, dkk, 1995 ).
Iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. ) merupakan tanaman yang
berpotensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki
berbagai macam khasiat. Daunnya berkhasiat sebagai obat wasir, bisul, abses,
borok luka bernanah, terlambat haid, keputihan, kencing manis, sembelit,
cacingan, demam, nifas, radang telinga, gigitan ular dan serangga beracun.
Sedangkan akarnya berkhasiat sebagai obat diare dan mulas ( Dalimartha, 2000 ).
2
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol
daun iler ( Coleus scutellarioides (L) Benth. ) dapat membunuh cacing Ascaris
suum secara in vitro, dan senyawa apa yang terkandung di dalam ekstrak etanol
daun iler.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat luas dan ilmu pengetahuan tentang manfaat dari
daun iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. ) khususnya sebagai anthelmintik
untuk pengobatan tradisional.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol dari daun iler ( Coleus scutellarioides (L.) Benth. )
dapat digunakan sebagai daya anthelmintik terhadap cacing Ascaris suum ?
2. Senyawa apa yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun iler ( Coleus
scutellarioides (L.) Benth. ) ?
C. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Iler
a. Sistematika tanaman
Kedudukan tanaman iler ( Coleus scutellarioides ( L. ) Benth. ) dalam taksonomi
adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
3
Ordo : Solanales
Familia : Labiatae
Genus : Coleus
Species : Coleus scutellarioides (L) Benth.( Backer, 1962 ).
Keterangan : P > 0,05 : Tidak berbeda secara bermakna P < 0,05 : Berbeda secara bermakna
42
Tabel 7 diatas menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan ekstrak etanol daun iler dengan piperazin sitrat 0,4% b/v
sebagai kontrol positif kecuali kelompok ekstrak etanol daun iler dengan
konsentrasi 30% b/v. Ini berarti ekstrak etanol daun iler konsentrasi 30% b/v
mempunyai daya anthelmintik yang hampir sama dengan kontrol positif piperazin
sitrat 0,4% b/v.
3. Perhitungan LC50 ekstrak etanol daun iler
Untuk menentukan harga LC50 ekstrak etanol daun iler digunakan analisis
probit dengan menggunakan data kematian cacing pada jam ke-24, dan jam total
kematian cacing yang paling cepat pada kadar 50% b/v. LC50 ekstrak etanol yang
diperoleh adalah ( 23,62 ± 0,26 )% b/v dengan persamaan regresi y = bx + a.
Nilai LC50 ekstrak etanol daun iler sebesar ( 23,62 ± 0,26 )% b/v memberikan
makna bahwa pada kadar 23,62% b/v akan menyebabkan kematian cacing Ascaris
suum sebesar 50% dari populasinya.
E. Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Daun Iler
Untuk mengetahui dan memisahkan kandungan senyawa yang terdapat
dalam ekstrak etanol daun iler, dilakukan uji identifikasi dengan menggunakan uji
tabung dan uji kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ).
43
1. Uji tabung
Tabel 8. Hasil uji tabung kandungan kimia daun iler
No Nama uji Pereaksi Reaksi positif Hasil pengamatan
Kesimpulan
1. Pendahuluan Air, KOH Ekstrak + air warna kuning – merah + KOH warna lebih intensif
Filtrat berwarna kuning kemerahan
Positif
2. Flavonoid HCl, amil alkohol, logam, Mg
Residu + HCl pekat + Mg + amil alkohol warna merah
Pada penambahan amil alkohol terbentuk warna merah bata
Positif
3. Tanin FeCl3, gelatin
- Residu+FeCl3 warna merah hingga biru
- Residu + gelatin terbentuk endapan
- Pada penambahan FeCl3
terbentuk warna biru
- Pada penambahan gelatin terbentuk endapan
Positif Positif
4. Saponin Air, HCl Ekstrak + air dikocok terbentuk buih ± 3 cm tidak hilang dengan penambahan HCl
Terbentuk buih setinggi ± 3 cm ditambah HCl buih tidak hilang
Positif
a. Uji pendahuluan : Hasil uji pendahuluan yang dilakukan menunjukan
bahwa larutan uji memberikan warna kuning kemerahan dan dengan penambahan
KOH warna yang terbentuk lebih intensif lagi sehinga dapat disimpulkan bahwa
daun iler mengandung senyawa yang memiliki gugus kromofor.
b. Uji flavonoid : pada test wilstater setelah penambahan amil alkohol
terbentuk warna merah bata, sehingga daun iler tersebut mengandung senyawa
flavonoid.
44
c. Uji tanin : Uji tanin didapatkan hasil yang positif yaitu terbentuknya
warna biru setelah penambahan FeCl3 dan terdapat endapan setelah ditambahkan
larutan gelatin, sehingga daun iler tersebut mengandung senyawa tanin.
d. Uji saponin : Uji yang dilakukan untuk menunjukan adanya saponin,
pada uji ini didapatkan hasil yang positif yaitu dengan terbentuknya buih setinggi
± 3 cm dan dengan penambahan HCl buih tidak hilang, jadi dapat disimpulkan
ekstrak etanol daun iler mengandung saponin.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa daun iler ini mengandung senyawa
flavonoid, tanin dan saponin. Untuk memastikan bahwa daun iler mengandung
senyawa flavonoid, tanin dan saponin maka perlu dilakukan uji penegasan atau uji
kualitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.
2. Kromatografi lapis tipis
Untuk mengetahui dan memastikan kandungan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak etanol daun iler dilakukan analisis kualitatif menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) dengan fase diam dan fase gerak yang sesuai,
sehingga dapat memberikan bercak yang dapat dideteksi secara langsung dibawah
sinar ultra violet dan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik. Fase
diam yang digunakan adalah selulosa dan silika gel GF 254 yang sebelum
digunakan terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 1050 C selama 1-2 jam. Tujuan
fase diam dipanaskan terlebih dahulu yaitu untuk menghilangkan molekul-
molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penjerap sehingga fase diam
45
akan menjadi lebih aktif dan berfungsi lebih efektif selama proses elusi (
Sastrohamidjojo, 1991 ).
Analisis kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada penelitian
ini dilakukan terhadap tiga golongan senyawa yaitu flavonoid, tanin, dan saponin.
Pada pustaka menyebutkan bahwa senyawa flavonoid, tanin, dan saponin
merupakan komponen yang terkandung dalam daun iler.
a. Deteksi senyawa flavonoid
Untuk menganalisis senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam
ekstrak etanol daun iler digunakan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (4 : 1 :
5) v/v, fase diam selulosa , bercak dapat dideteksi pada sinar UV 366 nm, dan
dengan deteksi spesifik yaitu uap amonia. Dalam penelitian ini dipilih fase diam
selulosa dan bukan silika-gel dengan pertimbangan, bahwa silika-gel umumnya
mengandung sekelumit senyawa-senyawa logam yang dapat bereaksi dengan
flavonoid membentuk kompleks sehingga akan dapat mengganggu pada
pemisahan.
46
0,5
1
0
B
Gambar 9. Kromatogr Keterangan:
Fase diam : Fase gerak : Jarak pengembangan : Deteksi : A. Sinar UV366 nm B. Uap amonia di UV366 nmWarna : Fb : Fluores
mrh : merah
A
am ekstrak etano
selulosa n-butanol : asam 8 cm
ensi biru
47
l daun iler untuk
asetat : air ( 4 : 1
Skala Rf
uji flavonoid
: 5 ) v/v
kh : kuning kehijauan
Tabel 9. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam
selulosa, fase gerak n-butanol asam asetat : air (4 : 1 : 5) v/v deteksi uap NH3
Deteksi Berca
k Rf HRf
Sinar tampak UV 366 nm Uap amonia Visual
Uap amonia UV 366 nm
1 0,31 31,0 Coklat Fb Kuning Kuning kehijauan
2 0,60 60,0 Biru muda Fb Kuning Kuning kehijauan
3 0,90 90,0 Coklat Merah Kuning Merah
Keterangan :
Fb : Fluoresensi biru
Dari tabel 9 diatas menunjukan hasil deteksi flavonoid terhadap ekstrak
etanol daun iler. Pada pengamatan dibawah sinar UV366 nm terdapat 3 bercak dan
setelah diuapi dengan uap amonia terdapat 2 bercak. Pada bercak yang pertama
berfluoresensi biru pada UV366 nm, setelah diuapi amonia pada sinar UV366 nm
bercak menjadi kuning kehijauan. Pada bercak yang kedua dibawah sinar UV366
nm bercak befluoresensi biru dan setelah diuapi amonia pada UV366 nm bercak
berwarna kuning kehijauan, dan pada bercak ketiga dibawah sinar UV366 nm
bercak berwarna merah dan pada UV366 nm setelah diuapi amonia bercak tetap
berwarna merah. Menurut Markham ( 1988 ), hasil reaksi warna pada bercak
menunjukkan hasil yang mengarah pada struktur flavonoid golongan flavon dan
flavanon yang tak mengandung 5-OH dimana pada sinar UV tanpa NH3 bercak
berfluoresensi biru dan setelah diuapi NH3 terjadi perubahan warna pada bercak
48
menjadi kuning kehijauan. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa ekstrak etanol
daun iler mengandung senyawa flavonoid yang termasuk golongan flavon dan
flavanon yang tak mengandung 5-OH.
b. Deteksi senyawa saponin
Untuk menganalisis senyawa saponin yang terkandung dalam ekstrak
etanol daun iler digunakan fase gerak kloroform : metanol : air (7 ; 3 1) v/v
dengan fase diam silika gel GF 254 nm, bercak dapat dideteksi pada sinar UV 254
dan 366 nm dan deteksi spesifik yaitu dengan pereaksi semprot vanilin asam
sulfat. 1
0,5
0
B C
Gambar 1
Keterangan
Fase diam Fase gerak
A
0. Kromatog
:
: s : k
ram ekstrak etan
ilika gel GF 254loroform : meta
49
ol daun iler un
nm nol : air ( 7 : 3
Skala Rf
tuk uji saponin
: 1 ) v/v
Jarak pengembangan : 8 cm Deteksi : A. Sinar UV254 nm B. Sinar UV366 nm C. Pereaksi semprot vanilin asam sulfat Warna : Pf : pemadaman fluoresensi Fb : fluoresensi biru Ckt : coklat Tabel 10. Hasil kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika
gel GF 254 nm, fase gerak kloroform : metanol : air (7 : 3 : 1)v/v dan deteksi semprot vanilin asam sulfat
Dari tabel 10 diatas menunjukan hasil deteksi saponin terhadap ekstrak
etanol daun iler. Pada pengamatan dibawah sinar UV254 nm terdapat 2 bercak,
dibawah sinar UV366 nm terdapat 1 bercak dengan pereaksi semprot vanilin asam
sulfat terdapat 2 bercak. Analisis senyawa saponin menggunakan fase gerak
kloroform : metanol : air ( 7 : 3 : 1 ) v/v, pada bercak yang pertama sebelum
disemprot, dideteksi dengan sinar UV254 nm terjadi pemadaman fluoresensi dan
pada sinar UV366 nm tidak terdapat bercak dan setelah disemprot dengan pereaksi
semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak coklat yang dilihat secara visual.
Sedangkan pada bercak yang kedua, dibawah sinar UV254 nm terdapat bercak
coklat, pada sinar UV366 nm bercak berfluoresensi biru dan setelah disemprot
dengan pereaksi semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak berwarna coklat.
50
Menurut Wagner ( 1984 ), senyawa saponin jika disemprot dengan pereaksi
semprot vanilin asam sulfat memberikan bercak biru, biru violet, merah, kuning
sampai coklat dilihat secara visual. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol
daun iler mengandung senyawa saponin.
c. Deteksi senyawa tanin
Analisis selanjutnya yaitu senyawa tanin dengan menggunakan fase gerak
etil asetat : metanol : air (10 : 1,35 : 1) v/v dan bercak dapat dideteksi dengan
menggunakan sinar UV 254 dan 366 nm dan deteksi spesifik yaitu FeCl3.
0,5
0
B C
Gambar 11. Keterangan
Fase diam Fase gerak Jarak pengeDeteksi :
A
Kromatogram ekstrak etanol daun iler untuk u
:
: Silika gel GF 254 nm : etil asetat : metanol : air ( 10 : 1mbangan : 8 cm
51
Skala Rf 1
ji tanin
,35 : 1 ) v/v
A. Sinar UV254 nm B. Sinar UV366 nm C. Pereaksi semprot FeCl3 Pada sinar tampak Warna : Pf : pemadaman fluoresensi Fb : fluoresensi biru Bk : biru kehitaman Tabel 11. Kromatogram ekstrak etanol daun iler dengan fase diam silika gel
GF 254 nm, fase gerak etil asetat : metanol : air ( 10: 1,35 : 1 ) v/v, dan deteksi semprot FeCl3.
225, Lea and Febinger, Philadelpia. Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 65-67, Trubus
Agriwidya, Jakarta. Farnsworth, N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screenning of Plants, Vol.
55, Pharm. Sci. J., 3 – 70. Harborne, J.B, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
tumbuhan, Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Edisi II, 6 – 8, 25 – 64, 70 – 72, Penerbit ITB, Bandung.
Hargono, D., 1996, Efek Samping Obat Dari Bahan Alam Lebih Kecil daripada
Efek Samping Obat Kimia Murni, Cermin Dunia Farmasi, 28, 9-10. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Diterjemahkan oleh
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Jakarta, 1699 – 1700, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3, 764-765,
Diterjemahkan Oleh Petrus Andrianto E G C, jakarta.
Kaufmann, J., 1996, Parasitic Infections of Dosmetic Animals, 301, Chorine-Free
Pulp, Switzerland. Lamson dan Brown, 1935, Methode Of testing The Antelmintic Properties of
Ascaris, America Jurnal, Hyg. Macek, K., 1972, Pharmaceutical Aplications of Thin Layer and Paper
Chromatography, 32-36, Elsevier Publisher Company, New York. Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, 15 – 21, Penerbit ITB, Bandung. Mursito, B., 2001, Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak, 19-20, Penebar
Swadaya, Jakarta. Pedrosa, C., 1978, Phytochemical Microbiological and Pharmacological Screning
of Medical Plants, Research Center University of Santo Thomas, Philipines : UST.
Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, 35-36, Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta. Soulsby, E.J.L., 1982, Helmints Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals, 7 Editian, 141-143, The English Language Book Society and Bailliere, London.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Edisi
Terjemahan (Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Iwang Soedira), 3 – 18, Penerbit ITB, Bandung.
Sukarban, S., dan Santoso, S.O., 1995, Anthelmintik, dalam Ganiswarna, S.,
Setiabudy, R., Suyatna, F., Purwantyastuti dan Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 523-530, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I,
368 – 369, Depkes RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 1991, Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek – efek Samping, Edisi IV, 213, Dirjen POM, Depkes RI, Jakarta. Tyler, V.E, Brady, L. R., and Robbers. J. E., 1988, Pharmacognosy, nine edition,
78, 103, Lea and Febinger, Philadelphia.
Van Steenis, C.G.G.J., 1997, Flora Untuk Sekolah di Indonesia , 43-62, 244, Jakarta.
Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Tecnhologi Farmasi, 558 – 560, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Wagner, H., Bladt, S.and Zgainski, E.M., 1984, Plant Drug Analysis, A Thin
Hasil perhitungan rendemen ekstrak etanol daun iler di atas ada tiga data
yang menyimpang yaitu 19,60% b/b, 19,80% b/b, 22,80% b/b, jika dibandingkan
dengan data yang lain, maka ketiga data yang menyimpang diatas patut dicurigai,
data ini akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan standar deviasi sebagai
berikut:
58
SD = ( )1-nx -x Σ
Dimana:
x = Prosentase bobot kering
N = Banyaknya perlakuan
D = Deviasi simpangan
SD = Standart deviasi
Kriteria penolakan standart deviasi adalah x – x > 2 SD. Dimana x
adalah data yang dicurigai (menyimpang ).
Prosentase ( % b/b ) x D x-x D2
21,50
21,20
21,40
21,10
21,20
21,30
21,40
21,40
21,60
21,34
0,16
0,14
0,06
0,24
0,14
0,04
0,06
0,06
0,26
0,0256
0,0196
0,0036
0,0576
0,0196
0,0016
0,0036
0,0036
0,0676
∑ = 0,2024
SD = 9
2024,0 = 0,150
2 SD = 0,30 dan x = 19,60
Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:
( x – x ) = 19,60 – 21,34 = 1,74, karena 1,74 > 2 SD maka data tidak
diterima.
2 SD = 0,30 dan x = 19,80
59
Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:
( x – x ) = 19,80 – 21,34 = 1,54, karena 1,54 > 2 SD maka data tidak
diterima.
2 SD = 0,30 dan x = 22,80
Kriteria penolakan standard deviasi adalah sebagai berikut:
( x – x ) = 22,80 – 21,34 = 1,46, karena 1,46 > 2 SD maka data tidak
diterima.
Prosentase rendemen ekstrak etanol daun iler yang didapat adalah 21,34%
60
Lampiran 7. Penimbangan ekstrak etanol daun iler dalam pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol
1. Konsentrasi 10% b/v = 10010 x 25 = 2,5 g
2. Konsentrasi 20% b/v = 10020 x 25 = 5 g
3. Konsentrasi 30% b/v = 10030 x 25 = 7,5 g
4. Konsentrasi 40% b/v = 10040 x 25 = 10 g
5. Konsentrasi 50% b/v = 10050 x 25 = 12,5 g
61
Lampiran 8. Data jam kematian cacing hasil uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v, dan NaCl 0,9% b/v.
Jam kematian cacing
Ekstrak etanol daun iler
Replikasi
10% b/v 20% b/v 30% b/v 40% b/v 50% b/v
Piperazin sitrat 0,4%
b/v ( + )
NaCl 0,9%
b/v ( - ) 1 28 22 16 12 10 18 62
2 30 22 18 12 10 18 62
3 30 24 18 14 12 20 62
4 32 24 20 14 12 20 64
5 32 26 20 16 14 22 66
6 34 26 22 16 16 22 68
7 34 28 22 18 16 22 70
8 34 30 22 18 18 24 72
9 34 30 24 18 18 24 72
10 36 30 24 18 18 26 74
11 36 30 24 22 20 26 74
12 38 30 26 22 22 26 76
13 38 32 26 22 22 28 76
14 38 32 28 24 22 28 80
15 40 32 28 26 24 28 80
62
Lampiran 9. Perhitungan LC50 Uji daya anthelmintik
LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -9,795 B = 10,75 R = 0,9677 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 10,75 X - 9,795 5,0 = 10,75 X - 9,795 X = 14,795 / 10,75 X = 1,37
LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -5,4586 B = 7,5270 R = 0,8786 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 7,5270 X - 5,4586 5,0 = 7,5270 X - 5,4586 X = 10,4586 / 7,5270 X = 1,38
Lampiran 9. Lanjutan LR Log Konsentrasi Vs Angka Probit A = -9,795 B = 10,75 R = 0,9677 Perhitungan LC50 uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun iler pada t24 Persamaan kurva baku : Y = BX + A X = log konsentrasi Y = angka probit LC50 = Prosentase kematian ( 50% ) → angka probit = 5,0 Y = 10,75 X - 9,7950 5,0 = 10,75 X - 9,7950 X = 14,7950 / 10,75 X = 1,37
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 21,50 322,5015 9,50 142,5030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 20% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
22,500142,500
-3,773,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 22,93 344,0015 8,07 121,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 30% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1,000121,000
-4,641,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
69
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 23,00 345,0015 8,00 120,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 40% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,684,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 23,00 345,0015 8,00 120,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vEkstrak 50% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,681,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
70
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 22,90 343,50
15 8,10 121,50
30
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 10% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
1,500121,500
-4,624,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 20,67 310,0015 10,33 155,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 30% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
35,000155,000
-3,244,001
,001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
71
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 22,27 334,0015 8,73 131,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 40% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
11,000131,000
-4,241,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 22,60 339,0015 8,40 126,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vEkstrak 50% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
6,000126,000
-4,445,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
72
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 20,10 301,50
15 10,90 163,50
30
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
43,500163,500
-2,890,004
,003a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 8,00 120,0015 23,00 345,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 20% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,685,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
73
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 19,67 295,0015 11,33 170,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vEkstrak 40% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
50,000170,000
-2,619,009
,009a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 20,33 305,0015 10,67 160,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vEkstrak 50% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
40,000160,000
-3,033,002
,002a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
74
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 14,43 216,50
15 16,57 248,50
30
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
96,500216,500
-,672,501
,512a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 8,00 120,0015 23,00 345,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 30% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,677,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
75
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 16,53 248,0015 14,47 217,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vEkstrak 50% b/vTotal
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
97,000217,000
-,651,515
,539a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 10,60 159,00
15 20,40 306,00
30
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
39,000159,000
-3,080,002
,002a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
76
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 8,00 120,0015 23,00 345,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 40% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,679,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 10,03 150,50
15 20,97 314,50
30
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 50% b/vPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
30,500150,500
-3,430,001
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
77
Lampiran 12. Lanjutan NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 8,00 120,0015 23,00 345,0030
Ekstrak etanol daun ilerEkstrak 50% b/vNaCl 0,9% b/v (-)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
,000120,000
-4,676,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
15 8,00 120,00
15 23,00 345,0030
Ekstrak etanol daun ilerPiperazin sitrat 0,4% b/v(+)NaCl 0,9% b/v (-)Total
Jam kematian cacingN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics b
,000120,000
-4,678,000
,000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Jam kematiancacing
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Ekstrak etanol daun ilerb.
78
Lampiran 12. Lanjutan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Keterangan D hitung > D tabel atau p < 0,05 berarti Ho ditolak, artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang berdistribusi tidak normal, sedang jika D hitung < D tabel atau p > 0,05 berarti Ho diterima, artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Jika normal dilanjutkan ke uji one way anova, sedang jika tidak normal dilajutkan ke uji Kruskal Wallis Test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dosis. Kruskal-Wallis Test p hitung = 0,000 p < 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata di antara keenam sampel yang diuji. p > 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan rata-rata di antara keenam sampel yang diuji Mann-Whitney Test Jika sig./taraf nyata (p < 0,05) Ho diterima, artinya di antara 2 formula berbeda nyata. Jika sig./taraf nyata (p > 0,05) Ho ditolak, artinya tidak ada perbedaan nyata di antara 2 formula.
79
80
81
82
83
Lampiran 8. Hasil uji efek anthelmintik ekstrak etanol daun iler dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, piperazin sitrat 0,4% b/v dan NaCl 0,9% b/v.