Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER KITOSAN TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Eko Kusumawati 1) , Supomo 2) dan Libiyah 2) 1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda 2) Akademi Farmasi Samarinda ABSTRACT This study aimed to compare the effevtiveness of antibacterialgel hand sanitizer of chitosan shrimp shells ini suppressing the growth of bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Antibacterial effectiveness was analyzed using a diffusion method.Data were analyzed statistically using One Way ANOVA. The results showed that hand sanitizer with chitosan concentration of 1% had a greater inhibitory against Staphylococcus aureus that is 2,49 mm and against Escherichia coli that is 0,705 mm, while the results of positive control (Dettol) of inhibition greater than formula 1,which is 6,31 mm for Staphylococcus aureus and 4,75 mm for Escherichia coli. The resulting inhibition of hand sanitizer formula shrimp shell chitosan weak category. Basedonthe results of this study concluded that chitosan concentration of 1% which is formulated in the form of hand sanitizer gel had weakinhibition against bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Keywords: antibacteri, chitosan, gel, hand sanitizer PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan menggunakan gel antiseptik tangan (hand sanitizer). Sebagai alternatif praktis menggantikan sabun dan air untuk mencuci tangan, gel antiseptik tangan diformulasikan sebagai pembersih tangan yang mudah dibawa serta dapat diperoleh dengan mudah. Dewasa ini penggunaan gel antiseptik tangan mendapat respon positif dari masyarakat, namun kebanyakan produk gel antiseptik tangan di pasaran berbahan dasar alkohol yang memiliki kekurangan dapat mengiritasi kulit dan membuat kulit kering bila digunakan berulang- ulang. Sebagai salah satu alternatif, kulit udang yang mengandung kitosan dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dalam sediaan hand sanitizer. Nurainy et al. (2008) menyatakan bahwa terdapat aktivitas penghambatan kitosan dari kulit udang sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan diameter penghambatan tertinggi pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,2% sebesar 20,27 mm/mg kitosan dan terendah dengan konsentrasi 0,8% sebesar 6,82 mm/mg kitosan, sementara untuk aktivitas penghambatan antibakteri Escherichia coli dengan diameter penghambatan tertinggi pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,2% sebesar 31,53 mm/mg kitosan dan terendah pada penambahan kitosan dengan konsentrasi 0,8% sebesar 14,22 mm/mg kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas antibakteri gel hand sanitizer berbahan dasar kitosan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
44
Embed
UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER …polihasnur.ac.id/assets/jurnal/Vol__02_No_1_April_2016.pdfJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1
UJI DAYA ANTIBAKTERI PADA SEDIAAN HAND SANITIZER KITOSAN
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
DAN Escherichia coli
Eko Kusumawati1)
, Supomo2)
dan Libiyah2)
1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Samarinda
2) Akademi Farmasi Samarinda
ABSTRACT
This study aimed to compare the effevtiveness of antibacterialgel hand sanitizer of
chitosan shrimp shells ini suppressing the growth of bacteria Staphylococcus aureus
and Escherichia coli. Antibacterial effectiveness was analyzed using a diffusion
method.Data were analyzed statistically using One Way ANOVA. The results showed
that hand sanitizer with chitosan concentration of 1% had a greater inhibitory against
Staphylococcus aureus that is 2,49 mm and against Escherichia coli that is 0,705 mm,
while the results of positive control (Dettol) of inhibition greater than formula 1,which
is 6,31 mm for Staphylococcus aureus and 4,75 mm for Escherichia coli. The resulting
inhibition of hand sanitizer formula shrimp shell chitosan weak category. Basedonthe
results of this study concluded that chitosan concentration of 1% which is formulated in
the form of hand sanitizer gel had weakinhibition against bacteria Staphylococcus
aureus and Escherichia coli.
Keywords: antibacteri, chitosan, gel, hand sanitizer
PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga kebersihan
tangan adalah dengan menggunakan gel
antiseptik tangan (hand sanitizer).
Sebagai alternatif praktis menggantikan
sabun dan air untuk mencuci tangan, gel
antiseptik tangan diformulasikan
sebagai pembersih tangan yang mudah
dibawa serta dapat diperoleh dengan
mudah. Dewasa ini penggunaan gel
antiseptik tangan mendapat respon
positif dari masyarakat, namun
kebanyakan produk gel antiseptik
tangan di pasaran berbahan dasar
alkohol yang memiliki kekurangan
dapat mengiritasi kulit dan membuat
kulit kering bila digunakan berulang-
ulang. Sebagai salah satu alternatif,
kulit udang yang mengandung kitosan
dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri
dalam sediaan hand sanitizer.
Nurainy et al. (2008) menyatakan
bahwa terdapat aktivitas penghambatan
kitosan dari kulit udang sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dengan diameter penghambatan
tertinggi pada penambahan kitosan
dengan konsentrasi 0,2% sebesar 20,27
mm/mg kitosan dan terendah dengan
konsentrasi 0,8% sebesar 6,82 mm/mg
kitosan, sementara untuk aktivitas
penghambatan antibakteri Escherichia
coli dengan diameter penghambatan
tertinggi pada penambahan kitosan
dengan konsentrasi 0,2% sebesar 31,53
mm/mg kitosan dan terendah pada
penambahan kitosan dengan konsentrasi
0,8% sebesar 14,22 mm/mg kitosan.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbandingan
efektivitas antibakteri gel hand
sanitizer berbahan dasar kitosan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 2
Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.
METODE PENELITIAN
Persiapan Sampel dan Perlakuan
Sampel kitosan yang akan
digunakan sebagai sediaan gel
antiseptik tangan diperoleh dari CV.
M&H Farm, selanjutnya diberi
perlakuan sebagai berikut :
P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap
bakteri Staphylococcus aureus
P2 = Formula 1 (Kitosan 1%)
terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO
1%) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap
bakteri Escherichia coli
P5 = Formula 1 (Kitosan 1%)
terhadap bakteri Escherichia coli
P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO
1%) terhadap bakteri
Escherichia coli
Pembuatan Media 1. Media Agar Miring
Bubuk NA merk Oxoid ditimbang
sebanyak 2,8 gram, dimasukkan ke
dalam labu erlenmayer ditambahkan
aquadest 100 ml. Kemudian
diletakkan diatas hotplate dan
diaduk menggunakan magnetic
stirrer sampai mendidih. Sebanyak
5 ml dituangkan masing-masing
pada 5 tabung reaksi steril dan
ditutup dengan aluminium foil.
Media tersebut disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit, kemudian dibiarkan pada
suhu ruangan selama 1 malam
sampai media memadat pada
kemiringan 45o. Media agar miring
digunakan untuk peremajaan
bakteri.
2. Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Bubuk MHA ditimbang sebanyak
38 gram, dimasukkan ke dalam labu
erlenmayer ditambahkan aquadest
1000 ml. Kemudian diletakan diatas
hotplate dan diaduk menggunakan
magnetic stirrer. Setelah mendidih,
ditutup dengan kapas lalu dilapisi
dengan aluminium foil. Selanjutnya
disterilkan dalam autoklaf dengan
tekanan 2 atm pada suhu 121°C
selama 15 menit.
3. NaCl 0,9%
Sebanyak NaCl 0,9 gram ditimbang,
kemudian dimasukkan ke dalam
beaker glass ditambahkan dengan
aquadest sampai 100 ml, diaduk
hingga homogen. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam 5 tabung
reaksi masing-masing berisi 9 ml.
4. Inokulasi Bakteri pada Media Agar
Miring
Bakteri uji diambil dengan jarum
ose steril, lalu ditanamkan pada
media agar miring dengan cara
menggores. Selanjutnya diinkubasi
pada suhu 37oC selama 48 jam.
5. Pembuatan Standar Kekeruhan
Larutan (Larutan Mc.Farland)
Larutan H2SO40,36 N sebanyak 99,5
ml dicampurkan dengan larutan
BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5
ml dalam erlenmeyer. Kemudian
dikocok sampai terbentuk larutan
yang keruh. Kekeruhan ini dipakai
sebagai standar kekeruhan suspensi
bakteri uji.
6. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diinokulasi
diambil dengan kawat ose steril lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml larutan NaCl 0,9%
kemudian divortex hingga diperoleh
kekeruhan yang sama dengan
standar kekeruhan larutan Mc.
Farland. Perlakuan yang sama
dilakukan pada setiap jenis bakteri
uji.
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 3
Aktivitas Antibakteri
Media MHA dituang ke dalam 5
cawan petri masing-masing sebanyak 15
ml, dibiarkan hingga memadat. Tabung
yang telah berisi suspensi bakteri uji
diambil dan disterilkan pinggiran
tabung reaksi di atas lampu bunsen.
Setelah itu lidi kapas dicelupkan ke
dalam tabung reaksi. Pinggiran cawan
petri difiksasi di atas lampu bunsen.
Lidi kapas tadi diswab ke dalam cawan
petri hingga merata. Kemudian
pinggiran cawan petri yang berisi kertas
cakram difiksasi di atas lampu bunsen.
Lalu dicelupkan pinset ke dalam
alkohol 70%, setelah itu difiksasi di atas
lampu bunsen kemudian diangin-
anginkan. Kertas cakram diambil
dengan pinset, lalu dicelupkan ke dalam
gel hand sanitizer kitosan setelah itu
ditanamkan kertas cakram ke dalam
cawan petri dan dianggap sebagai
ulangan pertama. Pengulangan ini
dilakukan hingga 3 kali. Setelah selesai
diberi label, lalu diinkubasi secara
terbalik selama 24 jam dengan suhu
37oC.
Analisis Data
Data hasil penelitian berupa data
kuantitatif. Data kuantitatif berupa daya
antibakteri yang terbentuk pada uji
aktivitas anti bakteri. Data kuantitatif
diuji dengan menggunakan metode
ANOVA (jika data yang diperoleh
berdistribusi normal) atau uji Friedman
(jika data tidak berdistribusi normal).
Sebelum diuji dengan menggunakan
metode One Way ANOVA, terlebih
dahulu dilakukan uji Shapiro-Wilkuntuk
menentukan apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Selanjutnya,
dilakukan uji lanjutan yaitu dengan uji
Duncan untuk mengetahui perbedaan
secara nyata pada perbedaan perlakuan
dan hasil yang diperoleh. Data diolah
dengan menggunakan program
Microsoft Excel2010dan SPSS20.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan uji
antibakteri terhadap formula gel hand
sanitizer kitosan dengan konsentrasi 1%
dengan metode Kirby Bauer (kertas
cakram). Sebagai pembanding
digunakan kontrol positif (Dettol) dan
kontrol negatif (larutan DMSO 1%).
Hasil penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Aktivitas antibakteri gel pembersih tangan berbahan dasar kitosan terhadap
bakteriStaphylococcus aureusdan Escherichia coli
Perlakuan Rata-rata zona hambat (mm) Kriteria zona hambat (mm)
P1 4,75 < 5 (Lemah)
P2 4,57 < 5 (Lemah)
P3 0,00 Tidak ada
P4 6,31 5-10 (Sedang)
P5 2,49 < 5 (Lemah)
P6 0,00 Tidak ada Keterangan:
P1 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P2 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P3 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
P4 = Kontrol (+) Dettol terhadap bakteri Escherichia coli
P5 = Formula 1 (Kitosan 1%) terhadap bakteri Escherichia coli
P6 = Kontrol negatif (Larutan DMSO 1%) terhadap bakteri Escherichia coli
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 4
Dari data yang diperoleh seperti
pada Tabel 1 diketahui bahwa formula
hand sanitizer memiliki daya hambat
kategori lemah baik terhadap bakteri
Staphylococcus aureus maupun
Escherichia coli. Hasil daya hambat
tersebut lebih kecil bila dibandingkan
dengan kontrol positif (Dettol). Pada
kontrol negatif (Lautan DMSO 1%)
tidak ada daya hambat yang dihasilkan.
Pada penelitian ini digunakan
metode cakram kertas. Metode ini
digunakan karena memliki kelebihan;
mudah dilakukan, tidak memerlukan
peralatan khusus dan relatif murah.
Sedangkan kelemahannya adalah
ukuran zona bening yang terbentuk
tergantung oleh kondisi inkubasi,
inokulum, predifusi dan preinkubasi
serta ketebalan medium. Apabila
keempat faktor tersebut tidak sesuai
maka hasil dari metode cakram kertas
relatif sulit untuk ditentukan. Selain itu,
metode cakram kertas ini tidak dapat
diaplikasikan pada mikroorganisme
yang pertumbuhannya lambat dan
mikroorganisme yang bersifat anaerob
obligat (Jawetz et al., 2005).
Bahan aktif yang digunakan
dalam formula gel hand sanitizer ini
adalah kitosan. Kitosan yang
merupakan polimer kationik yang
bersifat nontoksik, dapat mengalami
biodegradasi dan bersifat
biokompatibel. Kitosan merupakan
senyawa polikationik alam yang unik
memiliki aktivitas antibakteri (Liu et
al., 2006). Berdasarkan sifat antibakteri
kitosan dari penelitian sebelumnya
maka digunakan konsentrasi 1% pada
setiap formula. Sebagai kontrol positif
digunakan Dettol dan kontrol negatif
digunakan larutan DMSO 1%.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada formula hand sanitizer
dengan konsentrasi kitosan 1%
memiliki daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu sebesar
2,49 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
daya hambat hand sanitizer kitosan
pada bakteri Staphylococcus aureus
lemah. Darmanto et al. (2010)
menyatakan bahwa mekanisme aktivitas
antimikroba dari kitosan terhadap
Staphylococcus aureus yaitu kitosan
akan membentuk membran polimer
pada permukaan sel Staphylococcus
aureus sehingga akan menghambat
nutrisi masuk kedalam sel. Hal ini
disebabkan oleh adanya gugus amina
pada kitosan yang mempunyai muatan
kationik yang dapat mengikat sumber
makan bagi bakteri tersebut seperti
alginat, pektin, protein, dan
polielektrolit anorganik seperti
polifosfat. Aktivitas antibakteri kitosan
terhadap Staphylococcus aureus
meningkat dengan peningkatan berat
molekul kitosan. Selain itu, aktivitas
antibakteri kitosan dipengaruhi oleh
derajat deasetilasi, konsentrasi dalam
larutan, dan pH media. Pada penelitian
ini data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji One Way ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95% sehingga
dapat diketahui bahwa hand sanitizer
kitosan 1% tidak menunjukkan daya
hambat yang signifikan pada bakteri
Staphylococcus aureus. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena kurang
homogennya kitosan dengan basis gel
sehingga efektivitasnya pun ikut
berkurang.
Staphylococcus aureus
merupakan jenis bakteri Gram positif.
Menurut Pelczar dan Chan (1998),
struktur dinding bakteri Gram positif
relatif sederhana sehingga memudahkan
senyawa antibakteri menemukan
sasaran untuk bekerja. Kitosan dapat
berikatan dengan lipid yang ada pada
permukaan dinding sel bakteri. Menurut
Yusman (2006), bakteri Gram positif
memiliki kandungan peptidoglikan yang
tinggi dibandingkan dengan bakteri
Gram negatif. Kandungan
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 5
peptidoglikan yang tinggi akan
mengakibatkan tingginya kandungan
lipid. Menurut Widodo et al. (2006),
kitosan bersifat polikationik dapat
mengikat lipid dan logam berat.
Rusaknya lipid pada dinding sel bakteri
akan mengakibatkan rusaknya
pertahanan sel. Bakteri Gram positif
memiliki asam teikoat, polimer yang
bersifat asam yang mengandung ribitol,
fosfat, atau gliserol fosfat. Menurut
Yusman (2006), asam teikoat yang
bersifat asam dan mengandung ulangan
rantai gliserol fosfat dan ribotol fosfat
pada bakteri Gram positif menyebabkan
bakteri Gram positif bermuatan negatif.
Muatan negatif pada dinding sel bakteri
akan berikatan dengan muatan positif
dari kitosan membentuk senyawa yang
tidak bermuatan. Selain asam teikoat
akan berikatan dengan kitosan yang
bersifat basa.
Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa pada formula hand
sanitizer dengan konsentrasi kitosan 1%
memiliki daya hambat yang lemah pada
bakteri Escherichia coli yaitu sebesar
4,57 mm. Kemungkinan besar sasaran
agen antibakteri kitosan adalah dinding
sel, membran sitoplasma dan
mengganggu sintesis DNA sel bakteri.
Bahan antibakteri khususnya dengan
gugus ammonium kuaterner berinteraksi
dengan dinding sel yang mengandung
protein, lipopolisakarida atau
peptidoglikan, serta asam teikoat yang
mengandung alkohol dan fosfat.
Escherichia coli merupakan bakteri.
Gram negatif yang memiliki dinding sel
yang tersusun dari peptidoglikan yang
merupakan lipopolisakarida dan asam
teikoat yang terdiri dari alkohol dan
fosfat. Membran sitoplasma
mengandung protein dan phospolipida.
Adanya phospat, protein, alkohol, asam
teikoat dan phospolipid menyebabkan
bakteri memiliki gugus hidrofilik yang
cenderung bermuatan negatif dan lebih
polar, walaupun di sisi lain memiliki
gugus hidrofobik. Gugus hidrofilik yang
cenderung bermuatan negatif ini
kemudian berinteraksi dengan kitosan.
Maka dengan adanya kitosan maka
dapat mengganggu metabolisme bakteri
dengan melapisi permukaan sel bakteri,
mencegah masuknya nutrien ke dalam
sel, berikatan dengan DNA kemudian
menghambat RNA dan sintesis protein.
Menurut Helander et al. (2001)
mekanisme aktivitas antibakteri kitosan
bisa dijelaskan sebagai berikut muatan
positif NH3+
glukosamin kitosan
berinteraksi dengan muatan negatif
(lipopolisakarida, protein) membran sel
mikroba sehingga menyebabkan
kerusakan membran luar sel dan
keluarnya konstituen intraselullar
bakteri.
Hasil daya hambat terhadap
bakteri pada formula hand sanitizer
dengan konsentrasi kitosan 1%
menunjukkan bahwa daya hambat dari
hand sanitizer tersebut tergolong lemah
baik terhadap bakteri Staphylococcus
aureus maupun Escherichia coli yaitu
sebesar 2,49 mm dan 4,57 mm. Hal ini
dikarenakan hand sanitizer tersebut
kental, sehingga mempengaruhi pada
saat perendaman kertas cakram. Akibat
zat aktif kitosan tidak terserap sempurna
pada saat perendaman sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran daya
hambat yang diperoleh. Hasil ini juga
dimungkinkan dapat dipengaruhi oleh
ketidakcocokkan metode yang dipilih
dan digunakan sehingga hasil yang
diperoleh tidak maksimal. Metode ini
dipengaruhi banyak faktor di samping
interaksi antara obat dan bakteri
(misalnya sifat perbenihan, daya difusi,
ukuran molekul dan stabilitas obat).
Kelemahan metode difusi adalah
metode ini tidak dapat menentukan
apakah suatu obat bersifat bakterisid
dan bakteriostatik (Jawetz et al., 1996).
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 6
Daya hambat yang dihasilkan dari
formula hand sanitizer menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap
bakteri Staphylococcus aureus bila
dibandingkan dengan kontrol positif
(Dettol) begitu pula terhadap kontrol
negatif (Larutan DMSO 1%). Hasil
tersebut berbeda dengan daya hambat
hand sanitizer terhadap bakteri
Escherichia coli. Daya hambat yang
dihasilkan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dengan kontrol positif
namun memilki perbedaan yang
signifikan dengan kontrol negatif. Hal
ini sesuai hasil uji One WayANOVA
dengan nilai p > 0,05.
DMSO 1% sebagai kontrol
negatif tidak menunjukkan adanya zona
hambat pada bakteri Gram positif
Staphylococcus aureus dan bakteri
Gram negatif Escherichia coli. Hal ini
mengindikasikan bahwa kontrol yang
digunakan tidak berpengaruh pada uji
antibakteri. Sedangkan Dettol sebagai
kontrol positif berpengaruh pada bakteri
Gram positif Staphylococcus aureus dan
bakteri Gram negatif Escherichia coli.
Dettol sebagai kontrol positif
dengan zat aktif alkohol 60% berfungsi
sebagai antiseptik. Mekanisme kerjanya
mengganggu membran sel bakteri yang
akan menurunkan kemampuan
membran sel untuk memproduksi ATP
sebagai sumber energi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa daya hambat
Dettol terhadap bakteri Staphylococcus
aureus sebesar 6,31 mm dan
Escherichia coli sebesar 4,75 mm. Hal
ini berarti Escherichia coli lebih
resisten terhadap zat aktif Dettol, yang
ditunjukkan dengan daya hambat yang
lebih kecil.
Terbentuknya zona hambat,
membuktikan bahwa kandungan
senyawa dalam larutan kitosan mampu
berfungsi sebagai zat penghambat
pertumbuhan. Hal ini didukung karena
kitosan mengandung gugus amino bebas
yang bermuatan positif sehingga dapat
berikatan dengan senyawa lain yang
mempunyai muatan negatif. Sebagai
kation, kitosan mempunyai potensi
untuk mengikat banyak komponen,
seperti protein, pektin, alginat, dan
polielektrolit anorganik. Muatan positif
dari gugus NH3+
pada kitosan dapat
berinteraksi dengan muatan negatif pada
permukaan sel bakteri, yaitu asam
teikoat pada bakteri Gram positif dan
lipopolisakarida pada bakteri Gram
negatif. Interaksi ini diperkirakan akan
mengganggu pembentukan
peptidoglikan sehingga sel tidak
mempunyai selubung yang kokoh dan
mudah mengalami lisis sehingga
aktivitas metabolisme akan terhambat
dan pada akhirnya mengalami kematian
(Sarjono et al, 2008).
KESIMPULAN
Gel hand sanitizer kitosan
memiliki daya hambat dalam
menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus yang ditunjukkan dengan
terbentuknya zona hambat. Zona
hambat yang terbentuk dari gel hand
sanitizer kitosan terhadap bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 2,49 mm
sedangkan terhadap bakteri Escherichia
coli sebesar 4,57 mm. Daya hambat
yang terbentuk termasuk dalam kategori
lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Darmanto, M. L. Atmaja, dan M.
Nadjib. 2010. Studi Analisis
Antibakteri dari Film Gelatin-
Kitosan Menggunakan
Staphylococcus aureus. Skripsi.
Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut
Sepuluh November.
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 7
Helander, I.M., E.L. Numiaho, R.
Ahvenainen, J. Rohoades, and S.
Roller. 2001. Chitosan disrupts
the barrier properties of the outer
membrane of Gram negative
bacteria. International Journal of
Food Microbiol. 71: 235-244.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A .
Adelberg., G.F. Brooks., J.S .
Butel., dan L.N. Ornston. 2005.
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
ke -20 (Alih bahasa : Nugroho &
R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
Jawetz, et al,. 1996. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi ke 23. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Liu, N., X.G. Chen, H.J. Park, C.G. Liu,
C.S. Liu, X.H. Meng, and L.J. Yu.
2006. Effect of MW and
Concentration of Chitosan on
Antibacterial Activity of
Escherichia Coli, Carbohydr.
Polym.Jumal. 64: 60 – 65.
Nurainy F., S. Rizal, dan Yudiantoro.
2008. Pengaruh Konsentrasi
Kitosan terhadap Aktivitas
Antibakteri dengan Metode Difusi
Agar Sumur. Jurnal. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Lampung.
Pelczar, M.J., dan E.C.S Chan. 1998.
Mikrobiologi Dasar.
Diterjemahkan oleh Ratna Sri
Hadioetomo et al. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Sarjono PR, N.A. Mulyani, dan N.
Wulandari. 2008. Uji Antibakteri
Kitosan Dari Kulit Udang Windu
(Penaeus monodon) Dengan
Metode Difusi Cakram Kertas.
Proceeding Seminar Nasional
Kimia dan Pendidikan
Kimia.(UNS-UNDIP-UNNES).
Widodo, A., Marida, dan A. Prasetyo.
2006. Potensi Kitosan dari
Limbah Udang sebagai Koagulan
Logam Berat Limbah Cair
Industri Tekstil. Skripsi. Jurusan
Teknik Kima Institut Sepuluh
November (ITS).
Yusman, D.A. 2006. Hubungan Antara
Aktivitas Antibakteri Kitosan dan
Ciri Permukaan Dinding Sel
Bakteri. Jurnal Penelitian IPB.
Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB. Bogor.
Volume 05, Nomor 1, Edisi April 2017
PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 8
KINERJA BUNDARAN SIMPANG BUPATI
JALAN BRIGJEND. H. HASAN BASRY KABUPATEN TAPIN
Dewi Yuniar1)
, Eka Pertiwi1)
dan Adi Susetyo Dermawan1)
1)
Program Studi Teknik Sipil Universitas Achmad Yani Banjarmasin