Top Banner
I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ... 106 UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT TERHADAP JAMUR Fusarium oxysporum f. sp. cubense PENYEBAB PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN PISANG SERTA POTENSINYA SEBAGAI AGENS PENGURAI SERASAH ANTAGONISM TEST OF SOME SPECIES OF SAPROPHYTIC FUNGI AGAINST Fusarium oxysporum f. sp. cubense CAUSING WILT DISEASE ON BANANA PLANTS AND ITS POTENTIAL AS LITTER DECOMPOSING AGENTS I Made Sudantha *), I Gusti Made Kusnarta *) dan I Nyoman Sudana **) *) Fakultas Pertanian Universitas Mataram **) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB ABSTRAK Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui potensi beberapa jenis jamur saprofit yang ada di rhizosfer tanaman pisang sebagai antagonis terhadap jamur F. oxysporom f. sp. cubense penyebab penyakit layu pada tanaman pisang dan mekanisme antagonismenya serta potensinya sebagai agens pengurai serasah daun. Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Sebagai perlakuan adalah 20 jenis jamur saprofit yang diuji antagonismenya terhadap jamur F. oxysporum f. sp. cubense menggunakan metode oposisi langsung dan uap biakan jamur saprofit. Selain itu, diuji pula potensi jamur saprofit antagonis sebagai pengurai serasah dengan cara menumbuhkan pada medium serasah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur saprofit yaitu T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25 efektif menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense secara in-vitro. Mekanisme penghambatan tersebut melalui kompetisi ruang, mikoparasit dan antibiosis. Jamur saprofit Trichoderma spp. dapat juga berperan sebagai pengurai serasah pada daun kopi, banten, lamtoro, gamal, kakao dan dadap. ABSTRACT This research was aimed to determine the potential of some species of saprophytic fungi in rhizosfer of banana plants as antagonist of F. oxysporom f. sp. cubense fungus causing wilt disease on banana plants, and mechanism of its antagonism and its potential as litter decomposing agent. Research using experimental methods was conducted in the Laboratory of Plant Production, the Faculty of Agriculture, University of Mataram. The treatment consisted of 20 species of saprophytic fungi tested for their antagonism against F. oxysporum f. sp. cubense using the method of direct opposition and steam from the saprophytic fungus culture. In addition, potential of the antagonistic saprophytic fungi as litter decomposing agents was also tested by growing them on leaf litter medium. The results showed that the saprophytic fungus T. harzianum isolates SAPRO-20, T. koningii isolates SAPRO-21, T. aureoviride SAPRO-22 isolates, T. hamatum SAPRO-23 isolates, T. viride isolates SAPRO-24 and T. koningii isolates SAPRO-25 effectively inhibited growth of the fungus F. oxysporum f. sp. cubense in-vitro. The inhibitory mechanism was through space competition, mycoparasite and antibiosis. The saprophytic fungus Trichoderma spp. can also act as decomposers of leaf litter from coffee, offerings, lamtoro (Leucaena sp.), gamal (Glyricidia), cacao and dadap (Erythrina sp.) ____________________________ Kata kunci: saprofit, antagonis, Trichoderma, Fusarium, pisang Keywords: saprophyte, antagonist, Trichoderma, Fusarium, bananas PENDAHULUAN Pisang (Musa sp. L.) merupakan komoditas hortikultura yang penting bagi gizi masyarakat. Buah pisang dikonsumsi dalam keadaan segar atau bahan olahan seperti selai, tepung pisang dan keripik. Sisa bunga pisang yang tidak berkembang jadi buah atau jantung pisang dapat dijadikan sayur. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus kue atau barang jualan di pasar (Ashari, 1995).
14

UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Apr 16, 2019

Download

Documents

docong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

106

UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT TERHADAP JAMUR Fusarium oxysporum f. sp. cubense PENYEBAB PENYAKIT LAYU

PADA TANAMAN PISANG SERTA POTENSINYA SEBAGAI AGENS PENGURAI SERASAH

ANTAGONISM TEST OF SOME SPECIES OF SAPROPHYTIC FUNGI AGAINST Fusarium oxysporum f. sp. cubense CAUSING WILT DISEASE

ON BANANA PLANTS AND ITS POTENTIAL AS LITTER DECOMPOSING AGENTS

I Made Sudantha *), I Gusti Made Kusnarta *) dan I Nyoman Sudana **) *) Fakultas Pertanian Universitas Mataram

**) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB

ABSTRAK

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui potensi beberapa jenis jamur saprofit yang ada di rhizosfer tanaman pisang sebagai antagonis terhadap jamur F. oxysporom f. sp. cubense penyebab penyakit layu pada tanaman pisang dan mekanisme antagonismenya serta potensinya sebagai agens pengurai serasah daun. Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Sebagai perlakuan adalah 20 jenis jamur saprofit yang diuji antagonismenya terhadap jamur F. oxysporum f. sp. cubense menggunakan metode oposisi langsung dan uap biakan jamur saprofit. Selain itu, diuji pula potensi jamur saprofit antagonis sebagai pengurai serasah dengan cara menumbuhkan pada medium serasah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur saprofit yaitu T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25 efektif menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense secara in-vitro. Mekanisme penghambatan tersebut melalui kompetisi ruang, mikoparasit dan antibiosis. Jamur saprofit Trichoderma spp. dapat juga berperan sebagai pengurai serasah pada daun kopi, banten, lamtoro, gamal, kakao dan dadap.

ABSTRACT

This research was aimed to determine the potential of some species of saprophytic fungi in rhizosfer of banana plants as antagonist of F. oxysporom f. sp. cubense fungus causing wilt disease on banana plants, and mechanism of its antagonism and its potential as litter decomposing agent. Research using experimental methods was conducted in the Laboratory of Plant Production, the Faculty of Agriculture, University of Mataram. The treatment consisted of 20 species of saprophytic fungi tested for their antagonism against F. oxysporum f. sp. cubense using the method of direct opposition and steam from the saprophytic fungus culture. In addition, potential of the antagonistic saprophytic fungi as litter decomposing agents was also tested by growing them on leaf litter medium. The results showed that the saprophytic fungus T. harzianum isolates SAPRO-20, T. koningii isolates SAPRO-21, T. aureoviride SAPRO-22 isolates, T. hamatum SAPRO-23 isolates, T. viride isolates SAPRO-24 and T. koningii isolates SAPRO-25 effectively inhibited growth of the fungus F. oxysporum f. sp. cubense in-vitro. The inhibitory mechanism was through space competition, mycoparasite and antibiosis. The saprophytic fungus Trichoderma spp. can also act as decomposers of leaf litter from coffee, offerings, lamtoro (Leucaena sp.), gamal (Glyricidia), cacao and dadap (Erythrina sp.) ____________________________

Kata kunci: saprofit, antagonis, Trichoderma, Fusarium, pisang Keywords: saprophyte, antagonist, Trichoderma, Fusarium, bananas

PENDAHULUAN

Pisang (Musa sp. L.) merupakan komoditas hortikultura yang penting bagi gizi masyarakat. Buah pisang dikonsumsi dalam keadaan segar atau bahan olahan seperti selai, tepung pisang

dan keripik. Sisa bunga pisang yang tidak berkembang jadi buah atau jantung pisang dapat dijadikan sayur. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus kue atau barang jualan di pasar (Ashari, 1995).

Page 2: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

107

Salah satu kendala dalam usaha pengembangan tanaman pisang untuk meningkatkan mutu dan produksi adalah adanya penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense. Penyakit layu Fusarium ini dijumpai hampir di seluruh tanaman pisang di Indonesia (Semangun, 1987). Pada 10 tahun terakhir ini penyakit layu Fusarium menyebabkan produksi buah pisang dan luas pertanaman pisang menjadi berkurang seperti yang terjadi di Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang mulai terjadi di NTB pada tahun 1994. Akibat dari adanya penyakit ini pada tahun 2002 terjadi pengurangan tanaman pisang seluas 1.000 ha dan pada tahun 2006 seluas 500 ha atau terjadi pengurangan sekitar 50%. Demikian pula terjadi penurunan produksi buah pisang, yaitu pada tahun 2002 sebanyak 83.529 ton dan pada tahun 2006 sebanyak 60.734 ton atau terjadi penurunan sekitar 30% (Dinas Pertanian NTB, 2007). Pengurangan luas pertanaman pisang dan produksi pisang ini erat kaitannya dengan peningkatan luas serangan layu Fusarium yaitu pada tahun 2002 seluas 73,00 ha dan pada tahun 2006 seluas 2.261,00 ha atau terjadi peningkatan sekitar 96,0 % (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, 2007).

Intensitas keparahan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang di Kebun Kota Mataram mencapai rata-rata 17,70 %, kebun pisang Kabupaten Lombok Barat rata-rata 24,80 %, Kabupaten Lombok Timur rata-rata 21,70 %, Kabupaten Lombok Tengah rata-rata 31,10 %, Kabupaten Sumbawa Barat rata-rata 68,20 %, Kabupaten Sumbawa rata-rata 94,10 %, Kabupaten Dompu rata-rata 70,70 % dan Kabupaten Bima rata-rata 73,20 %. Khusus untuk lokasi kebun pisang di Kecamatan Plampang (Kabupaten Sumbawa) intensitas penyakit layu Fusarium mencapai 100 % sehingga dilakukan pembakaran tanaman pisang oleh petani sebagai tindakan eradikasi. Varietas pisang yang mengalami kerusakan yang terberat akibat penyakit layu Fusarium adalah varietas kepok rata-rata 85,10 %, varietas susu rata-rata 21,70 %, varietas hijau rata-rata 15,30 % dan varietas ketip rata-rata 10,20 % (Sudantha et al., 2008).

Sampai saat ini penyakit layu Fusarium merupakan salah satu penyakit pada tanaman pisang yang sulit dikendalikan, karena jamur F. oxysporum f. sp. cubense memiliki struktur bertahan berupa klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu relatif lama sekitar tiga sampai empat

tahun walau tanpa tanaman inang (Booth, 1971). Selain itu sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui bibit pisang yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas. Di NTB pengendalian penyakit layu Fusarium dilakukan dengan penyemprotan fungisida dan eradikasi, namun belum mampu mengendalikan penyakit ini (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, 2007). Informasi tentang keragaman varietas pisang terhadap penyakit layu Fusarium belum diketahui secara pasti, sehingga penggunaan varietas tahan untuk pengendalian penyakit layu Fusarium belum dilakukan secara intensif (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2007). Dengan demikian perlu dicari alternatif pengendalian yang efektif dan efisien. Salah satu cara pengendalian yang mempunyai prospek baik adalah pengendalian hayati menggunakan jamur saprofit antagonis.

Penelitian tentang jamur saprofit antagonis pada pertanaman pisang di NTB dilaporkan oleh Sudantha et al. (2008) bahwa ditemukan 20 jamur saprofit dengan karakteristik yang berbeda baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Berdasarkan pengamatan makroskopis diperoleh empat marga yaitu Trichoderma (6 jenis), Gliocladium (3 jenis), Penicillium (2 jenis), dan Aspergillus (9 jenis).

Penelitian tentang jamur saprofit antagonis untuk pengendalian patogen tular tanah yang menyerang berbagai tanaman telah banyak dilakukan. Abadi (1987) melaporkan bahwa Trichoderma harzianum, T. viride dan Penicillium citrinum merupakan jamur yang bersifat antagonistik terhadap Ganoderma boninense pada kelapa sawit. Arifin et al.(1989) juga melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang berpotensi mengendalikan jamur G. pseudoferrum pada tanaman teh. Sudantha (2007) melaporkan bahwa terdapat 19 jenis jamur saprofit pada rhizosfer tanaman vanili sehat, namun ada 12 jenis jamur Trichoderma spp. efektif mengendalikan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur F. oxysporum f. sp. vanillae.

Jamur saprofit antagonis dapat menekan jamur patogen tular tanah melalui tiga mekanisme, seperti jamur T. viride mampu hidup sebagai mikoparasit yang dapat melakukan penetrasi ke miselium dan klamidospora jamur patogen sehingga terjadi lisis dan pengkristalan, menghasilkan antibiotik (gliotoksin dan viridin) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen, dan mempunyai kemampuan tumbuh yang lebih cepat sehingga

Page 3: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

108

terjadi persaingan dalam ruang dan nutrisi dengan jamur lainnya (Baker dan Cook, 1982).

Bharat et al. (1988) melaporkan bahwa jamur Trichoderma sp. selain bersifat antagonis terhadap jamur patogenik juga dapat bertindak sebagai pengurai limbah organik. Widyastuti et al. (1998) mengemukakan bahwa jamur Trichoderma spp. mempunyai kemampuan sebagai jasad pengurai aktif dari serasah Acacia mangium. Menurut Harman dan Taylor (1988), kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai serasah disebabkan karena kemampuannya untuk menghasilkan enzim chitinolitik dan selulase yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa yang lebih sederhana.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang uji antagonisme saprofit antagonis terhadap jamur F. oxysporom f. sp. cubense penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang dan potensinya sebagai pengurai serasah.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui potensi beberapa jenis jamur saprofit yang ada di rhizosfer tanaman pisang sebagai antagonis terhadap jamur F. oxysporom f. sp. cubense penyebab penyakit layu pada tanaman pisang dan mekanisme antagonismenya serta potensinya sebagai agens pengurai serasah daun.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode eksperi-mental yang dilaksanakan di Lab Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram dengan tahapan sebagai berikut:

1. Uji Antagonisme Jamur Saprofit terhadap Jamur F. oxysporum f.sp. cubense dengan Metode Oposisi Langsung

Uji antagonisme dilakukan dengan cara inokulum isolat jamur F. oxysporum f.sp. cubense dan setiap isolat jamur saprofit ditumbuhkan pada jarak 4 cm di tengah medium PDA (pH 6) dalam cawan Petri berdiameter 9 cm. Inokulum jamur F. oxysporum f.sp. cubense berupa potongan biakan berdiameter 4 mm pada medium PDA. Pengujian dilakukan dengan tiga ulangan, kemudian biakan tersebut diinkubasi pada keadaan suhu ruang.

Peubah yang diamati yaitu: pertumbuhan koloni jamur F. oxysporum f.sp. cubense dan adanya zona hambatan di antara dua koloni jamur saprofit yang beroposisi. Makin terhambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. cubense, makin besar potensi jamur saprofit yang

beroposisi sebagai antagonis. Pada percobaan ini, tingkat penghambatan antagonis dihitung dengan rumus serta diadakan pengamatan mikroskopis terhadap adanya kerusakan hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense yang berinteraksi dengan jamur saprofit.

Isolat jamur saprofit yang diuji dalam penelitian ini berasal dari koleksi Sudantha et al. (2008) seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Penghambatan pertumbuhan miselium jamur F. oxysporum f.sp. cubense oleh jamur saprofit dihitung berdasarkan rumus yang diadaptasikan dari rumus yang dikemukakan oleh Fokkema (1973 dalam Skidmore, 1976) yaitu:

( )

( ) %1001

21 xr

rrI −=

I = persentase hambatan, r1 = jari-jari koloni

jamur F. oxysporum f.sp. cubense yang tumbuh ke arah berlawanan dengan tempat jamur saprofit, dan r2 = jari-jari koloni jamur F. oxysporum f.sp. cubense yang tumbuh ke arah jamur saprofit. Selain jari-jari koloni, diukur pula jarak zona hambatan (d) yaitu zona ujung koloni saprofit dengan ujung koloni jamur F. oxysporum f.sp. cubense. Perhitungan persen-tase hambatan dilakukan pada hasil pengukuran jari-jari koloni jamur F. oxysporum f.sp. cubense pada hari ketiga setelah inokulasi jamur.

Selain itu dilakukan pula pengamatan terhadap miselium jamur F. oxysporum f.sp. cubense secara mikroskopis dua hari setelah inokulasi jamur saprofit. Cara pengamatan ini diadaptasi dari cara yang dilakukan oleh Dennis dan Webster (1971), yaitu: di daerah kontak miselium jamur F. oxysporum f.sp. cubense dengan miselium jamur saprofit diberikan satu tetes air destilata, kemudian diletakkan kaca penutup di atasnya. Selanjutnya miselium diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 20 x 10. Pengamatan dilakukan terhadap adanya lisis dan kerusakan lainnya pada miselium jamur F. oxysporum f.sp. cubense dan jamur yang beroposisi dengannya. Peubah lain yang juga diamati adalah pengamatan mikroskopis terhadap ujung koloni jamur F. oxysporum f.sp. cubense pada tepi zona hambatan. Keefektifan jamur saprofit sebagai antagonis berdasarkan banyaknya hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense dan jamur saprofit yang mengalami lisis di daerah kontak hifa dinyatakan dalam skor seperti Tabel 2

Page 4: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

109

Tabel 1. Hasil identifikasi jamur saprofit yang diisolasi dari rhizosfer atau tanah sekitar perakaran tanaman pisang di NTB

No. Kode isolat dan asal tanah Jenis jamur saprofit 1. SAPRO-20 dari pisang ketip di Sayang-Sayang

Mataram Trichoderma harzianum Rifai aggr.

2. SAPRO-21 dari pisang susu di Monjok Mataram Trichoderma koningii Oud. Aggr. 3. SAPRO-22 dari pisang hijau di Monjok Mataram Trichoderma aureoviride Rifai aggr. 4. SAPRO-23 dari pisang ketip di Lembar Lobar Trichoderma hamatum (Bon.) Bain aggr 5. SAPRO-24 dari pisang kepok di Aikmel Lotim Trichoderma viride Pers. Ex S. F. Gray aggr 6. SAPRO-25 dari pisang susu di Masbagik Lotim Trichoderma koningii Oud. Aggr. 7. SAPRO-26 dari pisang ketip di Aikmel Lotim Gliocladium virens Matr 8. SAPRO-27 dari pisang hijau di Ampenan

Mataram Gliocladium catenulatum Gilm. Abbott

9. SAPRO-28 dari pisang susu di Masbagik Lotim Gliocladium roseum Matr 10. SAPRO-29 dari pisang kepok di Lembar Lobar Penicillium citrinum Thom 11. SAPRO-30 dari pisang kepok di Ampenan

Mataram Penicillium frequentans Westling

12. SAPRO-31 dari pisang susu di Aikmel Lotim Aspergillus niger van Teighem 13. SAPRO-32 dari pisang kepok di Aikmel Lotim Aspergillus japonicus Saito 14. SAPRO-33 dari pisang susu di Masbagik Lotim Aspergillus flavus Link ex Gray 15. SAPRO-34 dari pisang ketip di Praya Loteng Aspergillus flavus Link ex Gray 16. SAPRO-35 pisang susu Praya Loteng Aspergillus flavus Link ex Gray 17. SAPRO-36 pisang hijau Monjok Mataram Aspergillus parasiticus Speare 18. SAPRO-37 dari pisang hijau di Sayang-Sayang

Mataram Aspergillus flavus Link ex Gray

19. SAPRO-38 dari pisang ketip di Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima

Aspergillus niger van Teighem

20. SAPRO-39 dari pisang ketip di Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima

Aspergillus flavus Link ex Gray

Tabel 2. Deskripsi lisis hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense untuk menentukan keefektifan jamur

saprofit sebagai antagonis (Abadi, 1987)

Deskripsi lisis Skor Keterangan Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense tidak lisis

0

Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 %

3

Skor ditambah satu (+1) apabila hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense mengalami pengecilan dibandingkan dengan hifa normal. Akan tetapi, skor akan dikurangi ½ (-½) apabila hifa jamur saprofit juga mengalami lisis ± 10 %, dan dikurang 1 (-1) apabila lisis ± 25 %.

Untuk mengetahui aktivitas enzim ekstraseluler dari jamur saprofit antagonis secara kualitatif maka dilakukan pula percobaan sebagai berikut: Jamur saprofit antagonis ditumbuhkan pada medium Malt Agar (MA) yang mengandung asam galat atau asam tanat yang mempunyai formula: 15 g ekstrak malt, 20 g agar, 1.000 ml air destilata, dan 5 g asam galat (Nobles, 1965 dalam Abadi, 1987). Medium tersebut sebanyak 15 ml ditempatkan dalam

cawan Petri berdiameter 9 cm. Selanjutnya, inokulum setiap isolat jamur saprofit berupa potongan biakan berdiameter 4 mm pada medium PDA berumur delapan hari ditanam di bagian tengah cawan berisi medium MA yang mengandung asam galat. Peubah yang diamati adalah perubahan warna yang terjadi pada medium di sekitar koloni, hal ini menunjukkan adanya substansi ekstraseluler yang dikeluarkan oleh jamur saprofit antagonis.

Page 5: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

110

Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman dengan taraf nyata 0,05, kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama. 2. Uji Antagonisme Jamur Saprofit terhadap

Pertumbuhan Jamur F. oxysporum f.sp. cubense dengan Metode Uap Biakan

Pada pengujian ini biakan jamur saprofit dan biakan jamur F. oxysporum f.sp. cubense dalam cawan Petri yang terpisah ditangkupkan satu sama lain. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya uap biakan jamur saprofit yang mengandung antibiotik terhadap jamur F. oxysporum f.sp. cubense. Untuk itu dibuat biakan jamur F. oxysporum f.sp. cubense dengan cara menanam sepotong biakan berdiameter 4 mm pada medium PDA dalam cawan Petri (sebanyak 15 ml). Dibuat juga biakan jamur saprofit pada medium PDA dalam cawan Petri berdiameter 9 cm. Caranya dengan menanam sepotong biakan jamur saprofit yang berdiameter 4 mm dari biakan berumur tiga hari dalam medium PDA di tengah cawan Petri yang telah berisi 15 ml medium PDA. Di atas dasar cawan Petri berisi biakan jamur saprofit ini kemudian ditangkupkan biakan jamur F. oxysporum f. sp. cubense. Peubah yang diamati adalah pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni biakan setiap 24 jam sampai biakan berumur lima hari.

Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman dengan taraf nyata 0,05, kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama.

3. Uji Potensi Jamur Saprofit Antagonis Trichoderma spp. sebagai Pengurai Serasah

Pada percobaan ini digunakan serasah daun berbagai tanaman yang banyak terdapat di kebun pisang. Serasah daun yang digunakan sebagai substrat sebelumnya dipotong-potong terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dikeringkan dan digiling, selanjutnya disterilisasi dalam autoclave. Masing-masing substrat sebanyak 15 g selanjutnya ditempatkan ke dalam cawan Petri berdiameter 9 cm.

Inokulum isolat biakan jamur saprofit antagonis berdiameter 4 mm ditanam di tengah cawan Petri yang telah berisi media serasah daun. Peubah yang diamati yaitu: Pertumbuhan jamur saprofit antagonis dilakukan dengan jalan mengukur diameter koloninya setiap 24 jam sampai berumur 10 hari. Selain itu dianalisis pula serasah daun yang diuji meliputi: unsur N total (Metode Kjeldhal) dan C organik (Metode Walkey & Black).

Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman dengan taraf nyata 0,05, kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Antagonisme Jamur Saprofit dengan

Jamur F. oxysporum f. sp. cubense menggunakan Metode Oposisi Langsung

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa semua isolat jamur saprofit berbeda nyata dalam menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense. Rata-rata persentase hambatan pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang beroposisi dengan beberapa jamur saprofit disajikan pada Tabel 3.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa semua isolat jamur saprofit dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense, namun tingkat penghambatannya berbeda-beda. Jamur saprofit yang paling mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense adalah semua isolat jamur saprofit Trichoderma spp. (yaitu T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25) dengan persentase hambatan berkisar antara 43,28 - 47,33%, kemudian diikuti dengan jamur Gliocladium spp. dengan persentase hambatan berkisar antara 22,44 - 22,67%, dan jamur Penicillium spp. berkisar antara 16,33 – 16,50%, sedang persentase hambatan yang paling rendah adalah jamur Aspergillus spp. yaitu berkisar antara 9,66 – 12,33%.

Page 6: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

111

Tabel 3. Rata-rata persentase hambatan pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang beroposisi dengan beberapa jamur saprofit

No. Perlakuan jamur saprofit yang beroposisi langsung

dengan jamur F. oxysporum f. sp. cubense Rata-rata hambatan (%)

1 T. harzianum isolat SAPRO-20 47,33 e*) 2 T. koningii isolat SAPRO-21 46,56 e 3 T. aureoviride isolat SAPRO-22 45,94 e 4 T. hamatum isolat SAPRO-23 44,61 e 5 T. viride isolat SAPRO-24 44,44 e 6 T. koningii isolat SAPRO-25 43,28 e 7 G. virens isolat SAPRO-26 22,67 e 8 G. catenulatum isolat SAPRO-27 22,44 d 9 G. roseum isolat SAPRO-28 21,67 d 10 P. citrinum isolat SAPRO-29 16,33 c 11 P. frequentans isolat SAPRO-30 16,50 c 12 A. niger isolat SAPRO-31 12,11 b 12 A. japonicus isolat SAPRO-32 11,11 b 14 A. flavus isolat SAPRO-33 10,56 b 15 A. flavus isolat SAPRO-34 12,33 b 16 A. flavus isolat SAPRO-35 10,67 b 17 A. parasiticus isolat SAPRO-36 10,67 b 18 A. flavus isolat SAPRO-37 9,11 b 19 A. niger isolat SAPRO-38 9,83 b 20 A. flavus isolat SAPRO-39 9,66 b 21 Kontrol (tanpa jamur saprofit) 0,00 a

*) Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%.

T. harzianum isolat SAPRO-20 T. koningii isolat SAPRO-21 T. hamatum isolat SAPRO-23

G. virens isolat SAPRO-26 A. niger isolat SAPRO-31 A. flavus isolat SAPRO-33

Gambar 1. Antagonisme antara beberapa isolat jamur saprofit Trichoderma spp. (T), Gliocladium sp.

(G) dan Aspergillus spp. (A) dengan F. oxysporum f. sp. cubense (F)

F F

F F F

F

T T T

G A A

Page 7: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

112

Pada Gambar 1 memperlihatkan bahwa semua isolat jamur saprofit Trichoderma spp. dalam uji ini tidak menampakkan zona hambatan, namun dapat tumbuh terus melewati koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur F.

oxysporum f. sp. cubense terhambat. Demikian pula jamur Gliocladium spp., Penicillium spp. dan Aspergillus spp. tidak terlihat adanya zona hambatan dalam menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense.

Tabel 4. Deskripsi hasil pengamatan mikroskopis hifa jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang berinteraksi dengan beberapa jamur saprofit

No.

Perlakuan jamur saprofit yang berinteraksi dengan jamur F.

oxysporum f. sp. cubense

Deskripsi Skor efektivitas

antagonis *) 1. T. harzianum isolat SAPRO-20 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense

lisis ± 90 % dan hifa mengecil 4

2. T. koningii isolat SAPRO-21 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 % dan hifa mengecil

4

3. T. aureoviride isolat SAPRO-22 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 % dan hifa mengecil

4

4. T. hamatum isolat SAPRO-23 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 % dan hifa mengecil

4

5. T. viride isolat SAPRO-24 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 % dan hifa mengecil

4

6. T. koningii isolat SAPRO-25 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 90 % dan hifa mengecil

4

7. G. virens isolat SAPRO-26 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

8. G. catenulatum isolat SAPRO-27 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

9. G. roseum isolat SAPRO-28 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

10. P. citrinum isolat SAPRO-29 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

11. P. frequentans isolat SAPRO-30 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 50 %

2

12. A. niger isolat SAPRO-31 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

13. A. japonicus isolat SAPRO-32 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

14. A. flavus isolat SAPRO-33 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

15. A. flavus isolat SAPRO-34 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

16. A. flavus isolat SAPRO-35 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

17. A. parasiticus isolat SAPRO-36 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

18. A. flavus isolat SAPRO-37 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

19. A. niger isolat SAPRO-38 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

20. A. flavus isolat SAPRO-39 Hifa jamur F. oxysporum f.sp. cubense lisis ± 25 %

1

Page 8: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

113

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jamur saprofit yang mempunyai skore efektivitas antagonis tinggi (nilai 4) adalah jamur Trichoderma spp. artinya jamur tersebut menyebabkan lisis pada hifa jamur F. oxysporum f. sp. vanillae ± 90 % dan hifanya mengecil. Hasil yang sama pernah dilaporkan oleh Abadi (1987), yaitu jamur T. harzianum menyebabkan hifa jamur Ganoderma boninense mengalami lisis apabila terjadi kontak hifa antar kedua jamur tersebut dengan skor efektivitas antagonis yaitu empat. Menurut Cook dan Baker (1983), pada umumnya mekanisme antagonisme jamur Trichoderma spp. dalam menekan patogen sebagai mikoparasitik dan kompetitor yang agresif. Mula-mula pertumbuhan miselia jamur Trichoderma spp. memanjang, kemudian membelit dan mempenetrasi hifa jamur inang, sehingga hifa inang mengalami vakoulasi, lisis dan akhirnya hancur. Selanjutnya antagonis tumbuh di dalam

hifa patogen. Chet dan Baker (1980 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa jamur T. harzianum dan T. hamatum bertindak sebagai mikoparasit terhadap jamur Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, menghasilkan enzim ß-(1,3) glucanase dan chitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inang. Lebih lanjut Chet dan Baker (1981 dalam Cook dan Baker, 1983) mengungkapkan bahwa Jamur T. hamatum juga menghasilkan enzim selulase, sehingga menambah kemampuannya sebagai mikoparasit pada jamur Phytium spp. Menurut Tronsmo dan Hjeljord (1998 dalam Kethan, 2001), kombinasi kedua enzim tersebut meningkatkan sinergistik jamur T. harzianum sebagai antifungal. Jones dan Watson (1969 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa enzim ß-(1,3) glucanase dihasilkan oleh jamur T. viride, sehingga mampu menghancurkan miselia jamur Sclerotinia sclerotiorum.

T. harzianum isolat SAPRO-20

pada medium MA T. koningii isolat SAPRO-21

pada medium MA T. hamatum isolat SAPRO-23

pada medium MA

T. harzianum isolat SAPRO-20

pada medium MAG T. koningii isolat SAPRO-21

pada medium MAG T. hamatum isolat SAPRO-23

pada medium MAG Gambar 2. Produksi enzim ekstraseluler oksidase oleh jamur Trichoderma spp. isolat SAPRO-20,

SAPRO-21 dan SAPRO-23 pada medium agar malt (MA) yang diberi asam galat (MAG). Warna coklat kehitaman pada medium menunjukkan adanya enzim

MA MA MA

MAG MAG MAG

Page 9: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

114

Aktifitas enzim oleh jamur Trichoderma spp. pada pengujian ini dapat dijelaskan melalui percobaan berikut ini, yaitu jamur Trichoderma spp. isolat SAPRO-20, SAPRO-21 dan SAPRO-23 mengeluarkan enzim ekstraseluler oksidase pada medium MA yang mengandung 5 mg asam galat per liter air medium (MAG). Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna medium dari warna asal coklat muda bening menjadi coklat tua gelap di sekitar tempat tumbuh jamur tersebut (Gambar 2). Jamur Trichoderma spp. isolat SAPRO-20, SAPRO-21 dan SAPRO-23 dapat tumbuh dengan baik pada medium MA, namun pertumbuhannya menjadi terhambat pada medium MAG. Hal ini diduga dengan adanya asam galat yang merupakan hidroksilfenol bersifat racun terhadap jamur Trichoderma spp., tetapi karena jamur ini mengeluarkan enzim ekstraseluler, maka jamur Trichoderma spp. masih dapat tumbuh meskipun pertumbuhannya sangat terhambat. Davidson, Campbell dan Blaisdell (1938, dalam Abadi, 1987),

mengemukakan bahwa uji ekstraseluler oksidase menggunakan asam medium MA yang mengandung asam galat menyebabkan terjadinya perubahan medium MA menjadi coklat gelap di sekitar tempat tumbuhnya jamur apabila jamur tersebut mengeluarkan enzim ekstraseluler oksidase. Warna coklat merupakan hasil oksidasi dari asam galat. 2. Uji Uap Biakan Jamur Saprofit terhadap

Pertumbuhan Jamur F. oxysporum f. sp. cubense

Hasil analisis keragaman diameter koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense pada medium PDA dalam cawan Petri yang ditangkupkan di atas biakan beberapa jamur saprofit setelah diinkubasikan delapan hari disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa jamur saprofit secara nyata dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense.

Tabel 5. Rata-rata diameter koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense pada medium PDA dalam cawan

Petri yang ditangkupkan di atas biakan beberapa jamur saprofit setelah diinkubasikan delapan hari

No. Perlakuan jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang

ditangkupkan di atas biakan jamur Saprofit Rata-rata diameter koloni jamur F.

oxysporum f. sp. cubense (mm) 1. T. harzianum isolat SAPRO-20 24,67 a*) 2. T. koningii isolat SAPRO-21 24,67 a 3. T. aureoviride isolat SAPRO-22 25,00 a 4. T. hamatum isolat SAPRO-23 25,67 a 5. T. viride isolat SAPRO-24 25,33 a 6. T. koningii isolat SAPRO-25 25,67a 7. G. virens isolat SAPRO-26 44,00 b 8. G. catenulatum isolat SAPRO-27 47,33 b 9. G. roseum isolat SAPRO-28 48,00 b 10. P. citrinum isolat SAPRO-29 49,67 b 11. P. frequentans isolat SAPRO-30 50,67 b 12. A. niger isolat SAPRO-31 61,00 c 13. A. japonicus isolat SAPRO-32 64,67 c 14. A. flavus isolat SAPRO-33 59,33 c 15. A. flavus isolat SAPRO-34 63,33 c 16. A. flavus isolat SAPRO-35 62,33 c 17. A. parasiticus isolat SAPRO-36 60,67 c 18. A. flavus isolat SAPRO-37 60,67 c 19. A. niger isolat SAPRO-38 61,00 c 20. A. flavus isolat SAPRO-39 60,00 c 21. Kontrol (tanpa jamur saprofit) 90,00 d

*) Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%.

Page 10: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

115

Pada Tabel 5 terlihat bahwa pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense pada medium PDA terhambat secara nyata bila biakan tersebut ditangkupkan di atas biakan jamur saprofit antagonis dibandingkan dengan bila biakan yang sama ditangkupkan di atas medium PDA tanpa jamur saprofit antagonis (kontrol). Jamur saprofit yang paling mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense adalah jamur saprofit Trichoderma spp. (yaitu T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25), kemudian diikuti dengan jamur Gliocladium spp., Penicillium spp. dan Aspergillus spp.

Sebagai gambaran penghambatan pertumbuhan yang terjadi jamur F. oxysporum f.

sp. cubense karena pengaruh uap biakan jamur saprofit seperti yang tampak pada Gambar 3. Diameter koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense berkisar antara 24,67 -25,67 mm apabila biakan tersebut ditangkupkan di atas biakan jamur Trichoderma spp. setelah diinkubasi selama delapan hari, berbeda halnya apabila ditangkupkan di atas biakan jamur Gliocladium spp. diameter koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense berkisar antara 44,00 – 48,00 mm, sedang apabila ditangkupkan di atas biakan jamur Penicillium spp. diameter koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense berkisar antara 49,67 – 50,67 mm. Jamur saprofit yang kurang mampu menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense adalah Aspergillus spp. yaitu koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense berkisar antara 59,33 – 64,67 mm.

Jamur F. oxysporum f. sp.

cubense yang ditangkupkan di atas biakan T. harzianum

isolat SAPRO-20

Jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang ditangkupkan di atas biakan T. koningii isolat

SAPRO-21

Jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang ditangkupkan di

atas biakan T. aureoviride isolat SAPRO-22

Jamur F. oxysporum f. sp.

cubense yang ditangkupkan di atas biakan G. virens isolat

SAPRO-26

Jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang ditangkupkan di atas biakan A. flavus isolat

SAPRO-33

Jamur F. oxysporum f. sp. cubense yang ditangkupkan di atas medium PDA tanpa jamur

saprofit (kontrol) Gambar 3. Pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense pada medium PDA yang ditangkupkan

di atas biakan jamur saprofit Trichoderma spp., Gliocladium sp., Aspergillus sp. dan kontrol setelah diinkubasikan tujuh hari

Page 11: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

116

Terhambatnya pertumbuhan koloni jamur F. oxysporum f. sp. cubense pada pengujian ini diduga karena semua jamur saprofit mengeluarkan antibiotik atau alkaloid yang mudah menguap. Adanya perbedaan kemampuan menghambat diantara jamur saprofit diduga karena jumlah dan jenis antibiotik atau alkaloid yang dihasilkan oleh masing-masing jamur saprofit berbeda. Jamur saprofit Trichoderma spp. diduga menghasilkan antibiotik atau alkaloid yang lebih banyak dan efektif dibandingkan dengan jamur saprofit lainnya.

Beberapa isolat jamur Trichoderma spp. menghasilkan antibiotik terutama pada pH rendah (Dennis dan Webster, 1971 dalam Cook dan Baker, 1983). Jamur T. viride menghasilkan gliotoksin dan viridin yang mampu menghambat pertumbuhan jamur lain. Jamur T. viride mengeluarkan bau minyak kelapa terutama pada biakan yang sudah tua seperti yang dilaporkan oleh Rifai (1969). Jamur lainnya seperti A. flavus menghasilkan aflatoksin, sedang jamur P. citrinum menghasilkan citrin yang berperan

sebagai fungistatik yang dapat menghambat pertumbuhan jamur lain (Domsch et al., 1980). 3. Pertumbuhan Jamur Saprofit Antagonis

Trichoderma spp. pada Serasah Daun

Hasil anilisis keragaman tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata antar interakasi perlakuan terhadap diameter pertumbuhan masing-masing jamur saprofit Trichoderma spp.. Rata-rata diameter koloni pertumbuhan jamur saprofit Trichoderma spp. pada berbagai serasah daun disajikan pada Tabel 6.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa semua isolat jamur Trichoderma spp. dapat tumbuh pada medium serasah daun kopi, banten dan lamtoro, gamal, kakao dan dadap, hanya saja perbedaan kecepatan tumbuh pada masing-masing serasah daun. Semua jamur Trichoderma spp. dapat tumbuh dengan cepat pada medium serasah daun kopi, banten dan lamtoro, namun kecepatan pertumbuhannya menurun pada medium serasah daun gamal, kakao dan dadap.

Tabel 6. Rata-rata diameter koloni beberapa jamur saprofit Trichoderma spp. pada medium serasah

daun setelah diinkubasi lima hari

Rata-rata diameter koloni jamur saprofit Trichoderma spp. pada berbagai serasah daun (mm)

No. Jenis jamur saprofit

Kopi Banten Lamtoro Gamal Kakao Dadap 1. T. harzianum isolat

SAPRO-20 90,00 c*)

A**) 90,00 c

A 90,00 c

A 70,00 b

A 50,00 a

A 50,00 a

A 2. T. koningii isolat

SAPRO-21

85,00 b

A 85,00 b

A 83,33 b

A 50,00 a

A 50,00 a

A 50,00 a

A 3. T. aureoviride isolat

SAPRO-22

85,00 b

A

86,00 b

A

83,33 b

A

55,00 a

A 50,67 a

A 50,00 a

A 4. T. hamatum isolat

SAPRO-23 90,00 c

A 90,00 c

A 90,00 c

A 70,00 b

A 50,00 a

A 50,00 a

A 5. T. viride isolat SAPRO-

24 90,00 c

A 90,00 c

A 90,00 c

A 70,00 b

A 50,00 a

A 50,00 a

A 6. T. koningii isolat

SAPRO-25 90,00 c

A 90,00 c

A 90,00 c

A 70,00 b

A 50,00 a

A 50,00 a

A *) Angka yang diikuti huruf kecil yang sama di sebelah kanan angka, tidak berbeda nyata antar serasah

daun pada taraf nyata 5%. **) Angka yang diikuti huruf kafital yang sama di bawah angka, tidak berbeda nyata antar jenis jamur

saprofit pada taraf nyata 5%.

Page 12: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

117

Dari hasil percobaan ini dapat dikatakan bahwa semua isolat jamur saprofit Trichoderma spp. dapat tumbuh dengan baik pada berbagai serasah daun walaupun dengan kecepatan tumbuh yang berbeda, dan berpotensi sebagai pengurai serasah daun. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan semua isolat jamur Trichoderma spp. menurunkan C/N rasio serasah daun kopi, serasah daun banten, serasah daun lamtoro, serasah daun gamal, serasah daun kakao dan serasah daun dadap setelah lima hari diinokulasi dengan jamur tersebut. Bharat et al. (1988) melaporkan bahwa jamur Trichoderma sp. selain bersifat antagonis terhadap jamur patogenik juga dapat bertindak sebagai pengurai limbah organik. Widyastuti et al. (1998) mengemukakan bahwa jamur Trichoderma spp. mempunyai kemampuan sebagai jasad pengurai aktif dari serasah Acacia mangium. Menurut Harman dan Taylor (1988), kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai serasah disebabkan karena kemampuannya untuk menghasilkan enzim chitinolitik dan selulase yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sedangkan menurut Trautmann dan Olynciw (1996) selulosa yang ada pada bahan organik dapat dipisahkan oleh enzim selulase yang telah dihasilkan oleh jamur T. harzianum menjadi ligni–selulose, kemudian merombaknya

menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mampu larut dalam air, sehingga segera dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Lebih lanjut Chet dan Baker (1981 dalam Cook dan Baker, 1983) mengungkapkan bahwa Jamur T. hamatum juga menghasilkan enzim selulase. Menurut Kuter et al. (1983 dalam Hoitink et al., 1996), jamur T. harzianum dan T. hamatum merupakan hiperparasit pradominan dalam kompos dapat sebagai pengendali biologis penyakit rebah kecambah.

Hasil analisis keragaman beberapa serasah daun yang diinokulasi dengan beberapa jamur saprofit Trichoderma spp. menunjukkan beda nyata. Rata-rata C/N rasio beberapa serasah daun disajikan pada Tabel 7.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa inokulasi jamur saprofit Trichoderma spp. dapat menurunkan C/N rasio pada semua serasah daun. Namun penurunan C/N rasio yang tertinggi diperlihatkan pada serasah daun kopi, serasah daun banten dan serasah daun lamtoro. Hal ini sejalan dengan penelitian Widiyastuti et al. (1998) bahwa jamur Trichoderma spp. (T. viride, T. resei dan T. koningii) dapat menurunkan C/N rasio serasah daun Acacia mangium. Penurunan ini karena imobilisasi N yang menyebabkan naiknya jumlah kandungan unsur N yang akhirnya menurunkan nilai C/N rasio.

Tabel 7. Rata-rata C/N rasio beberapa serasah daun yang diinokulasi dengan jamur saprofit Trichoderma

spp. setelah diinkubasi lima hari

C/N rasio beberapa serasah daun No. Isolat jamur saprofit Kopi Banten Lamtoro Gamal Kakao Dadap

1. Tanpa jamur saprofit (kontrol)

18,50 bc*) B**)

17,00 b B

15,93 ab B

13,08 a B

20,00 c B

17,40 b B

2. T. harzianum isolat SAPRO-20

7,20 a A

5,52 a A

8,90 a A

12,40 b A

14,10 c A

12,08 b A

3. T. koningii isolat SAPRO-21

8,50 a A

6,80 a A

7,00 a A

10,41 b A

16,00 c A

12,04 b A

4. T. aureoviride isolat SAPRO-22

8,30 a A

7,00 a A

6,90 a A

9,89 a A

15,60 c A

13,86 b A

5. T. hamatum isolat SAPRO-23

7,80 a A

6,85 a A

7,15 a A

10,90 b A

16,90 d A

14,00 c A

6. T. viride isolat SAPRO-24

8,60 a A

6,08 a A

6,86 a A

11,85 b A

14,95 c A

15,90 c A

7. T. koningii isolat SAPRO-25

8,70 a A

8,00 a A

7,00 a A

12,00 b AB

15,00 c A

13,90 b A

*) Angka yang diikuti huruf kecil yang sama di sebelah kanan angka, tidak berbeda nyata antar serasah daun pada taraf nyata 5%.

**) Angka yang diikuti huruf kafital yang sama di bawah angka, tidak berbeda nyata antar jenis jamur saprofit pada taraf nyata 5%.

Page 13: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

I.M. Sudantha dkk: Uji antagonisme beberapa ...

118

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

a. Jamur saprofit yang ada di rhizosfer tanaman pisang yaitu T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25 efektif menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense penyebab penyakit layu pada tanaman pisang secara in-vitro.

b. Jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25 dalam menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f. sp. cubense dilakukan melalui mekanisme kompetisi ruang, mikoparasit dan antibiosis (mengeluarkan antibiotik yang mudah menguap).

c. Jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-20, T. koningii isolat SAPRO-21, T. aureoviride isolat SAPRO-22, T. hamatum isolat SAPRO-23, T. viride isolat SAPRO-24 dan T. koningii isolat SAPRO-25 dapat juga berperan sebagai pengurai serasah pada daun kopi, banten, lamtoro, gamal, kakao dan dadap.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan isolat jamur saprofit Trichoderma spp. untuk meningkatkan ketahanan terinduksi bibit dan tanaman pisang terhadap penyakit layu Fusarium pada kondisi rumah kaca dan lapang.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan isolat jamur saprofit Trichoderma spp. sebagai pengurai serasah pada kondisi lapang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana

Penelitian KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi) dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Nomor: 806/LB.620/I.1/3/2008, tanggal 4 Maret 2008.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat. Pada Kelapa Sawit (Elaes guineensis Jacq) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Disertasi (tidak dipublikasikan). 147 hal.

Arifin, I. S., B. Dahlan dan U. Dahlan. 1989. Potensi Antagonisme Jamur Tanah pada Areal tanaman Teh terhadap Jamur Ganoderma pseudoferrum in-vitro. Kongres Nasional X PFI, Denpasar Bali.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 485 hal.

Baker, K. F. and R. J. Cook. 1982. Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathology Society. Minnessota. 433 p.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. 2007. Laporan Kajian Teknologi Budidaya Tanaman di NTB. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, Mataram.

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB. 2007. Data Serangan OPT pada Tanaman Pisang. BPTPH NTB, Mataram.

Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K. Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and Gallic Acid by Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India.

Booth, G. 1971. The Genus Fusarium. Commonwealth Mycological Institute. Kew, Surrey, England. 237 p.

Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN. 539 p.

Dennis, C. and J. Webster. 1971. Antagonistic Properties of Marga Groups of Trichoderma. I. Production of Non-Volatile Antibiotics. Trans. Brit. Mycol. Soc. 57 (1): 25 – 39.

Page 14: UJI ANTAGONISME BEBERAPA JENIS JAMUR SAPROFIT …eprints.unram.ac.id/4650/1/21-2-3_03-I-Made-Sudantha-_Des2011_-Rev... · daun. Penelitian ... waktu relatif lama sekitar tiga sampai

Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011

119

Dinas Pertanian NTB, 2007. Data Perkembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura di NTB. Dinas Pertanian NTB, Mataram.

Domsch, K. H.; W. Gams and T. Anderson. 1980. Compendium of Soil Fungi. Academic Press. New York. 859 p.

Harman, G. E. and A. Taylor, 1988. Improved seedling performance by integration of biological control agents at favourable pH levels with solid matrix priming. Phytopatholgy 78: 520 – 525.

Hoitink, H. A. J., L. V. Madden and M. J. Boehm. 1996. Relationships Among Organic Matter Decomposition Level, Microbial Species Diversity, and Soilborne Disease Severity. In. Hal. R (Ed.) Principles and Practice of Managing Soilborne Plant Pathogens. APS Press, The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. 330 p.

Kethan, S. K. 2001. Microbial Pest Control. Marcel Dekker, Inc. New York – Basel. 300p.

Rifai, M. A. 1969. A revision of the marga Trichoderma. Commonwealth Mycological Institute, Mycol. Papers 116: 1 - 56.

Semangun, H. 1987. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 850 hal.

Skidmore, A. M. 1976. Intraction in Relation to Biological Control of Plant Pathogens. In Dickinson, C. H. and T. F. Preece (Ed.). Microbiology of Serial Plant Surface. Academic Press, New York. 507 - 528.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Sudantha, I. M., I G. M. Kusnartha dan I N. Sudana. 2008. Karakterisasi dan Potensi Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Untuk Meningkatkan Ketahanan Induksi Tanaman Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi) Badan Litbang Pertanian dengan Unram, Mataram. 141 hal.

Trautman, N. and E. Olynciw, 1996. Compost microorganism. Cornell Composting. Science and Engineering. Cornell University. 16 hal.

Widyastuti, S. M., Sumardi dan N. Hidayat. 1998. Kemampuan Trichoderma spp. untuk Pengendalian Hayati Jamur Akar Putih pada Acacia mangium secara In-vitro. Buletin Kehutanan No. 36. 24 – 38.